Indonesia dilahirkan sebagai negara maritim dengan karakter fisik yang mencerminkan sebuah negara maritim. Indonesia yang mendapat julukan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki luas wilayah laut hingga 2/3 luas total wilayah negara. Selain itu Indonesia juga terdiri dari 18 ribu pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Tak hanya itu, posisi Indonesia di peta dunia berada di posisi silang antara dua benua dan dua samudra yang menjadikan Indonesia memiliki posisi sangat strategis di dunia Internasional. ASIA SAMUDRA PASIFIK
SAMUDRA HINDIA AUSTRALIA
Akan tetapi, secara non fisik, kapasitas sumber daya manusia Indonesia saat ini belum mencerminkan sebuah bangsa pelaut. Dari segi niaga maupun militer, Indonesia belum mampu mengelola kekayaan laut yang dimilikinya secara maksimal serta belum sepenuhnya menguasai teknologi di bidang maritim. Berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara maritim, kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah dalam mengelola potensi tersebut. Kualitas sumber daya tersebut dapat ditingkatkan dengan partisipasi dari berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) terkait dari skala mikro hingga makro. Pemerintah sebagai stakeholder dengan kedudukan tertinggi memiliki peran penting dalam mendongkrak kualitas sumber daya manusia dengan program-program dan kebijakan-kebijakan dari segi infrastruktur, fasilitas ekonomi, hingga edukasi sumber daya.
Pemerintahan Jokowi-JK pada masa kepemimpinan 2014-2019 mengusung Visi dan Misi1 yang sangat berorientasi maritim, dengan visi ‘Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong’ dan misi sebagai berikut: a.
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
b.
Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan berlandaskan negara hukum
c.
Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim
d.
Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera
e.
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
f.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional
g.
Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan Visi dan misi itu disertai dengan berbagai agenda pelaksanaan melalui Nawacita1 (sembilan agenda
prioritas) yang mendukung bidang kemaritiman. Agenda pelaksanaan itu diwujudkan dalam berbagai program nyata seperti program Tol Laut dan program Sekaya Maritim.
Tol laut bukanlah jalan tol yang dibangun diatas laut atau di bawah laut. Menurut Tim ahli ekonomi Jokowi-JK2, tol laut adalah jalur kapal-kapal besar yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama Indonesia dan memiliki jadwal yang rutin dan teratur dari Sumatera ke Papua dan kembali. Tol laut ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam sistem transportasi laut. Selama ini sistem transportasi laut memiliki jadwal kapal berangkat, tiba, dan penurunan barang yang tidak pasti sehingga menyebabkan mahalnya biaya logistik di Indonesia. Pada tahun 2013, biaya logistik Indonesia mencapai 27 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara pada tahun 2011 mencapai 24,6 % dari PDB2. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang hanya sebesar 8 persen, Malaysia 13 persen, Thailand 20 persen dan bahkan masih lebih tinggi dari Vietnam yang hanya 25 persen PDB. Dengan adanya pengaturan jadwal kapal kontainer, maka bisa dipastikan biaya logistik akan dapat ditekan. Tol Laut dikembangkan dari konsep Pendulum Nusantara yang digagas oleh Pelindo II3, yang membedakan adalah pendulum nusantara hanya menekankan pada enam pelabuhan yang dimiliki Pelindo II. Tim Jokowi-JK. 2014. Visi Misi dan Program Aksi Jokowi Jusuf Kalla 2014 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/17/1449113/Timses.Jokowi.Jelaskan.soal.Tol.Laut. Diakses pada 3 Oktober 2015 pukul 6.45 1 2
Menurut catatan Bappenas, Tol Laut akan menyelenggarakan perbaikan sarana prasarana fisik serta fasilitas 24 pelabuhan utama dengan dua di antaranya menjadi pelabuhan hub internasional dan 22 pelabuhan pengumpul yang mampu mendistribusikan barang ke kota-kota kecil4. Pelabuhan Belawan menjadi salah satu pelabuhan yang akan dikembangkan dalam program Tol Laut ini dengan alokasi biaya kurang lebih 3 triliun karena posisinya yang strategis, berada di pintu masuk jalur Tol Laut. Selain itu juga akan ada pembangunan infrastruktur penunjang tol laut, ‘short sea shipping’, fasilitas kargo umum dan bulk, pengembangan pelabuhan komersial dan non komersial, pembangunan transportasi multi moda untuk mencapai pelabuhan, revitalisasi industri galangan kapal, fasilitas kapal dan kapal patroli, serta program pemeliharaan reguler yang secara keseluruhan memakan biaya 900 triliun dengan 498 triliun dialokasikan dari APBN4.
Pembangunan tol laut ini akan mendongkrak ekonomi kawasan di sekitar pelabuhan-pelabuhan yang akan direvitalisasi. Selain itu akan tumbuh kota-kota tepian air yang berbasis pada kegiatan kepelabuhanan. Tak hanya pelabuhannya sendiri, namun pendukung pelabuhan juga perlu dikembangkan untuk mendukung perkembangan pelabuhan di Indonesia.
http://economy.okezone.com/read/2015/03/11/320/1117187/konsep-tol-laut-kuat-di-barat-lemah-di-timur . Diakses pada 3 Oktober 2015 pukul 6.45 4 http://bem.its.ac.id/sebuah-sudut-pandang-apa-kabar-tol-laut/. Diakses pada 3 Oktober 2015 pukul 6.45 3
Program Sekaya Maritim merupakan program yang diluncurkan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) pada tahun 2015. Program Sekaya Maritim sendiri merupakan singkatan dari Pembangunan Seribu Kampung Nelayan yang Mandiri, Tangguh, Indah, dan Maju. Tujuan dari program ini adalah membangun dan mengembangkan perekonomian serta kualitas hidup nelayan terutama nelayan skala kecil5. Program ini dilakukan bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan target 1000 kampung nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia hingga tahun 2019. Untuk tahun 2015 sendiri, program ini akan difokuskan pada 31 lokasi dengan jumlah kampung total 100 kampung nelayan 5. Dari 31 lokasi tersebut, 10 dari kawasan nelayan kumuh akan dijadikan proyek percontohan, di antaranya kawasan Belawan, Tegal, dan Pekalongan. Program Sekaya Maritim mencakup beberapa sub-program yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas hidup nelayan, yaitu pembangunan infrastruktur, penyediaan sarana kesehatan, penerbitan sertifikat tanah atas nama nelayan, pemberian bantuan alat tangkap ikan (jaring dan kapal), perbaikan perumahan, revitalisasi tempat pelelangan ikan (TPI), pembangunan sumber daya manusia, dll6. Diluncurkannya program ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap pembangunan di sektor kemaritiman di Indonesia. Nelayan kecil di seluruh Indonesia merupakan potensi yang sangat kuat dalam membentuk ekonomi maritim di Indonesia apabila dipertahankan dan dibimbing dengan benar. Stigma masyarakat terhadap mata pencaharian nelayan yang selama ini diidentikkan dengan kemiskinan dapat dihapuskan apabila sumber daya manusia nelayan itu sendiri dapat berkembang terutama dengan kemajuan teknologi yang memudahkan pencarian ikan oleh nelayan.
Pelabuhan Belawan berada di dalam wilayah Kotamadya Medan yang terletak ±27 km dari pusat Kota Medan. Pelabuhan ini berada di sisi Muara Sungai Belawan dan Sungai Deli yang pantainya labil dan berlumpur. Pelabuhan ini menghadap langsung ke Selat Malaka, selat yang menghubungkan Pulau Sumatra dengan Semenanjung Malaysia.
http://www.jitunews.com/read/12267/dirjen-perikanan-tangkap-luncurkan-sekaya-maritim#ixzz3mymQxo8n. Diakses pada 28 September 2015 pukul 14.00 6 http://www.antaranews.com/berita/478609/antusiasme-nelayan-terhadap-sekaya-maritim. Diakses pada 28 September 2015 pukul 14.30 5
Pelabuhan Belawan memiliki sejarah panjang yang telah ada sebelum datangnya penjajah di Indonesia. Pelabuhan Belawan sendiri awal mulanya disebut Labuhan Deli yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli. Pelabuhan ini pada mulanya berada di tepian Sungai Deli, yang kemudian dipindahkan ke Sungai Belawan karena pendangkalan di Sungai Deli7. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Pelabuhan Belawan dikembangkan dan pernah menjadi pelabuhan terbesar di wiliyah Hindia-Belanda pada tahun 19387. Sampai sekarang, Pelabuhan Belawan terus dikembangkan di bawah operasional PT Pelindo II, namun perkembangannya tidak semaju pelabuhan-pelabuhan lain di sekitarnya, seperti Singapura atau Tanjung Priok. Pelabuhan Belawan memang memiliki posisi yang sangat strategis bila dilihat dari kegiatan pelabuhan dunia, yaitu berada di jalur perdagangan dunia sejak jaman nenek moyang bahkan hingga sekarang di jaman modern. Pelabuhan ini digadang-gadang juga akan dikembangkan untuk menjadi tempat bersandar kapal-kapal besar sebelum menuju pelabuhan besar berikutnya, yaitu Singapura. Potensi ini menjadikan Kawasan Pelabuhan Belawan sebagai kawasan yang patut dikembangkan untuk memajukan perekonomian lokal maupun sampai taraf nasional.
7
http://www.kampungnelayan.co.id/?page_id=757. Diakses pada 28 September 2015 pukul 5.09
Terdapat enam titik kawasan kampung nelayan di sekitar Pelabuhan Belawan, yaitu: a.
Kampung Nelayan Seberang
d.
Kampung Nelayan Belawan Bahari
b.
Kampung Nelayan Belawan I
e.
Kampung Nelayan Bagan Deli
c.
Kampung Nelayan Belawan Bahagia
f.
Kampung Nelayan Indah
Dari seluruh kampung di sekitar Pelabuhan Belawan, hampir seluruhnya merupakan permukiman kumuh dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, dengan presentase di kisaran angka 50 % (lihat Tabel I.1).
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelurahan Pulau Sicanang Belawan Bahagia Belawan Bahari Belawan I Belawan II Bagan Deli
Jumlah Penduduk (jiwa) 14.696 11.888 11.988 20.161 20.161 15.860
Di Bawah Garis Kemiskinan (jiwa) 7.230 6.744 7.034 10.813 10.184 8.653
Presentase (%) 49,20 56,73 58,68 53,63 48,70 54,45
Kemiskinan ini bertolak belakang dengan potensi kawasan Pelabuhan Belawan yang merupakan salah satu Pelabuhan Nasional. Pendapatan yang rendah sering dikaitkan dengan pekerjaan nelayan yang banyak menjadi tumpuan hidup masyarakat di kawasan ini. Stigma yang buruk oleh masyarakat bahwa pekerjaan nelayan adalah pekerjaan miskin ini muncul karena memang kebanyakan nelayan hidup miskin dengan uang seadanya.
No.
Kelurahan
1
Nelayan (Jiwa) 2007
2008
2009
2010
Pulau Sicanang
218
218
207
203
2
Belawan Bahagia
752
752
769
772
3
Belawan Bahari
939
939
965
889
4
Belawan I
1,367
1,367
1,377
1,296
5
Belawan II
227
227
231
243
6
Bagan Deli
1,685
1,685
1,689
1,474
5,188
5,188
5,238
4,877
Medan Belawan
Di antara kampung-kampung Nelayan di atas (lihat Gambar I.4), Kelurahan Bagan Deli merupakan kelurahan dengan jumlah nelayan terbanyak. Salah satu faktor penyebabnya adalah letak Pelabuhan Ikan yang terletak di muara Sungai Deli. Dengan karakteristik tersebut, Kelurahan Bagan Deli cocok untuk dikembangkan menjadi kampung nelayan terpadu untuk dijadikan percontohan bagi kampung nelayan di sekitarnya.
Selain potensi kawasan sebagai pelabuhan besar dan komunitas nelayan yang cukup besar dan kuat, banyak isu-isu permukiman di Belawan seperti kemiskinan yang merajalela dan isu-isu lingkungan serta kebencanaan.
Muara Sungai Deli dan Sungai Belawan merupakan daerah rawa-rawa yang menjadi habitat bagi mangrove. Hutan mangrove di area pesisir ini secara ekologis berperan sebagai penghambat abrasi pantai dan penahan angin pantai untuk kawasan di belakangnya. Menurut Peta Dasar Kota Medan tahun 2007, lahan kosong, rawa dan kawasan lindung di Kelurahan Bagan Deli pada tahun 2005 masih di atas batas normal, yaitu 33,5% dari luas keseluruhan lahan. Namun presentase ini terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, lahan hijau yang tersisa tinggal 27,89% yang berarti sudah di bawah ambang batas normal (30% sesuai peraturan Kota Medan). Dalam waktu 6 tahun saja, lahan hijau ini sudah berkurang lebih dari 15%. Hal ini dipicu oleh perkembangan kawasan sebagai pelabuhan yang menarik pendatang untuk bermukim di sini. Selain itu kawasan Belawan sebagai kawasan industri hilir juga terus berkembang dengan
munculnya banyak industri baru dibangun di kawasan ini. Perkembangan permukiman dan industri ini otomatis mengambil lahan hijau yang seharusnya untuk habitat mangrove8. Alih fungsi lahan ini bila dibiarkan terus menerus akan mengancam eksistensi habitat mangrove terutama di Kelurahan Bagan Deli. Diperlukan suatu konservasi dan solusi untuk mengurangi atau justru menghentikan laju degradasi lahan hijau di Kelurahan Bagan Deli.
Degradasi lahan hijau memberikan dampak yang luas bagi keseimbangan ekologis. Permukiman di Belawan setiap tahunnya rutin menghadapi bencana rob air laut di mana ketinggian pasang air laut mencapai puncaknya. Semakin tingginya degradasi lahan hijau di sekitar Belawan akhir-akhir ini membuat banjir rob yang datang tak lagi mengenal musim. Hampir setiap bulan selalu terjadi rob. Banjir rob ini memberikan dampak buruk bagi permukiman, seperti merusak konstruksi jalan dan struktur rumah akibat terendam zat kerosin (garam). Menurut SID Pengendalian Banjir Rob di Belawan Kota Medan, ketinggian banjir rob rata-rata setelah dilihat dari banjir tahunan hingga banjir 100 tahunan adalah 0,6 m dari elevasi jalan di sisi Sungai Deli9. Diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan bencana yang setiap tahun menghantui warga di permukiman Belawan. Selain dengan konservasi lahan hijau untuk mempercepat penyerapan saat terjadi rob, solusi dari desain permukiman juga perlu diperhatikan agar lingkungan permukiman tidak mati saat terjadi banjir. Dengan berbagai isu permasalahan tadi, pengembangan permukiman nelayan perlu diarahkan untuk dapat menanggapi isu-isu permasalahan permukiman yang ada di daerah Belawan.
Lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini meliputi permasalahan umum (non arsitektural) dan permasalahan khusus (arsitektural) antara lain sebagai berikut:
Permasalahan non arsitektural merupakan tanggapan terhadap kebutuhan kawasan akan fasilitas yang mampu berperan aktif dalam pengembangan kawasan pelabuhan agar mampu memberi dampak positif bagi perekonomian kawasan dan penghuninya. a.
Bagaimana nelayan sebagai sektor makro mampu mendukung kegiatan maritim di Kota Pelabuhan Belawan mulai dari aktivitas nelayan hingga pasar perikanan di tingkat nasional?
Terdapat satu lingkungan permukiman Di Kelurahan Bagan Deli yang baru saja muncul dan mengambil lahan di hutan mangrove yang dinamakan Bagan Tambahan (BaTam). 9 SID Pengendalian Banjir ROB (Pasang) Belawan Kota Medan, 2013. Analisa Debit Banjir dan Tinggi Muka Air Banjir. Hal IV-29 8
b.
Bagaimana kampung nelayan dapat terintegrasi dengan sarana transportasi untuk mendukung mobilitas penghuni seperti pelabuhan, stasiun kereta, dan jaringan angkutan umum darat lainnya serta terintegrasi dengan sarana ekonomi seperti pasar ikan dan tempat pelelangan ikan yang akan menjadi penggerak ekonomi makro?
Permasalahan arsitektural merupakan tanggapan terhadap isu-isu terkait permukiman kampung dan ekologi kawasan sehingga kampung nelayan dapat memenuhi kebutuhan dan melindungi penghuninya serta dapat menjadi solusi bagi degradasi lahan hijau yang terjadi di sekitar permukiman. a.
Bagaimana kampung nelayan mampu memenuhi kebutuhan akan hunian, ruang sosial, ruang ekonomi, dan ruang hijau bagi nelayan maupun penghuni kawasan permukiman di sekitar Pelabuhan Belawan?
b.
Bagaimana mendesain kampung nelayan yang merespon isu-isu ekologi serta kebencanaan di lingkungan permukiman?
c.
Bagaimana desain kampung mampu mengangkat arsitektur tradisional dalam desain hunian dan kawasan hunian?
Tujuan dari penulisan karya ini adalah mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Kampung Nelayan di Belawan yang mampu merespon isu-isu kebutuhan permukiman, ekologi, potensi maritim dan kebencanaan, dengan tetap mempertahankan arsitektur vernakular dalam desain hunian dan kawasan.
Sasaran dalam penulisan karya ini adalah: a.
Identifikasi potensi dan masalah perancangan
b.
Identifikasi masalah tipologi desain permukiman sejenis.
c.
Identifikasi kebutuhan hunian serta sarana-sarana pendukung lainnya.
d.
Studi mengenai karakteristik kegiatan nelayan.
e.
Identifikasi standar permukiman nelayan serta sarana-sarana pendukungnya.
Pembahasan perancangan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan permasalahan. Pembahasan non arsitektural ditekankan pada fungsi desain sebagai sebuah kawasan kampung nelayan dengan memperhatikan kajian teoritis mengenai arsitektur tepian air, pola aktivitas di
dalam permukiman khususnya permukiman nelayan, serta hubungannya dengan pelabuhan sebagai moda ekonomi masyarakat. Sedangkan pembahasan arsitektural dititikberatkan pada pemecahan masalah dalam menghasilkan kawasan yang mempu mendukung kegiatan dan mendukung ekonomi masyarakat nelayan yang tinggal di dalamnya dengan tetap memperhatikan konteks kawasan.
Dalam perencanaan Kampung Nelayan ini, ada beberapa tahap desain yang ditempuh untuk mencapai sebuah keberhasilan perancangan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. a.
Pengumpulan Data Merupakan proses paling penting dalam memahami permasalahan desain. Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: i.
Data Primer; berupa hasil pengukuran dan pengamatan langsung melalui metode survei, yang terdiri dari:
Data Site; data yang didapatkan berupa fisik (dimensi lahan, batas lahan, vegetasi eksisting, kontur, dll) dan non fisik (pola kehidupan masyarakat)
Studi kasus; dilakukan untuk mendapatkan referensi langsung dari lapangan mengenai desain bangunan dan karakteristik arsitektur nelayan sesuai dengan karakteristik masyarakat Belawan.
ii.
Data Sekunder
Studi Pustaka; teori-teori mengenai Arsitektur Tangguh (Resilient Architecture) untuk konsep penataan hunian serta sirkulasi antara hunian dengan sarana prasarana pendukung lainnya dari sumber pustaka buku atau penelitian.
Studi Literatur; dilakukan untuk memperkuat teori dari studi pustaka. Data yang didapatkan berupa alternatif desain.
Data Site; berupa Building Code, peraturan-peraturan yang mengikat perencanaan bangunan dan kawasan di wiliyah site dan kondisi geografis site.
b.
Analisis Data Merupakan proses analisis faktor-faktor penting yang mendasari terjadinya isu permukiman di Kecamatan Belawan dan standar-standar permukiman nelayan dalam perancangan kampung nelayan.
c.
Sintesis Data Merupakan proses sintesis data yang telah dianalisis untuk dimasukkan ke dalam konteks perancangan yang akan dilakukan pada site.
d.
Skematik Desain Merupakan tahapan integrasi pengumpulan data antara data lapangan dengan studi yang telah dikaji pada tahap sebelumnya, yang dirumuskan menjadi sebuah konsep perencanaan dan
perancangan. Rumusan konsep digunakan untuk mendapatkan konsep yang dapat menjawab permasalahan yang ada sebagai dasar di dalam perencanaan dan perancangan Kampung Nelayan Berkelanjutan di Belawan dengan Pendekatan Arsitektur Tangguh.
Sistematika pembahasan yang akan digunakan pada landasan konseptual perencanaan dan perancangan ini dibagi menjadi lima bab. Adapun garis besar dari setiap bab adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan kumpulan dasar-dasar urgensi penelitian dan teknis yang digunakan dalam penulisna. Berisi Latar Belakang Permasalahan dan Isu, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran, Batasan Lingkup Pembahasan, Metode Penelitian yang digunakan, Sistematika Pembahasan, Kerangka Pola Pikir serta Keaslian Penulisan. BAB II KAJIAN TEORITIS Bab kajian teoriris merupakan kumpulan dasar-dasar teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjadi landasan analisa dalam merumuskan konsep. Pada umumnya berisi tentang permukiman, khususnya permukiman nelayan. Menjelaskan pola aktivitas, standar-standar, serta studi kasus permukiman nelayan sebagai pembanding. Dijelaskan pula mengenai arsitektur tangguh yang menjadi pendekatan dalam perancangan. BAB III KAJIAN EMPIRIS Bab kajian empiris berisi tentang tinjauan dan analisis terhadap tapak yang dipilih. Secara umum menjelaskan mengenai kondisi site terpilih, potensi site terpilih, kebijakan setempat, permasalahn pada site, dan analisa SWOT pada lokasi yang telah terpilih. BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN Bab analisis dan sintesis pendekatan konsep berisi tentang pendekatan konsep perencanaan yang didapat dari analisa permasalahan dan lokasi site pada bab sebelumnya yang kemudian dilakukan pendekatan-pendekatan konsep beserta analisa-analisa yang dibutuhkan untuk menghasilkan konsep. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Bab konsep perencanaan dan perancangan merupakan hasil rumusan dari pendekatan-pendekatan dan analisa yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berisi konsep-konsep dasar dalam perencanaan dan perancangan Kampung Nelayan Berkelanjutan yang mendasari desain dan digunakan sebagai acuan transformasi dari desain yang akan diwujudkan.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM PERLU DIDUKUNG SUMBER DAYA MANUSIA YANG MAMPU MENGOLAHNYA SECARA MAKSIMAL
MATA PENCAHARIAN NELAYAN IDENTIK DENGAN KEMISKINAN
PERMUKIMAN NELAYAN DIPANDANG SEBAGAI KAWASAN KUMUH KARENA PENGELOLAAN YANG UMUMNYA KURANG BAIK
BELAWAN SEBAGAI KAWASAN PELABUHAN BESAR DI SUMATERA PERLU DUKUNGAN DARI MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN
BAB I KAMPUNG NELAYAN BAGAN DELI (TERBESAR DI BELAWAN)
PERMASALAHAN FUNGSI (PERMUKIMAN, NELAYAN)
BAB II
PERMASALAHAN KONTEKS (PESISIR, RAWA)
BAB III
ARSITEKTUR TANGGUH BENTUK, STRUKTUR, FUNGSI, SIRKULASI
BAB IV
KONSEP: KAMPUNG ADAPTIF
BAB V
Penulisan Tugas Akhir ini mengambil judul “Kampung Nelayan Berkelanjutan di Belawan dengan Pendekatan Arsitektur Tangguh (Resilient Architecture)” dengan penekanan permasalahan yang tidak terdapat pada penulisan sebelumnya. Keaslian penulisan ini mempunyai beberapa kesamaan konteks dengan beberapa tugas akhir yang terlebih dahulu disusun, namun terdapat perbedaan dalam pembahasan dan konsep desain. Di bawah ini terdapat beberapa karya sejenis yang memiliki konteks hampir sama dengan tema dan penekanan yang berbeda. No. 1
2 3 4
5
Judul Penataan Kawasan Tepian Air (Waterfront Development) di Kawasan Benteng Kuto Besak di Palembang Kampung City Block di Kawasan Bantaran Sungai Code dengan Pendekatan Green Architecture Kampung Vertikal Bantaran Sungai Code, Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Organik Redesain Rumah Susun Grha Bina Harapan Kampung Juminahan, Tegal Panggung, Yogyakarta dengan Pendekatan Perilaku Sosial Masyarakat Kampung Juminahan Kampung Susun di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Berkelanjutan
Penulis Stefanus Widyamurdani
Perbedaan Lokasi, pendekatan
Irfan Nurdin
Jenis waterfront, pola penghuni, pendekatan Jenis waterfront, pola penghuni, pendekatan Konteks kawasan, pola penghuni, pendekatan
Cherya Mayndra Nurfeta M. Suva Nugraha
Abdul Razak Noval
Konteks kawasan, pola penghuni