KEMAHIRAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERCERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2012/2013
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh FITRI LESTARI NIM 090388201102
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2013
Kemahiran Berbicara dengan Teknik Bercerita Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjungpinang Tahun Ajaran 2012/2013 oleh Fitri Lestari. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dosen Pembimbing 1. Mini Andriani, S.Pd., M.Hum. Dosen Pembimbing 2. Dra. Linda Rosmery T., M.Si.
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemahiran berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tanjungpinang tahun ajaran 2012/2013 dengan teknik bercerita. Metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes bercerita pengalaman pribadi siswa dengan jumlah sampel 46 siswa. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan aspek lafal pada siswa dengan kriteria kurang, penggunaan jeda siswa dengan kriteria baik, penggunaan intonasi dengan kriteria baik, dan penggunaan diksi dengan kriteria kurang. Kemahiran berbicara dengan teknik bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tanjungpinang masuk pada kriteria cukup dengan nilai rata-rata yang didapat 61.
Kata kunci: Berbicara, Teknik Bercerita
Abstract This study aimed to describe the speaking skills of students of class VII SMP Negeri 2 Tanjungpinang school year 2012/2013 with storytelling techniques. The method used is descriptive research with quantitative data collection technique using storytelling technique tests the student's personal experience with a sample of 46 students. The results showed the use of aspects of pronunciation in students with less criteria, students use the break with both criteria, use of intonation with both criteria, and the use of diction with less criteria. Speaking skills with storytelling techniques class VII student of SMP Negeri 2 Tanjungpinang sufficient criteria to enter the average value obtained 61.
Keywords: Speaking, Storytelling Techniques
1. Pendahuluan Berbicara merupakan suatu komunikasi lisan. Berbicara juga merupakan alat komunikasi yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Pembicara menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui suara. Pembicara yang baik mampu memperjelas apa yang ingin disampaikannya. Saat berbicara, hendaknya pembicara memilih kata yang akan ia gunakan agar mudah untuk dipahami pendengar. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan (Tarigan, 2008:1). Sudah seharusnya di sekolah-sekolah, membekali siswa dengan memperbanyak latihan-latihan keterampilan berbicara. Salah satu kegiatan pembelajaran berbicara adalah bercerita. Melalui teknik bercerita. Dengan penerapan teknik bercerita dalam pengajaran bahasa Indonesia, siswa dilatih agar mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan pada setiap kegiatan berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemahiran berbicara siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjungpinang Tahun Ajaran 2012/2013 dengan teknik bercerita sesuai dengan penggunaan lafal,jeda, intonasi, dan diksi. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjungpinang yang teletak di jalan Kuantan No.9 Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjungpinang Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 307 siswa. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan sampel proporsi atau stratifield propotional random sample. Teknik sampel ini dilakukan dengan acak pengambilan subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masingmasing strata atau wilayah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil penelitian berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh siswa dalam tes keterampilan berbicara melalui teknik bercerita. Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti menggunakan teknik tes pada siswa untuk bercerita pengalaman pribadi atau pengalaman yang paling mengesankan. Teknik analisis data penelitian yakni dengan melakukan langkah-langkah antara lain memberikan skor tiap-tiap aspek yang dinilai, menghitung nilai dari keseluruhan aspek dengan rumus Muslich (2009:140), menhgitung nilai rata-rata dengan rumus Arikunto (2012:299), Menghitung persentase nilai kemahiran berbicara siswa dengan teknik bercerita menggunakan perhitungan Sugiyono (2009:95). 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian berupa tes bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tanjungpinang. Tes bercerita tersebut terdiri dari empat aspek penilaian masing-masing diberi skor untuk mendapatkan hasil akhir yang dapat mendeskripsikan kemahiran berbicara siswa dengan teknik bercerita pengalaman pribadi. Penskoran berbicara dengan teknik bercerita pada siswa berdasarkan lembar aspek penilaian, yang terdiri dari aspek lafal, jeda, intonasi, dan diksi diberikan skor 1-4. Pada penilaian tes kemahiran berbicara melihat dari standar kompetensi dalam silabus pembelajaran, yaitu bercerita dengan urutan yang baik, lafal, jeda, intonasi, dan diksi yang tepat. Indikatornya adalah mampu bercerita dengan urutan lafal, jeda, intonasi, dan diksi yang tepat. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tes bercerita pengalaman pribadi, dinilai dari empat aspek. Peneliti menganalisis kemahiran berbicara siswa dari tes bercerita yaitu bercerita pengalaman pribadi. Aspek-aspek yang dinilai antara lain lafal, jeda, intonasi, serta diksi.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberi simpulan bahwa kemahiran berbicara pada aspek lafal siswa masuk pada kriteria kurang. Kemudian kemahiran berbicara pada aspek jeda siswa masuk pada kriteria baik. Selanjtnya kemahiran berbicara pada aspek intonasi siswa masuk pada kriteria baik. Dan untuk kemahiran berbicara pada aspek diksi siswa masuk pada kriteria kurang. Hasil penelitian kemahiran berbicara menunjukkan 3 siswa atau sebanyak 6,5% mendapatkan nilai 80-100 dengan keterangan sangat baik, kemudian 11 siswa atau sebanyak 24% mendapatkan nilai 66-79 dengan keterangan Baik, dan 24 siswa atau sebanyak 52% mendapatkan nilai 56-65 dengan keterangan cukup, 5 siswa mendapat nilai 40-55 dengan keterangan baik, dan 3 siswa mendapatkan nilai 30-39 dengan keterangan gagal. Pada aspek lafal, siswa yang memperoleh skor 4 sebanyak 4 siswa, siswa yang memperoleh skor 3 sebanyak 15 orang, siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 24 siswa, dan siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 3 siswa. Kemudian pada aspek jeda, siswa yang memperoleh skor 4 sebanyak 2 siswa, siswa yang memperoleh skor 3 sebanyak 26 siswa, siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 18 siswa, dan siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 0 (tidak ada). Selanjutnya pada aspek intonasi, siswa yang memperoleh skor 4 sebanyak 0 (tidak ada), siswa yang memperoleh skor 3 sebanyak 25 siswa, siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 19 siswa, siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 2 siswa. Dan pada aspek diksi, siswa yang memperoleh skor 4 sebanyak 0 (tidak ada), siswa memperoleh skor 3 sebanyak 8 siswa, siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 37 siswa, dan siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 1 siswa. Dari 46 siswa yang mengikuti tes bercerita pengalaman pribadi, siswa yang tidak berhasil mendapatkan nilai yang sangat rendah yaitu 3 siswa atau sebanyak 6,5%. Peneliti melihat dari empak aspek yang telah dinilai dalam kegiatan tes kemahiran berbicara (bercerita), maka ditemukan pada aspek diksi siswa mengalami kesulitan. Mereka mengalami kesulitan dalam pemilihan kata saat melakukan kegiatan bercerita. 4. Simpulan dan Rekomendasi Pada aspek lafal jumlah nilai seluruh siswa pada aspek ini adalah 112, atau sebanyak 61%, sedangkan pada aspek intonasi jumlah nilai seluruh siswa adalah 115 atau sebanyak 63%. Kemudian pada aspek diksi jumlah nilai seluruh siswa adalah 99 atau sebanyak 54%. Dan jumlah yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu pada aspek jeda dengan jumlah 122 atau sebanyak 66%. Sampel yang diambil dari 8 kelas seluruh kelas VII. Dalam tes bercerita yang dinilai dari empat aspek yaitu aspek lafal, jeda, intonasi, serta diksi bahasa Indonesia yang tepat hasil tes kemahiran berbicara masuk pada kriteria cukup dengan skala nilai 56-65. Berdasarkan data hasil penelitian maka kemahiran berbicara dengan teknik bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tanjungpinang tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan aspek penilaian nilai rata-rata kemahiran berbicara dengan teknik bercerita siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjungpinang dengan jumlah keseluruhan nilai 2799 adalah 60,84 atau 61 dengan kriteria cukup. Rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan yaitu guru tetap melatih kemahiran berbicara siswanya dengan cara memberikan banyak praktik berbicara di dalam pembelajaran untuk aspek berbicara. Dan meningkatkan lagi kemahiran berbicara siswa, terutama pada unsur lafal dan diksi dalam kegiatan berbicara. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Arief, Zainal. 2005. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X-4 SMA Negeri I Jepara Melalui Diskusi dengan Pendekatan Kontekstual Fokus Pemodelan. Universitas Negeri Semarang. Darojah Umi, Ridan. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan dengan Media Film Animasi Pada Siswa Kelas VII SMPN 12 Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Djojosuroto, Kinayati dan Sumaryati M.L.A. 2010. Prinsp-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung:Nuansa. Erlina, Ana. 2012. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 26 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Sebelas Maret. Julismayanti, Dwe. 2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Teknik Bercerita Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga Malik, Abdul. 2010. Penelitian Deskriptif. Tanjungpinang: FKIP UMRAH. Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Muslich, Masnur. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara. Murdini, Salamat Purba. 2009. Pembelajaran Berbicara. Melalui: http://id.scribd.com/ doc/27898415/18/Kriteria-Penilaian-Pembelajaran-Berbicara (2013, April,16) Rozak, Abdul, dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:Balai Pustaka.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. ________. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta Susanti, Ratna, 2008. Kompetensi Berbahasa Indonesia. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.