At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
98
ASPEK SASTRA DALAM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR’AN
Iim Fahimah Abstract: Al-Qur'an is an unparalleled word of God, revealed to the prophet Muhammad as the greatest miracle and a guide of life for all mankind. In general, the miracle God gave to His prophets is related to issues that are considered to have the advantage and high value at the time. At the time of the prophetMuhammad was the heyday of literary Arabic. Therefore, the verses of the Qur'an revealed by Allah contain a very high literary value so that no one is able to match it. One aspect is the use of literary story (stories) in the Qur'an to his readers. This paper tried to explain about the use of stories as a method of explanation of the Qur'an. Kata kunci: Sastra, Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an. A. PENDAHULUAN Suatu peristiwa atau penjelasan yang berhubungan dengan sebab akibat pasti menarik perhatian para pendengar dan hal ini adalah merupakan sesuatu yang
lumrah dan tidak diragukan lagi. Terlebih jika dalam peristiwa itu
terselip pesan- pesan dan pelajaran mengenai berita bangsa
terdahulu,
maka rasa ingin tahu yang merupakan naluri manusia menjadi faktor utama dan dominan untuk menanamkan peristiwa tersebut kedalam hati. Sedangkan nasehat dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi, kadangkala tidak menarik perhatian. Akan tetapi, bila nasehat itu diekspresikan dalam bentuk kisah yang memvisualisasikan peristiwa dalam realitas kehidupan maka akan terwujudlah tujuan dengan jelas.
Orang pun akan merasa senang
mendengarnya, memperhatikan dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasehat dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan oleh Al-quran untuk menjelaskan dan mengarahkan kepada manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan kisah. Setiap kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah- kisah tersebut benar-benar terjadi atau hanya simbolik.(Quraisy Syihab, 1995 : 175 ). Oleh karena itu Al-quran menempatkan kisah – kisah sebagai sesuatu yaang sangat
98
Iim Fahimah, Aspek Sastra Dalam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
99
penting maka tidaklah mengherankan apabila didalam salah satu suratnya diabadiakan dengan nama " Al- Qashasas " Dengan perantaraan serangkaian kisah, Allah ingin menampilkan metafora-metafora di sekitar kehidupan manusia dan makhluk lainnya dimasa lalu untuk dijadikan suatu "cermin" ( Ibrah ) bagi manusia masa kini dan mendatang. agar tidak terjerembab ke dalam kejadian serupa yang menyesatkan
atau
mengambilnya
sebagai
hikmah
kesuksesan
demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (QS, Yusuf : 11 ) B. PENGERTIAN KISAH AL-QUR’AN Secara etimologis, " kisah " yang berasal dari Arab " Alqashas" mengandung arti "mengikuti jejak" , kalau seseorang mengatan” Qashashtu atsarahu”maka yang dimaksud adalah saya mengikuti jejaknya " Alqashas adalah bentuk plural qishah, kata kerjanya "qashsha" yaqushu” dan termasuk dalam kata kerja yang membutuhkan objek ( fiil muta'adi) ( Manna Alqatthan,1976 : 305 ). Pengertian di atas relevan dengan isyarat yang diberikan oleh Alquran dalam surat al-Kahfi ayat 64 : "Musa berkata : " Itulah (tempat) yang kita cari – cari lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semua". Makna yang serupa dapat dilihat pula dalam firman Allah surat Alqasahas ayat 11 " Dan berkatalah Ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan :" ikutilah dia " maka kelihatan lah Musa olehnya dari jauh, sedangkan mereka tidakmeengetahuinya Selain itu, kata kerja qashsha, juga memiliki arti asli memotong – motong, namun ketika ia diikuti ala alkhabar maka mengandung arti menceritakan ( haddatsa) ( Almunawwir, 1984 : 1210) definisi ini sejalan dengan yang oleh Muhammad ibn shaleh yang mengatakan bahawa kisah adalah berita –berita mengenai suatu masalah dengan masa yang berturut-turut ( secara kronologis) (Muhamad ibn Shaleh al-Utsaimin, 1989 : 70). Pengertian yang senada juga terdapat dalam firman Allah surat yusuf ayat 111:
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
100
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orangorang yang berakal. Alquran ini bukanlah bukanlah kisah-kisah yang dibuatbuat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang terdahulu dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman Dalam bahasa Indonesia, kisah berarti cerita tentang kejadian atau riwayat dalam kehidupan seseorang dan sebagainya. (Anton muliono, 1989 : 443). Pengertian kisah menurut bahasa Indonesia ini menunjukkan bahwa kisah merupakan sesuatu yang memang terjadi, bukan fiktip atau rekaan . Kisah dalam bahsa Indonesia dibedakan dari mitos, legenda, hikayat dan dongeng. Mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri, yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.( M. Anton Moeliono, 1989 :588) Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan sejarah. ( M. Anton Moeliono, 1989 : 509 ). Hikayat berarti karya sastra berisi cerita baik sejarah maupun cerita roman fiktif yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang ,atau sekedar untuk meramaikan pesta. Sedangkan dongeng adalah cerita yang tidak benar- benar terjadi ( terutama kejadian zaman dahulu yang aneh aneh ), perkataan atau berita atau berita yang bukan- bukan atau tidak benar. (M. Anton Moeliono,1989 : 212) Pada Umumnya, kisah merupakan bagian dari kesusastraan. Karena itu sering diidentikkan dengan sastra. Ibrahim Anis memberikan definisi Kisah adalah suatu hikayat berbentuk prosa yang panjang, yang didasarkan atas khayal atau fakta atau khayal dan fakta sekaligus, yang disusun sesuai kaidah – kaidah tertentu dalam seni penulisan. ( Ibrahim anis, 1973 : 740). Sementara itu, Hasan menyebutkan bahwa kisah ialah suatu media untuk untuk mengungkapkan pengalaman hidup seseorang atau sebagian dari pengalaman
Iim Fahimah, Aspek Sastra Dalam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
101
itu. Kisah meliputi suatu peristiwa atau beberapa peristiwa. Yang saling berhubungan dengan secara rutin, yang harus ada pendahulu atau penutupan. Menurut A. Hanafi dalam bukunya ” Segi-segi kesusasteraan pada kisah-kisah al-Quran “ Kisah secara garis besar ada tiga macam, yaitu: 1. Kisah sejarah adalah kisah yang berkisar sekitar tokoh tokoh sejarah, seperti nabi dan rasul. Secara umum dapat dikatakan bahwa kisah-kisah sejarah dalam al-Quran adalah kisah yang yang bersifat kesusasteraan dan sekaligus bersifat sejarah. 2. Kisah perumpamaan adalah kisah yang yang diadakan sebagai perumpamaan (tamsil) yang terdapat dalam al-Quran dan ia adalah kisah yang bersifat kesusasteraan murni.3. Kisah Asatir Kisah ini adalah kisah yang didasarkan atas sesuatu asatir. Pada umumnya kisah semacam ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan gejala-gejala yang ada atau menguraikan sesuatu persoalan yang sekarang diterima akal. Kadang kisah ini disebut juga dengan dongeng. Apabila kata "kisah" dihubungkan dengan Alquran dan lalu menjadi kisah dalam Al-quran " atau sering dikatakan " Qashash Alquran " maka yang dimaksud adalah berita –berita Al-quran mengenai hal ihwal umat umat terdahulu pada abad yang lampau dan zaman yang lewat, keadaan para nabi terdahulu dan peristiwa – peristiwa yang terjadi pada masa yang lalu ( Abdul karim alkhatib, 1964 : 70 ). Dalam sumber lain pun menyatakan bahwa kisah –kisah al-Quran memuat berbagai segi mengenai masalah- masalah kenabian dan peristiwa – peristiwa yang menyertai mereka didalam menyampaikan risalah kepada kaumnya dan kejadian –kejadian yang pernah melanda bangsa, kaum dan sejumlah negeri yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Kisah – kisah lain yang diekspresikan Alquran adalah dimensi kehidupan moral dan intlektual serta kemajuan peradaban umat manusia dalam batas waktu dan tempat tertentu.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
102
C. MACAM-MACAM KISAH DALAM AL-QUR’AN Pakar ilmu tafsir ternama Prof. Dr. Quraisy Shihab mengatakan bahwa kisah- kisah Alquran dilihat dari segi kesejarahannya dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yakni kisah-kisah sejarah dan kisah simbolik tamsili (Quraisy Shihab,1995:175) . Kisah sejarah adalah kisah yang mengandung kebenaran faktual ( ashidqu alwaqi'u ) . Misalnya, kisah tentang nabi- nabi dan umat- umat terdahulu. Sebagian besar kisah dalam Al-quran mengambil bentuk pertama. Adapun kisah – kisah simbolik yang berjumlah sedikit di dalam Alquran adalah yang di dalamnya mengandung kebenaran material ( Asshidqu Al-maudhu'i ) artinya, isinya benar-benar akan terbukti dalam kenyataan ini, apabila syarat – syarat yang terkandung di dalam itu terpenuhi. Penggunaan kisah model ini dimaksudkan untuk mendekatkan sesuatu yang abstrak menjadi indrawi dan menyimpulkan hukum –hukum Tuhan yang berlaku pada makhlukNya. Sebagai contoh dapat diambil dari surat Al-kahfi ayat 32 – 34 , tentang kisah dua orang yang salah satunya mempunyai dua kebun anggur. Menurut pendapat Manna Al- qatthan, jenis –jenis kisah dalam Alquran Secara sederhana dapat diklasifikasikan kepada tiga macam : a.Kisah – Kisah kehidupan para Nabi ( Rasul Allah ). Pengungkapan Al-quran tentang kehidupan para nabi adalah disekitar suka duka kegiatan da'wah mereka kepada masing-masing kaumnya, keunggulan mu'jizat yang dibawa, responsi orang –orang yang mengingkari kebenaran, perjalanan dan perkembangan da'wah mereka, hambatan ancaman dan derita yang dialami serta ceita-cerita sukses dan keselamatan kaum yang memenuhi seruan risalah mereka. Elaborasi kisah – kisah tersebut dapat diamati dalam sebaran ayat yang brceita tentang beberapa nabi : Muhammad Saw., Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Ya'qub, Isma'il, ishaq dan lainnya ( alaihi al salam ).
Iim Fahimah, Aspek Sastra Dalam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
103
b. Kisah Sekelompok Orang, Golongan dan Peristiwa – Peristiwa khusus. Materi-materi utama yang dikisahkan Al-quran dalam kasus kedua ini adalah meliputi serangkaian peristiwa masa lampau (yang apabila tidak diinformasikan oleh Al-quran akan menjadi misteri terpendam) yang tidak jelas status kenabiannya atau kehidupan sekelompok orang, seperti kisah orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka dalam jumlah yang sangat besar untuk menghindari tekanan kematian, kisah Kabil dan Habil (putra Nabi Adam ), talut dan Jalut, Ashabul kahfi, Ya'juj wa Ma'juj,kisah penaklukan dzulqarnain, arogansi Fir'aun, sekelompok orang yang mengail ikan pada hari sabtu, tragedi Maryam, Ashabul- Uhud dan fil dan sejumlah kisah- kisah serupa lainnya. c. Kisah – kisah tentang peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang pernah berlangsung pada masa nabi antara lain berkisar di sekitar masalah misi politik, ekonomi, konflik antar pemeluk agama pembangkangan kelompok –kelompok tertentu terhadap kenabiannya dan hubungan nabi dengan Allah dalam peristiwa suci (transendental), seperti turun wahyu, Isra mi'raj. D. ASPEK KESUSASTRAAN DALAM KISAH-KISAH AL-QUR’AN Menururut Hanafi dalam bukunya “ segi-segi kesusasteraan pada kisahkisah al-Quran “ membagi kisah dalam al-Quran secara garis besar kepada tiga macam, yaitu:(A. Hanafi, 1984 : 21) 1. Kisah Sejarah Kisah sejarah adalah kisah yang berkisar sekitar tokoh tokoh sejarah, seperti nabi dan rasul. Secara umum dapat dikatakan bahwa kisahkisah sejarah dalam al-Quran adalah kisah yang yang bersifat kesusasteraan dan sekaligus bersifat sejarah. Karena al-Quran mengambil bahan-bahan kisahnya dari kisah-kisah sejarah. Karena al-Quran mengambil bahanbahan kisahnya dari peristiwa-peristiwa sejarah dan kejadin-kejadiannya. Akan tetapi al-Quran dalam mengemukakannya tidak melupakan segi kesusasteraan dan perasaan (intuisi) agar bisa mempunyai kesan yang kuat
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
104
pada jiwa dan mampu menggugah perasaan halus. Dengan perkataan lain, Penilaian kesusasteraanlah yang harus berlaku pada kisah – kisah, dan logika perasaanlah yang menguasai kisah itu, bukan logika pikiran yang memilih jiwa dan urutannya. Kalau hal ini sudah dapat dipahami, maka tidak ada persoalan benar atau bohong karena semua sama kedudukannya denganrupa-rupa pengungkapan, seperti majaz, tasybih, isti’arah, kinayah dan sebagainya. Bahkan dalam al-Quran kita dapati kisah kesusateraan yang dalam menggambarkan peristiwa-peristiwanya didasarkan atas keyakinan pembaca dan pendengarnya, bukan didasarkan atas keadaan yang sebenarnya terjadi. Beberapa contoh kisah sejarah dalam al-Quran diantaranya adalah kisah kaum ’Ad, kisah nabi Luth as, kisah dzul qarnain dan lain –lain. 2. Kisah perumpamaan Kisah perumpamaan adalah kisah yang yang diadakan sebagai perumpamaan (tamsil) yang terdapat dalam al-Quran dan ia adalah kisah yang bersifat kesusasteraan murni. Para mufassir mengakui segi kesusasteraan pada kisah merupakan salah satu cara yang baik untuk menyatakan fikiran dalam kesusateraan Arab.cara menyatakan fikiran itu adakalanya didasarkan atas kebenaran dan kenyataan atau didasarkan pada khayalan. 3. Kisah Asatir Kisah ini adalah kisah yang didasarkan atas sesuatu asatir. Pada umumnya kisah semacam ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuantujuan ilmiah atau menafsirkan gejala-gejala yang ada atau menguraikan sesuatu persoalan yang sekarang diterima akal. Kadang kisah ini disebut juga dengan dongeng. Kisah-kisah asatir berbeda dengn kisah-kisah sejarah dan kisah perumpamaan. Kisah kisah sejarah bahan adalah peristiwa yang terjadi, kemudian diambil
al-Quran dan disusun sedemikian rupa untuk dapat
mencapai tujuannya. Kisah-kisah perumpamaan bahan-bahannya tidak
Iim Fahimah, Aspek Sastra Dalam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
105
bersifat sejarah atau tidak perlu benar-benar terjadi. Dengan kata lain bahan-bahannya adalah peristiwa perkiraan dan khayalan. kisah asatir telah dijadikan telah dijadikan salah satu macam kesusasteraan yang tinggi. Maka apabila orang kafir mengatakan bahwa dalam al-Quran terdapat asatir-asatir, maka pernyataan mereka tidak akan mengurangi ketinggian nilai al-quran contoh kisah yang didasaarkan pada astir antara lain antara lain adalah kisah ashabul kahfi, kisah Nabi Musa dan khaidir dll. E. TUJUAN KISAH-KISAH DALAM AL-QUR’AN Kisah dalam al-Qur’an merupakan suatu metode yang dipakai oleh alQur’an untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang bersifat agamis dan dakwah. Oleh karena itu, keseluruhan kisah dalam al-Qur’an tidak lepas dari agama. Keberadaan kisah-kisah dalam al-Qur’an mempunyai kistimewaan dan tujuan khusus yang bersifat agamis dan kesusastraan. Secara umum, tujuan – tujuan penayangan kisah dalam Al-quran dapat disimpulkan dari beberapa ayat berikut ini : 1. Menjelaskan
dasar-
dasar
dakwah
menuju
tauhid
Allah
dan
menginformasikan karakteristik pokok –pokok syari'at yang dibawa oleh mata rantai para Nabi yang pada intinya menyerukepada Islam. Kisah Ibrahim, Musa dan Harun adalah relevan dengan statemen di atas. Dalam redaksi Al-quran diterangkan : Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu ( Muhammad ), melainkan kami mewahyukan kepadanya" Bahwasanya Tuhan hanyalah Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian" ( Q.S, Al-anbiya : 25 ). 2. Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya atas kebenaran Agama Allah yang mereka jadikan pegangan. Mempertegas posisi kemenangan yang hak atas yang bathil. Allah mendukung tujuan di atas melalui –Nya dalam surat Hud ayat 120 : " dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah – kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu dan dalam kitab ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran bagi orang-orang yang beriman
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
106
3. Membenarkan risalah para Nabi terdahulu, mengabadikan jejak dan peninggalan mereka serta kebenaran mutlak misirisalah nabi Muhammad Saw yang menyampaikan tentang hal ihwal orang –orang terdahulu di sepanjang kurun waktu dan generasi. 4. Menyibak kebohongan ahli kitab dengan alasan – alasan yang menyingkap kecurangan mereka dalam menyingkap kecurangan mereka dalam menyembunyikan kebenaran isi kitab yang mereka terima. Dalam kasus ini Allah menegaskan dengan firmanNya : " Semua makanan halal bagi Bani Israil (NabiYa'qub ) untuk dirinya sendiri untuk dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan. Katakanlah : ( Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebalum turun taurat), maka bawalah taurat itu, kemudian bacalah jika kamu termasuk orang – orang yang benar" ( Q.S, Ali Imran : 93 ) 5. Membenarkan adanya tabsyir ( berita gembira ) dan tandzir ( ancaman ) dan menggunakan contoh nyata untuk membenarkan hal di atas seraya mengingatkan umat manusia bahwa bujukan syetan amat berbahaya dan menjelaskan bahwa manusia dan syetan merupakan musuh abadi sejakNabi Adam AS. 6. Menjelaskan kebesaran kuasa Allah SWT dalam menciptakan hal –hal yang luar biasa,menjelaskan akibat –akibat yang diderita oleh orang – orang durhaka dari nikmat yang diperuntukan bagi mereka yang berbuat kebajikan. ( Sayid Qutub, tt : 308 ) F. KESIMPULAN Dari Uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan qashash Al-quran adalah berita- berita yang dipilih Al-quran, baik yang menyangkut seorang tokoh atau sekelompok manusia manapun kejadian tertentu di masa lalu yang mengandung kebenaran dan pelajaran yang berharga. Kisah dalam al-Quran semuanya indah mengandung hikmah dan nilai sastera yang tinggi. Kisah- kisah Alquran dilihat dari segi kesejarahannya dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yakni kisah—kisah sejarah dan kisah
Iim Fahimah, Aspek Sastra Dalam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
107
simbolik tamsili. Secara umum dapat dikatakan bahwa kisah-kisah sejarah dalam al-Quran adalah kisah yang yang bersifat kesusasteraan dan sekaligus bersifat sejarah. al-Quran dalam mengemukakannya tidak melupakan segi kesusasteraan dan perasaan (intuisi) agar bisa mempunyai kesan yang kuat pada jiwa dan mampu menggugah perasaan halus. Dengan kata lain penilaian kesusateraan pada sebuah kisah didasarkan perasaan bukan logika pemikiran. Penulis : Iim Fahimah, Lc, M.Ag adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Alkhatib, Alkarim, Abdul, Alqashash Alqurany fi mantiqihi wamafhumihi, Beirut Dar Al buhuts Al –ilmiyah, 1964. Al qatthan manna' Mabahits Fi ulum Al-quran, Beirut : Muassasah Al risalah, 1976. Anis, Ibarahim, Al mu'jam Al wasith, Kairo Majma lughah Al arabiyah, 1973 Hasan, Kamil Muh. Alquran walqashash Al- Haditsah, Beirut : Dar albuhuts Al ilmiyah, 1970. Moeliono, Anton. M. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Depdikbud RI, 1989 Syihab, Quraisy, M.Membumikan Al-quran, Bandung : Mizan, 1995. Qutb, Sayyid, Al- Tashwir Al-Fanny Fi Alquran, Kairo Dar Al- Maarif, t.t. Sulaiman, Shabir, Hasan Muh, Abu, Maurid Al-zham'an fi Ulum Al-quran, Bombay : Al- Dar Al Salafiyah, 1984. Wahid, Abdul, Ramli, Ulumul quran. Jakarta, Raja wali pers. 1992. Baiquni, ahmad. Alquran dan ilmu pengetahuan kealaman. Yogyakarta : dana bhakti prima yasa, 1997.