BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dirancang untuk pengajaran siswa dibawah pengawasan guru. Salah satu jenis sekolah di Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003). Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan dalam menghasilkan tenaga kerja yang termasuk dalam pekerja usia muda yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Setiap lulusan SMK disiapkan untuk menjadi sumber daya manusia yang siap pakai. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan terdapat perpaduan program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diaplikasikan melalui program praktik kerja industri sebagai modal pelatihan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan (Rachman, 2013). Praktik kerja industri diperlukan agar siswa lebih memahami pekerjaan, kompetensi serta aturan-aturan di industri sehingga siswa siap memasuki dunia kerja. Dalam pelaksanaan praktik kerja industri, siswa yang tergolong ke dalam pekerja usia muda rentan mengalami kecelakaan dan terkena penyakit akibat
1
kerja, baik di tempat melakukan pekerjaan maupun di laboratorium sekolah. Kecelakaan kerja di tempat kerja yang terjadi dapat berbahaya, baik dalam proses produksi maupun bagi keselamatan dan kesehatan para siswa. Setiap proses produksi di tempat kerja memiliki potensi bahaya (hazard) untuk menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Potensi bahaya jika dibiarkan tanpa ada pengendalian akan menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Susilo, 2010). Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan data dari International Labor Organization (ILO, 2012) setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, dan setiap hari terjadi 6.000 kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal. Sementara di Indonesia, setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 korban yang fatal akibat kecelakaan kerja. Pada tahun 2011 tercatat 96.314 kasus dengan korban meninggal 2.144 orang dan mengalami cacat sebanyak 42 orang, dengan kerugian akibat kecelakaan mencapai Rp.280 triliun per tahun. Kecelakaan kerja tidak hanya dapat menyebabkan kematian, kerugian materi, moril dan pencemaran lingkungan, namun juga dapat mempengaruhi produktivitas, kesejahteraan masyarakat bahkan dapat menurunkan Indeks Pembangunan Manusia dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap daya saing nasional (ILO, 2012). Berdasarkan data dari PT Jamsostek tahun 2011 diketahui bahwa kecelakaan selama ini dialami oleh pekerja yang bekerja di wilayah produksi atau lapangan yang mana pekerja langsung bersentuhan dengan mesin dan mengikuti
2
proses produksi. Berdasarkan data di perusahaan, tenaga kerja yang bekerja pada wilayah produksi merupakan mereka dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan fakta ini dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja yang tinggi dapat terjadi pada tenaga kerja dengan lulusan SMK (Jamsostek, 2011). Kecenderungan pendidikan kejuruan dan teknologi dewasa ini sudah bergeser menjadi pabrik kecil di lingkungan sekolah. Konsekuensinya adalah penerapan K3 secara total di SMK seperti halnya di industri dan dunia usaha. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa fasilitas K3 di laboratorium permesinan masih kurang diperhatikan, sebagai contoh pada saat menggerinda pada mesin gerinda terdapat siswa yang kurang memperhatikan keselamatan tangan sendiri dengan menggerinda benda kerja secara overheating yang mengakibatkan tangan melepuh dan membengkak, selain itu terdapat bahaya lain karena bekerja menggunakan mesin merupakan pekerjaan yang berbahaya akibat kurangnya pengetahuan dalam mengoperasikan peralatan sehingga tindakan kontrol bahaya sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan (Handley, 1977). SMKN 2 Palembang merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang terletak di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. SMK Negeri 2 Palembang pada mulanya bernama Sekolah Teknologi Menengah (STM) yang berstatus sekolah swasta. Sekolah ini didirikan tahun 1957 dan dikepalai oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama A.J. Frietman. Pada tahun 1959, sekolah ini berubah menjadi STM Negeri 1 Palembang. Pada tahun 1978 lokasi pembelajaran siswa mencakup dua tempat, yakni proses pembelajaran teori berlangsung di Jalan Demang Lebar Daun, sedangkan proses pembelajaran
3
praktik berlangsung di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) yang terletak di Jalan Basuki Rahmat Palembang. Tahun 1997, berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, STM Negeri 1 Palembang berganti nama SMK Negeri 2 Palembang. Kemudian, pada tahun pelajaran 2003-2004, SMK Negeri 2 ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Sejak tahun 2002, SMK Negeri 2 Palembang berkeinginan menjadi SMK Mandiri yang melakukan proses pembelajaran teori dan praktik secara terpadu. Keinginan ini dicantumkan dalam visi misi sekolah. Untuk itu, mulai tahun 2005 proses pembelajaran praktik yang semula dilaksanakan di BLPT dialihkan ke bengkel-bengkel yang ada di SMK Negeri 2 Palembang. Pengalihan pembelajaran praktik ini dimaksudkan untuk menjadikan SMKN 2 Palembang menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Terpadu. Sekolah ini merupakan salah satu dari dua sekolah di Indonesia yang ditunjuk oleh Kemendikbud sebagai Sekolah Model Community College yang menampung siswa-siswa yang dididik dengan keterampilan khusus. Salah satu sarana penunjang khusus yang berada di lingkungan sekolah adalah ruang Laboratorium Teknik Sepeda Motor, yaitu sebuah tempat yang digunakan untuk sarana praktik kejuruan yang digunakan oleh para pendidik dan peserta didik untuk pengembangan keterampilan kejuruan teknik permesinan. Berdasarkan hasil observasi pada saat survei awal di SMKN 2 Palembang, diketahui bahwa SMKN 2 tersebut telah memiliki peralatan berupa mesin gerinda, mesin bubut, mesin sekraf, alat kikir dan alat gergaji pada laboratorium
4
permesinan, kompresor dan bantuan sepeda motor pada laboratorium TSM sebagai bantuan langsung dari pemerintah pusat dengan aset bantuan sebesar Rp. 60 milyar, sementara itu berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru dan Kepala Bagian laboratorium TSM belum pernah dilakukan penilaian risiko keselamatan kerja di laboratorium tempat siswa melakukan kerja praktik dan belum dimilikinya sistem dalam mengelola bahaya di unit laboratorium TSM tersebut. Adapun beberapa bahaya di dalam Laboratorium TSM adalah bahan bakar dan minyak pelumas yang mempunyai sifat mudah menguap dan rentan menimbulkan kebakaran dan ledakan, peralatan mesin berputar yang tak memiliki pelindung dapat menyebabkan kecelakaan, serta gas sisa pembakaran yang keluar dari knalpot (silencer) mengandung karbon monoksida dan apabila terpapar secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja atau gangguan asfiksia. Bahaya di tempat kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja cenderung lebih sering terjadi pada populasi pekerja yang kurang memahami proses industri di tempat kerja, atau tidak cukup dilatih dan dilindungi untuk mengatasi kemungkinan bahaya yang dapat terjadi. Hal tersebut yang mendasari penulis untuk mengadakan penelitian berupa penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada laboratorium TSM di SMKN 2 Palembang.
5
B. Rumusan Masalah
SMKN 2 Palembang sebagai satu dari dua sekolah berbasiskan community college di Indonesia telah memiliki peralatan-peralatan berteknologi tinggi pada laboratorium TSM sebagai bantuan langsung dari pemerintah pusat berupa mesin gerinda, mesin bubut, mesin sekraf, alat kikir dan alat gergaji pada laboratorium permesinan, kompresor dan bantuan sepeda motor pada laboratorium TSM dapat berpotensi untuk menyebabkan kecelakaan kerja baik bagi para siswa dalam proses pembelajaran, bahkan para guru yang mengajar. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru dan kepala bagian Laboratorium TSM belum pernah dilakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium tempat siswa melakukan kerja praktik. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Pelaksanaan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Laboratorium TSM di SMKN 2 Palembang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum: Untuk mengkaji penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium TSM Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Palembang.
6
2. Tujuan Khusus: a. Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) pada aktivitas siswa saat praktek kerja di Laboratorium TSM SMKN 2 Palembang b. Melaksanakan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja dengan menganalisis risiko berdasarkan estimasi peluang, frekuensi, dan tingkat keparahan pada aktivitas siswa saat praktek kerja di Laboratorium TSM SMKN 2 Palembang c. Mengetahui tingkat risiko pada aktivitas siswa saat praktek kerja di Laboratorium TSM SMKN 2 Palembang d. Mengevaluasi risiko pada aktivitas siswa saat praktek kerja di Laboratorium TSM SMKN 2 Palembang e. Menetapkan tindakan pengendalian risiko pada aktivitas siswa saat praktek kerja di laboratorium TSM SMKN 2 Palembang
D. Manfaat Penelitian 1. Sekolah a. Sebagai panduan dalam penerapan sistem yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan SOP dan dokumen aspect-impact dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada laboratorium TSM di sekolah. b. Sebagai bahan masukan bagi segenap staf akademisi di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan dalam penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
7
c. Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi para guru dan siswa di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan dalam meminimalisir tingkat kecelakaan kerja di tempat kerja dengan melakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Ilmu Pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan informasi ilmiah dalam perkembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja terutama pada lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan khususnya yang memiliki laboratorium TSM. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan terhadap penilaian risiko keselamatan kerja di tempat kerja dalam hubungannya dengan keselamatan di Sekolah Menengah Kejuruan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Unit TSM SMKN 2 Palembang belum pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian lain yang sejenis adalah: 1. Andarini (2011), Preliminary Hazard Analysis pada Aktivitas Dry Process Pemisahan Bijih Timah dengan Mineral Ikutan di Unit Tinshed PT. Koba Tin. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada waktu dan lokasi penelitian dan variabel yang digunakan yaitu aktivitas dry process di pengolahan timah sedangkan pada penelitian ini, meneliti aktivitas siswa di laboratorium TSM.
8
2. Campbell (2008), Safety Hazard and Risk Identification and Management in Infrastructure Management. Perbedaannya adalah waktu dan lokasi penelitian, yaitu penelitian Campbell (2008), berlangsung pada tahun 2008 di Kota Edinburgh, United Kingdom pada infrastruktur di bidang transportasi. 3. Norliana (2006), Risk Assessment Process of Hazards in Construction Sites. Perbedaannya adalah pada lokasi penelitian dan variabel yang diteliti, penelitian Norliana dilakukan di Malaysia dan variabel yang diteliti adalah perusahaan konstruksi di Malaysia 4. Groves et al. (2008), Risk assessment for loader- and dozer-related fatal incidents in U.S. mining. Perbedaannya adalah penelitian Groves meneliti mengenai penilaian risiko yang terkait dengan insiden pada pengemudi truk di daerah pertambangan di United States, sedangkan penelitian ini menilai risiko pada aktivitas di laboratorium TSM.
.
9