ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny ... P... A... DENGAN POST EPISIOTOMI DI RB RAHMA BUNDA MASARAN SRAGEN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Disusun oleh : Fajriyah Yuni Nurullisca B.12 170
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. .... P... A... dengan Post Episiotomi di RB Rahma Bunda Masaran Sragen”. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husuda Surakarta 2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Program Studi D III kebidanan Kusuma Husuda Surakarta. 3. Ibu Kartika Dian Listyaningsih, SST,M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Tri Manaawarotul Puada, Amd.Keb selaku Bidan di RB Rahma Bunda Sragen
yang telah memberi ijin kepada penulis untuk untuk
melakukan studi kasus. 5. Ny. A yang telah bersedia menjadi responden dalam studi kasus. 6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 17 Maret 2015 Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iv
DAFTAR ISI .............................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................... ..........
1
B. Perumusan Masalah ........................................................ .........
3
C. Tujuan Penelitian ............................................................. ........
3
D. Manfaat Penelitian .................................... ...............................
4
E. Keaslian Penelitian ........................................................... ........
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ...........................................................................
7
1. Nifas
.....................................................................
7
2. Episiotomi
.....................................................................
14
3. Ruptur Perinium ..................................................................
17
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................. .
19
C. Landasan Hukum..................................................... .................
33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus ................................................ ..................... vi
35
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................
35
C. Subyek Studi Kasus ................. ................................................
35
D. Waktu Pelaksanaan ..................................................................
36
E. Instrument Studi Kasus ...................................................... ......
36
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... .
36
G. Alat Yang Digunakan ..............................................................
39
H. Jadwal Penelitian .......................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Format pengkajian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Lembar Konsul
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu ( yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Sementara Jawa Tengah pada tahun 2012 menyumbangkan AKI sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, angka ini justru mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2013). Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo,lima besar penyebab kematian ibu diIndonesia adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru(Kemkes RI, 2013). Masa nifas masih merupakan masa yang rentan bagi kelangsungan hidup ibu baru bersalin (Kemkes RI, 2013). Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkatian dengan kandugan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk., 2009). Periode masa nifas yang berisiko terhadap komplikasi pasca persalinan terutama terjadi pada periode 3 hari pertama setelah melahirkan (Kemkes RI, 2013). Komplikasi pasca
1
persalinan misalnya, perdarahan per vaginam, infeksi kala nifas, payudara bengkak, dll (Bahiyatun, 2009). Infeksi kala nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI (Bahiyatun, 2009). Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas (Manuaba, 2010). Sumber terjadinya infeksi kala nifas adalah luka bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, termasuk tindakan episiotomi pada perineum, dinding vagina, dan serviks (Bahiyatun, 2009). Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Luka post episiotomi harus ditangani dengan baik, apabila tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi, misalnya infeksi lokal karena terkontaminasi dengan feses atau urin, jahitan terbuka kembali, dan hematoma lokal yang dapat menyebabkan infeksi sekunder (Manuaba, 2012).Keadaan ini menjadi lebih berbahaya apabila luka post episiotomi mengalami infeksi berat, sehingga memungkinkan penderita harus dirawat di rumah sakit, atau bahkan dibutuhkan operasi untuk penyelamatan jiwa ibu nifas (Manuaba, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014 di RB Rahma Bunda Masaran Sragen didapatkan data dari rekam medik selama bulan Oktober 2014 (RB Rahma Bunda, 2014), terdapat 16 persalinan yang ditangani 3 ibu dengan luka episiotomi, 2 diantaranya mengalami
2
infeksi. Hal ini menunjukkan di RB Rahma Bunda Masaran Sragen masih sering melakukan tindakan episiotomi. Mengingat pentingnya perawatan luka post episiotomi, perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan dengan penanganan yang intensif melalui asuhan kebidanan. Studi kasus ini mengambil judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny ... P... A... dengan Post Episiotomidi RB Rahma Bunda Masaran Sragen”.
B. Perumusan Masalah ”Bagaimana asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu nifas Ny .... P...A... dengan post episiotomi di RB Rahma Bunda Masaran Sragen?”
C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan
pada
ibu
nifas
dengan
post
episiotomi
dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney. 2. Tujuan Khusus a. Diharapkan penulis mampu 1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berkaitan dengan ibu nifas post episiotomi. 2) Menginterpretasikan data dasar, masalah dan kebutuhan pada pasien nifas dengan post episiotomi.
3
3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial pada ibu nifas dengan post episiotomi. 4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, pada ibu nifas dengan post episiotomi. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu nifas dengan post episiotomi. 6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman. 7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post episiotomi. b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus nyata pada ibu nifas dengan post episiotomi. c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahannya dari kesenjangan antara teori dan praktek nyata pada ibu nifas dengan post episiotomi.
D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Penulis Penulis mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang cara merawat dan mengatasi masalah yang timbul pada luka episiotomi. 2. Bagi Profesi Sebagai salah satu masukan bagi organisasi profesi dalam upaya meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
4
pada ibu nifas dengan post episiotomi. 3. Bagi Institusi a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan berupa pemberian informasi serta ketrampilan yang tepat dan adekuat dalam asuhan kebidanan, khususnya pada ibu nifas dengan post episiotomi. b. Pendidikan c. Dapat menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post episiotomi.
E. Keaslian Studi Kasus 1. Jayanti (2007),STIKes Kusuma Husadadengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. S dengan Post Episiotomi di RB An-Nissa Surakarta”. Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi keadaan pasien, mengobservasi TFU, PPV, menyarankan ibu untuk mobilisasi dini, perawatan luka dengan mengompres betadin paling sedikit 2 kali sehari dan menganjurkan vulva hygiene setelah mandi atau setelah BAB / BAK. Dan memberikan terapi obat Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Sulfas ferosus 250 mg 1 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1. Hasil asuhan kebidanan selama 3 hari adalah keadaan umum pasien baik, keadaan luka episiotomi bersih dan kering serta tidak adanya komplikasi atau infeksi selama pelaksanaan.
5
2. Paramita (2007), Akbid Estu Utomo Boyolali dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. N dengan Perawatan Luka Post Episiotomi di RSUD Pandan Arang Boyolalai”. Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi keadaan pasien, mengobservasi TFU, PPV, menyarankan ibu untuk mobilisasi dini, perawatan luka dengan mengompres betadin 2 kali sehari, memberikan terapi obat Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1. Hasil asuhan kebidanan selama 6 hari adalah keadaan umum pasien baik, keadaan luka episiotomi bersih dan kering serta tidak adanya komplikasi atau infeksi selama pelaksanaan. Persamaan dengan studi kasus sebelumnya adalah pada kasus yang diambil yaitu ibu nifas post episiotomi. Perbedaan terletak pada subyek penelitian, waktu dan tempat studi kasus serta pengamatan pada studi kasus ini dilakukan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis 1. Nifas (Puerperium) a. Pengertian Masa nifas (puerperium)adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kendungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b. Tahapan dalam masa nifas 1. Puerperium dini(immediate puerperium)
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan– jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Puerperium intermedial (early puerperium)
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium (later puerperium )
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi (Anggraini, 2010).
7
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Tujuan umum dari asuhan masa nifas adalah untuk membantu ibu dan pasanganannya selama masa transisi awal mengasuh anak (Ambarwati dan Wulandari, 2010). c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas 1. Perubahan sistem reproduksi Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsurangsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan – perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :(Saleha, 2009). a) Uterus Uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga
dalam dua minggu telah
turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapt diraba lagi dari luar (Saleha, 2009). b) Lochea Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
8
1) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan. 2) Lochea sanguilenta
berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke7 pasca persalinan (Saleha, 2009). 3) Lochea serosa berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan (Saleha, 2009). 4) Lochea alba dimulai hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya (Saleha, 2009). c) Endometrium Pada hari pertama, tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009). d) Serviks Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks akan terlihat padat
9
yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009). e) Vagina Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan
jaringan
yang
kecil,
yang
dalam
proses
pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009). 2. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
10
3. Perubahan sistem muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009). d. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas Adaptasi psikologis masa nifas menurut Saleha (2009), terjadi pada tiga tahap berikut ini : 1) Taking in period Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat. 2) Taking hold period Berlangsung 3 – 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya
dalam
menerima
tanggung
jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
11
3) Letting go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. e. Kebutuhan Dasar Masa Nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), kebutuhan dasar masa nifas meliputi :
1) Kebutuhan gizi Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. 2) Ambulasi (early ambulation) Earlyambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing
klien
keluar
dari
tempat
tidurnya
dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. 3) Eliminasi Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3 – 4 jam. Defekasi biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit buang air besar.
12
4) Kebersihan diri Menurut Anggraini (2009), kebersihan diri meliputi : a) Kebersihan alat genital Menjagakebersihanalat
genetalia
dengan
mencucinya
menggunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali selesai buang air besar atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. b) Pakaian Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak.
13
f. Istirahat Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit tidur. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. g. Seksualitas Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan 3-4 minggu post partum. Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami isteri.
2. Episiotomi a. Pengertian Episiotomi merupakan tindakan untuk melebarkan jalan lahir lunak dengan jalan melakukan insisi pada daerah perineum. Syarat untuk melakukan episiotomi 1. Proses persalinan dihalangi oleh jaringan lunak di jalan lahir, khususnya perineum. 2. Indikasi melakukan episiotomiadalah hampir semua persalinan pada
primigravida,
pada
14
multigravida
bila
dianggap
perineumnya kaku dan sempit sehingga diperlukan pelebaran dengan episiotomi (Manuaba, 2010). Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi (Saifuddin, dkk., 2009). Klasifikasi episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi menjadi 2 jenis yaitu (Bobak, 2005): 1. Episiotomi garis medial. Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul lebih ringan. Kadang-kadang dapat terjadi perluasan melalui sfingter rectum (laserasi derajat ketiga) atau bahkan ke kanal ani (laserasi derajat keempat). Keuntungan episiotomi garis medial adalah penyembuhan primer dan perbaikan (jahitan) yang baik akan memulihkan tonus sfingter (Bobak, 2005). 2. Episiotomi mediolateral dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah posterior. Dibandingkan dengan episiotomi garis medial, kehilangan darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit dan lebih nyeri (Bobak, 2005).
15
b. Etiologi Khusus pada primigravida, laserasi jalan terutama perineum sulit dihindari sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi (Manuaba, 2010). Indikasi untuk melakukan episiotomi adalah sebagai berikut (Manuaba, 2010): 1. Hampir pada semua primigravida inpartu, jika dijumpai crowning kepala tidak seimbang dengan elastisitas perineum. 2. Pada semua persalinan letak sungsang yang dilakukan per vaginam untuk memudahkan persalinan kepala bayi yang lebih besar. 3. Pada semua persalinan prematur yang dilakukan vaginam sehingga tekanan pada kepala semakin berkurang dan persalinan makin cepat berlangsung. 4. Pada tindakan operasi per vaginam obstetri. 5. Pada distosia yang disebabkan oleh kurangnya elastisitas perineum.
16
3. Ruptura Perineum a. Pengertian Ruptura perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Robekan perineum dibagi atas 4 tingkat: 1) Tingkat I
: ruptur mengenai mukosa dan kulit perineum
2) Tingkat II
: rupturmengenai mukosa vagina, kulit, dan jaringan perineum.
3) Tingkat III
: rupturmengenai
mukosa
vagina,
kulit,
jaringan perineum, dan spincterani 4) Tingkat IV
: rupturmengenai
vagina,
kulit,
jaringan
perineum, spincterani, dan mukosa rectum. b. Penatalaksanaan Luka Episiotomi Perawatan luka jahitan episiotomi dilakukan secara terbuka sehingga kesembuhannya dapat berlangsung alami. Pada perlukaan totalis sampai mencapai rektum, perlu diberikan obat yang dapat mematikan bakteria usus besar, misalanya: preparat sulfat yang akan mengurangi atau menghilangkan bakteria usus akan mengurangi kemungkinan infeksi dan pembentukan fistula. Pada perlukaan lokal dapat diberikan bethadine sehingga mengurangi
kontaminasi.
Obat-obatan
per
os
biasanya
dianjurkan menggunakan kombinasi antibiotika, antiinflamasi,
17
dan analgesic. Mobilisasi dini dapat mempercepat kesembuhan (Manuaba, 2010). Perawat melakukan inspeksi tanda-tanda infeksi dan buktibukti penyembuahn pada episiotomi paling tidak setiap 8 jam. Kecepatan penyembuhan tergantung pada letak dan kedalaman insisi. Kebanyakan episiotomi sembuh sebelum minggu keenam postpartum. Mandi berendam, penghangatan dengan cahaya lampu, dan
obat-obatan
topical
meningkatkan
penyembuhan
dan
mengurangi ketidaknyamanan luka episiotomi (Hamilton, 2011). Luka jahitan episiotomi berpotensi menjadi infeksi apabila perawatan tidak dilakukan dengan baik. Pencegahan dapat dilakukan dengan rumah sakit mempertahankan fasilitas dan peralatan yang bersih, perawat melakukan tindakan aseptik dan semua personel rumah sakit berpartisipasi dalam menjaga alat-alat bebas dari patogen. Untuk kebersihan ibu, ibu belajar kebersihan diri yang baik, terutama mencuci tangan (Hamilton, 2011).
18
B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010) 2. Proses Manajemen Kebidanan Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan – tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Proses tersebut meliputi : a. Langkah I: Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010). Pengumpulan data ini meliputi : 1) Data Subjektif Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara idependen tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2013).
19
a . Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), meliputi: 1) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang lain agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 2) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila dibawah 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan jika lebih dari 35 tahun rentan perdarahan masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 3) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 4) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang berhubungan dengan masalah persalinan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 5) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapar memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya(Ambarwati dan Wulandari, 2010). 6) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
20
7) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b) Keluhan utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keluhan pada ibu nifas biasanya demam, keluar darah segar dan banyak, nyeri dan infeksi luka jahitan (Sulistyawati, 2009). c) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkina adanya riwayat atau penyakit akut, kronisseperti : Jantung, diabetes
mellitus,
hipertensi,
asma
yang
dapat
mempengaruhi masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (2) Riwayat
kesehatan
sekarang
untuk
mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita saat ini berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Riwayat
kesehatan
keluarga
untuk
mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
21
d) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). e) Status Obstetrik Yang perlu dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, dam riwayat persalinan sekarang. Hal ini untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f) Riwayat Keluarga Berencana Riwayat KB dikaji untuk mengetahui jenis KB yang diikuti, keluhan selama kontrasepsi, serta rencana KB selanjutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g) Riwayat Kehamilan Sekarang Menurut Saifuddin (2009), meliputi : (1) Hari
pertama,
haid
terakhir
serta
kapan
persalinannya. (2) Keluhan- keluhan pada trimester I, II, III. (3) Di mana ibu biasa memeriksakan kehamilannya. (4) Selama hamil berapa kali ibu periksa. (5) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan.
22
taksiran
(6) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa minggu. (7) Imunisasi TT : Sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan imunisasi TT selama hamil. h) Riwayat Persalinan Sekarang Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami
kelainan
atau
tidak
yang
bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini, 2010). i) Pola Kebiasaan Selama Masa Nifas (1) Nutrisi Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup serta serat – serat makanan yang cukup, sehingga proses penyembuhan luka lebih cepat. Ibu dianjurkan untuk minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Mengkonsumsi zat besi setidaknya selama 90 hari post partum (Saifuddin, 2009). (2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
23
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur,
kebiasaan
sebelum
tidur,
kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Anggraini, 2010). (4) Keadaan psikologis Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam,2008). (5) Riwayat sosial budaya Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak, diterima / tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan makan dilarang makan ikan atau yang amis – amis (Anggraini, 2010). (6) Penggunaan obat – obatan atau rokok
24
Untuk
mengetahui
apakah
ibu
mengkonsumsi
obat
terlarang ataukah ibu merokok (Manuaba, 2012). 2) Data Objektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2013). a) Status generalis (1) Keadaan umum Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang (Prihardjo, 2007). (2) Kesadaran Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, soper, koma, delirium. (3) Tanda-tanda vital meliputi : (1) Denyut jantung Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur. Denyut jantung normal pada orang dewasa adalah 60-80 x/menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat, tetapi denyut nadi yang melebihi 100x/menit
adalah
abnormal,
yang
kemungkinan
disebabkan oleh infeksi (Sulistyawati, 2009) (2) Pernafasan Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 40-60 x/menit (Priharjo, 2006).
25
(3) Temperatur Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C. Dalam 1 hari post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan (Sulistyawati, 2009). 3) Pemeriksaan Antropometri Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan atropometri meliputi: a) Berat badan
: Untuk memantau berat badan anak naik atau tidak.
b) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan. c) Lingkar dada
: Untuk mengetahui keterlambatan perkembangan.
d) Lingkar kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak. 4) Pemeriksaan sistematis a) Kepala Inspeksi
dengan
memperhatiakan
kesimetrisan
wajah,
tengkorak, warna dan distribusi rambut, serta kulit kepala, selanjutnya palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembengkakan, nyeri tekan, keadaan tengkorak, dan kulit kepala (Priharjo,2006).
26
b) Muka Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah wajah dan kelopak mata. Dilanjutkan inspeksi konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan atau keadaan vaskularisasinya (Anggraini, 2010). c) Mata Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil (Priharjo, 2006). d) Telinga Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran (Priharjo, 2006). e) Hidung Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya. (Priharjo,2006)
f) Mulut dan faring Pengkajia mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk. Pengkajia dimulai dengan mengamati bibir, gudi, lidah,
27
selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring (Priharjo, 2006). g) Leher Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan (Priharjo, 2006). Pada ibu nifas, pengkajian leher untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan (Anggraini, 2010). h) Dada Suara paru-paru dan jantung, puttin, benjolan, nyeri tekan, dan hyperpigmentasi. Mengkaji kesehatan pernafasan (Priharjo, 2006). i) Payudara Pemeriksaan payudara sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan payudara prenetal dan segera setelah melahirkan apakah ada komplikasi post partum (Anggraini, 2010). j) Abdominal Pemeriksaan abdominal meliputi pemeriksaan kandung kemih (adanya distensi retensi urine), pemeriksaan involusi uterus, menentukan ukuran diastasis rektus abdominalis, memeriksa CVA, mendengarkan bising usus, dan mendeteksi adanya absees pelvik, dsb (Anggraini, 2010). k) Ekstermitas
28
Pemeriksaan
ekstermitas
untuk
memeriksa
adanya
tromboplebitis, oedema, menilai pembesaran varises, dan mengukur refleks patela (Anggraini, 2010). l) Genetalia Pemeriksaan genetalia untuk memeriksa perineum terhadap penyembuhan luka meliputi oedema, inflamasi, hematoma, supurasi, dehiscene, echymosis/memar (Anggraini, 2010). Pada luka bekas sayatan episiotomi atau luka perinium, jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus. 5) Pemeriksaan penunjang Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboraturium terapi (Nursalam, 2013). a. Langkah II : Interpretasi data dasar Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
29
terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan (Anggraini, 2010). 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan (Varney, 2007). Ny. X umur ... tahun post partum hari ke 1 dengan post episiotomi Data dasar : Menurut Manuaba (2009), yaitu : a) Dasar subjektif: Keluhan pasien tentang luka jahitan post episiotomi adalah: 1) Adakah rasa nyeri pada luka jahitan 2) Adakah rasa mules pada perutnya 3) Tanggal dan jam lahir b) Data objektif : 1) Keadaan umum : Baik 2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: S: °C, R: x/menit,N: x/menit.
4) Pemeriksaan penunjang 5) Pemeriksaan laboratorium 2) Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal
30
ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap - siap apabila hal tersebut benar – benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Anggraini, 2010). Diagnosa potensial yang dapat muncul pada ibu nifasdengan post episiotomi adalah adalah potensial terjadinya infeksi kala nifas (Bahiyatun, 2009).
3) Langkah IV : Antisipasi Menurut kesinambungan
Anggraini dari
(2010),
manajemen
Langkah kebidanan.
ini
memerlukan
Identifikasi
dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. 4) Langkah V : Rencana tindakan Langkah ini ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Anggraini, 2010). Perencanaan tindakan yang dapat dilakukan untuk ibu nifas dengan post episiotomi adalah dengan mengevaluasi secara terus-menerus meliputi waspada perdarahan post partum, pengukuran tanda vital, untuk nyeri perineum, pasien 31
diberikan analgesic oral (parasetamol 500 mg tiap 4 jam, dan pasien dianjurkan mandi dengan air hangat (Sulistyawati, 2009). 5) Langkah VI : Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan pada ibu hamil dengan luka post episiotomi disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007).
6) Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Anggraini, 2010). Hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan luka post episiotomi adalahpemulihan kondisi pasien (Sulistyawati, 2009).
32
C. Landasan Hukum Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang disebutkan pada : Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik
berwenang untuk memberikan
pelayanaan yang meliputi : a.
Pelayanan kesehatan ibu
b.
Pelayanan kesehatan anak
c.
Pelayan kesehatan reproduksi dan KB
Pasal 10 a.
Pelayanan kesehatan ibu dimaksud pada pasal 9 huruf a diberi pada masa prahamil, kehamilan, persalian, dan nifas, menyusui, dan masa diantara 2 kehamilan.
b.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat 1 diantaranya menyebutkan pelayanan pada ibu masa nifas normal dan masa menyusui.
c.
Sebagaimana dimaksut pada ayat 2 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan disebutkan berwenang dalam Fasilitas atau bimbingan khusus inisiasi menyusui dini atau pemberian asi ekslusif selama 6 bulan. Dan
berdasarkan
Keputusan
Mentri
Kesehatan
Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tanggal 27 maret 2007 mengenai Standar
33
Kompetensi Bidan, yang menyebutkan pada standar Kompetensi ke 5 (Asuhan Pada Ibu Nifas dan Menyusui) dimana Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan studi kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal, pada kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.X dengan post episiotomy di RB Rahma Bunda Masaran Sragen dengan manajemen 7 langkah Varney (Notoatmodjo, 2012).
B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang akan digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di RB Rahma Bunda Masaran Sragen.
C. Subyek Studi Kasus Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ibu nifas Ny. X umur ... tahun P...A... dengan post episiotomi.
35
D. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 - Juni 2015.
E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metode Varney dan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini meliputi : a. Pemeriksaan fisik Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
36
1) Inspeksi Merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data. 2) Palpasi Merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari adalah instrumen yang paling sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran (Nursalam, 2013). 3) Perkusi Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi jaringan. 4) Auskultasi Merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.
b. Wawancara Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bidan dan keluarga pasien di
37
RB Rahma Bunda Masaran Sragen untuk menilai keadaan atau masalah pada pasien. c. Observasi Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pada kasus luka post episiotomi, observasi dilakukan dengan mengobservasi keadaan umum, tandatanda vital (nadi, respirasi, suhu), intake dan output cairan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Observasi pada studi kasus ini direncanakan dilakukan secara teratur setiap hari dari pasien masuk hingga pulang dan melakukan kunjungan rumah. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersial (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh dengan cara: a. Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan sistem SOAP (Nursalam, 2013). Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di RB Rahma Bunda Masaran Sragen berupa nomor registrasi pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien, buku KIA.
38
b. Studi kepustakaan Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013). Studi kasus ini diambil dari bukubuku referensi tentang ibu nifas dengan episiotomi tahun 2005 - 2014.
G. Alat yang Digunakan Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain: 1. Alat dan bahan untuk wawancara: a. Format pengkajian pada ibu hamil sakit. b. Alat tulis (buku dan bolpoint). c. Buku register di RB Rahma Bunda Masaran Sragen.
2. Alat dan bahan untuk observasi a. Timbangan berat badan. b. Alat pengukur tinggi badan. c. Pita pengukur lingkar lengan atas. d. Stetoskop. e. Termometer.
H. Jadwal Penelitian Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai penyusunan proposal penelitian, sampai penulisan laporan penelitian, serta waktu berlangsungnya tiap kegiatan tersebut.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, ER., dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta: Nuha Offset. Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta: Pustaka Rihama. Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Jakarta: EGC. . Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2012, Semarang. Data Pasien RB Rahma Bunda Masaran Sragen Tahun 2014 Halminton, M. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Martenitas,Edisi 6. Jakarta: EGC. Jayanti, ND. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. S dengan Post Episiotomi di RB An-Nissa Surakarta, Surakarta: Akademi Kebidanan Kusuma Husada. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. . 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Paramita. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. N dengan Perawatan Luka Post Episiotomi di RSUD Pandan Arang Boyolalai, Boyolali: Akademi Kebidanan Estu Utomo. Priharjo, R. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta:Buku kedokteran EGC. Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Candikia Press.
40
Sarwono, P. 2012. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Suherni, Widyasih, H., dan Rahmawati, A. 2009. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta: Penerbit Fitramaya. Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: Andi Offset. Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
41