BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah. Republika tabloid (7 November 2013) membahas pada sebuah media cetak
mengenai kasus seks remaja, belum selesai kasus video porno SMP 4 Jakarta dan menjadi perbincangan masyarakat, kini muncul kasus tiga pasang pelajar yang tengah berbugil ria disebuah warnet di Semarang. Pada awal Oktober 2013 lalu, masyarakat dihebohkan dengan muncul kasus video porno siswa SMP 4 Jakarta Pusat. Video itu berdurasi 4 (empat) menit, menampilkan adegan sepasang pelajar yang dilakukan didalam ruang kelas dan disaksikan teman-teman pelaku. Kasus tersebut terungkap karena videonya beredar dan kasusnya sedang ditangani Polres Jakarta Pusat. Pada Rabu, 6 November 2013, Polresta Semarang melakukan razia sebuah warnet yang terletak di jalan Wolter Mongonsidi, Semarang. Razia dilakukan karena adanya laporan masyarakat yang juga dijadikan tempat mesum. Alhasil, masyarakat dibuat tercengang dengan ditangkapnya tiga pasang remaja berbugil ria sedang menonton situs porno di tiga ruangan yang disekat-sekat. Kasus seks pelajar atau remaja sebelumnya juga pernah diterungkap pada 19 Oktober, Polres Kota Tobelo, Halmahera Utara, menangkap empat remaja yang sedang membuat video mesum disalah satu kost dikawasan Desa MKCM Tobelo. Lebih miris lagi para remaja membuat film layak sensor. Pada 23 September 2013 sepasang pelajar remaja kepergok mesum dengan teman
1
2
wanitanya yang masih berpakaian seragam sekolah disebuah bilik warung internet. Disisi lain masyarakat juga makin tidak peduli dengan tingkah laku remaja, kegiatan pacaran bahkan yang menjurus pada perbuatan semacam ini terus dibiarkan kadang kala, akhirnya remaja tidak malu lagi mempertontonkan tindakan asusila berduaan, berpelukan berciuman dimuka umum (Tabloid Republika, 20 Oktober 2013). Sesuai dengan perkembangannya, usia remaja umumnya telah memiliki pasangan atau kekasih. Hal ini merupakan periode yang cukup penting bagi remaja, salah satunya adalah sebagai usaha untuk menyeleksi atau memilih pasangan hidupnya, berpasangan dapat meningkatkan kemampuan bergaul, atau berhubungan dengan lawan jenisnya. Hal ini menunjukan bahwa remaja mempunyai kematangan kognitif yang mempengaruhi konsep diri mereka. Konsep diri juga merupakan mediator untuk menginterprestasikan lingkungan individu dalam menampilkan tingkah lakunya. Konsep diri merupakan konstruk social yang terbentuk atas dasar interaksi antar individu dengan orang lain. Konsep diri ini merupakan kumpulan belief dan Feeling seseorang tentang dirinya. Seks – cinta adalah perasaan emosional yang diekspresikan secara fisik. Interaksi seksual semacam ini merupakan cara untuk mengkomunikasikan cinta yang dirasakan oleh kepada dua orang kepada satu sama lain. Orang sering menyebutnya “rasa” ini sebagai “bercinta”. Cinta bukanlah sesuatu yang terjadi dalam semalam. Cinta membutuhkan waktu dan komitmen. Jadi seks dan cinta
3
hanya dapat terwujud dalam hubungan yang penuh cinta dan saling menghargai yang dibangun dengan seiring sewaktu. (Miron & Miron, 2006). Usia remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, masa remaja merupakan masa terjadinya tahap perkembangan yang paling pesat, dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya. Pada tahap ini ditandai dengan adanya perubahan karakteristik seks primer seperti terjadi proses kematangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seks sekunder ditandai dengan tumbuhnya bulu rambut pada kemaluan, payudara membesar pada perempuan serta perubahan suara menjadi besar pada laki-laki. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Selama periode ini, individu mencapai kematangan fisik maupun seksual, mengembangkan pemikiran nalar dapat membuat keputusan untuk masa depannya. Perubahan hormonal pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga menyebabkan perubahan emosional baik remaja lakilaki maupun remaja perempuan. Perubahan fisik menyebabkan bentuk tubuh mereka menjadi lebih sempurna sedangkan perubahan emosional menebabkan tumbuhnya perasaan saling tertarik, rindu, cemburu, sedih, gembira, cinta, ingin dimiliki, dan ingin memiliki. Masa remaja juga dikenal sebagai masa pubertas yaitu masa yang ditandai oleh proses biologis yang mengubah anak-anak menjadi individu dewasa. Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun dibandingkan anak laki-laki, begitu pubertas mereka terus tumbuh dan
4
berkembang lama setelah anak perempuan berhenti itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan. Dengan terjadinya segala perubahan tubuh yang cepat, banyak remaja merasa sangat canggung dengan dirinya, contoh pada fase ini remaja wanita pada sel-sel lemak sedang membentuk dalam tubuh pada putingnya, menyebabkan payudara menonjol, kemudian pada pinggul, paha, pantatnya, tumbuh rambut daerah di ketiak dan area pubis, begitu pula remaja wanita menjadi rajin dan memakai alat kosmetika untuk memperindah penampilan mereka. Beberapa remaja perempuan melakukan operasi bagian-bagian tubuh tertentu untuk menunjang penampilan agar terlihat cantik dan menarik. Kecantikan selalu dikaitkan penampilan fisik yang elok dipandang mata. Hal yang sama juga dilakukan para remaja laki-laki seiring tumbuhnya otot, tulang-tulang yang membentuk tubuh, bulu kemaluan, kumis atau jambang yang menampilkan daya tarik mereka yang mereka anggap symbol kelaki-lakian nya. Tidak sedikit remaja laki-laki rajin olahraga untuk mendapatkan bentuk tubuh atletis karena laki-laki dengan postur tubuh atletis dianggap “macho”. Selain itu , remaja laki-laki juga mulai belajar melindungi, terutama terhadap lawan jenis mereka karena budaya mengajarkan bahwa laki-laki harus terlihat gagah berani, gagah, dan perkasa. . (Subakti, 2012: hlm 75-76). Semua daya upaya untuk menarik perhatian lawan jenis adalah hal yang wajar saja. Semua remaja yang normal pasti melakukan hal yang sama, namun perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hasil penelitian menunjukan usia remaja
5
ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 sampai dengan 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 sampai dengan 18 tahun (Fuad & Radiono 2003). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, dimulai dari tarik menarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas baju, memegang alat kelamin diatas baju, memegang alat kelamin dibawah baju, dan melakukan sengama (Sarwono, 2003). Baron & Bryne (2001) mengemukakan Konsep diri kerangka yang memadu bagaimana kita memproses informasi tentang diri dan bagaimana diri kita berada dalam lingkungan melalui pengalaman termasuk didalamnya beragama, ideology, berpendidikan, bekerja, dan lain-lain. Suatu fenomena yang menarik adalah bahwa hubungan seksual sebelum menikah justru banyak dilakukan oleh remaja yang memiliki pasangan atau pacar. Meskipun tidak semua remaja berpacaran melakukan hal tersebut, tetapi dari fakta tersebut menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan . Konsep diri dan pengetahuan kesehatan reproduksi seharusnya juga akan mempengaruhi remaja dalam mengontrol perilaku seksual remaja dalam hal ini berpasangan atau berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa metode analisis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis pertama menggunakan formula Alpha untuk mencari reliabilitas setiap sub skala atau komponen skala konsep diri,pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan reliabilitas alat
6
ukur yang akan dilakukan pada remaja wanita dan remaja laki-laki berusia 12-15 tahun setingkat dengan SLTP kelas I, II dan III dalam hal ini sekolah yang dituju adalah remaja-remaja setara dengan SMP atau SLTP (merujuk pada kasus tersebut diatas) dilingkungan tempat tinggal peneliti dan sudah pernah mendapatkan pendidikan seksual disekolah tersebut. Pemilihan subyek ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi, pengetahuan seksual remaja sesuai usia kasus tersebut diatas. Alasan lain dari pemilihan subyek adalah subyek dapat memasukan sekolah sebagai salah satu sumber informasi seksualnya. Telah disebutkan bahwa masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas, remaja dalam lingkungan dimana ia tumbuh dan bersosialisasi dimana ia menilai dan mengenal lingkungannya, kontak dengan lingkungannya tentang jati dirinya sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku. Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik untuk mengetahui adakah hubungan konsep diri remaja dengan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual pada remaja.
7
Rumusan Masalah.
1.2
1.
Apakah ada pengaruh antara konsep diri dengan perilaku seksual remaja?
2.
Apakah ada pengaruh antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja? Apakah ada pengaruh antara konsep diri dan pengetahuan kesehatan
3.
reproduksi dengan perilaku seksual remaja?
1.2.
Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsep diri dengan perilaku seksual remaja pada siswa siswi di MTs Al ikhlas Kemandoran 2, Jakarta. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan
perilaku
seksual
remaja
di
MTs
AL-Ikhlas
Kemandoran 2, Jakarta. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan pengaruh konsep diri pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja siswa siswi di MTs AL-Ikhlas Kemandoran 2, Jakarta.
8
1.3.
Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut: a.
Secara Teoritis. Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini adalah diharapkan dapat
memberikan kostribusi wawasan dan pengetahuan psikologi, khususnya dalam Psikologi Klinis, yakni psikologi tentang penanganan anak bermasalah dan gejala gejala, sekaligus juga dengan prevensinya. Sehingga nantinya dikembangkan secara luas dalam menghadapi fenomena permasalahan yang semakin kompleks.
b. Manfaat praktis. Merupakan bagian dari penelitian yang memberikan informasi tentang beberapa kelompok social didalam masyarakat di Indonesia yang dalam hal ini adalah remaja. Dan penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak didalam dunia pendidikan, seluruh pembaca, guru, serta orang tua.
9
1.5. Sistematika Penulisan. Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari 5 (lima) bab, di antaranya:
Bab I.
Pendahuluan.
Memaparkan mengenai permasalahan yang dikaji dari sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat tentang seksual remaja dilihat dari sisi konsep diri seorang remaja itu sendiri, diskrepansi diri remaja dengan lingkungan sekitarnya.
Bab II.
Kajian Pustaka.
Menjawab bagaimana penelitian ini berisi tinjauan pustaka ataupun kajian teori-teori yang menyangkut didalamnya tentang konsep diri, definisi tentang remaja, perkembangan remaja, teori-teori yang mendasari konsep diri, serta aspek seksual tentang bagaimana ia melihat dan menilai dirinya, dimensi-dimensi yang menyangkut definisi dari beberapa sumber tentang pengetahuan kesehatan reproduksi, sejauh mana tingkat tahu terhadap pengetahuan reproduksi, definisi perilaku seksual, dan sebagainya.
Bab III.
Metode Penelitian.
Metode yang digunakan oleh penulis, dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif mulai dari subjek penelitian, variabel penelitian, populasi sampel, dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data dengan skala Likert dan serta uji validitas-nya.
10
Bab IV.
Hasil Penelitian.
Bab ini membahas hasil penelitian dan pembahasannya, menganalisis interpretasi yang diperoleh dari pengumpulan data yang berhasil dikumpulkan. Setelah
itu
dilakukan
analisis
atas
hasil-hasil
tersebut,
selanjutnya
menghubungkan hasil analisis dengan teori yang relevan yang memberikan penjelasan secara teoritis untuk melihat gambaran yang diteliti oleh peneliti.
Bab V . Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. Merupakan pembahasan yang terakhir dari penelitian secara umum berkaitan dengan hipotesis penelitian, saran dan diskusi kepada semua pihak yang relevan
dengan
hasil
penelitian
untuk
perkembangan, pastinya untuk selanjutnya.
pengembangan
ilmu
psikologi