ARTIKEL PENCIPTAAN LUKISAN POTRET BERDASARKAN EKSPRESI WAJAH MANUSIA
Oleh
SYAHRUDDIN NIM. 081222610032
JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012
PENCIPTAAN LUKISAN POTRET BERDASARKAN EKSPRESI WAJAH MANUSIA Syahruddin dan Heru Maryono ABSTRAK Penciptaan karya ini bertujuan untuk menghadirkan ekspresi wajah pada lukisan potret agar lukisan terlihat menarik dan potret tidak sekadar digunakan sebagai pengagungan kepada seseorang. Penciptaan Ini merupakan penciptaan karya yang sebelumnya karya itu memang belum ada sama sekali. Berawal dari kehidupan sehari-hari yang memperlihatkan kehidupan manusia yang beragam dengan segala kondisi atau keadaannya yang akhirnya menimbulkan suatu rasa terhadap manusia yang mengalaminya lalu rasa itu muncul dalam suatu ekspresi wajah. Dari ekspresi wajah kita dapat membaca perasaan yang sedang dialami manusia itu yang kita simpulkan dari pengalaman sehari-hari. Berawal dari pengamatan ekspresi wajah manusia yang selalu berubahubah ketika perasaan yang dialaminya juga berubah yang mampu membuahkan hasil dalam pikiran. Lambat laun resapannya membuahkan hasrat untuk melukis dengan muatan konsep seperti yang tervisualisasi dari ekspresi wajah manusia tersebut. Hasrat tersebut direalisasikan kedalam lukisan yang ternyata mampu menimbulkan gagasan baru sebagai pemicu untuk melukis. Ekspresi wajah dihadirkan sebagai isi dari perasaan yang dialami manusia sebagai objek utama pada lukisan potret. Eskspresi wajah mampu menjadi sebuah isi yang menjelaskan keadaan dan perasaan yang sedang dialami manusia. Kata kunci : Ekspresi Wajah, Potret Manusia.
PENDAHULUAN Pengalaman dari kejadian sehari-hari bisa menjadi guru tersendiri yang bisa membantu memunculkan sebuah ide dalam memulai menciptakan suatu karya seni. Ketika seorang anak sedang bermain dengan teman-temannya di pekarangan rumah, ekspresi wajahnya terlihat sangat gembira karena sedang asyik menikmati permainannya. Saking asyiknya bermain sehingga lupa waktu dan akhirnya ayahnya datang dan memarahinya. Anak yang awalnya terlihat senang seketika menjadi sangat ketakutan karena melihat ayahnya sedang marah-marah. Ekspresi wajahnya yang semula gembira secara spontan berubah menjadi takut. Perubahan ekspresi ini terjadi karena perasaannya tertekan dan kehilangan rasa nyaman. Setiap ekspresi wajah dapat ditafsirkan perasaan yang sedang dialami seseorang. Pada kejadian ini dapat dimaknai bahwa setiap ekspresi yang dialami manusia menunjukkan spontanitas sesuai dengan perasaan yang sedang dialami. Dari pengalaman tersebut maka muncul ketertarikan untuk mempelajari dan melukiskan tentang jenis-jenis ekspresi wajah. Ekspresi wajah dapat bercerita dan menggambarkan suasana hati yang sedang dialami manusia. Dari mempelajari berbagai jenis dan macam- macam ekspresi wajah manusia maka muncul inisiatif untuk dijadikan sebagai dasar pada penciptaan lukisan. Ketertarikan dari ekspresi wajah akhirnya dilanjutkan lagi dengan studi menggambar wajah manusia yang
melekatkan ekspresi ke bidang lukisan. Awalnya hanya sket-sket pinsil dan lamakelamaan diteruskan lagi dengan teknik pewarnaan dan pada akhirnya menjadi lukisan potret. Lukisan potret yang ada selama ini cenderung memprioritas kemiripan orang yang dilukis dalam kesempurnaan sikap yang dilihat dari depan. Misalnya, lukisan presiden. Namun kali ini lukisan potret yang diciptakan cenderung karena ketertarikan dari ekspresi wajah itu sendiri. Ekspresi wajah bukan hal yang baru dalam lukisan, misalnya karya Norman Rockwell yang menjadi inspirasi pada penciptaan ini. Ekpresi-ekpresi yang ada di dalam lukisan cenderung digunakan sebagai penguat pada kejadian yang dilukiskan. Pengertian Potret Potret itu sendiri disebut a drawing, painting or photograph of person, especially of his face (J.J Alen, Posing and Lighting Techniques for Studio Portrait Photography). Bila diterjemahkan “potret merupakan gambar, lukisan atau photo dari seseorang tanpa terkecuali wajah sendiri. Dalam kajian lain, potret dikatakan Picture, Especially : a pictorial reseprentation of a person usually showing the face (Merriam Webster, an Encyclopedia Britannica Company). Bila diterjemahkan, maksudnya adalah reseprentasi dari seseorang yang biasanya menampilkan wajah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa potret adalah gambar yang dibuat dengan menggunakan kamera. Potret berasal dari kata portrait (Bahasa Inggris), yang berarti objeknya adalah wajah manusia. Potret biasanya digunakan sebagai perwujudan dari kekuasaan para raja atau presiden. Hal-hal seperti itu sudah terjadi sejak abad ke-4 dan pada masa itu lukisan-lukisan potret menjadi simbol keagungan para raja, semua potret-potret yang dihadirkan merupakan orangorang yang memiliki kekuasaan, pelukis potret pada masa itu misalnya Leonardo Da Vinci dan Vincent van Gogh. Berikut lukisan monalisa karya Leonardo Da Vinci yang sangat terkenal, di buat antara tahun 1503-1519. Ekspresi Wajah Secara spontan kita langsung bisa menilai dan mengartikan ekspresi apa yang sedang dialami oleh seseorang tanpa kita melakukan pengamatan secara mendalam, hal itu disebabkan karena kita sudah terbiasa melihat ekspresi-ekspresi seseorang, ekspresi merupakan cerminan dari perasaan yang sedang dirasakan oleh seseorang. Hal itu terjadi secara spontan. Berikut juga dijelaskan lagi dari Wikipedia secara keseluruhan: Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamati ataupun yang melihatnya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia. (Ekspresi-wajah Wikipedia bahasa Indonesia). Suasana hati atau emosi seseorang dapat kita lihat dari mi mik wajahnya. Perubahan ini terjadi seketika. Misalnya, kondisi senang akan menimbulkan wajah tersenyum. Saat tersenyum, otot risorius pada pipi akan menarik sudut mulut kearah atas. Hal serupa terjadi pula saat menangis, tertawa, sedih, dan lain sebagainya. Hal itu disebabkan adanya perubahan posisi pengukit hidung dan bibir bagian atas. Gerakan-gerakan lain seperti mengunyah, berbicara, ataupun menguap terjadi melalui proses perubahan otot-otot disekitar wajah. (Irfan Abdul Rohman, 2010 : Panduan menggambar manusia menggunakan media pinsil, 117).
Lukisan Secara teknik, lukisan merupakan karya dua dimensi yang hanya memiliki sisi panjang dan dan lebar dan hanya dapat dinikmati melalui satu arah pandang saja. walaupun ada jenis lukisan yang memiliki ketebalan seperti lukisan yang mengandalkan tekstur, atau bahkan ada yang menempelkan benda-benda tertentu. Lukisan yang demikian masih tetap dikatakan dua dimensi karena masih dinikmati dari satu arah pandangan saja. Meski ada lukisan yang bidangnya tidak rata, misalnya lukisan yang bidangnya melengkung pada keramik, lukisan akan tetap dua dimensi namun yang tiga dimensi hanyalah bidangnya (keramik tersebut) karena memiliki isi (volume). Di kaji secara arti, seni lukis merupakan bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun idiologis yang menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi seseorang. Selanjutnya secara teknis seni lukis merupakan tebaran pigmen atau warna cair pada permukaan bidang datar (kanvas, panel, dinding, kertas) untuk menghasilkan ilusi keruangan, gerak, tekstur, bentuk sama baiknya dengan tekanan yang dihasilkan melalui kombinasi unsur-unsur tersebut (Susanto,2002 :71). Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seni lukis merupakan ungkapan ekspresi perasaan manusia pada suatu bidang datar dalam bentuk visual lewat elemen-elemen seni rupa. Oleh karena itu seni lukis adalah transpormasi endapanendapan pengalaman estetis untuk menyatakan pengalaman batin yang dapat menyenangkan kebutuhan rohani dalam diri sendiri maupun orang lain, melalui bentuk visual yang terkonsepkan secara intelektual. Proporsi Wajah Proporsi wajah terbagi atas dua kata, yaitu proporsi dan wajah. Proporsi adalah ukuran atau perbandingan-perbandingan yang tepat, dalam karti lain adalah kesesuaian perbandingan yang sesungguhnya. Seperti yang dijelaskan oleh Susanto, proposi adalah hubungan ukuran antara bagian dan bagian, serta bagian dan kesatuan/keseluruhannya. Proporsi berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), rhythm (irama, harmoni), dan kesatuan (Susanto, 2002 : 92). “Wajah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti bagian depan kepala, dari dahi atas hingga dagu yang meliputi mata, hidung, mulut, alis dan pipi atau segala sesuatu yang tampak lebih dahulu (Fajri dan Aprilia Senja Tanpa Tahun : 452). Penciptaan dan Teori Penciptaan Mencipta berarti mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Menghasilkan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadi ada. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata penciptaan berasal dari kata “Cipta” yang berarti kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru; Angan-angan kreatif; Tuhan - alam semesta. Mencipta pada dasarnya adalah melahirkan sesuatu. Walaupun proses kelahiran itu diwarnai oleh derita, rasa duka atau rasa takut, kesemuanya akhirnya bermuara pada rasa suka cita (Humar Sahman 1993: 66). Hal ini bisa menjadi rujukan bahwa menciptakan tidak sebatas apa yang dilihat, namun sampai dengan apa yang mereka khayalkan. Jadi dapat simpulkan bahwa penciptaan adalah proses menghasilkan sesuatu yang baru, dimana penciptaan tidak hanya dibatasi oleh penglihatan tetapi dapat juga sesuai dengan apa yang dihayalkan seorang pencipta atau perupa. Seni adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam bentuk karya. Penciptaan seni terjadi oleh adanya cipta, rasa, dan karsa. Penciptaan dibidang seni
mengandung pengertian yang terpadu antara kreativitas dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh rasa. Namun demikian, logika dan daya nalar mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam kadar yang cukup tinggi. Rasa muncul karena dorongan kehendak naluri yang disebut karsa. Seni mempunyai hubungan yang erat dengan unsur-unsur kebudayaan yang lain. Isi dan bentuk seni tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam 7 (tujuh) unsur pokok budaya. Tema-tema seni berakar pada nilai-nilai agama, organisasi sosial, sistem teknologi, sistem pengetahuan, bahasa dan sistem ekonomi (Bandem dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni 2005 : 20). Dari kutipan ini dapat disimpulkan bahwa penciptaan karya seni bergantung kepada pengalaman estetik dan menarik yang diungkapkan melalui emosional yang direnungkan secara mendalam. hal ini juga dijelaskan dalam kutipan berikut: Karya seni merupakan ungkapan emosional atau ekspresi penciptanya. Ekspresi yang terlahir merupakan ungkapan ide dan pengalaman-pengalaman yang estetik dan artistik. Lahirnya ide tidak begitu saja, namun melibatkan perenungan secara mendalam dari hasil interaksi dengan objek di luar dirinya yaitu alam lingkungan termasuk benda-benda seni ciptaan manusia ( Bambang, 2005). Setiap orang tidak sembarangan dalam menciptakan suatu karya seni, dari pengalaman yang menarik, dipikirkan secara mendalam, muncul sebuah ide/gagasan untuk menciptakan dan akhirnya diwujudkan pada suatu karya seni yang estetik dan artistik. Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori penciptaan yaitu diawali dengan pemunculan ide/gagasan, perencanaan menciptaan karya, dan sampai pada tahap penciptaan itu sendiri. Tenebrists Dalam lukisan sering ditemukan cahaya yang menerpa objek, biasanya figur manusia. Cahaya yang diterapkan sehingga mengakibatkan sebagian objek terlihat gelap atau hitam sama sekali bukan berarti tidak disengaja, melainkan untuk membuat efek tiga dimensi pada objek sehingga lukisan akan terlihat artistik. Pencahayaan seperti ini biasa disebut “Tenebrists”. Tujuan dari “Tenebrists” adalah untuk mempertegas antara wilayah gelap dan terang pada objek. penerapan seperti ini sering terlihat pada lukisan-lukisan gaya Barok. Tenebrist dapat dicapai dengan dua cara, yaitu melalui ventilasi pintu/jendela. Dan yang kedua melalui cahaya lampu tunggal (lilin, api, lampu) Two tones dan Three tones Di dalam penciptaan karya ini, objek utama yang di lukis adalah wajah manusia. Namun, wajah manusia yang menjadi objek lukisan terkadang hampir tidak terdeteksi bagian wilayah gelap dan terangnya sehingga menjadi kesulitan tersendiri dalam melukiskan wajah manusia tersebut. Nah, disinilah kebijakan-kebijakan dituntut untuk menghadapi masalah yang demikian sifatnya. Untuk melatih kepekaan dalam melukis yang sifatnya merekam objek yang memiliki gelap dan terang yang datar (hampir tidak terdeteksi), maka perlu diadakan latihan menegaskan gelap dan terang dengan sketsa yang menerapkan unsur hitam dan putih saja agar pembagian wilayah gelap terangnya jelas. Dalam dunia Senirupa, penerapan warna hitam dan putih di sebut (Two tones), dan hitam, putih, abu-abu di sebut (Three tones) . Dengan sering melatih diri dalam menegaskan wilayah gelap dan terang, maka kebiasaan menterjemahkan suatu objek yang akan di lukis dengan mempertimbangkangkan gelap dengan terang akan mucul dengan sendirinya. Penerapan warna hitam, putih dan abu-abu juga menjadi
inspirasi dalam penciptaan ini. Hal ini sering terlihat pada iklan atau poster-poster yang sifatnya tegas antara gelap dan terangnya, dan akhirnya menjadi pembelajaran dan jalan keluar bagi masalah yang di hadapi dalam penciptaan karya. Pencahayaan Dalam mengambil objek yang akan di lukis, kepekaan seorang seni man dalam memilih dan mengubah objek yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa sangat diharapkan. Hal ini merupakan penentu dari kualitas lukisan yang akan di buat, sama halnya dengan seorang fotografer yang selalu menyiasati objek photonya untuk menjadi lebih menarik. Pada sub bab ini akan di bahas salah satu cara menyiasati objek agar terlihat lebih menarik, yaitu arah datangnya cahaya. Cahaya merupakan sebuah unsur dari menggambar dan melukis yang sering diabaikan atau memang sedikit orang yang mengerti, kita semua dapat mengerti pentingnya cahaya karena cahaya memungkinkan kita melihat dunia di sekeliling kita dan oleh karenanya mungkin bagi kita menggambar objek-objek yang melingkupi kita. Hasil dari usaha artistik kita tergantung pada efeknya terhadap bentuk, volume dan warna. Intensitas dan kecerahan cahaya tergantung pada jarak antara sumber cahaya dan objek. Semakin jauh cahaya maka akan semakin kurang terang. Beberapa faktor mempengaruhi penglihatan kita, seperti banyaknya cahaya, arah datangnya cahaya dan kualitas cahaya. Berikut ini akan diuraikan pengaruh cahaya terhadap bentuk dan bidang, Pengaruh cahaya terhadap objek sangat berperan dalam mencapai hal yang sifatnya artistik, karena olah cahaya dapat membuat objek menjadi lebih bagus dari pada aslinya. Misalnya ketika kita bertemu secara langsung dengan seseorang yang kita kenal melalui gambar/foto hitam putih dan setelah diperhatikan ternyata kita kecewa karena tampilannya tidak secantik seperti yang di dalam foto. Ini menunjukkan bagaimana seorang fotografer berpengalaman, melalui pengetahuan yang banyak tentang kegunaan pencahayaan bahkan dapat membuat orang yang biasa-biasa saja terlihat menawan. METODE PENCIPTAAN Tahap Mendapat Ide/Gagasan Ide/gagasan adalah hal yang terpenting dalam menciptakan karya seni, bermula ketika melihat ekspresi yang selalu berubah ketika perasaan seseorang berubah, maka penulis tertarik untuk mengamati berbagai ekspresi wajah terkait dengan perasaan yang dialaminya. Di dukung pula oleh lukisan-lukisan potret yang menjadi inspirasi untuk melukis potret, namun ekspresi wajah menjadi pemicu utama pada lukisan potret yang diciptakan. Tahap Perencanaan Setelah mendapatkan ide/gagasan, maka akan timbul perencanaan untuk mewujudkan karya tersebut Tahap Perwujudan Karya Setelah karya direncanakan, maka tahap selanjutnya adalah mewujudkan karya. Teknik yang digunakan dalam penciptaan lukisan ini masih seperti biasa, yaitu cat minyak di gunakan secara timpa-menimpa diatas perbukaan bidang lukis (kanvas), namun cara melukisnya yang sedikit berbeda. Metode yang digunakan untuk mencapai karakter wajah dengan semirip-miripnya dilakukan dengan cara skala, yaitu objek lukis yang awalnya dari sebuah foto diberi skala atau garis kotak-kotak seperti membuat peta.
Dalam pemilihan bahan (Material), peralatan (Tools), dan teknik (Technique), yang diperhatikan adalah sifat, kemungkinan dan keterbatasannya. Alat, alat yang digunakan harus mendukung teknik agar teknik yang diinginkan bisa terbantu melalui alat yang mendukung. Tentang teknik, ada dua kategorinya: yang konvensional dan yang pribadi. Membuat akuarel dengan cat air encer adalah konvensional, perlakuan lain tergolong yang pribadi. Teknik konvensional bisa dipelajari setiap orang, sedangkan yang pribadi sulit diajarkan kepada orang lain, namun dalam penciptaan ini penulis masih menggunakan cara yang konvensional. Material atau bahan yang digunakan masih bahan standard yang biasa digunakan orang kebanyakan dalam melukis yaitu cat minyak pada kanvas. Penggunaan linseed oil yang dimanfaatkan untuk mengencerkan cat yang terlalu kental dan bensin sebagai pencuci kuas. Alat yang digunakan untuk melukis adalah kuas aneka ukuran dari yang pipih sebagai alat memblok warna sampai yang runcing untuk membuat detail pada lukisan, papan palet digunakan sebagai wadah penampung cat dan pisau palet digunakan untuk mencampur warna pada papan palet. Dalam penciptaan lukisan ini, hasil yang ingin dicapai adalah pemunculan ekspresi pada wajah yang setelah difikirkan secara mendalam lagi maka lebih sempurna jika diterapkan secara realistik agar kesan dari ekspresi wajah tersebut terlihat lebih nyata. Teknik yang digunakan masih bersifat konvensional (bersifat umum). Untuk mencapai hasil yang realistik ini maka teknik yang paling tepat dan mudah adalah penggunaan cat secara plakat yang artinya cat dapat timpa-menimpa satu sama lain dan teknik ini memang sudah lazi m digunakan oleh pelukis kebanyakan untuk diterapkan pada cat minyak. Teknik yang dimaksud diatas memiliki persamaan dengan teknik yang disebutkan oleh Tjomme de Vries dalam bukunya Tekenen en Schilderen. Yaitu adalah teknik Gouache, plakkatverf en verwant material: pada teknik gouace dan plakat, yang digunakan adalah cat yang timpa menimpa (Opaque), artinya cat ini harus digunakan dalam keadaan kental dan hal ini sama seperti penciptaan ini yang menggunakan cat kental dan timpa meni mpa.
PEMBAHASAN Struktur visual secara keseluruhan yang tertera pada Penciptaan Lukisan Berdasarkan Ekspresi Wajah Manusia ini di capai melalui cara melihat objek dari foto secara langsung yang sangat mengutamakan kemiripan dan ekspresi yang melekat dari objek manusia yang dijadikan model lukisan. Namun, objek yang ada untuk di terapkan ke dalam lukisan belum tentu memiliki nilai estetik yang baik jika di terapkan secara sama persis dari foto. Masih banyak kelemahan-kelemahan yang ada pada tahap melukis yang sifatnya melihat objek secara langsung, namun seiring berjalannya proses penciptaan, setiap permasalahan yang muncul selalu diusahakan untuk di cari jalan keluarnya sehingga akan menghasilkan karya yang tidak hanya menarik dari segi makna namun juga menarik dari segi visual. artinya seorang seniman harus memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan suatu karya yang sifatnya artistik. Dari sekian banyak ekspresi yang terjadi di kehidupan manusia, maka diambilah sekian banyak ekspresi tersebut dari orang yang sama/satu orang melalui foto, dan dari sekian banyak ekspresi yang di ambil tersebut di ambil lagi lima ekspresi saja untuk mewakili sekian banyak ekspresi yang mana ekspresi tersebut sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, lima ekspresi yang di ambil menjadi adalah ekspresi senang, sedih, heran, curiga dan takut.
Ekspresi yang di ambil merupakan sebagian kecil dari sekian banyak ekspresi, masih ada banyak ekspresi lain yang tak biasa maupun yang biasa kita lihat. Dari sekian banyak ekspresi maka diambillah lima ekspresi untuk dijadikan model lukisan. Ekspresi yang di ambil adalah senang, sedih, heran, curiga dan takut, kelima ekspresi tersebut di jadikan di ambil karena lebih sering di alami manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ekspresi yang di jadikan sebagai model di lukis di bidang kanvas menggunakan cat minyak yang pada dasarnya meniru objek lukisan dengan semirip-miripnya serta melekatkan ekspresi yang di alami. Dalam melukis realis, ketepatan bentuk merupakan hal yang sangat utama dipertimbangkan. Bagi pelukis yang sudah mahir dalam meniru ketepatan bentuk, maka menggambar secara langsung bukan hal yang sulit untuk dilakukan, namun jika kita belum terlalu mahir dalam meniru secara langsung maka untuk memudahkan dalam hal meniru dengan mirip adalah dengan cara menggunakan skala pemetaan yang di mana hal ini sudah lazim digunakan. Pada penciptaan ini, lukisan yang diciptakan merupakan penonjolan dari ekspresi objeknya dan diterapkan sebagai lukisan potret. Berbeda dengan karya Norman Rockwell yang ekspresi wajah pada objeknya cenderung di buat untuk mempertegas keadaan yang sedang dialaminya. Jadi, lukisan yang diciptakan cenderung hanya wajah manusia saja dengan melekatkan ekspresinya tanpa membuat objek lain sebagai penguat ekspresi yang di alami oleh objeknya. Hal ini terinspirasi dari karya Leonardo Davinci yang berjudul “Monalisa”. proses melukis di lakukan dengan apa adanya, artinya apa yang di lihat itulah yang di lukis tanpa proses perubahan apa-apa. Namun, jika di analisis sepertinya masih banyak kekurangan-kekurangan sehingga lukisan tersebut terlihat kurang menarik. Dari perasaan yang menganggap bahwa karya yang diciptakan masih mampu di buat lebih menarik lagi, maka muncul keinginan untuk menanggulangi hal-hal yang dianggap masih bisa dimaksimalkan pada karya tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut: Memperjelas Efek Pencahayaan Menurut buku Leonardo Colection yang berjudul “Portrait”, pencahayaan yang baik merupakan pencahayaan yang dapat mempertegas karakter wajah, tidak merubah ekspresi dan bisa mempermudah proses melukis. Dari objek yang di lukis, pencahayaan sepertinya perlu di perbaiki agar terlihat lebih menarik. Buku “Portrait” koleksi Leonardo memberikan beberapa alternatif tentang pencahayaan dalam melukis potret, hal ini kembali kepada pelukis sendiri karena ia menyuguhkan tentang berbagai arah pencahayaan dalam melukis potret dan kita sendiri yang menentukan mana yang paling kita anggap paling baik dan sesuai kebutuhan. Setelah diamati, pencahayaan pada patung patung, maka pencahayaan yang paling baik, namun cahaya tidak harus datang dari kiri saja sebab dari arah sebaliknya juga dianggap menarik akan tetapi posisi dan ketinggiannya sumber cahaya harus sama, artinya cahaya datang dari kebalikannya. Tidak hanya sebatas cahaya yang datang dari satu arah saja, namun pencahayaan dari dua arah sekalipun mampu menghasilkan objek yang menarik. Dalam menerapkan pencahayaan tentunya harus dilakukan saat awal pengambilan objek, namun kesalahan terjadi dari awal karena cahaya pada objek kurang tegas dan arahnya pun kurang menarik. Menindak lanjuti tentang pencahayaan ini, mulailah diterapkan pada lukisan yang diciptakan, penegasan gelap terang “Tenebrists” tidak langsung diterapkan secara langsung begitu saja namun melalui
proses beberapa studi pendalaman tentang mempertegas cahaya. Yaitu dengan studi “Two tones” dan “Three tones”. Penerapan “Two Tones” dan “Three Tones” Terinspirasi dari poster-poster dua warna dan tiga warna “The Beatles”, maka percobaan menggunakan teknik ini dilakukan dalam menegaskan cahaya bagi objek yang sifatnya minim cahaya (datar). Studi ini sangat membantu dalam penciptaan gelap dan terang sebelum nantinya di lukis pada bidang kanvas. Menegaskan cahaya atau gelap dan terang pada objek yang datar harus melalui studi pendalaman tentang pencahayaan. Setelah melalui tahap pengenalan tentang arah-arah yang menarik dari cahaya, maka tahap selanjutnya adalah menerapkannya pada teknik dua warna dan tiga warna sebagai acuan untuk melukis di kanvas. Penegasan Sapuan Kuas Sapuan kuas yang dilakukan sebelumnya di rasa masih kurang memuaskan, dengan memperhatikan karya “Norman Rockwell”, maka muncul ketertarikan untuk mendalaminya dan menerapkannya pada penciptaan ini. Berikut ini adalah karya “Norman Rockwell” Penegasan Rentang Gradasi Warna Pada Lukisan Dalam menerapkan unsur gelap dan terang sangat di butuhkan sifat penegasan warna. Misalnya untuk mempertegas warna terang dan membuat kedalaman dengan warna gelapnya. Objek yang kita lihat secara langsung kerap memberikan rentangan gradasi warna yang sedikit sehingga menyulitkan dalam proses melukis. Rentangan gradasi warna yang luas dapat memberikan perbandingan gelap dengan terang yang lebih tegas, sehingga diberikan warna gelap yang lebih gelap dari warna asli dan warna terang yang lebih terang lagi dari warna aslinya. Hal ini bertujuan untuk menegaskan unsur gelap terang pada karya.
SARAN-SARAN Untuk lebih memacu aktivitas berolah seni khususnya penciptaan lukisan yang mengutamakan ekspresi wajah, maka disarankan agar Memilih ekspresi yang menarik agar menambah nilai artistik pada lukisan. Banyak melakukan percobaan tentang teknik seperti sapuan kuas, penegasan gelap terang dan campuran warna agar karya yang dihasilkan tidak hanya menarik dari makna saja, akan tetapi memiliki visualisasi yang artistik. Dalam menciptakan lukisan potret, carilah orang yang unik, atau orang yang anda suka untuk dijadikan objek guna menambah keseriusan dalam menciptakan lukisan.
Daftar Pustaka
Andrew, Loomis. Tanpa Tahun, Drawing THE HEAD and HANDS. New york: The Viking Press. Bandem. 2005. Teori Penciptaan. Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni, Yogyakarta. Bernard, Myers. 1985. The Book of Art.vol.x. Grolier, London. Darsono Sony Kartika. 2007. Kritik Seni. Rekayasa Sains. Bandung. Dewobroto, Bambang. 2005. Gaya Lukis Sebagai Acuan Penciptaan Karya Seni Lukis, Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni : Vol 1, Yogyakarta. EM Zul Fajri dan Ratu Aprililia Senja. Tanpa Tahun. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit Difa Publisher. J.J Allen. 2000.Posing and Lighting Technique for Studio Portrait Photography. New York.Amsherst Media, Inc John,A.Walker. Sarah, Chaplin. 1997. Visual Introduction. Manchaster university press.
Culture
An
Leonardo Collection. Tanpa Tahun. Portrait. Davinci Publisher. Margaret, Rockwell. 1996. Norman Rockwell Chroni Cles of America, Metro Books, America. Priyatno, Agus. 2011. Lukisan Potret Dari Masa ke Masa, Media Masa Harian Analisa, Medan. Robert, Atkins. 1990. Art Speak, New York: Abbeville Press. Rohman, Irfan Abdul. 2010. Panduan Menggambar Manusia Menggunakan Pensil, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Sahman, Humar. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press. anvil69.blogspot.com/2011/03/ekspresi-wajah.html,
http//indonesiaindonesia.com/f/23720-misteri-lukisan-mona-lisa/