“ATTACTMENT PADA AYAH DAN PENERIMAAN PEER-GROUP DENGAN RESILIENSI” STUDI KASUS PADA SISWA LAKI-LAKI DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP). Agustina Ekasari M.Psi, Irma Bayani S.Psi ABSTRACK Kelekatan (attachtment) antara orangtua dan anak merupakan kata kunci (keyword) dalam menganalisis pola prilaku dan kemampuan penyesuaian social dengan lingkungan sekitarnya, termasuk peer-group. Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan mengembangkan kelekatan yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment) dan mengembangkan rasa percaya tidak saja pada Ayah, juga pada lingkungan sekitarnya. Kelekatan yang kokoh dengan orangtua dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan-perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dukungan keluarga dan khususnya ayah terhadap remaja menjadikan mereka mempunyai daya tahan yang tinggi dalam menghadapi masalah (Resiliensi) serta mampu melakukan penyesuaian dimanapun ia berada. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Hubungan antara Attachment pada ayah dan Penerimaan Peergroup dengan Resliensi (Studi kasus pada remaja laki-laki). Hipotesa yang diajukan adalah adanya Hubungan Attachment pada ayah dan Penerimaan peergroup dengan Resiliensi. Subjek penelitian adalah siswa laki-laki SMPN 2 Bekasi sebanyak 100 orang yang dipilih berdasarkan Tekhnik Cluster Random Sampling. Pengumpulan datanya menggunakan angket dengan bentuk skala likert. Uji validitas item menggunakan teknik product moment dan reliabilitasnya menggunakan teknik alpha.Hasil dari korelasi ketiga variabel tersebut adalah nilai p-value F-Test sebesar sig 0,000 < (0,05) dan nilai Fhitung (11,092) > Ftabel (3,09). Kesimpulannya adalah bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Attachment pada ayah dan Penerimaan peergroup dengan Resiliensi dimana variabel Attachment pada ayah dan variabel Penerimaan peergroup bersama-sama mempengaruhi atau merupakan variabel predictor pada variabel Resiliensi. Perubahan yang ditunjukkan oleh variabel resiliensi dipengaruhi oleh perubahan pada variabel Attachment pada ayah dan variabel penerimaan peergroup. Anak laki-laki yang memiliki kedekatan dengan ayahnya serta memiliki kemampuan untuk diterima oleh kelompok sebayanya, maka akan memiliki kompetensi dan kemampuan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan masalah dalam hidupnya. Kata kunci : Attachment, Ayah, Penerimaan, Peergroup, Remaja, Resiliensi
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
dalam memberikan kasih sayang,
Pendahuluan
teladan, bimbingan, dengan sejumlah Remaja
merupakan
sosok
pekerti dan norma-norma sosial serta
yang selalu menarik untuk diteliti.
pengenalan
Pada
peranan-peranan sosial.
diri
remaja
terjadi
berkaitan
dengan Kelekatan
perkembangan fisik dan mental yang
(attactment) antara orangtua dan anak
cepat,
membutuhkan
merupakan kata kunci (keyword)
kemampuan penyesuaian diri untuk
dalam menganalisis pola prilaku dan
menghadapi
kemampuan
sehingga
perubahan
tersebut.
penyesuaian
Perubahan yang cepat pada diri
dengan
remaja juga melahirkan energi besar
termasuk peer groupnya.
yang harus disalurkan oleh remaja (Whandie, 20 Februari 2008).
lingkungan
social
sekitarnya
Hubungan anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan
Dalam proses sosialisasinya,
kognitif
bagi
anak.
Hubungan
remaja sangat membutuhkan agen-
tersebut memberi kesempatan bagi
agen
anak
yang
mempengaruhi
pola
untuk
mengeksplorasi
prilaku dan pola penyesuaian dirinya.
lingkungan maupun kehidupan sosial.
Ada beberapa agen sosialisasi di
Hubungan anak pada masa-masa
antaranya adalah: (1) Keluarga; (2)
awal dapat menjadi model dalam
Teman Sebaya; (3) Media; dan (4)
hubungan-hubungan selanjutnya.
lembaga pendidikan. Beberapa kasus
Kelekatan
adalah
suatu
pola penyesuaian dengan peer group
hubungan emosional atau hubungan
di kalangan anak-anak sekolah secara
yang bersifat afektif antara satu
umum sangat dipengaruhi oleh agen
individu dengan individu lainnya
sosialisasi yang di atas.
yang
mempunyai
arti
khusus,
Dalam lingkungan keluarga
Hubungan yang dibina akan bertahan
peran orangtua sangat penting dalam
cukup lama dan memberikan rasa
memberikan stimulant (rangsangan)
aman walaupun figur lekat tidak
bagi
tampak
perkembangan
kepribadian
seorang anak. Peran ayah dan Ibu
34
Sebagian
dalam
pandangan
besar
anak
anak. telah
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
membentuk
kelekatan
dengan
dengan sikap dan prilaku ayah yang
pengasuh utama (primary care giver)
sensitive,
bukan
dengan
pada usia sekitar delapan bulan
waktu keterlibatan ayah.
dengan proporsi 50% pada ibu, 33%
Chibuco
dan
jumlah
Kail,
1981
pada ayah dan sisanya pada orang
(dalam Hendriati Agustina, 1996)
lain
Kelekatan
melakukan studi longitudinal dan
bukanlah ikatan yang terjadi secara
menemukan bukti bahwa kualitas
alamiah. Ada serangkaian proses
interaksi ayah – anak pada saat anak
yang harus dilalui untuk membentuk
berusia 2 bulan memprediksikan
kelekatan tersebut.
kelekatan ayah – anak yang baik pada
(Sutcliffe,2002).
Dalam kajian ini khususnya
saat anak berusia 7,5 bulan. Dari
ayah sebagai pengasuh utama anak
sudut
memegang peranan penting dalam
Peterson et al, 1976 (dalam Hendriati
penentuan status kelekatan anak,
Agustina, 1996) menemukan bahwa
apakah
membentuk
partisipasi
sebaliknya.
anaknya dan sikapnya terhadap hal
Status kelekatan ini berhubungan
itu mempengaruhi sikap kelekatan
dengan
ayah
anak
kelekatan
akan
aman
atau
gangguan
perkembangan
kelekatan
anak
di
dan masa
selanjutnya. Berikut ini beberapa studi penelitian tentang kelekatan ayah –
pandang
–
ayah
anak
yang
dalam
berbeda,
kelahiran
dikemudian
hari.
Semakin besar partisipasi ayah dan makin
positif
sikapnya,
semakin
mungkin tumbuh kelekatan yang baik antara ayah dan anak.
anak. Easterbrooks dan Goldberg,
Berdasarkan studinya, Lamb
1984 (dalam Hendriati agustina 1996)
dan koleganya menyatakan bahwa
mempelajari 70 anak yang berusia 24
kelekatan ke ibu dan ke ayah adalah
bulan dalam hubungannya dengan
independen satu sama lain (Lamb
orangtua non – tradisional (dalam arti
1978, Lamb et al, 1982 dalam
ibu bukan pengasuh utama). Mereka
Hendriati Agustina, 1996). Dalam
menemukan kelekatan yang baik
diskusinya
antara ayah – anak berhubungan
kualitas kelekatan yang terbentuk
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Lamb
menjelaskan
35
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
antara anak dengan ayah atau ibunya
berpendapat, mengalami krisis pede,
tergantung pada interaksi yang terjadi
dan cenderung rapuh jika dihadapkan
antara anak – ayah atau ibu, bukan
masalah berat.
bergantung pada hubungan prototipik (Lamb, 1978).
Penelitian memberikan
Bagi anak, bermain bersama
Rodhlom
kognitifnya.
McDonald
Hal
ini
disebabkan
lain
bukti
kemampuan
ayah bisa meningkatkan kemampuan
yang
ayah dan
potensi
adalah
Larsson
(1978),
dari (1979),
Park
(1979)
kecenderungan seorang ayah yang
sebagaimana dikutip oleh Klaus dan
selalu bermain secara fisik dengan
Kennel
anaknya.
terasah
Agustina 1996, mereka menemukan
maka
bahwa ayah juga dapat membina
anak
kedekatan dengan anaknya selama
menggunakan jaringan syaraf atau
mereka mendapatkan kesempatan itu.
Semakin
kemampuan semakin
motoriknya,
sering pula
sang
neuron di otaknya. Kepribadian anak juga
akan
disebabkan
semakin sang
(1983)
dalam
Melihat
Hendriati
kondisi
tersebut
terasah
maka tak heran jika anak remaja
selalu
mencari tempat untuk mengalihkan
ayah
menunjukkan sisi maskulinitasnya.
rasa
Anak
semakin
hubungan. Hubungan sosial yang
memahami perannya sebagai seorang
dilakukan oleh remaja lebih terfokus
laki-laki, sedangkan anak perempuan
pada kelompok teman sebaya, pada
akan belajar tentang figur penting
masa
laki-laki dalam kehidupannya. Dari
menghabiskan
seorang ayah yang selalu semangat,
rumah
memotivasi, dan bersahabat, maka
sebayanya. Disamping itu pada masa
insya Alloh, anak perempuan menjadi
ini
lebih
dengan
laki-laki
tegar,
akan
merasa
aman,
dan
nyaman
terhadap
remaja
lebih
banyak
waktunya
diluar
dengan
terjadi
teman-teman
pengelompokan
teman
suatu
sebayanya
baru baik
percaya diri. Konon, anak yang
kelompok kecil maupun kelompok
jarang berinteraksi dengan ayahnya
besar.
adalah
36
anak
yang
takut
untuk
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Teman
sebaya
merupakan
Pada SLTP
siswa berada
sumber status, persahabatan dan rasa
pada tahap perkembangan remaja,
saling memiliki yang penting dalam
tepatnya remaja awal yaitu berusia 12
situasi sekolah. Kelompok teman
– 15 tahun (Monk, 1999). Pada masa
sebaya juga merupakan komunitas
ini tugas perkembangan yang tersulit
belajar di mana peran-peran sosial
bagi siswa adalah yang berhubungan
dan standar yang berkaitan dengan
dengan penyesuaian social (Hurlock,
kerja
dibentuk. Di
1980) dalam hal ini adalah terkait
biasanya
dengan penerimaan dan penolakan
dan
prestasi
sekolah,
remaja
menghabiskan waktu bersama-sama
lingkungan sosialnya.
paling sedikit selama enam jam setiap
Fenomena
diatas
terbukti
harinya. Sekolah juga menyediakan
pada beberapa bulan terakhir ini
ruang bagi banyak aktifitas remaja
diberitakan
sepulang maupun di akhir pekan.
sekelompok
Penerimaan
remaja
maraknya yang
saling
group
melakukan kekerasan akibat dari
sikap-sikap
tidak terimanya salah satu teman dari
dan perilaku remaja. Penerimaan
mereka di ejek atau di hina oleh
kelompok
sendiri
kelompok
tentang
terjadilah
sangat
peer
tentang
mempengaruhi
sebayanya
merupakan
itu
persepsi
yang
lainnya,sehingga
perkelahian
yang pada
diterimanya atau dipilihnya individu
akhirnya membawa mereka pada
tersebut
menjadi
anggota
suatu
kehancuran dan hukuman sebagai
Pada
pihak
akibat dari kekerasan dari pihak
remaja penolakan dari teman sebaya
sekolah. Tidak hanya itu saja pada
merupakan
acara disalah satu stasiun TV redaksi
kelompok
tersebut.
hal
mengecewakan.
yang
sangat
Permasalahan
ini
pagi
(06:30)13,memberitakan
hal
mulai timbul ketika anak memasuki
yang sama terjadi pada bebarapa
jenjang sekolah yang baru, seperti
kelompok remaja, hanya saja disini
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
para
(Hartono & Sunarto, 2002 dalam
kekuatan diantara kelompok, mana
Safura, 2006).
yang lebih kuat dan ini terjadi pada
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
kelompok
saling
mengadu
37
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
siswa sekolah (Redaksi pagi TV
Erikson
percaya
bahwa
06.30 dalam Octavia W, 2009).
kenakalan terutama ditandai dengan
Munculnya kasus kriminal dengan
kegagalan remaja untuk mencapai
subjek
integritas yang melibatkan berbagai
maupun
objek
anak-anak
memang perlu mendapatkan kajian
aspek-aspek
khusus.
yang
(Santrock, 2003, h. 523). Lebih lanjut
bagaimana
Erikson (dalam Santrock,2003, h.
Apa
melatarbelakangi
sebetulnya dan
dinamikanya
peran
identitas
diri
523) mengatakan bahwa remaja yang
Adanya fenomena ini juga
memiliki masa balita, masa kanak-
dibenarkan oleh salah satu guru biro
kanak,atau
masa
konseling yang dilakukan wawancara
membatasi
mereka
mengatakan ada beberapa siswa yang
peran sosial yang dapat diterima atau
berkelompok-kelompok. Kelompok –
yang membuat remaja merasa bahwa
kelompok ini sebagian ada yang
mereka
terlihat malas, membolos dan bahkan
tuntutan
yang
tawuran. Dari sekian siswa yang ada
mereka,
mungkin
di SMP Negeri 2 Bekasi terutama
perkembangan identitas diri yang
pada siswa kelas VII dan VIII ada
negatif.
beberapa siswa yang tidak memiliki rasa
percaya
diri
untuk
ikut
tidak
remaja
yang
dari berbagai
mampu
memenuhi
dibebankan
Remaja
akan
pada
memilih
mempunyai
daya
tahan dalam menghadapi masalah
bergabung dengan teman yang lain
(Resiliensi)
dan itu terlihat ketika jam istirahat
Remaja yang mempunyai resiliensi
ada yang berkelompok ada yang
yang
menyendiri. Namun ada pula anak
memiliki
yang
berinteraksi
kesulitan
mencari
tinggi,
yang
berbeda-beda.
mereka kemampuan dengan
cenderung untuk lingkungan
peergroupnya, mereka rata rata dari
sekitarnya, kemampuan memecahkan
anak yang merasa kekurangan atau
masalah, mandiri, mempunyai tujuan
pendiam dan ada pula anak laki laki
hidup, serta memiliki rasa religius.,
yang terpencil dari peergroup atau
namun
terpental dari peergroupnya.
resiliensi rendah akan rentan terhadap
38
mereka
yang
memiliki
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
stress
dan
kemampuan masalah
tidak
mempunyai
dalam
mengelola
dengan
baik
sehingga
attachment
pada
ayah
dengan
resiliensi pada siswa laki-laki SMPN 2
Bekasi;
3)
Bagaimanakah
mengakibatkan terjadinya perubahan-
karakteristik
perubahan negatif. Salah satu faktor
penerimaan
yang mempengaruhi resiliensi adalah
resiliensi pada siswa laki-laki SMPN
keluarga.
2
Orang
tua
yang
hubungan peergroup
Bekasi;
4)
antara dengan
Bagaimanakah
memberikan pemenuhan kebutuhan,
karakteristik
khususnya kebutuhan akan kasih
attachment
pada
sayang, maka akan membantu anak
penerimaan
peergroup
terutama remaja dalam menghadapi
resiliensi pada siswa laki-laki SMPN
tantangan-tantangan dalam hidupnya.
2
Dari pemaparan di atas, maka
Bekasi.
hubungan
dan dengan
tujuan
dari
penelitian ini untuk memberikan jawaban-jawaban
jawaban
beberapa
penelitian.
ayah
Adapun
muncul rancangan hipotesis, yaitu sementara
antara
atas
rumusan
munculnya
diatas
yang
Hipotesis alternative (Ha) terdapat
mencari indikasi hubungan antar
hubungan antara Attachment pada
variabel diatas.
ayah
dan
Penerimaan
peergroup
dengan Resiliensi.
Tinjauan Pustaka
Perumusan Masalah dan Tujuan
Attachment (Kelekatan) pada ayah Kelekatan merupakan suatu
Dalam penelitian ini hasilnya
ikatan emosional yang kuat yang
diberi batasan dalam mengungkap
dikembangkan
secara mendalam : 1) Bagaimanakah
interaksinya
dengan
karakteristik attachment pada ayah,
mempunyai
arti
penerimaan peergroup dan resiliensi
kehidupannya, biasanya orang tua
pada siswa laki-laki di SMPN 2
(Mc Cartney dan Dearing, 2002).
Bekasi
Ainsworth (dalam Hetherington dan
;
karakteristik
2)
Bagaimanakah
hubungan
antara
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Parke,2001)
anak orang
khusus
mengatakan
melalui yang dalam
bahwa
39
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
kelekatan adalah ikatan emosional
ikatan tetap ada walaupun figur lekat
yang
individu
tidak tampak dalam jangkauan mata
dengan orang lain yang bersifat
anak, bahkan jika figur digantikan
spesifik,
dalan
oleh orang lain dan kelekatan dengan
suatu kedekatan yang bersifat kekal
figure lekat akan menimbulkan rasa
sepanjang
aman (Ainsworth dalam Adiyanti,
dibentuk
seorang
mengikat
mereka
waktu.
Kelekatan
merupakan suatu hubungan yang
1985).
didukung oleh tingkah laku lekat (attachment
behavior)
dirancang
untuk
yang
memelihara
hubungan tersebut ( Durkin, 1995).
Selama ini orang seringkali menyamakan
kelekatan
ketergantungan
dengan
(dependency),
padahal sesungguhnya kedua istilah
Menurut Santrock (2002 :
tersebut mengandung pengertian yang
196 ) kelekatan atau (attachment)
berbeda. Ketergantungan anak pada
mengacu kepada suatu relasi antara
figur tertentu timbul karena tidak
dua orang yang memiliki perasaan
adanya rasa aman. Anak tidak dapat
yang
melakukan
kuat
satu sama
lain dan
otonomi
jika
tidak
melakukan banyak hal bersama untuk
mendapatkan rasa aman. Hal inilah
melanjutkan
yang
relasi
itu.
Dalam
akan
menimbulkan
Psikologi Perkembangan (Santrock ,
ketergantungan pada figur tertentu
2002 : 196) menyebut kelekatan
(Faw dalam Ervika, 2000). Adapun
sebagai adanya suatu relasi antara
ciri kelekatan adalah memberikan
figure social tertentu dengan suatu
kepercayaan pada orang lain yang
fenomena tertentu yang di anggap
dapat memberikan ketenangan.
mencerminkan
karakteristik
relasi
yang unik.
Factor anak merupakan factor yang tidak dapat diabaikan dalam
Tidak semua hubungan yang
perilaku pengasuhan ayah. Marsaglio
bersifat emosional atau afektif dapat
1991,
disebut kelekatan. Adapun ciri afektif
Andayani,2004
yang menunjukkan kelekatan adalah:
gambaran bahwa ayah cenderung
hubungan
lebih nyaman berinteraksi dengan
40
bertahan
cukup
lama,
dalam
koentjoro&Budi mendapatkan
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
anak
laki-laki
dari
pada
anak
memberikan rasa nyaman dan penuh
perempuan. Peran ayah (fathering)
kehangatan.
dapat dijelaskan sebagai suatu peran
d)
yang dijalankan dalam kaitannya
sebagaimana dengan ibu, ayah juga
dalam tugas untuk mengarahkan anak
bertanggung jawab dalam terhadap
menjadi mandiri di masa dewasanya,
apa saja yang dibutuhkan anak untuk
baik secara fisik maupun biologis.
masa mendatang melalui latihan dan
Sedangkan
J.
Hart
dalam
The
Teacher
&
Role
Model,
teladan yang baik bagi anak.
Meaning of Father Involvement for
e) Monitor and disciplinary, ayah
Children menegaskan bahwa ayah
memenuhi peranan penting dalam
memiliki peran dalam keterlibatannya
pengawasan terhadap anak, terutama
dengan keluarga yaitu:
begitu
a)
penyimpangan,
Economic Provider, yaitu ayah
dianggap financial
sebagai dan
pendukung
perlindungan
bagi
ada
serumah dengan anak, namun ayah
sehingga
tetap
kesulitan/bahaya.
menjadi
pendukung financial. b)
Friend
&
g)
Playmate,
ayah
disiplin
f) Protector, ayah mengontrol dan mengorganisasi
untuk
sehingga
awal
dapat ditegakkan.
keluarga. Sekalipun tidak tinggal
dituntut
tanda-tanda
anak
Advocate,
kesejahteraan
lingkungan
anak,
terbebas
dari
ayah
menjamin
anaknya
dalam
dianggap sebagai “fun parent” serta
berbagai bentuk, terutama kebutuhan
memiliki waktu bermain yang lebih
anak ketika berada di institusi di luar
banyak dibandingkan dengan ibu.
keluarganya.
Ayah banyak berhubungan dengan
h) Resource, dengan berbagai cara
anak dalam memberikan stimulasi
dan
yang bersifat fisik..
keberhasilan
c) Caregiver, ayah dianggap sering
memberikan dukungan di belakang
memberikan stimulasi afeksi dalam
layar.
berbagai
Penerimaan Peergroup
bentuk,
sehingga
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
bentuk,
ayah anak
mendukung dengan
41
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
Penerimaan
adalah
faktor
anggota kelompok yang lain untuk
yang penting dalam kehidupan,baik
bekerja
penerimaan
diri
dengannya.
penerimaan
sosial.
sendiri
maupun
Remaja
juga
sama
atau
Hurlock
juga
bermain
mengatakan
memiliki nilai baru dalam menerima
bahwa penerimaan peer group adalah
dan tidak menerima anggota sebagai
dipilihnya individu sebagai teman
kelompok sebaya, nilai ini didasarkan
untuk suatu aktifitas dalam kelompok
pada nilai kelompok sebaya yang di
dimana seseorang menjadi anggota.
gunakan untuk menilai anggotanya.
Dengan demikian penerimaan peer
Menurut
Havigurst
bahwa
group merupakan sekumpulan anak
peer group didefinisikan sebagai
remaja yang memiliki tingkah laku
suatu kumpulan orang yang kurang
menyenangkan dalam kelompok yang
lebih berusia sama yang berfikir dan
membawa remaja senang melakukan
bertindak bersama.Penerimaan peer
aktifitas bersama teman sebayanya.
group berkaitan dengan penerimaan
Hurlock
mengatakan
bahwa
sosial yang merupakan kemampuan
kondisi-kondisi remaja yang diterima
penerimaan seorang anak sehingga
secara sosial oleh teman-temannya
anak
dihormati
kelompok partner
yang sosial
oleh
anggota
yang sebaya menunjukkan adanya
lainnya
sebagai
sebagai berikut:
yang
berguna,
a.
Mudah mendapat teman adalah
kemampuan ini meliputi kemampuan
kemampuan bergaul dan banyak
anak
teman
untuk
menerima
orang
lain.Penerimaan peer group berarti
b.
Memiliki
rasa
empati
dipilih sebagai teman untuk suatu
mampu
aktifitas dalam kelompok, di mana
penderitaan orang lain
seseorang
menjadi
anggota.
Ini
c.
ikut
aktif
di gunakan anak untuk berperan
kegiatan
dalam
sekolah
menunjukkan
42
derajat
sosial
dan
rasa
suka
merasakan
Partisipasi sosial adalah ikut
merupakan indeks keberhasilan yang
kelompok
yaitu
dalam
kegiatan,
dikelas
maupun
baik di
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
d.
Perlakuan baik dari orang lain
kematangan
adalah mendapat perhatian, kasih
sosial, dan fisik
sayang,hubungan yang hangat
e.
peer
mental,
emosional,
Atkinson menjelaskan bahwa
dan dekat dari teman-teman
masa
sebayanya.
transisi dari kanak-kanak ke masa
Ditempatkan pada posisi yang
dewasa. Batas umumnya berkisar
bagus
adalah
antara umur 12 sampai akhir belasan
dipilih atau diminta saran oleh
tahun, pertumbuhan jasmani hampir
teman
selesai. Dalam masa ini remaja itu
dan
terhormat
karena
sikap
yang
remaja
menunjukkan
simpati, dapat dipercaya dan
berkembang
berwibawa.
seksual,
Jika remaja telah diterima dalam
sebagai individu yang terpisah dari
groupnya
sudah
dipastikan
kearah
masa
kematangan
memantapkan
keluarga
dan
remaja merasakan bahwa dia adalah
menentukan
pribadi yang memiliki konsep diri
pencaharian.
identitas
menghadapi cara
mencari
tugas mata
yang positif, hal itu akan membuat
Ciri-ciri dalam masa remaja
remaja semakin yakin dan percaya
merupakan masa yang penting dari
diri
masa-masa perkembangan manusia
akan
keberadaan
dirinya
ditengah-tengah mereka.
yang lainnya, karena perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat pesat dan cepat, baik perubahan itu
Remaja
terletak pada perubahan dari segi Hurlock pengertian adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yakni adolescere yang berarti tumbuh
fisik, sosial dan emosi remaja itu sendiri. Dalam
kehidupan
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
remaja
adolescence,
kelompok-kelompok
sosial,
dipergunakan saat ini mempunyai arti
kelompok
di
yang
kelompok teman sebaya dilingkungan
lebih
seperti
luas,
yang
mencakup
juga
sosialnya
bergaul
teman
dengan baik
sekolah,
rumah, kelompok teman di tempat dia
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
43
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
bergaul, kelompok orang dewasa, dan
pengaturan emosi, kontrol terhadap
kelompok
impuls,optimisme,
keluarga
dimana
dia
berasal.
kemampuan
menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Resiliensi membuat individu
Resiliensi
mampu meningkatkan aspek-aspek Secara
etimologis
resiliensi
positif dalamkehidupan. Resiliensi
diadaptasi dari kata dalam Bahasa
adalah
Inggris resilience yang berarti daya
untuk meraih. Beberapa orangtakut
lenting
atau
kembali
kemampuan
untuk
sumber
dari
kemampuan
untuk meraih sesuatu, karena
dalam
bentuk
semula
berdasarkan
pengalaman
(Poerwadarminta,
1982,
h.178).
sebelumnya,bagaimanapun
juga,
Menurut Reivich & Shatte (2002, h.1)
keadaan menyulitkan akan selalu
dan Norman (2000) dalam Helton &
dihindari.
Smith
resiliensi
padaindividu
kemampuan seseorang
dipengaruhi
(2004,
merupakan untuk
bertahan,
h.7),
bangkit,
dan
Meraih yang oleh
yang
sulit.
kemampuannya.
yang
memiliki
lain
ketakutan
dalam memperkirakan batasan
menyesuaikan dengan kondisi yang Individu
sesuatu
sesungguhnya
dari
resiliensi mampu untuk secara cepat
Connor & Davidson (2003),
kembali kepada kondisi sebelum
mengatakan bahwa resiliensi akan
trauma, terlihat kebal dari berbagai
terkait dengan hal-hal di bawah ini :
peristiwa- peristiwa kehidupan yang
a. Kompetensi
negatif, serta mampu beradaptasi
standar
terhadap stres yang ekstrim dan
keuletan.
kesengsaraan (Holaday, 1997, h. 348).
yang
personal, tinggi
dan
Ini memperlihatkan bahwa seseorang merasa sebagai orang
Reivich & Shatte (2002, h. 36-
yang mampu mencapai tujuan
46) memaparkan tujuh aspek dari
dalam situasi kemunduran atau
resiliensi,aspek-aspek tersebut adalah
kegagalan
44
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
b. Percaya pada diri sendiri,
individu (eksternal). Faktor internal
memiliki toleransi terhadap
meliputi,
afek
dan
konsep diri, harga diri, kompetensi
menghadapi
sosial yang dimiliki individu, gender,
berhubungan
serta keterikatan individu dengan
negatif
kuat/tegar dalam stress,
Ini
dengan cepat
ketenangan melakukan
terhadap
,
coping
kemampuan
kognitif,
budaya. Faktor eksternal mencakup faktor dari keluarga dan komunitas.
s t r e s s , berpikir
secara hati-hati dan tetap fokus sekalipun
sedang
Metode Penelitian
dalam
menghadapi masalah c.Menerima
Dalam penelitian ini variabelperubahan
variabel yang terlibat adalah variabel
secara positif dan dapat
bebas
membuat hubungan yang
Attachment pada ayah dan
a m a n (secure) dengan orang lain.
Penerimaan Peer group,
Hal
dengan
kedua variabel ini mempengaruhi
atau
resiliensi pada anak laki-laki yang
jika
menjadi variabel terikat atau variabel
Ini
berhubungan
kemampuan mampu
beradaptasi beradaptasi
menghadapai perubahan d.Kontrol/pengendalian
Y.
atau
variabel
Paradigma
X1
ganda
yaitu X2
dimana
dalam
diri
penelitian ini menggambarkan dua
dalam mencapai tujuan dan
variable independen X1 dan X2 dan
bagaimana
meminta
satu variable dependen Y. Untuk
ataumendapatkan bantuan dari
mencari hubungan X1 dengan Y dan
orang lain
X2 dengan Y, menggunakan tehnik
e. Pengaruh spiritual, yaitu yakin pada Tuhan atau nasib.
korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara
Dari uraian di atas, dapat
bersama-sama
disimpulkan resiliensi dipengaruhi
menggunakan
oleh factor-faktor dari dalam individu
Adapun bentuk paradigma penelitian
(internal) dan faktor-faktor dari luar
yang dilakukan oleh penulis adalah:
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
terhadap korelasi
Y ganda.
45
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
“paradigma
ganda
dengan
dua
Instrumental Penelitian
variabel Independen“ Data Populasi penelitian ini adalah seluruh
penelitian
ini
dikumpulkan
melalui instrumen penelitian dalam bentuk skala likert. Untuk skala Attachment pada ayah
X1
menggunakan
skala
Attachment dari IPPA yang
Y
dibuat
X2
oleh
Armsden,G.C
(dalam Journal of Youth and Adolescence,
16
(5),427-
siswa laki-laki di SMPN 2 Bekasi,
454) yang mengukur tiga dimensi :
terutama kelas 7 dan 8 sejumlah 400
tingkat
orang. Sampel dalam penelitian ini
menguntungkan kedua belah pihak,
menggunakan tehnik cluster random
kualitas
sampling,
yaitu
melakukan
kemarahan serta penolakan.Skala ini
randomisasi
terhadap
kelompok,
terdiri dari 25 item tentang kedekatan
bukan
terhadap
subyek
secara
kepercayaan
komunikasi
yang
dan
tingkat
seorang anak dengan ayahnya.
individual. Dalam hal ini dari 21
Sedangkan
untuk
kelas yang ada pada kelas 7 dan 8,
Penerimaan peer group disusun dan
diambil 5 kelas secara acak/random.
dikembangkan sendiri oleh peneliti
Dari 5 kelas yang diambil sebagai
dengan mengacu pada teori Hurlock
sampel, jumlah anak laki-laki pada
yang meliputi:
masing-masing kelas berkisar antara
1). Mudah mendapat teman adalah
16 – 20 anak sehingga jumlah seluruh
kemampuan bergaul dan banyak
sampel
teman
yang
digunakan
penelitian ini adalah 100 orang.
dalam 2).
Memiliki mampu
rasa
empati
ikut
yaitu
merasakan
penderitaan orang lain
46
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
3). Partisipasi sosial adalah ikut aktif
menghadapi
stress.
dalam kegiatan, baik kegiatan
berhubungan
dikelas maupun di sekolah
ketenangan
4). Perlakuan baik dari orang lain
Ini
dengan ,
melakukan
cepat coping
adalah mendapat perhatian, kasih
terhadap
sayang, hubungan yang hangat
secara hati-hati dan tetap fokus
dan
sekalipun
dekat
dari
teman-teman
sebayanya.
s t r e s s , berpikir
sedang
dalam
menghadapi masalah
5). Ditempatkan pada posisi yang
c.
Menerima perubahan secara
bagus dan terhormat adalah dipilih
positif
atau diminta saran oleh teman
hubungan
karena sikap yang simpati, dapat
(secure)dengan orang lain, ini
dipercaya dan berwibawa.
berhubungan
dengan
kemampuan
beradaptasi
Skala ini terdiri dari 50 item tentang hubungan sosial dari remaja. Kemudian
dan
dapat
membuat
yang
aman
jika menghadapi perubahan
untuk
skala
d.
Kontrol/pengendalian diri dalam
Resiliensi menggunakan Skala CD-
mencapai tujuan dan bagaimana
RISC, terdiri dari 5 aspek yaitu :
meminta
a. Kompetensi personal, standar yang
bantuan dari orang lain
tinggi
dan
keuletan.
Memperlihatkan seseorang
bahwa merasa
sebagai
orang
yang
mampu
mencapai
tujuan
dalam situasi kemunduran atau
e.
atau
mendapatkan
Pengaruh spiritual, yaitu yakin pada Tuhan atau nasib.
Skala ini terdiri dari 41 item tentang kemampuan resiliensi remaja. Untuk
penentuan
skornya
terdiri dari:
kegagalan b.
Percaya sendiri,
pada
diri
memiliki
toleransi terhadap afek n e g a t i f d a n kuat/tegar dalam
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
47
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
yang rendah. Pada hasil
normalitas
Resiliensi dari 100 orang
siswa
menjadi
yang subjek
penelitian,
maka
didapatkan 54 siswa atau 54% berada diatas rata-rata. Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Hal ini berarti siswa tersebut memiliki resiliensi yang tinggi,
1.
Berdasarkan hasil uji normalitas
dan 46 siswa atau 46% berada
Atachment pada ayah dari 100
dibawah rata-rata. Hal ini berarti
orang sisiwa maka didapatkan 45
siswa
siswa atau 45 % berada diatas rata-rata, hal ini berarti 45%
2.
ayah dan Penerimaan peergroup
tinggi dan sekitar 55% memiliki
dengan Resiliensi diperoleh F
Attachment pada ayah yang
normalitas
sebesar
hasil
probabilitas (0.000) < α 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
maka didapatkan 56 siswa atau
model linear Ŷ= a+bX sudah
56% berada diatas rata-rata. Hal siswa
tepat dan dapat dipergunakan,
tersebut
berarti data menunjukan garis
memiliki penerimaan peergroup yang tinggi, dan 44 siswa atau 44% berada dibawah rata-rata. Hal ini berarti siswa tersebut
dengan
Fhitung (11,092) > Ftable (3.09) dan
yang menjadi subjek penelitian,
berarti
11.092
probabilitas (0.000) < α (0.005).
Penerimaan
peergroup dari 100 orang siswa
ini
Hasil uji linearitas hubungan antara variable Attachment pada
Attachment pada ayah yang
Kemudian
memiliki
resiliensi yang rendah.
siswa menggambarkan memiliki
rendah.
tersebut
lurus (linear) 3.
Hubungan
antara
Attachment
ayah dengan Resiliensi diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,309
memiliki penerimaan peergroup
48
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
sehingga
dapat
koefisien
disimpulkan
korelasi
secara
bersama-sama
antara
mempengauhi variabel resiliensi.
Attachment pada ayah dengan
Jadi Koefisien korelasi ganda
Resiliensi signifikan, Koefisien
yang
korelasi sebesar 0,309 sesuai
signifikan (dapat diberlakukan
dengan
pada populasi dimana sampel
pedoman
interpretasi
termasuk pada kategori tingkat
4. Hubungan peergroup
adalah
diambil).
hubungan yang rendah tetapi sangat signifikan.
ditemukan
Kesimpulan adalah
Ada
yang
didapat
korelasi
antara
antara Penerimaan
Attachment
pada
dengan
Penerimaan
peergroup
Resiliensi
ayah
dan dengan
diperoleh koefisien korelasi rxy =
Resiliensi dari siswa laki-laki di
0,336
SMPN
sehingga
dapat
2
Bekasi.
ini
disimpulkan koefisien korelasi
menunjukkan
antara
Penerimaan
Peergroup
resiliensi seorang anak dipengaruhi
dengan
Resiliensi
signifikan,
oleh kedekatannya dengan ayah serta
korelasi sebesar 0,336 sesuai
penerimaan peergroup. Jika ayah
dengan
tidak
pedoman
interpretasi
banyak
bahwa
Hal
kemampuan
terlibat
dalam
termasuk pada kategori tingkat
kehidupan anak dan anak tidak
hubungan yang rendah tetapi
memiliki kemampuan untuk diterima
sangat signifikan
oleh lingkungan sebayanya, maka ia
5. Hasil dari korelasi ganda ketiga
akan sulit menyikapi permasalahan
variabel tersebut menunjukkan
secara positif dan pada akhirnya
nilai p-value F-Test sebesar sig
mudah
0,000 < (0,05) dan nilai Fhitung
menghadapi setiap kesulitan.
patah
semangat
dalam
(11,092) > Ftabel (3,09), maka hipotesis nol ditolak dan Ha
Diskusi
diterima,
1.
Attachment
artinya ada
varibel ayah
dan
variabel Penerimaan peergroup
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan
Attachment
pada
ayah dengan resiliensi bernilai positif.
Dengan
tingkat
49
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
hubungan
seperti
ini
dapat
diartikan bahwa semakin tinggi
hubungan
Attachment seorang anak dengan
diartikan bahwa semakin tinggi
ayahnya, akan semakin tinggi
Penerimaan peergroup seorang
tingkat resiliensinya, Faktor lain
anak,
pun juga turut mendukung dalam
tingkat resiliensinya. Penerimaan
hal ini Social support, yaitu
peergroup
berupa community support
kontribusi pada resiliensi dan
seperti
factor
yang
anggota lain
sebaya,
keluarga
atau
personal
teman support,
seperti
akan
lainpun
kontribusi
seperti
kematangan emosi, konsep diri,
spiritualitasnya.
resiliensi
tinggi
memberikan
juga
dan komunitas dimana individu itu
dapat
memberikan
coping
Selain
ini
semakin
familial support serta budaya
tinggal.
stres
3. Hubungan
serta
tingkat
Attachment
pada
dipengaruhi juga oleh Cognitive
ayah dan Penerimaan peergroup
skill,
dengan
cara
diantaranya
intelegensi,
pemecahan
Resiliensi
sangat
masalah,
signifikan. Hal ini menunjukkan
kemampuan dalam menghindar
bahwa variabel Attachment pada
dari menyalahkan diri sendiri,
ayah dan variabel Penerimaan
kontrol pribadi dan spiritualitas.
peergroup merupakan prediktor
Resiliensi dipengaruhi juga oleh
dari
Psychological yaitu
locus
resources , of
control
variabel
Perubahan oleh
Resiliensi.
yang
ditunjukkan
variabel
resiliensi
internal, empati dan rasa
dipengaruhi oleh perubahan pada
ingin tahu,cenderung mencari
variabel Attachment pada ayah
hikmah dari setiap pengalaman
dan
serta
peergroup. Anak laki-laki yang
selalu
fleksibel
dalam
setiap situasi 2. Penerimaan peergroup dengan Resiliensi mempunyai hubungan
50
yang positif. Dengan tingkat
variabel
memiliki ayahnya
penerimaan
kedekatan serta
dengan memiliki
kemampuan untuk diterima oleh
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
kelompok sebayanya, maka akan
menjadi
memiliki
dan
bersama antara pihak pendidik,
kemampuan untuk menghadapi
orang tua, dan siswa itu sendiri.
berbagai kesulitan dan masalah
Karena
dalam hidupnya. Resiliensi juga
resiliensi
dipengaruhi oleh factor social
dibutuhkan keterlibatan orang
support dalam hal ini selain
tua terutama ayah pada anak
komunitas
seperti
laki-lakinya, serta ketrampilan
keluarga(orangtua dan saudara),
seorang anak dengan bimbingan
juga
guru untuk selalu menyesuaikan
kompetensi
terdekat
dipengaruhi
penerimaan
oleh
dari
teman
sebaya/peergroupnya.
Ada
beberapa
yang
kasus
diri
tanggung
untuk
dengan
jawab
menciptakan
yang
tuntutan
tinggi,
sosial
dimana dia berada.
berhubungan dengan kedekatan pada
ayah
atau
keluarga,
penerimaan
atau
penolakan
peergroup
serta
resiliensinya
misalnya
tingkat siswa
membolos karena merasa tidak betah di sekolah maupun di rumah. Di sekolah dia merasa tidak diterima oleh teman-teman sebayanya, sementara di rumah selalu mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang tua terutama ayahnya. Anak ini pada akhirnya mudah sekali menyerah pada setiap kesulitan yang ada dan memilih untuk menghindar. Hal ini tentunya
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
51
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
Pendidikan
Daftar Pustaka
Orang
Tua.
Tesis. Yogyakarta: Program Studi Psikologi Pascasarjana
A. Buku Adiyanti.
M.G.,
(1985).
Perkembangan Anak.
Tesis.
Program
Kelekatan
Bee, H. (1981). The Developing
Yogyakarta:
Child. Third edition. New
Studi
Psikologi
Pascasarjana UGM.
York. Harper International Belsky, J. (Ed) (1988). Infancy,
Ahmadi, Abu. (2004). Sosiologi
Childhood and adollescene.
Pendidikan. Jakarta: Rineka
Clinical
Cipta.
Attachment.
Andayani & Koentjoro. (2004).
Implication
Berndt,
T.J.,
Ayah Menuju Coparenting.
Development.
Yogyakarta: Citra Media.
Brace
Ainsworth, M. D. S., Blehar, M., Waters,
E.,
(1978).
&
Wall, S.
Patterns
of
attachment.
Ekspresi
Lawrence
(1992).
Child
Harcourt:
Jovanovich
College
Publishers Bretherton, I., Golby, B., & Cho, Eunyoung.,
(1997).
Attachment and Transmission
Ampuni, S., (2002). Hubungan antara
of
Erlbaum Associate
Psikologi Keluarga: Peran
afek
Ibu
of Values dalam Grusec,J.E. & Kuczynski, L. Parenting
dengan Kompetensi Sosial
and
Anak
Tesis.
Internalization of Values: A
Yogyakarta: Program Studi
Handbook of Contemporary
Psikologi
Theory . Halaman 103-134.
Prasekolah.
Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada Andayani,T.R.,
52
Universitas Gadjah Mada
(2001).
Children’s
John Willey & Sons Inc Cassidy, J., (2003). Continuity
Perlakuan Salah Terhadap
and
Change
Anak (Chil Abuse) Ditinjau
Measurement
dari Nilai Anak dan Tingkat
Attachment:
in of
the Infant
Comment
on
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Fraley and Spieker. Journal
Comment
of Developmental Psychology
Spieker.
Vol 39, No 3, 409-412
Developmental
Cicchetti, D. & Linch, M. (1995). Failure
in
Environment Impact
Expectable and
on
Their
Individual
on
Fraley
and
Journal
of
Psychology
Vol 39, No 3, 405-408. American
Psychological
Association Inc K.
(1995).
Development: The Case of
Developmental
Social
Child Maltreatment dalam
Psychology.
Cicchetty,D & Cohen, D.J.,
Blackwell Publisher Inc
Developmental
Durkin,
Massachussets:
Ervika, Eka, (2000). Kualitas
Psychopatology Volume 2.
Kelekatan dan Kemampuan
Risk
Berempati
Disorder
and
Adaptation. Halaman 32-71.
Skripsi.
John Willey and Sons Inc
Fakultas
Cicchetti, D & Toth, S.L., (1995). Developmental
pada
Anak.
Yogyakarta
:
Psikologi
Universitas Gadjah Mada Fraley, R.C. & Spieker, S.J.,
Psychopatology and Disorder
(2003).
of Affect dalam Cicchetty, D
Attachment
&
Continously or Categorically
Cohen,
D.J.,
Are
Infant Patterns
Developmental
distributed? A Taxometric
Psychopatology Volume 2.
Anlysis of Strange Situation
Risk
Behavior.
Disorder
and
Journal
of
Adaptation. Halaman 369-
Developmental
420. John Willey and Sons
Vol 39, No 3, 387-404.
Inc
American
Cummings, Toward
E.M.,
(2003). Assessing
Psychology
Psychological
Association Inc Haditono, S.R., dkk, (1994).
Attachment on an Emotional
Psikologi
Security
Pengantar dalam Berbagai
Continum:
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Perkembangan
53
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
Bagiannya. Gadjah
Yogyakarta:
Mada
University
Press
Januari 2010. Bartholomew, Kim, (1997).
Hadiyanti,
F.N.R.,
(1992).
Perkembangan
Perilaku
Adult attachment Process: Individual and couple
Adaptif Pada Anak ditinjau
Perspective. British Journal
dari
of Medical Psychology,
Perilaku
Ibu
saat
Bersama Anak dan Lama Anak Menerima ASI. Tesis.
no.70, ha 249-263 Bowlby J (1988) A secure base:
Yogyakarta: Program Studi
Clinical applications of
Psikologi
attachment theory, London,
Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada Hetherington, R.D.,(Ed). Psychology
E.M
Routledge.
&
Parke
Bynum, J. E & Thompson, W. E
(1999).
Child
(1996). Juvenile Deliquency :
:
A
A Sociological Approach (3rd
Contemporary View Point. Fifth Edition. Mc Graw-Hill College Hillsdale, NJ: Erlbaum.
ed). Boston : Allyn & Bacon Collins, N. L. (1996). "Working Models of Attachment:
Atkinson, R. L. dkk. 1987.
Implications for Explanation,
Pengantar Psikologi I.
Emotion, and Behavior."
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Journal of Personality and
Azwar,
Social Psychology 71:810–
Drs Saifuddin,. (2000). Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: pustaka pelajar. Baldwin, R.D. (2002). Stress and Ilness inAdolescence: Issue of Race and Gender, http://www.fidarticles.com
54
[On-Line]. Tanggal akses: 26
832. Dagun, M.Save, (2002). Psikologi Keluarga. Cetakan kedua. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Karie, N. K., Openheim, D., Dolev,
M.,
Sher,
E.
&
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Carasso,
A.E.,
Mother
(2002).
Insightfullness
regarding
Their
Infants’
Developmental Psychopatology Volume 2. Risk
Disorder
and
internal Experience: Relation
Adaptation. Halaman 96-161.
with Maternl Sensitivity and
John Willey and Sons Inc
Infant Attachment. Journal of
Pramana, W, (1996). The Utility
Developmental
Psychology.
of Theories of Parenting,
Volume 38, no 4, 534-542.
Attachment,
American
Stigma
Psychological
Association Inc
Stress in
and
Predicting
Adjustment
to
Illness.
Liputan 6.com, (2004). Pelajar
Desertasi. Departement of
SLTP Perkosa Tiga Anak.
Psychology the University Of
Online.Internet.
Queensland.
Available
http://www.liputan6.com/full news/76721.html
(1999). Quantum Learning.
Mc Cartney, K. & Dearing, E., (Ed).
(2002).
Development.
Porter, B. & Hernacki, M.,
Mc
Bandung: Kaifa
Child
Rokan, A.K., (2004). Bocah-
Millan
Bocah Bunuh Diri. Online.
Refference USA
Internet.
Papalia, D.E. & Olds, S.W.,
Available
http://www.
(1986). Human Development.
sinarharapan.co.id/berita/030
New York: Mc Graw Hill
8/3d/fea 02.html
Book Company
Scarr,S., Weiberg, R.A. & Levin,
Parker, J.G., Rubin, K.H., Price,
A.
(1986).
Understanding
J.M., DeRosier, E.M., (1995).
Development. Harcourt Brace
Child
Jovanovich Inc
Development
Adjustment developmental Perspective
and
:
A
Sroufe, L.A., (2003). Attachment
Psychology
Categories as Reflection of
dalam
Cicchetty,D & Cohen, D.J.,
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Multiple
Dimensions
Comment
on
Fraley
: and
55
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
Spieker.
Journal
Developmental
of
Waters, E. & Beauchaine, T.P.,
Psychology
(2003). Are Really Pattern of
Vol 39, No 3, 413-416.
Attachment? Comment
American
Fraley and Spieker. Journal
Psychological
Association Inc Stams,
J.M.,
Ijzendoorn,
on
of Developmental Psychology Juffer,
M.H.
F.,
(2002).
Maternal Sensitivity , Infant Attachment
and
Temperament
in
Early
Childhood
Predict
Adjustment
in
Childhood:
The
Middle
American Azwar,
Saifuddin.
Metodologi
2009. Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Bungin,
Burhan.
2004.
of
Metodologi
Penelitian
Adopted Children and Their
Kuantitatif.
Surabaya:
Biologically
Kencana Prenada Media
Parents
Case
Vol 39, No 3, 417-422.
Unrelated
.
Journal
Developmental
of
Psychology
Group. Hurlock,E.B.
1999.
Volume 33 No 5 806-821.
Perkembangan,
American
pendekatan
Psychological
Association Inc Sutcliffe,
J.,
Psikologi suatu sepanjang
rentang kehidupan.(Edisi
(2002).
Baby
Bonding, Membentuk Ikatan
kelima).Jakarta:Erlangga. Husairi,
Batin dengan Bayi. Jakarta:
Achsan.2007.Pengembang
Taramedia & Restu Agung
an Diri dan Bimbingan
Tambunan,A.S.,(2003). Buram
Anak
Cermin
Indonesia.
Online. Internet. Available
Konseling 3. Depok: Arya Duta. Irawan Yatim, Danny & Irwanto.
http://www.icmi.or.id/berita_
1993.
Kepribadian,
240707.htm
Keluarga, dan Narkotika. Jakarta: Archan
56
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah mengatasi
masalah
http://www.phac.apc.gc.ca /dca-
statistic dan rancangan
dea/publication/attach-
percobaan dengan SPSS
e.html Durkin, K. (1995).
12.
Developmental Social
Jakarta:
PT.
Elex
Media Komputindo Setiawan,
Roni.
Psychology.
2003.
Kiat
Massachussets: Blackwell
Praktis Belajar Statistik
Publisher Inc
Sosial. Bekasi: Fakultas
Fox, N. Kimmerly, N.L.&
Ilmu
Sosial
dan
Ilmu
Politik UNISMA
Schafer, W.D, (1991). Attachment to mother/
Srimulyani,Martinah. 1984. Motif
attachment to father; A
Sosial. Yogyakarta: Gajah
meta analysis. Child
Mada Universitas Press.
Development, 62,210-225
Sugiono.
2001.
Penelitian
Metode Administrasi.
Bandung: Alfabeta Suryabrata,Sumadi. Psikologi
1996.
1984. Pendidikan.
Psikologi
Pengajaran.
Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia
Jakarta: PT.Raja Grafindo. Winkle,W.S.
Goleman, Daniel. 1997.
Jakarta:
Grasindo. Doyle, A.B & Moretti, M.M
Pustaka Utama. __________, 2000. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. __________, 2001. Kecerdasan Emosi; Alih Bahasa,
(2002) Attachment to
T. Hermaya. Jakarta :
parent and adjustment in
Gramedia Pustaka
adolescence Canada: The
__________, 2002.
minister of public works
Working With Emotional
& Government Services.
Intelligence (terjemahan).
[on-line] Available
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
57
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa, S.D &Gunarsa
Hill Publishing Co. Hurlock, e.b. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu
Y,(1993). Psikologi
Pendekatan Sepanjang
praktis: Anak, remaja dan
Rentang Kehidupan (edisi
keluarga. Cetakan kedua.
kelima). Alih bahasa:
Jakarta: Gunung Mulia
Istiwidayanti, Soedjarwo,
Hadi, Sutrisno, (2000). Metology
Sijabat, r.m. J Jakarta:
research, jilid1,
Erlangga. __________.
Yogyakarta: Andi.
(2004).
____________, (2002).
R.V & Cavanaugh, J.C (2000)
Penyusunan Skala
Human Development :
Psikologis. Edisi 1.
Alife Spanview (2need)
Yogyakarta: Pustaka
USA : Wadeworth
Pelajar Offset.
Thomson
Haditono, S.R., dkk, (1994).
Learning Kartono, K. (2006).
Psikologi Perkembangan
Patologi Sosial 2 :
Pengantar dalam
Kenakalan Remaja.
Berbagai Bagiannya.
Jakarta : Raja Grafindo
Yogyakarta: Gadjah Mada
Persada
University Press Harmoko, R., Agung, 2005.
Kriswanduru, (2004). Persepsi mengenai orang tua.
Kecerdasan Emosional.
Universitas Sumatera
Binuscareer.com
Utara
Hurlock, E.B. 1980.
http://www.bkkbn.go.id/hqweb/c
Developmental
eria/ss8landasan.html-27k
Psychology : A Life Span
Mc Cartney, K. &
Approach (5th ed) New
Dearing, E., (Ed). (2002).
Delhi : Tata McGraw
Child Development. Mc Millan Refference USA
58
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
McWhirter, J. J. (2000).
Adolescence: Perkembangan
At-Risk Youth: A
Remaja (edisi keenam). Alih
Comprehensive Response
Bahasa: Adelar dan Saragih.
(Third edition). United
Jakarta: Erlangga.
States of America: Thomson. Monks, F.J. 2001. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Saphiro, L. E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia. Scharfe, E., and Bartholomew, K.
Bagiannya. Yogyakarta:
(1994). "Reliability and
Gadjah Mada University Press.
Stability of Adult Attachment
O’koon, J (1997) Attachment to parent &peers in late adolescence and their relationship with self-image. Adolescence [on-line] available
Patterns." Personal Relationships 1:23–43. Sigfusdottir, D. I, Asgeirsdottir, B. B, Gudjonsson, H. G, Sigurdsson, F. J. (2008). A model of sexual
http://www.findarticles.com/p/
abuse’s effects on suicidal
article/mi_m2248/is-
behavior and delinquency: the
n126_u32/ai/1961948
role of emotions as mediating
Papalia, et.al. 2001. Human Development (8th ed). Boston : The McGraw Hill Co. Rokan, A.K., (2004). Bocah-Bocah
factors. Journal Youth Adolescence. Hal: 699-711. Srivastava, K. S. (2005). Applied and Community Psychology, Study
Bunuh Diri. Online. Internet.
Habits and Emotional Maturity
Available
of Under-Graduate and Post-
http://www.sinarharapan.co.id/
Graduates (jilid 2). New-
berita/0308/3d/fea 02.html.
Delhi:
Santrock, John W, (1998).
Sarup and Sons. Stein, S.J & Book,
Adolescence (7th ed).
H.E (2004) Ledakan EQ: 15
Washington, DC:Mc Graw-
prinsip dasar kecerdasan
Hill ______________. (2003).
emosi meraih sukses: alih
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
59
Agustina Ekasari dan Irma Bayani
bahasa, Trinan Rainy Januasari
belajar pada siswa kelas
&Yudhi Murtanto. Bandung:
V
Penerbit Kaifa
Surabaya.Jurnal
Suryabrata, Sumadi (1998).
SD
Ta’miriyah
Psikologi.Anima vol XI-
Pengembangan Alat Ukur
No.42.
Psikologi. Penerbit Andi,
Pujiyanto.
Yogyakarta
2003.
Hubungan
antara konsep diri dan
yusuf, S. (2004). Psikologi
kemandirian
dengan
Perkembangan Anak dan
penyesuaian diri remaja
Remaja. Bandung: Remaja
penyandang
Rosdakarya.
netra.Tesis.
tuna
Yogyakarta.Program Pasca Sarjana Universitas
B. Jurnal dan Laporan Penelitian Masduqi. 2001. Hubungan iklim organisasi
dengan
kemandirian siswa (studi komparatif:
di
SMU
Muhammadiyah Yogyakarta Taruma
C. Internet Akbar,
R.,
Hawadi.
Psikologi Anak.
dan
SMU
Nusantara
2001.
Perkembangan Jakarta:
PT.
Grasindo. Atkinson, R.L., Atkinson, R.C.,
Magelang). Tesis. Jakarta:
&
Fakultas Ilmu Sosial dan
Pengantar
Politik
Jakarta: Penerbit Erlangga
Program
Sarjana
Pasca
Universitas
Indonesia. Mila Ratnawati dan Frickson C.
60
Gajah Mada.
Hilgard,
E.R.
1983.
Psikologi.
Posted March 16, 2011 by Enjang Wahyuningrum in Perkembangan Anak Usia
1996. Hubungan antara
Dini. Tagged: Anak Usia
persepsi anak terhadap
Dini, Ayah, Child,
suasana keluarga, citra
CoParenting, Early
diri, dan motif berprestasi
Childhood, Erich Fromm,
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
“Attactment pada Ayah dan Penerimaan Peer-Group dengan Resiliensi” Studi Kasus pada Siswa Laki-Laki di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Family, fathering, Home, Parent, parenting, Peran Ayah. Leave a Comment Andayani Budi & Koentjoro. 2004. Peran Ayah Menuju Coparenting. CV,Citra media. Ahmad Asy-syas, Hidayatulloh. 2006. Mausu’atutTarbiyah-‘Amaliyah lithThifl (Ensiklopedi Pendidikan Anak Muslim). Darus-salam, kairo mesir. Baharuddin. 2009. Pendidikan dan psikologi perkembangan. Ar-ruzz media. Jogjakarta.
Dahar, R.W. 1988. Teori-teori belajar. Pendidikan
Departemen dan
Kebudayaan Dirjen Dikti .Proyek Lembaga Tenaga
pengembangan Pendidikan Kependidikan:
Jakarta.
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
61