BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jembatan merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk melewati suatu
massa berupa lalu lintas, air dan sebagainya yang dianggap sebagai penghalang. Semakin besar penghalang tersebut, maka akan semakin panjang pula jembatan yang dibutuhkan. Pada tahun 1970 hingga 1980, pembangunan jembatan di Indonesia lebih didominasi dengan menggunakan teknologi bangunan atas standar seperti tipe ranngka baja, gelagar komposit dan balok pratekan segmental dengan bentang maksimum 100 meteran seperti yang berada pada jembatan gantung Membramo di Irian Jaya dan Jembatan Barito di Kalimantan Selatan. Periode tahun 1990-an, pembangunan jembatan di Indonesia mulai mengenal jembatan bertipe kabel (cablestayed bridge), jembatan gantung (supension bridge), jembatan lengkung (arch bridge). Saat ini beberapa jembatan berbentang panjang telah selesai dalam tahap konstruksinya diantaranya jembatan Suramadu di Surabaya, Jembatan Mahkota di Samarinda. Dilihat dari kondisi geografis, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau serta banyaknya perairan yang dimiliki baik itu sungai ataupun selat. Pastinya di masa yang akan datang, kebutuhan akan pembangunan jembatan berbentang panjang akan semakin besar. Untuk jembatan yang mempunyai bentang yang panjang, umumnya digunakan jembatan jembatan tipe supsensi dan jembatan tipe cable-stayed. Secara teknis semakin panjang bentang yang dimiliki oleh suatu jembatan, maka struktur tersebut akan semakin lentur atau fleksibel. Salah satu aspek yang menjadi kriteria dalam perencanaan pembangunan jembatan bentang panjang adalah aspek kestabilan jembatan dalam menghadapi kecepatan angin.
1.2
Identifikasi Masalah Bentang yang dibutuhkan oleh suatu jembatan untuk melewati suatu
penghalang seperti sungai atau selat bergantung pada lebarnya sungai atau selat
1
2 tersebut. Dengan bentang jembatan yang cukup panjang mempunyai sifat yang lentur atau fleksibel terhadap kecepatan angin yang berada di sekitar jembatan tersebut.
3 Sifat lentur atau fleksibel suatu jembatan dipengaruhi oleh massa, kekakuan dan bentuk dek yang dimiliki oleh struktur itu sendiri. Akan tetapi sifat lentur yang dimiliki jembatan terbatas pada kecepatan angin yang terjadi di struktur tersebut. Kecepatan angin yang cukup besar dapat mengakibatkan jembatan terayun searah horizontal atau vertikal, bahkan yang lebih parah lagi dapat menyebabkan keruntuhan pada jembatan.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan diambilnya topik ini, yaitu:
a.
Membandingkan bentuk, massa, kekakuan penampang jembatan Akashi Kaikyo dan jembatan Selat Sunda.
b.
Menghitung besarnya flutter speed yang terjadi pada jembatan Akashi Kaikyo dan jembatan Selat Sunda.
c.
Membandingkan flutter speed dan pola getar hasil program flutter analysis dengan laporan uji terowongan angin untuk tiap jembatan.
d.
Menganalisa flutter pada jembatan Selat Sunda dengan jembatan Akashi Kaikyo sebagai pembanding. Manfaat
diadakannya
penelitian
ini
adalah
memberikan
referensi
pembanding dalam menentukan besarnya ukuran dek jembatan terhadap kestabilan struktur jembatan yang diakibatkan flutter speed.
1.4
Batasan Masalah Dalam penelitian ini adapun beberapa ruang lingkup atau batasan masalah
yang digunakan yaitu : a.
Perhitungan dengan menggunakan program source code Flutter Analysis dengan media Silverfrost Plato Fortran95 version 4.4.0 yang dijalankan di Windows.
b.
Kasus jembatan Akashi-Kaikyo dan Selat Sunda sebagai contoh dalam mengaplikasikan program perhitungan.
c.
Penggunaan data flutter derivatives dari laporan uji terowongan.
4 1.5
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini, yakni:
a.
BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
b.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai pengertian jembatan secara umum, komponen-komponen jembatan, pengertian jembatan cable stayed dan jembatan suspensi. Di samping itu, akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan dalam topik penelitian kali ini. Program bantu digunakan untuk mempermudah dan menyederhanakan perhitungan. Program yang digunakan adalah program source code yang di compile dengan Fortran. File terdiri dari program utama dan beberapa program bantu (subprogram).
c.
BAB 3 METODOLOGI PENULISAN Meliputi pendekatan yang digunakan saat melakukan penelitian, teknik pengumpulan data.
d.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Meliputi komponen-komponen yang digunakan dalam program perhitungan flutter, menampilkan bentuk pola getar, mendapatkan nilai flutter, kemudian membandingkan nilai flutter Akashi Kaikyo dan Selat Sunda.
e.
BAB 5 KESIMPULAN Meliputi kesimpulan dari penelitian yakni membandingkan komponen .
5