BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan penting yaitu memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. pendidikan jasmani dan kesehatan diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan di Perguruan Tinggi. Biasanya dalam pembelajaran pendidikan jasmani selalu menekankan pada pencapaian tujuan prestasi tanpa adanya model pembelajaran yang efektif, baik dari modifikasi peraturan, ukuran lapangan, alat-alat yang digunakan, maupun jumlah pemain saat melakukan permainan. Sehingga pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang antusias, merasa cepat bosan dalam melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini ditunjukan dengan ketidak sungguhan siswa dalam melakukan aktivitas penjas, misalnya bergerak semaunya saat stretching dan pemanasan, berbicara saat guru menjelaskan materi, dan bercanda dengan teman sebelahnya saat melakukan gerakan materi inti penjasorkes. Hal ini adalah wujud dari pelampiasan rasa jenuh siswa yang tidak mampu dan sering gagal untuk melakukan tugas yang diberikan dalam bentuk yang sesungguhnya dan membuat siswa semakin malas untuk melakukan apa yang diajarkan guru. Untuk itu dalam pembelajaran perlu adanya pendekatan model pembelajaran yang bisa membuat siswa merasa nyaman dan senang saat kegiatan pembelajaran dan tidak membosankan bagi siswa. Guru harus memiliki kreatifitas untuk memodifikasi permainan dan model mengajar yang hendak diajarkan sesuai dengan karakter dan tingkat perkembangan siswa. Karakter yang dimaksud disini 1
2 adalah alasan mengapa siswa malas untuk mengikuti pembelajaran, tentu setiap siswa memiliki alasan yang berbeda mengapa siswa selalu tidak serius dalam melakukan pembelajaran penjas. Kebanyakan pembelajaran penjasorkes yang kurang menyenangkan karena hanya materi “itu-itu” saja dan tanpa adanya sesuatu model pembelajaran yang merangsang siswa untuk termotivasi terhadap materi pembelajaran penjas. maka dari itu guru harus lebih kreatif menciptakan model pembelajaran tanpa meninggalkan tujuan awal dari pembelajaran tersebut, sehingga dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan siswa dapat bergerak secara aktif dan tercipta pembelajaran efektif kepada setiap siswa. Pembelajaran pendidikan jasmani siswa diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang telah diatur dalam kurikulum pendidikan jasmani. Salah satu cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum adalah bola basket. Olahraga bola besar adalah salah satu materi wajib yang diajarkan dalam praktik pembelajaran pendidikan jasmani, adapun materi yang diajarkan adalah teknik dasar bermain bola basket. di dalam teknik dasar bola basket terbagi dalam berberapa macam yaitu dribble, passing, catching, dan shooting. Seringkali dalam pembelajaran bermain bola basket siswa salah dan kesulitan dalam mempraktikan teknik dasar bola basket. Dikarenakan siswa yang kurang perhatian, melamun, tidak antusias saat guru menjelaskan dan memberikan contoh gerakan teknik dasar bola basket. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya siswa yang melakukan dribble bola dengan berjalan sambil berbicara dengan teman, serta mengeluh belum paham dengan gerakan passing atau langkah-langkah melakukuan shooting disaat evaluasi akir pembelajaran. Berdasarkan masalah dan pengertian diatas penelitian ini akan meneliti hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran teknik dasar bermain bola basket. Berdasarkan survey dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 3 Surakarta kelas XI Administrasi Perkantoran 2 Tahun Pelajaran 2015/2016, ternyata dari pengamatan hasil belajar siswa dalam melakukan teknik dasar bermain bola basket masih belum optimal sesuai dengan standar pencapaian
3 nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah di tentukan yaitu 2,67. Dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 32 siswa, hanya 8 anak yang bisa mempraktikan gerakan dribble, passing, catching, dan shooting dengan serius, kualitas gerak benar, dan memenuhi KKM. tetapi ternyata masih 24 anak melakukan teknik dasar bermain bola basket dengan tidak serius, kebenaran gerak buruk, dan tidak memenuhi KKM. menurut survey Praktik Pengalaman Lapangan kenyataan yang ada di lapangan dari 24 siswa tidak mencapai KKM tersebut diantaranya terdapat 10 siswa yang mengeluh bosan malas dengan materi pembelajaran shooting dan memilih bermain ke alun-alun Surakarta, 8 siswa yang bergerak semaunya bercanda dengan teman sebelahnya saat melakukan gerakan dribble, 6 siswa yang berbicara dan bercanda dengan temannya pada saat guru menjelaskan materi teknik passing dan catching. melihat permasalahan tersebut guru dalam hal ini harus memiliki kemampuan untuk melakukan pendekatan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Guru selalu menggunakan metode ceramah atau sering disebut metode konvensional. Kenyataan di lapangan guru hanya berdiri di depan siswa tanpa memberi contoh, memberi intruksi alakadarnya dan siswa melakukan langkahlangkah teknik dasar bermain bola basket semaunya. Tanpa adanya variasi dalam metode pembelajaran, siswa menjadi bosan dengan materi penjasorkes yang sekedar berlari memantulkan bola dan memasukan ke dalam ring. Siswa malas, bosan, dan tidak tertarik dengan materi pembelajaran bola basket, siswa selalu mengeluh ingin mengganti materi basket dengan bermain ke alun-alun Surakarta saat pembelajaran akan berlangsung. Karena siswa lebih suka bermain dari pada materi penjasorkes. sehingga dari survey dan pengamatan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan dapat diketahui minat belajar siswa kelas XI Administrasi Perkantoran 2 di SMK Negeri 3 Surakarta terhadap materi teknik dasar bermain bola basket masih rendah. Siswa lebih memilih bermain di alun-alun Surakarta dari pada mengikuti materi pembelajaran bola basket, padahal materi tersebut termasuk dalam kurikulum pembelajaran yang harus dicapai oleh setiap siswa. mengatasi masalah tersebut, diperlukan kemampuan guru dengan metode
4 pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan motivasi, minat, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani yaitu teknik dasar bermain bola basket. Banyak model-model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran penjas. salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif adalah tipe Teams Games Tournaments yang di dalam metode pembelajaran ini siswa dibentuk dalam suatu kelompok-kelompok kecil, materi penjas disusun dalam bentuk games ataupun kuis yang berkaitan dengan materi pembelajaran, khususnya teknik dasar bermain bola basket. Pada akhir pembelajaran ditutup dengan kompetisi antar kelompok, diharapkan
pembelajaran tetap menarik karena terdapat unsur kelompok,
permainan, dan kompetisi sehingga terkesan aktif, menyenangkan, dan tidak membosankan. Selain itu diakhir kompetisi kelompok yang menang akan mendapatkan reward penghargaan dari guru. Sehingga siswa akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran penjasorkes. Menurut peneliti model pembelajaran tipe Teams Games Tournaments sangat sesuai dengan ciri dan karakter siswa SMK Negeri 3 Surakarta yang lebih memilih bermain dari pada mengikuti pembelajaran penjas. Dengan adanya penggabungan materi teknik dasar bermain bola basket dengan metode pembelajaran Teams Games Tournaments anak lebih aktif, Selain itu diharapkan dapat menambah minat belajar siswa dan mengoptimalkan pembelajaran materi bola basket Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dicoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bermain Bola Basket Pada Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran 2 SMK Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
5 Bagaimanakah Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournaments Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Bermain Bola Basket Pada Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran 2 SMK Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2015 / 2016? Definisi Operasional Variabel : 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments Adalah tipe pembelajaran kooperatif yang membagi 4 siswa dalam satu kelompok kecil, menyajikan materi dalam games bermain bola basket (dribbling zig-zag, passing-catching estafet, shooting keranjang kawan estafet) dan di kompetisikan. 2. Hasil belajar bermain bola basket Adalah kemampuan siswa kelas XI AP 2 SMK Negeri 3 Surakarta dalam bermain bola basket Dribbling, Passing-catching (Chest pass, Bounce pass, Overhead pass), Shooting (Free throw) yang mencangkup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar bermain bola basket siswa kelas XI Administrasi Perkantoran 2 SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2015 / 2016.
D. Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan, penelitian ini mempunyai manfaat di SMK Negeri 3 Surakartan antara lain: 1. Bagi Siswa a. Terciptanya suasana pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan pada pembelajaran bola basket. b. Meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bola basket. c. Membangun motivasi belajar siswa pada pembelajaran bola basket.
6 2. Bagi Guru Penjasorkes a. Menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan pada pembelajaran bola basket. b. Untuk meningkatkan kreatifitas guru di sekolah dalam pembelajaran pendidikan jasmani agar diperoleh hasil belajar yang optimal. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka memperbaiki pembelajaran di dalam maupun luar kelas, sehingga akan meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar di sekolah yang diteliti.