BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetensi dan persaingan di segala bidang industri sekarang ini semakin tinggi. Dibutuhkan suatu perubahan baik itu gaya hidup, kepribadian maupun kreativitas dalam mengembangkan suatu inovasi-inovasi yang baru atau memperbaharui sesuatu agar terlihat lebih menarik. Sehingga menciptakan kepuasan bagi para penikmatnya karena manusia itu mempunyai psikologis mudah jenuh terhadap sesuatu dalam kurun waktu yang relatif cepat. Jadi diharapkan ditemukan satu cita rasa baru yang dapat memberikan kesan yang lebih baru tentunya dan berbeda dari sebelumnya. Perkembangan ragam budaya di Indonesia sejak dahulu sudah dapat dirasakan keberadaannya sampai saat ini. Setelah budaya Tionghoa mulai digemari masyarakat, makanan yang berkaitan dengan tradisi China pun menjadi aset yang menguntungkan. Salah satu makanan ringan yang umumnya dikonsumsi saat perayaan festival Kue Bulan dan dijadikan oleh-oleh adalah Kue Bulan. Kue Bulan ini sudah populer sebelum budaya Tionghoa berada di”atas angin”. Kue ini memang selalu muncul setiap tahun sekali. Waktunya saja yang tidak menentu karena disesuaikan dengan penanggalan Cina. Setiap tanggal 15 bulan ke-8, penanggalan kalender Lunar (China) masyarakat Cina merayakan upacara bulan purnama yang disebut Zhong Qiu Jie. Saat itu bulan akan bulat penuh dan bersinar terang. Sejarah Perayaan Kue Bulan Asal mula kue bulan ini dirayakan setiap tahunnya oleh masyarakat etnis tionghoa di seluruh dunia terdiri dari banyak versi. Ada beberapa versi cerita mengenai asal usul Kue Bulan di Cina. Ini dikarenakan tiap dinasti punya kaisar yang berbeda, sehingga kepercayaan yang dianut masing-masing kaisarnya pun dijadikan versi cerita baru oleh rakyatnya. Namun ada pula yang memang terjadi sesuatu hal (umumnya tragedi atau masalah yang berhasil diselesaikan) sehingga perayaan yang ada adalah untuk memperingatinya. Ada 4 buah versi cerita yang berbeda yang sampai saat ini masih dirayakan dan dipercayai. I.
Sang Wanita Cantik – Chang Er Alkisah hidup seorang pemanah sakti bernama Hou Yi. Pada masa itu bumi dikitari oleh 10 matahari yang bergantian menyinari dan menghangati bumi. Namun suatu hari kesepuluh matahari ini muncul secara bersamaan, sehingga panas yang dirasakan di bumi sudah tak tertahankan. Kaisar lalu
1
2
memerintahkan Hou Yi unyuk memanah ke-9 matahari. Singkat cerita Hou Yi berhasil melaksanakan tugasnya dan diganjar hadiah berupa cairan keabadian. Sesampai di rumah, Hou Yi menceritakan keberhasilannya kepada istrinya, Chang-E. Chang-E rupanya juga berminat pada cairan tersebut dan meminumnya sampai habis. Akibatnya ia menjadi ringan dan tertiup angin, Hou Yi berusaha menarik istrinya namun tidak berhasil, tubuh Chang-E terus terbawa naik sampai ke bulan. Sejak itu ia menjadi Dewi Bulan. Hou Yi lalu menjadi sedih dan kesepian sepeninggal istrinya. Keduanya baru bisa bertemu setiap hari ke-15 bulan ke-8 penanggalan China, saat itu bulan bulat penuh dan bersinar sangat terang. Tradisi perayaan mooncake (kue bulan) merupakan tradisi untuk merayakan pertemuan dua sejoli tersebut. Cerita tersebut merupakan salah satu versi dari sekian banyak versi cerita lainnya. Biasanya masyarakat etnis China merayakan mooncake festival bersama keluarga. Mereka menikmati kue bulan sambil ditemani chinese tea yang rasanya pahit. Bahkan di Singapura banyak yang merayakannya di taman sambil membaca puisi-puisi romantic. II.
Festival Pertengahan Musim Gugur (Zhong Qiu Jie)
Setiap tanggal 15 bulan 8 kalendar Lunar, orang Tionghoa di seluruh dunia memperingati Festival Pertengahan Musim Gugur (Zhong Qiu Jie). Pada hari istimewa ini, masyarakat Tionghoa bersembahyang di rumah ibadah dan mengadakan acara keluarga di rumah. Setelah malam tiba, seluruh keluarga saling berbahagia, makan kue, minum dan bermain di taman umum. Menurut legenda rakyat, tanggal 12 bulan 8 kalendar Lunar juga merupakan ulang tahun dari Dewa Bumi, atau Tu Di Gung. Sehingga perayaan ini melambangkan akhir kerja keras selama setahun di ladang. Keluarga-keluarga petani menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada Dewa Bumi, begitu pula pada Tuhan, yang dilambangkan oleh bulan, untuk berkahnya selama setahun. III.
Sejarah Kue Bulan
Pada jaman Dinasti Yuan (1280-1368 SM). China dikuasai oleh orangorang Mongolia. Pemimpin-pemimpin dari dinasti sebelumnya, yaitu Dinasti Sung (960-1280 SM), tidak senang tunduk pada pemerintahan asing, kemudian menentukan suatu cara untuk mengkoordinir suatu pemberontakan tanpa diketahui. Pemimpin-pemimpin pemberontak mengetahui bahwa Perayaan Bulan sudah dekat, dan memerintahkan untuk membuat kue khusus. Ke dalam setiap kue bulan dimasukkan sebuah pesan tentang suatu rencana penyerangan. Pada malam Perayaan Bulan, para pemberontak berhasil
3
menyerang dan menggulingkan pemerintah. Selanjutnya adalah berdirinya Dinasti Ming (1368-1644 SM). IV.
Sang Kelinci Raksasa Dalam legenda ini, tiga peri penyihir merubah dirinya sendiri menjadi seorang laki-laki tua yang bertampang menyedihkan dan mengibakan orang dan mengemis makanan pada seekor rubah, seekor monyet serta seekor kelinci. Si rubah dan si monyet mempunyai sedikit makanan untuk diberikan pada tiga orang tua tersebut, tetapi si kelinci, yang tak mempunyai apa-apa, menawarkan dirinya sendiri untuk dimasak dan ia melompat ke dalam api untuk memanggang dirinya sendiri untuk makanan. Ketiga penyihir itu merasa tersentuh terhadap pengorbanan si kelinci dan kemudian mengajak si kelinci untuk tinggal di bulan dan menjadi kelinci abadi. Manusia dibumi memperingati keberanian si kelinci dengan merayakannya lewat kue bulan.
Berbagai rasa Sebenarnya ada dua macam kue bulan, yang berwarna putih dan berwarna cokelat. Yang berwarna putih berasal dari suku Hokkian di China, sedangkan yang coklat adalah kue bulan dari suku Kanton. Pada awalnya isi kue bulan adalah daging, sayuran atau kacang-kacangan. Kacang-kacangan ini bisa hadir sendirian atau dikombinasikan dengan bahan lain. Misalnya kacang hitam dengan kismis, kacang hijau dengan kacang mete, atau kacang hitam dengan telur asin. Di Indonesia, kue bulan sudah hadir sejak lama. Meski rasanya terlalu manis, kehadirannya termasuk di tunggu-tunggu. Kini untuk lidah orang modern, para produsen kue bulan telah membuat bermacam variasi rasa. Misalnya yang dilakukan oleh toko Kue Sing Kuang ini, yang memperkenalkan beberapa jenis rasa kue yang menjadi keistimewaan kue bulan Sing Kuang ini, yaitu Lin Jung ( teratai ) telor 3, Lin Jung telor 2, Tauw Jung ( kacang hijau ) telor 2. Yang istimewa, pada kue bulan diatas dikarenakan bahan baku yang diimport langsung dari HongKong dan terjamin kualitas dan mutunya. “Menurut tradisi, mereka yang mendapat egg yolk ( kuning telur ) paling besar hokinya di tahun ini juga akan besar,” kata Bapak Kwe Qing Dang, pemilik toko Sing Kuang, beliau juga menerangkan cara makan kue bulan. Sebelum memulai makan kue bulan, kue bulan harus dipotong menjadi dua bagian, setelah itu dilanjutkan dengan memotongnya menjadi empat dan terakhir menjadi delapan bagian. Maksud dari tradisi tersebut adalah agar kue bulan dapat dibagikan keseluruh anggota keluarga. Proses pembuatan kue bulan tergolong rumit seperti halnya pembuatan dodol. Para produsen tradisional bahkan sudah membuatnya sejak empat bulan sebelumnya. Hal itu dikarenakan mereka harus membuat biang sebagai pengganti ragi. Biang ini harus disimpan selama 3 bulan, walaupun dapat diganti dengan ragi, tetapi hasil kue
4
menjadi keras. Salah satu keunggulannya adalah kue bulan Sing Kuang bisa tahan sampai dua bulan karena tanpa bahan pengawet. Pada waktu inilah masyarakat Tionghoa (Cina) yang masih memegang tradisi, mengadakan sembahyang Tiong Ciu Phia. Sesuai dengan namanya persembahan yang digunakan saat upacara sembahyangan itu adalah kue tiong ciu phia. Masyarakat kita lebih mengenalnya sebagai kue bulan. Juga telah menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat Tionghoa di Indonesia, masyarakat Tionghoa merayakan festival kue bulan dimana mereka menikmatinya bersama keluarga dan membagi-bagi kebersamaan tersebut. Dalam perkembangannya, kue bulan tidak hanya digunakan untuk keperluan sembahyang, tetapi juga untuk penganan sehari-hari. Di Indonesia, kue bulan yang selalu dinanti ini, isinya tak lagi cuma tangkue, tetapi juga cokelat, keju, moka, cempedak, durian, dan jambu biji. Dengan semakin bervariasinya, kue bulan semakin populer dan digemari. Ditengah ketatnya persaingan dunia industri kue, Toko Sing Kuang berusaha terus membuat cita rasa kue yang baru dan terus bertahan dengan konsep awal berdirinya. Nama Sing Kuang sendiri sudah cukup terkenal di kalangan konsumennya, karena rasa yang istimewa dari varian produk kuenya. Kebanyakan para konsumen membelinya untuk dijadikan oleh-oleh untuk saudara yang ada di luar kota ataupun di luar negeri. Namun, karena pemasaran yang kurang optimal dan penindustrian produk yang hanya berasal dari satu tempat (karena hingga saat ini Toko Sing Kuang belum memiliki cabang lain), maka tidak banyak masyarakat luar yang mengetahui keberadaan Toko Sing Kuang. Semakin lama keberadaan kue ini menjadi aset yang menghasilkan keuntungan, sehingga kemasannya pun mengalami metamorfosis, menyesuaikan dengan keadaan sekarang yang modern. Namun ada juga yang memang masih berpegang pada kemasan yang lama dengan desain tradisional. Sebab perlu diingat bahwa untuk merubah identitas, termasuk didalamnya faktor kemasan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dengan matang. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan identitas perusahaan dianggap keputusan yang riskan: 1. Ketakutan terhadap persepsi masyarakat terhadap identitas yang baru. Misalkan akan ada yang menganggap perubahan kemasan adalah produk palsu. 2. Dampak perubahan identitas terhadap nilai penjualan produk. Meski demikian, apabila perubahan identitas ini bisa diterima oleh masyarakat, akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Kendala Toko Sing Kuang adalah kurang diimbangi kualitas produk yang baik dari segi pengemasan. Selain itu juga kurang dalam menjaga mutu dan daya tahan kemasan, serta tidak adanya perbedaan dari segi desain kemasan untuk
5
membedakan rasa kue yang ditawarkan. Maka diperlukan solusi untuk merancang ulang kemasan Kue Bulan dari Toko Sing Kuang. 1.2 Lingkup Proyek Tugas Akhir Dalam kaitannya dengan Desain Komunikasi Visual, maka ruang lingkup proyek tugas akhir dibatasi pada hal-hal yang dapat diselesaikan melalui pendekatan desain komunikasi visual. Batasan masalah diperlukan agar ruang lingkup penelitian dapat terarahkan lebih spesifik untuk dikaji secara maksimal, sehingga setiap detilnya bisa diperhatikan. Untuk studi ini masalah dibatasi pada mendesain ulang kemasan kue bulan dari Toko Sing Kuang. Daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Sebuah kemasan harus dapat menjual apa yang dilindunginya, serta dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon yang positif. Dengan perubahan kemasan yang baru maka diharapkan Sing Kuang dapat berkembang menjadi sebuah toko kue tradisional yang dikenal dan menjadi pilihan utama bagi para peminatnya. Serta dapat memberikan perubahan, kesan baru dan menyampaikan ”pesan” produk kepada pelanggan secara tepat. Selain itu perubahan kemasan ini diharapkan mampu meningkatkan penjualan dan bersaing untuk menjadi yang terdepan dengan disertai promosi dalam festival kue bulan agar dapat lebih dikenal masyarakat pada umumnya.