BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kebutuhan akan pemanfaatan teknologi jaringan komputer
merupakan hal yang telah umum dan sangat penting. Meningkatnya kebutuhan jaringan komputer dipengaruhi oleh terjadinya era informasi dan era globalisasi yang sedang terjadi, dan menuntut adanya mobilitas tinggi dalam dunia kerja. Suatu Jaringan Komputer terdiri dari berbagai macam komputer yang saling terhubung dan memerlukan suatu aturan hubungan. Aturan hubungan tersebut dibuat untuk menjaga agar pengiriman dan penerimaan data antar komputer dapat berjalan dengan baik dan tepat. Salah satu aturan hubungan tersebut adalah protokol TCP/IP 1. Protokol TCP/IP mempunyai aturan bahwa setiap komputer yang terhubung dalam suatu jaringan harus diberi identitas atau alamat agar tujuan paket data dari satu komputer ke komputer yang lain dapat dilaksanakan. Alamat yang diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP sering disebut IP Address atau alamat IP. Alamat IP dirancang untuk memungkinkan sebuah komputer dalam suatu jaringan dapat berkomunikasi dengan komputer lain didalam jaringan tersebut atau juga berkomunikasi diluar jaringan1. Pembentukan suatu jaringan kadangkala harus memperhatikan kebutuhan akan alamat dan sub alamat dari jaringan yang akan dibentuk. Hal itu merupakan tugas administrator jaringan, agar jaringan yang terbentuk mempunyai fleksibilitas dan efisiensi alamat. Kadang kala seorang pengelola jaringan mengelola jaringan besar sering kali merasa perlu membagi-bagi jaringan mereka menjadi bagianbagian yang lebih kecil atau disebut SubNetworks 2. Proses membagi-bagi suatu jaringan tersebut di atas disebut juga Subnetting2.
1 2
CCNA1- Modul 9 – TCPIP Protocol Suite and IP Addressing. Cisco Systems, Inc. Ir. Hendra Wijaya. Belajar Sendiri Cisco Router. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001. 1
Dalam hal subnetting, perlu diperhatikan adalah merancang suatu subnetwork yang tepat, dan efisien. Bila perancangan tidak tepat maka akan mengakibatkan kemacetan jaringan kerap terjadi dan performasi jaringan jadi lambat 3. Model pengalamatan IP yang sekarang dipakai adalah model IP v4. Model ini mempunyai kelemahan yaitu mengatur pengalamatan dengan cara alamat IP dialokasikan ke organisasi berdasarkan atas permintaan atau kebutuhan bukannya kebutuhan nyata. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu model pengalamatan yang tepat dan efisien dan sesuai kebutuhan nyata atau yang sebenarnya 4.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan dapat diketahui ada
beberapa pemecahan atau solusi yang dapat di ambil untuk mengatasi masalah manajemen pengalamatan IP, yaitu dengan menggunakan VLSM (Variable Length Subnet Mask ), agar pengalamatan terhadap suatu jaringan dapat efisien dan tepat menurut kebutuhan nyata. VLSM digunakan untuk menciptakan skema pengalamatan yang scalable dan efisien. VLSM adalah salah satu modifikasi yang telah membantu untuk menghilangkan perbedaan antara IP v4 dan IP v6. Dengan VLSM, network administrator dapat menggunakan mask yang panjang dalam network dengan sedikit host, dan mask yang pendek pada subnet dengan banyak host4. Cisco mendukung VLSM dengan OSPF (Open Shortest Path First), Integrated IS-IS, Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP), RIP v2, dan Static Routing4. VLSM mengijinkan suatu organisasi untuk menggunakan lebih dari satu subnet mask tanpa mempunyai kesamaan ruang alamat jaringan. VLSM mengimplementasikan pemaksimalan efisiensi alamat, dan sering dikenal sebagai subnetting suatu subnet4. Pengelompokan routing protokol mempunyai aturan yaitu satu jaringan menggunakan subnet mask yang sama. Sebagai suatu contoh, satu jaringan dengan 3 4
Ir. Hendra Wijaya. Belajar Sendiri Cisco Router. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001. CCNA3 – Modul 1 – Introduction to Classless Routing. Cisco Systems, Inc. 2
alamat 192.168.187.0 dapat menggunakan hanya satu subnet mask seperti 255.255.255.0. VLSM memberi kebebasan untuk menggunakan subnet mask berbeda di dalam satu jaringan.
1.3.
Batasan Masalah Batasan masalah tugas akhir ini adalah mengimplementasikan model
Variable Length Subnet Mask (VLSM) dalam perancangan pengalamatan jaringan dan mengenal Route Summarization dalam
proses pengiriman jalur
alamat dalam jaringan. Untuk perancangan alamat jaringan dengan VLSM menggunakan topologi jaringan dengan hubungan poit-to-point antara 3 jaringan yang berbeda. Untuk mengamati dan menganalisa model VLSM yang diterapkan dalam pengalamatan jaringan dengan menggunakan peralatan Cisco router ataupun menggunakan software emulator Packet Tracer digunakan topologi jaringan dengan hubungan poit-to-point antara 2 jaringan yang berbeda. Untuk mengamati dan menganalisa proses Route Summarization, digunakan topologi jaringan dengan hubungan point-to-point antar 2 jaringan dan diterapkan pada jaringan dengan menggunakan peralatan Cisco router ataupun menggunakan software emulator Packet Tracer. Pengamatan dan analisa didasarkan pada konfigurasi di masing-masing router serta hasil dari konfigurasi antara lain isi tabel routing dari masing-masing router.
1.4.
Hipotesa Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka
dapat di ambil hipotesa bahwa dengan manajemen pengalamatan jaringan yang baik dapat meningkatkan unjuk kerja jaringan komputer. Model pengalamatan Variable Length Subnet Mask melakukan manajemen pengalamatan dengan subneting suatu subnet address berulang kali, dan membagi suatu jaringan besar dengan model terstruktur yang menjadi bagian yang lebih kecil. Dengan penggunaan satu alamat untuk beberapa peralatan dalam suatu jaringan dapat mempercepat proses update routing dalam jaringan. Dengan update 3
routing yang cepat maka unjuk kerja jaringan akan meningkat. Dengan model pengalamatan yang terstruktur, proses pencarian kesalahan atau troubleshooting akan mudah dilakukan. VLSM mendukung route summarization yaitu kelompok alamat dalam satu jaringan dikelompokkan menjadi satu alamat sehingga jaringan lain akan mengenal jaringan yang melakukan route summarization dengan satu alamat saja. Dengan route summarization update routing antar jaringan akan lebih cepat sehingga unjuk kerja jaringan akan lebih meningkat.
1.5.
Metodologi Penulisan Penyusunan tugas akhir ini menggunakan suatu metodologi yang mencakup
bagaimana mencari dan mengumpulkan data, melakukan pengamatan di laboratorium serta memilah dan menentukan data mana yang berkaitan dengan materi penulisan. Adapun metode yang dipakai adalah sebagai berikut : •
Studi Pustaka. Dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan materi penulisan seperti melakukan browsing dan download di internet, membaca buku-buku yang membahas tentang materi penulisan.
•
Praktikum. Kegiatan praktikum dilaksanakan di laboratorium jaringan komputer untuk membuat setting dan konfigurasi subneting metode Variable Length Subnet Mask.
•
Observasi atau Pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk menganalisa hasil konfigurasi yang dibuat yaitu berupa script yang dijalankan di sistem IOS Cisco, dan membuat dokumentasi terhadap hasil tersebut, serta menganalisa topologi jaringan yang dibentuk.
1.6.
Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut :
•
Menghasilkan
karya
tulis
yang
memiliki
bobot
ilmiah
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. 4
•
Sebagai wujud nyata mengaplikasikan dan menerapkan teori yang didapat selama menempuh studi di Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana.
•
Sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi jenjang strata satu dan meraih gelar Sarjana Komputer.
1.7.
Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem yang diperlukan untuk desain implementasi Variable
Length Subnet Masks (VLSM) meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan manusia (brainware).
Perangkat keras (hardware) : •
Komputer dengan spesifikasi Intel Pentium IV dengan kecepatan prosesor 1.7 Gigahertz yang digunakan sebagai terminal emulator untuk melakukan desain dan setting konfigurasi Cisco Router.
•
Router Cisco 1721.
•
Kabel jenis rollover yang akan menghubungkan Cisco Router dengan komputer console.
•
Konektor jenis RJ-45.
•
Ethernet card.
Perangkat lunak (software) : •
Sistem operasi dengan Microsoft Windows 2000 Client
Server atau
Microsoft Windows XP. •
Network Visualiser versi 4.0 atau Boson.Router Simulator versi 4.15 atau Boson NetSim versi 5.27 yang digunakan sebagai software emulator untuk melakukan simulasi seting terhadap Cisco Router.
5
Manusia (brainware) : •
Seorang administrator jaringan yang bertugas untuk melakukan desain dan seting konfigurasi terhadap Cisco Router dan penanganan kesalahan atau troubleshooting apabila terjadi masalah pada jaringan yang di bentuk.
1.8.
Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penyusunan karya tulis didasarkan pada sistematika
sebagai landasan dan kerangka berpikir bagi penulis. Adapun pembahasan penulisan karya ilmiah ini secara garis besar terdiri atas lima bagian. Pada bagian pertama, pembahasan meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan, spesifikasi sistem, dan sistematika penulisan. Pada bagian kedua, penulis membahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan jaringan dan variable length subnet masks. Pembahasan dimulai dengan uraian singkat tentang konsep jaringan, komponen pembentuk jaringan, topologi jaringan, standarisasi jaringan, konsep IP Addressing dan Subneting Mask, dan konsep VLSM (Variable Length Subnet Masks ). Pada bagian ketiga, pembahasan meliputi desain dan implementasi Variable Length Subnet Masks yang mencakup spesifikasi kebutuhan, desain topologi jaringan, cara seting konfigurasi pada IOS Cisco, dan implementasi VLSM dalam jaringan yang dibentuk. Pada bagian keempat, penulis menjelaskan tentang hasil pengamatan dan melakukan analisa terhadap seting konfigurasi yang dibuat, serta membuat dokumentasi dari topologi jaringan yang digunakan. Pada bagian kelima, membuat suatu kesimpulan atau rangkuman.
6