BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Diperkirakan jumlah kerusakan ini bisa mencapai 2 – 25% pada negara-negara maju dan 20 – 50% pada negara-negara berkembang (Kader, 1985). Untuk mengurangi tingginya persentase kerusakan pada komoditas buah-buahan ini, perlu dipahami penanganan pascapanen yang tepat, agar buah tersebut sampai ke tangan konsumen tetap dalam keadaan segar (fresh quality) dan hasilnya maksimal. Ada cara untuk menangani hal tersebut, seperti dalam proses panen, pengumpulan, penyortiran, penyimpanan, hingga pengemasan dan pendistribusian yang terencana dan terorganisir untuk mempertahankan kualitas buah. Tabel 1.1 Perkembangan Produksi Buah-buahan tropika (ton) Jenis Buah 2000-2005 2005-2010 2010-2012 Laju (%) Jeruk 1.720.124 4.266.645 3.639.748 12,5 Mangga 1.263.208 1.748.219 1.931.586 6,2 Manggis 53.361 86.473 130.807 11,2 Melon 45.285 66.922 104.816 10,6 Nanas 626.991 1.259.227 1.576.322 10,1 Pepaya 573.831 543.713 846.786 4,0 Pisang 4.443.495 5.633.755 6.025.604 4,1 Semangka 242.664 384.088 453.929 8,1 Sumber: Kementerian Pertanian (Pusdatin) Industri buah tropis nasional terus meningkat seperti yang terlihat dalam tabel. Sebagai salah satu negara tropis, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen
buah tropis. Namun industri buah tropis Indonesia masih bergantung pada petanipetani tradisional yang berada di setiap daerah, dengan sumber daya dan peralatan yang masih sederhana. Perlu peran berbagai pihak untuk membantu para petani tradisional tersebut. Buah manggis1 menjadi salah satu buah tropika yang digemari baik itu oleh masyarakat dalam negeri maupun mancanegara. Walaupun buah manggis mengandung bagian yang dapat dimakan hanya sekitar 30%, namun bentuknya yang artistik dan citarasanya yang khas menyebabkan buah ini disukai oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri, disamping itu buah ini mengandung vitamin C dan B1 cukup tinggi (Rukmana, 1994). Sehingga buah ini memiliki manfaat lebih bagi konsumen. Produksi buah manggis nasional pada tahun 2008 hingga 2013 terus meningkat dari 78.678 ton hingga mencapai 190.294 ton. Namun jumlah manggis yang mampu di ekspor hanya 8,31% - 9,43% dari produksi buah manggis Indonesia (Statistik Pertanian, 2013). Faktor utama yang dapat menurunkan potensi buah manggis adalah penurunan mutu buah. Wilayah pertumbuhan tanaman manggis di Indonesia sangat luas mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Hingga saat ini sekitar 25 kabupaten tercatat sebagai penghasil dan penyumbang buah manggis untuk ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, dengan Kabupaten Tasikmalaya yang menjadi sentra penghasil buah manggis terbesar. Pada tahun 2005, tercatat produktivitas manggis Indonesia baru 6,27 ton/hektar, jika dibandingkan dengan produktivitas manggis
1
Buah manggis (Garcinia Mongostana L) adalah salah satu buah eksotik tropika yang sudah lama dikenal di mancanegara sebagai ”Quin of fruits” (Eiseman, 1997).
Thailand telah mencapai 16,28 ton/hektar, hampir 3 kali lipat lebih rendah dibandingkan produktivitas Thailand (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Hal tersebut menggambarkan bahwa potensi peningkatan produksi di Indonesia masih sangat besar. Rendahnya produktivitas manggis di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal; sistem pembudidayaan yang masih tradisional, masih berupa tanaman pekarangan, tegalan dan hutan, umur manggis di beberapa sentra sudah tua, sistem produksi masih tergantung pada alam dan dukungan informasi teknologi masih kurang dan pengetahuan mengenai penanganan pascapanen. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu penyebab kerusakan buah manggis karena buah jatuh dari pohon atau dari alat pemanenan sehingga terjadi benturan. Hilton (1993) dan Thompson (1996) menyatakan bahwa cara panen dan penanganan buah sesudahnya yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan pada buah. Hal ini menunjukan bahwa penanganan pascapanen tidak kalah penting dengan proses prapanen. Permasalahan mendasar dalam pengelolaan pascapanen buah yaitu rendahnya kepedulian petani mengenai mutu hasil panen, tingginya susut, kehilangan dan kerusakan hasil panen (Setiono, 2011). Hal ini menunjukkan perlunya kesadaran akan kualitas yang dimiliki oleh petani manggis. Menurut Rukmana (1995) jenis-jenis kerusakan buah manggis antara lain; buah cacat mekanis (rusak memar, luka pada kulit dan daging buah akibat tekanan, benturan dan getaran), cacat fisiologis karena tingkat kematangannya, dan buah busuk (secara visual sudah terjadi pembusukan pada kulit atau dagingnya). Hal tersebut menyebabkan kerugian bagi petani, oleh karena itu, perlu adanya manajemen operasional dan rantai nilai yang baik dalam
penanganan pascapanen produk dimulai dari tingkat hulu terutama untuk mempertahankan mutu buah pascapanen. Mulai dari proses pemanenan, pemilahan, penyimpanan, pengemasan hingga pendistribusian. Mutu produk yang terjamin dan meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen akan berdampak pada loyalitasnya terhadap produk tersebut. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi. Menurut Feigenbaum (1992), pengendalian mutu adalah pengukuran kinerja produk, membandingkan dengan standar dan spesifikasi produk, serta melakukan tindakan koreksi apabila terdapat penyimpangan. Sehingga dengan pengendalian mutu ini diharapkan perusahaan bangga atas pekerjaannya, dapat meningkatkan mutu yang lebih baik dengan continuous improvement, dan tujuan operasional perusahaan dalam meningkatkan keunggulan dalam persaingan dapat tercapai. Dengan demikian petani buah manggis dalam usahanya meningkatkan kualitas pascapanen harus menjalankan pengendalian mutu tersebut supaya daya saing produknya ikut meningkat. GAPOKTAN Gemi Jaya di Kabupaten Tasikmalaya merupakan gabungan kelompok tani yang komoditi unggulannya adalah buah manggis. Dalam industri besar dengan pengelolaan yang modern, kualitas hasil panen sangat diperhatikan dan dijalankan dengan baik dalam setiap proses pascapanen. Namun pada petani-petani tradisional seperti GAPOKTAN hal-hal mengenai manajemen proses dan standar mutu kurang begitu diperhatikan, para petani terpacu untuk segera menjual buahnya untuk cepat-cepat menerima bayaran. Padahal untuk keberlangsungan dan keberhasilan penjualan produknya harus diikuti dengan penanganan yang baik dalam setiap proses pascapanen.
Penelitian ini fokus pada penanganan pascapanen untuk meningkatkan kualitas buah manggis pada GAPOKTAN Gemi Jaya yang berada di sentra penghasil manggis di Indonesia yaitu Kabupaten Tasikmalaya yang melakukan kegiatan operasional dalam pemanenan dan penanganan pascapanen bersama anggota kelompok taninya. Meskipun buah manggis GAPOKTAN Gemi Jaya sudah menembus pasar internasional, tetapi permasalahan yang ditemui masih banyaknya buah yang cacat atau rusak pada saat tahap sortasi yang berakibat penolakan oleh konsumen terhadap buah manggis dikarenakan kriteria dan kualitas buah manggis tidak memenuhi standar dan menurunkan produktivitas petani. Hal ini dikarenakan pengetahuan, ketrampilan dan informasi yang diterima kurang baik dalam hal menjaga kualitas buah manggis selama pascapanen. Padahal menjaga kualitas berarti petani memperhatikan kebutuhan konsumennya. Dengan
memiliki
kesadaran
menjaga
kualitas
akan
meningkatkan
pengetahuan dan produktivitas pascapanen, oleh sebab itu dibutuhkan manajemen operasional dan tindakan perbaikan untuk menjaga kuantitas dan kualitas buah yang baik. Begitu juga continuous improvement untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan mutu hasil panen, tidak hanya nyaman dengan keadaan yang seadanya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada GAPOKTAN Gemi Jaya mengenai pentingnya meningkatkan kualitas dan mencegah kerusakan hasil panen dengan manajemen operasional, mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan
kualitas
pascapanen
dan
melakukan
tindakan
perbaikan
untuk
menanggulangi permasalahan kualitas pascapanen tersebut, sehingga seluruh anggota GAPOKTAN dapat menikmati hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena
mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, peningkatan kualitas buah manggis sangat diperlukan bagi petani buah manggis. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Masalah-masalah apa yang dihadapi oleh petani dalam meningkatkan kualitas buah manggis pada GAPOKTAN Gemi Jaya ? 2. Bagaimana faktor-faktor penanganan pascapanen mempengaruhi kualitas buah manggis yang dihasilkan GAPOKTAN Gemi Jaya ? 3. Bagaimana pemecahan permasalahan kualitas yang paling tepat untuk diterapkan pada GAPOKTAN Gemi Jaya ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengklasifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dalam meningkatkan kualitas pascapanen buah manggis di GAPOKTAN Gemi Jaya Kabupaten Tasikmalaya. 2. Mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas pascapanen buah manggis pada GAPOKTAN Gemi Jaya di Kabupaten Tasikmalaya. 3. Merumuskan rencana perbaikan, berdasarkan hasil klasifikasi permasalahan dan faktor yang mempengaruhi kualitas penanganan pascapanen untuk diterapkan di GAPOKTAN Gemi Jaya Kabupaten Tasikmalaya.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi petani buah manggis pada GAPOKTAN Gemi Jaya di Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas produk buah manggis yang berkelanjutan. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dalam hal ini Dinas Hortikultura dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, bahan pertimbangan terutama terkait dengan usaha pengembangan produk buah manggis Kabupaten Tasikmalaya. 4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, pengetahuan dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya. 1.5 Kerangka Penulisan Penulisan skripsi ini akan dibagi kedalam lima bab yang terdiri dari pendahuluan, kerangka literatur, metoda penelitian, analisis dan pembahasan, dan diakhiri dengan penutup. Secara garis besar kerangka penulisan skripsi adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan
Penulisan penelitian skripsi diawali dengan menjelaskan latar belakang permasalahan yang menjadi alasan penulisan. Kemudian rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan diteliti, tujuan penelitian dan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian untuk berbagai pihak.
BAB II : Kerangka Literatur Teori dan referensi penelitian mengenai peningkatkan kualitas pascapanen buah. Penjelasan mengenai faktor-faktor manajemen kualitas pascapanen untuk meningkatkan produk pascapanen buah tropis, khususnya buah manggis. BAB III : Metoda Penelitian Metodelogi dalam penelitian yang meliputi jenis penelitian, jenis data, pengumpulan data, analisis data, dan menjelaskan proses pengolahan data untuk membantu memudahkan proses analisis. BAB IV : Analisis Hasil dan Pembahasan Bab ini mengidentifikasi dan menjabarkan hasil penelititian sehingga menjadi informasi yang berarti. BAB V : Simpulan dan Implikasi Seimpulan diperoleh dari analisis hasil dan pembahasan. Selain itu dijelaskan juga keterbatasan penelitian selama proses pengambilan data dan implikasi manajerial untuk beberapa pihak.