ARTIKEL HUBUNGAN SIKAP DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA DI SMK “X” KABUPATEN SEMARANG
Oleh : HILMA MAULIDA 040113a018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO 2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Sikap dengan Perilaku Pacaran pada Remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang” disusun oleh: Nama
: Hilma Maulida
NIM
: 040113a018
Program Studi
: DIII Kebidanan
Telah disetujui oleh pembimbing
Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo, pada :
Ungaran,
Agustus 2016
Heni Hirawati,P. S.SiT,M.Kes NIDN. 0602108101
ii
Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang The Correlation between Attitude and Behavior of Dating in Adolescents at SMK “X” Semarang Regency in 2016 Hilma Maulida1, Heni Hirawati,P.S.SiT.,M.Kes2, Vistra Veftisia, S.SiT3 Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
123
ABSTRAK Perilaku pacaran pada remaja saat ini banyak menimbulkan dampak negatif,salah satunya kehamilan remaja. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah sikap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang. Metode yang digunakan deskriptif korelational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMK “X” Kabupaten Semarang, dengan populasi kelas XI sebanyak 298 siswa, dan jumlah sampel 240 siswa. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling . Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh remaja lebih banyak mempunyai sikap negatif yaitu sejumlah 126 responden (52,5%), dibandingkan sikap positif yaitu sejumlah 114 responden (47,5%). Dan perilaku pacaran pada remaja lebih banyak dalam kategori beresiko, yaitu sejumlah 124 responden (51,7%), dibandingkan remaja yang memiliki perilaku dalam kategori tidak beresiko sejumlah 116 responden (48,3). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan sikap dengan perilaku pacaran padaremaja di SMK “X” Kabupaten Semarang dengan nilai (p-=0,007) dan Odds Rasio (OR = 2,090). Diharapkan remaja dapat lebih meningkatkan sikap positif terhadap perilaku pacaran, dengan mengikuti kegiatan kerohanian, ekstrakulikuler disekolah, dapat mengakses informasi tentang kesehatan reproduksi atau remaja sehat melalui internet, dan dapat memilih teman yang baik dalam bergaul. Kata Kunci
: Sikap, Perilaku, Pacaran, Remaja
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 1
ABSTRACT Dating behavior in adolescents currently has a lot of negative impacts, one of them is teenage pregnancies. One of the influencing factors of behavior changes is attitude. The purpose of this study is to find the correlation between attitude and behavior of dating in adolescents at SMK “X” Semarang Regency. The method in this study used descriptivecorrelative design with cross sectional approach. The population in this study was the eleventh graders as many as 298 students, and the sampleswere 240 students. The data sampling used purposive sampling technique. The data analysis used univariate and bivariate analyses. The results of this study indicate that more teenagers have negative attitude as many as 126 respondents (52.5%), whereas those who have positive attitude as many as 114 respondents (47.5%). And, for the dating behavior in adolescents, more respondents are in riskycategory, as many as 124 respondents (51.7%), whereas those who are in not risky category as many as 116 respondents (48.3). The result of statistical analysis indicates that there is a correlation between attitude and behavior of dating in adolescents at SMK “X” Semarang Regency with p value of (0.007) and Odds Ratio (OR) of 2.090. The adolescents are expected to further enhance positive attitudes towards dating behavior, by participating in the spiritual activities, extracurricular at school, have access to information about reproductive health or healthy adolescents through the Internet, and choosing good friends in socialization. Keywords
: Attitude, Behavior, Dating, Adolescents
PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang mengalami proses perubahan, diantaranya perubahan fisik, dan psikologi. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ-organ tubuh Sedangkan secara psikologis Ciri khasnya yaitu ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis, yang dikenal saat ini dengan pacaran (Sofia, 2011). Globalisasi dan derasnya arus informasi telah meningkatkan kemajuan di berbagai sektor, disisi lain menyebabkan perubahan perilaku yang menyimpang dan memberi pengaruh terhadap gaya hidup termasuk perilaku pacaran dan perilaku seksual yang tidak sehat pada remaja (Iswarati, 2007). Data yang diperoleh dari Youth Center Pilar PKBI Kabupaten Semarang (2015), perilaku pacaran remaja mengakses situs pornografi 73%, ciuman
80%, Petting dan Intercourse 40%, hubungan seksual aktif dan lebih dari 3x melakukan aktifitas sex 15%. Hal ini terjadi di SMK/SMA (PILAR PKBI Kabupaten Semarang, 2015). Dampak yang dialami remaja dari pacaran, yang masing-masing sikap dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja, seperti menurunnya prestasi sekolah, dan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja. Data yang diperoleh dari Youth Center PILAR PKBI Jawa Tengah (2013), sebanyak 66,7% dan 2014 sebanyak 55,2% kasus yang berkonsultasi dengan keluhan KTD. Sebagian besar kasus yang datang adalah siswa Sekolah Menengah Atas. Dan angka kejadian aborsi dikalangan remaja tahun 2013 sebanyak 57% dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebanyak 77,6%. Kemunculan suatu perilaku pacaran yang menimbulkan dampak negatif, tergantung dari berbagai macam faktor, salah satunya adalah sikap
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 2
individu terhadap perilaku tersebut (PILAR PKBI Jateng, 2015). Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di SMK “X” Kabupaten Semarang pada tanggal 22 sampai 24 September 2015, berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BK mengenai sikap dan perilaku pacaran siswa SMK “X” Kabupaten Semarang, dengan wawancara terhadap 6 siswa kelas XI di SMK “X” Kabupaten Semarang dengan didampingi oleh koordinator BK dengan metode recall (mengingat kembali), peneliti melakukan wawancara mengenai sikap dan perilaku pacaran didapatkan 5 orang sedang berpacaran dan 1 orang pernah berpacaran. Sikap mengenai perilaku pacaran, 3 siswa mengatakan jalan-jalan dan makan adalah hal yang wajar, dan apabila melakukan ciuman dan berhubungan intim akan menolak, karena beresiko dapat menimbulkan kehamilan pada perempuan. 1 siswa mengatakan apabila bersama pacar sangat senang berpegangan tangan, karena jika hanya jalan-jalan dan makan, ngobrol adalah hal yang membosankan dalam pacaran. 2 siswa mengatakan apabila berpelukan, ciuman adalah hal yang tidak wajar, tetapi apabila berpacaran lebih senang jalanjalan, makan. Perilaku mereka dalam pacaran diantaranya 4 siswa mengatakan hanya sekedar ngobrol, jalan-jalan, berpegangan tangan, mencium pipi, dan 2 orang siswa mengatakan pacaran bisa mencium bibir/mulut. Berdasarkan data dan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Sikap dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang”. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran sikap terhadap perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang. b. Untuk mengetahui gambaran perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang. c. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Menambah pengetahuan remaja tentang hal-hal yang berhubungan dengan dampak perilaku pacaran beresiko, sehingga dapat merubah sikap dan perilaku pacaran remaja terhadap pacaran beresiko dalam menjaga kesehatan reproduksi remaja, serta untuk menuju masa depan yang cerah. 2. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian, dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan dalam memberikan informasi tentang sikap dan perilaku pacaran pada remaja, serta untuk melakukan intervensi dalam membuat kebijakan atau langkah strategis dalam program terkait dengan perilaku pacaran beresiko pada remaja, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kesehatan reproduksi remaja. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di SMK “X” Kabupaten Semarang pada 10 Juni 2016. Populasi jumlah seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 298 siswa, dengan sampel
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 3
240 siswa. Teknik sampling yang digunakan ialah Purposive Sampling. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner berisikan pertanyaan tentang sikap dan perilaku pacaran, data sekunder diperoleh dari arsip dari SMK “X” Kabupaten Semarang, yaitu data jumlah siswa kelas XI. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yaitu kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi-square. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Tabel.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 124 116 240
Persentase (%) 54,17 45,83 100,0
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sejumlah 130 responden (54,17), dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 110 responden (45,83%). 2. Umur Tabel.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Umur 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 23 tahun Jumlah
Frekuensi 2 53 139 38 3 4 1 240
Persentase (%) 0,8 22,1 57,9 15,8 1,3 1,7 0,4 100,0
Berdasarkan table 2 dapat diketahui bahwa umur remaja yang paling banyak adalah umur 17 tahun yaitu sejumlah 139 responden (57,9%) , sedangkan umur remaja yang paling sedikit umur 23 tahun yaitu 1 responden (0,4%).
Analisis Univariat 1. Sikap terhadap perilaku pacaran Tabel.3 Distribusi Frekuensi Sikap terhadap Perilaku Pacaran Sikap terhadap Frekuensi perilaku Pacaran Negatif 126 Positif 114 Jumlah 240
Persentase (%) 52,5 47,5 100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sikap terhadap perilaku pacaran yang dimiliki remaja lebih banyak mempunyai sikap negatif yaitu sejumlah 126 responden (52,5%), dibandingkan sikap positif yaitu sejumlah 114 responden (47,5%). 2. Perilaku pacaran Tabel.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pacaran pada Remaja Perilaku Pacaran Beresiko Tidak Beresiko Jumlah
124 116
Persentase (%) 51,7 48,3
240
100,0
Frekuensi
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa perilaku pacaran pada remaja lebih banyak dalam kategori beresiko, yaitu sejumlah 124 responden (51,7%), dibandingkan remaja yang memiliki perilaku dalam kategori tidak beresiko sejumlah 116 responden (48,3%). Analisis Bivariat Tabel.5 Hubungan Sikap dengan Perilaku Pacaran pada Remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang, 2016
Perilaku Tidak Sika Beresiko Beresik Total pOR p value o f % F % F %
Nega 76 60,3 50 39,7 126 100 0,007 tif Posi 48 42,1 66 57,9 114 100 tif Total 124 51,7 116 48,3 240 100
2,090
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 4
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa remaja dengan sikap negatif terhadap perilaku pacaran sebagian besar memiliki perilaku pacaran yang beresiko sejumlah 76 responden (60,3%). Remaja dengan sikap positif tentang pacaran sebagian besar memiliki perilaku pacaran yang tidak beresiko sejumlah 66 responden (57,9%). Berdasarkan uji Chi Square (Continuity Correction) diperoleh p-value 0,007. Oleh karena p-value 0,007 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pacaran pada remaja. Dan nilai Odds Rasio OR = 2,090. Ini menunjukkan bahwa remaja dengan sikap pacaran negatif beresiko 2,090 kali lebih besar memiliki perilaku pacaran yang beresiko dibandingkan remaja dengan sikap positif. PEMBAHASAN Analisis Univaria 1. Gambaran sikap terhadap perilaku pacaran pada remaja Hasil penelitian diketahui bahwa sikap remaja terhadap perilaku pacaran, lebih banyak memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 126 responden (52,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Herminsih (2012), mengenai sikap remaja dalam seks bebas didalam pacaran bahwa ada 64 (70,3%) responden yang memiliki sikap negatif dalam seks bebas, dan responden yang memiliki sikap positif 27 (29,7%). Sikap Negatif remaja terhadap perilaku pacaran dipengaruhi oleh adanya perkembangan media masa yang mudah diakses, karena media masa yang saat ini perkembangan tekhnologi semakin canggih, sehingga semakin mudah remaja untuk mengakses informasi tentang seks secara tidak tepat. Hasil penelitian Fitriana (2012), juga menunjukkan bahwa fasilitas informasi tentang seksualitas
responden dengan frekuensi terbanyak adalah melalui internet sebanyak 14 responden (46,7%), media cetak 8 responden (26,7%). Pada media cetak pun terkadang ada yang bersifat pornografis, maka akan menguasai pikiran remaja yang kurang kuat dalam menahan pikiran emosinya, karena belum boleh melakukan hubungan seks yang sebenarnya. Setiawan (2009), juga mengungkapkan semakin sering seseorang berinteraksi dengan pornografi maka akan semakin beranggapan positif terhadap hubungan seks secara bebas. Sehingga hal ini dapat menjadi suatu pengetahuan buruk bagi remaja yang menganggap semua perilaku dalam pacaran adalah hal yang wajar. Hal ini sesuai ditunjukan dengan jawaban responden pada penelitian ini bahwa remaja sangat tidak setuju “jika meraba bagian organ tubuh pacar adalah hal yang tidak wajar dilakukan dalam pacaran yaitu sebanyak 75 responden (31,25%), remaja setuju “apabila ciuman leher bersama pacar adalah hal yang biasa” yaitu sebanyak 38 responden (15,83%), dan remaja sangat tidak setuju “apabila bersama pacar menggesek-gesekan alat kelamin dengan memakai pakaian, tidak dapat dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan yaitu sebanyak 106 responden (44,17%), remaja tidak setuju “apabila pacar mencium bibir saya akan menghindar” yaitu sebanyak 49 responden (20,42%), remaja setuju “jika bersama pacar lebih nikmat melakukan ciuman mulut” yaitu 35 responden (14,58%), bahkan remaja sangat tidak setuju “jika pacar mengajak melakukan hubungan intim saya akan menolak” yaitu 33 responden (13,75%). Hasil penelitian Fitriana (2012), juga menunjukan bahwa siswa-siswi berpendapat, karena pacaran tanpa
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 5
sentuhan fisik adalah hal yang munafik dan membosankan. Hasil penelitian diketahui bahwa sikap positif remaja terhadap perilaku pacaran yaitu sebanyak 114 responden (47,5%). Remaja yang memiliki sikap positif dikarenakan oleh pengetahuan yang mereka miliki mengenai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang menimbulkan adanya suatu kesadaran. Dan disebabkan pula oleh adanya dukungan orangtua juga, karena dalam masa remaja orangtua berperan berperan penting, khususnya dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dalam mencegah dampak dari perilaku seksual yang beresiko.. Hal ini juga diungkapkan oleh Arida (2006), hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan tentang seks membuat anak lebih cenderung tekena imbas seks dari pergaulan bebas, baik dari lingkungan masyarakat maupun dari lingkungan teman sebaya, sehingga dengan pengetahuan yang baik dan adanya dukungan dari orangtua remaja memiliki sikap yan positif terhadap perilaku pacaran dengan menjauhi perilaku yang akan membuat rugi bagi dirinya. Hasil penelitian ini sesuai ditunjukan dengan jawaban responden pada item kuesioner nomor 15 yaitu, apabila pacar meraba bagian dada, saya akan menghindar (49,58%) dan item kuesioner nomor 17 yaitu untuk membuktikan rasa cinta kepada pacar tidak harus bersedia diraba alat kelaminnya (52,92%), serta item kuesioner nomor 20 yaitu akan menolak apabila pacar mengajak berhubungan intim (50,42%).
2. Gambaran Perilaku Pacaran pada Remaja Hasil penelitian bahwa perilaku pacaran pada remaja sebagian besar dalam katagori beresiko yaitu sejumlah 124 siswa (51,7%). Fenomena perilaku pacaran KNPI (kissing, necking, petting, dan itercouse), memang tidak asing lagi dikalangan remaja yang berpacaran, hal ini biasanya diakibatkan oleh remaja yang merespon dari apa yang mereka lihat disekelilingnya, seperti halnya remaja yang setiap harinya berada di lingkungan sekolah, yang membuat semakin memengaruhi fikirannya,dan didukung pula oleh ajakan teman dilingkungannya, akhirnya perilaku remaja data terbawa oleh lingkungan yang ada didalamnya. Guru Bimbingan Konseling di SMK “X” Kabupaten Semarang juga mengungkapkan bahwa banyak siswa yang berpacaran dilingkungan sekolah. Sehingga ini membuat siswa tertarik dan bahkan ajakan dari temannya, maka dari itu pada usia remaja, remaja akan selektif memilih teman sebaya dan mewujudkan perasaan cintaya. Apabila remaja salah mengambil tindakan maka sangat beresiko terhadap perilaku pacarannya. Hal tersebut dapat mempeng aruhi juga, terhadap makna aktivitas seksual bagi remaja. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Kisriyati (2013), bahwa bagi remaja makna aktivitas seksual dalam berpacaran yaitu pacaran bukanlah hanya sebagai simbol. Dan remaja melakukan perilaku pacaran selalu identik dengan tempat sepi dan malam hari. Hal ini ditujukan dari jawaban responden terhadap kuesioner perilaku nomor 6 yaitu remaja bercumbu ditempat yang sepi sebanyak 31 responden (12,92%).
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 6
Arramdani (2010), juga mengatakan bahwa perilaku pacaran remaja menunjukan bahwa praktik kissing dan necking dalam pacaran responden rata-rata aktif. Sesuai dengan yang ditunjukan pada kuesioner nomor 7 pernyataan tentang “cium bibir dan mulut” yaitu sebanyak 40 responden (16,67%), dan nomor 9 pernyataan tentang “berpelukan” yaitu sebanyak 114 responden (47,5%). Hal ini sesuai yang diungkapkan Fitriana (2012), bahwa perilaku seperti ciuman maupun berpelukan dalam pacaran sebagai bukti kasih sayang terhadap pasangan, karena tindakan tersebut tidak akan menimbulkan kehamilan dan penyakit tertentu. Dan kasih sayang mendalam adalah dengan melakukan upaya untuk pelampiasan dorongan seksual atau hubungan intim,. Hal ini ditunjukan dengan jawaban responden dan nomor 15 pernyataan tentang perilaku pacaran yaitu “melakukan hubungan intim” sebanyak 20 responden (8,33%). Perilaku pacaran pada remaja yang mengarah terhadap hubungan intim, tidak akan terjadi apabila remaja tidak melakukan dari hal-hal yang kecil seperti dari rayuan dengan memberi sentuhan, pegangan tangan, dan cium pipi, kening, leher, meraba organ tubuh, bahkan sampai terjadi adanya dorongan terhadap perilaku sekual. Hal ini di dukung oleh teori Setiawan (2009), bahwa intercouse (berhubungan intim) dapat dihasilkan oleh petting (meraba bagian organ tubuh), sehingga dapat menimbulkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan hubungan seksual. Sesuai hasil jawaban kuesioner mengenai perilaku yaitu meraba/diraba bagian dada/payudara (29%), bagian paha (27%), bagian alat kelamin (22%). Sehingga perilaku tersebut memberikan suatu peluang untuk melakukan hubungan seksual
dan disertai adanya alasan-alasan gombal. Remaja yang sering melakukan hubungan intim tersebut, dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada pacaran yaitu remaja putra harus putus sekolah karena menghamili pacarnya. Pada masa remaja memang banyak permasalahan-permasalahan. Di dukung oleh teori Santrock (2007), masa remaja memiliki beberapa ciri khas dari remaja salah satunya yaitu keingintahuan tentang seks yang tinggi. Dan pada penelitian ini menunjukan sebagian besar remaja berusia 17 tahun yaitu sebanyak 139 siswa (57,9%). Hasil penjabaran pada penelitian ini diketahui, bahwa sebagian besar remaja putra lebih banyak dalam katagori beresiko yaitu sejumlah 71 siswa (29,5%), dibandingkan remaja putri yaitu sejumlah 53 siswa (22,2%). Ini menunjukan bahwa remaja lakilaki mempunyai presentasi lebih beresiko dibandingkan remaja putri. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan Phakahila dalam Soetjiningsih (2007), remaja laki-laki lebih aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Hasil penelitian perilaku pacaran tidak beresiko yaitu sebanyak 116 responden (48,3%), seperti jalan-jalan dan, makan (94,17%), ngobrol (94,17%), duduk berdua bersama pacar (89,17%), pegangan tangan (90,83%), mencium pipi/kening (54,58%). Perilaku pacaran tidak beresiko dapat disebabkan oleh adanya penilaian terhadap pentingnya menjaga keperawanan dan keperjakaan sebagai suatu kehormtatan yang menyangkut dengan harga diri. Mayasari (2007), juga berpendapat bahwa harga diri akan mempengaruhi remaja dalam
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 7
mengontrol perilaku seksual remaja berpacaran, sehinga terhindar dari resiko yang harus dihadapi atau mengancam seperti kehamilan, penyakit kelami yang menular Analisis Bivariat Berdasarkan hasil uji korelasi ChiSquare (conti nuity Correction) didapatkan p-value 0,007< 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pacaran pada remaja, dan hasil analisis nilai Odds Rasio OR = 2,090. Ini menunjukkan bahwa remaja dengan sikap pacaran negatif beresiko 2,090 kali lebih besar memiliki perilaku pacaran yang beresiko dibandingkan remaja dengan sikap positif. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pawestri (2013), bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap seksualitas dengan perilaku seksual pranikah pada remaja (p=0,017). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mulyati (2012), bahwa tidak ada hubungan yang sinifikan antara sikap dengan perilaku seksual yang terjadi pada pacaran (p=0,339). Didukung oleh teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012), faktorfaktor presdiposisi perilaku salah satunya adalah sikap. Hasil analisa menunjukan bahwa dari 126 responden (52,5%) yang bersikap negatif terhadap perilaku pacaran memiliki perilaku tidak beresiko yaitu sebanyak 50 responden (39,7%). Sikap yang negatif, belum tentu dalam kehidupan sehari-hari akan menerapkan perilaku pacaran yang beresiko, karena selain sikap mempengaruhi perilaku, namun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku tersebut salah satunya adalah ketaatan beragama, Perilaku tidak beresiko ini, dipengaruhi oleh ketaatan beragama yang dimiliki remaja, karena melalui agama
seseorang akan belajar mengenai perilaku bermoral meskipun memiliki sikap yang negatif, sehingga pemahaman agama yang dimiliki remaja, remaja mengetahui batasbatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, sehingga memiliki rasa takut, untuk melakukan perilaku yang beresiko. Azinar (2013), juga mengatakan remaja yang mempunyai pemahaman agama yang baik, karena tingkat agama mempunyai pengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja. Orang yang agamanya baik maka akan memiliki rasa takut untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dan dilarang dalam agamanya, sehingga mampu mengontrol keinginan untuk melakukan. Hasil analisa menunjukan bahwa dari 114 responden (47,5%) yang bersikap positif terhadap perilaku pacaran memiliki perilaku beresiko yaitu sebanyak 48 responden (42,1%). Perilaku beresiko ini dipengaruhi oleh teman sebaya, karena teman sebaya dikalangan remaja biasanya memberi dampak positif dan negatif, yang dapat mempengaruhi suatu keyakinan yang sudah dimiliki. Sehingga remaja yang sudah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik, bisa terpengaruh pula oleh teman teman sebayanya. Hal ini didukung oleh teori Connolly, dkk (2004) dalam Santrock (2007), teman sebaya memiliki peran yang penting dalam kehidupan remaja. Karena tidak hanya pengetahuan dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku, tetapi ada faktor lain yang mendukung perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan Teori L. Green dalam Notoatmodjo (2012), salah satu faktor pendukung dari perilaku adalah pengaruh teman sebaya. PENUTUP Kesimpulan 1. Remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang, lebih banyak yang memiliki sikap negatif terhadap perilaku pacaran yaitu sebanyak 126 responden (52,5%)
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 8
2. Perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang, lebih banyak memiliki perilaku beresiko yaitu sebanyak 124 responden (51,7%). 3. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pacaran pada remaja di SMK “X” Kabupaten Semarang dengan pvalue 0,007 < 0,05. Saran 1. Bagi Remaja Diharapkan remaja dapa lebih meningkatkan sikap positif terhadap perilaku pacaran, dengan mengikuti kegiatan kerohanian, ekstrakulikuler disekolah, dan dapat mengakses informasi tentang kesehatan reproduksi atau remaja sehat melalui internet, serta dapat memilih teman yang baik dalam bergaul. 2. Bagi Pihak Sekolah Pihak sekolah sebaiknya dapat segera membuat intervensi untuk membentuk sikap dan perilaku siswa yang lebih baik mengenai pacaran, dapat melalui saran sebagai berikut: a. Diharapkan untuk mengoptimalkan peran guru BK dan guru agama sebagai tempat untuk konseling dalam menentukan programprogram yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang dampak perilaku pacaran beresiko. b. Dapat menjalin kerjasama secara contineu dengan pihak Puskesmas, pilar PKBI kabupaten semarang, atau pihak lainnya, dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dan masalah-masalah yang berkaitan dengan remaja khususnya sikap dan perilaku remaja dalam berpacaran. c. Membuat peraturan untuk tidak berpacaran disekolah dan memberi scor/kredit bagi siswa yang melanggar peraturan tersebut. d. Meningkatkan kegiatan kerohanian disekolah dan membentuk ekstrakulikuler Kesehatan Reproduksi Remaja disekolah.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Disarankan bagi tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, melalui layanan informasi di media masa khusunya situs internet sebagai suatu penyeimbang bagi remajadari paparan mediamasa yang bersifat negatif/ pornografi. 3. Bagi peneliti Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap perilaku pacaran, dan mempertimbangkan memakai metode kualitatif (wawancara dan observasi) sebagai perbandingan, sehingga hasilnya dapat memberikan masukan yang semakin lengkap DAFTAR PUSTAKA Aramdani,Jieratallah.(2010).Perilaku Pacaran Remaja di SMA Nusa Bhakti Tahun 2010.Skripsi.Semarang :Fakultas Kesehatan., diakses pada tanggal 22 juli 2016 Arida, I N. (2006). Seks dan Kehamilan Pranikah. Skripsi. Yogyakarta :Universitas Yogyakarta, diakses pada tanggal 21 juli 2016 Azinar,M.(2013). Perilaku seksual pranikah berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Indonesia, diakses 22 juli 2016 Fitriana, NG.(2012). Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Seks Pranikah dengan PerilakuSeksual pada Siswa SMK XSemarang.Jurnal Komunikasi Kesehatan (Edisi 4),Vol.3, Nomor 01, 2012, diakses 24 Juli 2016 Herminsih, A.R.(2012).Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap Remaja
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 9
Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas Ii Di Smak St. Gabriel Ismawati.(2007).Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika Kistriyati.(2013).Makna Hubungan Seksual Dalam Pacaran Bagi Remaja di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.Skripsi . Bojonegoro: UNESA, diakses pada tanggal 29 desember 2015 Mayasari, F. dan M. Noor Rochman H.(2007). Perilaku seksual remaja dalam berpacaran ditinjau dari harga dri berdasarkan jenis kelamin. Jurnal psikologi NO. 2, 120-127, diakses pada tanggal 16 juli 2016 Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Phakilla dan Soetjiningsih.(2007). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Negeri Surabaya, diakses pada tanggal 21 juli 2016 PILAR PKBI Jateng. (2014). Profil PKBI Jateng2014. Jateng : PKBI PILAR PKBI Kabupaten Semarang. (2015). Perilaku Seksual Remaja. Ungaran : PKBI Santrock .(2007).Remaja (Edisi 11/ jilid 2). Jakarta: Erlangga. Setiawan,B.(2009).Pendidikan Kesehatan Reproduksi. www.yanrehsos.depsos.go.id, diakses 22 Juli 2016 Sofia.(2011).Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta : Lab Ilmu Kedokteran Jiwa Fk Ugm
Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu KESEHATAN Ngudi Waluyo | 10