PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011) AYU THERESIA PAKPAHAN 21208563 Sudaryono, SE., MM Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.Jakarta,2012 Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional d a n ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan, terhadap kebijakan hutang di dalam perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2011. Populasi penelitian yang digunakan sebanyak 33 perusahaan terdaftar di BEI dengan sample penelitian 18 perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode penentuan jumlah sample yang diambil secara acak berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh variable independent terhadap variable dependen baik secara bersama-sama maupun secara individu. Sebelum diuji dengan regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variable independent kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, d a n ukuran perusahaan, mempengaruhi variable dependen kebijakan hutang. Sedangkan secara individu, hanya dua variable saja yaitu kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Satu variable lain yaitu kebijakan dividen dan ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan mempengaruhi kebijakan hutang. Persamaan analisis regresi linier berganda yang dihasilkan yaitu DER=0.020 + -0.001KPMNJ + 0.001KPINT + 0.007SIZE + e Katakunci: kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, kebijakan hutang. PENDAHULUAN Di masa kini perusahaan mengahadapi persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan tersebut perusahaan tidak bisa terus stagnan dalam mengelola operasinya dan harus mempertahankan competitive advantage yang mereka miliki. Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejehteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)
yang baik. Manajemen keuangan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, pendanaan, dan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Semakin tinggi harga saham berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat. Dalam menjalankan usaha, pemilik melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer. Menurut Schroeder et al (2001 dalam Jogi dan Josua, 2007) hubungan manajer dengan pemegang saham di dalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham disebut sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Sesuai teori agensi, perusahaan kadang dihadapkan dengan permasalahan perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan pihak manajerial. Pemilik perusahaan ingin tercapai tujuan utama perusahaan dengan peningkatan nilai perusahaan. Sedangkan pihak manajerial lebih cenderung mengutamakan kemakmuran pribadinya melalui insentif yang akan didapatnya. Ketika perusahaan dihadapkan pada keputusan pendanaan melalui hutang, pemegang saham cenderung untuk menghindari hal tersebut karena risiko yang akan ditanggung. Sedangkan pihak manajerial yang hanya bertugas sebagai profesional akan menyukai ini. Karena adanya ketersediaan dana dan pihak manajerial akan dapat menggunakan dana tersebut untuk investasi yang menguntungkan manajerial akan adanya insentif yang didapat tanpa memikirkan risiko yang pada dasarnya ditanggung perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya. Perusahaan besar memiliki keuntungan lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Namun untuk penggunaan hutang lebih banyak digunakan oleh perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Lin (2006) serta Wright et al. (2009) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik (Lin, 2006). Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Kebijakan ini memiliki dampak pada konflik dan biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa dengan hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada pendisiplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Karena hutang yang cukup besar akan menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko kebangkrutan. Permasalhaan dalam penelitian ini adalah apakah kepemlikan kanajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, permasalahan penelitian dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian terdiri atas pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Resources-Based Theory Resources-Based Theory menyatakan dengan menganalisis dan mengintrepretasikan sumber daya perusahaan dapat untuk memahami mengenai bagaimana suatu perusahaan akan mencapai keunggulan kompetitifnya, yang meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul. Resources-Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) dalam Astuti (2005), mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen, tidak homogen, dan jasa produkstif yang berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Dalam RBT, sumber daya dapat secara umum didefinisikan untuk memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan strategi mereka (Daft, 1983; Barney, 1991; Mata et al., 1995). (Barney,1991 dalam Madhani, 2010) dalam penelitiannya mengklasifikasikan sumber daya menjadi tiga jenis : 1. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik, dan peralatan), 2. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan 3. Modal sumber daya organisasi struktur formal).
Struktur Modal Fungsi pembelanjaan merupakan hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran bagi pemilik atau pemegang saham yaitu dengan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan diikuti dengan adanya keputusan struktur modal yang tepat oleh manajemen keuangan. Dalam menjalankan fungsi pembelanjaan, perusahaan selalu dihadapkan pada tiga masalah utama atau tiga keputusan utama, yaitu: keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision), dan keputusan mengenai pembagian dividen (dividend decision). Menurut Van Horne (1998), struktur modal adalah bauran pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas, saham preferen, saham biasa. Menurut Sartono (2001), struktur modal adalah perimbangan hutang jangka pendek yang bersifat permanen. Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berhubungan dengan masalah penentuan sumber-sumber dana yang akan digunakan, dan masalah perimbangan terbaik antara sumber-sumber dana tersebut. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan disebut keputusan pembelanjaan (financing decisions). Sumber dana dapat diperoleh dengan banyak cara, namun pada dasarnya ada dua
sumber dana, yaitu dana yang berasal dari sumber asing, atau biasa disebut modal asing, dan dana yang berasal dari dalam perusahaan. Dana yang berasal dari sumber asing dapat diperoleh melalui utang dan melalui pembelanjaan sendiri yaitu dengan jalan penerbitan saham. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka ketergantungan pihak perusahaan terhadap pihak luar sangat kecil.
Kebijakan Hutang Salah satu sebab timbulnya konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham disebabkan oleh keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan secara sederhana dapat diartikan sebagai keputusan manajemen dalam menentukan sumber-sumber pendanaan dari modal internal, yakni: modal ditahan atau dari modal eksternal, modal sendiri, dan atau melalui hutang (Waluyo et al. 2002 dalam Murni dan Andriana 2007). Murni dan Andriana (2007) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa hutang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Perilaku ini disebut sebagai keterbatasan rasional (bounded rationality). Kebijakan hutang sering diukur dengan debt to equity ratio (DER) yaitu perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Semakin rendah DER berarti semakin kecil tingkat hutang yang dimiliki dan kemampuan untuk membayar hutang akan semakin tinggi pula. Ketika perusahaan menggunakan hutang yang terus meningkat maka akan semakin besar kewajibannya. Hal ini akan berpengaruh pada terhadap pendapatan bersih bagi pemegang saham termasuk juga dividen yang dibagikan. Karena kewajiban membayar hutang akan lebih diutamakan daripada kewajiban membagikan dividen. Kepemilikan Manajerial Menurut Jansen dan Mackling (1976) dalam Sukarta (2006), salah satu cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan. Hal itu berarti bahwa kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Kepemilikan saham manajerial juga dapat menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sehingga manajer akan berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Listyani, 2003). Semakin besar proposi kepemilikan saham manajerial pada perusahaan, maka manajer cenderung berusaha lebih giat dan termotivasi untuk menciptakan kinerja perusahaan secara
optimal karena manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Manajer akan berusaha untuk mengurangi konflik kepentingan dan menurunkan biaya keagenan serta dapat menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan oportunistik (Listyani, 2003). Sehingga, akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional ditunjukkan melalui proposi saham yang dimiliki oleh investasi institusi dan blockholders. Adanya kepemilikansaham institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen perusahaan guna untuk mengurangi konflik agensi dalam suatu perusahaan. Dengan kepemilikan saham institusional pada perusahaan asuransi, bank, perusahan investasi, dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja dari manajer. Pelaksanaan monitoring ini akan menjamin peningkatan pengawas yang lebih optimal (Listyani, 2003). Menurut Swandari (2008) pada kasus Indonesia, kepemilikan institusional cukup mampu menjadi alat monitoring yang baik. Hal ini dikarenakan pemegang saham institusi telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk memonitor perusahaan dimana saham mereka miliki sehingga terjadi peningkatan nilaiperusahaan dengan meningkatkan kepemilikan institusional dapat mengurangi masalah keagenan. Sehingga dengan kepemilikan institusional yang tinggi dapat membantu kinerja perusahaan.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan mencerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko danSoebiantoro, 2007). Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana lebih banyak untuk diinvestasikan dalam intellectual capital. Ketersediaan dana dalam jumlah yang besar akan membuat pengelolaan dan pemeliharaan intellectual capital menjadi semakin optimal dan akan menghasilkan kinerja intellectual capital yang lebih tinggi. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Pada umumya, perusahaan yang besar mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan kecil. Variable size merupakan variable yang paling konsisten berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitan sebelumnya. (Meek, Roberts & Gray, 1995). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dikarenakan total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan :
Size = Ln TotalAssets (Merliana Benardi dan Sutrisno : 2008) Antara jumlah saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen perusahaan (insider ownership’s) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership’s).
Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen akan selalu menjadi konflik yang terus terjadi dalam perusahaan. Pihak prinsipal fokus terhadap kesejahteraan pribadinya melalui pembagian dividen yang diperoleh. Sedangkan pihak agen akan komisi atas kerja kerasnya dalam menjalankan operasional perusahaan. Tujuan ini terkadang saling berlawanan. Pihak pemilik sering kali tidak dapat merealisasikan dividen atas modal ketika perusahaan dibawah kontrol manajemen telah menggunakan hutang yang relatif tinggi. Kas seharusnya dibagikan menjadi dividen justru digunakan membayar hutang beserta bunganya. Dari sinilah konflik kepentingan mulai terjadi. Dalam menyelaraskan kepentingan kedua belah pihak maka langkah yang bisa diambil salah satunya dengan peningkatan kepemilikan saham oleh pihak manajerial. Dengan peningkatan ini diharapkan pihak manajemen juga akan merasa memiliki perusahaan serta merasakan langsung akibat atas pengambilan keputusan yang kurang tepat. Penelitian Zulhawati (2004)menunjukkan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. H1 : Kepemilikan manajerial berhubungan negatif terhadap kebijakan hutang.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Sheiler dan Vishny (1986) menyatakan bahwa adanya pemegang besar seperti kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen dengan pengawasan yang lebih optimal. Wahidahwati (2002), Listyani (2003), Zulhawati (2004), Masdupi (2005) menemukan bahwa kehadiran kepemilikan institusional dapat mengurangi hutang peru- sahaan dalam rangka meminimalkan total biaya keagenan hutang (agency cost of debt). Penelitian Wahidahwati (2002) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Masdupi (2005), dan Listyani (2003). Hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh Murni dan Andriana (2007) yang menunjukkan kepemilikan institusio- nal memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini menunjukkan kepemilikan institusional memiliki wewenang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham kelompok lain untuk cende- rung memilih proyek yang lebih beresiko dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang tinggi.
Hasil penelitian Haryono (2004) juga menemukan hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dengan hutang, karena kebijakan hutang menyebabkan perusahaan dimonitor oleh debtholder. Kepemilikan institusional yang lebih mementingkan stabilitas pendapatan karena berku- rangnya agency conflict dalam perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : H2 Kepemilikan institusional berpengaruh p o s i t i f terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses pasar modal. Kemudahan untuk mengakses ke pasar modal berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kebijakan hutang perusahaan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dan menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang. Penelitian Wahidahwati (2002) menunjukkan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang. H3 : Ukuran perusahaan berhubungan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Berdasarkan pengaruh antara variabel independen dengan dependen yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pemikiran teoritis yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka PemikiranTeorit
Kepemilikan Manajerial H1 +
Kepemilikan Institusional H2 +
Ukuran Perusahaan H3 +
Kebijakan hutang (DER)
Kajian Penelitian Sejenis Variabel penelitian Peneliti Taswan
Tahun 2003
Independen kepemilikan insider, firm size, kebijakan dividen, business risk, profitability, dan growth
Dependen Kebijakan hutang
Hasil penelitian kepemilikan insider, profitability negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kebijakan dividen negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Firm size positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Business risk dan growth positif signifikan terhadap kebijakan hutang
Imanda Firmantyas dan Mohammad Nasir
Agus Harjito dan Nurfauziah
2006
2006
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan dividen, free cash flow, aktiva tetap, profitabilitas
kepemilikan insider, kebijakan dividen
Kebijakan hutang
kepemilikan manajerial, free cash flow, aktiva tetap negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Risiko dan profitabilitas negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, kebijakan dividen positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang
Kebijakan hutang
kepemilikan insider dan kebijakan dividen negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang
METODE PENELITIAN Sampel dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi. 18 perusahaan dalam populasi dikeluarkan dalam sampel karena tidak memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Terdapat data Annual Report / laporan keuangan yang menyediakan informasi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan. Jika perusahaan memiliki Annual Report/laporan tahunan, akan tetapi tidak menyampaikan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan. b. Annual Report/ laporan keuangan harus disampaikan secara berturut, yaitu tahun 2010 – 2011 . Jika perusahaan tidak menyampaikan annual Report/ laporan keuangan secara berturut – turut maka perusahaan tersebut tidak termasuk dalam objek penelitian. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel dependen yaitu variabel yang terikat oleh variabel lainnya, atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang diwakili oleh DER Variabel independen ini sering disebut variabel tidak terikat atau bebas. Variabel ini
diwakili oleh kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, ukuran perusahaan, profitabilitas. Kebijakan Hutang Variabel kebijakan hutang ini merupakan rasio antara hutang terhadap equity . Variabel kebijakan hutang ini dilambangkan dengan debt to equity ratio yang dapat dirumuskan sebagai berikut: (Moh’d et al, 1998) DER Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan proposi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer eksekutif. Pengukuran ini mengacu pada Saleh et al., (2008). Manajer eksekutif ini memiliki kekuatan untuk mengendalikan seluruh keputusan di dalam perusahaan yang mencerminkan keputusan bisnis. Manajer eksekutif ini meliputi manajer, direksi, dan dewan komisaris. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan proposi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik, yang diukur dengan porsentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi dan blockholders. Pengukuran ini mengacu dari penelitian Sudarma (2003) dalam Sujoko dan Soebinatoro (2007). Yang dimaksud dengan institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan, asuransi maupun lembaga lain seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan yang kepemilikan sahamnya di atas 5% tetapi tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial. Ukuran Perusahaan Variabel ukuran perusahaan merupakan yang sering diteliti dan hasilnya cukup konsisten berpengaruh terhadap luas pengungkapan (misal: Hadi dan Sabeni, 2002, dan Rahmawati dkk, 2007). Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan yang terdapat pada neraca akhir tahun (Sujoko dan Soebiantoro,2007). Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dihitung berdasarkan nilai natural log (ln) dari total asset perusahaan pada akhir tahun. Firm size = Ln total asset HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan data penelitian yang memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing– masing variabel penelitian. Berikut ini adalah pengujian statistik deskriptif dalam penelitian ini.
Analisis Deskriptif perusahaan manufaktur dalam sektor barang konsumsi tahun 2010-2011
N KPMNJ KPINT SIZE DER Valid N (listwise)
36 36 36 36 36
Descriptive Statistics Maximu Minimum m Mean Std. Deviation .00 23.08 4.3944 7.38163 .00 98.18 39.0144 30.00251 25.17 31.29 27.9811 1.74569 .01 .96 .1556 .20755
Dari tabel di atas maka dapat di lihat bahwa jumlah sampel penelitian adalah 18 perusahaan dengan dua tahun pengamatan yaitu tahun 2010-2011 sehingga data yang diperoleh adalah 36, dimana penelitian ini menggunakan empat variabel yang terdiri dari tiga variabel independen yaitu kepemilikan manajerial (KPMNJ), kepemilikan institusional (KPINT), dan variabel ukuran perusahaan ( SIZE) serta satu variabel dependen yaitu debt equity ratio (DER). Di lihat dari kepemilikan manajerial nilai minimum sebesar 0.00, nilai maximum sebesar 23.08, nilai mean sebesar 4.3944 dan nilai standar deviation sebesar 7.38163. Di lihat dari kepemilikan institusional nilai minimum sebesar 0.00, nilai maximum sebesar 98.18, nilai mean sebesar 39.0144 dan nilai standar devition sebesar 30.00251. Di lihat dari ukuran perusahaan nilai minimum sebesar 25.17, nilai maximum sebesar 31.29, nilai mean sebesar 27.9811 dan nilai standar devition sebesar 1.74569. Di lihat dari debt equity ratio nilai minimum sebesar 0.01, nilai maximum sebesar 0.96, nilai mean sebesar 0.1555 dan nilai standar devition sebesar 0.20755.
Uji Normalitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang kenormalan data. Maksud data terdistribusai normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal dimana data memusat pada nilai rata–rata dan median. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan analisis statistik non parametrik Kolmogorov–Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas tersebut adalah jika hasil One Sample Kolmogorov Smirnov diatas tingkat kepercayaan 0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berikut adalah tabel hasil uji normalitas Kolmogorov–Smirnov (K-S) :
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Unstandardiz ed Residual 36 .0000000 .20427750 .207 .207 -.179 1.240 .093
Tabel di atas adalah hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov pada perusahaan manufaktur dalam sektor barang konsumsi. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikannya adalah 0,093. Karena nilai signifikan > 0.05 maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, maka itu uji jenis ini hanya diperuntukkan untuk penelitian yang memiliki variabel independen lebih dari satu. Multikolinearitas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF (Varinace Inflation Factor). Suatu model regresi menunjukkan adanya Multikolinearitas jika: (1) Tingkat korelasi > 95%, (2) Nilai Tolerance < 0,10, atau (3) Nilai VIF >10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2007). Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Uji Multikolinearitas KPMNJ KPINT SIZE SS
Collinearity Statistic Tolerance VIP .814 1,229 .957 1.045 .784 1.275
Kesimpulan Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
Berdasarkan Hasil Uji Multikolinearitas diketahui bahwa nilai VIF untuk Kepemilikan manajerial (KPMNJ) sebesar 1.229, kepemilikan institusional (KPINT) sebesar 1.045,
sedangkan ukuran perusahaan sebesar 1.275 . Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga variabel terbebas tersebut tidak terjadi multikolinieritas, karena hasil VIF lebih kecil dari 10.
Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota observasi yang terletak berderetan, biasanya terjadi pada data time series, Makridakis, dkk (1995) dalam Sulaiman (2004), untuk mendeteksi auto korelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut : a. 1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi b. 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 maka tidak dapat disimpulkan c. DW < 1.21 atau DW > 2.79 maka terjadi autokorelasi Hasil Uji Autokolerasi Mod el 1
R R Square a .777 .731
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .760 121.364
Durbin-Watson 1.745
Berdasarkan tabel Model Summary diatas, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1.906. Hal ini berarti nilai 1.65 < 1.745 < 2.35, artinya tidak ada autokorelasi diantara variabel. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik Scatter Plot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu, maka mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dengan melihat grafik Scatter Plot, terlihat titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titiktitik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi dilakukan untuk menguji seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta untuk mengetahui arah hubungan tersebut. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: DER = 0.020 +-0.001 KPMNJ + 0.001KPINT+0.007 SIZE + e Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya goodness of fit dapat diukur dari nilai determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai uji statistik t. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Model 1 (Constant) KPMNJ KPINT SIZE
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .020 .657 -.001 .005 -.035 .001 .001 .171 .007 .023 .056
T .031 -.179 2.959 3.284
Sig. .976 .859 .005 .008
Model 1 (Constant) KPMNJ KPINT SIZE
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .020 .657 -.001 .005 -.035 .001 .001 .171 .007 .023 .056
T .031 -.179 2.959 3.284
Sig. .976 .859 .005 .008
a. Dependent Variable: DER Dengan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa: 1. Konstanta 0.020 artinya jika ukuran kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan nilainya 0, maka kebijakan hutang (DER) nilainya sebesar 0.020. 2. Koefisien kepemilikan manajerial sebesar -0.001, artinya jika kepemilikan manajerial mengalami kenaikan satu satuan , maka kebijakan hutang akan mengalami penurunan sebesar 0.001 dengan asumsi nilai variabel lain adalah tetap. 3. Koefisien kepemilikan institusional sebesar 0.001 jika ukuran kepemilikan institusional mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan mengalami peningkatan sebesar 0.001 dengan asumsi nilai variabel lain adalah tetap. 4. Koefisien ukuran perusahaan sebesar 0.007 jika ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan mengalami peningkatan sebesar 0.007 dengan asumsi nilai variabel lain adalah tetap. Uji Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F menunjukkan apakah model regresi fit untuk diolah lebih lanjut. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji F ini adalah dengan cara quick look, yaitu dengan melihat nilai F. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Hasil Uji Simultan ANOVAb Model 1 Regression Residual
Sum of Squares .047 1.461
3
Mean Square .016
32
.046
df
F 3.344
Sig. .003a
Total
1.508
35
a. Predictors: (Constant), SIZE, KPINT, KPMNJ b. Dependent Variable: DER Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa F hitung sebesar 3.344. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, df1 =3 dan df2 = 36-3-1= 32, maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2.670 dan nilai signifikan 0.003. Karena nilai signifikan < 0.05, maka Haditerima H0 di.Sehingga dengan demikian sapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variable dependen. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model
R
1
.777a
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
R Square .731
.760
121.364
1.745
a. Predictors: (Constant), SIZE, KPINT, KPMNJ b. Dependent Variable: DER
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Dari data dapat dijelaskan bahwa Koefisien Determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,731 yang berarti bahwa variabel naik turunya nilai kebijakan hutang secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel independen, yaitu KPMNJ, KPINT dan SIZE sebesar 73,1%, sedangkan sisanya sebesar 26,9% dipengaruhi oleh-faktor-faktor lain atau variable lain. Faktor lain dapat berupa seperti profitabilitas, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Seperti perkembangan kurs, kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah, kondisi perekonomian nasional dan politik suatu Negara dan lain sebagainya. Hal ini memiliki arti bahwa secara bersama-sama bahwa KPMNJ, KPMINT dan Size mempunyai pengaruh dalam menentukan kebijakan hutang. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap k e b i j a k a n h u t a n g p e r u s a h a a n dalam sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan p e r u s a h a a n dalam sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 2011.Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan dalam sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2010- 2011. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah yang pertama adalah Periode penelitian yang dilakukan terlalu singkat yaitu hanya selama dua tahun dari tahun 2010 sampai tahun 2011, hal ini membawa kemungkinan bahwa hasil penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi kecenderungan dalam jangka panjang, yang kedua Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen, sedangkan masih ada variabel-variabel independen yang lain yang mungkin berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan yang ketiga yaitu dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dalam sektor barang konsumsi, untuk selanjutnya disarankan untuk menggunakan perusahaan manufaktur secara keseluruhan. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan topik yang sama. Rekomendasi- rekomendasi tersebut antara lain yaitu menambah jumlah sampel penelitian dengan mempergunakan perusahaan laporan tahunan, sehingga diharapkan setelah hasil pengolahan data, semua variabel berdistribusi normal, karena adanya keterbatasan dalam periode penelitian yang terlalu singkat yaitu hanya selama dua tahun, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan untuk menggunakan periode penelitian yang lebih panjang sehingga dapat digunakan untuk analisa jangka panjang dan bagi penelitian selanjutnya perlu untuk menambah atau mengganti dengan variabel-variabel yang lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kebijakan hutang seperti dividen dan pertumbuhan perusahaan.
REFERENSI Christianty
Dewi, Sisca. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.10No.1, Hal.4758.
Faisal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Simposium Nasional Akuntansi Indonesia VII, Hlm. 197-208.
Fidyati, Nisa. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan, JurnalEkonomi, Manajemen dan Akuntansi, Vol.1,No.1,Januari,Hlm. 17-34. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi, Semarang: BP UNDIP Haryono, Slamet. 2005. Struktur kepemilikan Dalam Bingkai Teori Keagenan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis,Vol. 5,No. 1,Hlm.63-71. Imanda & Nasir, Moh. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Persepektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Jogi & Josua. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 7, Vol.9 No.1 Jusup, Haryono. 2001. Akuntasi Dasar-dasar. STIE YKPN, Yogyakarta. Listyani, Theresia Tyas. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Pengaruhnya Terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada Perusahaan Manufaktur diBursa Efek Jakarta), JurnalMaksi,Vol3, Agustus,Hlm. 98-114. Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.20, No.1, Januari, Hlm. 57-69. Nurfauziah., D.Agus Harjito., dan Hertya Dwi Ameliawati. 2007. Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Insitusidan Kebijakan Hutang Dalam Prespektif Masalah Agensi DiIndonesia, Ventura,Vol. 10, No. 1, Hlm.41-61. Soliha, Euis., dan Taswan. 2002. Pengeruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.9, No. 2, Hlm.120-148. Wahidawati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts :Analisis Persamaan Simultan NonLiner dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaaan Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen. Prosiding Simposium Nasional AkuntansV, Semarang, 5–6 September, hlm.601-623 Sartono, R.A. 2000. Manajemen Keuangan, Edisi3, Yogyakarta: BPFE. www.bei.co.id www.google.com www.idx.co.id
Zulhawati. 2004. Analisis Dampak Kepemilikan Saham oleh Insider pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan, KOMPAK, No.11, Mei-Agustus, Hlm. 240249.