BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan wilayah kepulauan terpencil terbanyak di dunia, dapat dilihat dari jumlah kepulauan yang mencapai 17.504 pulau tersebar di seluruh wilayah dan mayoritas merupakan kepulauan terpencil. Dari wilayah penyebarannya daerah kepulauan terpencil di bagi atas dua wilayah, yaitu wilayah KBI (Kawasan Barat Indonesia) dan KTI (Kawasan Timur Indonesia). Wilayah KBI merupakan kepulauan terpencil yang berada di sekeliling pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sementara wilayah KTI merupakan kepulauan terpencil yang berada di sekeliling pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kepulauan Maluku dan Papua. Jumlah masyarakat yang tinggal dipesisir pulau juga cukup banyak, berdasarkan statistik jumlah tersebut hingga mencapai 140 juta masyarakat.
Gambar 1.1 Penyebaran Wilayah Kepulauan Terpencil di Indonesia (Sumber : Data Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, terdapat wilayah kepulauan yang termasuk ke dalam wilayah terisolir dan tertinggal, khususnya di bidang kesehatan dilihat dari keterbatasan jumlah sumber daya manusia bidang kesehatan dan juga fasilitas 1
pengobatannya. Wilayah tersebut seperti daerah Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, dan Kepulauan Aru. Beberapa kendala yang menyebabkan tersendatnya pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayah tersebut berdasarkan data Departemen
Kesehatan
yaitu
permasalahan
geografis,
transportasi
dan
komunikasi. Berlandaskan Visi Indonesia Sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan, yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka sebagai upaya penulis memajukan pelayanan kesehatan di wilayah kepulauan terpencil, proyek yang diambil sebagai pemenuhan mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk yaitu sarana pelayanan kesehatan untuk daerah kepulauan terpencil di Indonesia. Berdasarkan pertimbangan geografis, dan sarana pelayanan kesehatan yang efisien bagi masyarakat kepulauan terpencil maka proyek tugas akhir dipersempit menjadi klinik terapung trimaran untuk wilayah kepulauan terpencil di Indonesia. 1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat pemenuhan mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk (DP40Z0) dengan mengambil tema sarana klinik terapung bagi masyarakat kepulauan terpencil. Proyek klinik terapung ini mengkombinasikan dua bidang keilmuan, desain produk dan juga ilmu perkapalan karena media sarana terapung yang digunakan yaitu kapal. Diharapkan juga dengan penelitian dan karya desain ini dapat memajukan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat daerah kepulauan terpencil di Indonesia.
2
1.3 Lingkup Masalah
Lingkup masalah kesehatan bagi masyarakat kepulauan terpencil sangatlah luas, dapat dilihat dari jumlah kepulauan terpencil yang mencapai ribuan pulau tersebar Indonesia dan juga keberagaman kondisi perairannya. Secara umum presentase tertinggi penyakit daerah kepulauan terpencil memiliki kesamaan yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), malaria, dan diare. Untuk mempersempit lingkup permasalahan maka diambil contoh kepulauan terpencil yang terisolir serta memiliki kondisi geografis yang sulit. Sehingga secara otomatis bagi kepulauan terpencil lain yang memiliki kondisi geografis yang lebih ringan sarana terapung ini dapat beroperasi. Berdasarkan hasil studi, rekomendasi dan konsultasi dengan berbagai lembaga kesehatan seperti Dinas Kesehatan, BPPT (Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi) dan Departemen Kesehatan maka daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud dipilih sebagai lokasi yang paling cocok sebagai daerah kepulauan untuk pengaplikasian klinik terapung, berdasarkan pertimbangan keterbatasan sarana kesehatan, SDM bidang kesehatan dan kondisi perairannya yang sulit. Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud juga termasuk ke dalam kriteria daerah kepulauan terpencil yang terisolir (berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor : 001/KEP/MPDT/II/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal) dan membutuhkan sarana pelayanan kesehatan yang baik karena dilihat dari jumlah sarana pelayanan kesehatannya, daerah Kebupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud hanya memiliki 2 Rumah Sakit yaitu rumah sakit Liun Kendage di Tahuna Sangihe dan Rumah Sakit Melonguane di Talaud. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Talaud, kebanyakan dari daerah kepulauan tersebut tidak memiliki klinik praktek dokter.
3
Daerah Kabupaten Sangihe dan Talaud adalah Kabupaten dengan wilayah yang terpisah-pisah (scaterred areas) memiliki 138 pulau besar dan kecil yang terbagi atas 3 gugusan kepulauan, yaitu :
1. Gugusan kepulauan Talaud yang letaknya paling utara masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Talaud 2. Gugusan kepulauan Sangir Besar masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sangihe, dan 3. Gugusan kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro (disingkat Sitaro) mesuk juga dalam wilayah administratif Kabupaten Sangihe dan sedang menunggu status otonom.
Gambar 1.2 Peta Wilayah Sulawesi Utara (Sumber : www.sulut.go.id)
Berikut merupakan pembahasan secara spesifik mengenai kondisi geografis dan penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud :
4
1. Kabupaten Kepulauan Sangihe Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki luas wilayah 20.258,60 km2 dengan luas daratan 1.012,93 km2 dan lautan 19.245,67 km2 dengan ibukota di Tahuna. Secara keseluruhan jumlah pulau tersebar di wilayah Sangihe sebanyak 112 pulau, 82 pulau tidak berpenghuni dan 30 pulau berpenghuni. Secara geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak antara 2 4’ 13” - 4 44’ 22” LU dan 125 9’ 28” - 125 56’ 57” BT dan posisinya terletak antara Pulau Sulawesi dan Pulau Mindanao (Republik Filipina). Batas-batas administrasi dari Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu : •
Sebelah Utara : Republik Filipina
•
Sebelah Timur : Laut Sulawesi
•
Sebelah Selatan : Kabupaten Minahasa Utara
•
Sebelah Barat : Kabupaten Kepulauan Talaud dan Laut Maluku.
Kawasan Kabupaten ini membentuk enam klaster kepulauan berdasarkan SK Bupati Nomor 167 tahun 2005) : •
Klaster Pulau-pulau perbatasan (Marore, Matutuang, Mamanuk, Kawio, dan Kawaluso)
•
Klaster Pulau Sangihe
•
Klaster Pulau-pulau Tatoareng (Para, Kahakitang, Mahangetang dan Kalama)
•
Klaster Pulau Siau
•
Klaster Pulau Tagulandang
•
Klaster Pulau Biaro.
Memiliki empat karakteristik wilayah : •
Kawasan Perbatasan
•
Kawasan Kepulauan
•
Kawasan Rawan Bencana Alam
•
Kawasan Tertinggal/Miskin 5
Berdasarkan data Bappeda Kabupaten Kepulauan Sangihe Penduduk Kabupaten Sangihe berjumlah 192.490 jiwa (tahun 2005) Kecamatan Tabukan Utara merupakan wilayah dengan dengan jumlah penduduk terbanyak hingga mencapai 22.062 jiwa dan Kecamatan Siau Tengah merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yang hanya terdapat 1.761 jiwa.
2. Kabupaten Kepulauan Talaud Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki luas wilayah 27.061,16 km2 dengan luas daratan 1.288,94 km2 (4,76% dari luas keseluruhan darat dan laut), dan luas lautan 25.772,22 km2 (95,24% dari luas keseluruhan darat dan laut). Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki 4 gugusan kepulauan, yaitu : •
Gugusan Pulau Nanusa (8 pulau) dan Gugusan Pulau Marore (4 pulau)
•
Gugusan Pulau Karakelang (3 pulau)
•
Gugusan Pulau Salibabu (3 pulau)
•
Gugusan Pulau Kabaruan (2 pulau)
Dengan rincian 9 pulau berpenghuni dan 11 pulau lainnya tidak berpenghuni. Jumlah penduduk berdasarkan data Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigran Kabupaten Kepulauan Talaud mencapai 84.921 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terletak di Kecamatan Lirung yang mencapai 12.862 jiwa, sementara jumlah penduduk paling sedikit terletak di Kecamatan Kalongan yang hanya berjumlah 3.569 jiwa. 1.4 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan proyek tugas akhir ini yaitu: 1. Studi Literatur; yaitu proses studi melalui beberapa sumber buku yang berhubungan dengan proyek yang dikerjakan.
6
2. Wawancara; merupakan proses pengumpulan data berdasarkan sumber lisan melalui narasumber yang berpengalaman di bidang kesehatan dan perkapalan. 3. Observasi langsung; yaitu pengumpulan data melalui hasil pengamatan langsung penulis terhadap objek yang diteliti. 4. Supervisi; merupakan proses bimbingan oleh konsultan agar mengetahui batasan-batasan teknis, material dan spesifikasi dalam mendesain sebuah kapal.
7