BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kota Bandung terkenal sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Sedari dulu Bandung selalu menjadi tempat persinggahan yang menyenangkan. Posisi kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat membuat Bandung menjadi sasaran para masyarakat urban untuk datang ke Bandung. Baik untuk melancong, pendidikan, pekerjaan, maupun untuk tinggal. “Kota Bandung terletak pada 107 ͦ 36` Bujur Timur dan 6 ͦ 55` Lintang Selatan, hampir berada di tengah Provinsi Jawa Barat” (Muanas dkk, 1985, hlm 6). Letak strategis Kota Bandung merupakan salah satu faktor penarik para pendatang, cuaca yang sejuk, wisata alam yang indah menjadi faktor penarik pendatang, selain itu di Kota Bandung terdapat beberapa perguruan tinggi negeri ternama, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan almamater dari Presiden Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno, Universitas Padjajaran, Universitas Pendidikan Indonesia, dll. Kota Bandung yang kini menjadi salah tujuan wisata dan pendidikan akhirnya dipenuhi oleh para pendatang, dilihat dari perubahan jumlah penduduk pada tahun 2007-2008, pada tahun 2007 jumlah penduduk kota Bandung berada pada angka 2.364.312 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 2.390.120 jiwa, naik 25.808 jiwa (dalam laman jabar.bps.go.id Jumlah Penduduk Kota Bandung). Kenaikan jumlah penduduk tiap taunnya yang dikarenakan oleh tingkat kelahiran dan masuknya penduduk dari luar kota Bandung dan menetap di Bandung. Layaknya pisau yang mempunyai dua sisi, kedatangan para pendatang ini tidak hanya memberikan dampak positif pada bidang perekonomian Bandung, tetapi dampak negatif pula. Semakin hari semakin banyak yang datang dan menetap di kota Pak Ridwan Kamil ini. Namun, kehadiran banyaknya pendatang ke Bandung membuat Bandung sedikit demi sedikit menjadi crowded. Muanas (1985, hlm 8) memaparkan bahwa “Penggunaan tanah dalam wilayah Kotamadya Bandung berdasarkan data pada tahun 1974 adalah 3.026 ha (37,4%) pemukiman, 325 ha (4,0%) kawasan industri, 165 ha (2,0%) kawasan perdagangan, 165 ha (2,0%) kawasan peristirahatan, 300 ha (3,7%) kawasan pendidikan, 130 ha (1,6%)
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
kawasan perkantoran, 150 ha (1,9%) kawasan militer, 340 ha (4,2%) kawasan perkampungan, 635 ha (8,1%) jalan, 2.870 ha (35,4%) kawasan persawahan (termasuk jalur hijau) dan lain lain seluas 112 ha (1,5%). Daerah kawasan perumahan mewah di Kota Bandung terdapat di Kelurahan Dago, Kelurahan Ciumbuleuit, dan Kelurahan Hegarmanah”. Penggunaan tanah di Kota Bandung untuk perumahan terhitung kurang, apabila dibandingkan dengan tingginya para migran yang masuk ke Kota Bandung, baik untuk tinggal tetap atau hanya untuk sekedar tinggal beberapa bulan atau tahun saja. Pemukiman yang menjadi salah satu kebutuhan primer pun menjadi sangat sulit dicari. Dengan banyaknya penduduk yang menetap di Bandung ini, maka kebutuhan pokoknya pun harus disesuaikan, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan manusia yang terus meningkat menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkat. Kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan dan papan. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai mahluk berbudaya. Pangan adalah kebutuhan yang paling utama bagi manusia. Pangan dibutuhkan manusia secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Papan adalah kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Pada awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri. Namun lama kelamaan berubah menjadi tempat tinggal keluarga. Karena itu kebutuhan akan memperindah rumah semakin ditingkatkan. Pertambahan penduduk di wilayah perkotaan berdampak kepada peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana kota, terutama perumahan. Pengadaan perumahan di kota-kota besar terhitung sangat terbatas, terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Dari hari ke hari kebutuhan perumahan di perkotaan meningkat dengan pesat. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, pengadaan perumahan-perumahan di wilayah perkotaan menjadi sangat penting. Kebutuhan akan rumah terutama di kota besar seperti Bandung, membuat para penduduk yang baru datang ke Bandung akan berburu tempat tinggal. Baik rumah sangat sederhana, kostan, bahkan sampai apartement dan perumahan mewah sekalipun. Sejalan dengan Poespowardojo (dalam Budiharjo, 2006,
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
hlm.136) rumah atau perumahan memiliki fungsi-funsi tertentu di dalam kehidupan manusia, diantaranya : 1. rumah menunjukan tempat tinggal, orang yang bermukim berarti tinggal di suatu tempat, rumah pada dasarnya adalah pembudayaan alam dan lebih jauh dari itu merupakan inti dan ancang-ancang untuk memanusiawikan dunia, 2. rumah merupakan mediasi antara manusia dan dunia, karena setalah hiruk pikuk kehidupan diluar rumah, manusia akan kembali tenang setelah tiba di rumah, 3. rumah merupakan arsenal, dimana manusia mendapatkan kekuatannya kembali, dalam rumah manusia makan, minum, dan tidur untuk memperoleh kembali kekuatan dan kesegaran. Dalam
menentukan
prioritas
tentang
rumah,
seseorang
yang
berpenghasilan rendah akan mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerjanya, atau dengan tempat-tempat yang memberikan kesempatan kerja, sedangkan untuk masyarakat berpenghasilan tinggi, kenyamanan, keamanan serta kemudahan dalam mengakses tempat-tempat serta ke strategisan wilayah lah yang menjadi prioritas utama. Seperti yang disampaikan Ettinger (dalam Panudju,1999, hlm. 29) kriteria perumahan sebaiknya memenuhi standar yang baik ditinjau dari berbagai aspek antara lain : 1. ditinjau dari segi kesehatan dan keamanan dapat melindungi penghuninya dari cuaca hujan, kelembapan dan kebisingan, mempunyai ventilasi yang cukup, sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah serta dilengkapi dengan prasarana air, listrik, dan sanitasi yang cukup, 2. mempunyai cukup ruangan untuk berbagai kegiatan di dalam rumah dengan privasi tinggi, 3. mempunyai cukup akses pada tetangga, fasilitas kesehatan, pendidikan, rekreasi, agama, pembelanjaan,dan lain sebagainya. Karena hal ini lah para pengembang jasa properti berkembang pesat. Salah satu program dari para pengusaha properti adalah dengan dibuatnya apartemen dan perumahan-perumahan mewah. Karena tidak semua pendatang yang menetap di Bandung merupakan pendatang yang masuk kelas ekonomi bawah, namun banyak pula yang memasuki kelas ekonomi atas. Para pengembang properti biasanya mencari lahan di tempat strategis maupun di daerah-daerah “atas” yang masih kosong lahannya. Walaupun terkadang lahan tersebut merupakan salah satu
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
lahan yang masuk ke dalam daerah resapan air. Selain itu para pengembang jasa properti ini sampai blusukan ke wilayah-wilayah strategis. Perumahan-perumahan mewah mulai muncul di daerah-daerah kota maupun pesisir kota Bandung. Dulu, perumahan mewah hanya dapat dijumpai di daerah Dago, Cipaganti, dan Setiabudi saja, namun kini hampir disetiap kelurahan di Kota Bandung memiliki setidaknya satu komplek perumahan. Salah satunya adalah perumahan mewah di kawasan Cikutra. Telah diketahui sebelumnya bahwa Cikutra merupakan daerah pemukiman biasa, bukan daerah pemukiman mewah atau yang biasa kita sebut komplek perumahan. Wilayah Cikutra terkenal dengan kawasan yang strategis, karena terlewati oleh hampir semua jurusan angkutan umum. Selain itu wilayah Cikutra memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, misalkan sarana pendidikan, dimulai dari pendidikan formal, dan non formal. Kelurahan Cikutra setidaknya memiliki 10 Taman Kanak-Kanak, 4 Sekolah Dasar, 1 Sekolah Menengah Pertama, 2 Sekolah Menengah Atas, dan 2 Perguruan Tinggi. Sedangkan sarana kesehatan memiliki 1 Rumah Sakit Umum, 6 Rumah Sakit Bersalin/BKIA, 22 dokter umum, 6 dokter anak, 6 dokter kandungan, 4 dokter gigi, 2 klinik/balai pengobatan, 3 apotik, 1 toko obat, dan 15 posyandu, yakni 1 posyandu ditiap-tiap rukan warga. Pada tahun 2004 muncul satu-satunya komplek perumahan di wilayah Kelurahan Cikutra, yaitu Komplek Delima Cikutra. Komplek Delima Cikutra memiliki 57 jiwa warga, yang terdiri dari 17 keluarga, 37 rumah. Bentuk Komplek Delima Cikutra adalah cluster, dimana hanya ada satu gerbang atau pintu utama keluar masuk komplek. Delima Cikutra merupak komplek yang terdiri dari rumah biasa, dan beberapa ruko (rumah toko). Komplek Delima Cikutra memiliki fasilitas tersendiri, misalnya satpam yang siaga 24 jam, gerbang yang di portal, dsb. Kesan exclusive disuguhkan oleh Komplek Delima Cikutra. Secara administratif, Komplek Delima Cikutra masuk ke dalam RW 14, dimana sebagian besar warga RW 14 berdiam di Sukarapih, yaitu Sukarapih 1,2,3,4,5,6, dan 7. RW 14 sendiri memiliki 6 rukun tetangga. Sebagaian besar warga RW 14 tinggal di pemukiman biasa, bukanlah pemukiman berbentuk komplek perumahan yang berkesan eksklusif dan elegan. Warga sukarapih sendiri tehitung kedalam berbagai tingkatan, jika digolongkan kepada tingkatan ekonomi,
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
sebagain besar warga 14 masuk ke dalam warga dengan ekonomi menengah ke bawah. Perbedaan yang terlihat secara fisik, antara penghuni RW 14 sangat ketara. Rumah misalnya, masyarakat di Komplek Delima Cikutra tentu saja memiliki rumah tipe 36 keatas, sedangkan masyarakat di Sukarapih berbeda-beda bentuk dan jenis rumahnya, nomor rumahnya pun tidak tersusun dengan rapih. Selain itu, kesan ekslusif Komplek Delima Cikutra menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan di kedua tempat yang berada dalam satu lingkup rukun warga ini. Akan sangat sulit bagi warga komplek untuk berinteraksi dan menjalin hubungan dengan warga luar komplek mereka, begitu pula dengan warga luar komplek yang akan merasa enggan untuk mencoba “mendekat” dengan warga komplek. Penulis melihat kejadian-kejadian diatas melalui teori Talcott Parson, yang terkenal yaitu konsep AGIL (adaptation, goal attaintment, integration, latency). Penulis ingin mengetahui bagaimana adaptasi sosial
masyarakat komplek
perumahan dengan warga sekitar yang berbeda secara segi ekonomi dan status sosialnya. Setelah melihat kejadian-kejadian tersebut, maka dari itu penulis mengambil judul “Pengaruh Adaptasi Sosial Masyarakat Komplek Terhadap Integrasi Masyarakat Di Kelurahan Cikutra”.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
pada latar belakang masalah di atas, maka penyusun
mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Pengaruh Adaptasi Sosial Terhadap Integrasi Masyarakat Di Kelurahan Cikutra?” Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penyusun jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana adaptasi sosial di kelurahan Cikutra ? 2. Bagaimana integrasi masyarakat di kelurahan Cikutra ? 3. Bagaimana pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra ?
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra. 2. Tujuan Khusus Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana adaptasi sosial di kelurahan Cikutra, b. untuk mengetahui bagaimana integrasi masyarakat di kelurahan Cikutra. c. untuk mengetahui bagaimana bukti kehidupan sehari-hari warga sebagai bentuk adaptasi. d. untuk mengetahui bagaimana bukti integrasi yang ada diantara warga.
D. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dan bagi pengembangan ilmu sosiologi, terutama sosiologi desa dan kota b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat praktis a. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah pengetahuan tentang pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra (khususnya di Komplek Delima Cikutra dan Gang Sukarapih 3).
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
b. Bagi peneliti dan pembaca Penelitian ini dapat member bekal pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dalam kehidupan e. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra.
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu: BAB I
:
Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan striktur organisasi skripsi.
BAB II
:
Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis, kerangka pemikiran, dan penelitian terdahulu.
BAB III :
Metode penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra (khususnya di Komplek Delima Cikutra dan Gang Sukarapih 3).
BAB IV
:
Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra (khususnya di Komplek Delima Cikutra dan Gang Sukarapih 3).
BAB V
:
Kesimpulan dan saran. Dalam
bab ini penulis berusaha
mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.
Yoni Oktaviani, 2015 PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu