BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Citra lembaga pendidikan tinggi dibangun melalui kinerja yang ditunjukkan oleh sivitas akademika lembaga tersebut. Namun demikian, kinerja
saja
tidak
cukup.
Lembaga
membutuhkan
media
guna
mempublikasikan hasil kerjanya hingga sampai ke hadapan dan pikiran publik. Media massa, khususnya surat kabar, memiliki peran yang sangat penting dalam terbangunnya citra suatu lembaga, karena media memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjangkau publik dalam magnitude yang lebih besar dan luas. Untuk membangun citra tersebut UGM telah mewadahi media melalui Forum Wartawan Kampus Universitas Gadjah Mada (Fortakgama). Fortakgama berdiri pada tanggal 19 Oktober 1986. Melalui Fortakgama ini memungkinkan adanya interaksi yang positif antara para wartawan yang meliput kegiatan UGM dengan sivitas akademika UGM. Interaksi semacam ini akan sangat bermanfaat bagi kepentingan bersama dan mencegah timbulnya salah pengertian antara kedua belah pihak. Pertemuan dengan Fortakgama diadakan secara berkala setiap bulan untuk memungkinkan para wartawan menerima bahan-bahan informasi tentang program serta kegiatan-kegiatan UGM dengan berbagai aspeknya. Di dalam pertemuan tersebut dimungkinkan pula bagi Pimpinan UGM untuk memperoleh masukan dari wartawan yang perlu diperhatikan oleh Pimpinan Universitas, mengingat para wartawan bergerak di tengah-tengah masyarakat dan dapat merasakan denyut nadi masyarakat (Memorandum Akhir Jabatan Rektor Masa Bakti Tahun 1986-1990). Saat ini, jumlah anggota Fortakgama mencapai lebih dari 30 media massa cetak dan elektronik baik lokal maupun nasional. Melalui Fortakgama ini UGM menjalin sinergi. Berbagai macam kegiatan diadakan seperti jumpa pers, bincang-bincang seputar prestasi dosen dan mahasiswa maupun
1
memfasilitasi wartawan ketika ingin memperoleh informasi atau kejadian yang berkembang saat itu. Jika melihat data dari kliping Humas UGM terlihat adanya peningkatan maupun penurunan jumlah berita tentang UGM di berbagai surat yang tergabung dalam Fortakgama, seperti Kompas dan Kedaulatan Rakyat. Statistik Kliping Harian Kompas dan Kedaulatan Rakyat 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kompas
=
=
=
=
=
=
=
=
=
44
238
202
297
288
302
87
77
55
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kedaulatan Rakyat
=
=
=
=
=
=
=
=
=
60
207
401
826
840
897
945
731
426
Sumber: Kliping Koran Humas UGM Jumlah berita tentang UGM yang dimuat di Kompas sejak tahun 2005 hingga 2010 sempat mengalami peningkatan. Penurunan terjadi di tahun 2007, 2011, 2012, dan 2013. Sementara itu jumlah berita tentang UGM di Kedaulatan Rakyat sejak tahun 2005 sampai 2011 mengalami peningkatan. Penurunan jumlah berita tentang UGM di KR terjadi pada tahun 2012 dan 2013. Dari sisi pemberitaan, kliping Humas UGM juga memperlihatkan perbedaan dalam memberitakan kejadian penting di UGM. Kejadian penting terdiri dari 2 kata, yaitu kejadian dan penting. Kejadian adalah peristiwa; sesuatu yang terjadi (KBBI, 2014: 555). Sementara itu, penting berarti utama, pokok, dan sangat berguna (KBBI, 2014: 1047). Perbedaan tersebut antara lain terlihat dari sisi kecepatan memberitakan maupun keputusan untuk memberitakan atau tidak kejadian penting tersebut. Contohnya, kasus Florence Sihombing, mahasiswi pasca sarjana Fakultas Hukum, yang terlibat dalam kasus penghinaan terhadap masyarakat Yogyakarta di media sosial. Kejadian yang terjadi 27 Agustus 2014 tersebut direspons relatif cepat oleh
2
Kedaulatan Rakyat dengan memberitakannya pada 29 Agustus 2014. Sementara itu Kompas baru memberitakannya pada 2 September 2014. Sementara itu untuk kejadian yang terkait dengan tema korupsi Kompas nampaknya cukup tertarik dan cepat merespons. Sama halnya dengan Kedaulatan Rakyat, Kompas bersamaan dalam memberitakan kasus korupsi penjualan lahan aset UGM yang menyebabkan empat dosen menjadi tersangka. Kompas terlihat memberitakan kasus ini sejak bulan Juni hingga Oktober 2014. Realitas di atas menunjukkan adanya perbedaan kebijakan redaksional antara Kompas dan Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting di UGM. Fenomena ini cukup menarik dan signifikan untuk diteliti. Setidaknya karena dua alasan berikut: Pertama, analisis komprehensif mengenai kebijakan redaksional pemberitaan kejadian penting di perguruan tinggi belum banyak dilakukan. Analisis yang pernah ada biasanya tidak menukik pada tema yang spesifik (kejadian penting), sekaligus bersinggungan dengan institusi perguruan tinggi (UGM). Kedua, periode penelitian yang relatif baru antara Juni-November 2014 dapat memberi gambaran terbaru dan menyeluruh atas dinamika kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat terkait kejadian penting di UGM. Oleh sebab itu, mengetahui kebijakan redaksional dua media itu cukup relevan karena keduanya mempunyai peran yang cukup penting dalam menyampaikan informasi tentang UGM. Melalui berita-berita tersebut UGM bisa membuat dan menetapkan sebuah kebijakan. Dalam kasus korupsi alih fungsi lahan yang melibatkan dosen di Fakultas Pertanian, UGM kemudian mulai serius dalam menata dan menginventaris aset-aset yang dimiliki. Aset-aset yang dimiliki UGM, seperti tanah, tersebar di berbagai lokasi. Kompas adalah koran nasional terbesar yang tergabung dalam Kelompok
Kompas
Gramedia. Sementara
itu,
Kedaulatan
Rakyat
adalah koran lokal terbesar di Yogyakarta. Deskripsi menyeluruh tentang kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat terkait kejadian penting di UGM kiranya dapat menjadi jawaban atas permasalahan di atas.
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting tentang UGM pada periode Juni-November 2014”?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting di UGM pada periode Juni-November 2014.
D. Manfaat Penelitian 1.
Memberikan informasi secara komprehensif bagaimana kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting di UGM serta mengelolanya dalam sebuah berita.
2.
Memberikan masukan bagi UGM dalam mengelola informasi sehingga diminati oleh media.
E. Kerangka Pemikiran 1.
Kejadian Penting dan Nilai Berita Seperti telah disinggung di atas, kejadian penting memiliki makna peristiwa penting atau utama. Kebijakan redaksional surat kabar untuk menentukan apakah suatu kejadian (peristiwa) penting atau tidak, bisa dilihat dari nilai berita (news value) yang terkandung di dalamnya. Nilai berita (news value) menurut Downie JR dan Kaiser merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepkan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikonkritkan. Nilai berita juga menjadi tambah rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita (Santana, 2005:17).
4
Dalam berita tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan ke pembaca. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value) tersebut. Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang bisa diterapkan, untuk menentukan layaknya berita (newsworthy) (Iswara, 2002:53). Sementara itu Ashadi Siregar melihat kejadian yang dianggap mempunyai nilai berita atau layak berita bila mengandung satu atau beberapa unsur berikut: Pertama, significance (penting), yaitu kejadian yang kemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang kemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. Kedua, magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang berkait yang bila dijumlahkan menarik buat pembaca. Ketiga, timeless (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang terjadi atau baru dikemukakan. Keempat, proximity (kedekatan), yaitu kejadian dekat bagi pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. Kelima, prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca, seperti orang, benda atau tempat. Keenam, human interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca (Siregar, 2002: 27-28). Pandangan modern tentang nilai berita terutama dihubungkan dengan nama Walter Lippmann, wartawan Amerika yang terkenal pada awal abad lalu. Ia menggunakan istilah nilai berita untuk pertama kali dalam bukunya Public Opinion pada tahun 1922. Di situ ia menyebutkan bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika di dalamnya ada unsur kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya (surprise), ada unsur kedekatan (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik personalnya (Kusumaningrat, 2012: 60).
5
Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi reporter (Sumadiria, 2014). Dari berbagai pandangan di atas, Sumadiria (2014:80-92) menyimpulkan ada 11 kriteria nilai berita yang harus diperhatikan secara seksama oleh para reporter, yaitu: a.
Keluarbiasaan (unusualness) News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Kalangan praktisi jurnalistik meyakini bahwa semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut, baik dalam bentuk jiwa dan harta, maupun menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas kehidupan masyarakat.
b.
Kebaruan (newness) News is new. Berita adalah semua apa yang terbaru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, seperti sepeda motor baru, mobil baru, rumah baru, gedung baru, walikota baru, bupati baru, gubernur baru, presiden baru. Semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita.
c.
Akibat (impact) News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telpon, bunga kredit pemilikan rumah (KPR), bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran
6
keuangan semua lapisan masyarakat dan keluarga. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat itulah berita. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya,
maka
semakin
besar
nilai
berita
yang
dikandungnya. d.
Aktual (timeliness) News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
e.
Kedekatan (proximity) News is nearby. Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti. Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
f.
Informasi (information) News is information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Selain itu, tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa.
g.
Konflik (conflict) News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik
7
atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. h.
Orang penting (prominence) News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names makes news).
i.
Ketertarikan manusia (human interest) News
is
interesting.
Kadang-kadang
suatu
peristiwa
tak
menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Apa saja yang dinilai mengundang minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu, dapat digolongkan ke dalam cerita human interest. j.
Kejutan (surprising) News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda mati.
k.
Seks (sex) News is sex. Berita adalah seks. Seks adalah berita. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Selalu dinanti dan bahkan dicari. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan. Seks bisa menyentuh masalah poligami. Seks begitu akrab dengan dunia perselingkuhan para petinggi negara hingga selebriti, dari Bill Clinton hingga play boy kampung kelas teri.
8
Jika diringkaskan, nilai berita itu tidak lebih berupa asumsiasumsi intuitif wartawan tentang apa yang menarik bagi khalayak tertentu, yakni apa yang mendapat perhatian mereka. Wilbur Schramm dalam tulisannya berjudul The Nature of News membedakan jenis-jenis berita dalam dua kelompok, yaitu yang memberikan kepuasan yang tertunda dan yang memberikan kepuasan yang segera kepada pembaca. Di antara berita-berita yang masuk kelompok kedua adalah beritaberita kriminal dan berita-berita korupsi, berita-berita kecelakaan dan bencana, olahraga dan rekreasi serta peristiwa-peristiwa sosial. Sedangkan berita-berita dengan kepuasan tertunda antara lain informasi tentang masalah kemasyarakatan, masalah ekonomi, masalah sosial, masalah
ilmiah,
pendidikan,
keadaan
cuaca
dan
kesehatan
(Kusumaningrat, 2012: 61) 2.
Kebijakan Redaksi Dalam Karya Jurnalistik Kebijakan redaksional adalah ruh dan pedoman bagi redaksi serta jurnalis dalam melaksanakan tugas-tugas mereka sebagai pekerja jurnalisme. Kebijakan redaksional ini menentukan isu apa saja yang akan diliput, sudut pandang peliputan, penugasan jurnalis, format penulisan berita, dan pemilihan narasumber. Kebijakan redaksional tidak bisa dilepaskan juga dari aspek nilai berita, khalayak, aspek komersial, serta politik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar pekerjaan dalam pelaksanaan sesuatu (KBBI, 2014:190). Sementara itu, redaksional mengandung pengertian cara dan gaya menyusun kata dalam kalimat (KBBI, 2014:1152). Jika keduanya digabungkan, maka kebijakan redaksional adalah sebuah rangkaian konsep dan asas dalam menyusun kata dalam suatu kalimat (media massa) untuk menarik minat pembacanya. Kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional. Sikap yang
9
berkaitan dengan kebijakan redaksi meliputi sikap “politik media” dan aturan keredaksian wartawan. “ Politik” dalam dalam pengertian di sini adalah politik dalam tanda petik yang bisa berarti politik dalam arti sesungguhnya. Artinya, setiap media massa memiliki sikap yang berbeda dalam melihat satu persoalan, sehingga antara media satu dengan media lain pasti memiliki sikap yang berbeda. Begitupun dalam pengertian yang sesungguhnya, karena adakalanya setiap media media memiliki kepentingan untuk golongan tertentu ( Abdullah, 2001:20). Menurut Jacob Oetama (2001:146), kebijakan redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa yang oleh surat kabar itu patut diangkat serta dipilih untuk menjadi berita maupun bahan komentar. Visi pokok surat kabar yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional, selain menjadi kerangka acuan serta kriteria dalam menyeleksi dan mengolahnya menjadi berita, juga menjadi visi serta seuntai nilai dasar yang dihayati bersama oleh para wartawan yang bekerja dalam penerbitan tersebut Kebijakan redaksional terkait dengan aktivitas keseharian redaksi. Mulai dari mencari berita, mengolahnya, sampai berita itu siap disajikan. Pemimpin redaksi bersama awak redaksi bekerja sesuai dengan bagian masing-masing. Pemimpin redaksi dalam proses perencanaannya mengarahkan para awak redaksi untuk merencanakan berita-berita terbaru. Sementara itu untuk peristiwa mendadak yang memerlukan liputan, perencanaannya dilakukan secara mendadak pula. Perencanaan jenis ini segera menghubungi reporter, atau inisiatif reporter bila koordinator liputan tidak mengetahui peristiwa mendadak tersebut. Setelah perencanaan selanjutnya dilakukan pelaksanaan. Dalam bidang redaksi, pemimpin redaksi adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers. Dalam Undang-undang Pers disebutkan bahwa pemimpin redaksi bertanggung jawab jika ada tuntutan hukum yang disebabkan oleh isi pemberitaan penerbitannya. Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan
10
kegiatan keredaksian dari perusahaannya yang meliputi penyajian berita, penentuan liputan, pencarian fokus berita. Seperti disinggung di atas, kebijakan redaksi ini akan sangat menentukan lahirnya sebuah karya jurnalistik, yaitu berita. Secara etimologis,
jurnalistik
berasal
dari
kata journ. Dalam
bahasa
Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:594), jurnalistik menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran. Secara teknis jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Sumadiria, 2014:3). Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya, jurnalistik dibagi ke dalam tiga bagian besar: jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik auditif dan jurnalistik media audiovisual. Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik surat kabar mingguan, dan jurnalistik majalah. Jurnalistik media elektronik auditif adalah jurnalistik radio siaran. Jurnalistik media elektronik adalah jurnalistik televisi.siaran dan jurnalistik media online (internet) (Sumadiria, 2014:4). Jurnalistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jurnalistik media cetak, yaitu di Kompas dan Kedaulatan Rakyat. Selama ini jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin kita sampaikan kepada pembaca memang merupakan hal yang sangat penting. Namun, bila berita tersebut tidak ditempatkan dengan baik, dampaknya akan kurang berarti. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh bagian desain visual, tata letak, atau perwajahan.
11
Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar, majalah), selera dengar (radio siaran), dan selera menonton (televisi). Inilah antara lain yang membedakan karya jurnalistik dengan karya lainnya seperti karya ilmiah (Kriyantono, 2008:4-5). Ini sejalan dengan pemikiran Kovach (terj. Yusi A. Pareanom, 2006:192) yang mengatakan tugas wartawan adalah menemukan cara membuat hal-hal yang penting menjadi menarik untuk setiap cerita, dan menemukan campuran yang tepat dari yang serius dan kurang serius yang ada dalam laporan berita pada hari mana pun. Selain itu, dalam setiap pemberitaan media massa harus menjunjung tinggi apa yang disebut dengan obyektifitas. Selain harus memiliki ketepatan (akurasi) dan kecepatan dalam bekerja, seorang wartawan dituntut untuk bersikap obyektif dalam menulis. Artinya, berita yang dibuat itu selaras dengan kenyataan dan tidak berat sebelah dan bebas prasangka. Sebagai salah satu prinsip penilaian, obyektifitas memang hanya mempunyai cakupan yang lebih kecil dibanding dengan prinsip lain yang telah disinggung. Tetapi prinsip obyektifitas memiliki fungsi yang tidak dapat dianggap remeh, terutama dalam kaitannya dengan kualitas informasi (Mc Quail, 1996:129). Jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah tujuan. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang orang butuhkan untuk menjalani hidup mereka. Kedua adalah membuatnya bermakna, relevan, dan enak disimak. Sajian yang mengasyikan audiens benar-benar menjadi komitmen wartawan kepada warga. 3. Hubungan UGM Dengan Media Media pers hadir sebagai institusi sosial, menjalankan fungsinya untuk menyediakan informasi bagi person-person yang berada dalam berbagai institusi sosial, termasuk perguruan tinggi. Keberadaan dalam
12
sistem sosial ini menjadikan pengelola media sebagai aktor sosial yang harus menjalankan fungsinya sesuai dengan harapan (expectation) dari masyarakat (Siregar,2000:173-174). Media juga berfungsi sebagai sarana penyebarluasan informasi tentang perusahaan kepada khalayak. Public relations (PR) atau humas sebuah perusahaan atau organisasi harus memandang media sebagai mitra kerja yang saling mendukung. Media adalah partner kerja humas. Humas bertanggung jawab menyampaikan dan menerima informasi dari khalayak sedangkan media bertanggung jawab menjalankan hak publik untuk memperoleh informasi (Kriyantono, 2008:71). Media tentu mengalami kesulitan dalam mencover semua peristiwa penting, karena terbatasnya jumlah wartawan (reporter). Dengan memberikan bahan informasi kepada media, berarti humas membantu mencarikan berita. Hubungan media adalah hubungan organisasi dengan media massa sebagai usaha mencapai penyiaran yang maksimum atas suatu pesan humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Ini adalah esensi hubungan media atau press-relations. UGM melalui SK Rektor Nomor 10 tahun 1976 telah membentuk bagian Hubungan Masyarakat (Humas). Tugas pokok Humas UGM dalam SK tersebut, yaitu: a.
Membantu pimpinan dalam mencari, menyiapkan, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, memelihara dan memberikan bahan-bahan informasi tentang kegiatan-kegiatan UGM baik kedalam maupun keluar;
b.
Menangani masalah-masalah protokoler/upacara UGM;
c.
Melayani tamu-tamu UGM yang memerlukan kegiatan perbantuan;
d.
Tugas-tugas
lain
atas
perintah
Pimpinan
Universitas
yang
berhubungan dengan informasi, upacara-upacara dan pelayanan tamu-tamu UGM.
13
Seperti dijelaskan di atas, pada perkembangannya UGM kemudian membentuk Fortakgama pada 19 Oktober 1986. Maksud dibentuknya Fortakgama adalah untuk memungkinkan interaksi positif antara para wartawan yang meliput kegiatan UGM dengan sivitas akademika UGM. Dari berbagai kerangka pemikiran di atas kiranya model penelitiannya dapat diringkas dalam skema berikut:
Model Penelitian Kejadian Penting Korupsi Mengandung Unsur Nilai Berita
Pendidikan Prestasi Tokoh, dll
Respons Media
Tidak Memberitakan
Memberitakan
Proses Jurnalistik
14
F. Metodologi Penelitian 1.
Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan pendekatan studi kasus. Menurut Robert K.Yin (2003:18), dalam bukunya Studi Kasus: Desain dan Metode, studi kasus merupakan suatu penelitian empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batasbatas antara fenomena dengan konteks tidak tampak dengan tegas; dan di mana multisumber bukti digunakan. Studi kasus ini menjadi satu dari sekian banyak metode yang mempunyai akar yang mendalam (Salim, 2006: 116-118). Setidaknya sejak tahun 1900-an, penelitian dengan menggunakan studi kasus sudah banyak dilakukan para ilmuwan. Studi kasus ini merupakan bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek lingkungan sosial yang mana manusia termasuk di dalamnya (Nasution, 2006: 26). Studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk mencoba menelaah dan membongkar bagaimana kebijakan redaksional antara Kompas dan Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting di UGM. Sementara itu, tipe studi kasus yang dipakai adalah tipe deskriptif. Tipe studi ini berorientasi untuk memberikan deskripsi (gambaran) konteks
peristiwa
dan
ditujukan
untuk
menjawab
pertanyaan
“bagaimana”. (Rianto dalam Narendra, 2008:83). Tipe studi kasus deskriptif ini memiliki kemampuan mendeskripsikan suatu fenomena secara lengkap dan komprehensif beserta konteks permasalahan yang melingkupinya (Bill Gillham, 2000: 33). 2.
Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting tentang UGM periode Juni-November 2014. Dari fokus tersebut maka unit analisisnya
15
adalah wartawan, redaktur, serta pemimpin redaksi dari Kompas dan Kedaulatan Rakyat. 3.
Lokasi Penelitian Penelitian berlokasi di Kantor Redaksi Kompas di Jalan Palmerah Selatan 22-28 Jakarta serta Redaksi Kedaulatan Rakyat di Jalan P. Mangkubumi 40-46 Yogyakarta.
4.
Teknik Pengumpulan Data Beberapa bukti yang dapat digunakan dalam mendukung pengumpulan data studi kasus, antara lain analisis dokumen/literatur, wawancara mendalam, dan observasi lapangan. a. Analisis Dokumen/Literatur Dokumen yang digunakan selain kliping berita Kompas dan Kedaulatan Rakyat periode Juni-November 2014, antara lain bukubuku terkait kebijakan redaksional, profil, serta visi dan misi kedua surat kabar tersebut. Dokumen-dokumen ini akan sangat membantu untuk
menggambarkan
kebijakan
redaksional
Kompas
dan
Kedaulatan Rakyat dalam memberitakan kejadian penting di UGM. b. Wawancara Mendalam Peneliti melakukan wawancara terhadap anggota redaksi Kompas dan Kedaulatan Rakyat seperti pemimpin redaksi, redaktur, dan wartawan yang berwenang. Melalui wawancara mendalam dapat diketahui bagaimana kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat hingga tersaji berita-berita yang memuat kejadian penting di UGM. c. Observasi Lapangan Peneliti melakukan pengamatan langsung di ruang redaksi Kompas dan Kedaulatan Rakyat, yaitu mengamati dinamika yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh staf redaksi. 5. Batasan Penelitian Agar penelitian ini fokus pada persoalan yang diteliti maka perlu sebuah batasan, yaitu kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan
16
Rakyat dalam memberitakan kejadian penting di UGM periode JuniNovember 2014.
G. Teknik Analisis Data Dalam analisi data ini nantinya akan mengikuti beberapa tahap perlakuan, seperti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tahapannya adalah sebagai berikut: a. Sebelum peneliti ke lapangan terlebih dahulu telah dilakukan analisis data. Data yang dianalisis adalah kliping berita-berita Kompas dan Kedaulatan Rakyat pada periode Juni-November 2014. b.
Data tersebut kemudian diseleksi dan dikategorisasikan mana beritaberita yang memuat kejadian penting di UGM. Kategorisasi tersebut antara lain berdasarkan variabel-variabel nilai berita.
c.
Analisis berikutnya adalah mendatangi kantor redaksi Kompas dan Kedaulatan Rakyat untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin terkait dengan kebijakan redaksional.
d.
Dari data-data yang diperoleh di kantor redaksi Kompas dan Kedaulatan Rakyat selanjutnya dilakukan reduksi data, yaitu membuang data yang tidak relevan.
e.
Data
yang
telah
direduksi
ini
kemudian
diinterpretasikan.
Interpretasi tersebut dilakukan dengan bantuan teori maupun konsepkonsep yang menuju fokus terhadap jawaban penelitian. f.
Tahap berikutnya adalah penyajian data. Penyajian data ini berupa hasil analisis dan diwujudkan dan dideskripsikan dalam bentuk tulisan.
g.
Tahap terakhir adalah kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu: Bab 1 adalah bab pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metodologi
17
penelitian, teknik analisis data, dan sistematika penelitian. Pada Bab II, terdapat gambaran umum tentang sejarah berdirinya Kompas dan Kedaulatan Rakyat. Di sini juga terdapat profil, struktur organisasi, rubrikasi, maupun newsroom dari Kompas dan Kedaulatan Rakyat. Bab III memuat hasil penelitian berupa analisis deskriptif terkait dengan kebijakan redaksional Kompas dan Kedaulatan Rakyat serta dinamikanya. Terakhir, Bab IV peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
18