1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkerasan jalan yang sering digunakan saat ini terdiri dari dua macam perkerasan yaitu perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Sedangkan sebagian besar dari perkerasan lentur yang ada terbuat dari campuran beraspal. Pada saat ini campuran perkerasan jalan yang lazim digunakan di Indonesia adalah Hot Rolled Asphalt (HRA) dan Asphalt Concrete (AC), tetapi pada saat musim hujan campuran ini masih menimbulkan masalah dalam hal keamanan dan kenyamanan dalam berkendara. Permasalahan yang terjadi adalah sering terjadinya lapisan aliran air (aquaplaning) yang berakibat roda tidak dapat berputar sempurna menyentuh permukaan perkerasan sehingga berbahaya bagi para pengguna lalu lintas dengan kecepatan tinggi. Berbagai cara yang sudah dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas seperti halnya membuat permukaan jalan dengan kemiringan tertentu dirasa masih kurang dan masih bisa menyebabkan aquaplaning. Salah satu cara yang saat ini dikembangkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan campuran aspal porus.
Aspal porus adalah jenis campuran aspal yang komposisi agegatnya menggunakan gradasi seragam, yaitu gradasi yang memiliki prosentase agregat kasar lebih besar dibandingkan agregat halus. Gradasi ini mempunyai rongga/ pori yang besar dan menyebabkan ikatan antar agregat (interlocking) menjadi sangat lemah dan mudah lepas, sehingga memiliki umur layan lebih pendek dibandingkan campuran aspal konvensional.
Aspal porus bersifat permeabel, yaitu mampu meloloskan air pada permukaan jalan. Hal ini akan mengurangi terjadinya aquaplaning (roda kendaraan yang selip akibat
1
2
percikan dan semburan air yang menggenang dipermukaan jalan), mengurangi kebisingan, mengurangi percikan dan semprotan dari kendaraan serta memperkecil refleksi cahaya lampu kendaraan terutama pada saat permukaan basah.
Selain kelebihan-kelebihan di atas, aspal porus juga memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut : ·
Mempunyai kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan campuran aspal yang lain.
·
Membutuhkan biaya yang lebih mahal karena membutuhkan agregat yang memiliki daya tahan tinggi terhadap gesekan.
·
Mempunyai durabilitas yang lebih rendah sehingga umurnya lebih pendek yaitu 7-10 tahun (Heystrean dan Mouraux, 1996)
Dengan adanya beberapa kelemahan pada campuran aspal porus di atas dan mahalnya biaya pekerjaan pelapisan jalan menyebabkan perlunya alternatife dalam membuat campuran aspal porus.
Dalam penelitian ini dilakukan pencampuran aspal porus dalam keadaan dingin (cold mix). Cold mix mempunyai beberapa keunggulan dibanding hot mix. Cold mix lebih praktis, ekonomis, ramah lingkungan, dan bebas polusi. Dapat dikerjakan secara manual dan digunakan dalam skala kecil, tidak menimbulkan asap dalam proses pembuatannya sehingga ramah lingkungan. Lebih hemat waktu karena tidak perlu memasak dan bisa dilakukan penghamparan di lapangan. Bentuk cair, dingin, dan siap pakai.
Aspal porus digunakan pada lapisan atas (surface course) sebagai wearing course yang diharapkan mempunyai kekuatan yang tinggi, tetapi pada kenyataannya aspal porus mempunyai kekuatan yang lebih rendah daripada AC. Untuk itu pada lapisan subbase course harus lebih kuat untuk mendukung kekuatan lapisan aspal porus.
3
Posisi aspal porus sebagai wearing course mengakibatkan lapisan menerima beban langsung dari kendaraan. Beban inilah yang menyebabkan terjadinya retak awal (crack initiation) pada bagian bawah lapisan perkerasan yang kemudian akan menjalar ke permukaan perkerasan. Beban tekan disebabkan oleh muatan kendaraan yang menimbulkan adanya gaya vertikal, akibat adanya gaya vertikal tersebut perkerasan mengalami deformasi sehingga terdesak kesamping dan menyebabkan adanya beban tarik. Untuk mengetahui nilai kuat tekan dan kuat tarik diperlukan pengujian kuat tekan bebas dan kuat tarik tidak langsung.
1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah karakteristik Marshall, kuat tekan bebas, kuat tarik tidak langsung dan permeabilitas campuran dingin aspal porus apabila menggunakan pengikat cutback asphalt RC-70.
1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas tinjauannya dan tidak menyimpang dari rumusan masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang ditinjau. Batasan-batasan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Perkerasan lentur (flexible) yang direncanakan adalah aspal porus dengan pencampuran dingin.
2.
Aspal keras yang digunakan adalah aspal keras dengan penetrasi 60/70.
3.
Pencairan aspal dengan menggunakan premium perbandingan 65:35.
4.
Variasi kadar aspal yang digunakan adalah kelipatan 0,5% berat total campuran
4
5.
Pada penelitian ini digunakan jenis gradasi British Standard (BS).
6.
Agregat yang digunakan berasal dari PT. Pancadarma (ex: Sentolo), Surakarta.
7.
Filler yang digunakan adalah abu batu.
8.
Pencampuran dilakukan manual dan tanpa menggunakan bahan tambah, dalam kondisi suhu ruangan.
9.
Pengujian dengan metode Marshall Test dilakukan dalam kondisi suhu ruangan.
10. Pengujian yang dilakukan meliputi Marshall properties, permeabilitas, kuat tekan bebas dan kuat tarik tidak langsung.
11. Validitas penelitian dilakukan untuk kondisi laboratorium.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui karakteristik Marshall campuran dingin aspal porus apabila menggunakan pengikat cutback asphalt RC-70.
2.
Mengetahui nilai kuat tekan bebas, kuat tarik tidak langsung, dan permeabilitas campuran dingin aspal porus dengan pemakaian kadar aspal optimum dengan menggunakan pengikat cutback asphalt RC-70.
3.
Membandingkan nilai karakteristik Marshall, kuat tekan bebas, kuat tarik tidak langsung, dan permeabilitas campuran dingin aspal porus dengan menggunakan pengikat cutback asphalt RC-70 dengan campuran panas aspal porus penelitian terdahulu.
1.5. Manfaat Penelitian
5
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis : Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik sipil khususnya konstruksi jalan raya yaitu karakteristik yang dimiliki aspal porus dengan rapid curing cutback asphalt sebagai binder. 2. Manfaat praktis Memberikan kontribusi dalam ilmu teknik sipil, khususnya tentang bahan tambah pada campuran aspal. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan jalan.