Bab `1 KEISTIMEWAAN HARI JUM'AT Menghiasi Hari Jum'at Dengan Amal Ibadah
Keistimewaan Hari Jum'at Hari Jum’at adalah hari istimewa bagi umat Islam. Dibanding dengan harihari selainnya, hari Jum'at termasuk hari yang paling istimewa. Mengingat keistimewaan hari tersebut, maka Rasulpun menyebutnya dengan khairul yaum, sebaik-baik hari, afdhalul ayyam, hari yang paling utama, atau sayyidul ayyam, hari yang paling mulia, bahkan kistimewaan hari Jum'at melebihi istimewanya hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Pernyataan tentang keistimewan hari Jum'at sebagaimana yang telah disebutkan di atas, antara lain adalah berdasarkan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berikut ini, beliau telah bersabda:
ان م ا ام وأ ا وه أ ا ﻡ م ا وم ا ')) ا أدم و, ') ا )' أدم ا ارض و/( ا )' أدم وأه01& : ل# ﺡ% & '() ب8 ﻡ:1 ﻡ ﻡ ﻡ7م ا8, ')ل ﺡاﻡ و67 ﻡ2 أ3 ا45 ( ) ل ا67 3 ﻡ م ا8= و ه3 ﺏ ا3 ﺝ(ل و3 رح و3 أرض و3 ء و3و
"Sesungguhnya hari Jum'at adalah sayyidul ayyam (hari yang paling mulia) dan hari yang paling besar di sisi Allah bahkan lebih besar dari hari raya Idul Adha dan Idul Fithri. Pada hari itu terdapat lima peristiwa: Pada hari Jum'at Nabi Adam diciptakan, diturunkan ke bumi serta diwafatkan. Pada hari itu terdapat waktu yang hanya sesaat, dan barangsiapa pada saat itu berdoa kepada Allah niscaya doanya akan dikabulkan selama tidak meminta sesuatu yang diharamkan dan tidak akan terjadi kiamat melainkan pada hari Jum'at. Pada hari itu tidaklah malaikat yang dekat kepada Allah, langit, bumi, angina, gunung dan lautan, melainkan semuanya merindukan datangnya hari Jum'at" (HR. Ibnu Majah: 1084)
Mengambil kesimpulan dari hadits tersebut di atas, kiranya sudah pada tempatnya jika hari Jum'at kita katakan sebagai yaumul id (hari raya) bahkan a'dhamul id (hari raya paling besar) dengan istilah lain, kita dapat mengatakan, hari raya dalam Islam tidak hanya Idul Fithri dan Idul Adha, tapi juga Idhul Jumu'ah. Hari Jum'at sebagai yaumul id telah dinyatakan sendiri oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam "qad ijtama'a.. iedaani" (telah berkumpul dua hari raya dalam satu hari) Tentu saja yang dimaksud dua hari raya dalam satu hari adalah Idul Adha dengan Hari Jum'at atai Idul Fitri dengan hari Jum'at, sebab tidak mustahil Idul Adha berkumpul dengan Idul Futhri dalam satu hari. Demikian sebagaimana disebutkan dalam riwayat abu Daud.
Hari Jum'at dan segala kemuliaannya akan sia-sia jika tidak dihiasi dengan amal yang mulia. Oleh karena itu selayaknya kaum muslimin menghiasinya dengan amal ibadah yang mendatangkan keutamaan. Amal-amal tersebut antara lain adalah:
1. Shalat Jum’at Amal ibadah yang pertama dan terutama untuk dilakukan di hari Jum’at adalah melaksanakan shalat Jum’at. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits, shalat Jum'at adalah haqun wajibun bagi setiap muslim, kecuali bagi empat golongan, yaitu: abdun mamlukun (budak) imro'atun (wanita) shobiyun (anak-anak) maridhun (sakit) Selain empat golongan tersebut, maka padanya wajib Jum'atan. (Lihat: HR. Abu Daud) Di dalam al qur'an ditegaskan melaksanakan shalat Jum'at adalah khair (jauh lebih baik) daripada jual beli. Inilah firman Allah yang menegaskan kewajiban shalat Jum'at tersebut. Allah Ta'ala berfirman:
ِ َ ُ ُ ْ ِة ﻡِ َْ ِم ا# َF E 1ِ ي َ ءَا َﻡُا ِإذَا ﻥُ ِد َ ِKEَ اL ََأ {9} ن َ ُ 1َْ ,َ ْ Qُ ُ ْ إِن آMُ E ُ ْ & َ ْ Mُ ِ َذNَ ْ (َ ْ َو َذرُوا ا ِ ِذ ْآ ِ اPَ َْا ِإ ْ َ)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al Jumu’ah [62]: 9)
Ayat tersebut di atas dengan jelas dan tegas menerangkan amal pertama dan terutama yang harus dilakukan adalah shalat Jum'at. Dalam hadits-hadits Nabi juga diterangkan keistimewaan hari jumat dan aktifitas shalat yang dilakukan pada hari itu. Berikut adalah hadits-hadits Nabi yang menerangkan contoh amal dan keutamaannya. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda :
(ن اول )ولQM 7 ﺏب ا1 Mﺉ# اVWاذا آن م ا و X ﺏY دﺝﺝY =( آY ة8ي ي ﺏK آY ي ي ﺏﻥK اZ[ ا آZ[وﻡ آK ن اQ7ﻡم ]وا ﺹ و3)ذا &ج ا
“Apabila datang Hari Jum’at, para malaikat berdiri di depan pintu masjid untuk mencatat siapa yang datang satu demi satu yang paling awal. Perumpamaan orang yang menghadiri Jum’at sesuai dengan urutan awal kedatangannya, bagaikan berqurban seekor unta, bagaikan berqurban seekor sapi, bagaikan berqurban seekor kambing kibas, bagaikan berqurban seekor ayam, dan bagaikan berqurban sebutir telur. Apabila khatib sudah mulai khutbah, malaikat menutup buku catatannya dan mendengarkan khutbah” (HR. Bukhari: 929)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam juga menegakan kemuliaan menghadiri shalat jum'at, beliau bersabda:
ﻡم3 وﻡ= و آ_ ودﻥ ﻡ اMQ واﺏM ﺏY Z7Q` م ا واZ7` ﻡ ﻡW أﺝ ﺹﻡZ &ةZM آن ' ﺏa1 وN Q)
“Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, bersegera menuju masjid, berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat dengan imam (barisan terdepan) mendengarkan khutbah dan tidak berkata yang sia-sia, maka baginya pada setiap langkahnya dari rumah menuju masjid sepadan dengan amalan setahun pahala puasa dan qiyamul lail” (HR.Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim, syaikh Al Bani menyebutkannnya dalam "Shahihi Abu Daud": 891)
Meskipun masih banyak lagi hadits-hadits yang semisal, cukuplah kiranya dua hadits di atas mewakili keistimewaan melaksanakan shalat Jum'at. Semoga menumbuhkan kesadaran kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya yang penuh amal shalih.
2. Memperbanyak shalawat dan doa Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, artinya: “Sesungguhnya pada Hari Jum’at ada waktu yang hanya sesaat, barangsiapa beribadah, shalawat dan memohon kebaikan, melainkan Allah pasti mengabulkannya. Beliau mengiyaratkan dengan tangannya yang menunjukkan waktu tersebut hanya sedikit” (Bukhari-Muslim) Waktu-waktu yang hanya sesaat tersebut adalah waktu; antara duduknya imam hingga selesai shalat, (HR.Muslim: 853) akhir waktu sesudah shalat Ashar, (HR.An Nasaa’i:1387) atau bakda Ashar hingga terbenam matahari. (HR. Tirmidzi. 1/277)
3. Memperbanyak amal shalih Selain amal yang telah disebutkan di atas, untuk meraih kemuliaan hari Jum'at, beragam amal shalih yang dapat dilakukan, termasuk di dalamnya adalah dengan memperbanyak membaca al qur'an. Seluruh surat-surat al qur'an adalah mulia dan membawa kemuliaan bagi pembacanya. Berdasarkan riwayat yang shahih berkenaan dengan membaca surat al qur'an pada hari Jum'at, kiranya hadits berikut dapat dijadikan pegangan, beliau Rasulullah shalallahu alaihi waslam bersabda:
Q ا أء ' ﻡ ار ﻡ ﺏ ا1 ) bMأ رة اW ﻡ ( 0Q اV)ﻡ ﺏ' وﺏ ﺏ
"barangsiapa mmbca Surat Kahfi pada hari Jum'at, maka akan diterangi dengan cahaya hingga antara dua Jum'at, ( riwayat lain menyebutkan: diterangi cahaya antara dirinya dengan baitul atiq: ka'bah) (Shahih, An Nasa'i, disebutkan dalam "Amal yaum wal lailah: 952) Itulah kesempatan istimewa di hari Jum’at, barangsiapa tidak mengoptimalkan waktu tersebut untuk banyak beribadah kepada Allah, berarti telah menyia-nyiakan kesempatan yang paling berharga, barangsiapa menyianyiakan kesempatan akan menuai penyesalan….
Bab 2 Keutamaan Hari Jum’at 1. Hari Terbaik Abu Hurairah z meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabada: "Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. 2. Terdapat Waktu Mustajab untuk Berdo'a. Abu Hurairah z berkata Rasulullah bersabda: " Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah y mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H. Muttafaqun Alaih) Ibnu Qayyim Al Jauziah - setelah menjabarkan perbedaan pendapat tentang kapan waktu itu - mengatakan: "Diantara sekian banyak pendapat ada dua yang paling kuat, sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang sahih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua, sesudah Ashar, dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi (Zadul Ma'ad Jilid I/389390). 3. Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari-hari lainnya. Ibnu Qayyim berkata: "Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari Ka'ab z menjelaskan: "Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya". (Mauquf Shahih) 4. Hari tatkala Allah menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga. Sahabat Anas bin Malik z dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum'at". 5. Hari besar yang berulang setiap pekan. Ibnu Abbas z berkata : Rasulullah bersabda: "Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi ummat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum'at hendaklah mandi terlebih dahulu ......". (HR. Ibnu Majah) 6. Hari dihapuskannya dosa-dosa. Salman Al Farisi z berkata : Rasulullah bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at". (HR. Bukhari). 7. Ganjaran Pahala. Orang yang berjalan untuk shalat Jum'at akan mendapat pahala
untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasa. Aus bin Aus z berkata: Rasulullah y bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah". (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah). 8. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur. Diriwayatkan oleh Ibnu Amru , bahwa Rasulullah y bersabda: "Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).
Bab 3 Pengertian Shalat Jum'at, Hukum, Syarat, Ketentuan, Hikmah Dan Sunah Solat Jumat A. Arti Definisi / Pergertian Shalat Jumat Sholat Jum'at adalah ibadah salat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah.
B. Hukum Sholat Jum'at Shalat Jum'at memiliki hukum wajib 'ain bagi laki-laki / pria dewasa beragama islam, merdeka dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para wanita / perempuan, anak-anak, orang sakit dan budak, solat jumat tidaklah wajib hukumnya. Shalat Jumat merupakan kewajiban setiap muslim laki-laki. Hal ini tercantum dalam Al Qur'an dan Hadits berikut ini: •
Al Qur'an Al Jumu'ah ayat 9 yang artinya:"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, dan itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui." (QS 62: 9)
•
"Hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat Jum’at atau kalau tidak, Allah akan menutup hati mereka kemudian mereka akan menjadi orang yang lalai." (HR. Muslim)
•
"Sungguh aku berniat menyuruh seseorang (menjadi imam) shalat bersama-sama yang lain, kemudian aku akan membakar rumah orangorang yang meninggalkan shalat Jum’at.” (HR. Muslim)
•
"Shalat Jum’at itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjama’ah terkecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang sakit." (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)
Hukum shalat jum’at adalah fardu ‘ain bagi setiap laki-laki dewasa yang beragam islam, merdeka dan menetap dan tidaka ada Udzur, firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman, apabila disuruh untuk menunaikan shalat pada
hari jum’at, maka bersegerahlah kamu kepada mengingat Allah dan tingalkanlah jual-beli (QS.Al-Jum’at 9). Dan sabda nabi saw: “Shalat Jum'at itu hak yang wajib dikerjakan oleh tiap-tiap orang islam dengan berjamaah kecuali empat macam orang (1) Hamba sahaya yang dimiliki (2) perempuan (3) anak kecil (4) orang yang sakit (HR. AbuDauddanAlHakim )
D. Dalil Al-qur'an Surah Al Jum'ah ayat 9 : " Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (A). 1. hukum yang menyatakan wajib solat jumat dikerjakan oleh orang laki2 saja itu mana? sedangkan di surat yang ada sebut tidak ada arti yang menyatakan bahwa laki2 saja yang wajib mejalankan salat jumat.
C. Syarat Sah Melaksanakan Solat Jumat 1. Shalat jumat diadakan di tempat yang memang diperuntukkan untuk sholat jumat. Tidak perlu mengadakan pelaksanaan solat jum'at di tempat sementara seperti tanah kosong, ladang, kebun, dll. 2. Minimal jumlah jamaah peserta salat jum'at adalah 40 orang. 3. Shalat Jum'at dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur / zuhur dan setelah dua khutbah dari khatib.
D. Ketentuan Shalat Jumat Shalat jumat memiliki isi kegiatan sebagai berikut : 1. Mengucapkan hamdalah. 2. Mengucapkan shalawat Rasulullah SAW. 3. Mengucapkan dua kalimat syahadat. 4. Memberikan nasihat kepada para jamaah. 5. Membaca ayat-ayat suci Al-quran. 6. Membaca doa.
E. Sunat-Sunat Shalat Jumat 1. Mandi sebelum datang ke tempat pelaksanaan sholat jum at. 2. Memakai pakaian yang baik (diutamakan putih) dan berhias dengan rapi seperti bersisir, mencukur kumis dan memotong kuku. 3. Memakai pengaharum / pewangi (non alkohol). 4. Menyegerakan datang ke tempat salat jumat. 5. Memperbanyak doa dan salawat nabi. 6. Membaca Alquran dan zikir sebelum khutbah jumat dimulai.
F. Hikmah Solat Jum'at 1. Simbol persatuan sesama Umat Islam dengan berkumpul bersama, beribadah bersama dengan barisan shaf yang rapat dan rapi.
2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia. Semua sama antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain sebagainya. 3. Menurut hadis, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan. 4. Sebagai syiar Islam.
G. Sunah jum’at 1. Disunatkan mandi pada hari jum’at bagi orang yanga akan menunaikan salat jum’at 2. Berhias dengan memakai pakian yang sebaik-baiknya 3. Memakai wangi-wangian 4. Memotong kuku, mengunting kumis,dan menyisir rambut 5. Segera pergi jum’at dengan berjalan kaki 6. Hendaklah ia menbaca Al- Qur’an dan dzikir sebelum khotbah 7. Paling baik mebaca surat Al- Kahfi 8. Hendaklah ia bershalawat atas Nabi
Tata Cara Shalat Jum’at Muslim mendengarkan khutbah Jumat Adapun tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu : 1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk. 2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur. 3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta'ala. Kemudian duduk sebentar 4. Khutbah kedua : Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai 5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama'ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
H. Hal-hal yang dianjurkan Pada shalat Jumat setiap muslim dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal berikut: •
Mandi, berpakaian rapi, memakai wewangian dan bersiwak (menggosok gigi).
•
Meninggalkan transaksi jual beli ketika adzan sudah mulai berkumandang.
•
Menyegerakan pergi ke masjid.
•
Melakukan shalat-shalat sunnah di masjid sebelum shalat Jum’at selama Imam belum datang.
•
Tidak melangkahi pundak-pundak orang yang sedang duduk dan memisahkan/menggeser mereka.
•
Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia apabila imam telah datang.
•
Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW pada malam Jum’at dan siang harinya
•
Memanfaatkannya untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa karena hari Jumat adalah waktu yang mustajab untuk dikabulkannya doa.
F. Syarat Wajib Jum’at 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Islam Merdeka Baligh Laki-laki Berakal Sehat Mukim
G. Rukun Khotbah Jum’at 1. Mengucapkan puji-pujian kepada Allah 2. Membaca Sahlawat atas Rasuullah 3. Mengucapkan Shahadat 4. Berwasiat dengan takwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu kepada hadirin 5. Membaca ayat Al- Quran pada salah satu khotbah dua 6. Berdoa untuk orang mukmin dan mukminat pada khotbah yang kedua
H. Syarat khotbah 1. Kedua khotbah hendaklah dimulai sesudah tergelincir matahari 2. Sewaktu berkhutbah hendaklah berdiri jiaka manpu 3. Khaatib hendaklah duduk diantara dua khotbah 4. Hendaklah dengan suara yang keras kira-kira terdengar bilangan yang sah Jum’at 5. Hendaklah berturut baik rukun, jarak keduanya maupun jarak antara kedua denagan shalat 6. Khatib hendak suci dari hadas dan najis 7. Hendaklah khotib menutub aurat
I. Sunah jum’at 9. Disunatkan mandi pada hari jum’at bagi orang yanga akan menunaikan salat jum’at 10. Berhias dengan memakai pakian yang sebaik-baiknya 11. Memakai wangi-wangian 12. Memotong kuku, mengunting kumis,dan menyisir rambut 13. Segera pergi jum’at dengan berjalan kaki 14. Hendaklah ia menbaca Al- Qur’an dan dzikir sebelum khotbah 15. Paling baik mebaca surat Al- Kahfi 16. Hendaklah ia bershalawat atas NabI
Bab 4 HUKUM SHOLAT JUM’AT Di dalam agama Islam, selain ibadah shalat fardhu lima waktu sehari yang harus dikerjakan oleh para muslim dan muslimah, ada juga satu ibadah shalat yang wajib dilaksanakan oleh kaum pria muslimin namun sunnah bagi kaum wanitanya, yakni ibadah shalat Jum’at. Sebelumnya akan dijelaskan sedikit, bahwasanya di dalam agama Islam dikenal adanya dua jenis kategori ibadah. Yang pertama adalah ibadah Maghdah yaitu ibadah yang tata cara pelaksanaannya sudah ditentukan tersendiri dengan sistematika yang sudah jelas dan tidak bisa diubah kapanpun dan oleh siapapun. Yang memberikan aturan dan tuntunan terhadap ibadah itu tiada lain adalah contoh panutan setiap insan manusia, Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, pelaksanaan ibadah shalat Jum’at tidak bisa dilakukan secara bebas tetapi harus berdasarkan aturan formal yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Dan ibadah Maghdah yang lainnya adalah shalat fardhu, haji, zakat dan shaum Ramadhan. Kategori kedua adalah ibadah Ghairu Maghdah, yaitu ibadah yang sifatnya bukan rutin seperti yang disebutkan di atas, melainkan bebas dan dapat dilakukan kapan saja, seperti berdzikir, bersedekah, beramal shalih, berdo’a, dan lain sebagainya. Dikarenakan shalat Jum’at adalah ibadah wajib dan tidak boleh ditinggalkan, maka kedudukan shalat Jum’at sama dengan shalat fardhu, dan hukumnya adalah fardhu ‘ain atau wajib bagi tiap orang. Namun yang membedakannya adalah shalat Jum’at hanya dilaksanakan seminggu sekali pada hari Jum’at. Dan ibadah shalat Jum’at ini menggantikan ibadah shalat Dzuhur, tetapi hanya dilakukan sebanyak dua raka’at saja dan berjama’ah yang sebelumnya diawali dengan mendengarkan khutbah terlebih dahulu dari khatib Jum’at. Karena ibadah shalat Jum’at hukumnya adalah fardhu ‘ain, maka ibadah ini tidak boleh ditinggalkan dan wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang sudah akil baligh dan sehat jasmani rohani serta pikiran atau tidak gila. Hanya boleh
ditinggalkan ketika seseorang benar-benar dalam sebuah situasi dan kondisi yang darurat saja, misalnya dalam keadaan sakit parah, dalam perjalanan jauh atau sebagai musafir yang tidak dapat menemukan masjid untuk melaksanakan shalat Jum’at, atau ada bencana alam atau musibah yang menyebabkan dirinya tidak dapat berangkat ke masjid (banjir, tanah longsor, kebakaran). Apabila seseorang berhalangan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tadi maka ia harus menggantinya dengan mengerjakan shalat Dzuhur seperti biasa. Sementara mereka yang hukumnya adalah tidak wajib untuk melaksanakan ibadah shalat Jum’at adalah kaum wanita, anak kecil (lelaki) yang belum akil baligh, hamba sahaya/budak, dan orang yang sedang sakit. Ini seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dan diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Thariq bin Syihab Radhyillaahu ‘Anhu: Al-Jumu’atu haqqun waajibun ‘alaa kulli muslimin fii jamaa’atin illaa arba’atan; mamluukun wamroatun wa shabiyyun wa mariidhun. Diartikan, “Jum’at itu hak kewajiban bagi tiap-tiap muslim, dilakukan dengan berjama’ah kecuali bagi golongan yang empat; hamba sahaya, kaum wanita, anak-anak dan yang sedang sakit.” Perintah untuk melaksanakan ibadah shalat Jum’at itu datang langsung dari firman Allah ‘Azza wa Jalla yang tercantum di dalam al-Qur’an di surat alJumu’ah (62) ayat 9: Yaa ayyuhal ladziina aamanuu idzaa nuudiya lish shalaati miy yaumil Jumu’ati fas’au ilaa dzikrillaahi wa dzarul bai’a dzaalikum khirul lakum in kuntum ta’lamuun. Diterjemahkan, “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk shalat pada hari Jum’at, maka hendaklah kamu bersegera untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikianlah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” Seperti telah diketahui, maka Allah SWT selain mewajibkan umat Nabi Muhammad SAW untuk melakukan ibadah shalat Jum’at, juga memberikan balasan pahala bagi yang mematuhi dan melaksanakan perintah-Nya tersebut. Dan begitu juga sebaliknya, Allah Ta’aala akan melaknat mereka yang semenamena dengan tidak melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya itu, bahkan menganggap sepele perintah Allah tadi. Dan karena shalat Jum’at ini dikerjakan seminggu sekali, maka kepada yang telah sengaja meninggalkan ibadah ini, Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan di dalam beberapa haditnya. Misalnya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: Man taraka tsalaatsa Juma’in tahaawunan bihaa thaba’allaahu ‘alaa qalbihi. Diartikan, “Barang siapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali karena menyepelekannya, maka Allah akan menutup mata hatinya.” Juga hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim: Man tarakal Jumu’ata tsalatsan min ghairi dharuuratin thubi’a ‘alaa qalbihi. Diartikan, “Barang siapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali berturut-turut tanpa ada uzur (halangan), niscaya Allah akan menutup hatinya.” Barang siapa yang telah dibutakan serta ditutup mata hatinya, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan memberikan azab yang keras, seperti yang difirmankan oleh-Nya dalam al-Qur’an di surat al-Baqarah (2) ayat 7: Khatamallaahu ‘alaa quluubihim wa ‘alaa sam’ihim wa ‘alaa abshaarihim ghisyaa-watuw wa lahum ‘adzaabun ‘azhiim. Diterjemahkan, “Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutup; dan bagi mereka azab yang berat.” Semoga kita semua digolongkan Allah Rabbul’aalamin sebagai hambahamba yang senantiasa istiqamah di dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan mampu untuk menjauhi serta tidak melakukan apa yang dilarangNya.
Bab 5 Sholat Sunnah Sebelum Dan Sesudah Sholat Jum’at Para ulama sepakat bahwa sholat sunnat yang di lakukan setelah sholat Jum'at adalah sunnah dan termasuk rawatib ba'diyah Jum'at. seperti yang di riwayatkan oleh Imam muslim dan Imam Bukhori. Sedangkan sholat sunnah sebelum sholat Jum'at terdapat dua kemungkinan: 1. Sholat sunnat mutlaq, hukumnya sunnat. Waktu pelaksanannya berakhir pada saat imam memulai khutbah. 2. Sholat sunnat Qobliyah Jum'at. Para ulama berbeda pendapat seputar masalah ini, yaitu sbb. : a. Dianjurkan melaksanakannya. Pendapat ini di kemukakan oleh Imam abu Hanifah, pengikut Imam Syafi'i (menurut pendapat yang dalilnya lebih jelas) dan pendapat Pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang tidak masyhur. b. Tidak di anjurkan untuk melaksanakannya.yaitu pendapat imam Malik, pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang masyhur. Dalil yang menyatakan dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum'at: 1.Hadist Rosul yang artinya "Semua sholat fardlu itu pasti diikuti oleh sholat sunnat qobliyah dua rakaat". (HR.Ibnu Hibban yang telah dianggap shohih dari hadist Abdullah Bin Zubair). Hadist ini secara umum menerangkan adanya sholat sunnat qobliyah tanpa terkecuali sholat Jum'at. 2.Hadist Rosul yang artinya "Di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat,diantara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat, di antara dua
adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat bagi yang ingin melakukannya"(HR.Bukhori dan Muslim dari riwayat Abdullah Ibnu Mughoffal). 3.Perbuatan Nabi yang disaksikan oleh Ali Bin Abi Tholib yang berkata "Nabi telah melakukan sholat sunnah empat rakaat sebelum dan setelah sholat jumu'at dengan salam di akhir rakaat ke empat" (HR.Thabrani dalam kitab Al-Ausath dari riwayat Imam Ali Bin Abi Tholib). Tetapi dalam dalam kitab yang sama lewat riwayat Abi Hurairoh berkata"nabi telah melakukan sholat sunnat dua rakaat qobliyah dan ba'diyah Jum'at" Dalil yang menerangkan tidak dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum'at adalah sbb. : Hadist dari Saib Bin Yazid: "pada awalnya, adzan Jum'at dilakukan pada saat imam berada di atas mimbar yaitu pada masa Nabi, Abu bakar dan Umar, tetapi setelah zaman Ustman dan manusia semakin banyak maka Sahabat Ustman menambah adzan menjadi tiga kali (memasukkan iqomat), menurut riwayat Imam Bukhori menambah adzan menjadi dua kali (tanpa memasukkan iqomat). (H.R. riwayat Jama'ah kecuali Imam Muslim). Dengan hadist di atas Ibnu al-Qoyyim berpendapat "ketika Nabi keluar dari rumahnya langsung naik mimbar kemudian Bilal mengumandangkan adzan. Setelah adzan selesai Nabi langsung berkhotbah tanpa adanya pemisah antara adzan dan khotbah, lantas kapan mereka itu melaksanakan sholat sunnat qobliyah Jum'at?
Bab 6 Apakah Shalat Jum’at Memiliki Shalat Sunnat Qabliyah? Tidak pernah ditetapkan bagi shalat Jum’at shalat sunnat qabliyah tertentu. Sedangkan shalat tathawwu mutlak, maka sudah ada dalil yang menunjukkan hal tersebut Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda. َ ُ ُ ِ ِ َ ْ ُ ِْ غ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َر َ ُ ُ َأ َ !َ "َ #َ $ُ % ُ ْ ) َ( ُ َأ'َ ا َ َ * ْ * ِ َ َ ُ َْ ا ُ ُ #َ َ + ُ ,َ -ْ َ َﺏ ُ( َ َ َ ِ" َأ ٍم1 ْ !َ َى َو ْ 4ُْ ِ" ا#َ $ُ % ُ ْ َ ا-ْ َو َﺏ “Barangsiapa mandi kemudian dia menghadiri shalat Jum’at, lalu mengerjakan shalat yang telah ditetapkan baginya, selanjutnya dia diam sehingga imam selesai dari khutbahnya dan kemudian dia mengerjakan shalat bersamanya, maka akan diberikan ampunan baginya atas dosa antara satu jum’at itu dengan jum’at yang lain dan ditambah tiga hari” [1] Dan sebuah riwayat dari Abu Dawud -َ ِ ِ) َ ْ ِْ َأ5 َ ِ َ ِ" َو#َ $ُ % ُ ْ ْ َم ا6َ (َ ) َ َ * ْ َْ ا7 8 َ َ َ ْ َ!َ "َ #َ $ُ % ُ ْ ُ َأ'َ ا9ُ َ ,ْ : ِ ن َ > ِإنْ َآ ٍ -ِ? ِْ 5 َ ِﺏ ِ َو ِ 'ِ َ ﺹ َ ِْ غ َ ُ ْ َ َ ُ ُ َ ج ِإ َ َ َ ِإذَا َ َ ْ > ا ُ َ ُ ُ َأ َ َ ﺹ َ َآ َ ُ س ِ , ق ا َ ,َ : ْ َأ$َ ِ َآ َْ َآ َر ًة ﺝ ُ َ -ْ َو َﺏHَ ,َ -ْ َﺏI ْ #َ َ" ِﺏ,َ ) َ J َ ْ ن ا ُل ِإ6ُLَ ُه َ ْ َ ِة َو ِز َ َدةٌ َ َ َ ُ" َأ ٍم َو6ُ ُل َأﺏ6ُLَ َ َل َوHَ َْ َ +ِ ِ ِ ا#َ $ُ Hَ ِ Qَ ْ ِ َأ “Barangsiapa mandi hari jum’at dan memakai pakaian yang terbaik serta memakai wangi-wangian jika ia memilikinya, kemudian ia menghadiri shalat Jum’at, dan tidak juga melangkahi leher (barisan) orang-orang, lalu
dia mengerjakan shalat yang telah ditetapkan baginya, selanjutnya diam jika imam telah keluar (menuju ke mimbar) sampai selesai dari shalatnya, maka ia akan menjadi kaffarah baginya atas apa yang terjadi antara hari itu dengan hari Jum’at sebelumnya” Dia menceritakan, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Dan ditambah tiga hari”. Dia juga mengatakan :”Sesungguhnya (balasan) kebaikan itu sepuluh kali lipatnya” [2] Shalat Sunnah Ba’diyah Jum’at Telah disampaikan sebelumnya hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, yang di dalamnya disebutkan : “Dan dua rakaat setelah Jum’at di rumahnya” [3] Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. #ً َ َه َأرْ َﺏ#ْ ( َﺏ َ -ُ ْ !َ "َ #َ $ُ % ُ ْ ُ ُآ ْ ا َ ﺹ َأ َ ِإذَا “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat Jum’at, maka hendaklah dia mengerjakan shalat empat raka’at setelahnya”. Diriwayatkan oleh Muslim. Dan dalam sebuah riwayat disebutkan #ً ا َأرْ َﺏ6R َ !َ "ِ #َ $ُ % ُ ْ َ ا#ْ ُ ْ َﺏ-ْ ﺹ َ ِإذَا “Barangsiapa di antara kalian akan mengerjakan shalat setelah shalat Jum’at, maka hendaklah dia mengerjakan empat rakaat” [4]
Dapat saya katakan, kedua hadits di atas menunjukkan disyariatkannya shalat dua atau empat rakaat setelah Jum’at. Dengan pengertian, seorang muslim bisa mengerjakan salah satu dari keduanya. Dan yang lebih afdhal adalah shalat empat rakaat setelah shalat Jum’at. Hal itu sesuai dengan apa yang dijelaskan di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan ketetapan dalam bentuk ucapan mengenai hal tersebut. Sunnat shalat ini baik dikerjakan dua rakaat ataupun empat rakaat- lebih baik dikerjakan di rumah secara mutlak [5] tanpa adanya pembedaan di dalam mengerjakannya. [6] Jika Masuk Masjid Sedang Imam Tengah Memberi Khutbah Jum’at Jika seorang muslim masuk masjid sedang imam tengah menyampaikan khutbah Jum’at, maka hendaklah dia tidak duduk sehingga mengerjakan shalat tahiyyatul masjid dua rakaat seraya meringankannya. Yang demikian itu didasarkan pada dalil berikut ini. Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan : “Sulaik AlGhathfani pernah datang pada hari Jum’at ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tengah menyampaikan khutbah, lalu dia duduk, maka beliau berkata kepadanya : ‘Wahai Sulaik, berdiri dan kerjakanlah shalat dua raka’at dan bersegera dalam mengerjakannya’. Kemudian beliau bersabda. #َ ْ َر ْآSْ َآ-َ ْ !َ > ُ ُ8 ْ َ َ ُمTِْ ِ" وَا#َ $ُ % ُ ْْ َم ا6َ ْ ُ ُآ َ ﺝ َء َأ َ ِإذَا$َ Hِ -ِ! ْز6 % َ َ -َ ْ َو ِ -ْ َ “Jika salah seorang diantara kalian datang pada hari Jum’at sedang imam tengah berkhutbah maka hendaklah dia mengerjakan shalat dua raka’at dan hendaklah dia bersegera dalam mengerjakan keduanya”
[Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani] [7] Apakah Shalat Jum’at Memiliki Shalat Sunnat Qabliyah? Tidak pernah ditetapkan bagi shalat Jum’at shalat sunnat qabliyah tertentu. Sedangkan shalat tathawwu mutlak, maka sudah ada dalil yang menunjukkan hal tersebut Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda. َ ُ ُ ِ ِ َ ْ ُ ِْ غ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َر َ ُ ُ َأ َ !َ "َ #َ $ُ % ُ ْ ) َ( ُ َأ'َ ا َ َ * ْ ُ َْ ا,َ -ْ * ِ َ َ ُ َ َﺏ ُ ُ #َ َ + ُ( َ َ َ ِ" َأ ٍم1 ْ !َ َى َو ْ 4ُْ ِ" ا#َ $ُ % ُ ْ َ ا-ْ َو َﺏ “Barangsiapa mandi kemudian dia menghadiri shalat Jum’at, lalu mengerjakan shalat yang telah ditetapkan baginya, selanjutnya dia diam sehingga imam selesai dari khutbahnya dan kemudian dia mengerjakan shalat bersamanya, maka akan diberikan ampunan baginya atas dosa antara satu jum’at itu dengan jum’at yang lain dan ditambah tiga hari” [1] Dan sebuah riwayat dari Abu Dawud $ُ % ُ ْ ُ َأ'َ ا9ُ َ ,ْ : ِ ن َ > ِإنْ َآ ٍ -ِ? ِْ 5َ ِﺏ ِ َو-َ ِ ِ) َ ْ ِْ َأ5 َ ِ َ ِ" َو#َ $ُ % ُ ْ ْ َم ا6َ (َ ) َ َ * ْ َْ ا7 8 َ َ َ ْ َ!َ "َ #َ غ َ ُ ْ َ َ ُ ُ َ ج ِإ َ َ َ ِإذَا َ َ ْ > ا ُ َ ُ ُ َأ َ َ ﺹ َ َآ َ ُ س ِ , ق ا َ ,َ : ْ َأ$َ ِ ﺹ َ ِ' ِ َآ َْ َآ َر ًة َ ِْ ن ُل ِإ6ُLَ ُه َ ْ َ ِة َو ِز َ َدةٌ َ َ َ ُ" َأ ٍم َو6ُ ُل َأﺏ6ُLَ َ َل َوHَ َْ َ +ِ ِ ِ ا#َ ُ$ﺝ ُ َ -ْ َو َﺏHَ ,َ -ْ َﺏHَ ِ Qَ ْ ِ َأI ْ #َ َ" ِﺏ,َ ) َ َJْ ا “Barangsiapa mandi hari jum’at dan memakai pakaian yang terbaik serta memakai wangi-wangian jika ia memilikinya, kemudian ia menghadiri shalat Jum’at, dan tidak juga melangkahi leher (barisan) orang-orang, lalu dia mengerjakan shalat yang telah ditetapkan baginya, selanjutnya diam jika imam telah keluar (menuju ke mimbar) sampai selesai dari shalatnya, maka ia akan menjadi kaffarah baginya atas apa yang terjadi antara hari itu dengan hari Jum’at sebelumnya” Dia menceritakan, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Dan ditambah tiga hari”. Dia juga mengatakan :”Sesungguhnya (balasan) kebaikan itu sepuluh kali lipatnya” [2] Shalat Sunnah Ba’diyah Jum’at Telah disampaikan sebelumnya hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, yang di dalamnya disebutkan : “Dan dua rakaat setelah Jum’at di rumahnya” [3] Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. #ً َ َه َأرْ َﺏ#ْ ( َﺏ َ -ُ ْ !َ "َ #َ $ُ % ُ ْ ُ ُآ ْ ا َ ﺹ َأ َ ِإذَا “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat Jum’at, maka hendaklah dia mengerjakan shalat empat raka’at setelahnya”. Diriwayatkan oleh Muslim. Dan dalam sebuah riwayat disebutkan #ً ا َأرْ َﺏ6R َ !َ "ِ #َ $ُ % ُ ْ َ ا#ْ ُ ْ َﺏ-ْ ﺹ َ ِإذَا “Barangsiapa di antara kalian akan mengerjakan shalat setelah shalat Jum’at, maka hendaklah dia mengerjakan empat rakaat” [4]
Dapat saya katakan, kedua hadits di atas menunjukkan disyariatkannya
shalat dua atau empat rakaat setelah Jum’at. Dengan pengertian, seorang muslim bisa mengerjakan salah satu dari keduanya. Dan yang lebih afdhal adalah shalat empat rakaat setelah shalat Jum’at. Hal itu sesuai dengan apa yang dijelaskan di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan ketetapan dalam bentuk ucapan mengenai hal tersebut. Sunnat shalat ini baik dikerjakan dua rakaat ataupun empat rakaat- lebih baik dikerjakan di rumah secara mutlak [5] tanpa adanya pembedaan di dalam mengerjakannya. [6] Jika Masuk Masjid Sedang Imam Tengah Memberi Khutbah Jum’at Jika seorang muslim masuk masjid sedang imam tengah menyampaikan khutbah Jum’at, maka hendaklah dia tidak duduk sehingga mengerjakan shalat tahiyyatul masjid dua rakaat seraya meringankannya. Yang demikian itu didasarkan pada dalil berikut ini. Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan : “Sulaik AlGhathfani pernah datang pada hari Jum’at ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tengah menyampaikan khutbah, lalu dia duduk, maka beliau berkata kepadanya : ‘Wahai Sulaik, berdiri dan kerjakanlah shalat dua raka’at dan bersegera dalam mengerjakannya’. Kemudian beliau bersabda. #َ ْ َر ْآSْ َآ-َ ْ !َ > ُ ُ8 ْ َ َ ُمTِْ ِ" وَا#َ $ُ % ُ ْْ َم ا6َ ْ ُ ُآ َ ﺝ َء َأ َ ِإذَا$َ Hِ -ِ! ْز6 % َ َ -َ ْ َو ِ -ْ َ “Jika salah seorang diantara kalian datang pada hari Jum’at sedang imam tengah berkhutbah maka hendaklah dia mengerjakan shalat dua raka’at dan hendaklah dia bersegera dalam mengerjakan keduanya” [Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani] [7].
Bab 7 Cerita Sholat Jum’at Sama dengan cerita sebelumnya, masih dari bukunya Syeikh Muhammad Bin Abi Bakr yang berjudul Al-Mawa’izh Al-Ushfuriyyah dan beredar versi Indonesia-nya yang berjudul 40 Pesan Rasulullah Kepada Umatnya hasil terjemahan Bpk. Rosihon Anwar inilah cerita Islami lainnya yang menurut saya sangat menarik dan bermakna. Pada masa Malik bin Dinar, ada dua orang bersaudara dari kalangan agama Majusi (agama penyembah api). Kakaknya sudah menyembah api selama 73 tahun, sedangkan adiknya selama 35 tahun. Suatu hari, sang adik berkata kepada kakaknya, “Kemarilah, kita akan mengetes apakah api akan memuliakan kita atau akan membakar kita sebagaimana dilakukannya terhadap orang-orang yang tidak menyembahnya. Jika ia memuliakan, kita akan terus menyembahnya. Jika tidak, kita akan berhenti menyembahnya.” Sang kakak pun setuju dengan perkataan adiknya. Keduanya lalu membuat api unggun. Sang adik bertanya kepada kakaknya, “Tangan siapa yang akan dibakar, tanganmu atau tanganku?” “Tanganmu saja,” jawab sang kakak. Sang adik lalu meletakkan tangannya diatas kilatan api. Tiba-tiba ia berteriak sambil merintih kesakitan. “Aduh… aku sudah menyembahmu 35 tahun lamanya, tetapi kamu masih menyakitiku.” Sang adik berkata lagi kepada kakaknya, “Mari kita sembah saja Tuhan yang seandainya kita berdosa dan membangkang perintahnya selama 500 tahun,
misalnya, Ia akan mengampuni kita hanya dengan sebab ketaatan sesaat dan istighfar satu kali.” Kakaknya setuju dan berkata, “Mari kita pergi menemui orang yang dapat menunjukkan kita jalan yang lurus dan mengajarkan kita agama Islam!” Mereka akhirnya sepakat untuk menjumpai Malik bin Dinar. Ketika sampai di Bashrah, mereka melihat Malik bin Dinar sedang berada di tengah-tengah orang banyak yang sedang memuliakan dan mendengarkan ceramahnya. Melihat hal itu, sang kakak berkata kepada adiknya, “Aku sudah mengambil keputusan untuk tidak memeluk agama Islam. Sebagian besar usiaku dihabiskan untuk menyembah api. Jika aku memeluk agama Islam, agama yang dibawa Muhammad, keluarga dan tetangga-tetanggaku akan mencelaku. Api lebih aku senangi daripada celaan mereka.” Lalu adiknya menyela, “Jangan lakukan itu, celaan mereka pada saatnya akan sirna, sedangkan api (neraka) selamanya tidak akan sirna.” Namun, kakaknya tidak menggubrisnya dan ia pulang. Sang adik tetap meneruskan niatnya. Ia bahkan datang beserta istri dan anak-anaknya yang masih kecil. Mereka menyelinap di tengah kerumunan orang-orang dan duduk mendengarkan ceramah Malik bin Dinar. Setelah ceramah selesai, mereka menemui Malik bin Dinar menceritakan maksudnya dan memintanya untuk membimbing mereka memeluk Islam. Terdengarlah tangisan jamaah yang merasa bahagia dan terharu atas keislaman mereka. Ketika mereka hendak pulang, Malik bin Dinar berkata, “Duduklah sebentar. Kami akan mengumpulkan sesuatu dari jamaah kami sekadar perbekalan bagi kalian di jalan.” Namun, orang itu menolak secara halus sambil berkata, “Saya tidak mau menjual agama dengan harta.” Ia beserta keluarganya menuju sebuah gua dan di sana ia menemukan sebuah rumah layak huni. Di sanalah mereka bertempat tinggal. Keesokan harinya, istrinya berkata, “Pergilah ke pasar. Carilah pekerjaan. Belanjakanlah upahnya untuk sesuatu yang dapat kita makan!”. Ia lalu pergi ke pasar. Namun, di sana tidak ada seorang pun yang mau menggunakan tenaganya. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Tidak mengapa, karena aku melakukannya karena Allah.” Lalu ia memasuki mesjid yang sudah sepi ditinggalkan para jamaah. Ia melakukan shalat sampai malam tiba. Lalu ia pulang dengan tangan hampa. Istrinya bertanya, “Tidakkah engkau memperoleh sesuatu ?” Ia menjawab, “Wahai istriku, hari ini aku sudah bekerja karena Allah, tetapi Ia belum memberikan apa-apa. Mudah-mudahan Ia akan memberikannya esok hari.” Pada malam itu mereka tidur sambil menahan rasa lapar. Keesokan harinya, ia pergi lagi ke pasar. Namun, lagi-lagi tidak ada seorang pun yang mau menggunakan tenaganya. Lalu ia memasuki mesjid yang sama dan melakukan shalat sampai malam tiba dan kembali ia pulang dengan tangan hampa. Istrinya bertanya, “Apakah hari ini pun engkau tidak mendapatkan sesuatu?” Ia menjawab, “Wahai istriku, hari ini pun aku sudah bekerja karena Allah, tetapi Ia belum memberikan apa-apa. Mudah-mudahan Ia akan memberikannya esok hari, hari Jumat.” Pada malam itu pun mereka tidur sambil menahan rasa lapar. Keesokan harinya, ia pergi lagi ke pasar. Namun, lagi-lagi tidak ada seorang pun yang mau menggunakan tenaganya. Ia lalu memasuki mesjid yang sama dan mengerjakan shalat dua rakaat. Ia menengadahkan tangannya ke langit sambil berdoa, “Wahai Tuhanku, Engkau telah memuliakanku dengan Islam, Engkau telah mengenakanku mahkota Islam, dan memberiku mahkota petunjuk. Dengan kemuliaan agama yang karenanya Engkau memberiku rezeki, dan demi kemuliaan hari Jumat mulia ini yang memiliki kadar yang besar di samping-Mu, aku memohon agar Engkau mengangkat kesulitanku dalam mencari nafkah untuk keluargaku. Kiranya Engkau memberiku rezeki dengan cara yang tidak diduga-duga. Demi Allah, aku malu kepada istri dan anakanakku. Lebih dari itu, aku takut bila pendirian mereka berubah karena masih barunya masa keislaman mereka.”
Setelah berdoa, ia mengerjakan shalat dua rakaat. Menjelang tengah hari, ia keluar untuk mengerjakan shalat Jumat di mesjid lain. Pada saat yang bersamaan, istri dan anak-anaknya diserang rasa lapar yang menjadi-jadi. Tibatiba ada seorang lelaki mengetuk pintu. Ketika pintu dibuka, di seberang pintu berdiri seorang pemuda yang berparas tampan. Di tangannya terletak sebuah baki dari emas yang ditutupi sapu tangan bertatahkan emas. Ia berkata kepada wanita itu, “Ambilah baki ini. Katakan kepada suamimu, ‘Inilah upah jerih payahmu selama dua hari. Teruslah beramal !, Kami di akhirat pasti menambah upahmu, khususnya pada hari ini, yakni hari Jumat. Sebab, amal sedikit pada hari ini mempunyai nilai yang banyak di hadapan Dzat Penguasa Yang Mahaperkasa’.” Wanita itu lalu mengambil baki dan membukanya. Tiba-tiba ia mendapatkan baki itu dipenuhi uang emas sebanyak 1.000 dinar. Ia bergegas untuk pergi ke penukaran uang. Tukang penukar yang beragama Nasrani kemudian menimbangnya. Setiap satu dinar ditukar dengan beberapa mitsqal. Ketika tukang penukar uang melihat pembungkus uang dinar itu, ia tahu bahwa uang dinar itu merupakan hadiah dari akhirat. “Dari mana engkau memperoleh uang ini?” tanyanya. Lalu si wanita menceritakan kejadiannya. Mendengar penuturan si wanita, ia berkata, “Sekarang aku masuk Islam.” Ia lalu memberi wanita itu tambahan 1.000 dirham sambil berpesan, “Sedekahkanlah uang ini.” Selesai menunaikan shalat Jumat, si suami wanita itu pulang ke rumahnya dengan tangan hampa. Untuk menghibur keluarganya, ia membentangkan sapu tangannya dan mengisinya dengan pasir. Ia berkata pada dirinya, “Kalau istriku bertanya apa yang aku bawa, aku akan menjawab ‘tepung’.” Sesampainya di gua, ia melihat rumahnya dihampari permadani. Di atasnya terhidang berbagai makanan yang harum baunya. la meletakkan sapu tangannya di pintu agar tidak dilihat istrinya. Lalu ia bertanya kepada istrinya tentang apa yang telah terjadi. Istrinya menceritakan persoalannya. Mendengar paparan itu, ia bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur. Lalu istrinya bertanya, “Apa yang kau bawa dalam sapu tangan itu ?”, si suami menjawab, “Kau tidak perlu menanyakannya,”. Namun, sang istri tetap mengambil dan membukanya. Ketika dibuka tiba-tiba sapu tangan itu benar-benar berisi tepung atas izin Allah SWT. Lalu si suami pun bersujud untuk kedua kalinya. Setelah peristiwa itu ia bersama keluarganya beribadah kepada Allah SWT. dengan sungguh-sungguh sampai ajal menjemputnya. Setelah memaparkan kisah diatas, seorang faqih berkata, “Tengadahkan tangan kalian keatas. Berdoalah ‘Dengan kemuliaan hari Jumat, ampunilah dosa kami. Hilangkanlah kesusahan kami.’ Lihatlah, ketika lelaki dalam kisah tadi berdoa kepada-Nya dan meminta pertolongan dengan berkah Jumat, Allah SWT. memenuhi kebutuhannya dan memberinya rezeki melalui jalan yang tidak disangka-disangka. Demikian pula kita, ketika kita berdoa pada malam Jumat, mudah-mudahan Allah SWT. memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Sebab, Ia adalah Dzat Yang Maha Pemurah.”