18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan (ansietas / axienty) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang di tandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Spilitting of Personality),prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam atas - batas normal (Hawari, 2011, hal. 19). Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan serta dalam menemukan identitas diri dan arti kehidupan. Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati - hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Kecemasan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat, dada terasa sesak, sakit perut, atau tidak tenang dan tidak dapat duduk diam. Gejala - gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing - masing orang (Widury, 2008, hal. 73 - 74).
2. Gejala Klinis Kecemasan Keluhan - keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain yaitu cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang,gangguan
Universitas Sumatera Utara
19
pola tidur, mimpi - mimpi yang menegangkan gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan - keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar - debar, sesak nafas, gangguan pencernaan dan sakit kepala (Hawari, 2011).
3. Tipe Kepribadian Pencemas Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang,memandang masa depan dengan rasa was - was atau khawatir, Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum,Sering merasa tidak bersalah atau menyalahkan orang lain,tidak mudah mengalah gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah,seringkali mengeluh ini dan itu atau keluhan somatik, khawatir berlebihan terhadap penyakit,mudah tersinggung, suka membesarkan - besarkan masalah yang kecil,dalam mengambil keputusan sering di liputi rasa bimbang dan ragu,kalau sedang emosi sering bertindak dengan histeris ( Hawari, 2011).
4. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart (2007) tingkat kecemasan dibagi menjadi : a. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivikasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, kesadaran tinggi, mampu belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
Universitas Sumatera Utara
20
b. Kecemasan Sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat dan cenderung untuk memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, dan tidak mau belajar secara efektif. d. Kecemasan panik Kecemasan panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal terinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan.
Panik
mencakup
diorganisasikan
kepribadian
dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional. Tingkat ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama
dapat terjadi kematian dan
kelelahan
Universitas Sumatera Utara
21
5. Alat Ukur Kecemasan Menurut Hawari (2011,hal. 79) Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan,sedang,berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety. Masing - masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antar lain
0 - 4 yang artinya adalah :
Nilai 0 = tidak ada gejala Nilai 1 = gejala ringan Nilai 2 = gejala sedang Nilai 3 = gejala berat Nilai 4 = gejala berat sekali Masing - masing nilai angka score dari 14 kelompok gejala tersebut di jumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu Total nilai score : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan 21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat 42 – 56 = kecemasan berat sekali
Universitas Sumatera Utara
22
B. Pola Menstruasi 1. Pengertian Menstruasi atau haid adalah proses keluarnya darah pada dinding rahim (endometrium) yang terjadi secara rutin setiap bulannya yang keluar melalui vagina. Menstruasi juga merupakan proses mempersiapkan tubuh wanita untuk mengandung anak atau hamil. Panjang siklus haid adalah antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan disebut hari pertama siklus, karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostinum uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari (Pudiastuti, 2012, hal.38) Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi siklus menstruasi dan lama perdarahan menstruasi. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Rata - rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun adalah 25 hari, pada perempuan usia 43 tahun panjang siklus haidnya 27 hari dan pada perempuan usia 55 tahun siklus haidnya adalah 51 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia antara 21 - 35 hari, dan sekitar 97% perempuan yang berovulasi siklus haidnya berkisar antar 18 - 42 hari. Jika siklusnya kurang atau lebih 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (Wiknjosastro, 2005 ; Octaria, 2009) di dalam jurnal mulyanti 2012 di peroleh pada tanggal 18 november 2013. Lamanya haid biasanya antara 3 - 5 hari, ada yang 1 -2 hari diikuti darah sedikit - sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 - 8 hari. Pada umunya lamanya 4 - 6 hari, tetapi antara 2 - 8 hari masih di anggap normal. Pada setiap perempuan
Universitas Sumatera Utara
23
biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata - rata 33,2 ± 16 cc. Pada perempuan yang lebih tua biasanya darah yang keluar yang banyak (Dasty, 2010).
2. Siklus Menstruasi Menurut (Llewellyn, 2002, hal. 12-13) Stimulus berasal dari hipotalamus dengan pelepasan gonadotrophic releasing hormone (GnRH) ke dalam pembuluh darah portal hipofisis. GnRH yang di lepaskan secara berdenyut mencapai kelenjar hipofisis. Di sini GnRH merangsang pertumbuhan dan maturasi gonadotrof yang mensekresi FSH dan LH. FSH bekerja pada 10 - 20 folikel primer dengan berkaitan sel granulosa teka yang mengelilinginya. Efek meningginya jumlah FSH ialah sekresi cairan ke dalam rongga folikel. Salah satu di antaranya tumbuh lebih cepat dari pada yang lain. Pada saat yang sama sel granulosa teka yang mengelilingi folikel terpilih mensekresi lebih banyak estradiol, yang memasuki sirkulasi darah. Efek endokrinologik peningkatan kadar estradiol ini adalah menimbulkan umpan balik negatif hipofisisnanterior dan hipotalamus. Akibatnya sekresi FSH menurun sedangkan sekresi estradiol meningkat mencapai puncak. Kira - kira 24 jam kemudian terjadi lonjakan besar sekresi LH dan lonjakan sekresi FSH yang lebih kecil. Umpan balik positif ini menyebabkan pelepasan satu ovum dari folikel yang paling besar. Maka terjadilah ovulasi. Folikel yang kolaps akibat pelepasan ovum berubah sifatnya. Sel granulosa teka berproliferasi dan menjadi berwarna kuning (luteinized) dan di sebut sel lutein - teka. Folikel korpus luteum menghasilkan progesteron mencapai puncak datar (plateu) kira - kira empat hari setelah ovulasi, kemudian meningkatkan secara progresif apabila ovum yang dibuahi mengadakan
Universitas Sumatera Utara
24
implantasi ke dalam endometrium. Sel - sel trofoblastik embrio yang telah tertanam segera menghasilkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang memelihara korpus luteum sehingga sekresi estradiol dan progesteron terus berlanjut. Sebaliknya jika tidak terjadi kehamilan, sel lutein teka berdegenerasi sehingga menghasilkan estradiol dan progesteron lebih sedikit. Ini mengurangi umpan balik negatif pada gonadotropin yang disertai dengan meningkatnya sekresi FSH. Penurunan kadar estradiol dan progesteron dalam sirkulasi darah menyebabkan perubahan di dalam endometrium yang menyebabkan terjadinya menstruasi. Menurut Pudiastuti (2012, hal.43 - 46) Ada tiga masa utama siklus menstruasi yaitu : a. Masa menstruasi selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon - hormon ovarium paling rendah. Pada fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai perdarahan dan lapisan yang masih utuh. Fase ini berlangsung selama 3 - 4 hari. b. Masa proliferasi sampai hari keempat belas. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali di sebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. Setelah luka sembuh akan terjadi penebalan pada endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari kelima sampai hari ke empat belas dari siklus menstruasi.
Universitas Sumatera Utara
25
Fase proliferasi di bagi menjadi 3 tahap yaitu : 1) Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke 4 sampai hari ke 7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel. Pemukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel. 2) Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke 8 sampai hari ke 10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi. 3) Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke 11 sampai hari ke 14. c. Masa sekresi. Saat itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengeruh progesteron ini kelenjar endometrium yang tumbuh berlekuk - lekuk mulai bersekresi dengan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel - sel desidua terutama yang berada di seputar pembuluh - pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi. Fase ini berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Fase ini endometrium kira - kira tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok - kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata.bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi 2 tahap yaitu : 1) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
Universitas Sumatera Utara
26
2) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok - kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.
3. Gangguan Saat Menstruasi Menurut Pudiastuti (2012) Apabila menstruasi terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa menstruasi yang tidak teratur atau tidak mendapat menstruasi sering merupakan keadaan yang wajar bagi banyak remaja yang baru saja mendapatkan menstruasi dan bagi perempuan yang berusia di atas 40 tahun. Kecemasan dan gangguan emosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan menstruasi. Gangguan pola menstruasi yang berhubungan dengan siklus menstruasi digolongkan menjadi 3 macam yaitu Polimenorea merupakan siklus menstruasi lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari. Sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap. Polimenorea merupakan gangguan hormonal, dengan umur korpus luteum memendek, sehingga siklus menstruasi pun menjadi lebih pendek. Oligomenorea yaitu menstruasi dengan siklus yang lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya. Amenorea yaitu Suatu keadaan tidak keluarnya darah haid sedikitnya 3 bulan berturut - turut. Amenorea primer apabila keadaan seorang perempuan berusia 18 tahun atau lebih dan belum pernah haid. Adanya amenorea sekunder yaitu kondisi wanita yang sudah pernah haid lalu tidak mendapatkan haid lagi.
Universitas Sumatera Utara
27
Gangguan pola menstruasi berdasarkan lama perdarahan menstruasi yaitu hipomenorea adalah perdarahan yang lebih pendek serta kurang dari biasanya. Hipomenorea tidak menggagu fertilitas. Siklus menstruasi tetap, tetapi lama perdarahan memendek kurang dari 3 hari. Hipomenorea dapat disebabkan kesuburan endometrium kurang karena keadaan gizi penderita yang rendah, penyakit menahun, dan gangguan hormonal dan hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Terjadinya hipermenorea berkaitan dengan kelainan pada rahim yaitu mioma uteri, polip endometrium dan gangguan pelepasan endometrium.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menstruasi Menurut Pieter (2010) ada beberapa hal faktor - faktor yang mempengaruhi menstruasi dan perubahan - perubahan psikologis pada saat menstruasi : a.
Faktor Perkembangan Hormonal Perkembangan hormonal adalah estrogen dan hormon progesteron. Hormon
estrogen
adalah
hormon
yang
berfungsi
merangsang
pertumbuhan rahim, payudara, puting susu, dan lapisan vagina yang semuanya memperlancarkan kehamilan dan persalinan. Adapun hormon progesteron adalah hormon yang berfungsi dalam menyiapkan dinding rahim, membuat lingkungan rahim nyaman, dan memproduksi air susu ibu. b.
Faktor Perkembangan Kelenjar Dalam hal ini efek perkembangan kelenjar pituitary dn gonad. Dampang kelenjar pituitary yaitu mengeluarkan hormon pertumbuhan dan hormon gonad. Pengaruh hormon pertumbuhan adalah menentukan bertambah
Universitas Sumatera Utara
28
besarnya ukuran individu. Pengaruh hormon gonadotropik adalah untuk merangsang gonad agar mampu meningkatkan aktivitas. Adapun dampak gonad adalah memicu ciri - ciri seks primer dan sekunder lebih matang. c.
Faktor Enzim Faktor enzim adalah enzim hidrolitik yang terdapat pada endometrium. Fungsi enzim hidrolitik ialah merusak sel - sel dan mensitesis protein dalam proses metabolisme. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya regresi endometrium dan pendarah.
d.
Faktor Vascular Mulai dari fase proliferasi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium, maka pertumbuhan endometrium ikut serta bersama arteri dan vena. Dengan regresi endometrium ikut menyebabkan timbulnya stagnasi pada vena dan saluran yang menghubungkannya dengan arteri. Akhir dari proses adalah nekrosis dan perdarahan.
e.
Faktor Prostaglandin Endometrium yang mengandung prostaglandin E2 dan F2 dengan desintegrasi Pelepasan
endometrium prostaglandin
menyebakan lebih
dikenal
pelepasan dengan
prostaglandin. myom.
Myom
menyebabkan terjadinya perdarahan pada waktu haid. Pada awal menstruasi rasa nyeri haid sering dirasakan wanita. Hal ini diakibat prostaglandin yaitu suatu zat yang menyebabkan otot – otot rahim mengalami kontraksi. Pada sebagian wanita, rasa nyeri haid dirasakan begitu kuat dan sangat menyakitkan sehingga menggangu aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
29
Namun ada pula pada sebagian orang tidak mengalami keadaan yang begitu menyakitkan. f.
Faktor Psikologis Perubahan emosional menyebabkan terganggunya pengendalian neoro hormonal pada glandula piruitaria anterior oleh hipotalamus, sehingga stimulasi terhadap gonadotropin juga akan terganggu (Veralls, 2003, di dalam Rizka Himawan, 2011 diperoleh pada tanggal 31 januari 2014).
5.
Perubahan - Perubahan Psikologis pada Menstruasi Menurut Pieter (2010) ada beberapa perubahan - perubahan psikologis pada saat menstruasi yaitu : a. Anoreksia Nervosa Anoreksi berarti hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang bersifat patologis. Sedangkan anoreksia nervosa adalah hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor penyimpangan emosional. Keadaan ini menjadi serius bila tidak ditangani, karena bis menyebabkan kematian akibat kelaparan. Gejala - gejala anoreksia nervosa ini adalah hilangnya nafsu makan, pura pura tidak mau makan, tidak mau makan sama sekali, kehilangan berat badan dan kelelahan. Komplikasinya adalah kerusakan organ tubuh, gangguan menstruasi, tiroid, gagal ginjal dan kematian. b. Bulimia Bulimia merupakan salah satu kelainan emosional yang ditandai pola makan yang berlebihan dan berbahaya. Keadaan ini sering terjadi pada remaja atau orang dewasa. Gejala – gejala bulimia adalah yaitu rasa kekhawatiran yang luar biasa terhadap berat badan, sehingga siklus makannya tidak terkontrol dan apabila selesai makan dia selalu memuntahkan sehingga dia akan makan
Universitas Sumatera Utara
30
lagi dalam siklus yang tak terkontrol juga. Efek sampingnya yaitu sakit tenggorokan, asam lambung, luka anus, pembengkakan pada kelenjar ludah dan dehidrasi. c. Cemas Cemas merupakan hal normal dan wajar ketika menghadapi sesuatu tekanan. Namun rasa cemas menjadi tak wajar apabila cemas terhadap hal – hal sebenarnya
bukan
objek
perhatian
khusus,
ketidakmampuan
untuk
menyelesaikan masalah dan selalu menganggap masalahnya tidak alistis. Cemas yang lama bisa menyebabkan gangguan fisik dab psikologis. d. Depresi Depresi merupakan salah satu bagian gangguan emosi yang sering terjadi pada wanita. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus perhatian, tidak mampu dalam kensentrasi, ingin bunuh diri, sulit tidur, cemas, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tidak mau bicara dengan orang lain dan menutup diri. e. Stres Stres merupakan keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahankan diri. Stres adalah keadaan tertekan. Namun stress ringan dapat berfungsi mendorong orang berfikir dan berusa lebih cepat sehingga bisa menjawab tantangan hidup sehari - hari. Stres ringan bisa memberikan gairah dalam kehidupan yang membosankan atau rutinitas. Namun apabila stresnya dalam kategori berat dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik.
Universitas Sumatera Utara
31
f. Ketidakmatangan Emosi Ketidakmatangan emosi ini sering kali dipengaruhi oleh faktor hormonal dan situasional miasalnya saat datang haid, dimana wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung, atau cepat merasa lelah. g. Ambivalen dan Insomnia Kondisi ambivalen sering terjadi pada wanita, di mana dia selalu kesulitan untuk mengambil satu sikap atau setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. Sikap ambivalen ini juga berhubungan dengan perubahan hormon. Adapun pada insomnia adalah kesulitan memejamkan mata, kesulitan tidur, dan selalu terjaga malam hari dan sering dialami wanita hamil dan menoupose.
C. Tugas Akhir 1. Pengertian Tugas akhir adalah suatu karya tulis ilmiah yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa sebagai penugasan akhir sebelum menyelesaikan pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST). Karya tulis ini bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam asuhan kebidanan sehingga karya tulis ilmiah yang di susun mencerminkan penguasaan penulis tentang substansi dan metode penelitian. Pemahaman fenomena ini penting untuk membekali mahasiswa dalam mengatasi masalah kebidanan yang ada di masyarakat. Fenomena ini dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantutatif (Asnah dkk, 2012, hal.1).
Universitas Sumatera Utara
32
D. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswi yang Sedang Menyusun Tugas Akhir. Kecemasan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik. Sehingga kecemasan tidak pernah terlepas dari kehidupan setiap mahasiswa. Banyak hal yang dapat menjadi sumber kecemasan bagi mahsiswa, sumber kecemasan mahasiswa tersebut antara lain Pembuatan bermacam tugas, laporan, dan makalah harus dikerjakan mahasiswa serta ujian sebagai evaluasi dilakukan secara ruti. Salah satu sumber kecemasan bagi mahasiswa tingkat akhir adalah kewajiban menyusun tugas akhir (Carpenito, 2000; Zulkarnain, 2009) di dalam jurnal Rustiana, 2009 di peroleh tanggal 16 November 2013. Gejala kecemasan sangat mempengaruhi pola menstruasi pada wanita, karena pesan sepanjang saraf di dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh (Saryono, 2008). Gangguan emosional sebagai rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu bagian otak yang disebut limbic system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonomy (simpatis atau parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan secret (cairan) neurohormonal menuju hipofisis melalui system prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Follikel Stimulazing hormone) dan LH (Leutinizing Hormone). Produksi kedua hormon ini adalah dibawah pengaruh RH (Realizing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran Rh sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus juga pengaruh luar cahaya, bau-bauan dan hal-hal
Universitas Sumatera Utara
33
psikologik hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses menstruasi atau haid (Prawirohardjo, 2008). Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis.pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisi-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secra langsung akan menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opionid endogen. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endorfin sendiri diketahui merupakan endogen yang peranannya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon - hormon tersebur secara langsung dan tidak
langsung
menyebabkan penurunan kadar GnRH, di mana melalui jalan ini maka stres dan rasa cemas menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenorea, polimenorea atau amenorea. Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala - gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila cemas bisa diatasi. (http://digilib.ac.id:2009).
Universitas Sumatera Utara