BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dari seluruh bangsa di dunia, Cina merupakan Negara yang memiliki banyak makanan khas negerinya. Salah satu jenis makanan yang paling popular dan sudah mendunia adalah Dim Sum atau Dian Xin (dalam bahasa Mandarin) yang secara harafiah berarti “menyentuh hati”. Dim Sum berasal dari daerah Canton, Cina Selatan. Penyajian dimsum berkaitan dengan tradisi minum teh di Cina pada pagi atau sore hari, yaitu Yum Cha (Diah Surjani Ananto, 2012:4). Seiring perkembangan jaman, popularitas dim sum berkembang dengan pesat dan memiliki banyak variasi. Salah satu jenis yang paling favorit adalah shumai. Shumai merupakan salah satu jenis dim sum yang berasal dari daratan Mongolia. Dalam bahasa Mandarin disebut shaomai dan dalam bahasa Kanton disebut siu maai. Kulitnya terbuat dari kulit pangsit. Di China, shumai berisi daging babi cincang dibungkus kulit tipis yang terbuat dari tepung terigu. Tetapi di Indonesia daging babi dalam shumai biasanya diadaptasi dan diganti dengan ayam sehingga dapat dikonsumsi oleh semua kalangan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan shumai antara lain daging ayam, bawang putih, daun bawang, garam, merica, gula, minyak wijen, telur, dan tepung sagu atau tepung tapioka. Shumai dibuat dalam bentuk silinder atau mangkuk lalu diatasnya ditambahkan hiasan seperti parutan wortel, kacang polong atau telur kepiting lalu dimasak dengan cara dikukus (Jay Liem, 2015). Salah satu bahan utama dalam pembuatan shumai adalah daging ayam. Daging ayam sudah sangat popular dan mudah untuk didapat sehingga shumai ayam sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba untuk memperkenalkan bahan utama lain yang tidak kalah dari ayam dalam segi rasa, nilai gizi, harga dan kualitasnya yaitu belut. Belut merupakan hewan yang sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat Indonesia. Namun, sebagian besar dari mereka enggan untuk mengkonsumsinya 1
2
karena merasa geli karena tekstur kulitnya yang licin padahal belut memiliki manfaat yang sangat baik bila dikonsumsi. Konsumsi belut per kapita per tahun di Indonesia masih sangat rendah yaitu tidak lebih dari 0,5 kg/kapita/tahun dibandingkan dengan Jepang yang konsumsi belut per tahun mencapai 5,2kg/kapita/tahun (Warisno dan Kres Dahana, 2010:5). Konsumsi belut di Indonesia terhitung masih sangat rendah dibandingkan dengan Negara lain di Asia Tenggara. Belut bila diolah dengan baik akan menghasilkan produk makanan yang tidak kalah dengan daging lainnya seperti ayam, ikan, atau sapi. Belut atau Monopterus albus diakui banyak memiliki manfaat untuk kesehatan manusia. Jumlah protein dan kalori yang baik pada belut menjadikan daging belut sangat penting untuk mendukung aktivitas terutama pada anak-anak dan remaja (Sundoro, 2003). Di Indonesia sendiri, ada tiga jenis belut yakni belut sawah, belut bermata sangat kecil, dan belut rawa. Belut sawah merupakan jenis belut yang paling familiar dan termasuk yang banyak dikonsumsi. Dilihat dari komposisi gizinya, belut memiliki nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162kkal per gram tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 gram). Nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia. Di Indonesia, produk olahan belut yang sudah ada diantaranya bakso, keripik, nugget, dendeng, dan sambal (Cahyo Saparinto, 2010 : 13-14). Dalam penelitian ini, penulis ingin menggunakan belut sebagai bahan dasar dalam pembuatan shumai guna menambah jenis variasi olahan belut. Penulis ingin memberitahukan kepada masyarakat Indonesia bahwa belut dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan. Selain itu, belut juga sangat bergizi, nikmat, dan dikonsumsi dalam berbagai jenis masakan salah satunya adalah shumai. 1.2 Masalah/Isu Pokok Kurangnya pengetahuan mengenai belut di kalangan masyarakat Indonesia merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan oleh penulis. Oleh karena itu, penulis ingin memperkenalkan lebih dalam mengenai belut bahwa belut juga memiliki banyak manfaat dan keunggulan yang tidak kalah dengan ayam atau daging sapi. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan belut sebagai bahan utama
3
pembuatan shumai menggantikan ayam karena belut memiliki rasa yang enak dan memiliki kandungan gizi dan protein yang tinggi. Penulis berharap shumai yang berbahan dasar belut juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas. 1.3 Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan beberapa formulasi masalah yaitu: 1. Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap aroma, warna, tekstur, dan rasa pada shumai ayam dan shumai belut? 2. Apakah belut dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan shumai?
1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Subyek yang diteliti Bahan pengganti yang digunakan adalah belut. 2. Obyek yang diteliti Produk makanan yang dibuat adalah shumai. 3. Parameter yang diukur Uji kesukaan terhadap aroma, warna, tekstur, dan rasa pada shumai ayam dan shumai belut. Pada prinsipnya, peneliti ingin mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap shumai belut dan shumai ayam dengan cara uji organoleptik terhadap dua jenis shumai.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berikut ini adalah tujuan dari penelitian “Uji Kesukaan Hasil Jadi Shumai Menggunakan Ayam dan Belut”: 1. Untuk mengetahui tingkat kesukaaan masyarakat terhadap aroma, warna, tekstur, dan rasa pada shumai belut dan shumai ayam. 2. Untuk mengetahui apakah belut dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan shumai.
4
1.5.2 Manfaat Penelitian Berikut ini adalah manfaat dari penelitian “Uji Kesukaan Hasil Jadi Shumai Menggunakan Ayam dan Belut” adalah: 1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai proses pembuatan dan hasil jadi shumai dengan bahan dasar yang disubstitusi dengan belut. 2. Dapat memperkenalkan belut kepada masyarakat dan meningkatkan konsumsi belut di Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi tentang latar belakang timbulnya pemikiran mengenai topik yang akan dibahas, formulasi masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab II berisi tentang teori dasar mengenai ayam dan belut menurut para ahli, resep shumai dan kajian mengenai produk. BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi tentang jenis penelitian seperti apa yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian secara kuantitatif, eksperimen, dan kuisioner dalam pembuatan shumai dengan menggunakan daging belut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab IV berisi tentang objek dari penelitian yaitu shumai dan subjek dari penelitian yaitu daging belut. Gambaran keseluruhan dalam penelitian ini berdasarkan pembuatan shumai menggunakan daging belut. Bab ini juga membahas mengenai teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian yaitu uji kesukaan, metode pengumpulan data berupa eksperimen, kepustakaan, dan kuisioner, metode analisis data yaitu analisis deskriptif statistik dan frekuensi.
5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari masalah yang sedang dibahas dari bab-bab sebelumnya serta saran yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
6