ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPERTENSI ESENSIAL DI POLI KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : DITA CINTIANI NIM. 13DB277011
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terminologi Hypertensi dalam Kehamilan (HDK) digunakan untuk menggambarkan spectrum yang luas dari ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan darah yang ringan atau berat dengan berbagai disfungsi organ. Sampai sekarang penyakit HDK masih merupakan salah satu
masalah
kebidanan
yang
belum
dapat
terpecahkan
dengan
tuntas.(Fadlun dan Feryanto, 2012). Hypertensi merupakan salah satu masalah medis yang seringkali mucul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2 – 3% persen kehamilan. Hypertensi pada kehamilan dapat menyebabkan mordibitas/kesakitan pada ibu (termasuk kejang, eklampsia, perdarahan otak,
edema
paru
(cairan
di dalam
paru),
penggumpalan/pengentalan darah di dalam
gagal ginjal akut,dan
pembuluh darah),
serta
mordibitas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). HDK adalah salah satu penyebab mordibitas dan mortalitas ibu disamping perdarahan dan infeksi. Pada HDK juga dapat didapati angka mortalitas dan mordibitas bayi yang cukup tinggi.(Fadlun dan Feryanto, 2012). Hypertensi merupakan tekanan darah diatas normal, hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus hypertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, hypertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%), aborsi (13%) dan karena sebab lain (7%). (WHO dalam Puspitasari, 2012) Menurut hasil penelitian yang dilakukan juga oleh Andammori, dkk, pada tahun 2013 yaitu :
1
2
1. Rata–rata tekanan darah sistolik kelompok ibu hamil yang tidak mengalami hypertensi adalah 120,59 mmHg dan rata – rata tekanan darah diastolik 76,18 mmHg. 2. Rata–rata tekanan darah sistolik kelompok ibu hamil yang mengalami hypertensi adalah 166,18 mmHg dan rata – rata tekanan darah diastolik adalah 101,76 mmHg. 3. Rata–rata berat badan lahir bayi yang dilahirkan oleh kelompok ibu yang tidak mengalami hypertensi pada kehamilannya adalah 3.408 gram dan rata – rata berat badan bayi lahir yang dilahirkan oleh kelompok ibu yang mengalami hypertensi adalah 2.799 gram. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Zakiah, dkk, pada tahun 2012 di rumah sakit khusus daerah ibu dan anak siti Fatimah Maskassar, yaitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hypertensi pada ibu hamil diantaranya sebagai berikut : 1. Ada pengaruh antara riwayat keluarga dengan terjadinya hypertensi pada ibu hamil disebabkan karena adanya gen yang diturunkan oleh ayah dan ibu kepada anak–anaknya. 2. Ada pengaruh antara stress dengan terjadinya hypertensi pada ibu hamil karena tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi yaitu mental, fisik, dan emosional. 3. Ada pengaruh antara nutrisi dengan terjadinya hypertensi pada ibu hamil karena asupan nutrisi ibu hamil yang tidak seimbang sehingga dapat menyebabkan sumber energy yang berlebihan. Ada banyak kasus di Negara berkembang dimana wanita hamil dengan hypertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Pelaksanaan bantuan medis selama kehamilan selalu membutuhkan perhatian khusus, wanita hamil yang menderita hypertensi dimulai
sebelum
hamil,
memiliki
kemungkinan
komplikasi
pada
kehamilannya yang lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil, karena wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hypertensi kerena beberapa faktor (Hidayat dan Sujanti, 2010). Kejadian hypertensi dalam kehamilan bervariasi mulai dari berbagai daerah keadaan masyarakat khususnya tentang diet dan kesehatan
3
umumnya. Secara internasional kejadian hypertensi dalam kehamilan dapat diperkirakan sebagai berikut : primigravida sekitar 7-12%, makin meningkat pada kehamilan ganda, hidramnion, hamil dengan diabetes mellitus, kehamilan mola hidatisosa dan pada kehamilan multigravida 5-8%. Di Indonesia, diperkirakan kejadian hypertensi dalam kehamilan sekitar 6-12% serta sangat bervariasi dari masing-masing daerah (Manuaba, 2010). Penyebab hypertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui sehingga disebut hypertensi esensial. Namun demikian, pada sebagian kecil kasus hypertensi merupakan akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti ginjal; defek adrenal; komplikasi terapi obat.(Saifuddin, 2009) Penyebab hypertensi dalam kehamilan yaitu hypertensi esensial dan penyakit ginjal. Hypertensi esensial adalah penyakit hypertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor emosi dan lingkungan.Wanita hamil dengan hypertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejala lain seperti kelainan jantung, arteriosclerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut. hypertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah, dapat disertai proteinuria dan oedema.(Saifuddin, 2010) Untuk menurunkan AKI khususnya pada ibu hamil dengan hypertensi dapat dilakukan secara dini yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara teratur ketenaga kesehatan, yaitu ANC secara teratur ke bidan, puskesmas, polindes, atau dokter obgyn agar di ketahui sejak dini jika gangguan kesehatan pada dirinya atau janinnya. Minimal pemeriksaan yang harus dilakukan ibu hamil 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III (Saifuddin, 2009). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015 sebesar 15 per 100.000 kelahiran hidup, kematian tersebut diakibatkan karena komplikasi persalinan. Selama tahun 2016 dari bulan Januari – Februari terdapat 2 orang yang meninggal dikarenakan oleh penyakit komplikasi obstetri. Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap alloh bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini seyogyanya
4
diketahui
oleh
seorang
muslim
adalah
tidaklah
alloh
SWT.
mencipatakansuatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya. Imam Muslim ‘merekam sebuah hadist dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasululloh, bahwasanya beliau bersabda :
Artinya : “Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin allah ‘azza wa Jalla”. (HR. Muslim). Q.S Yunus ayat 57
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S Yunus : 57). Ruh manusia, sebagaimana tubuhnya, mengalami gangguan dan penyakit-penyakit. Seperti pada ibu hamil dengan gangguan Hypertensi Esensial dimana ibu hamil merasa khwatir akan kesehatan ibu dan janinnya, oleh karenanya ia juga memerlukan perawatan dan pengobatan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh penulis di RSUD Ciamis mulai dari Januari 2015 – Februari 2016 jumlah ibu hamil yang melakukan ANC berjumlah 25.929 orang dan yang mengalami hypertensi esensial sebanyak 28 orang, PEB 196 orang, PER 7 orang dan hamil normal 123 orang. Berdasarkan data penulis peroleh dari Rumah Sakit serta untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dan masih adanya jumlah ibu hamil dengan hipertensi, maka penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Ny. P G 1P0A0 dengan Hypertensi Esensial di RSUD Ciamis.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah yaitu “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Hypertensi Esensial di RSUD Ciamis ?”.
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hypertensi esensial di RSUD Ciamis dengan pendekatan manajemen
asuhan
kebidanan
7
langkah
varney
dan
di
dokumentasiakan dalam bentuk SOAP. 2.
Tujuan khusus Diharapkan penulis mampu : a.
Melaksanakan pengumpulan data secara lengkap yang berkaitan dengan ibu hamil Ny. P 24 tahun dengan hypertensi esensial.
b.
Menginterpretasikan data pada ibu hamil Ny. P 24 tahun dengan hypertensi esensial.
c.
Mengidentifikasi diagnose potensial atau masalah ibu hamil Ny. P 24 tahun dengan hypertensi esensial.
d.
Menetapkan kebutuhan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
pada ibu hamil Ny. P 24 tahun
dengan hypertensi esensial. e.
Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu hamil Ny.P 24 tahun dengan hypertensi esensial.
f.
Malaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu hamil Ny. P 24 tahun dengan hypertensi esensial.
g.
Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P 24 tahun dengan hypertensi esensial.
D. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada Ny. P usia 24 tahun.
6
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Lahan Praktek Manfaatnya bagi RSUD Ciamis, dapat mempertahankan semua pelayanan
yang
sudah
maksimal dan
dapat meningkatkan
pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan. b.
Bagi Institusi Pendidikan Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan menghasilkan lulusan bidan yang professional dan mandiri, juga sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan kehamilan.
c.
Bagi Pasien Dengan
melakukan
asuhan
kebidanan
pada
ibu
hamil
diharapkan ibu dapat melewati kehamilan dengan sehat dan selamat sampai proses persalinan. d.
Bagi Penulis Studi kasus ini sebagai bahan msukan atau informasi untuk mahasiswa sehingga mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap praktek dilapangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1.
Konsep Dasar Kehamilan a.
Definisi kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Saifuddin, 2009). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; 213), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke- 40). (Winkjosastro, 2009)
b.
Tanda-tanda kehamilan Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian
terhadap
beberapa
tanda
dan
gejala
kehamilan (Marjati, dkk. 2011), yaitu : 1)
Tanda dugaan hamil a)
Amenorea (berhentinya menstruasi) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi
tidak
terjadi.
Lamanya
amenorea
dapat
diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor
7
8
pituitari, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan. b)
Mual (nausea) dan muntah (emesis) Pengaruh pengeluaran
ekstrogen
asam
dan
lambung
progesterone yang
terjadi
berlebihan
dan
menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sicknes. Dalam batas tertentu hal ini msih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hyperemesis gravidarum. c)
Ngidam (menginginkan makanan tertentu) Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan–bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan.
d)
Syncope (pingsan) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempata yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
e)
Kelelahan Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan
metabolisme
basal
rate-BMR) pada
metabolisme kehamilan
yang
(basal akan
menigkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi. f)
Payudara Tegang Estrogen duktus
pada
meningkatkan payudara,
perkembangan
sedangkan
sistem
progesterone
menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama
somatomamotropin,
menimbulkan
pembesaran
hormon payudara,
–
hormon
ini
menimbulkan
9
perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran kolostrum. g)
Sering Miksi Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bias timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.
h)
Konstipasi atau obstipasi Pengrauh
progesterone
dapat
menghambat
peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB. i)
Pigmentasi Kulit Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat – tempat berikut ini : 1) Sekitar pipi: clolasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi, dan leher). 2) Sekitar leher tampak lebih hitam. 3) Dinding perut: strie lividae/gravidarum (terdapat pad seorang primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba menjadi lebih hitam (linea grisae/nigra). 4) Sekitar payudara: hiper pigmentasi aerola mamae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.
10
5) Sekitar pantat dan paha atas: terdapat strie akibat pembesaran bagian tersebut. j)
Epulis Hipertropi papilla gingivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
k)
Varises Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat tejadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara.Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.
2)
Tanda Kemungkinan (Probability Sign) Tanda kemungkinan adalah perubahan – perubahan fisiologis
yang
melakukan
dapat diketahui oleh
pemeriksaan
fisik
pada
pemeriksa dengan wanita
hamil.Tanda
kemungkinan ini terdiri atas hal – hal berikut ini : a) Pembesaran perut Terjadi akibat pembesaran uterus.Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan. b) Tanda hegar Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri. c) Tanda goodel Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir. d) Tanda chadwick Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk porsio dan serviks. e) Tanda piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
11
f)
Kontraksi Braxton hicks Merupakan peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus.Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul, pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan
terus
meningkat
frekuensinya,
lamanya
dan
kekuatannya sampai mendekati persalinan. g) Teraba ballottement Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan pada bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri. h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human chorionic gonadotropin (HcG) yang diproduksi oleh sinsiotropobalstik sel selama kehamilan. Hormon direkresi ini peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekresi pada 26 hari setelah konsepsi dan menigkat deangan cepat pada hari ke 30–60. Tingkat tertinggi pada hari 60–70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100–130. 3)
Tanda Pasti (Positive Sign) Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan
janian,
yang
dapat
dilihat
langsung
oleh
pemeriksa.Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal–hal berikut ini: a)
Gerakan janin dalam Rahim Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
b)
Denyut jantung janin Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler).
12
Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu. c)
Bagian-bagian janin Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian-bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.
d)
Kerangka janin Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
c. Perubahan-perubahan pada ibu hamil Menurut Marjati (2011), perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil, yaitu : 1) Trimester pertama Segera
setelah
peningkatan
hormon
estrogen
dan
progesterone dalam tubuh, makan akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual dan muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologis seperti berikut ini : a) Ibu membenci kehamilan, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang lain apa yang dirasakannya. c) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. d) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga. 2) Trimester kedua Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlali besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai
13
beban.Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat dimulai menggunakan energy dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido. 3) Trimester ketiga a) Sakit punggung disebabkan karena menigkatnya beban berat yang anda bawa yaitu bayi dalam kandungan. b) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah turun kerongga panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum persalinan maka akan terasa lega dan bernafas lebih mudah. c) Sering buang air kecil, pembesaran Rahim, dan penurunan bayi ke PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu. d) Kontraksi perut, brackton-hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat. e) Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan pada persalinan lebuh cair. (Manuaba, dkk. 2010). d. Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu : 1) Perdarahan pervaginam 2) Sakit kepala yang hebat 3) Penglihatan kabur 4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan 5) Keluar cairan pervaginam
14
6) Gerakan janin tidak terasa 7) Nyeri abdomen yang hebat
B. Hypertensi Esensial 1. Pengertian Hypertensi esensial (kronik) dalam kehamilan adalah hypertensi yang didapatkan sebelum timbulnya kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya
hypertensi
sebelum
kehamilan,
maka
hypertensi
kronik
didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu. (Prawirohardjo, 2013) Hypertensi kronik dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang telah terjadi sebelum hamil ataupun ditentukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hypertensi yang menetap 6 minggu pasca persalinan, apapun yang menjadi sebabnya. (Fadlun dan Feryanto, 2012) Hypertensi kronik sendiri didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg yang telah ada sebelum kehamilan, yang bertahan sampai lebih dari 20 minggu pasca partus 1 atau setelah 12 minggu menurut kepustakaan yang lain. (Saifuddin, 2010: 531). Hypertensi kronik atau bias disebut dengan hypertensi esensial adalah penyakit hypertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hypertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejalagejala lain seperti kelainan jantung, arteriosclerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal akan timbul dalam waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut. Hypertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukan kenaikan tekanan darah. (Lusa, 2012). Wanita
hamil
dengan
hypertensi
kronik
memiliki
resiko
peningkatan preeclampsia sebesar 17-25% dibandingkan populasi umum yang hanya sebesar 3-5%, abrupsi plasenta, pembatasan pertumbuhan janin, kelahiran premature, dan operasi Caesar. Resiko preeclampsia
15
semakin meningkat seiring lamanya masa hypertensi. Preeclampsia merupakan penyebab utama kelahiran premature dan persalinan dengan opersai Caesar pada kelompok ini.(Rukiyah, 2013).
Table 2.1Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7-2006 Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prehipertensi Hypertensi derajat 1 Hypertensi derajat 2 Sumber : Prawihardjo, 2011
Tekanan Darah Sistolik(mmHg) < 120 120 – 139 140 – 159 ≥ 160
Tekanan Darah Diastolik(mmHg) < 80 80 – 89 90 – 99 ≥ 100
2. Etiologi a. Faktor Keturunan Pada 70-80% kasus hypertensi esensial, didapatkan riwayat hypertensi di dalam keluarga. Hypertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hypertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetic mempunyai peran memicu hypertensi.(Rukiyah, 2013). b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga berpengaruh memicu hypertensi esensial. Hubungan antara stress dengan hypertensi, diduga terjadi melalui aktifitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara
intermitten
(tidak
menentu).
Apabila
sterss
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. (Rukiyah, 2013) c. Kegemukan Merupakan ciri khas dari populasi hypertensi. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hypertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hypertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badab normal. (Rukiyah, 2013)
16
3. Diagnosis Diagnosis pada hypertensi kronik bila ditemukan pada pengukuran tekanan darah ibu ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan mencapai 20 minggu serta didasarkan atas faktor resiko yang dimiliki ibu, yaitu : pernah eklampsia, umur ibu ≥ 40 tahun, hypertensi >4 tahun, adanya kelainan ginjal, adanya diabetes mellitus, kardiomiopati, riwayat pemakaian obat anti hypertensi. Diperlukan juga adanya pemeriksaan lengkap,
tambahan
ureum,
berupa
kreatinin,
pemeriksaan
asam
urat,
laboratorium
SGOT,
SGPT),
(darah EKG,
ophthalmology, USG.(Rukiyah, 2013) Dahulu direkomendasikan bahwa yang digunakan sebagai kriteria diagnosis adalah peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau diastolik 15 mmHg, bahkan apabila angka absolut dibawah 140/90 mmHg. Kriteria ini tidak lagi dianjurkan. Namun wanita yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg perlu diawasi dengan ketat. (Rukiyah, 2013) 4. Patofisiologis Sampai sekarang pengetahuan patofisiologis hypertensi esensial terus berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Secara mudah tekanan darah dapat dituliskan dengan formulasi sebagai berikut: TEKANAN DARAH = CURAH JANTUNG X TAHAN PERIFER Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivasi saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa natrium (sodium pomp) dan faktor renin, angiotensin, aldosterone dibuktikan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada hypertensi esensial. (Wiknjosastro,2009). Peran faktor genetik terhadap hypertensi esensial di buktikan dengan berbagai kenyataan yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hypertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada
heterozigot,
apabila
salah
satu
diantaranya
menderita
17
hypertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya hypertensi. (Wiknjosastro,2009). 5. Komplikasi pada ibu dan janin Pada wanita hamil yang mengalami hypertensi kronik terjadi peningkatan angka kejadian stroke. Selain itu komplikasi lain yang sangat mengkhawatirkan yaitu terjadinya superimposed preeclampsia dimana hal ini dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi hepar, gagal ginjal, serta tendensi timbulnya perdarahan yang meningkat dan perburukan kearah eklampisa. (Prawirohardjo, 2011). Pada
janin
sendiri
dapat
terjadi berbagai macam-macam
gangguan sampai kematian janin dimana efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem vaskularisasi darah, sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi melalui plasenta dari ibu ke janin. Hal ini menyebabkan prematuritas plasenta dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam Rahim, bahkan kematian janin. (Prawirohardjo, 2011). 6. Penanganan Umum a. Istirahat cukup, menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat. b. Mengatur
diet,
yaitu
meningkatkan
konsumsi
makanan
yang
mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak. c. Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi. (Hasdianah dan Suprapto, 2014) 7. Penatalaksanaan Telah dibuktikan oleh para peneliti, bahwa dengan mengendalikan tekanan darah maka angka mordibitas dan angka mortalitas dapat diturunkan. Oleh karena itu walaupun seorang dokter belum menemukan etiologi dari hypertensi yang didapat pada penderita, pengobatan sudah boleh dilaksanakan. Yang menjadi masalah adalah saat yang tepat untuk memulai pengobatan. Hal ini penting karena kenyataannya, pengobatan hypertensi adalah pengobatan seumur hidup.
18
a. Prinsip Penatalaksanaan Menurut Dewi, VNL dan Sunarsih T, 2011 : 1) Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang masih dapat ditoleransi penderita. 2) Meningkatkan
kemungkinan
kwalitas
dan
harapan
hidup
penderita. 3) Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal mungkin komplikasi yang sudah terjadi. b. Penatalaksanaan Umum Menurut Yusnita, 2011 adalah usaha untuk mengurangi faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum adalah penatalaksanaan tanpa obat-obatan, yang menurut beberapa ahli sama pentingnya dengan penatalaksanaan farmakoligik, bahkan mempunyai beberapa keuntungan, terutama pada pengobatan hipertensi ringan. Beberapa hal yang bias dilakukan adalah: 1) Diet rendah garam: dengan mengurangi konsumsi garam dari 10 gram/hari menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan tekanan darah, diet rendah garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko hipokalemi yang timbul pada pengobatan dengan diuretic. 2) Diet rendah lemak telah terbukti pula bias menurunkan tekanan darah. 3) Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol telah dibuktikan dalam banyak penelitian bias menurunkan tekanan darah. 4) Menurunkan berat badan: setiap penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan tekanan darah sekitar 1,5-2,5 mmHg. 5) Olahraga teratur : berguna untuk membakar timbunan lemak dan menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan
menimbulkan
perasaan
santai,
yang
berakibat kepada penurunan tekanan darah.
kesemuanya
19
6) Ralaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna untuk mengurangi atau menghilangkan stress, yang pada gilirannya bisa menurunkan tekanan darah. 7) Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace, ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah. Menurut Yusnita, 2011 Sedangkan menurut Saifuddin (2009), yaitu : a) Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihypertensi. b) Jika
terdapat
proteinuria,
pikirkan
superimposed
preeclampsia. c) Istirahat. d) Pantau pertumbuhan dan kondisi janin. e) Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm. f)
Jika terdapat preeclampsia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin, lakukan : 1. Jika
serviks
matang,
lakukan
induksi
dengan
oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dekstrose per infus 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin. 2. Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley. g) Observasi komplikasi seperti solusio
plasenta, atau
superimposed preeklampsia. c. Obat antyhypertensi Menurut Yulianti, 2012 alasan utama untuk mengobati hypertensi pada kehamilan adalah untuk mengurangi mordibitas ibu terkait hypertensi.
Sebuah
metaanalisis
termasuk
28
uji
acak
membandingkan pengobatan dengan antihypertensi baik dengan placebo maupun tanpa pengobatan menunjukan bahwa pengobatan dengan antihypertensi secara signifikan mengurangi hypertensi berat. Namun pengobatan tidak mengurangi resiko preeclampsia berlapis, abrupsi plasenta atau pembatasan pertumbuhan janin, juga tidak memberikan manfaat pada neonates.
20
Obat – obatan antihypertensi kronik yang dapat digunakan pada masa kehamilan yaitu: 1) Metilpoda, sebuah agonis reseptor alfa yang bekerja sentral, dosis sebesar 250-1.500 mg dua kali peroral. Metilpoda sering digunakan sebagai terapi lini pertama, data jangka panjang menunjukan keamanannya pada keturunan. 2) Labetalol, yang merupakan kombinasi alfa dan beta bloker. Dosis 2x100-1.200 mg peroral. Sering menjadi terapi lini pertama. Obat ini dapat memperburuk asma. Formulasi intravena tersedia untuk pengobatan darurat hypertensi. 3) Metoprolol, sebuah beta bloker dengan dosis 2x25-200 mg peroral. Obat ini dapat memperburuk asma dan kemungkinan berhubungan dengan penghentian petumbuhan janin. Beta bloker lainnya missal : pindolol dan propranolol dapat dipakai secara aman. Beberapa ahli merekomendasikan untuk menghindari penggunaan atenolol. 4) Nifedipin (kerja panjang), sebuah pemblok kanal kalsium. Dosis 30-120 mg perhari. Nifedipin kerja cepat tidak direkomendasikan untuk terapi ini, mengingat kemungkinan resiko hipotensi. Pemblok kanal kalsium lainnya dapat digunakan secara aman. 5) Hidralazin, merupakan sebuah vasodilator perifer. Dosis 50-300 mg perhari dalam dosis terbagi 2 atau 4. Sediaan hidralazin intravena tersedia untuk terapi darurat hypertensi. 6) Hidroklorotiazid, sebuah diuretic dengan dosis 12,5-50 mg sekali perhari. Ada kekhawatiran sehubungan penggunaan obat ini, namun tidak ada data studi yang mendukung. Metilpoda merupakan agen antihypertensi yang paling banyak didukung dengan data penelitian tentang khasiat dan kemanan penggunaannya pad wanita hamil. Obat ini telah digunakan sejak tahun 1960-an. Dalam sebuah studi, metilpoda tidak menimbulkan efek yang merugikan pada anak-anak yang dilahirkan. Karenanya metilpoda sering dijadikan sebagai terapi lini pertama hypertensi pada wania hamil. Namun, metilpoda sering menyebabkan kantuk yang membatasi tolerabilitasnya.
21
Q.S Al Isra ayat 82
Artinya :Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(Q.S Al Isra ayat 82). C. Management Kebidanan 1. Pengertian management Dalam
pelayanan
kebidanan
management
adalah
proses
pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider. Aktivitas management
dalam
pelayanan
melaksanakan
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengawasan (supervise dan evaluasi).(Ambarwati dan Wulandari. 2010) Management kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.(Ambarwati dan Wulandari. 2010) Proses management menurut Halen Varney
(2007), ada tujuh
langkah yang berurutan, yang setiap langkahnya disempurnakan secara periodik. Tujuh langkah Varney yaitu : a.
Langkah pertama : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: 1)
Riwayat kesehatan
2)
Pemeriksaan fisik pada kesehatan
3)
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
22
4)
Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi Pengkajian adalah mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).. b.
Langkah kedua : Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
c.
Langkah ketiga : Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.
23
d.
Langkah keempat : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera . Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana
bidan
harus
bertindak
segera
untuk
kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. e.
Langkah kelima : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan
oleh
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis.
24
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien. f.
Langkah keenam : Melaksanaan perencanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g.
Langkah ketujuh : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. (Purwoastuti dan Walyani, 2014)
25
Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Alur pikir Bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Management Kebidanan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
7 Langkah (varney)
5 Langkah (kompetensi bidan)
SOAP NOTES
Data
Data
Subjektif & Objektif
Masalah/Diagnosa Antisipasi masalah potensial/diagnosa lain Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi, kolaborasi
Assement/Diagnosa
Perencanaan Asuhan
Perencanaan Asuhan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
Assement/Diagnosa
Plan : a. Konsul b. Tes diagnostik c. Rujukan d. Pendidikan d. Konseling e. Follow up
Gambar 2.1 Skema Langkah-Langkah Proses Manajemen [Sumber : Dwana, dkk. 2008]
26
D. Pendokumentasian dalam Bentuk SOAP 1. Menurut Salamah (2006), Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Halen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a) Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengmpulan data klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I Varney. b) Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnosa lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c) Assessment atau analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2,3 dan 4 varney. d) Planning atau penatalaksanaan Menggambarkan pendokumantasian dari perncanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 varney. (Salamah,2006) Table 2.2 Hubungan management kebidanan dan metode pendokumentasian dengan SOAP Langkah Management Langkah Dalam Metode Kebidanan Menurut Varney Pendokumentasian Dengan SOAP Langkah I Pengumpulan data subjektif (S) Pengumpulan data objektif (O) Langkah 2 Perumusan assessment (A) atau Langkah 3 analisa dari data subjektif dan Langkah 4 objektif Langkah 5 Pembuatan planning (P) Langkah 6 yang merupakan perencanaan, Langkah 7 implementasi dan evaluasi asuhan Sumber : Jannah, 2011
27
E. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan Hypertensi Esensial 1. Macam-macam Hypertensi pada kehamilan a. Hypertensi esensial (kronik) Hypertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Atau hypertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan. (Walyani, E. S. 2015) 1) Dasar Diagnosa a) Anamnesa (1) Nyeri kepala (2) Gangguan penglihatan b) Pemetiksaan fisik pada ibu hamil dengan hypertensi esensial adalah tekanan diastolic >90 mmHg. 2) Pemeriksaan Penunjang a) Pritein urine (+) b) Superimposed Pre Eklampsi b. Hypertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan. 1) Dasar Diagnosa a. Anamnesa (1) Nyeri Kepala (2) Gangguan penglihatan b. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan hypertensi adalah tekanan diastolic 90-110 mmHg. c. Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil dengan Protein Urine <++ 2. Penanganan yang dilakukan pada ibu hamil dengan hypertensi esensial (Rukiyah, 2011) a. Menginformasikan hasilpemeriksaan kepada ibu dan keluarganya bahwa keadaan ibu saat ini TD, Nadi, Respirasi, suhu, keadaan fisik ibu baik, keadaan janin sehat, DJJ teratur dengan posisi terbawah janin kepala, hasil pemeriksaan diagnosis ibu menderita hypertensi esensial
(kronik).
pemeriksaan.
Ibu
dan
keluarga
telah
mengetahui
hasil
28
b. Menganjurkan ibu untuk tidak cemas dan tidak banyak pikiran serta memberi dukungan social/moral pada ibu. Ibu dan keluarga mengerti atas anjuran yang diberikan. c. Menganjurakn ibu untuk bedrest, jangan telalu banyak aktifitas agar kerja jantung tidak berat. Ibu mengert. d. Menganjurkan ibu untuk mengurangi asupan natrium seperti garam yang berlebih karena dapat meningkatkan tekanan darah ibu. Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran yang diberikan. e. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak asupan kalium seperti buahbuahan (semangka, alpukat, melon) dan sayuran (buah pare, labu siam, mentimun, lidah buaya, bawang putih) karena dapat membantu penurunan tekanan darah. Ibu mengerti dan akan melakukan. f. Mengenjurkan ibu untuk membatasi aktifitas yang diharapkan dapat menurunkan tekanan darah. Ibu paham dan akan melakukan. g. Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti pandangan kabur, ada oedema, perdarahan pervaginam, mual muntah berlebih, demam tinggi, nyeri perut yang hebat, pusing yang berlebih. Ibu mengerti. h. Menganjurkan
ibu
untuk
melakukan
kunjungan
ulang
dan
memeriksakan kehamilannya ke bidan, puskesmas, atau dr. obgyn. Ibu mengerti dan akan melakukan.
F. Landasan Hukum 1. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 a. Menurut Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan Kompetensi ke 3, Asuhan dan konseling kehamilan bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. b. Kewengangan Bidan Bidan
mempunyai
beberapa
kewajiban
profesinya, kewajiban tersebut yaitu : 1) Kewajiban terhadap klien dan masyarakat
dalam
pengabdian
29
2) Setiap
bidan
harus
menjunjung
tinggi,
menghayati,
dan
mengamalkan sumpah jabatannya. 3) Setiap
bidan
menjungjung
tinggi
harkat
dan
martabat
kemanusiaan. 4) Setiap bidan berpedoman pada peran, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien. 5) Setiap bidan mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien, dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. 6) Setiap bidan memberi pelayanan tanpa diskriminasi sesuai dengan kebutuhan. 7) Setiap bidan menciptakan suasana yang serasi dan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. c. Kewajiban bidan terhadap tugasnya. 1) Setiap bidan memberi pelayanan peripurna sesuai kemampuan dan kewenangan. 2) Setiap
bidan
wajib memberi pertolongan
dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan. 3) Setiap bidan menjamin kerahasiaan klien d. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan kesehatan lain. 1) Setiap bidan menjalin hubungan dengan teman sejawat untuk menciptakan suasana kerja yang serasi. 2) Setiap bidan saling menghormati, baik dengan teman sejawatnya atau dengan tenaga kesehatan lainnya. e. Kewajiban bidan terhadap profesi. 1) Setiap bidan menjaga nama baik dan menjungjung tinggi etika, profesinya. 2) Setiap
bidan
meningkatkan kemampuan
profesinya
sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3) Setiap bidan berperan serta dalam kegiatan penelitian yang dapat meningkatkan mutu profesinya. f. Kewajiban terhadap diri sendiri. 1) Setiap bidan memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
30
2) Setiap bidan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai perkembangan IPTEK. g. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air. Setiap bidan senantiasa melaksanakan ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan keluarga. Setiap bidan berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya untuk meningkatkan mutu serta jangkauan pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga. 2. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Purwoastuti & Walyani, 2014) kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: Pasal 9 Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak dan c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Berdasarkan pada pasal 10 ayat (1) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. a. Playanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) meliputi : 1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil 2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 3) Pelayanan persalinan normal 4) Pelayanan ibu nifas normal 5) Pelayanan ibu menyusui 6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan b. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (2) :
31
1) Episiotomi 2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II 3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan 4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil 5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas 6) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif 7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum 8) Penyuluhan dan konseling 9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil 10) Pemberian surat kematian 11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin Tugas
dan
wewenang
bidan
berdasarkan
peraturan menteri
kesehatan (Permenkes) no 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu pasal 10 ayat 2 huruf b (pelayanan antenatal pada kehamilan normal dan pasal 10 ayat 3 huruf h (penyuluhan kan konseling).
DAFTAR PUSTAKA
AL-Quran diterbitkan oleh PT. Cordoba Internasional Indonesia. Oktober 2013. Ambarwati dan Wulandari. (2010). Konsep Kebidanan. Jakarta : Fitramaya. Andammori, dkk. (2013) Hubungan Tekanan Darah Ibu Hamil Aterm Dengan Berat Badan Lahir di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Available from http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135117&val=5645 [accessed 12 Mei 2016] Dewi, VNL dan Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. (2015). Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Dwana, dkk. (2008). Konsep Kebidanan, Yogyakarta : Penerbit Fitramaya. Fadlun, dan Feryanto, A. (2012). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :Salemba Medika. Hidayat dan Sujanti.(2010). Asuhan Kebidanan. Bandung : Nuha Medika. Hasdianah, dan Suprapto, SI. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha Medika Hadist Riwayat Muslim Imam, S.S. (2014).Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Bandung :Nuha Medika. Jannah, N. (2011). Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta :Ar-ruzz Media. Kemenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007. Lusa.(2012). Hipertensi dalam Kehamilan. Tersedia dalam http://www.lusa.web.id/id/hipertensi-dalam-kehamilan/html. [di akses 20 April 2016]. Manuaba.I. B. G. dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungn, dan KB. Jakarta : EGC. Marjati, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika. Prawirohardjo. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
50
51
Prawirohardjo. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Purwoastuti, E dan Walyuni, SE. (2014). Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Puspitasari. (2012). Data Kejadian Hipertensi Pada Kehamilan Menurut WHO. Tersedia dalam http://arummenong.blogspot.com/2014/06/datakejadian-hipertensi-ibu-hamil-menurut.html. [diakses 30 April 2016]. Rahardjo, dan Gudnarto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise. Rekam Medik RSUD Ciamis. (2016) Rukiyah, A, Y., dkk. (2013). Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan Edisi Revisi.Jakarta : Trans Info Media. Saifuddin,AB. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin.AB. (2010). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JPNKKR. Salamah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. Simatupang, J. (2008). Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta : EGC. Sulistyawati, A., Nugraheny, E. ( 2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika. Varney.H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC. Yulianti, Devi (2012). Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan.Jakarta : EGC. Winkjosastro. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yusnita (2011). Guideline Penanganan Hipertensi Berdasarkan JNC 7 Available from http://c11104066.blogspot.co.id/2011/12/guideline-penangananhipertensi.html?m=1 [Diakses, 20 Maret 2016] Zakiah, dkk. (2012) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makkasar. Available from :http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/1/elibrary%20stikes%20nani%hasanuddin--niswahzaki-41-1-artikel17.pdf [accessed 12 Mei 2016]