Asep Solikin, Nilai-nilai Spiritual Sufistik Qasidah Burdah dalam Meningkatkan Religiusitas
NILAI-NILAI SPIRITUAL SUFISTIK QASIDAH BURDAH DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS ASEP SOLIKIN Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Email :
[email protected]
ABSTRACT In the perspective of the development of one's religiosity can be developed through touches the other side that can bring spiritual and inner shades religious person. It can be touched by some form. The forms that try to offer in this study is about Qasidah Burdah (QB) developed at boarding school and in some majlistaklim in public life can be categorized as an internalization of values in the media application using music as a medium. Researchers used a qualitative approach in this research to complete the study. Researchers believe using this approach because the problem in this study is very holistic, complex, dynamic and full of meaning that is not possible data on the social situation captured by quantitative research methods such as test instrument. Moreover, the authors intend to understand the social situation in depth, find the strategy pattern, hypotheses and theories associated with this research study. The content of the values of Sufism in Qasidah Burdah still have suitability (relevance) to the teachings of Islam in terms of both goals (for the human form in order to be a perfect human being (insan kamil) as a servant of God and as a vicegerent on earth) and material (faith, Sharia and morals). therevore, Qasidah Burdah can be used as a reference or references in the individual maturation process, especially in Indonesia. Keywords : spiritual, religious
ABSTRAK Seseorang dalam perspektif perkembangan religiusitas dapat dikembangkan melalui sentuhansentuhan sisi lain yang bisa menghidupkan spiritual dan nuansa bathin keberagamaan seseorang. Hal itu dapat disentuh dengan beberapa bentuk. Bentuk yang coba ditawarkan dalam kajian ini adalah tentang Qasidah Burdah (Pengajian QB) yang dikembangkan di pondok pesantren dan di beberapa majlis taklim dalam kehidupan masyarakat dapat dikategorikan sebagai internalisasi nilai yang dalam penerapannya menggunakan media musik sebagai medianya. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini untuk menyelesaikan penelitian tersebut. Peneliti berkeyakinan dengan menggunakan pendekatan tersebut karena masalah dalam penelitian ini sangat holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrument seperti test. Selain itu penulis bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola strategi, hipotesis dan teori yang terkait dengan kajian peneltian ini. Kandungan tentang nilai-nilai tasawuf dalam Qasidah Burdah tersebut masih memiliki kesesuaian (relevansi) dengan ajaran-ajaran Islam baik dari segi tujuan untuk membentuk manusia supaya menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) sebagai hamba Allah serta sebagai khalifah di muka bumi ini, maupun materi (akidah, syariah dan akhlak). Oleh sebab itu, qasidah burdah bisa dijadikan sebagai salah satu acuan ataupun rujukan dalam proses pematangan individu tersebut khususnya di Indonesia. Kata kunci : spiritualitas, religiusitas
21
Anterior Jurnal, Volume 15 Nomor 1, Desember 2015, Hal 21 – 29
PENDAHULUAN
ISSN 1412-1395 (cetak) 2355-3529 (elektronik)
penyeimbang antara domain kognisi, afeksi dan
Ilmuwan dalam bidang psikologi, yang
psikomotor. Praktek ini sering dilakukan di dalam
salah satunya bernama Thomas Agosin pada
bidang
sekitar tahun 1970-an dan 1980-an memasukan
psikoterapi. Dengan "mencontoh" teknik tersebut,
unsur
pondok pesantren berusaha mensinkronisasikan
spiritual
sebagaimana
pada
juga
klinis.
Mereka,
dalam
teknik
proses internalisasi nilai dengan media musik
pengikutnya untuk melihat yang mistikal, yang
sebagai komplemennya. Berdasarkan observasi
transenden, yang menakjubkan dalam kehidupan
sementara, pengajian di pondok pesantren yang
sehari-hari. Agosin membawa kesadaran yang
dilengkapi dengan musikalisasi dianggap sebagai
membuka mata ini ke dalam praktik klinis. Ia
salah satu "model" internalisasi. Lebih dalam lagi,
mengembangkan
selanjutnya upaya mengkaji proses internalisasi
teknik
psikosis,
mendorong
khususnya
para
mental,
Cafh,
situasi
kesehatan,
mengatasi
hingga
masalah
depresi,
dengan
ini,
secara
operasional
dapat
diungkapkan
mengandalkan kepekaan spiritualnya. Ia percaya
beberapa hal yang berkenaan dengan efikasi
bahwa agama mencari keutuhan, adalah akar dari
musikalitas dari sistem pangajian di dalamnya.
banyak penyakit mental dan ia memperlakukan
Pada fakta lain, QB sangat dikenal di
pasiennya dalam kerangka spiritual ini. Sebagai
kalangan kaum tradisional maupun modern, untuk
contoh,
ia memperlakukan pasiennya yang
di kalangan tradisional biasanya dibacakan di
mengidap depresi yang sangat parah. Ia tidak
langgar-langgar, istilah tempat kecil untuk shalat
beragama, satu-satunya kesenangan baginya
di
adalah makan dan mimun sebanyak mungkin
salafiyah. Adapun untuk kalangan modern secara
untuk menghilangkan kegalauannya, mimpi-mimpi
kosmopolitan
buruk
mencakup lima benua; Asia, Afrika, Amerika,
yang selalu menghantuinya
dan lain
sebagainya.
Palangkaraya
Eropa
Perkembangan
bahwa
pesantren-pesantren
popularitas
Australia
(Manshur,
QB
telah
2007:240).
seseorang
Beberapa dekade yang lalu QB seiring dengan
dapat dikembangkan melalui sentuhan-sentuhan
perkembangan zaman, sering dibacakan, dihafal
sisi lain yang bisa menghidupkan spiritual dan
secara berjamaah oleh para santri pesantren
nuansa bathin keberagamaan seseorang. Hal itu
tradisional, jamaah tajug, mushalla, langgar dan
dapat disentuh dengan beberapa bentuk. Bentuk
tempat-tempat riyadlahan lainnya. Namun setelah
yang coba ditawarkan dalam tulisan ini adalah
sekian lama masa pun semakin berkembang,
tentang Qasidah Burdah (selanjutnya disingkat
anak-anak langgar, tajug dan lain-lain itu semakin
denga QB). Pengajian QB yang dikembangkan di
terkikis oleh budaya modernisme yang merasuk
pondok pesantren dan di beberapa majlis taklim
dan memporakporandakan nilai-nilai ruhiyah di
dalam kehidupan masyarakat dapat dikategorikan
wilayah pedesaan saat ini.
sebagai
internalisasi
penerapannya
religiusitas
dan
dan
nilai
menggunakan
yang
dalam
Berdasarkan fenomena di atas, maka
media
musik
kajian ini sebagai upaya menuju langkah-langkah
sebagai medianya. Di luar praktek pendidikan,
sosialisasi
musik
terkandung dalam QB kepada warga pesantren
22
sering
dijadikan
sebagai
media
kembali
terhadap
nilai-nilai
yang
Asep Solikin, Nilai-nilai Spiritual Sufistik Qasidah Burdah dalam Meningkatkan Religiusitas
(santri,
masyarakat
dan
Dalam kaitannya dengan jenis musikalitas
masyarakat umum yang pada awalnya membaca,
Qasidah Burdah, dapat dikemukakan bahwa
menghafal
Qasidah Burdah dimasukan ke dalam jenis
hingga
sekitar
pesantren)
menggali
nilai-nilai
QB yang
madchun-naby
yang
musiqa atau senandung musik 'arudly dengan
dikemas lewat musikalisasi QB ini diharapkan
bahar (wazan/segmen) al-basith menunjukkan arti
mampu menyentuh ruhani para pendengar, dan
"terbentang/terpapar" karena memiliki jenis musik
ter adinya perubahan sikap, perilaku dan akhlak
yang "memanjang datar" sehingga irama dari bait
santri, lalu proses internalisasinya dilaksanakan
ke bait memberikan corak yang hampir sama
berdasarkan pemahaman tingkatan pengajian
nada-nadanya,
yang tersedia.
tertentu (www.westjavainvest.com.in)
tersebut. ditanamkan
Adapun melalui
pola
sosialisasi
metode
pengajian
Ulama tasawuf cenderung menganggap
yang
mengandung
kecuali
Qasidah
Burdah
dalam
dapat
taranum
segmen
bait
dikategorikan
bahwa musik hukumnya halal. Landasan hukum
sebagai karya sastra Islam karena di dalam
yang digunakan merujuk pada Q.S. al-Maidah:87 :
kandungan teksnya memuat cerita biografi Nabi
"Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu
dan berisi ajaran-ajaran tasawuf yang dapat
mengharamkan apa-apa yang baik yang telah
dimanfaatkan oleh manusia untuk menjadi pijakan
Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu
kehidupan
melampaui batas. Seseungguhnya Allah tidak
dipandang perlu untuk memahami esensi Qasidah
menyukai orang-orang yang melampaui batas".
Burdah
Asumsi dasar yang digunakan oleh ulama tasawuf
mengandung juga musicalitas sufistik. Hal ini
adalah: 1) Musik tidak diharamkan baik oleh Allah
sebagaimana pandangan Nasr (2003) dalam
swt maupun Nabi s.a.w. secara tekstual, 2) Ada
Manshur didasarkan pada asumsi bahwa sastra
beberapa hadits yang mengkisahkan Nabi s.a.w.
adalah cermin spiritualitas Islam. Asumsi ini
memperkenankan permainan
berimplikasi
musik, 3) Jika
spiritualnya.
sebagai
karya
sebagaimana
Oleh
sastra
karena
Islam
pandangan
itu,
yang
Nasr
musik digolongkan sebagai Lahw (senda gurau)
(2003) dalam. Manshur didasarkan pada asumsi
yang diharamkan, maka semua hal yang bersifat
bahwa sastra adalah cermin spiritualitas Islam.
duniawi juga haram hukumnya. Dalam Q.S.
Asumsi ini berimplikasi pada satu pandangan
Muhammad: 36: "Sesungguhnya kehidupan dunia
yang mengatakan bahwa Islam dapat dipandang
ini hanyalah permainan (la'b) dan senda gurau
sebagai suatu budaya dan peradaban (lihat G.E.
(lah-w)" (al-Qardhawy, 2001:72).
von Grunebaum dalam Waardenburg, 1993: 87)
Qasidah Burdah adalah karya seorang
karena di dalam agama, ini terdapat banyak
penulis yang bergelar seniman dan ilmuwan,
entitas budaya sebagai hasil penafsiran atas
bernama Imam al-Bushiry, seorang ulama sufi,
ajaran-ajarannya. Entitas budaya itu, antara lain,
sehingga isi dari Qasidah Burdah adalah pikiran-
tercermin dalam bahasa dan karya-karya sastra
pikiran tentang ajaran tasawuf. Pikiran-pikiran al-
Arab, terutarna puisinya, yang sebagian besar
Bushiry ini dikategorikan sebagai ilmu yang
memuat tema-tema Islam yang menggambarkan
membicarakan sejarah kesusastraan.
kehidupan bangsa muslim Arab.
23
Anterior Jurnal, Volume 15 Nomor 1, Desember 2015, Hal 21 – 29
ISSN 1412-1395 (cetak) 2355-3529 (elektronik)
Qasidah Burdah terdiri dari 160 bait yang
masalah dalam penelitian ini sangat holistik,
ditulis dengan gaya bahasa atau uslub yang
kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga
menarik, lembut dan elegan. Imam al-Busiri
tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut
menterjemahkan kehidupan Nabi Muhammad
dijaring dengan metode penelitian kuantitatif
SAW kedalam bentuk bait-bait puisi yang sangat
dengan instrument seperti test. Selain itu penulis
indah. Dengan bahasa yang begitu indah, Imam
bermaksud memahami
al-Busiri telah berhasil menanamkan kecintaan
mendalam, menemukan pola strategi, hipotesis
dan kasihnya umat Islam kepada Junjungan
dan teori yang terkait dengan kajian ini.
Besar
Nabi
Muhammad
saw
dengan
lebih
Analisis
data
situasi
dalam
secara
penelitian
berlangsung
yang mendalam terhadap Nabi saw, nilai-nilai
selama di lapangan dan sampai setelah selesai di
sastera, sejarah dan moral turut terkandung
lapangan. Penelitian ini telah melakukan analisis
dalam qasidah tersebut.
data
peneliti
memasuki
ini
mendalam. Selain dari rasa kecintaan dan kasih
sebelum
sebelum
sosial
lapangan,
memasuki
lapangan.
Qasidah Burdah yang menjadi tema utama
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
dalam karya al-Busiri itu adalah merujuk kepada
pendahuluan dan data sekunder yang digunakan
jubah yang dipakai oleh Nabi Muhammad saw.
untuk menentukan fokus penelitian. Namun fokus
Burdah milik Nabi Muhammad saw ini telah
penelitian ini masih bersifat sementara dan
diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma,
berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan.
seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair
Proses yang diakukan adalah kepekaan peneliti
dua zaman yaitu Jahiliyyah dan Islam). Riwayat
dalam melihat fenomena yang terjadi selama ini
pemberian burdah oleh Rasulullah saw kepada
tentang religiusitas masyarakat. Adapun analisis
Ka’ab bin Zuhair bermula apabila Ka’ab sentiasa
data selama di lapangan, peneliti menganalisis
menggubah syair yang mengejek-ejek Nabi saw
data,
dan para sahabat. Karena rasa jiwanya terancam,
Spradley, dimana proses peneliti ketika memasuki
ia lari bersembunyi untuk melindungi diri dari
lapangan, mulai dengan menetapkan informan
kemarahan
para
terjadi
kunci “key informan” yang merupakan informan
penaklukan
Makkah,
Ka’ab
yang
yang dipercaya mampu membukakan pintu pada
mengutus
surat
objek penelitian, dalam hal ini adalah para
kepadanya yang isinya antara lain menganjurkan
pengakar QB dan peserta Halaqoh QB berasal
Ka’ab agar pulang bertaubat dan berjumpa
dari masyarakat dari berbagai kelompok dan
Rasulullah saw.
kalangan.
bernama Bujair
sahabat.
bin
Ketika
saudara Zuhair
memilih tahapan
analisis
data model
Dalam pengujian keabsahan data, metode METODOLOGI
dalam penelitian ini Nilai Kebenarannya adalah
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam
menyelesaikan
Validitas Eksternal, Aspek Konsistensi merupakan
penelitian tersebut. Peneliti berkeyakinan dengan
Reliabilitas dan Aspek Naturalis berkaitan dengan
menggunakan
objektifitasnya.
24
penelitian
ini
untuk
Validitas Internal, Aspek Penerapannya adalah
pendekatan
tersebut
karena
Asep Solikin, Nilai-nilai Spiritual Sufistik Qasidah Burdah dalam Meningkatkan Religiusitas
Bermacam-macam uji kredibilitas adalah sebagai berikut :
kesenian
maka
sastra
memiliki
pengaruh
terhadap kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan sastra
merangsang
manusia
untuk
lebih
memahami, dan menghayati kehidupan, sastra bukan
merumuskan
kehidupan
dan
kepada
mengabstrasikan manusia
tetapi
menampilkannya. Menurut Norman Podhoretz yang dikutip oleh Jabrohim “sastra dapat memberi pengaruh yang sangat besar terhadap cara berfikir seseorang mengenai hidup, mengenai baik buruk, mengenai benar salah, mengenai cara hidup sendiri serta bangsanya”. Ciri dari karya sastra yang sangat khas dan HASIL DAN PEMBAHASAN
penting
adalah
komunikasi. Seni Nilai Qasidah Burdah
dihasilkan
Seni atau kesenian (Khoirun Rosyadi: 2004:124)
adalah
salah
satu
unsur
dari
fungsinya
Memang melalui
sebagai
sistem
karya
sastra
benar
imajinasi
dan
kreativitas,
sebagai hasil kontemplasi secara individual, akan tetapi
karya
sastra
juga
ditujukan
untuk
kebudayaan. Menurut Aristoteles, kesenian pada
menyampaikan suatu pesan kepada orang lain,
dasarnya
sebagai komunikasi (Nyoman Kutha Ratna)
adalah
untuk
mendidik
perasaan
manusia supaya menjadi halus dan peka dalam
Sastra
dan
agama
juga
tidak
dapat
menghadapi rangsangan dan tantangan. Pada
dipisahkan, hal ini tercermin dari bagaimana Allah
garis besarnya kesenian dapat dibedakan menjadi
menyampaikan ajaran-Nya berupa agama Islam
beberapa hal berikut:
kepada manusia melaui Rasul-Nya dalam bentuk
a. Seni sastra atau kesusastraan, seni dengan
Al-Qur’an yang dikemas dalam bahasa dan sastra
alat bahasa
yang
sangat
indah.
Kemudian
Rasul
b. Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara
menyampaikannya dengan menggunakan bahasa
c. Seni tari, seni dengan alat gerakan
yang baik dan indah dengan dihiasi gaya sastra
d. Seni rupa, seni dengan alat garis, bentuk,
yang indah pula (Akhmad Muzakki, 2006).
warna dan lain sebagainya
Sastra
e. Seni drama atau teater, seni dengan alat
dalam
perspektif
agama
juga
merupakan suatu alat yang sangat baik untuk
kombinasi sastra, musik, tari atau gerak dan
menyampaikan
ajaran
agama.
Di
samping
rupa (Endang Saifuddin Anshari, 1992).
berbagai manfaat di atas sastra juga dapat
Hidup tanpa seni adalah kasar begitu
dipakai menjadi alat pendidikan. Salah satu wujud
pernyantaan Mukti Ali (mantan Menteri Agama),
sastra ialah syair/syi’ir. Syair/syi’ir ialah “suatu
dan sastra adalah salah satu cabang dari
kalimat
kesenian.
menggunakan
Sebagai
salah
satu
cabang
dari
yang
sengaja irama
disusun dan
sajak
dengan yang
25
Anterior Jurnal, Volume 15 Nomor 1, Desember 2015, Hal 21 – 29
mengungkapkan tentang khayalan atau imajinasi yang indah” (E.M. K. Kaswardi , 1993).
ISSN 1412-1395 (cetak) 2355-3529 (elektronik)
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
Kandungan Qasidah Burdah yang sejatinya
atau
ketidakpastian
dalam
kehidupan.
memiliki nilai pendidikan Islam ialah tentang
2. Menemukan arti dan tujuan hidup
ajaran-ajaran pengendalian hawa nafsu. Hal ini
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan
tertuang dalam bait 18 yang berbunyi : Nafsu bagaikan anak bayi, jika engku membiarkannya ia akan terus ingin menyusu dan jika engkau
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
menyapihnya ia akan berhenti.
Aspek-aspek spiritual dalam pandangan
Spiritualitas Qasidah Burdah
menurut Stoll terdapat hubungan yang terus
Secara bahasa spiritual berasal dari kata
menerus dan tidak boleh terputus. Selain istilah
spirit atau spiritus yang mengandung pengertian:
diatas terdapat beberapa istilah penting yang
nafas,
terkait yaitu konsep spiritual dan kebutuhan
udara,
pengaruh,
angin,
semangat,
antusiasme,
atau
kehidupan,
nyawa
yang
spiritual. Dalam pandangannya konsep spiritual
menyebabkan hidupnya seseorang. Kata spiritus
adalah konsep dimana seseorang berupaya
dipergunakan untuk bahan bakar dari alkohol, di
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan
Barat minuman anggur sering juga disebut
dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan saat-
sebagai spirit dalam arti minuman pemberi
saat kritis, ketahanan diri dan mencari jati diri dan
semangat. Dari serangkaian arti diatas kata spirit
kesadaran diri.
jelas mengandung makna kiasan yaitu semangat atau
sikap yang mendasari sebuah tindakan,
Efek spiritualitas nilai-nilai utama Qasidah Burdah
bersifat komprehensif
spiritualitasnya
yang mendasarinya, sedangkan spirit adalah
kehidupan seseorang
dapat menjadi salah satunya.
bagia agama atau komunitas karena spiritualitas mewarnai,
jika
semua
dalam
karena sebuah tindakan manusia banyak sekali
Kata spirit juga digunakan untuk menyebut
menyentuh
karena
termasuk
bukannya
aspek
kontribusinya
menentukan
inti
sebuah entitas atau makhluk immaterial, atau
seseorang. Cahaya spiritual akan mengakibatkan
sesuatu bentuk energy yang hidup, nyata, meski
munculnya perhatian yang luar biasa. Tidak sulit
kasat mata, tidak memiliki badan fisik. Entitas
membuat argumen bahwa di dalam semua
makhluk
bersifat
spiritualitas yang tetap bertahan pada saat ini,
ketuhanan menurut aslinya dan memiliki cirri
cahaya akan mengakibatkan munculnya perhatian
karakteristik
yang sama.
hidup
ini
ada
dua,
kemanusiaan,
yang
atau
juga
dipergunakan untuk makhluk halus atau hantu.
Prinsip-prinsip qasidah burdah ditinjau dari
Sedangkan menurut Burkhardt spiritualitas
sisi psikologis mampu meningkatkan seseorang
dalam kehidupan seorang individu meliputi aspek-
dari pelafalnya dan pembacanya akan memiliki
aspek berikut:
kecerdasan
spiritual
yang
baik.
Hal
ini
menunjukkan bahwa dengan memiliki kecerdasan spiritual memiliki kebermaknaan yang lebih dari
26
Asep Solikin, Nilai-nilai Spiritual Sufistik Qasidah Burdah dalam Meningkatkan Religiusitas
yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa makna dan
Oleh karena itu setidaknya terdapat lima
hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke
hal seseorang itu dapat dikatakan meningkat
manakah kita akan pergi. Jika merujuk pada
religiusitasnya dengan lima indikator. Kelima
agama, pada awal penciptaan manusia, Tuhan
indikator tersebut dapat dicapai dengan sebuah
meniupkan roh atau napas kehidupan kepada
usaha dan bimbingan secara terus menerus, dan
manusia. Berarti roh kita adalah sesuatu yang
dengan bantuan orang lain. Dengan bimbingan
membuat kita hidup.
yang
Manusia dalam dimensi keberagamaan
benar
mencapai
maka
seseorang
kematangan
akan
dan
dapat
peningkatan
sebenarnya membutuhkan spiritualitas sebagai
religiusitas yang baik. Adapun dimensi religiusitas
bagian dalam hidupnya pada proses penemuan
dapat dijelaskan pada hal-hal di bawah ini;
makna
a) Dimensi keyakinan (the ideological dimension,
hidup.
Kebutuhan
manusia
akan
religious
spiritualitas didasarkan pada; a. Kebutuhan
untuk
mempertahankan
atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi
belief),
yaitu
kepercayaan
yang
diyakini individu terhadap agama yang menjadi anutannya;
untuk
b) Dimensi peribadatan atau praktik agama (the
pengampunan,
ritualistic dimension, religious practice), yaitu
mencintai, menjalin hubungan, penuh rasa
dimensi yang mengetengahkan tentang ritual
percaya dengan Tuhan.
dan aktivitas yang dilakukan sebagai pengokoh
kewajiban
agama
mendapatkan
serta
maaf
kebutuhan
atau
b. Kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
untuk
c) Penghayatan
(the
experiential
dimension,
religious feeling), yaitu pemahaman, pemikiran
serta rasa keterikatan. c. Kebutuhan
keyakinan dalam keagamaan;
memberikan
dan
mendapatkan maaf
yang mendalam (deep thinking) terkait dengan anutan yang menjadi keyakinan yang biasanya
Kematangan Religiusitas Individu
ditampakkan dalam perilaku kehidupan sehari-
Peningkatan kualitas religiusitas manusia
hari;
merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan
d) Pengalaman (the consequential dimension,
dan pemahaman secara komprehensif mengenai
religious effect), yaitu aktualisasi kulminasi dari
nilai-nilai ajaran agama dan penghayatan yang
keseluruhan
baik tentang Sang Pencipta sebagai sumber nilai
terkait dengan religi tadi yang diejewantahkan
tertinggi bagi sistem ajaran agama, maupun
dalam aktivitas nyata, baik interaksi dengan
ajaran agama yang ideal dalam semua segi
manusia, lingkungan dan juga dengan Rabbny
kehidupan duniawi. Pengetahuan, pemahaman dan
penghayatan
tergadap
nilai-nilai
ajaran
e) Pengetahuan
pemahaman
beragama
yang
(the
mendalam
intellectual
dimension, religious knowledge), dimensi ini
agama secara komprehensif dan benar akan
lebih
menonjolkan
aspek
keberwawasan
membentuk sikap dan prilaku yang religius.
individu terhadap keyakinan yang dianutnya.
27
Anterior Jurnal, Volume 15 Nomor 1, Desember 2015, Hal 21 – 29
KESIMPULAN DAN SARAN
ISSN 1412-1395 (cetak) 2355-3529 (elektronik)
yang
mendorong
perkembangan
dari
perikehidupan manusia berjalan ke arah dan Kesimpulan
sesuai dengan kaidah-kaidah keyakinan.
Pendidikan adalah suatu proses yang
Oleh karena itu religiusitas individu , setelah
memiliki tujuan tertentu, dan demi tercapainya
dengan intens mengikuti kegiatan Qasidah
tujuan yang diinginkan tersebut maka terdapat
Burdah
berbagai materi pendidikan yang harus diajarkan,
terutama pada nilai-nilai spiritualitasnya pada
demikian halnya dengan pendidikan Islam yang
lima dimensi berikut; Dimensi keyakinan,
memiliki tujuan untuk mencetak manusia supaya
dimensi peribadatan atau praktik agama,
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
penghayatan, pengalaman, dan pengetahuan
kepada Allah sehingga mampu mengemban
beragama.
akan dapat terlihat kematanganya
amanat sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di Saran
muka bumi ini. Demi tercapainya tujuan tersebut maka dalam pendidikan Islam terdapat materimateri
yang
harus
diajarkan.
Materi-materi
Berdasarkan temuan-temuan di atas maka di sini ada dua hal yang ingin penulis kemukakan
tersebut ialah aqidah (keimanan), syariah serta
dalam bentuk saran, yaitu ditujukan kepada:
akhlak yang didasarkan atas Al-Qur’an serta
1.
Sunnah Nabi.
terbius dengan keindahan bahasa dalam
Penelitian ini setidaknya ada beberapa hal
sebuah karya sastra, akan tetapi harus lebih
yang dapat disimpulkan; 1.
Qasidah
Burdah
menggali pesan-pesan yang terkandung di didalamnya
dalamnya, karena dalam karya sastra sarat
nilai-nilai spiritual tentang aqidah, syariah
akan pesan-pesan moral atau pendidikan
dan akhlak, yang mana nilai-nilai tersebut
yang ingin disampaikan oleh pengarangnya.
bisa
dijadikan
penyampaian
2.
terkandung
sebagai
materi
acuan
dalam
dan
pendidikan
2.
Pendidik : untuk menjadikan karya sastra (khususnya Qasidah Burdah) sebagai salah
kepribadian seseorang untuk menjadi insan
satu
yang lebih bertakwa. Cakupan tentang materi
individu
aqidah dalam Qasidah Burdah ialah rukun
masyarakat
iman yang enam, materi syariah mencakup
religiusitasnya. Hal ini dikarenakan dalam
tentang shalat, puasa, doa, dan jihad,
karya Qasidah Burdah terkandung materi-
sedangkan cakupan materi tentang akhlak
materi
ialah akhlak kepada Allah, Rasul serta akhlak
sebagai salah satu bagian dari kajian ajaran-
kepada diri sendiri.
ajaran Islam.
Dimensi
religiusitas
individu
pada
hakekatnya dapat dikategorikan dalam dua komponen
utama,
yaitu
:
(a)
manusia
sebagai makhluk Sang Pencipta; (b) sikap
28
Peminat karya sastra: untuk tidak hanya
rujukan yang
yang
dalam
proses
dalam
untuk
ini
adalah
mematangkan
proses
dibutuhkan
hal
membantu
dalam
tasawuf
Asep Solikin, Nilai-nilai Spiritual Sufistik Qasidah Burdah dalam Meningkatkan Religiusitas
DAFTAR PUSTAKA Abdullah dan Bakry, 1991. Kamus: ArabIndonesia-Inggris; Indonesia-Arab Inggris. Ali, Mukti. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini. Jakarta: Rajawali Press. Departemen Agama, Terjemahnya, Surabaya,
1989. Al-Qur’an dan Surabaya: Mahkota
Gazalba, 1998. Islam dan Kesenian: Relevansi Islam dan Seni Budaya, Jakarta: Penerbit Pustaka al-Husna. Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosional. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Manshur, 2007, Kasidah Burdah al-Bushiry dan Popularitasnya dalam Berbagai Tradisi; Suntingan Teks, Terjemahan dan Telaah Resepsi. Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada. Sugijono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta. Zakiyah Darajat. 1991. Psikologi Agama, Jakarta: Bulan Bintang. Zurich, 2006. Metodologi Peneltian Sosial dan Pendidikan; Teori-Aplikasi, Jakarta: Bumi U-sara. www.amanah.or.id www.sunnirazfi.org www.alhambraproduction.com wWw.bbc.co.uk.
29