BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah Penggunaan handphone pada saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat lekat bagi keseharian manusia. Dengan cepatnya proses penyampaian pesan dari satu individu ke idividu lain, handphone dianggap sangat efektif sebagai media komunikasi. Hal tersebut dipertegas dengan banyaknya beredar merek handphone yang diproduksi di berbagai Negara untuk saling berkompetisi dalam memenangkan konsumen. Dimana berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rentang waktu Januari – Oktober 2013, nilai impor produk telepon genggam mencapai US$ 2,35 miliar. Adapun yang terbesar berasal dari China senilai US$ 1,32 miliar atau 56 persen dari total impor. Kemudian disusul Vietnam senilai US$ 459,51 juta (20 persen), Meksiko US$ 201,97 juta (9 persen), dan Taiwan IS$ 186,79 juta (8 persen). (http://www.katadata.co.id/berita/2013/12/06/importinggi-indonesia-perlu-pabrik-ponsel-lokal). Dengan semakin banyaknya pilihan handphone saat ini, maka hal ini akan memicu kompetisi yang makin ketat (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/gadget/12/02/03/lysmtk-kompetisi-dipasar-smartphone-akan-semakin-ketat). Handphone merupakan media komunikasi yang sangat efektif, karena selain fungsi utamanya untuk telphone, juga terdapat fitur-fitur lainnya. Hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya pengguna handphone saling berlomba untuk menawarkan produk baru demi merebut hati para konsumen. Bahkan sekarang ini banyak bermunculan pemain baru dari indonesia yang mengeluarkan produk dengan harga yang lebih murah. Di Indonesia sendiri sekarang ada beberapa merek handphone yang telah melekat di benak konsumen seperti NOKIA, SAMSUNG, APPLE, BLACKBERRY, SONY, dan selain merek-merek terkenal tersebut juga ada beberapa merek
lokal maupun dari China yang
sekarang telah di pasar kan di Indonesia. Produk-produk handphone itu berasal dari berbagai Negara, seperti APPLE berasal dari Amerika, SAMSUNG dan LG yang berasal dari Korea, BLACKBERRY berasal dari Canada, SONY berasal dari
1
Jepang, serta ada beberapa merek buatan China seperti OPPO, LENOVO, dan lain lain (http://inet.detik.com/read/2103/12/15/165558/2442530/317/andromax-jegalblackberry-kuntit-samsung?i991103105). Kualitas merek HP yang berasal dari negara-negara yang memang sudah terkenal sebagai produsen barang-barang elektronik yang berkualitas tentu saja lebih unggul. Persepsi positif konsumen dari negara berkembang biasanya terkait dengan tingginya tingkat pembangunan ekonomi dan teknologi dari negara tempat produk tersebut berasal (Huddleston et al., 2001; Hsieh, 2004). Sebut saja merekmerek seperti Apple, Samsung, Blackberry, Sony, dan LG. Sedangkan untuk beberapa brand China seperti HUAWEI, ZTE, ANDROMAX, dan EVERCOSS memiliki rentang menengah kebawah, hal tersebut disebabkan karena brand-brand tersebut selain memiliki kualitas yang belum baik, juga masih kurang memiliki citra positif di benak konsumen. Tapi beberapa merek asal China juga memiliki rentang menengah keatas sebut saja OPPO dan LENOVO dimana merek tersebut berusaha menanamkan citra positif terhadap konsumen dengan membuat produk dengan kualitas yang baik. Dari data International Data Corporation (IDC) terlihat bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat potensial baik untuk produsen lokal maupun global, dilihat dari sepanjang kuartal ketiga 2013, produsen global seperti Samsung masih memimpin dengan membukukan penjualan sebanyak 1.054.000 unit. Sementara itu merek lokal Andromax berada di posisi kedua dengan penjualan 339.000 unit dan Blackberry di posisi ketiga dengan penjualan 330.000 unit. Posisi Blackberry mendapat ancaman dari Lenovo yang ada di posisi empat dengan catatan penjualan 311.000 unit. Kemudian dibawahnya ada Evercross, Sony, Mito, Apple, Nokia,
dan
LG.
(http://gadgetan.com/data-statistik-top-14-manufaktur-
smartphone-dunia-kuartal-kedua-2013/49718). Atribut produk bisa disebut sebagai identitas suatu produk, dan bisa menjadi pembeda antara satu produk dengan produk lain yang sejenis. Menurut Tjiptono (2007;103) Atribut produk adalah unsur–unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Armstrong dan Kotler (2003) mengemukakan bahwa manfaat yang ditawarkan
2
oleh atribut produk adalah kualitas produk, fitur produk, dan gaya dan desain produk. Selain atribut produk, Country of Origin juga berperan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap konsumen. Sikap konsumen terhadap produk bisa menjadi positif, negatif ataupun netral tergantung dari Negara asal produk. Ahmed, Johnson
dan
Boon (2004) dalam Putri dan Fajrianthi (2012)
mendefinisikan Country Of Origin sebagai efek yang muncul dalam benak konsumen yang dipengaruhi oleh lokasi dimana suatu produk diproduksi, lokasi atau Negara tempat suatu produk dihasilkan akan mempengaruhi persepsi orang mengenai kualitas produk tersebut. Semakin banyak informasi yang dimiliki oleh konsumen, maka efek dari Country Of Origin akan semakin berkurang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang konsumennya memiliki karakteristik lebih percaya diri atau nyaman bila menggunakan merek asing, lain halnya dengan konsumen dari negara maju dimana mereka lebih cenderung memilih produk lokal, karena mereka paham dengan kualitas produk di negaranya (Elliot dan Comoron, 1994 dalam Setiyaningrum 2013). Keputusan beli konsumen biasanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap kualitas suatu produk. Persepsi kualitas sendiri menurut Sumarwan (2004:153) bisa diartikan sebagai pandangan konsumen secara menyeluruh terhadap kualitas ataupun keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen itu sendiri. Selain itu menurut Kotler dan Keller (2009) Perceived Value juga merupakan peranan penting pada minat beli konsumen, dimana Perceived Value (nilai yang diterima pelanggan), adalah selisih antara Total customer value (jumlah nilai bagi pelanggan) dan Total customer cost (biaya total bagi pelanggan). Total customer value (jumlah nilai bagi pelanggan) adalah kumpulan manfaat yang diharapkan diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Total customer cost (biaya total bagi pelanggan) adalah kumpulan pengorbanan yang diperkirakan pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh, dan menggunakan produk atau jasa tersebut. Oleh karena itu bisa dikatakan persepsi konsumen terhadap kualitas dan nilai dari produk memiliki peranan penting karena berpengaruh secara langsung terhadap minat beli dan
3
bahkan loyalitas mereka terhadap suatu brand. Penting untuk dipahami Perceived Value konsumen pada suatu produk harus sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan permintaan konsumen, bukan semata didasarkan pada penelitian perusahaan saja, sehingga produk tersebut akan memiliki nilai yang tinggi di mata konsumen (Woodruff dan Gardial, 2002). Menurut Kotler dan Keller (2009) pengertian minat beli konsumen adalah sesuatu yang timbul setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana timbul keinginan untuk mencoba produk tersebut sampai pada akhirnya timbul keinginan untuk membeli agar dapat memilikinya. Minat beli konsumen biasanya muncul setelah mereka melakukan evaluasi pada suatu merek, setelah itu baru konsumen akan mengambil keputusan. Penelitian ini dibuat dengan memodifikasi penelitian dari Utomo dan Sanaji (2013) dengan judul Pengaruh Country Of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Persepsi nilai pada produk Telepon Seluler dan oleh Siahaan (2013) dengan judul Pengaruh Country Of Origin Terhadap Minat beli. (Survei pada Konsumen sepatu Fesyen Wanita Lokal di komunitas Fashionese Daily). Dalam penelitian ini peneliti memodifikasi variabel penelitian yang digunakan oleh Utomo dan Sanaji (2013), yaitu Country Of Origin, persepsi kualitas, dan persepsi nilai, dan oleh Siahaan (2013), Country Of Origin dan minat beli dengan menghilangkan variabel kualitas. Variabel kualitas tidak digunakan karena dalam penelitian Sweeney dan Soutar (2001) dalam Walsh dan Mitchell (2010) kualitas sudah termasuk dalam aspek utama Perceived Value. Berdasarkan Data yang telah disampaikan menunjukkan bahwa penjualan OPPO mencerminkan Perceived Value dan Minat beli yang meningkat terus Oleh karena itu peneliti merasa bahwa Perceived Value dan Minat beli menjadi variabel yang menarik untuk diteliti. Dari variabel-variabel Country Of Origin, Perceived Value, dan Minat beli peneliti ingin meneliti apakah Country Of Origin dari handphone yang berasal dari China dapat mempengaruhi persepsi konsumen tentang nilai yang didapatkan sesuai dengan apa yang mereka keluarkan, selain itu apakah Country Of Origin juga mempengaruhi minat beli konsumen, apakah handphone yang berasal dari China mampu menarik minat beli konsumen dibanding handphone yang berasal
4
dari negara – negara yang memang sudah terkenal sebagai produsen handphone. Berdasarkan pada paparan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai Country of Origin dengan judul “Pengaruh Country of Origin terhadap Perceived Value dan Minat Beli (Studi kasus pada Handphone China merek OPPO di kota Solo). Oppo
adalah
sebuah
merek
internasional
yang
berpengalaman
mengantarkan produk-produk yang berkualitas tinggi ke pelanggan di Amerika, Eropa, dan Asia. Oppo sendiri sejak memasuki pasar ponsel di tahun 2008 tidak pernah berhenti atau lamban dalam mengikuti perkembangan teknologi yang terbaru. Oppo selalu mengeluarkan produk dengan kualitas terbaik dan user friendly. Oppo sendiri sangat menekankan bahwa pelanggan adalah raja, dimana produk yang dikembangkan Oppo berdasarkan respon dari pelanggan, dimana masukan ataupun umpan balik pengguna berperan penting dalam pengembangan hardware dan software. (www.oppomobile.co.id/). Di Indonesia OPPO baru diperkenalkan pada tahun 2013, tapi penjualan pada semester ke empat tahun 2013 menurut data dari IDC sudah mencapai 254.407 sehingga peneliti tertarik untuk meneliti.
1.2 Masalah penelitian Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu diatas maka rumusan masalah penelitian yang ingin dikaji adalah : 1.
Apakah Country of Origin berpengaruh signifikan terhadap Perceived Value produk handphone?
2.
Apakah Country of Origin berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada produk handphone?
1.3 Tujuan penelitian 1.
Untuk mengetahui pengaruh Country Of Origin terhadap Perceived Value dalam sebuah produk handphone.
2.
Untuk mengetahui pengaruh Country Of Origin terhadap minat beli konsumen produk handphone.
5
1.4 Manfaat penelitian 1.
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penjual – penjual handphone khususnya di Matahari Handphone Center di kota Solo
2.
Hasil penelitian ini diharpkan dapat
menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang pemasaran. 3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
6