BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perbedaan daerah berpengaruh dalam cara mendidik siswa. Seperti contoh, di daerah perkotaan dalam hal pendidikan lebih memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan maju hingga membuat siswa lebih mudah mendapatkan ilmu dari berbagai cara, seperti perpustakaan lebih lengkap dan banyak. Berbeda dengan di daerah yang jauh dari pusat kota, fasilitas sekolah belum lengkap dan seadanya, sehingga membuat keterbatasan siswa untuk mencari informasi (Wisesa, 2014). Liang Gie (dalam Inayah, 2013) mengatakan, bahwa untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas yang memadai. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2013) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,149 > 0,05, yang artinya terdapat pengaruh dari fasilitas terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi belajar salah satunya dipengaruhi oleh motivasi berprestasi siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Sujarwo (2011), yang menyatakan bahwa motivasi berprestasi mempengaruhi prestasi belajar siswa. Motivasi berprestasi yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya (Nashar, 2004). McClelland (dalam Sujarwo, 2013) mengungkapkan jika seseorang dengan motivasi berprestasi yang tinggi dihadapkan dengan tugas-tugas yang sulit cenderung melakukannya dengan baik. Apabila ia berhasil menyelesaikan tugas yang sulit dengan baik, maka akan lebih merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang lebih berat dengan lebih baik. McClelland (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu jenis motivasi yang paling penting dalam dunia
1
2
pendidikan. Menurut Atkinson & Raynor (dalam Schunk dkk, 2012), seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki harapan untuk sukses lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, lebih memilih tugas dengan resiko sedang, dan tekun dalam usahanya ketika menghadapi tugas yang semakin sulit. Siswa yang termotivasi akan merasa bahwa ia butuh mencapai tujuan karena suatu hal, jika itu didorong oleh motivasi intrinsik maka individu akan melakukannya demi kepuasan, sedangkan jika melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasi ekstrinsik itu dapat dikarenakan ia menginginkan sesuatu untuk mencapai tujuannya, contohnya seorang anak dijanjikan akan dibelikan sebuah mainan jika ia mendapat juara di kelas, maka ia akan belajar untuk mendapatkan nilai yang baik agar ia mendapatkan mainan tersebut (Mikarsa dkk, 2007). Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin dengan tujuan mencapai suatu keberhasilan atau kesuksesan untuk meraih prestasi. Dan juga dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi dari dalam dirinya siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraih siswa, dengan prestasi yang tinggi, siswa memiliki indikasi pengetahuan yang baik (Sadirman, 2004). Memasuki dunia modern seperti saat ini, banyak hal-hal yang berubah sesuai dengan perkembangan zaman, baik dari sumber daya manusia sampai teknologi. Semakin berkembangnya teknologi dan tingginya pengaruh gaya hidup modern, serta kesibukan orang tua diluar rumah misalnya bekerja, membuat banyak orang tua memberikan fasilitas lebih pada anak, seperti membelikan anak playstation agar anak tidak bosan di rumah, atau membelikan gadget untuk keperluan komunikasi. Hal-hal seperti ini jika tidak mendapat pengawasan yang tepat dari orang tua, dapat mengganggu konsentrasi anak untuk belajar. Atmowinoto (2015) mengungkapkan bahwa di sekolah sering sekali banyak dijumpai hambatan-hambatan dalam kegiatan pembelajaran. Hambatan
3
terhadap proses pembelajaran yang muncul dapat bersifat umum maupun khusus. Penyebab tersebut dapat berasal dari siswa, guru, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran masih banyak permasalahan, diantaranya: partisipasi siswa rendah dalam kegiatan pembelajaran, dominasi siswa tertentu dalam proses pembelajaran, siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (metode dan media tidak bervariasi). Menurut Aryawan dkk (2014) masih ada guru yang mempertahankan gaya mengajar yang senang menceramahi siswa. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila tidak memberikan ceramah seolah-olah guru belum mengajar. Selain itu guru juga jarang menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Seperti yang dipaparkan oleh Faizah (2008), bahwa permasalahan yang kerap kali terjadi pada guru sekolah dasar antara lain guru masih enggan mengakui bahwa anak-anak SD masih senang untuk bermain, guru masih bergaya sebagai ”penguasa” atau sebagai bos di kelas. Permasalahan lain yang paling klasik adalah kurangnya sarana pendukung, termasuk media untuk pembelajaran. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa permasalahan mendasar yang dialami guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas adalah pengelolaan kelas yang kurang optimal. Oleh sebab itu, guru diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang selanjutnya menjadi peningkat hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Sudjana (2002) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Widoyoko & Rinawati (2012) membahas penelitian yang dilakukan oleh Heyneman & Loxley pada 29 negara dan mendapatkan bahwa mutu pendidikan sepertiganya ditentukan oleh kinerja guru. Peranan guru semakin penting ditengah keterbatasan sarana dan prasarana. Hasil studi tersebut adalah: di 16 negara berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar siswa sebesar 34%, menejemen 22%, waktu belajar 18%, sarana
4
fisik 26%. Di negara industri, kontribusi guru sebesar 36%, menejemen 23%, waktu belajar 22%, dan sarana fisik 19%. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, peneliti memilih Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Bendungan Hilir 09 Pagi Jakarta yang berada ditengah kota dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 30/IX Tempino Jambi yang berada jauh dari pusat kota. Menurut hasil observasi peneliti menemukan perbedaan-perbedaan dari kedua sekolah tersebut, seperti contohnya kualitas tenaga pengajar, gaya mengajar, serta sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran yang juga berbeda. Guru di SDN 30/IX Tempino rata-rata berusia diatas 45 tahun sehingga masih menggunakan gaya mengajar yang konvensional, dimana gaya mengajar yang konvensional ini memanjakan siswa dan tidak mendorong siswa untuk menjadi kreatif. Sementara guru di SDSN Bendungan Hilir 09 rata-rata berusia muda sehingga gaya mengajar di kelas dan pengaturan kondisi kelas lebih kreatif sehingga membuat siswa merasa belajar jadi menyenangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Wisesa (2014), kualitas pendidikan jauh lebih tinggi di kota-kota besar dari pada di daerah-daerah, karena proses pembelajaran yang ada di kota-kota besar lebih menekankan pada penguasaan materi, dan strategi mengajar guru yang menarik. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan motivasi berprestasi pada siswa SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi dengan SDN30/IX Tempino Jambi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi serta menambah pengetahuan penelitian khususnya yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa sekolah dasar. Mengacu pada fenomena di atas, maka permasalahan yang ingin diungkap oleh peniliti adalah “apakah ada perbedaan motivasi berprestasi pada siswa di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi dengan siswa di SDN 30/IX Tempino?”
1.2 Rumusan Masalah Pada penelitian ini, peneliti ingin apakah ada perbedaan motivasi berprestasi pada siswa di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi dengan siswa di SDN 30/IX Tempino.
5
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui: Perbedaan motivasi berprestasi pada siswa sekolah dasar SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi dengan siswa di SDN 30/IX Tempino.
6