AUTOMATIC TANK GAUGING (ATG) Agus Heriyanto STEM “Akamigas”, Jl. Gajah Mada No 38. Cepu E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengukuran volume cairan minyak mentah ataupun produk-produk minyak yang ada di dalam tangki penimbun di industri migas sangat penting terutama berkenaan dengan ketelitian, karena hal ini berhubungan dengan transaksi jual beli. Metode pengukuran secara manual menggunakan stick atau semacam tongkat yang dimasukkan kedalam tangki. Tentu hal ini ketelitian dan kecepatannya rendah. Dengan perkembangan teknologi elektronika maka alat ATG yang merupakan kombinasi alat mekanik, dan elektronik (mikroprosesor) dapat mengukur secara otomatis dengan teliti dan cepat. Bagian alat ATG ini terdiri dari field device, interface dan receiver system. Field device berfungsi sebagai input atau sensor. Interface berfungsi mengolah data-data yang berasal dari sensor dan dikomunikasikan ke receiver system. Receiver system berfungsi memperagakan data atau signal yang berasal dari interface dan disajikan ke layar monitor. Kata kunci: field device, interface dan receiver system.
ABSTRACT The accuracy in the measurement of the volume of crude oil or other products in storage tanks is important since it is related to custody transfers. The conventional method is usually done by using a stick put into the tank, but its accuracy is not good. Nowadays, automatic tank gauging (ATG) is used to perform the measurement. ATG method that is a combination of mechanics and electronics (microprocessor) can perform the measurement automatically, accurately and fast. ATG consists of a field device, an interface and a receiver system. The field device serves as a sensor. The interface processes the data from the sensor and then sends the data to the receiver system. The receiver system serves to present the data or the signal and display it on the screen. Keywords: field device, interface and receiver system.
1.
dividu atau pun per group, dilihat dan dibaca baik di lokal maupun pada layar monitor yang terpasang diruang pengendali ITP. Automatic Tank Gauging (ATG) adalah alat pengukur level cairan didalam tangki baik untuk tangki crude maupun tangki produk yang menggunakan sistem digital dan bekerja secara otomatis, cerdas dan dapat memberikan data-data yang diperlukan untuk perhitungan volume tangki. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa data-data ATG dari lapangan dikirim ke Central Processing Unit (CPU) untuk diolah dan dihitung kemudian hasilnya ditampilkan pada monitor (CRT) di control room. Tank Gauging System dengan menggunakan ATG ini diharapkan mampu
PENDAHULUAN
Automatic Tank Gauging (ATG) adalah pengukuran permukaan cairan (liquid level), volume, dan besaran-besaran lain dari cairan yang ada pada tangki, baik itu tangki crude maupun tangki produk. Instalasi Tangki dan Pengapalan (ITP) pada industri migas merupakan unit yang sebagian besar menggunakan peralatan instrumentasi tersebut, karena ITP merupakan unit pengumpul umpan (feed oil) sebagai bahan baku ke kilang, maupun produk dari kilang, yang ditampung pada tangki-tangki penimbun. Dengan dipasangnya ATG, maka tinggi permukaan minyak dari setiap tangki dapat diketahui secara in-
56
Heriyanto, Automatic Tank Gauging
mengatasi permasalahan atau kekurangan yang ada pada sistem pengukuran yang dipakai sebelumnya yaitu pengukuran secara manual 1) seperti: 1. Ketelitiannya yang rendah. 2. Kecepatan pengukurannya yang rendah. 3. Data hasil pengukuran hanya dapat diperoleh di satu tempat 4. Data hasil pengukuran tidak dapat diperoleh setiap saat.
sistem pengukuran tangki dengan temperatur rata-rata dan tank site monitor. Keluaran NMS531 bisa dipilih antara keluaran digital, keluaran analog atau kedua-duanya. Prinsip kerja dari level transmitter ini menggunakan prinsip Bouyancy (Gambar 4) yaitu atas dasar Hukum Archimides yang mengatakan bahwa4):
Tank Farm Control room
Proservo NMS 531 Prothermo NMT 535 Average temperature transmitter
8130/RTU
Local HART communication
Digital communication
FuelsManager Inventory Management
Promonitor NRF 560 Tank Side Monitor
Gambar 1. Sistem Pengukuran Automatic Tank Gauging (ATG) pada Tangki.
. Gambar 2. Field Device
Sistem Pengukuran ATG terdiri dari 3 bagian yaitu2,3): 1. Field Device yang terdiri dari Proservo NMS 531, Prothermo NMT 535, dan Promonitor NRF 560. 2. Interface : Remote Terminal Unit (RTU) 3. Receiver System : Personal Computer (PC) dengan Fuels Manager Sofware (perangkat lunak). 2.
PEMBAHASAN Gambar 3. Proservo NMS 531
A. Field Device Field device merupakan bagian input yang disebut juga sebagai elemen sensor atau transducer. Dimana tugas sensor adalah merubah suatu besaran fisis menjadi besaran fisis yang lain dan juga memonitor kondisi pengukuran dilapangan. Proservo NMS531 merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur level, interface level, density dan tank bottom. Gambar 3. memperlihatkan NMS531. NMS531 dapat digunakan untuk suatu aplikasi yang berdiri sendiri atau sebagai suatu
Displacer 250 gr. Balance Weight 190 gr.
Gambar 4. Prinsip Bouyancy “ Bilamana suatu benda ditenggelamkan ke dalam fluida maka benda tersebut akan mendapat gaya tekan ke atas dari fluida
57
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 1, Mei 2013, hlm. 56-63 T ∞ W - (V +VB) ρb......................................(11)
sebesar berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.“ Oleh karenanya berat dari benda akan berkurang sebesar berat gaya tekan ke atas dari fluida. Dapat juga dituliskan sebagai berikut: Fa = Gaya Archimedes = Berat zat cair yang dipindahkan.
Measured wire Tension T
Measured Displacer Weight W
Upper liquid Density (ρu) Measured Displacer Weigth (Wu) Displacer Volume V
W zat cair = ρc.g.Vcair .................................(1)
Middle liquid Balance volume VB Density (ρm) Measured Displacer Weigth (Wm)
Fa = ρa.g.Va .............................................. ...(2)
Sehingga Total berat benda adalah :
Bottom liquid Density (ρb) Measured Displacer Weigth (Wb)
Wa = ρa.g.Va ................................................(3) Fa
= Wa ......................................................(4)
Gambar 5. Batas Level Pengukuran Untuk upper, middle, dan bottom density formula kalkulasi adalah sebagai berikut4):
ρc.g.V’a = ρa.g.Va .......................................(5) V’a = ρa/ρc.Va ...............................................(6)
Sebuah plat semikonduktor yang tebalnya t dihubungkan dengan arus luar I yang mengalir melalui bahan, bila plat itu diberikan medan magnet pada arah tegak lurus terhadap permukaan plat itu, maka potensial EH akan dibangkitkan, potensial ini disebut tegangan Hall, dinyatakan dalam1): E H = KH
u W VW
u
.......................................... .(12)
m W VW u ........................... .(13) u
m
b W VW m ............................ .(14) m
IB ..........…………….............….....(7) t
b
Perhitungan volume tangki terdiri dari beberapa metode faktor koreksi yang dipakai dalam transaksi penjualan : Faktor koreksi5) Muai Dinding Tangki diberikan untuk menyesuaikan dengan kondisi saat kalibrasi untuk membuat tabel tangki, yaitu pada suhu 400C dan masa jenis cairan pada temperatur tersebut = 0,7195 gram/ml.
Formula yang digunakan oleh NMS531 untuk kalkulasi level dan density5): Saat pengukuran permukaan (surface) atau interface level cairan dalam kondisi tetap, displacer diam menjaga keseimbangan posisi. Tegangan pada kawat ukuran adalah sebanding dengan berat displacer yang disusutkan oleh adanya gaya tekan keatas (buoyancy force).
Faktor Ekspansi = 1 + a (t- 400C)................ (15) Faktor Ekspansi awal = 1 + 0,0000348 ( 29 – 40 ) = 0,9996172
Surface T ∞ W - VBρu ................................................ (8)
Faktor Koreksi Atap Terapung5) ini diberikan karena pengaruh beban atap terhadap permukaan cairan. Dalam pemakaian tabel tangki mulai tinggi = 215 cm dan koreksi terhadap density standard pembuatan tabel. Faktor koreksi untuk mengkoreksi volume5) pada suhu pengukuran (observed) deng-
Upper interface T ∞ W - VBρm - (V - VB)ρu ........................ ...(9)
Middle interface T ∞ W - VBρb - (V - VB)ρm ........................ .(10)
Bottom level
58
Heriyanto, Automatic Tank Gauging
an volume standard (150C) dengan menggunakan Tabel 54 ASTM D1250 IP 200 dan kemudian dengan cara interpolasi maka akan didapat nilainya. Tabel 56 ASTM D 1250 IP 200 dipergunakan untuk mencari Faktor koreksi5) dari volume liter 150C ke satuan berat Metric Ton. Dengan mengetahui density 150C maka koreksi faktor tersebut dapat dicari dengan cara yang sama (interpolasi) seperti diatas. Faktor koreksi long ton5) dapat dicari melalui Tabel 57 dan dengan cara yang sama persis dengan mencari CF metric Ton, bila diketahui density 150C. Untuk mencari Faktor koreksi dari volume liter 150C ke barrel 600F5) mempergunakan Tabel 52 pada range density 0,687 sampai dengan 0,765 disebutkan faktor koreksinya = 6,294 (per 1000 liter). Promonitor NRF560 adalah suatu monitoring unit yang digunakan bersama dengan NMS531. Peralatan ini dipasang di sisi tangki atau paling jauh 1200 meter dari tangki. Komunikasi antara NMS 531 dan NRF 560 menggunakan HART protocol. NRF560 menyediakan indikasi pengukuran level, density dari NMS 531, temperatur dari NMT 535 dan status operasi, serta dapat mengirimkan perintah operasi ke NMS 531. Prothermo NMT 535 menggunakan Resistance Temperature Detector (RTD) dengan PT 100 Ω merupakan sensor temperatur yang menawarkan ketelitian sempurna dengan temperatur cakupan dari – 200OC sampai 850OC. Prinsip operasinya adalah dengan mengukur perubahan tahanan suatu unsur platinum yang mempunyai suatu tahanan 100 Ω pada 0OC dan 138.4 Ω pada 100 oC. Pengukuran temperatur NMT 535 menggunakan metode pengukuran temperatur rata-rata (average temperature) yang menggunakan sensor PT 100, yang terdiri dari 10 elemen titik pengukuran. Jarak antara elemen bergantung pada tinggi tangki. Hasil pengukuran semua elemen secara terus-menerus diamati, data temperatur diperbaruhi setiap 2 menit. Formula yang digunakan NMT 535 untuk kalkulasi temperatur rata-rata berdasarkan Gambar 9:6) Setiap elemen temperatur :
T1, T2, T3,..........T10
Temperatur rata-rata di level :
Tav, Liq =
1 6 Ti .................................(16) 6 i 1
Temperatur rata-rata di level :
T av, gas =
1 10 Ti .................................(17) 4 i 7
T10 T9 T8 T7 T6 T5 T4 T3 T2 T1
Gambar 6. Kedudukan Posisi Sensor Temperatur. B. Interface Interface merupakan penghubung serta mengkomunikasikan antara field device ke Receiver system. Bagian ini tugasnya melakukan pengolahan data atau sinyal yang diberikan oleh bagian input untuk dimodifikasi, dikuatkan atau diubahnya menjadi bentuk lain sesuai dengan besaran atau signal yang dibutuhkan oleh Receiver system. Remote Terminal Unit (RTU) 8130 adalah suatu unit perangkat terkecil didalam sistem pengendalian terdistribusi yang mempunyai kemampuan melakukan akuisisi data, pengendalian maupun memantau kondisi atau status proses. Rancang bangun RTU merupakan pengembangan dari sistem pengendalian berbantuan mikro komputer. Rangkaian RTU 8130 terdiri dari power supply, plug terminasi, high-performance 16bit komputer mikro, subsistem komunikasi dan suatu komplemen digital dan analog input atau output. RTU yang basis dasar di-
59
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 1, Mei 2013, hlm. 56-63
bangun sebagai Motherboard dengan 4 konektor untuk modul perluasan I/O expansion modules. Jantungnya RTU 8130 adalah suatu Intel 80C188EB mikroprosesor yang beroperasi pada 18.432 MHz. yang dirancang khusus terutama untuk aplikasi yang real-time, µP meliputi timer atau counters, interrupt controller, dan chip-select juga meliputi 2 saluran serial yang ditunjuk sebagai COM0 dan COM3. Suatu pengendali komunikasi serial terpisah digunakan untuk COM1 dan COM2. Mikroprosesor membantu melakukan performa fungsi I/O, seperti halnya menyediakan RAM dan PROM. Boot sistem terdapat didalam PROM yang merupakan bagian dari µP. Memori program disimpan di flash memory. Database dapat disimpan lebih dari 64K di dalam nonvolatile RAM. Tabel, data dikumpulkan dan disimpan didalam RAM.
Model 8213. Komunikasi data RTU dengan NMS 531 dihubungkan melalui modul I/O interface Model 8213 yang merupakan suatu alat penghubung I/O cerdas (intelligent I/O interface), yang menangani membaca sekilas, pendeteksian kesalahan, mengerjakan secara beranting dan konversi data. Model 8213 (Gambar 9) menggunakan optical isolation, proteksi tegangan (Voltage) lebih, penyaringan dan pengaruh keadaan isyarat. Tersedia 4 saluran (channel) data. C. Receiver System Receiver System merupakan bagian output yang berfungsi memperagakan informasi yang dihasilkan bagian proses dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan sistem. Sistem komputer dasar terdiri dari Central Processing Unit (CPU), memory Unit dan Input atau Output Unit. CPU merupakan unit untuk mengolah data dan menjalankan program yang tersimpan di dalam memory Unit. Input atau Output Unit berfungsi sebagai pintu yang menghubungkan sistem komputer tersebut dengan dunia luar. FuelsManager (FM) adalah perangkat lunak Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) yang khusus digunakan untuk aplikasi tank inventory system. FM merupakan aplikasi client atau server yang beroperasi dengan menggunakan Sistem operasi Microsoft Windows (NT, 2000 maupun XP). Dengan FM, operator dapat mengatur dan memonitor kondisi operasi atau fasilitas keseluruhan secara aman dan efisien. FM dapat beroperasi pada PC tunggal (standalone PC) atau sebagai bagian dari suatu jaringan. FM juga dapat berupa Workstation atau Server. FM dirancang sebagai suatu sistem yang terbuka (open system) yang memungkinkan para pemakai untuk mengintegrasikan semua jenis pengukuran tanki seperti floater, radar, servo, hidrostatis, intelligent magnetostrictive serta jenis pengukuran tanki lainnya ke dalam satu sistem. Semua parameter tangki yang diolah dan disimpan di FM seperti level, temperatur, dan lain-lain dapat diperagakan di monitor PC. Dengan FM, operator dapat melihat kondisi operasi
Gambar 7. Diagram Blok Perangkat Keras (Hardware).
Gambar 8. Modul I/O Interface
60
Heriyanto, Automatic Tank Gauging
dalam bentuk grafis secara real-time. Sistem dapat digunakan sebagai suatu total sistem untuk memonitor dan mengendalikan semua perangkat seperti pompa, valve, motor, mixer dan peralatan lainnya. Sistem dapat memonitor level, temperatur, alarm, volume, flow, dan variabel tangki lainnya sampai dengan 2000 tangki. Secara kasar istilah analog dapat disamakan dengan kontinyu, sedangkan digital dengan discrete, dua istilah ini sering dipergunakan dalam komunikasi data dalam tiga konteks yaitu data, pensinyalan, transmisi. Hal ini berarti dapat menentukan data sebagai entiti (sistem manajemen data base) yang menyampaikan arti atau informasi, sinyal adalah tampilan data elektrik atau elektromagnet. Pensinyalan itu berarti penyebaran sinyal secara fisik melalui media yang sesuai. ASCII merupakan sandi 7 bit, sehingga terdapat 2 pangkat 7 yang berarti ada 128 macam simbol yang dapat disandikan dengan sistem ini, sedangkan bit ke 8 merupakan bit paritas. Sandi ini dapat dikatakan yang paling banyak dipakai sebagai standard pensinyalan pada peralatan komunikasi data.
nikasi sinyal digital mempunyai suatu waktu tanggapan kira-kira 2 (dua) sampai 3 (tiga) data diper-barui per detik tanpa menyela sinyal analog.
Gambar 9. Sinyal Digital dan FSK Perangkat keras pada komunikasi serial port dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Peralatan Terminal Data atau Data terminal equipment (DTE) dan suatu Peralatan Komunikasi data atau Data communication equipment (DCE). Spesifikasi elektris serial port merujuk pada Electronic Industri Association (EIA) : 1. Space (logika 0) ialah tegangan antara +3 hingga +25 volt 2. Mark (logika 1) ialah tegangan antara -3 hingga -25 Volt. 3. Daerah antara +3 Volt hingga -3 Volt tidak didefinisikan atau tidak terpakai. 4. Tegangan open circuit tidak boleh melebihi 25 volt. 5. Arus hubungan singkat tidak boleh melebihi 500 mA
Tabel 1. Kode ASCII
Gambar 10. Port RS 232 tipe DB 9 Jantan dan Betina. Kelebihan komunikasi serial ialah jangkauan panjang kabel lebih jauh dibandingkan dengan paralel karena serial port mengirimkan logika 1 dengan kisaran tegangan -3 Volt hingga -25 Volt dan logika 0 kisaran tegangan +3 sampai +25 Volt sehingga kehilangan daya karena panjangnya kabel bukan masalah utama. Bandingkan dengan port parallel yang menggunakan level
Komunikasi data dengan HART Protokol yang standard beroperasi menggunakan prinsip frequency shift keying (FSK). Sinyal digital terdiri dari dua frekwensi yaitu 1,200 Hz dan 2,200 Hz yang mewakili bit 1 dan 0, berturut-turut gelombang Sinus dua frekuensi ini dilapiskan pada arus searah (DC) kabel sinyal analog untuk menyediakan komunikasi digital dan analog bersama. Sebab nilai rata-rata sinyal FSK selalu nol. Komu-
61
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 1, Mei 2013, hlm. 56-63
TTL yang berkisar dari 0 Volt untuk logika 0, logika 1= +5Volt. Transmisi data serial asinkron adalah pengiriman data secara perkarakter antara satu karakter dengan karakter tidak ada waktu antara yang tetap. Karakter dapat dikirim sekaligus ataupun dengan beberapa karakter, kemudian berhenti untuk waktu yang tidak tentu, lalu dikirimkan sisanya atau disebut dengan starstop Transmisi, kalau tiap karakter mengalami sinkronisasi dengan jalan penggunaan bit awal dan bit akhir, bit awal akan memberitahukan sistem untuk mulai mengumpulkan bit berikutnya sebagai bit data, bit akhir memberitahukan pada terminal bahwa data telah lengkap dan terminal kembali kekeadaan reset supaya dapat menerima bit awal lagi. Sikronisasi dilakukan kembali setiap karakter diterima. Transmisi data serial sinkron digunakan untuk transmisi kecepatan tinggi, yang ditransmisikan 1 block data. Dalam sistem ini baik pengirim atau penerima bekerja bersama-sama dan sinkronisasi dilakukan setiap sekian ribu data, start bit dan stop bit tidak dibutuhkan untuk tiap karakter, sinkronisasi dilaksanakan dan dijaga baik pada waktu tidak ada data yang dikirim maupun sesaat sebelum pengiriman terjadi sinkronisasi.
Ketika displacer diturunkan dan menyentuh cairan atau sedang mendeteksi kenaikan permukaan cairan, berat displacer akan berkurang oleh karena adanya gaya tekan keatas (buoyancy force).
FIELD NMT
ITP Room
NMS
JB
4p
2P
FJB
FM
FM FM
Console Type
Console Type
1P
1p
RTU
ES Dot Matrix Printer
NRF
8P
Switch
RS-232 proprietary protocol
Gambar 10. Hubungan antara Field Device, Interface dan Receiver System.
D. Sistem Pengukuran Automatic Tank Gauging pada Tangki Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (Gambar 1) sistem pengukuran ATG terdiri dari Field Device, Interface dan Receiver System. Field device terdiri dari Proservo NMS 531 dan Prothermo NMT 535 terpasang diatas tangki sedangkan Promonitor NRF 560 terpasang dan ditempatkan disamping bawah tangki, NMS 531 berfungsi sebagai level transmitter yang mendeteksi level cairan didalam tangki yang bekerja dan dikendalikan secara otomatis. NMT 535 berfungsi sebagai temperature transmitter yang mengukur temparatur cairan didalam tangki yang menggunakan metode pengukuran temperatur rata-rata (average temperature), NRF 560 berfungsi sebagai monitoring NMS 531 dan NMT 535.
Gambar 11. Cara Kerja Metoda Deteksi Permukaan Cairan Proservo NMS531. Sebagai hasilnya, tenaga putaran pada coupling magnet juga berubah dan perubahan ini diukur oleh 2 pasang Hall Sensor. Hall sensor berfungsi sebagai pendeteksi berat (wire drum, wire dan displacer). Sinyal hasil pengukuran sensor ini yang menunjukan posisi displacer dikirim melalui rotary encoder ke Central Processing Unit (CPU). Sebagaimana level cairan naik dan turun, maka posisi displacer diatur oleh servo motor penggerak untuk mengikuti perubahan level cairan tersebut. Sinyal level ini bersama hasil pengukuran temperatur dan sinyal alarm
62
Heriyanto, Automatic Tank Gauging
juga dikirim ke Control room dengan menggunakan sistem komunikasi serial. 3.
5.
SIMPULAN 6.
Automatic Tank Gauging dengan sistem Servo Balance telah banyak digunakan di industri perminyakan dan gas dan merupakan alat pengukur ketinggian permukaan cairan (volume cairan) yang bekerja sangat efektif. Dimana alat tersebut menggunakan kombinasi dari pada susunan peralatan mekanik dan susunan peralatan elektronik yang bekerja saling mempengaruhi dengan respon yang cepat serta dapat menghasilkan datadata yang diperlukan dalam teknik pengukuran dengan benar. ATG bekerja secara otomatis dengan kemampuan sistem servo balance yang cerdas dapat mendeteksi setiap perubahan level cairan didalam tangki, dan langsung akan memperbaikinya menjadi angka koreksi dari nilai sebelumnya demikian secara terus menerus. Meskipun ATG merupakan alat (instrumen) ukur yang diandalkan dengan ketelitian yang tinggi, tetapi sampai saat ini belum dapat digunakan sebagai meteran untuk transaksi penjualan atau penerimaan, karena Dinas Metereologi dan Migas masih mengacu kepada metering system yang dilengkapi dengan meter prover untuk digunakan sebagai alat ukur transaksi yang sah di Indonesia. 4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Heriyanto Agus. TPIM Hand Out. Cepu: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi; 2004. Rustendy Ruddy. Sistem Pengukuran Automatic Tank Gauging (ATG) Tangki 945-TK-101 di PT. Pertamina (Persero) UP II Dumai. Cepu: KKW PTK Akamigas-STEM; 2006. Syarifin Amin. Analisis Automatic Tank Gauging Tangki 42-T-302 A di Kilang PT. Pertamina (Persero) UP VI Balongan. Cepu: KKW PTK AkamigasSTEM; 2004. Sulistyo dan P.Setyono. Intisari Fisika. Bandung: CV Pustaka Setia; 2001.
2.
3.
4.
Purnomo Djoko. Presentase Koreksi Pengukuran ATG dan Perhitungan Muatan Tangki. Cepu: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi; 2006. Purnomo Djoko. Supervisory Control and Data Acquisition. Cepu: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi; 1996.
Daftar simbol Wa = berat benda yang tenggelam Fa = gaya Archimides Vcair = V’a = volume zat cair yang dipindahkan Va = volume benda yang tenggelam ρc = rapat massa zat cair ρa = rapat massa benda yang tenggelam g = percepatan gravitasi bumi EH = tegangan Hall I = arus (Ampere) B = induksi medan magnet (Gaus, Wb/m2) t = tebal plat (cm) KH = koefisien Hall, indium antimode ( V.cm ) A.G
T W VB V ρu ρm ρb W Wu Wm Wb V t a
63
= = = = = = = = = = = = = =
tegangan kawat berat displacer volume Balance volume displacer upper density middle density bottom density berat displacer berat displacer pada Upper liquid berat displacer pada Middle liquid berat displacer pada Bottom liquid volume displacer suhu tangki koefisien muai ruang bahan dinding tangki (0,000348 / 0C)
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 1, Mei 2013, hlm. 56-63
64