perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menuntut adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bersamaan dengan hal itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional, Kemendiknas berhasrat pada tahun 2025 menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif, sehingga pendidikan sangat penting dalam kelangsungan kehidupan bangsa (Kemendiknas, 2010). Makna insan Indonesia cerdas komprehensif adalah insan yang memiliki cerdas spiritual, cerdas emosional & sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. Makna insan Indonesia kompetitif adalah insan yang memiliki beberapa karakter seperti berkepribadian unggul dan suka akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi global serta pembelajar sepanjang hayat. Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan mutlak diperlukan karena kini kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik tetapi juga bersumber pada sumber daya modal intelektual, modal sosial, dan kepercayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti saat ini, tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita untuk mengenal teknologi internet. user penampung dari media-media Dimana, internet dapat dijadikancommit wadahtosebagai
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran yang telah ada ataupun internet itu sendiri bisa dimodifikasi sedemikian rupa untuk menjadi sebuah media belajar yang dapat mendukung suatu proses pembelajaran. Salah satunya adalah media pembelajaran berbasis elearning. Dengan menggunakan media e-learning memungkinkan terjadinya hubungan antara peserta didik dengan sumber belajar yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. e-Learning menjadi salah satu teknologi yang cocok untuk diterapkan pada bidang pendidikan karena dengan adanya e-learning memungkinkan siswa melakukan banyak aktifitas pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran di kelas, dengan menggunakan e-learning guru dapat menambahkan berbagai bahan ajar yang dapat diselesaikan oleh siswa tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar jam pembelajaran. Salah satu e-learning yang cukup popular adalah ebook, hal ini dikarenakan penggunaannya yang mudah dan memasyarakat. Ilmu kimia memiliki tujuan
untuk memperoleh pengalaman dalam
menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dan siswa melakukan
pengujian
hipotesis
dengan
merancang
eksperimen
melalui
perangkaian instrumen, pengambilan, pengolahan, dan interpretasi data serta mengkomunikasikan eksperimen secara lisan dan tulisan (Mulyasa, 2007). Hal ini berarti dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan, mengamati, melaporkan secara lisan dan tulisan pengalaman yang telah diperoleh sehingga siswa dapat memahami materi yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru kimia di SMA Negeri 1 Madiun pada tanggal 7 Januari 2014 diketahui bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
dalam pembelajaran sehari-hari siswa menggunakan buku penunjang yang masih menggunakan kurikulum KTSP, karena kelas XI memang masih menggunakan kurikulum tersebut. Dikemukakan pula bahwa pembelajaran kimia yang dilakukan masih menggunakan teacher centered, hal ini dikarenakan waktu kurang memungkinkan untuk melakukan pembelajaran berpola student centered. Diharapkan akan ada media pembelajaran yang bisa menunjang pembelajaran berpola student centered tetapi dengan tetap memenuhi waktu yang disediakan. Kurikulum yang tengah berkembang saat ini adalah kurikulum 2013 yang menuntut kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya meliputi kreatif dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang disajikan serta media yang akan digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Siswa dituntut untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas belajar. Guru dapat berfungsi sebagai fasilitator dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa selama belajar. Guru harus mampu memunculkan kegembiraan dan keinginan siswa untuk bereksplorasi terhadap lingkungannya tanpa aktivitas pemaksaan. Untuk mencapai proses ini, guru harus memiliki gaya dan metode belajar serta media pembelajaran
yang menantang siswa dan menarik sehingga pengelolaan
pembelajaran benar-benar menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Dengan semakin berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diikuti pula dengan perkembangan software dalam dunia pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
saat ini, guru kimia dituntut untuk memahami teknologi komputer khususnya multimedia yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, dimana keberadaan media pembelajaran berbasis komputer yang menarik dan interaktif sangat diperlukan untuk membantu mempermudah siswa dalam memahami materi kimia yang benyak memiliki konsep. Menurut Mukhtar dan Iskandar (2010) dengan teknologi komputer pengembangan program pembelajaran menjadi semakin terarah, fleksibel, mampu meningkatkan imajinasi siwa, mengkonkritkan konsep kimia yang abstrak melalui pemodelan, animasi-simulasi dan pembelajaran lebih menarik serta interaktif. Hal ini sesuai dengan Dryden dan Vos (2000), bahwa tujuan belajar berbantuan multimedia adalah membuat siswa terlibat dan lebih aktif belajarnaya, membuat komunikasi lebih efektif, memfasilitasi forum, menambah minat dan motivasi belajar. Dengan penguasaan multimedia maka guru kimia dapat terbantu dalam menyampaikan materi kepada siswa baik materi yang bersifat pemahaman konsep, hafalan, pengamatan melalui percobaan maupun hitungan kimia. Banyak materi pada pelajaran kimia yang sulit untuk dipahami, salah satunya adalah materi hidrolisis garam. Hal ini didasarkan pada hasil angket yang disebarkan di SMA Negeri 1 Madiun pada tanggal 7 Januari 2014 yang dapat diketahui bahwa 52,95% siswa kelas XI MIA di SMAN 1 Madiun memilih materi hidrolisis garam sebagai materi yang membutuhkan pemahaman lebih karena harus memadukan antara konsep dan perhitungan yang cukup rumit dan membingungkan bagi siswa. Selain itu, bagi siswa materi ini seringkali commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjenuhkan, karena hanya berisi rumus.Untuk dapat menyampaikan materi kimia dengan jelas khususnya pada materi hidrolisis garam ini dibutuhkan suatu media penunjang pembelajaran yang inovatif. Materi hidrolisis garam merupakan salah satu sub materi kimia di SMA yang memiliki kompetensi dasar menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis serta merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis.Kompetensi tersebut dijabarkan dalam kurikulum 2013 untuk kelas XI. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut dapat diketahui bahwa
materi hidrolisis garam
merupakan materi yang penting untuk dipelajari oleh siswa, sehingga untuk mempermudah siswa dalam memahami materi tersebut diperlukan visualisasi yang lebih dan pendekatan tertentu. Pembelajaran
berbasis
masalah
(Problem
Based
Learning),yang
selanjutnya disingkat dengan PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Woods, 1996). Lebih lanjut Boud dan Felleti (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Masalah tersebut bersifat terbuka, tidak terstruktur, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
tidak jelas, sehingga dimaksudkan agar siswa menjadi lebih tertantang untuk mengemukakan pendapat mereka dan menemukan solusinya. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman belajar yang beragam seperti interaksi dalam kelompok, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada materi hidrolisis garam, sehingga pendekatan ini sesuai jika digunakan pada materi hidrolisis garam. Selain itu PBL merupakan salah satu model yang disarankan dalam kurikulum 2013, sehingga PBL ini cocok untuk digunakan dalam pembelajaran. Pendidikan di Indonesia membutuhkan banyak inovasi baru, terutama pendidikan pada mata pelajaran kimia. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Madiun pada tanggal 7 Januari 2014 juga diketahui bahwa 84% siswa menyatakan setuju jika dikembangkan suatu e-book kimia sebagai media penunjang pembelajaran. Diharapkan e-book ini mampu memberikan inovasi dan pembaharuan dalam pembelajaran kimia di kelas. Akan dikembangkan e-book kimia yang berorientasi PBL pada mata pelajaran kimia khususnya pada materi hidrolisis garam. Keberadaan sumber belajar seperti e-book kimia yang berorientasi PBLdiharapkan dapat membantu siswa untuk lebih aktif, mendapatkan pengalaman belajar, dan belajar memahami tugas-tugas tertulis secara mandiri sehingga memudahkan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Komponen e-book kimia berorientasi PBL yang akan dikembangkan antara lain berupa bentuk pdf yang mudah diunduh dan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbaca oleh siswa, namun dalam tampilan berbeda. Selain itu keunggulan dari ebook kimia ini adalah langsung dapat diunduh juga para pengguna android (tertentu), sehingga siswa yang terbebani untuk membawa laptop tetap bisa mendapatkan e-book kimia ini melalui ponsel mereka. Keunggulan lainnya dari ebook kimia yang dikembangkan adalah memiliki fitur video jika e-book digunakan dalam kondisi terhubung internet. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “Pengembangan e-Book Kimia Berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada Materi Hidrolisis Garam untuk Kelas XI MIA SMA/MASemester II”
B. Rumusan Masalah Agar tujuan penelitian menjadi jelas dan terarah perlu ditetapkan terlebih dahulu rumusan masalahnya sebelum penelitian dilakukan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah merancang e-bookkimia berorientasi Problem Based Learning (PBL)pada materi hidrolisis garam? 2. Bagaimanakah kelayakane-bookkimia berorientasi Problem Based Learning (PBL)pada materi hidrolisis garam? 3. Bagaimana penggunaan e-bookkimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam dalam pembelajaran?
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu untuk mengetahui: 1. Proses pembuatan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang telah dikembangkan. 2. Kelayakan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL)pada materi hidrolisis garamyang telah dikembangkan berdasarkan aspek materi dan desain pembelajaran serta aspekmedia. 3. Penggunaan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa a. Adanya e-book kimia berorientasi PBL dapat membantu siswa dalam mempelajari materi kimia dengan lebih ringkas dan murah. b. Adanya e-book kimiaini, dapat membantu siswa mempelajari materi kimia secara mandiri dengan memanfaatkan keterampilannya dalam melakukan pemecahan masalah, terutama karena berorientasi Problem Based Learning (PBL). c. Adanya e-book kimia ini, memudahkan siswa dalam mendapatkan bahan ajar karena dapat diunduh melalui telepon seluler beraplikasi android tertentu ataupun laptop secara gratis. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Guru a. e-Book kimia dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran kimia khususnya dalam pembelajaran pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). b. e-Book kimia dapat memotivasi ketertarikan siswa dalam pembelajaran
kimia khususnya pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
E. Spesifikasi Produk e-Book yang dikembangkan berupa format pdf (portable document format) yang disajikan dengan aplikasi MartView versi 2.52, sehingga tampilannya akan seperti tampilan saat seseorang membuka buku teks nyata. Pada bagian awal ebookakan ditambahkan beberapa pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya dalam material kimia, keamanan laboratorium, serta deskripsi penggunaan e-book. eBook ini berorientasi Problem Based Learning (PBL), untuk memenuhi kebutuhan kurikulum 2013. Di dalam e-book yang dikembangkan terdapat beberapa fitur yang sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran bermodel PBL, yaitu : 1. M2 (Mari Membaca), yang berisi penyajian masalah berdasarkan kejadian nyata yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Fitur ini sekaligus berperan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari materi kimia khususnya hidrolisis garam. Melalui fitur ini, siswa akan dirangsang untuk dapat mengkaitkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata dengan konsep kimia yang akan mereka pelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
2. YKS (Yuk Kita Selidiki), yang mengakomodir rencana penyelidikan siswa bersama kelompok untuk menemukan pemecahan masalah berdasarkan pemaparan masalah dalam fitur M2. Dalam fitur ini, peran guru sangat penting untuk membimbing siswa dalam menemukan berbagai sumber dan informasi. Fitur ini terbagi menjadi beberapa kegiatan, berupa diskusi kelompok dan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah. 3. PC (Praktikum Ceria), yang berisi petunjuk praktikum sederhana bagi siswa untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah. Dalam fitur ini akan disajikan pula video sederhana tentang praktikum yang bisa dilakukan di luar sekolah. 4. Speak Up, yang berupa perintah untuk mempresentasikan hasil percobaan dan hasil analisis dari praktikum yang telah dilakukan. 5. Reportase, berisi kesimpulan berdasarkan penjelasan rumus dan konsep materi hidrolisis garam. e-Book yang dikembangkan bisa diunduh oleh berbagai versi Windows, mulai dari Windows XP, Windows 7, ataupun Windows 8 yang sedang berkembang saat ini, karena semua Windows tersebut memiliki pdf reader, namun untuk penginstalan aplikasi MartView hanya bisa dilakukan pada windows yang memiliki versi Java Runtime Enviroment minimal 6 saja. e-Book iniakan diunggah pada website penulis, sehingga siswa bisa mengunduh dengan lebih mudah. Tidak hanya pada laptop ataupun komputer, namun bisa juga diunduhmelalui telepon seluler terutama dengan OS Android. e-Book yang dikembangkan juga memiliki link dengan video praktikum siswa. Link video ini commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersaji secara online maupun offline., namun untuk dapat membuka video secara offline hanya bisa dilakukan jika video telah diunduh dan disimpan dalam folder yang sama dengan e-book. Aplikasi Martview hanya membuka e-book yang semula dalam bentuk pdf ke dalam tampilan yang berbeda, sedangkan untuk membuka link video tetap dilakukan pada e-book berbentuk pdf.
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi yang diambil dalam penelitian ini adalah para validator yang meliputi ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran memberikan penilaian terhadap e-book secara objektif dan sungguh-sungguh. Sementara itu para siswa yang mengisi lembar angket respon terhadap e-book, juga memberikan penilaian dengan jujur dan sungguh-sungguh. Dalam memusatkan penelitian yang akan dilaksanakan maka perlu diperhatikan beberapa batasan sebagai berikut: a. Tahapan dalam model R&D yang digunakan hanya dibatasi sampai tahap ke9, yaitu produk akhir, sedangkan untuk tahap disseminasi dan implementasi tidak dilakukan, karena penelitian ini fokus untuk penelitian pengembangan. b. Uji coba awal, uji coba utama, dan uji coba operasional terhadap e-book dalam penelitian ini dilakukan hanya padasiswa Kelas XIMIASMA Negeri 1, 2, dan 5Madiun. c. Penggunaan e-book kimia dalam pembelajaran diukur dari analisis berupa tes kognitif dengan perhitungan ketuntasan klasikal. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Definisi Operasional 1. Pengembangan e-book Pengembangan e-book kimia merupakan suatu proses penyusunan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) untuk kelas XI MIA SMA/MA pada materi hidrolisis garam. Pengembangan ini menggunakan model pengembangan Research&Development (R&D) menurut Borg&Gall (1983), namun pada penelitian ini dimodifikasi sampai pada tahap final product (produk akhir). 2. Hidrolisis garam Hidrolisis garam merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran kimia di SMA/MA kelas XI MIA semester 2. Dilihat dari komponen asam basa penyusunnya, materi ini dapat dibagi menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu: a) Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. b) Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah. c) Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. d) Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. 3. Kelayakan Kelayakan e-book dilakukan melalui penilaian oleh para validator ahli yang meliputi aspek media dan desain pembelajaran (Wahono,2006) serta aspek media (Crozat, 1999). Penilaian dilakukan dengan instrumen berupa lembar validasi oleh 3 validator ahli. Persentase dari lembar validasi dan lembar angket diukur berdasarkan Skala Likert. e-Book dapat dikatakan layak jika setiap aspek penilaian mempunyai persentase ≥ 61%. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Proses Belajar Mengajar Proses pengajaran atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi jiwa siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran. Proses belajar mengajar erat kaitannya dengan media dan proses komunikasi. Menurut Sudjana dan Rivai (2007), dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Menurut Hamalik (2002) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, to user kapan saja, dan dimana saja, baikcommit disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang
13
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
tak dapat ditentukan sebelumnya. Dalam konteks merancang system belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses belajar dan hasil belajar yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai tujuan tertentu, dilakukan dengan cara tertentu dan diharapkan memberikan hasil tertentu pula. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, bendabenda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dapat dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajaryang tampak dari luar. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan ukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan (Hamalik, 2002). Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar tejadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Guru bukan satu-satunya sumber belajar walaupun tugas, peran dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Tugas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. Istilah proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung mengajar (guru, instruktur) ataupun secara tidak langsung(Sadiman, Arief, dan Rahardjo, 2006). Belajar secara tidak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Guru atau instruktur hanyalah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan siswa belajar. 2. Bahan Ajar Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang dapat mendukung terjadinya proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2002) bahan ajar merupakan salah satu unsur belajar, dengan bahan itu para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diinginkan untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Ginting(2008) bahan ajar adalah rangkuman materi yang diajarkan dan diberikan kepada siswa dalam bentuk bahan tercetak ataupun dalam bentuk lain yang tersimpan dalam file elektronik baik verbal maupun tertulis. Sejalan dengan itu, Kingosfchytoel (2010) mengemukakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru/istruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Peraturan perundang-undangan nomor 19 tahun 2005 Pasal 20 diisyaratkan bahwa: commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain
mengatur
mensyaratkan
tentang bagi
perencanaan
pendidik
pada
proses
pembelajaran
yang
satuan
pendidikan
untuk
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, pendidik diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar”.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah salah satu alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang di dalamnya harus ada kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa. Pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, sehingga guru dapat merancang bahan ajar yang cocok dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran memiliki bentuk-bentuk dan fungsinya masing-masing. Bentuk bahan ajar menurut Sunardjo (2009) terdiri atas: a. Bahan: handout, buku, modul, lembar kerja sama, brosur, leaflet, wallchart. b. Audio visual: video/film, vcd. c. Audio: radio, kaset, cd audio. d. Visual: foto, gambar, model/maket. e. Multimedia: e-learning, internet Bentuk bahan ajar pada penelitian ini adalah bahan ajar noncetak (bahan commit to user ajar elektronik). Bahan ajar noncetak (bahan ajar elektronik) adalah bahan ajar
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
yang dikemas menggunakan perantara media komputer dan menggunakan software-software yang mendukung. Bahan ajar elektronik dalam penelitian ini adalah bahan ajar berbentuk e-book. 3. Media Association For Education And Communication Tehnology (AECT) menjelaskan bahwa media pembelajaran sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran pesan atau informasi (Asnawir dan Basyruddin, 2002). Arsyad menyatakan bahwa, media berasal dari bahasalatin yang merupakan bentuk jamak dari „‟medium‟‟ secara harfiah berarti perantara. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat si penerima pesan. Di dalam proses penyampaian informasi ini dengan menggunakan saluran (media) maka seseorang akan menerima informasi/pesan tersebut melalui kelima panca inderanya (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap). Media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa dalam pembelajaran kimia. Proses belajar kimia yang didukung dengan menggunakan media pembelajaran untuk mengkonkretkan materi kimia yang bersifat abstrak, sehingga proses belajar mengajar kimia berjalan dengan baik. Pada proses pembelajaran, media mempunyai arti yang penting sebagai alat bantu untuk mengatasi kerumitan atau ketidakjelasan materi pelajaran. Kerumitan materi pelajaran yang dihadapi oleh siswa dapat commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disederhanakan kerumitannya dengan menggunakan media dan media digunakan untuk mengkronkitkan materi yang bersifat abstrak, sehingga siswa akan mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Salahsatu gambaran yang sering dijadikan acuan landasan teori penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah kerucut pengalaman Edgar Dale. Dari kerucut pengalaman ini dapat dibagi menjadi tiga tingkatan pengalaman dalam belajar. Hasil belajar seseorang dimulai dari tingkat kongkret (pengalaman langsung), melalui benda tiruan atau pengganti benda nyata, sampai pada lambang verbal (abstrak). Perlu diingat bahwa pengembangan kerucut pengalaman Dale bukanlah berdasarkan tingkat kesulitan dari pembelajaran, melainkan tingkat keabstrakan dan jenis indra yang ikud serta dalam penerimaan pesan pembelajaran. Pada Gambar 2.1 disajikan bagan kerucut pengalaman Edgar Dale (Heinich, Michael, dan James, 1982):
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam
proses
pembelajaran,
media
memiliki
kontribusi
dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Kerucut pengalaman Dale diatas mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan peserta didik dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan-pesan dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan peserta didik sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding). Penggunaan media dalam proses belajar dilihat dari hasil belajar seseorang diperoleh mulai pengalaman konkret atau langsung, kenyataan yang ada di lingkungan kemudian dari benda tiruan, sampai kepada lambang verbal. Semakin ke atas di puncak kerucut abstrak media penyampai pesan itu. Interaksi belajar mengajar tidak harus dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dari jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik yang dihadpi mempertimbangkan situasi belajarnya. Pengalaman belajar langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang ada dalam pengalaman itu, karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan tersebut dituangkan dengan lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Pengalaman konkret dan abstrak dialami silih berganti, hasil commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar dan pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang dan sebaliknya (Sukiman, 2012). Media pembelajaran berfungsi untuk instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik mental atau bentuk aktifitas yang nyata sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung. Materi harus dirancang secara sistematis dan psikologis dapat dilihat dari segi prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Media pembelajaran memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan peserta didik (Sukiman, 2012). Kemp dan Daiton menyatakan bahwa, media pembelajaran memiliki tiga fungsi utama apabila digunakan perorangan, kelompok, dan kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi minat, menyajikan informasi, dan memberi instruksi (Sukiman, 2012). Media pembelajaran memiliki fungsi untuk memusatkan perhatian siswa, menggugah emosi siswa, membantu siswa memahami materi pembelajaran, membantu siswa mengorganisasi informasi, membangkitkan motivasi belajar siswa, membuat pembelajaran lebih konkret, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, dan mengaktifkan pembelajaran (Faiq, 2013). Fungsi media pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu 1) fungsi media untuk pengajar sebagai pedoman atau arahan untuk mencapai tujuan pembelajaran, menjelaskan struktur dan urutan pembelajaran dengan baik, memberikan
kerangka
yang
sistematis,
mempermudah
pengajar
untuk
menyampaikan materi pelajaran, membantu kecermatandan ketelitian dalam penyajian pembelajaran, membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
meningkatkan kualitas pembelajaran; 2) Fungsi media untuk pembelajaran sebagai motivasi belajar mengajar, memberikan dan meningkatkan variasi belajar mengajar, memberikan struktur materi pembelajaran, memberikan inti informasi pelajaran, merangsang pembelajaran untuk berpikir dan beranalisis, menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan pelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis (Faiq, 2013). Hamalik menyatakan bahwa, media dimanfaatkan untuk membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan berpengaruh secara psikologis kepada peserta didik. Kehadiran media juga membantu peningkatan pemahaman peserta didik, informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi, fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Allen dan Meyer(1997) terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film,televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku tekscetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antarajenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihatbahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemahuntuk tujuan belajar yang lain. Media audio visual seperti film ataupun televisi memiliki kelebihan untuk materi pelajaran dengan tujuan memberikan informasi faktual, pengenalan visual, penanaman prinsip, konsep, dan penggambaran prosedur. Akan tetapi penggunaan media pembelajaran ini memberikan keterampilan proses yang rendah bagi siswa. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuanbelajar; ada tinggi, sedang, dan rendah. 4. Multimedia e-Learning Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Secara sederhana, Meyer cit.Asyhar (2011) mendefinisikan multimedia sebagai media yang menghasilkan bunyi dan teks. Sementara, Martin cit.Asyhar (2011) membedakan multimedia dan audiovisual. Video conference dan video cassette termasuk media audio visual, dan aplikasi computer interaktif dan non interaktif adalah beberapa contoh multimedia. Selain beberapa contoh di atas, ada juga multimedia yang sering digunakan dalam pembelajaran, salah satunya adalah elearning. e-Learning merupakan kepanjangan dari electronic learning, merupakan salah satu metode baru dalam proses belajar - mengajar yang menggunakan media elektronik, khususnya internet dalam sistem pembelajarannya. e-Learning merupakan alasan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ICT (Madao, 2009). Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika.Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Roesenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Kamarga (2002), yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah „e‟ atau singkatan dari electronic dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan guna mendukung usaha-usaha pengajaran melalui teknologi elektronik internet. Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap sehingga akan memberikan pengaruh terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajarmengajar didominasi oleh peran guru, kini proses belajar-mengajar banyak didominasi oleh peran guru dan buku,dan pada masa mendatang proses belajarmengajar akan didominasi oleh peran guru, buku, dan teknologi.Maka dari itu salah satu e-learning yang cukup popular dalam dunia pendidikan adalah e-book, karena mudah didapat dan bisa diunduhsecara gratis. Dengan hadirnya e-book ini para pembaca dimudahkan untuk tidak menyimpan buku-buku favoritnya dalam bentuk fisik (buku konvensional) dan juga memudahkan bagi para penulis dalam menyebarkan tulisan-tulisannya, karena melalui e-book ini seseorang tidak perlu datang ke penerbit hanya sekedar menginginkan tulisannya dapat diterbitkan. Apabila seorang penulis ingin menjual atau mempublikasikan tulisannya dengan adanya e-book ini merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh. Menurut Mukhtar dan Iskandar (2010), file-file yang sering digunakan untuk pengemasan dokumen tersebut sehingga bisa disebut e-book biasanya dalam commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
format pdf, exe, doc, ppt, dan sebagainya. Yang lazim adalah pdf dan exe. Akan tetapi tidak semua file dokumen yang berekstensi pdf atau exe disebut e-book. Seperti halnya banyak dokumen manual/kertas yang tidak serta merta bisa disebut buku, ada yang disebut selebaran, brosur, pamflet, dan lain-lain. Maka file dokumen agar bisa disebut e-book tentunya harus memenuhi kaidah-kaidah penulisan buku dan tersusun dalam bentuk buku hanya saja tidak diwujudkan secara fisik (dicetak).e-Book berekstensi pdf (portable document format) adalah buku elektronik yang bisa dibuka dengan program-program pdf reader seperti adobe acrobat reader, foxit reader, dan semacamnya. Format pdf lebih banyak digunakan dalam pembuatan e-book karena file ini memang lebih praktis dan mudah dalam manajemen pembuatannya. Kita dapat mengkonversi dokumen word ke dalam pdf dengan adobe acrobat atau program lain. Kelebihan file .pdf ini adalah ukurannya filenya kecil bahkan dapat dioptimasikan untuk gambargambar yang digabungkan di dalamnya, nyaman dibaca/dicetak, dan yang paling penting
ada
fasilitas
setting
menggunakan
kode
sandi
baik
dalam
pembacaan,editing, ataupun untuk dicetak. 5. Kekurangan dan Kelebihan Media Elektronik Bahan ajar yang dirancang berbentuk buku elektronik (e-book) ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003) mengatakan bahwa: “…media elektronik memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan media elektronik adalah dapat memberikan suasana yang lebih “hidup”, penampilannya menarik, dan di samping itu dapat pula digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu commit to usersecara lebih nyata. Di samping
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
kelebihannya terdapat juga kelemahannya yang terletak pada segi teknis dan juga biaya. Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana tertentu, misalnya: listrik dan perangkat komputer”
Pemaparan di atas jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka kelebihan bahan ajar elektronik yaitu pengoperasiannya yang mudah sehingga siswa dapat lebih fokus pada materiyang terdapat pada e-book, penampilannya yang menarik karena dirancang dengan warna background yang cerah sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar. Dari segi keterbacaan, e-book ini menggunakan huruf yang tingkat keterbacaannya jelas dan ukuran yang sesuai sehingga mudah untuk dibaca siswa. e-Book ini juga dilengkapi dengan gambar atau contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi saat ini, peran e-book ini adalah dapat memasukkan teknologi sebagai media belajar sehingga secara tidak langsung siswa telah berinteraksi dengan teknologi, artinya siswa dapat menggunakan komputer dalam pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran kimia.Dalam pembelajaran jarak jauh, Soekartawi (2002) menambahkan beberapa manfaat dari media elektronik, antara lain memudahkan komunikasi siswa dengan guru tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu, siswa dapat mempelajari materi ajar setiap saat dan kapanpun diperlukan mengingat bahwa materi ajar tersebut tersimpan dalam komputer, dan meningkatkan keaktifan siswa dalam forum diskusi yang bisa diadakan setiap saat secara online. Namun di balik keunggulan yang dimiliki, e-bookjuga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah pada umumnya membutuhkan alat khusus untuk commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakannya sehingga terkesan tidak fleksibel bagi siswa, tidak kompatibel antar jenis/versi yang ada, dan membutuhkan jaringan internet yang stabil ketika pengoperasiannya. Bullen (2001) menambahkan kekurangan pembelajaran dengan media elektronik sejenis e-book adalah berkurangnya interaksi secara langsung antara pengajar dan peserta didik, peserta didik cenderung mengabaikan aspek akademik dan aspek sosial, sebaliknya mendorong berkembangnya aspek bisnis dan komersial, dan proses belajar cenderung berubah ke arah pelatihan daripada ke arah pendidikan. 6. Pembelajaran Berorientasi Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran
berbasis
masalah
(ProblemBased
Learning),yang
selanjutnya disingkat dengan PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Woods,1996). Lebih lanjut Boud dan Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Masalah tersebut bersifat terbuka, tidak terstruktur, dan tidak jelas, sehingga dimaksudkan agar siswa menjadi lebih tertantang untuk mengemukakan pendapat mereka dan menemukan solusinya. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok sehingga dapat memberi pengalaman belajar yang beragam seperti interaksi dalam kelompok, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, dan sebagainya. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tan (2004) juga menyebutkan bahwa PBL telah diakui sebagai suatu pengembangan dari pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang menggunakan masalah-masalah yang tidak terstruktur (masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah simulasi yang kompleks) sebagai titik awal dan jangkar atau sauh untuk proses pembelajaran. Menurut Djoko (2011) sebagai model pembelajaran, PBL dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya mendorong dan membantu siswa untuk terlibat secara aktif membangun pengetahuannya sehingga mencapai pemahaman yang mendalam (deep learning). Menurut Sagala (2010) PBL dapat menumbuhkan kemampuan berpikir dalam menggunakan wawasan yang dimiliki tanpa harus memikirkan kualitas pendapat
yang
disampaikan,
sehingga
siswa
dapat
dengan
leluasa
mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Guru tidak memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Karakteristik PBL Karakteristik pembelajaran PBLmenurut Arends (2008) yakni: (1) pengajuan pertanyaan atau masalah, (2) fokus pada keterkaitan interdisiplin ilmu yaitu pembelajaran berbasis masalah berpusat pada mata pelajaran tertentu tetapi pemecahan masalah dapat ditinjau dari berbagai ilmu pengetahuan, (3) penyelidikan autentik, (4) memamerkan produk, dan (5) adanya kerjasama (kolaborasi). Artikel tentang PBL yang terdapat dalam CIDR Teaching and Learning Bulletincit. Widjajanti (2011), PBL dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yang menangkap minat siswa dengan menghubungkannya dengan isu di dunia nyata; menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya, memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah, membutuhkan kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk menyelesaikannya dan mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independen untuk menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Widjajanti (2011) mengemukakan bahwa masalah untuk PBL seharusnya dipilih sedemikian hingga menantang minat siswa untuk menyelesaikannya, menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, dan membutuhkan kerjasama
dan
berbagai
strategi
untuk
menyelesaikannya.
Widjajanti
menambahkan untuk keperluan ini, masalah open-ended yang disarankan untuk dijadikan titik awal pembelajaran. Masalah yang open-ended adalah masalah yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
mempunyai lebih dari satu cara untuk menyelesaikannya, atau mempunyai lebih dari satu jawaban yang benar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Tan (2004) bahwa pengajuan masalah dalam PBL disajikan secara tidak terstruktur (ill structure) digunakan sebagai titik awal (starting point) di dalam pembelajaran, masalah menantang siswa untuk belajar pengetahuan baru, pembelajaran mandiri (self directed learning), pemanfaatan sumber pengetahuan yang bervariasi, penggunaan dan evaluasi sumber informasi, pengembangan inquiry dan keterampilan pemecahan masalah (problem solving skill), sintesis dan integrasi dan evaluasi serta review dari pengalaman pembelajaran di dalam proses pembelajaran sebagai penutup dari PBL. Dengan demikian, guru perlu untuk mendampingi siswa sebagai fasilitator yang baik. Pada saat diskusi menemui kebuntuan, guru dapat memancing ide siswa dengan pertanyaan yang mengarah pada penemuan jawaban. Menurut Duch, Allen, dan White (2000) peran guru dalam PBL adalah membimbing, menggali pemahaman yang lebih dalam, dan mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak memberi ceramah pada konsep yang berhubungan langsung dengan masalah esensial yang dipecahkan, dan juga
tidak mengarahkan atau memberikan
penyelesaian yang mudah. b. Langkah PBL Menurut Tan (2004), langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam PBL dalam pembelajaran, meliputi: (1) mengorientasikan siswa pada masalah, (2) menganalisis masalah, (3) memandu menyelidiki masalah secara mandiri atau commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
kerja, dan (5)
mengikhtisarkan, mengintegrasikan dan mengevaluasi. Langkah pembelajaran PBL secara terperinci dikemukakan oleh Arends cit. Trianto (2010) seperti pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran PBL Fase
Tahap-Tahap
Kegiatan Siswa
Fase 1
Penyajian masalah
Siswa mendapatkan penyajian masalah dalam bentuk pertanyaan yang diberikan guru
Fase 2
Pengorganisasian
Siswa secara aktif melakukan perencanaan
siswa
penyelidikan
bersama
kelompok
dengan
bimbingan guru Fase 3
Penyelidikan
Siswa
kelompok
untuk
melakukan
kegiatan
mengumpulkan
penyelidikan
data-data
yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah Fase 4
Pengembangan
dan Setiap perwakilan kelompok menyampaikan
Penyajian hasil karya
hasil penyelidikan berdasarkan hasil analisis kelompok
Fase 5
Pengevaluasian hasil Siswa membuat kesimpulan dan rangkuman penyelidikan
dari hasil penyelidikan yang telah mereka lakukan dengan bimbingan guru
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Kelemahan dan Keunggulan PBL Kendala yang akan dihadapi dalam pembelajaran Problem Based Learning menurut Sagala (2010), siswa yang malu-malu tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kelompok, adanya siswa yang mengganggu, siswa yang tidak mampu mengatasi masalah, siswa yang terus-menerus bergantung dengan guru, adanya siswa yang dominan sehingga akan terkesan memaksakan kehendak kepada kelompok, dan terkadang terdapat kelompok yang tidak kompak. Kelebihan Problem Based Learning menurut Trianto (2010) yaitu realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk inkuiri siswa, ingatan konsep siswa menjadi kuat, dan memupuk kemampuan problem solving. Melengkapi pendapat tersebut, Sudjana (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut diantaranya adalah siswa memperoleh pengalaman praktis, kegiatan belajar lebih menarik, bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh para siswa, siswa dapat belajar dari berbagai sumber, interaksi sosial antarsiswa lebih banyak dikembangkan, siswa belajar melakukan analisis dan sisntesis secara simultan. Sedangkan kekurangannya antara lain menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup, kegiatan belajar siswa bisa membawa resiko yang merugikan jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru. 7. Aplikasi MartView MartView adalah sebuah aplikasi pembuat
e-book,
yang dapat
membukafile.mart dan pdf dengan tampilan seperti kita sedang membuka sebuah buku nyata.Aplikasi ini memiliki tampilan tayangan yang mengesankan dan commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tergolong sangatmenarik, lebih menarik dari aplikasi sejenisnya. MartView merupakan aplikasi freewareyang dapat diinstal ke dalam komputer tanpa dipungut
biaya
apapun
alias
memanfaatkan/menggunakan/mengunduh
setiap aplikasi
orangyang MartView
mau diberikan
secaragratis. Saat aplikasi MartView ini diinstall , komputer harus terhubung keinternet karena akan mengunduh beberapa file yang mendukung kinerja MartView.Setelah proses install selesai, aplikasi MartView secara otomatis akan terbuka.Langkah pembuatan e-bookdengan antara lain sebagai berikut: 1. Menginstall program pembuat e-bookMartView terlebih dahulu. 2. Menjalankan program MartView dengan cara melakukan klik star-all programs-MartView.
3. Selanjutnya akan muncul tampilan dari MartView, untuk memulai membuat ebook, dengan cara mengklik menu createe-book yang berada di sisi kanan atas menu. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Terdapat tiga buah pilihan untuk membuat e-book dalam format.mart (aplikasi MartView), yaitu 1) Pdf ke Mart, 2) JPG/PNG/GIF/BMP ke Mart, dan 3) Zip/Rar/CBZ/CBR ke Mart. memilih menu create pada menu pilihan pdf ke mart.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Memilih file dengan format .pdf yang akan dibuat sebagai e-book dalam format .Mart, selanjutnya melakukan klik pada tombol open.
6. Program konversi sedang berjalan, dibutuhkan beberapa menit hingga selesai atau progress mencapai 100%. Selanjutnya melakukan klik pada tombol open untuk melihat hasil e-book yang telah dibuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
7. e-Book dalam format .mart telah selesai dan dapat dibaca pada PC, laptop, Ipad, iPhone, iPod Touch atau perangkat lainnya.
(D. Haris,2011) 8. Materi Hidrolisis Garam Garam adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara asam dan basa. Kata Hydrolysis berasal dari bahasa Yunani, dimana hydro berarti air dan lysis berarti penguraian. Hidrolisis garam dideskripsikan sebagai reaksi dari anion atau kation garam, ataupun keduanya dengan air. Hidrolisis garam biasanya mempengaruhi pH suatu larutan. Berdasarkan asam basa pembentuknya garam dibedakan menjadi: a. Garam yang berasal dari asam kuat-basa kuat Garam ini misalnya NaCl (Natrium Klorida). Garam NaCl bersifat netral dan memiliki pH = 7. Hal ini menunjukkan bahwa [H+] = [OH-]. Jika garam NaCl commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilarutkan dalam air, maka persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut : NaCl(aq) + H2O(l) ⟶Na+(aq) + Cl-(aq) Berdasarkan reaksi tersebut, senyawa NaCl mengalami ionisasi sempurna, baik kation maupun anion, hanya terhidrasi oleh air, tetapi tidak mengalami reaksi dengan air. Dengan demikian, garam tersebut tidak terhidrolisis dalam air. Akibatnya, konsentrasi ion H+ tidak berubah terhadap konsentrasi ion OH-, sehingga larutan garam tersebut bersifat netral dan memiliki pH = 7. b.
Asam Kuat-Basa Lemah Garam ini misalnya NH4Cl (Amonium Klorida). Berdasarkan percobaan
didapatkan bahwa garam ini bersifat asam. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Ketika garam tersebut dilarutkan di dalam air, bayangkan terjadinya kesetimbangan berikut : NH4Cl(s)+ H2O(l) ⟶NH4OH(aq)+
NH4+(aq) + OH-(aq)
HCl(aq)
H+(aq) + Cl-(aq)
Senyawa NH4OH lebih cenderung membentuk molekul, sedangkan senyawa HCl akan lebih cenderung membentuk ion-ionnya. Sehingga dalam larutan tersebut [H+] > [OH-], hal ini terjadi karena OH– dariH2O membentuk molekul
NH4OH
sedangkan
H+tidak
membentuk
molekul.
Selanjutnya
NH4+(kation yang berasal dari spesi basa lemah) terhidrolisis oleh air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : NH4+(aq) + H2O(l)⇄ NH4OH(aq) + H+(aq) ................................ reaksi 1 commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hidrolisis kation yang berasal dari basa lemah menghasilkan ion H+, sedangkan anion Cl- (berasal dari spesi asam kuat) tidak terhidrolisis oleh air. Akibatnya, konsentrasi ion H+ menjadi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi ion OH-. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis sebagian (hanya kation saja). Larutan garam tersebut bersifat asam dan memiliki pH < 7. Berdasarkan reaksi 1 dapat dituliskan: [NH4OH][H+] K
= [NH4+] [H2O] [NH4OH][H+]
K [H2O] =
[NH4+] [H2O] sebanding dengan [H2O]mula-mula karena H2O yang bereaksi dengan NH4+sangat kecil jika dibandingkan dengan [H2O]mula-mula
sehingga dapat
dianggap tetap. [NH4OH][H+] Kh =
, Kh = tetapan hidrolisis [NH4+] Apabila pembilang dikalikan dengan OH-, penyebut juga dikalikan dengan OH-. [NH4OH][H+] [OH-] Kh =
[NH4+] [OH-]
[NH4OH] 1
+
-
= 𝐾𝑏
dan [H+] [OH-] = Kw
[NH4 ] [OH ] 1
Kh = 𝐾𝑏 Kw Kh =
Kw 𝐾𝑏
+ Dari reaksi 1, dapat diketahui bahwa [NH4toOH] commit user= [H ]
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
[H+][H+] = [NH4+]
Kw 𝐾𝑏
[H+]2 = [NH4+] 𝐾𝑤
[H+] =
𝐾𝑏
Kw 𝐾𝑏
[asam konjugasi]
pH = - log [H+] c. Asam Lemah-Basa Kuat Salah satu contoh garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat misalnya CH3COONa (Natrium Asetat). Bagaimana larutan tersebut bisa bersifat basa? Jika CH3COONa dilarutkan dalam air, bayangkan terjadinya kesetimbangan berikut: CH3COONa(s)+ H2O(l)
CH3COOH(aq)
+
NaOH(aq)
CH3COO-(aq) + H+(aq)Na+(aq) + OH-(aq) Senyawa CH3COOH lebih cenderung membentuk molekul, sedangkan senyawa NaOH akan lebih cenderung membentuk ion-ionnya. Sehingga dalam larutan tersebut
[H+] < [OH-], hal ini terjadi karena H+ dariH2O membentuk
CH3COOHsedangkan OH- tidak membentuk molekul. Selanjutnya CH3COO(anion yang berasal dari spesi asam lemah) terhidrolisis oleh air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : CH3COO-(aq) + H2O(l)⇄ CH3COOH (aq) + OH-(aq) ........................reaksi 2 Hidrolisis anion yang berasal dari asam lemah menghasilkan ion OH -, commit to user sedangkan kation Na+ (berasal dari spesi basa kuat) tidak terhidrolisis oleh air.
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Akibatnya, konsentrasi ion H+ menjadi lebih sedikit dibandingkan konsentrasi ion OH-. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis sebagian (hanya anion saja). Larutan garam tersebut bersifat basa dan memiliki pH > 7. Berdasarkan reaksi 2 dapat dituliskan: [CH3COOH][OH-] K
= [CH3COO-] [H2O] [CH3COOH][OH-]
K [H2O] =
[CH3COO-] [H2O] sebanding dengan [H2O]mula-mula karena H2O yang bereaksi dengan CH3COO-sangat kecil jika dibandingkan dengan [H2O]mula-mula sehingga dapat dianggap tetap. [CH3COOH][OH-] Kh =
, Kh = tetapan hidrolisis [CH3COO-] Apabila pembilang dikalikan dengan H+, penyebut juga dikalikan dengan H+. [CH3COOH][OH-] [H+] Kh =
[CH3COO-] [H+]
[CH3COOH] 1
[CH3COO-] [H+]
= 𝐾𝑎 dan [H+] [OH-] = Kw
1
Kh = 𝐾𝑎 Kw Kh =
Kw 𝐾𝑎
Dari reaksi 2, dapat diketahui bahwa [CH3COOH] = [OH-] [OH-][OH-] = [CH3COO-]
Kw 𝐾𝑎
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
[OH-]2 = [CH3COO-] [OH-] =
𝐾𝑤 𝐾𝑎
Kw 𝐾𝑎
[basa konjugasi]
pOH = - log [OH-] pH
= 14 - pOH
d. Asam Lemah-Basa Lemah Berbeda dengan ketiga jenis garam yang telah dijelaskan sebelumnya, garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis total. Salah satu garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya CH3COONH4. Baik kation dari basa lemah maupun anion dari asam lemah dapat mengalami hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : NH4+(aq) + H2O(l) ⇄NH4OH(aq) + H+(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l) ⇄ CH3COOH (aq) + OH-(aq) Ternyata, hidrolisis kedua ion tersebut menghasilkan ion H+ maupun ion OH-. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis total (sempurna). Sifat larutan yang dihasilkan bergantung pada perbandingan kekuatan asam lemah (Ka) terhadap kekuatan basa lemah (Kb). Ada tiga kemungkinan perbandingan nilai Ka terhadap Kb : a. Ka> Kb : sifat asam lebih mendominasi; larutan garam bersifat asam; pH larutan garam kurang dari 7 b. Ka = Kb
: sifat asam maupun basa sama-sama mendominasi; larutan garam commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersifat netral; pH larutan garam sama dengan 7 c. Ka< Kb : sifat basa lebih mendominasi; larutan garam bersifat basa; pH larutan garam lebih dari 7
B. Penelitian yang Relevan 1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andrew Walker dan Heather Leary pada tahun 2009 mengemukakan berbagai aspek meta analisis dari Problem Based Learning (PBL) yang ditinjau dari jenis-jenis permasalahannya, langkah-langkah yang dilakukan, serta penilaiannya. Mereka meneliti beberapa tipe permasalahan yang masuk dalam kategori PBL serta memberikan rangking terhadap disiplin ilmu yang terbanyak menggunakan PBL dalam menyelesaikan permasalahan. 2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cemal Tosun dan Erdal Senocak pada tahun 2013, mereka meneliti tentang pengaruh PBL terhadap sikap ilmiah siswa terhadap mata kuliah kimia untuk para mahasiswa tingkat pertama. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pembelajaran PBL efektif digunakan untuk meningkatkan sikap ilmiah walaupun mahasiswa pada awalnya memiliki kemampuan scientific yang rendah. 3. Menurut penelitian yang dilakukanoleh Cemal Tosun dan Yavus T. pada tahun 2011, jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional, pembelajaran menggunakan model PBL dapt mempengaruhi dan memotivasi mahasiswa untuk lebih mandiri dalam belajar khususnya pada kelas kimia. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brian R. Belland, Brian F. French, dan Peggy A. Ertmer pada tahun 2009 mengemukakan bahwa dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) ada 3 tujuan utama yang didapat yaitu meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan kerja mandiri setiap individu, dan menghasilkan pembelajaran bermakna. 5. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hilal Ahmad Wani pada tahun 2013 mengemukakan bahwa e-learning adalah teknologi yang mendukung pengajaran dan pembelajaran melalui komputer dan teknologi web. Ia menjembatani kesenjangan antara guru dan siswa di dua lokasi geografis yang berbeda. Kemajuan internet dan teknologi multimedia adalah kemampuan mendasar untuk e-learning. Aplikasi e-learning memfasilitasi akses online untuk konten dan administrasi pembelajaran. Meskipun banyak antusiasme tentang peran teknologidalam pendidikan, perannya dalam mengubah pembelajaran guru, dengan menyelaraskan kemajuan ilmu pembelajaran dengan perspektif sosial-budaya kontemporer, masih sedikit perubahan telah terjadi. 6. Menurut penelitian Orla C. Kelly dan Odilla E. Finlayson pada tahun 2007 yang menjelaskan bahwa pendekatan PBL memberikan lingkup yang lebih untuk pengembangan keterampilan dan pemahaman tentang konsep dan proses eksperimental. Para siswa mendapatkan pengalaman dari keseluruhan proses ilmiah dalam format yang relevan dan format percobaan. Selain itu, siswa
tampaknya
pembelajaran.
menikmati
pengalaman
commit to user
yang
diperolehnya
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
7. Menurut penelitian Muhammad Nur Rohim pada tahun 2012 yang menghasilkan produk berupa bahan ajar berorientasi PBL pada materi gerak. Berdasarkan hasil analisis data, produk akhir yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria layak dan sudah direvisi pada beberapa bagian berdasarkan komentar dan saran dari validator. Produk akhir yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda dari bahan ajar yang lain, diantaranya: setiap awal materi diawali pertanyaan-pertanyaan sederhana, terdapat banyak soal diskusi untuk memantapkan konsep, dan full colour.Dari hasil penelitian tersebut memberikan gambaran pula bahwa PBL merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk dapat melibatkan siswa lebih aktif. 8. Menurut penelitian Gurmak Singh, John O‟Donoghue, dan Harvey Worton yang menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan e-learning memiliki manfaat yang cukup besar baik bagi siswa dan guru. Bagi siswa, pembelajaran menggunakan e-learning dapat memberikan inovasi pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara mandiri di luar pembelajaran di kelas. Diharapkan siswa dapat menjadi pebelajar sepanjang hayat. Sedangkan bagi guru, dengan adanya e-learning diharapkan guru akan menjadi lebih profesional dalam bekerja dan mengembangkan kemampuan teknologi yang dimiliki. 9. Menurut penelitian Mirjana Radovic-Markovic pada tahun 2010 yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan pembelajaran menggunakan elearning. Kelebihan dari pembelajaran menggunakan e-learning adalah berkembangnya kemampuan menggunakan teknologi internet di kalangan masyarakat, penyajian informasi pembelajaran dalam bentuk teks, visual, commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
audio, dan sebagainya. Kekurangannya, pembelajaran menggunakan elearning juga memiliki berbagai kendala, yaitu kurangnya komunikasi antara siswa dan guru serta kurangnya kemandirian pebelajar untuk menggali informasi di luar kelas, sehingga adanya e-learning terasa tidak mempunyai dampak.
C. Kerangka Berpikir Kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan dalam memahami konsep kimia, menghafal rumus dan kesulitan perhitungan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik untuk mencari jawaban, menemukan konsep, sehingga konsep tersebut benar-benar telah dipahami. Lemahnya pemahaman konsep siswa juga dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan guru secara umum masih bersifat teacher centered. Belum maksimalnya nilai yang didapatkan karena pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa dan kurang menarik. Hal ini yang mengakibatkan pola belajar siswa cenderung menghapal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis siswa kurang berkembang. Padahal pengetahuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan penemuan dan analisis siswa itu sendiri akan dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, bila dibandingkan apabila diperoleh dengan cara-cara yang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut kerangka pikir
dalam penelitian ini: commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Perbaikan proses dan hasil pembelajaran perlu dilakukan dengan menerapkan metode atau menggunakan media pembelajaran yang inovatif sehingga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dan menemukan konsep pengetahuan,
meningkatkan
prestasi
belajar
serta
mengembangkan
kemampuan berpikir siswa. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2013 yang mulai di implementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Salah satu model yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah Problem Based Learning (PBL). Dalam model ini, guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan faktor-faktor pendidikan yang lain, tetapi kadang-kadang kurang diperhatikan oleh guru. Padahal dengan media yang tepat, merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu proses belajar-mengajar. Akan tetapi, bahan ajar yang digunakan oleh guru belum mengaju kepada metode yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013. Sehingga perlu dikembangkan suatu media bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. Media yang dikembangkan hendaknya lebih inovatif dengan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang saat ini, salah satunya adalah e-book. e-Book yang dikembangkan berisi fitur-fitur yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, khususnya menggunakan langkah-langkah pembelajaran PBL yang terdiri dari fitur M2 (Mari Membaca), YKS (Yuk Kita Selidiki), PC (Praktikum Ceria), Speak Up, dan Reportase. e-Book ini dikembangkan dengan aplikasi Martview sehingga tampilannya berbeda dengan e-book lain. 2. e-Book yang dikermbangkan dinilai oleh validator materi, media, dan pembelajaran. Hasilnya e-book yang dikembangkan telah memenuhi kriteria penialaian dan layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran. 3. e-Book yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan (tuntas KKM).
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan pada penelitian ini adalah pengembangan yang berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang ada. A. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di 3 sekolah yaitu SMA Negeri 1, 2, dan 5 Madiun pada kelas XI MIA. Waktu pelaksanaannya pada Januari-Agustus 2014.
B. Jenis Penelitian Penelitian
ini
termasuk
penelitian
pengembangan
yaitu
untuk
mengembangkan e-book kimia yang berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam untuk kelas XI SMA/MA. Penelitian pengembangan inimengacu pada model R&D Borg&Gall (1983) yang dimodifikasi.
C. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Validasi diperoleh dari2 dosen kimia sebagai ahli materi dan ahli media, serta 1 guru kimia sebagai ahli pembelajaran. 2. Data uji coba awal dilakukan pada 6 siswa kelas XI MIA SMA Negeri 1 Madiun dan 6 siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 Madiun. commit to user 47
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Data uji coba utama dilakukan pada 1 kelas XI MIA SMA Negeri 2 Madiun dan 1 kelas XI MIA SMA Negeri 5 Madiun. 4. Data uji coba operasional dilakukan pada 2 kelas XI MIA SMA Negeri 1 Madiun, 2 kelas XI MIA SMA Negeri 2 Madiun, dan 2 kelas XI MIA SMA Negeri 5 Madiun.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yaitu penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu. Desain penelitiannya ditunjukkan oleh Gambar 3.1: 1
Penelitian Pendahuluan dan Pengumpulan informasi (mengenali permasalahan yang ada di lapangan, analisis proses pembelajaran guru, analisis kurikulum, analisis bank soal, studi pustaka)
Desain Perencanaan dan Pengembangan Menyusun pendahuluan
Membuat desain cover e-book
Menyusun instrumen penelitian
Menyusun isi/fitur dalam e-book
2
3
Produk jadi awal
Validasi Produk
4 Uji coba awal
5 Revisi 1
6
7
8
Uji coba utama
Revisi 2
Uji coba operasional
Produk akhir
Diseminasi dan implementasi
9
10
commit to user Gambar 3.1 Desain pengembangan diadaptasi dan dimodifikasi dari Borg & Gall (1983)
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: : tahapan tidak dilakukan
E. Prosedur Penelitian Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah. Masalah akan timbul jika ada penyimpangan antara harapan dan kenyataan. Masalah ini dapat diatasi melalui penelitian sehingga dapat ditemukan suatu sistem penanganan yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan e-book kimia sebagai produk penelitian. Rancangan
penelitian
yang
digunakan
adalah
desain
penelitian
dan
pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan R&D terdiri dari 10 tahapan sesuai dengan desain penelitian pada Gambar 3.1 di atas, namun pada penelitian pengembangan e-book ini hanya dilakukan sampai pada tahapan ke-9 yaitu final product (produk akhir)sedangkan untuk tahap diseminasi tidak dilakukan. Berikut akan dijelaskan kegiatan penelitian yang akan dilakukan pada setiap tahapan: 1. Pengumpulan informasi Pada
tahap
pertama
ini,
pengumpulan
informasi
sebagai
dasar
dilakukannya penelitian pengembangan. Dilakukan berbagai analisis kebutuhan yang meliputi analisis literatur dan analisis lapangan. Untuk mendapatkan hasil analisis tersebut dilakukan dengan cara mengkaji teori, penyebaran angket kepada siswa, dan wawancara langsung dengan guru pengajar. Uraian kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Studi Literatur Melakukan studi literatur yang berhubungan dengan penelitian. Hasil studi literatur berupa jurnal penelitian yang relevan dan kajian pustaka yang mendukung penelitian serta data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah yaitu kompetensi inti, kompetensi dasar dan materi pokok. Penelitian kali ini difokuskan pada materi Hidrolisis Garam.
Kompetensi setiap pelajaran pada kurikulum 2013
selalu sama, begitu pula dengan kimia, meliputi kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran. b. Studi lapangan Studi lapangan terdiri dari wawancara, angket (kuesioner) dan percobaan awal. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa siswa rata-rata berusia 16-18 tahun. Angket diberikan kepada siswa kelas XI MIA sebanyak 25 siswa dari untuk mengetahui permasalahan pembelajaran yang dialami siswa. Hasil angket siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari angket tersebut diperoleh bahwa sebanyak 84% siswa menyetujui adanya media pembelajaran berupa e-book pada materi hidrolisis garam. Hal ini didukung pula dengan wawancara sejumlah guru kimia bahwa media e-book memang belum terlalu sering digunakan, padahal cara penggunaannya mudah dan siswa dapat memperolehnya secara gratis. Setelah mengetahui permasalahan pembelajaran, peneliti dapat melanjutkan tahap selanjutnya untuk mengetahui penyelesaian masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
2. Perencanaan Tahap ini bertujuan untuk merancang media pembelajaran e-book dan memilih e-book yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta pemilihan format ebook. Kegiatan pada tahap ini meliputi penulisan, pengadopsian dan penyusunan e-book kimia serta konsultasi dengan dosen pembimbing. Pada penulisan dan pengadopsian dilakukan pengumpulan bahan-bahan berupa materi kimia pada kelas XI semester 2, khususnya pada materi hidrolisis dan bentuk/format e-book yang sesuai yaitu adopsi dari e-book dengan yang pernah didesain oleh Rahardjo (2009). 3. Pengembangan produk awal e-Book diberi nama e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) yang didesain menggunakan Microsoft Office Publisherdan ditampilkan dengan program MartView yangbertujuan memberikan warna yang berbeda dibandingkan e-book kimia yang pernah ada dan menarik minat baca dari siswa. Jenis huruf yang digunakan adalah Book Antiqua berukuran antara 11-12. BookAntiqua merupakan jenis huruf yang diharapkan menarik perhatian siswa dan ukurannya didasarkan pada ukuran huruf yang ideal bagi siswa SMA/MA. Nantinya e-book ini juga akandiunggah pada blog penulis, dengan tujuan memudahkan siswa untuk mengunduhnya.Di dalam e-book kimia yang dikembangkan juga akan dilengkapi oleh video praktikum siswa, namun untuk dapat melihat video tersebut harus dipastikan bahwa siswa dalam keadaan online (terhubung dengan internet). Hasil pengembangan ini disebut sebagai produk awal. Produk awal ini akan ditelaah terlebih dahulu oleh dosen pembimbing sebelum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
nantinya divalidasikan kepada ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran. Tujuan dari tahapan telaah adalah untuk memastikan bahwa produk awal yang dikembangkan telah layak untuk divalidasikan dan diujicobakan. Produk awal ini selanjutnya akan divalidasikan kepada 2 dosen sebagai ahli materi dan ahli media, serta kepada 1 orang guru sebagai ahli pembelajaran. 4. Uji coba awal Uji coba awal ini dilakukan pada 12 siswa yang terdiri dari 6 siswa kelas XI MIASMAN 1 Madiun dan 6 siswa kelas XI MIA SMAN 5 Madiun. Alasan pemilihan 12 siswa karena jika anggota uji coba awal kurang dari 10, data yang diperoleh kurang dapat mengambarkan populasi target, sebaliknya bila lebih dari 20, data atau informasi yang diperoleh melebihi yang diperlukan, akibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam evaluasi kelompok kecil (Sadiman, 2006). 12 siswa terdiri dari siswa dengan kemampuan yang berbeda yaitu dari siswa dengan kemampuan baik, sedang, dan rendah yang dipilih berdasarkan peringkat nilai. Penggunaan 12 siswa dalam uji coba awal dengan tingkat kemampuan yang berbeda dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dianggap mewakili atau mencerminkan respon keseluruhan siswa di lapangan yang memiliki tingkat kemampuan yang beragam. Dalam uji coba awal ini, siswa akan diberikan angket untuk memberikan masukan demi kesempurnaan e-book yang dikembangkan. 5. Revisi 1 Hasil dari uji coba awal akan didapatkan masukan dari siswa berdasarkan data angket respon siswa, sehingga tahap revisi dilakukan untuk meningkatkan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas e-book yang dikembangkan.e-Book yang telah selesai direvisi nantinya akan digunakan pada uji coba utama. 6. Uji coba utama Selanjutnya hasil revisi diuji cobakan pada uji coba utama. Uji coba utama ini dilakukan pada 1 kelas XI MIA SMAN 2 Madiun dan 1 kelas XI MIA SMAN 5 Madiun. Hal ini berdasarkan Borg dan Gall (1983) yang menyatakan bahwa pada tahap ini dilakukan kepada sejumlah 30 – 100 siswa. Sama seperti pada uji coba awal, siswa akan mengisi angket respon siswa untuk memberi saran dan masukan demi kesempurnaan e-book. 7. Revisi 2 Berdasarkan masukan dan saran dari siswa dari angket respon siswa, pada uji coba utama, e-book kembali direvisi untuk meningkatkan kualitas dan kelayakan produk e-book kimia berorientasi PBL. 8. Uji coba operasional Hasil produk yang telah direvisi selanjutnya diujikan pada uji coba operasional. Pada uji coba operasional ini dilakukan kepada subyek yang lebih luas yaitu pada 40 – 200 siswayang terdiri dari 2 kelas XI MIASMAN1 Madiun, 2 kelas XI MIA SMAN 2 Madiun, dan 2 kelas XI MIA SMAN 5 Madiun. Siswa akan diberi angket respon siswa kembali untuk memberi masukan demi kesempurnaan e-book.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Produk akhir Setelah mendapatkan data dari angket uji coba operasional, hasilnya akan dianalisis dan revisi sesuai dengan hasil data yang telah didapatkan untuk menjadi produk yang siap pakai (produk akhir).
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 4 macam, antara lain: a. Lembar Validasi untuk Ahli Materi, Ahli Media, dan Ahli Pembelajaran Lembar
validasi
merupakan
lembar
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data tentang pendapat dan masukan dosen dan guru kimia terhadap kelayakan e-book kimia yang telah dikembangkan. Aspek yang dinilai meliputi aspek materi/desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Wahono, R.S (2006) dan aspek media yang diadaptasi dari Crozat et al (1999). b. Lembar angket Lembar angket digunakan untuk mendapatkan data saran serta masukan dari para reviewer (siswa dan guru kimia) setelah siswa mempelajari e-book kimia berorientasi PBL.Lembar angket ini juga dijadikan dasar penilaian dari siswa terhadap e-book yang dikembangkan berdasarkan aspek materi dan media. c. Lembar observasi Lembar
observasi
merupakan
lembar
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas siswa, penilaian psikomotor, dan penilaian afektif selama berlangsungnya proses pembelajaran menggunakan e-book kimia. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Soal Tes Soal tes digunakan untuk mengetahui efektivitas e-book kimia berorientasi PBL terhadap materi pelajaran setelah siswa belajar menggunakane-book. Soal tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan siswa tentang materi yang dipelajari sebagai hasil dari proses belajar yang telah dilaksanakan. Tes yang dilakukan berupa postest pada akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa. Soal tes ini terlebih dahulu diuji cobakan kepada 1 kelas XI MIA di SMAN 2 Madiun.Kemudian dari hasil try out dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. 1) Validitas Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika tes tersebut dapat dengan tepat, benar, shahih atau absah mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diukur lewat tes tersebut. a) Validitas Isi Untuk dapat mengetahui apakah secara isi validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak, digunakan formula Gregory. Formula ini digunakan untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan. Pada formula ini, diperlukan dua orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokan dengan butirbutirnya. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Content Validity CV =
D A+B+C+D
Keterangan : A
: jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
: jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurutpanelis II
C
: jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II
D
: jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan. (Gregory, 2007). b) Validitas Butir Soal Teknik yang digunakan untuk menentukan validitasbutir soal adalah menggunakan formula korelasi Product Momentsebagai berikut:
rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
N
: jumlah subyek
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria pengujian : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rTabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rTabel (Anas Sudijono, 2005) 2) Reliabilitas Anas Sudijono (2005) menjelaskan kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan. Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR2 sebagai berikut: 2 n S t pi qi r11 2 St n 1
Keterangan : r11 : koefisien reliabilitas tes n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
St2 : varian total pi
: proporsi siswa yang menjawab benar butir item yang bersangkutan
q
: proporsi siswa yang menjawab salah, atau qi =1- pi
∑pi qi
: jumlah
dari hasil perkalian antara pi dengan qi commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria pengujian: Jika r
11
≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas
yang tinggi (reliable). Jika r
11<
0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas
yang tinggi (unreliable). (Anas Sudijono, 2005) 3) Indeks Kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa seluruh siswa menjawab benar. TK =
jumlah siswa yang menjawab benar butir soal jumlah siswa yang mengikuti tes
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut: 0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar 0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang 0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah (Depdiknas, 2009) 4) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Daya pembeda soal commit to user pilihan ganda dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ID =
JBA - JBB JSA
Keterangan : ID = angka indeks diskriminasi item JBA = Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas JBB = Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas Klasifikasi daya pembeda: 0,00≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor) 0,20< D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory) 0,40< D ≤ 0,70 : soal baik (good) 0,70< D ≤ 1,00 : soal baik sekali (excellent) (Suharsimi Arikunto, 2006) Berdasarkan hasil uji coba soal tersebut, data yang valid digunakan sebagai soal tes kognitif untuk mengetahui penggunaan e-book dalam pembelajaran.
G. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Analisis data hasil uji coba Data hasil uji coba berupa saran atau masukan berdasarkan data hasil uji
cobaawal, uji coba utama, dan uji coba operasional dari siswadigunakan untuk commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbaikan e-book kimia berorientasi PBL yang dikembangkan. Data hasil uji coba ini akan dijelaskan secara deskriptif kualitatif dalam pembahasan. 2.
Analisis validitas aspek materi/desain pembelajaran dan aspek media Data yang diperoleh dari ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran
dianalisis secara deskriptif kuantitatif, yaitu dengan memberikan gambaran dan paparan tentang e-book kimia berorientasi PBL berdasarkan indikator penilaiannya dengan persentase. Perhitungannya berdasarkan skala Likert seperti terlihat pada Tabel berikut. Tabel 3.1 Skala Likert Penilaian Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik
Nilai Skala 0 1 2 3 4 (modifikasi dari Riduwan, 2008)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk memperoleh persentase adalah: P(%) =
Jumlah skor hasil pengumpulan data 100 % Skor kriteria
Skor kriteria = skor tertinggi x jumlah aspek x jumlah responden Hasil analisis lembar penilaiandigunakan untuk mengetahui kelayakan ebook kimia berorientasi PBL yang dikembangkan dengan menggunakan interpretasi skor sebagai berikut:
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2 Interpretasi Skor Persentase (%) 0 – 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 – 100
Kategori Sangat kurang Kurang Cukup Layak Sangat layak (Riduwan, 2008)
Berdasarkan kriteria tersebut, e-book kimia berorientasi PBL dalam penelitian ini dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil persentase
61% sehingga layak
digunakan dalam proses pembelajaran. Selain data dari para ahli, didapat pula data dari hasil angket respon siswa. Data yang diperoleh dari siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif, yaitu dengan memberikan gambaran dan paparan tentang e-book kimia berorientasi PBL berdasarkan aspek penilaiannya dengan persentase. Persentase data angket diperoleh berdasarkan perhitungan skor penilaian yaitu jawaban “Ya” dan “Tidak” sesuai dengan skala Guttman. Skala ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel3.3 Skala Guttman Jawaban Nilai/Skor Ya (Y)
1
Tidak (T)
0
Untuk menghitung persentase digunakan rumus: P (%)
=
Dengan
:
𝐹 𝑁
x 100%
P = Persentase jawaban responden (siswa) F = Jumlah jawaban Ya/Tidak dari responden (siswa) N = Jumlah responden (siswa) commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persentase yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam kriteria persentase skala Likert seperti dalam Tabel 3.2. Berdasarkan kriteria tersebut, e-book kimia berorientasi PBL dalam penelitian ini dikatakan memenuhi kriteria aspek apabila hasil persentase ≥ 61% sehingga layak digunakan dalam proses pembelajaran. 3. Analisis hasil belajar Pengukuran penggunaan e-book yang dikembangkan dapat diketahui berdasarkan persentase siswa yang dinyatakan lulus KKM. Data yang diuji berupa lembar tes kognitif yang dikerjakan siswa. Sebelum tes kognitif tersebut diberikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Data tes hasil belajar berupa nilai siswa dianalisis dengan menghitung persentase ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar meliputi ketuntasan belajar secara individual dan klasikal. Dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara individual, jika nilai siswa ≥ 75. Nilai tersebut merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM) yang diterapkan di SMAN 5 Madiun dan dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal jika terdapat ≥ 75% siswa pada kelas tersebut mendapat nilai ≥ 75.
Ketuntasan individu =
Jumlah jawaban yang benar x100 Jumlah soal
Ketuntasan klasikal =
Jumlah siswa yang tuntas x100% Jumlah siswa
commit to user (Mukhtar dan Rusmini, 2007)
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian dengan judul Pengembangan e-Book Kimia Berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada Materi Hidrolisis Garam untuk Kelas XI MIA SMA/MA Semester II ini terdiri dari 9 tahap yaitu tahap pengumpulan informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan produk awal, tahap uji coba awal, tahap revisi I, tahap uji coba utama, tahap revisi II, tahap uji coba operasional, dan tahap produk akhir Tahap-tahap tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap pengumpulan informasi Tahap ini sebagai penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengenali permasalahan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Pengenalan permasalahan ini dapat diketahui berdasarkan: a. Hasil angket pra penelitian Angket pra penelitian ini diisi oleh siswa. Sampel yang diambil oleh peneliti sebagai dasar awal penelitian adalah 25 siswa kelas XI MIA SMAN 1 Madiun. Hasil angket tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara garis besar, jawaban-jawaban siswa dalam angket pra penelitian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Siswa beranggapan bahwa pelajaran kimia masih sulit untuk dipelajari. commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
2) Siswa memilih materi hidrolisis garam sebagai materi yang dianggap cukup sulit untuk dipelajari dibandingkan materi yang lainnya. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 52,95% siswa memilih materi tersebut, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut peneliti memilih materi hidrolisis garam dalam penelitiannya. 3) Siswa menyetujui diadakannya e-book kimia yang dapat membantu mengatasi pembelajaran pada materi hidrolisis garam. 4) Menurut siswa, e-book yang akan dikembangkan hendaknya berkualitas, dibagikan secara gratis, mudah diakses, penjelasannya mudah dimengerti, menarik untuk dipelajari, ada video pembelajaran, dan disertai kegiatan praktikum. b. Analisis studi literatur e-Book yang telah ada merupakan e-book yang berasal dari Pusat Perbukuan Depdiknas yang dibuat menggunakan format pdf. e-Book ini merupakan versi elektronik dari buku cetak yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Sama seperti buku cetaknya, di dalam e-book kimia ini berisi pembahasan materi dan latihan soal. Untuk materi hidrolisis garam dibagi menjadi 4 bagian yaitu pengertian hidrolisis, garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah, garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari e-book tersebut antara lain menentukan jenis-jenis garam yang mengalami hidriolisis, mengetahui garam yang mengalami hidrolisis parsial yang dan mengalami hidrolisis total, menyatakan hubungan antara tetapan hidrolisis commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Kh), tetapanionisasi air (Kw) dan konsentrasi OH– atau H+ larutan garam yang terhidrolisis, dan menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis. e-Book yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada e-book terdahulu yang telah ada, berisi materi dan pembahasan latihan soal. Perbedaan mendasar terletak pada penyajian materi yang menggunakan model PBL, sehingga setiap bagian dalam ebook merupakan penjabaran dari langkah-langkah pembelajaran PBL, dimulai dari penyajian
masalah,
pengorganisasian
siswa,
penyelidikan
kelompok,
pengembangan dan penyajian hasil karya, dan pengevaluasian hasil penyelidikan. c. Analisis kurikulum Kurikulum yang tengah berkembang saat ini adalah kurikulum 2013. Walaupun untuk pendidikan menengah atas baru diterapkan pada pembelajaran di kelas X, namun nantinya akan dilanjutkanuntuk jenjang kelas XI dan XII. Dalam kurikulum 2013 ini terdapat kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran. Untuk materi hidrolisis garam penjabaran KI, KD, dan indikator pembelajarannya sebagai berikut: KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3
: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi dasar pada materi hidrolisis yaitu : 1.1
Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju
reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. 2.1.
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. 2.2.
Menunjukkanperilaku kerjasama, santun, toleran, cintadamai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam. 2.3.
Menunjukkan perilaku responsive dan pro-aktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan 3.12 1.
Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis. Menjelaskan terjadinya hidrolisis pada larutan garam. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Membedakan garam yang dapat terhidrolisis dan tidak dapat terhidrolisis
3.
Menggolongkan sifat larutan garam berdasarkan asal senyawanya.
4.
Menentukan hidrolisis garam dilihat dari asam-basa pembentuknya (hidrolisis sebagian atau hidrolisis total)
5.
Menentukan pH larutan garam berdasarkan senyawa pembentuknya
6.
Menganalisis penerapan hidrolisis dalam kehidupan sehari-hari
4.12
Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis. 1. Melakukan percobaan sederhana untuk menentukan sifat larutan garam. 2. Menganalisis jenis-jenis larutan garam yang terhidrolisis melalui percobaan. 3. Mempresentasikan hasil percobaan penentuan sifat larutan garam. 4. Menyusun laporan tertulis hasil percobaan penentuan sifat larutan garam. d. Analisis model pembelajaran Kurikulum 2013 menuntut kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya meliputi kreatif dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang disajikan serta media yang akan digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Siswa dituntut untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas belajar. Guru dapat berfungsi sebagai fasilitator dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi
oleh
siswa
selama
belajar.Pembelajaran
berbasis
masalah
(ProblemBased Learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Woods, 1996). PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dianjurkan digunakan dalam kurikulum 2013. Di dalam penelitian ini PBL dipilih sebagai model pembelajaran karena tahapantahapannya sesuai dengan karakteristik materi hidrolisis garam. Materi hidrolisis garam memiliki karakteristik faktual, penanaman konsep, dan penerapan rumus. Penanaman konsep awal penting dilakukan, sehingga diharapkan melalui penyajian masalah dalam pembelajaran PBL, siswa menjadi lebih tertantang untuk menemukan pemecahan masalah dan menemukan konsep yang tepat. Seperti yang dijabarkan dalam kerucut pengalaman Dale, dimana jika siswa mengalami sendiri keseluruhan proses pembelajarannya maka penanaman konsep dalam ingatan siswa akan semakin kuat. Melalui pembelajaran hidrolisis garam menggunakan metode PBL siswa diharapkan menjadi lebih fokus dam aktif dalam belajar. Guru akan lebih mudah mengemas tahapan-tahapan dalam PBL tersebut menjadi fiturfitur pembelajaran yang menarik bagi siswa. 2. Tahap Perencanaan Tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran berupa ebookkimia. e-Book diberi nama e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) yang didesain menggunakan Microsoft Office Publisher dan ditampilkan dengan program MartView yang bertujuan memberikan warna yang commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbeda dibandingkan e-book kimia yang pernah ada dan menarik minat baca dari siswa. Jenis huruf yang digunakan adalah Book Antiqua berukuran antara 11-12. Kegiatan utama pada tahap ini adalah penulisan, pengadopsian, pembuatan e-book kimia dan konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing. Pada kegiatan penulisan dan pengadopsian, peneliti mengumpulkan bahan penulisan naskah yang berkaitan dengan materi hidrolisis garam. Penulisan e-book kimia yang dikembangkan terdiri atas judul, kompetensi yang akan dicapai siswa, informasi pendukung, tugas-tugas yang dikerjakan siswa yang dirancang sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran PBL. Pembuatan e-book kimia dan konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing mengenai bahasa, kalimat yang digunakan, format, gambar, konsep, dan tugas-tugas yang terdapat dalam ebook kimia. Konsep yang ada padae-book kimia diadopsi dari beberapa sumber yang relevan dengan segala penyesuaian yang dianggap perlu, antara lain . e-Book kimia berorientasi PBL terbagi dalam 4 bagian: a. Bagian 1 Pada bagian ini terdiri dari cover yang ditunjukkan oleh Gambar 4.1, kata pengantar, daftar isi, KI, KD, dan indikator pembelajaran, deskripsi isi e-book, dan petunjuk keamanan laboratorium. Komponen-komponen ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) KI, KD, dan indikator pembelajaran berisi keterampilan dan kemampuan yang hendak dicapai siswa setelah belajar menggunakan e-book kimia pada materi hidrolisis garam, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Deskripsi isi e-book berisi gambaran umum mengenai fitur-fitur yang terdapat dalam e-book ditunjukkan oleh Gambar 4.3. 3) Petunjuk keamanan laboratorium berisi keselamatan kerja ketika berada di laboratorium ditunjukkan oleh Gambar 4.4.
Gambar 4.1 Covere-book kimia
Gambar 4.2 KI,KD,& indikator pembelajaran commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.2 KI, KD, dan Indikator Pembelajaran e-book kimia
Gambar 4.3 Deskripsi isi e-book kimia
Gambar 4.4 Petunjuk keamanan laboratorium commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bagian 2 Bagian 2 terdiri dari fitur Pendahuluan, M2 (Mari Membaca), YKS (Yuk Kita Selidiki), PC (Praktikum Ceria), Speak Up, dan Reportase. Keseluruhan fitur dalam bagian 2 ini sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran PBL (Trianto, 2010) yaitu penyajian masalah dalam fitur M2, pengorganisasian siswa dalam fitur YKS, penyelidikan kelompok dalam fitur PC, pengembangan dan penyajian hasil karya dalam fitur Speak Up, dan pengevaluasian hasil penyelidikan dalam fitur Reportase. Komponen-komponen di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Pendahuluan ditunjukkan pada Gambar4.5 berisi materi prasyarat yang telah dipelajari siswa sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam. 2) M2 (Mari Membaca) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6 berisi penyajian masalah umum dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi. 3) YKS (Yuk Kita Selidiki)yang ditunjukkan oleh Gambar 4.7 mengajak siswa untuk berdiskusi dalam menyikapi masalah yang disajikan dalam fitur M2. 4) PC (Praktikum Ceria)berisi praktikum sederhana yang berhubungan dengan materi, fitur ini ditunjukkan oleh Gambar 4.8. 5) Speak Up seperti ditunjukkan pada Gambar 4.9 mengajak siswa untuk menampilkan hasil analisisnya dalam fitur PC dalam bentuk presentasi. 6) Reportase yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 berisi pemaparan konsep hidrolisis garam sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.5 Fitur Pendahuluan ebook kimia
74 digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6 Fitur M2 e-book kimia
Gambar 4.8 Fitur PC e-book kimia Gambar 4.7 Fitur YKS e-book kimia commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.9 Fitur Speak Upe-book kimia
Gambar 4.10 Fitur Reportase ebook kimia
c. Bagian 3 Bagian ini terdiri dari komponen sebagai berikut: 1) Latihan Soal berisi soal-soal untuk menguji pemahaman siswa yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 10 soal uraian seperti diperlihatkan oleh Gambar 4.11. 2) Glosariumpada Gambar 4.12 berisi penjelasan konsep-konsep penting dalam materi yang memiliki link dengan materi.
commit to user Gambar 4.11 Latihan soal e-book Gambar 4.12 Glosarium e-book kimia kimia
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Bagian 4 Pada bagian ini terdapat suatu link untuk fitur video praktikum siswa. link video ini disajikan dalam 2 cara. Pertama siswa bisa membuka video ketika dalam keadaan online (terhubung dengan internet), yang kedua terdapat button yang berfungsi sebagai hyperlink untuk membuka video dalam keadaan offline. Hanya saja, button akan bisa berjalan jika video telah diunduh oleh siswa. Kelemahan dari button ini juga hanya bisa berfungsi dalam tampilan e-book format pdf saja. Hasil dari tahap ini adalah produk awal berupa e-book dan software MartView. Selanjutnya e-book dan software MartView ini diunggah ke dalam website www.ristakimia.wordpress.com sehingga siswa dapat mengunduh melalui laptop ataupun telepon seluler dengan lebih mudah. Cara pengunduhan dan penginstalan juga disertakan dalam website, hal ini bertujuan untuk meminimalisir kesalahan dalam proses penginstalan. 3. Tahap Pengembangan produk awal Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan e-bookkimia yang berkualitas berdasarkan masukan dari para ahli. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penilaian e-book kimia oleh 1 dosen kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yaitu Prof.Ashadi sebagai ahli materi, 1 dosen kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai ahli media yaitu Dr. M. Masykuri, M.Si, dan 1 guru kimia di SMAN 1 Magetan yaitu Dra. Sri Rusmiati, M.Pd sebagai ahli pembelajaran. Kriteria-kriteria yang dinilai terdiri dari aspek materi dan media. Hasil penilaian e-book kimia disajikan dalam Tabel 4.1: commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1Hasil penilaian ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran terhadap e-book kimia berorientasi PBL No Aspek yang dinilai Indikator penilaian Persentase (%) 1 Aspek Kejelasan tujuan pembelajaran 83,33 materi/desain (rumusan, realistis) 91,67 pembelajaran Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum 83,33 Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran 91,67 Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran 83,33 Interaktivitas 91,67 Pemberian motivasi belajar 83,33 Kontekstualitas dan aktualitas 91,67 Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar 91,67 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran 91,67 Kedalaman materi 91,67 Kemudahan untuk dipahami Sistematis, runut, alur logika jelas 100 83,33 Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan 83,33 Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi 83,33 Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi 88,33 Rata-rata Kategori Sangat layak 2 Aspek media Technical Quality (kualitas media secara teknis) 91,67 a. Portabilitas 83,33 b. Instalasi 83,33 c. Kelancaran pengoperasian 100 d. Dokumentasi (petunjuk penggunaan) 89,58 Rata-rata Usability (kemudahan dalam pengoperasian) 100 a. Konsistensi 100 Rata-rata Elemen media visual (penyajian informasi yang secara nyata dapat dilihat) 100 a. Teks commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 4.1 No Aspek yang dinilai
Indikator penilaian Persentase (%) b. Keselarasan warna teks dengan 91,67 background 83,33 c. Ilustrasi (gambar, video, animasi) 91,67 Rata-rata Elemen media audio (penyajian informasi yang secara nyata dapat didengar) 75 a. Narasi 83,33 b. Sound effect 91,67 c. Backsound 83,33 Rata-rata 89,39 Rata-rata Kategori Sangat layak
Selain memberikan penilaian ketiga validator juga memberikan masukan demi kesempurnaan e-book yang dikembangkan. Masukan dari ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran disajikan dalam Tabel 4.2: Tabel 4.2 Hasil saran para ahli No Nama Validator Saran atau masukan
Perbaikan
1
Jenis huruf pada daftar
Mengganti dengan pilihan
isi kurang terbaca dan
huruf yang mudah terbaca
Prof. Ashadi
terlalu tebal, sebaiknya diganti dengan pilihan huruf yang sesuai agar lebih jelas
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penjelasan pada bagian
Mengganti jenis huruf pada
deskripsi e-book kurang
bagian
terbaca dengan jelas
mudah terbaca
Kalimat penjelasan
Mengganti
tentang fitur YKS kurang
penjelasan pada fitur YKS
deskripsi
agar
kalimat
mendeskripsikan fitur
Penyajian link video
Menambahkan button link
sebaiknya tidak hanya
video untuk melihat video
dalam bentuk online saja,
dalam keadaan offline
tetapi dalam bentuk offline juga
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2
Dr. M. Masykuri, Besarnya huruf pada
Menyesuaikan besar huruf
M.Si
pada cover e-book agar
cover disesuaikan
mudah terbaca
Gambar pada cover
mengganti
sebaiknya diganti dengan
cover
yang berwarna dan beresolusi tinggi
Pada cover sebaiknya identitas pembimbing dihilangkan
Pada cover ditambahkan identitas sasaran e-book untuk SMA/MA commit to user
gambar
pada
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Halaman kedua sebaiknya polos berisi penjelasan judul seperti cover Ditambahkan halaman yang berisi nama-nama orang yang berkontribusi dalam pembuatan e-book
Pada kata pengantar
Menambahkan
ditambahkan pengertian
e-book dan deskripsi PBL
e-book dan deskripsi
serta
PBL serta penulisan
penulisan
tanggal sebaiknya
pembuatan
dihilangkan Pilihan huruf pada subtitle diganti karena kurang terbaca
commit to user
pengertian
menghilangkan tanggal
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Clip art pada bagian
Menghilangkan
tujuan pembelajaran
pada
diganti dengan yang
pembelajaran
clip
bagian
art
tujuan
lebih sesuai atau dihilangkan Bagian tujuan
Mengganti tulisan tujuan
pembelajaran diganti
pembelajaran
dengan kata indikator
indikator pembelajaran
menjadi
pembelajaran
Pilihan huruf dalam
Mengganti pilihan huruf
bagian deskripsi e-book
agar mudah terbaca
sebaiknya diganti karena kurang terbaca dan bagian yang menunjukkan fitur ditebalkan
Gambar pada bagian
Memperbesar gambar pada
keamanan laboratorium
bagian
diperbesar
laboratorium jelas
commit to user
keamanan agar
lebih
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tipe huruf pada bagian pendahuluan dibuat sama seperti fitur lainnya
Pada Tabel asam-basa, warna huruf dan latar belakang terlalu kontras
Bagian rencana
Menghilangkan
bagian
penyelidikan sebaiknya
rencana
dihilangkan, karena
dijadikan satu dengan fitur
hampir sama dengan fitur
PC
penyelidikan,
PC Kata kunci pada fitur
Merubah warna bagian kata
Reportase terlalu kontras
kunci Reportase
dengan background
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ditambahkan glosarium yang memiliki kemampuan link dengan halaman yang dimaksud
3
Dra. Sri Rusmiati, Kalimat menggolongkan M.Pd
Merubah kalimat tersebut
sifat larutan garam
menjadi
berdasarkan asal
sifat
senyawanya pada
berdasarkan
indikator pembelajaran
pembentuknya
nomor 3 dan kalimat
menentukan
menentukan pH larutan
garam berdasarkan asam-
garam berdasarkan
basa pembentuknya.
senyawa pembentuknya pada indikator pembelajaran nomor 5 kurang sesuai
Menambahkan halaman yang berisi kompetensi inti (KI) dan kompetensi Dasar (KD)
commit to user
menggolongkan larutan
garam asam-basa dan
pH
larutan
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penulisan senyawa H2S
Merubah
penulisan
pada Tabel 2 kurang
senyawa tersebut menjadi
tepat
H2S
Menghilangkan kata garam pada kalimat …Natrium Klorida (garam) dalam fitur M2
Kata senyawa pada alat
Mengganti
semua
kata
dan bahan dalam fitur PC
senyawa menjadi larutan
kurang sesuai Cara kerja dalam fitur PC Mempersingkat cara kerja sebaiknya dipersingkat
dalam fitur PC dari yang
dan menggunakan kata
semula 9 tahap menjadi 6
kerja yang mudah
tahap dengan kalimat yang
dipahami siswa
lebih
mudah
dipahami
siswa Pertanyaan nomor 3,5,
Mengganti
dan 7 dalam forum
mengapa
diskusi PC yang
tanya bilamana
menggunakan kata tanya mengapa kurang sesuai commit to user
kata
tanya
menjadi
kata
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5 terlalu polos, sebaiknya diberi tambahan warna
Penyelesaian pada contoh Merubah kalimat tersebut soal yang semula:
menjadi:
Penyelesaian:
Penyelesaian:
b
Jawab: b
kurang tepat
Hasil revisi e-book berdasarkan saran para validator selanjutnya diteruskan kepada para reviewer. Reviewer ini terdiri dari 3 guru kimia SMA. Hal ini dimaksudkan juga untuk memberikan penilaian terhadape-book yang dikembangkan. Reviewer e-book dalam penelitian ini antara lain Dwi Rumi Astuti, S.Pd., Peny Sutiyah, S.Pd., dan Bayu Bramasta Giri, S.Pd. Hasil penilaian para reviewer tersebut dapat dilihat pada Lampiran 22. Menurut para reviewer, e-book yang dikembangkan baik untuk aspek materi dan desain pembelajaran ataupun aspek media layak untuk digunakan dalam pembelajaran dengan perolehan persentase sebesar 77,78%. 4.
Tahap uji coba awal Tahap uji coba awal ini bertujuan untuk menyebarluaskan e-book kepada
siswa sekaligus meminta saran dan masukan demi perbaikan kualitas e-book. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa juga diberikan kesempatan untuk memberikan penilaian terhadap aspek materi dan media e-book yang dikembangkan. Uji coba awal ini dilakukan kepada @ 6 orang siswa kelas XI MIA di SMAN 1 dan SMAN 5 Madiun. Hasil saran dan masukan para siswa tersebut disajikan dalam Tabel4.3. Tabel 4.3 Hasil pendapat siswa pada uji coba awal No Saran/masukan dari siswa 1 Tampilan dari e-book kurang mudah terbaca karena peletakan nomor halaman yang berbeda-beda/tidak konsisten 2 Warna background pada fitur pendahuluan dan perumusan pH kurang sesuai 3 Suara pada video kurang jelas 4 Pada fitur Yuk Kita Selidiki selain ada tugas kelompok juga dibuat tugas individu 5 Video yang ditampilkan kurang menarik 6 Sebaiknya ditambahkan kata-kata motivasi untuk membangkitkan minat belajar siswa 7 Terdapat beberapa pengetikan suku kata yang salah Penilaian siswa terhadap e-book dilakukan dengan memberikan jawaban terhadap angket yang diberikan. Penilaian tersebut meliputi aspek materi dan aspek media. Hasil penilaian tersebut disajikan dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil penilaian siswa uji coba awal terhadap e-book yang dikembangkan No Aspek yang Dinilai Persentase (%) Kategori 1
Materi/Desain Pembelajaran
94,44
Sangat Layak
2
Media
91,67
Sangat Layak
5.
Tahap Revisi 1 Tahap ini bertujuan untuk merevisi e-book kimia sesuai dengan saran
siswa pada uji coba awal. Hasil revisi ini disajikan dalam Tabel 4.5. commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 Revisi 1 No Saran/masukan 1 Tampilan dari e-book kurang mudah terbaca karena peletakan nomor halaman yang berbedabeda/tidak konsisten 2 Warna background pada fitur pendahuluan dan perumusan pH kurang sesuai
Perbaikan Merubah peletakan nomor halaman menjadi lebih konsisten (berada di atas semua) Merubah warna background pada fitur pendahuluan dan perumusan pH
3
Suara pada video kurang jelas
Mengedit ulang pengaturan volume video Menambahkan tugas individu pada fitur YKS untuk menganalisa 1 senyawa garam yang telah ditemukan dalam bentuk paper Mengganti video yang semula hasil pengunduhan di youtube dengan video hasil buatan siswa sendiri Menambahkan kata-kata motivasi seperti: Membaca adalah jendela dunia Buku adalah gudang ilmu
4
Pada fitur Yuk Kita Selidiki selain ada tugas kelompok juga dibuat tugas individu
5
Video yang ditampilkan kurang menarik
6
Sebaiknya ditambahkan katakata motivasi untuk membangkitkan minat belajar siswa
7
Terdapat beberapa pengetikan Memperbaiki pengetikan beberapa suku suku kata yang salah kata yang salah, seperti: Basadari menjadi basa dari Garan menjadi garam
6.
Tahap uji coba utama Tahap uji coba utama ini bertujuan untuk menyebarluaskan e-book kepada
siswa sekaligus meminta saran dan masukan demi perbaikan kualitas e-book dengan jumlah subjek yang lebih besar daripada uji coba awal. Uji coba utama ini dilakukan kepada @ 1 kelas XI MIA di SMAN 2 dan SMAN 5 Madiun. Hasil saran dan masukan para siswa tersebut disajikan dalam Tabel 4.6.
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Hasil saran siswa pada uji coba utama No Saran/masukan dari siswa 1 Terlalu banyak warna yang digunakan sehingga terkesan ramai 2 Penyelesaian contoh soal kurang mendetail sehingga membingungkan siswa 3 Proses pengunduhan masih terkesan sulit untuk dilakukan 4 Video yang ditampilkan tersendat-sendat ketika dibuka 5 Terdapat beberapa pengetikan yang salah seperti prsial, terhdrolisis Penilaian siswa terhadap e-book dilakukan dengan memberikan jawaban terhadap angket yang diberikan. Penilaian tersebut meliputi aspek materi dan aspek media. Hasil penilaian tersebut disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil penilaian siswa uji coba utama terhadap e-book yang dikembangkan Persentase Sekolah Persentase Rata(%) No Aspek rata(%) SMAN 2 SMAN 5 1 Materi 87,5 86,67 87,08 2
Media
7.
Revisi II
81,67
83,33
82,5
Kategori Sangat Layak Sangat Layak
Tahap ini bertujuan untuk merevisi e-book kimia sesuai dengan saran siswa pada uji coba utama. Hasil revisi ini disajikan dalam Tabel 4.8. Tabel 4.8 Revisi II No Saran/masukan 1 Terlalu banyak warna yang digunakan sehingga terkesan ramai 2 Penyelesaian contoh soal kurang mendetail sehingga membingungkan siswa 3 Proses pengunduhan masih terkesan sulit untuk dilakukan
4 5
Perbaikan Mengurangi berlebihan
pemakaian
warna
yang
Menambahkan penjelasan pada penyelesaian contoh soal satu per satu
Mempermudah proses pengunduhan menggunakan program winrar, sehingga siswa tidak perlu mengunduh satu per satu Video yang ditampilkan Mengedit ulang video yang tersendat-sendat ketika dibuka diikutsertakan dalam e-book Terdapat beberapa pengetikan Memperbaiki kata – kata yang salah yang salah seperti prsial, menjadi parsial, terhidrolisis commit to user terhdrolisis
perpustakaan.uns.ac.id
8.
90 digilib.uns.ac.id
Uji coba operasional Tahap uji coba utama ini bertujuan untuk menyebarluaskan e-book kepada
siswa sekaligus meminta saran dan masukan demi perbaikan kualitas e-book dengan jumlah subjek yang lebih besar daripada uji coba menengah. Uji coba utama ini dilakukan kepada @ 2 kelas XI MIA di SMAN 1, 2, dan SMAN 5 Madiun. Hasil saran dan masukan para siswa tersebut disajikan dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil saran siswa pada saat uji coba operasional No Saran/masukan dari siswa 1
Pada bagian PC sebaiknya konsentrasi larutan juga dituliskan karena digunakan pada pembahasan Reportase
2
Pada bagian Speak Up sebaiknya ditambahkan aturan main dalam penyampaian presentasi
3
Background pada bagian M2 (Mari Membaca) terlalu kontras dengan gambar
4
Latihan soal terlalu sedikit
Penilaian siswa terhadap e-book dilakukan dengan memberikan jawaban terhadap angket yang diberikan. Penilaian tersebut meliputi aspek materi dan aspek media. Hasil penilaian tersebut disajikan dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil penilaian siswa uji coba operasional terhadap e-book yang dikembangkan Persentase Sekolah (%) Persentase SMAN 1 SMAN 2 SMAN 5 KateNo Aspek Ratagori Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas rata(% 1 2 1 2 1 2 ) 1 Materi 91,67 95 94,44 96,29 94,86 94,86 94,52 Sangat Layak 2 Media 91,11 90,55 96,11 93,82 95,50 96,15 93,87 Sangat Layak commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada uji coba operasional ini siswa juga mengisi angket yang berkaitan dengan keterlaksanaan pembelajaran bermodel PBL dengan menggunakan e-book. Siswa memberikan penilaian terhadap fitur-fitur dalam e-book yang sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran PBL.Hasilnya disajikan dalam Tabel 4.11. Tabel 4.11 Penilaian siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran PBL menggunakan e-book No Fitur Persentase (%) 1 M2 (Mari Membaca) 92,89 2 YKS (Yuk Kita Selidiki) 79,29 3 PC (Praktikum Ceria) 84,02 4 Speak Up 88,16 5 Reportase 82,24 Rata-rata 85,32
Berdasarkan perolehan persentase tentang keterlaksanaan pembelajaran PBL dapat diketahui bahwa perolehan persentase terendah tampak dalam fitur YKS. Fitur YKS ini merupakan fitur yang digunakan untuk menjabarkan langkah pembelajaran PBL yang kedua yaitu pengorganisasian siswa. Rendahnya persentase pada langkah ini dikarenakan banyaknya siswa yang mengikuti dispensasi ekstrakurikuler sehingga jumlah setiap siswa dalam kelompok menjadi kurang maksimal. 9.
Produk akhir Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian ini. Hasil saran siswa dari
uji coba operasional dianalisis lalu dilakukan revisi demi perbaikan e-book yang dikembangkan. Hasil revisi ini disajikan dalam Tabel 4.12.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12 Revisi III No Saran/masukan 1
Pada
bagian
konsentrasi dituliskan
Perbaikan PC
sebaiknya Menambahkan konsentrasi larutan pada
larutan karena
juga bagian PC
digunakan
pada pembahasan Reportase 2
Pada bagian Speak Up sebaiknya Menambahkan aturan main pada bagian ditambahkan aturan main dalam Speak Up, sehingga dalam penyampaian penyampaian presentasi
3
presentasi lebih jelas
Background pada bagian M2 Mengganti
warna
background
pada
(Mari Membaca) terlalu kontras bagian M2 (Mari Membaca) dengan gambar 4
Latihan soal terlalu sedikit
Menambah jumlah latihan soal menjadi 20 soal pilihan ganda dan 10 soal uraian
Selain kesembilan tahapan desain pengembangan R&D peneliti juga mengambil 1 kelas sampel di SMAN 5 Madiun yang digunakan untuk pengukuran penggunaan e-book kimia dalam pembelajaran. Pengukuran ini dilakukan dengan diadakannya tes kognitif kepada siswa setelah siswa selesai melakukan pembelajaran menggunakan e-book kimia berorientasi PBL pada materi hidrolisis garam. Berdasarkan tes kognitif tersebut dilihat persentase siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran kimia di SMAN 5 Madiun adalah 75. Hasil tes kognitif tersebut disajikan dalam Tabel4.13.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.13 Data Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu
No. Siswa
Nilai
T/TT
Siswa 1
85
T
Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6 Siswa 7 Siswa 8 Siswa 9 Siswa 10 Siswa 11 Siswa 12 Siswa 13 Siswa 14 Siswa 15 Siswa 16 Siswa 17 Siswa 18
85 60 95 60 75 75 95 80 75 100 95 90 75 75 60 70 90
T TT T TT T T T T T T T T T T TT TT T
Keterangan : T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
B. Pembahasan Dalam pembahasan kali ini, ada 3 hal utama yang akan dibahas berdasarkan analisis data yang dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi hasil uji coba (uji coba awal, uji coba utama, dan uji coba operasional), hasil validasi oleh para ahli (ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran), dan hasil pembelajaran to user menggunakan e-book kimia (hasilcommit tes kognitif siswa).
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
1. Analisis hasil uji coba Seperti telah dikemukakan sebelumnya, uji coba pada pengembangan ebook kimia berorientasi PBL pada materi hidrolisis garam ini dilakukan sebanyak 3x yang meliputi uji coba awal, uji coba utama, dan uji coba operasional. Ketiga uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan saran dan masukan siswa demi perbaikan e-book yang dikembangkan sekaligus mendapatkan penilaian dari siswa berdasarkan aspek materi dan aspek media terhadap e-book. Penilaian dilakukan melalui angket respon siswa. Pembahasan analisis hasil uji coba ini dibedakan menjadi 2 yaitu analisis hasil saran siswa dan analisis hasil angket respon siswa: a. Analisis hasil saran siswa Pada Tabel 4.3, 4.6, dan 4.9 telah disajikan saran dan masukan dari siswa demi perbaikan e-book. Berdasarkan saran dan masukan tersebut, maka dilakukan revisi terhadap e-book, hasil revisi tersebut disajikan dalam Tabel 4.5, 4.8, dan 4.11. Bagi peneliti, berbagai saran dan masukan yang diberikan oleh siswa sangat membantu kesempurnaan e-bookyang dikembangkan. Revisi dilakukan setiap kegiatan uji coba berakhir. Revisi I yang dijabarkan pada Tabel 4.5 dilakukan berdasarkan saran dan masukan siswa pada saat uji coba awal, hasil revisi tersebut kemudian diuji cobakan kembali pada uji coba utama dengan subjek yang lebih besar dan berbeda dibandingkan subjek uji coba awal. Dari uji coba utama, siswa melakukan penilaian kembali terhadap ebookdan memberikan masukan (Tabel 4.6). Masukan tersebut selanjutnya dianalisis
dan dilakukan perbaikan/revisi pada e-book, hasil revisi tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
dijabarkan pada Tabel 4.8 sebagai revisi II. Dengan adanya revisi II maka e-book kembali mengalami perubahan, namun perubahan ini bertujuan untuk membuat ebook lebih berkualitas dan semakin mudah digunakan oleh siswa. e-Book hasil revisi II ini diuji cobakan kembali pada uji coba operasional dengan subjek yang jauh lebih besar dan berbeda dibandingkan uji coba utama. Siswa kembali melakukan penilaian dan memberikan masukan demi kesempurnaan e-book. Masukan siswa tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.9. Berdasarkan masukan tersebut, dilakukan revisi III (Tabel 4.12). Hasil e-book setelah revisi III ini disebut sebagai produk akhir penelitian. Saran yang sering muncul dalam setiap uji coba yang dilakukan adalah tampilan video yang tersendat-sendat dan pengoperasian aplikasi Martview dalam laptop siswa yang sulit dijalankan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain koneksi internet yang tidak stabil dalam area sekolah, sistem JRE (Java Runtime Environment) dalam laptop ataupun komputer siswa yang tidak update, serta pengunduhan video yang tidak tersimpan dengan baik. Beberapa faktor tersebut mengakibatkan aplikasi Martview tidak dapat dijalankan pada beberapa laptop siswa sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajarannya. Untuk menyikapi kendala-kendala tersebut, peneliti telah menyediakan file portable yang langsung bisa diinstall dalam laptop siswa tanpa menggunakan koneksi internet sehingga aplikasi MartView bisa dijalankan tanpa pengupdatean JRE terlebih dahulu. Selain itu video yang semula hanya bisa dijalankan secara online dapat dibuka secara offline menggunakan link button yang disediakan sehingga tampilannya tidak lagi tersendat-sendat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
b. Analisis hasil angket respon siswa Pada uji coba yang dilakukan, peneliti membagikan angket respon siswa dengan tujuan agar para siswa juga ikut memberikan penilaian terhadap e-book yang dikembangkan. Angket yang dibagikan berupa pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Angket tersebut berkaitan dengan aspek materi dan aspek media dari e-book yang dikembangkan. Hasil penilaian siswa tersebut meliputi: 1) Hasil penilaian uji coba awal Hasil penilaian siswa pada saat uji coba awal dapat dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan data pada tabel tersebut, aspek materi dan desain pembelajaran mendapatkan persentase 94,44%, sedangkan untuk aspek media mendapatkan persentase sebesar 91,67%. Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka e-book dikatakan layak. Berdasarkan data hasil penilaian siswa tersebut dapat diketahui bahwa ebook kimia berorientasi PBL pada materi hidrolisis garam telah memenuhi kriteria kelayakan materi/desain pembelajarandan kriteria media. Kedua kriteria tersebut masuk dalam kategori “sangat layak” karena terletak pada interval 81% - 100%, sehingga bisa dikatakan bahwa e-book yang dikembangkan telah memenuhi kriteria sesuai aspek materi dan media serta sangat layak digunakan dalam pembelajaran. Penilaian aspek media lebih rendah dibandingkan dengan penilaian aspek materi dan desain pembelajaran, hal ini dikarenakan kendala yang ditemui pada saat uji coba awal lebih banyak berasal dari aspek pengoperasian media, khususnya pada aplikasi MartView. Banyak siswa yang masih awam dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
penggunaan aplikasi MartView untuk membuka tampilan e-book, sehingga perlu pengenalan yang mendetail kepada siswa tentang aplikasi ini. Penilaian aspek materi dan desain pembelajaran cukup tinggi dikarenakan penyajian materi dalam e-book yang dikembangkan berbeda dari kebanyakan penyajian materi dalam ebook ataupun buku lainnya. Berdasarkan komentar dalam angket respon siswa, penyajian materi dalam berbagai fitur menyebabkan siswa lebih tertarik dalam belajar. Siswa merasa nyaman dalam belajar dan mengikuti setiap kegiatan dalam e-book dengan aktif. Hal ini sesuai dengan penelitian Cemal Tosun dan Yavus T. (2011) yang menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model PBL dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Melalui berbagai fitur dalam ebook, siswa mempelajari materi hidrolisis garam dengan cara yang berbeda, namun menyenangkan bagi siswa. 2) Hasil penilaian uji coba utama Hasil penilaian siswa pada saat uji coba utama dapat dilihat pada Tabel 4.7. Berdasarkan data pada Tabel tersebut, aspek materi/desain pembelajaran mendapatkan persentase 87,08%, sedangkan untuk aspek media mendapatkan persentase sebesar 82,5%. Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka e-book dikatakan sangat layak digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan data hasil penilaian siswa tersebut dapat diketahui bahwa ebook kimia berorientasi PBL pada materi hidrolisis garam telah memenuhi kriteria kelayakan aspek materi/desain pembelajarandan kriteria aspek media. Kedua kriteria tersebut masuk dalam kategori “sangat layak” karena terletak pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
interval 81% - 100%, sehingga bisa dikatakan bahwa e-book yang dikembangkan telah memenuhi kriteria sesuai aspek materi dan media serta layak digunakan dalam pembelajaran. Hasil persentase kedua aspek dalam uji coba utama ini lebih rendah dibandingkan dengan persentase aspek ketika uji coba awal. Hal ini dikarenakan subjek yang dijadikan sampel dalam uji coba utama lebih besar jika dibandingkan subjek ketika uji coba awal, sehingga lebih banyak masukan dan komentar yang mempengaruhi penilaian siswa terhadap e-book yang dikembangkan. Sama seperti penilaian pada uji coba awal, pada uji coba utama ini persentase aspek media juga lebih rendah jika dibandingkan dengan aspek materi dan desain pembelajaran. Siswa lebih banyak memberikan komentar tentang proses pengunduhan aplikasi yang sulit dilakukan karena cukup banyak yang harus diunduh dan memerlukan waktu yang cukup lama. Sedangkan dari aspek materi dan desain pembelajaran siswa memberikan saran tentang penambahan penjelasan dalam contoh soal sehingga memudahkan siswa dalam belajar secara mandiri. Hal ini sejalan dengan penelitian Brian R. Belland, Brian F. French, dan Peggy A. Ertmer (2009) yang menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan kinerja mandiri setiap individu, maka dengan adanya contoh soal yang jelas siswa dapat lebih mudah belajar secara mandiri. 3) Hasil penilaian uji coba operasional Hasil penilaian siswa pada saat uji coba operasional dapat dilihat pada Tabel 4.10. Berdasarkan data pada tabel tersebut, aspek materi/desain pembelajaran mendapatkan persentase 94,52%, sedangkan untuk aspek media commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan persentase sebesar 93,87%. Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka e-book dikatakan layak. Berdasarkan data hasil penilaian siswa tersebut dapat diketahui bahwa ebook kimia berorientasi PBL pada materi hidrolisis garam telah memenuhi kriteria kelayakan materi/desain pembelajarandan kriteria media. Kedua kriteria tersebut masuk dalam kategori “sangat layak” karena terletak pada interval 81% - 100%, sehingga bisa dikatakan bahwa e-book yang dikembangkan telah memenuhi kriteria sesuai aspek materi dan media serta layak digunakan dalam pembelajaran. 2. Analisis hasil validasi Berikut ini akan dibahas hasil penilaian oleh para ahli (ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran) pada Tabel 4.1 terhadap e-book kimia berorientasi PBL pada materihidrolisis garam. Hasil penilaian oleh para ahli terhadap e-book kimia berorientasi PBL pada materi hidrolisis garam dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Penilaian e-book terdiri dari 2 aspek, yaitu aspek materi/desain pembelajaran dan aspek media. Perhitungannya berdasarkan skala Likert (disajikan dalam Lampiran 21). Pada hasil penelitian Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
e-book
yang
dikembangkan
telah
memenuhiaspek
materi/desain
pembelajaran dan aspek media. Penjelasannya seperti berikut: 1) Aspek materi/desain pembelajaran Indikator dalam aspek materi/desain pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang dipaparkan oleh Wahono, R.S (2006). Terdapat 15 indikator yang digunakan sebagai kriteria aspek ini (Lampiran 21). e-Book kimia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
yang dikembangkan dikatakan telah memenuhi kriteria kelayakan apabila e-book kimia tersebut memenuhi kriteria untuk seluruh aspek yang dinilai meliputi: kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis), relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum, cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran, ketepatan penggunaan strategi pembelajaran, interaktivitas, pemberian motivasi belajar, kontekstualitas dan aktualitas, kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kedalaman materi, kemudahan untuk dipahami, sistematis, runut, alur logika jelas, kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan, ketepatan dan ketetapan alat evaluasi, dan pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi. Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka e-book dikatakan layak. Berdasarkan penilaian oleh para ahli pada Tabel 4.1 diperoleh bahwa e-book kimia yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan materi/desain pembelajaran dengan persentase sebesar 88,33% dan masuk dalam kategori sangat layak karena terletak pada interval 81% - 100%. Hal ini menunjukkan bahwa e-book kimia yang dikembangkan telah layak untuk digunakan pada proses pembelajaran ditinjau dari kriteria kelayakan materi/desain pembelajaran. Kelayakan ini juga memperjelas bahwa e-bookyang dikembangkan telah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digunakan pada SMA/MA dengan mengacu pada kurikulum 2013untuk materi hidrolisis garam. Selain itu e-book yang dikembangkan ini telah sesuai dengan tingkat berfikir siswa, dimana pada usia siswa kelas XI yang berkisar antara 16-18 tahun telah berada pada tahap operasi commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
formal dan salah satu ciri psikologisnya adalah senang dengan hal-hal yang baru (Nur, 1998), khususnya sumber belajar yang baru. 2) Kriteria Kelayakan Media e-Book kimia yang dikembangkan dikatakan telah memenuhi kriteria kelayakan media apabila e-book kimia tersebut memenuhi kriteria untuk seluruh aspek yang dinilai meliputi: technical Quality (kualitas media secara teknis), usability (kemudahan dalam pengoperasian), elemen media visual (penyajian informasi yang secara nyata dapat dilihat), dan elemen media audio (penyajian informasi yang secara nyata dapat didengar). Keempat aspek tersebut masih dibagi lagi menjadi beberapa indikator. Keterangan lebih lengkapnya bisa dilihat dalam lampiran. Keseluruhan aspek media tersebut berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan Crozat (1999). Menurut Riduwan (2008), apabila aspekaspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan Skala Likert maka e-book dikatakan layak. Berdasarkan penilaian oleh para ahli pada Tabel 4.1 diperoleh bahwa e-book kimia yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan media dengan persentase sebesar 89,39% dan masuk dalam kategori “sangat layak”. Hilal Ahmad Wani (2013) menjelaskan bahwa dengan adanya e-learning menunjang pembelajaran karena memanfaatkan teknologi komputer yang sedang berkembang saat ini. Perolehan persentase yang cukup tinggi dalam kriteria aspek media untuk penilaian e-book ini menunjukkan pula bahwa e-book kimia yang dikembangkan memang mendukung pengajaran dan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
3. Analisis hasil belajar siswa Tes kognitif ini digunakan sebagai data untuk mengetahui pemahaman siswa dan mengetahui tingkat ketuntasan belajar individual maupun klasikal siswa kelas XI MIA SMAN 5 Madiun setelah pembelajaran menggunakan e-book kimia beorientasi PBL pada materi hidrolisis garam. Data hasil belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.13. Data perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Secara klasikal dapat dilihat persentase siswa yang memenuhi KKM dan yang tidak memenuhi KKM. Persentase tersebut disajikan dalam Tabel 4.14. Tabel 4.14 Data Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Kriteria Jumlah Persentase (%) Siswa Tuntas (≥75) 14 77,78 Tidak Tuntas 4 22,22 Jumlah 18 100
Ketuntasan hasil belajar siswa dalam tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar dapat dilihat dari pencapaian penguasaan indikator hasil belajar dan ditunjukkan dengan nilai tes hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir pertemuan setelah proses pembelajaran. Postest dilakukan selama 90 menit setelah keseluruhan proses pembelajaran berakhir. Siswa dikatakan tuntas secara individu jika telah mencapai nilai ≥ 75 dan dapat dikatakan tuntas secara klasikal jika ≥ 75% siswa telah tuntas secara individu. Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa dengan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 18 siswa. Hasil analisis ketuntasan belajar terhadap user 18 siswa diketahui bahwa secaracommit klasikalto 77,78% siswa telah tuntas belajarnya
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan 22,22% siswa belum tuntas. Persentase ketuntasan yang dicapai siswa menunjukkan bahwa siswa kelas XI MIA 2 SMAN 5 Madiun sudah mencapai ketuntasan secara klasikal karena sudah memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah yaitu minimal 75% siswa mendapat nilai ≥75. Persentase siswa yang memenuhi standar KKM ini memperkuat bahwa dengan menggunakan e-book dalam pembelajaran hidrolisis garam, pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dengan hasil yang memuaskan. Cemal Tosun dan Erdal Senocak (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dengan pembelajaran PBL efektif untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa sehingga kemampuan kognitifnya dalam memecahkan masalah juga semakin bertambah. Hal ini pula yang mendasari ketuntasan klasikal pada siswa kelas XI MIA 2 di SMAN Madiun. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ketuntasan klasikal belum mencapai maksimal. Hal ini disebabkan karena banyaknya siswa yang belum tuntas pada indikator menentukan garam yang mengalami hidrolisis sebagian (parsial) beserta sifatnya. Ketidaktuntasan pada indikator tersebut terkait dengan aktivitas siswa dalam mengkomunikasikan hasil kerja saat pelaksanaan analisis data, mempresentasikan hasil percobaan dan menyimpulkan hasil percobaan yang berlangsung lebih singkat daripada yang direncanakan. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk melakukan percobaan menghabiskan waktu yang lebih lama. Keterbatasan waktu presentasi menyebabkan terbatasanya waktu siswa untuk bertukar pendapat tentang hasil percobaan yang diperoleh masing-masing kelompok.
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang pengembangan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam untuk kelas XI MIA SMA/MA semester II, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengembangan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam dilakukan berdasarkan penelitian Research & Development (R&D )yang dikemukakan oleh Borg&Gall (1983) sampai pada tahap ke sembilan yaitu final product. 2. e-Book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dapat dikatakan “sangat layak” digunakan ditinjau dari aspek materi dan aspek media dengan persentase berturut-turut sebesar 88,33% dan 89,39% berdasarkan penilaian dari para validator. e-Book yang dikembangkan dikatakan “sangat layak” digunakan dalam pembelajaran berdasarkan angket respon siswa sesuai aspek materi dan aspek media dengan persentase berturut-turut 94,44% dan 91,67% pada saat uji coba awal, 87,08% dan 82,5% pada saat uji coba utama, 94,52% dan 93,87% pada saat uji coba operasional. 3. e-Book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan telah digunakan dalam pembelajaran commit to user 104
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan hasil perolehan persentase sebesar 77,78% untuk ketuntasan klasikal ketika diujicobakan pada kelas XI MIA di SMAN 5 Madiun. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan, implikasi yang dapat peneliti sampaikan adalah: 1. Implikasi Teoritik e-Book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan menerapkan model PBL yang dilengkapi dengan video praktikum didalamnya serta dikemas dalam format MartView dan Portable Document File (Pdf). 2. Implikasi Praktis e-Book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu guru sebaiknya menggunakan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dalam pembelajarannya, karena lebih efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi hidrolisis garam. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Saran untuk guru Sebelum menggunakan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan untuk mengajarkan materi hidrolisis garam, hendaknya guru memahami model commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran PBL terlebih dahulu, agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Selain itu, hendaknya guru memastikan proyektor dan LCD berfungsi dengan baik. 2. Saran untuk peneliti a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya yang sejenis dengan materi yang berbeda. b. Hendaknya sebelum penelitian, siswa yang dijadikan sampel sudah pernah diajarkan dengan model pembelajaran PBL, agar pada saat penelitian berlangsung tidak terdapat masalah yang berhubungan dengan model pembelajaran. c. Dalam memilih validator untuk penelitian dan pengembangan e-book hendaknya disesuaikan dengan karakteristik e-book. 3. Saran untuk pengelola pendidikan a. e-Book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) adalah media yang efektif digunakan untuk pembelajaran kimia, oleh sebab itu hendaknya pengelola pendidikan mendukung guru-guru kimia dalam menyusun e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL). b. Kegiatan praktikum di laboratorium merupakan sarana untuk melatih siswa dalam melakukan latihan eksperimen, oleh karena itu hendaknya pengelola pendidikan mendukung dan meningkatkan fasilitas laboratorium khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran kimia.
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Saran untuk siswa a. Dalam menggunakan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL), hendaknya setiap siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif, antusias sehingga dapat mendalami materi yang diajarkan dengan baik. b. Pembelajaran menggunakan e-book kimia berorientasi Problem Based Learning (PBL) memerlukan kerja sama antar siswa, sehingga semua siswa dapat memahami materi dengan baik.
commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Allen, M.J. dan Meyer, J.P. 1997. Commitment in the Workplace Theory Research & Application. California: Sage Publication. Anas, S. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: PustakaPelajar. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asnawir dan Basyiruddin, U. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers. Asyhar, R. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jambi: GP Press. Belland, B. R. , French, B. F. , & Ertmer, P. A. 2009. Validity and Problem-Based Learning Research: A Review of Instruments Used to Assess Intended Learning Outcomes. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 3(1): 59-89. Budiyono. 2009. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. Bullen, M. 2001. E-learning and The Internalization Education, Malaysian Journal of Educational Technology 3(1): 23-45. Borg, W.R. dan Gall, M.D.1983. Educational Research an Introduction. New Yorkand London: Longman Inc. Boud, D. dan Felleti, G.I. 1997. The Challenge of Problem Based Learning. London: Kogapage. Chang, R. 2008. General Chemistry the Essential Concepts Fifth Edition. New York: Mc GrawHill International Edition. Crozat, S.Hu. dan Triganno P. 1999. A Method for Evaluating Media Learning Software. Journal of Education et Tehnologies de I’information Universite de Technologie de Compiege. (1): 714-719. Depdiknas. 2003. Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Jakarta: Pusat commit to user Perbukuan.
108
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
. 2006. Instrumen Penilaian Tahap II Buku Teks Pelajaran Kimia SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. . 2009. Materi Sosialisasi dan Pelatihan KTSP SMA. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djoko, A. 2011. Problem Based Learning (PBL) : Definisi, Karakteristik, dan Implementasi dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila. Program Studi PPkn Unirow Tuban Prospektus, Tahun IX Nomor 1, April 2011. Dryden, G dan Vos, J. 2000. Revolusi Cara Belajar. Bandung: PT Mizan. Duch, B.J., Allen, D.E., dan White, H.B. 2000. Problem-Based Learning: Preparing Students to Succeed in the 21st Century.[Online]. http://www.hku.hk/caut/homepage/tdg/5/TeachingMatter/Dec.98.pdf Faiq, M. (2013). Mengimplementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. Diperoleh 22 Juli2014, darihttp://Penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013 Fogarty, R. 1997.Problem-Based Learning and Other Curriculum Models for the Multiple Intelligences Classroom. Arlington Heights, Illinois: Sky Light. Ginting, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Humaniora. Gregory, R.J. 2007. Psychological Testing History, Principles, and Applications, 5th Edition. Boston: Pearson Education, Inc. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Haris, D.2011. Panduan Lengkap e-Book Strategi Pembuatan & Pemasaran eBook. Jakarta: PT.Buana Ilmu Populer. Heinich, R., Michael, M., dan James, D. R. 1982 InstructionalMedia: and the New Technology of Instruction. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Ibrahim, M. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Jerold E. Kemp dan Thiagarajan. Surabaya: Unesa Press. Kamarga, H. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses commit to userInti Media. Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta:
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
Kemendiknas. 2010. Renstra Kemendiknas. Jakarta: Kemendiknas. Madao, F.Y. 2009. Sejarah Perkembangan e-Learning, http://edufiesta.blogspot.com/, tanggal: 13 Juli 2014.
diakses
dari
Markovic, M.R. 2010. Advantages and Disadvantages of e-Learning in Comparison to Traditional Forms of Learning. Annals of the University of Petrosani Economics. 10 (2): 289-298. Mukhtar dan Rusmini. 2007. Pengajaran Remedial, Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: Nimas Multima. Mukhtar dan Iskandar.2010. Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jambi: GP Press. Nur, M.1998. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: IKIP Surabaya University Press. Orla C. K. dan Odilla E. F. 2007. Providing Solutions through Problem Based Learning for the Undergraduate 1st Year Chemistry Laboratory. Journal Chemistry Education Research and Practice. 8(3):274-361. Pettruci, R.H.1992 .Kimia Dasar Prinsip dan Tetapan Modern .Terjemahan Suminar .Jakarta:Erlangga. Purbo, O.W. 2002. Teknologi Warung Internet. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Rahardjo. 2009. “Pembuatan E-Book dengan Aplikasi MartView”. Tesis S2 Administrasi Kebijakan Publik, UI, Jakarta (unpublished). Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rosenberg, M.J. 2001. E-learning : Strategies for Delivering Knowledge in the Digital Age. New York: McGraw-Hill Professional. Rohim, M.N. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Masalah Pokok Bahasan Gerak untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Skripsi S1 Pendidikan Fisika, Unesa, Surabaya (unpublished). Sadiman, Arief, dan Rahardjo. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. commit to user Soekartawi. 2002. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press.
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Siahaan, S. dan Martiningsih, Rr. 2007.Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Pembelajaran di SMP Al Muslim Sidoarjo-JawaTimur. www.depdiknas.go.id diakses anggal 27 Desember 2013. Singh, G., John, O., dan Harvey, W. 2012. A Study Into the Effects of e-Learning on Higher Education. Journal of University Teaching and Learning Practice. 5(2): 13-24 Sudjana. 1997. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rosdakarya. Sudjana, N. dan Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Sunardjo, N.A.S. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran. http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pemanfaatan-alat-peraga-sebagaimedia-pembelajaran (diakses pada tanggal 10 Juli 2014) Tan, O.S. 2004. Cognition, Metacognition, and Problem Based Learning, In Enhancing Thinking Through Problem Based Learning Approaches. Singapura: Thomson Learning. Tosun, C. dan Yavus T. 2011. The Effect of Problem Based Learning on Student Motivation Towards Chemistry Classes and on Learning Strategies.Journal of Turkish Science Education, 9(1): 104-125. Tosun, C. dan Erdal S. 2013. The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds. Australian Journal of Teacher Education, 38(3): 60-73. Trianto. 2010. Mendesain Model Pemelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group. Walker, A. dan Leary, H. 2009. A Problem Based Learning Meta Analysis: Differences Across Problem Types, Implementation Types, Disciplines, and Assessment Levels.The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. 3(1): 12-43. commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wani, H.A. 2013. The Relevance of e-Learning in Higher Education. Jurnal Kajian Pendidikan, 3(2): 181-194. Widjajanti, D.B. 2011. Problem Based Learning dan Contoh Implementasinya. Yogyakarta: UNY. Woods, D.R. 1996. Problem-Based Learning: How to Gain the Most from PBL. Canada: McMaster University Bookstore.
commit to user