PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2014) ARIF RACHMAN SUSANTO Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT The purpose of this study was to know the influence of good corporate governance, institutional ownership, public ownership and leverage to the earnings management. The study focused on manufacturing companies listed in Bursa Efek Indonesia during 2011-2014. The study used purposive sampling method in order to collect the sample. Population in this study was to all manufacturing companies listed in Bursa Efek Indonesia during 2011-2014. Based on certain criteria, there were 50 of 151 manufacturing companies that matched with the sample. The statistical method used in this study was mutiple regression. The result of this study showed that good corporate governance has the negative (0,108) and un-significant (0,914) effect to the earnings management. Institutional ownership has the negative -3,268) and significant (0,001) effect to the earnings management. Public ownership has the negative (-4,179) and significant (0,000) effect to the earnings management. Leverage has the positive (1,155) and unsignificant (0,249) effect to the earnings management. The goodness of fit testing showed that good corporate governance, institutional ownership, public ownership and leverage were influenced to the earnings management with count F value 6.118 and significant 0,000. The adjusted 𝑅 2 was 0,093, that showed the influence of good corporate governance, institutional ownership, public ownership and leverage to the earnings management at 9,3%. Keywords: Earnings management; good corporate governance; institutional ownership; public ownership; leverage
1. PENDAHULUAN Kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan laba dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kemajuan kinerja suatu perusahaan, karena laba merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur kinerja dan bentuk pertanggungjawaban manajemen (Lande dkk, 2014). Saat perusahaan tidak dapat mencapai laba yang ditargetkan, maka akan memicu manajer untuk melakukan praktik yang tidak sehat dalam perusahaan seperti melakukan manajemen laba. Manajemen laba atau earnings management merupakan suatu tindakan campur tangan yang dengan sengaja dilakukan oleh manajer dalam proses penyusunan laporan keuangan, dengan menaikkan atau menurunkan laba tanpa dikaitkan dengan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi perusahaan untuk jangka panjang. Dengan tujuan agar manajer tersebut dapat memperoleh keuntungan dari tindakan yang dilakukan (Scipper, 1989; Fischer dan Rozenweig, 1995). Menurut Antonia (2008) manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi. Meskipun secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (PABU), namun dengan adanya praktek manajemen laba dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan eksternal dan dapat menghalangi kompetensi aliran modal (Rahman dkk, 2014). Teori keagenan secara keseluruhan dapat menjelaskan hubungan antara pihak agen dan prinsipal yang bersama-sama mempunyai kepentingan berbeda dalam perusahaan. Kepentingan yang berbeda dapat memicu terjadinya praktik manajemen laba. Teori keagenan memberikan gambaran bahwa praktik manajemen laba dapat diminimalisir dengan pengawasan dari pihak internal melalui good corporate governance. Majamen laba dapat diminimalisir dengan monitoring guna menyelaraskan ketidaksamaan kepentingan pemilik dengan
manajemen dengan cara: pertama, memperbesar kepemilikan saham oleh manajemen (Jensen and Meckling, 1976); kedua, adanya kepemilikan saham oleh institusional (Midiastuty dan Machfoedz, 2003); ketiga, melalui peran pengawasan monitoring oleh komisaris independen (Boediono, 2005). Manajemen laba dapat dihindari dengan menerapkan tata kelola perusahaan secara baik. Pada dasarnya, ketika perusahaan mampu menerapkan tata kelola perusahaannya secara baik maka secara tidak langsung perusahaan mampu mengelola bisnis yang lebih beretika, memiliki keadilan dan mempunyai tanggung jawab dengan berlandaskan pada asas-asas tata kelola perusahaan yang baik, yang terdiri dari asas transparansi, asas akuntabilitas, asas responsibilitas, asas independensi serta asas kewajaran dan kesetaraan (Lande dkk, 2014). Tata kelola perusahaan yang baik juga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang mampu menerapkannya. Adanya anggapan bahwa manajemen laba di Indonesia belum dapat teratasi secara baik karena di Indonesia pemahaman perusahaan terhadap penting dan strategisnya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan masih sangat rendah. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Kaihatu (2006) yang membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung masih
bersikap
opportunistik,
yaitu
melaporkan
sesuatu
yang
dapat
memaksimalkan kebutuhan manajer itu sendiri. Belum mampunya perusahaan di Indonesia untuk menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik, dan masih bersikap opportunistik dapat memicu terjadi praktik yang tidak sehat dalam suatu perusahaan, seperti memberi peluang pada manajemen untuk dapat melakukan manajemen laba (Lande dkk, 2014). Menurut Lande dkk. (2014) dikatakan bahwa tata kelola perusahaan di Indonesia diterapkan hanya sekedar untuk memenuhi peraturan yang disyaratkan oleh pemerintah agar dapat menjadi perusahaan publik, tanpa menerapkan secara serius, sehingga walaupun tata kelola perusahaan dalam perusahaan telah berjalan
baik, tetapi hanya digunakan sebagai pencitraan untuk menarik para investor, akan tetapi tidak dapat meminimalkan terjadinya praktik yang tidak sehat dalam perusahaan (Sutedi, 2012:81; Natalia dan Pudjolaksono, 2013). Penerapan tata kelola perusahaan yang lemah pada perusahaan-perusahaan di Indonesia akan membuat perusahaan asing dengan penerapan tata kelola perusahaan yang lebih baik lebih diminati oleh para inverstor, sehingga perusahaan domestik akan kalah bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk., (2014) dalam menguji pengaruh komite audit, kepemilikan institusional, persentase saham publik dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 20082011. Kontribusi penelitian ini yaitu memasukan variabel tata kelola perusahaan sebagai variabel independen, dimana tata kelola perusahaan merupakan salah satu indikator pemicu terjadinya manajemen laba. Kontribusi lainnya adalah mengganti periode tahun penelitian menjadi tahun 2011-2014.
2. LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS Teori Keagenan Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Teori agensi merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principal (pemilik) dan agent (manajer). Dalam hubungan keagenan ini, pihak manajer adalah pihak yang memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak daripada pemilik, sehingga disini timbul asimetri informasi yaitu suatu keadaan dimana terdapat pihak yang mempunyai informasi lebih banyak dari pihak luar sehingga menguntungkan mereka (Deegan, 2004:220). Agen mempunyai tanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik. Namun, tanpa dipungkiri bahwa terkadang hak
pengendalian yang dimiliki oleh agen selaku manajer sangat dimungkinkan untuk diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor untuk memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer (Lande dkk, 2014). Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola perusahaan dan demikian manajerpun memiliki hak dalam mengelola dana investor (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Tata Kelola Perusahaan Corporate governance adalah suatu peraturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham dan manajer sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. Wahyuni dan Sasongko (2011) corporate governance merupakan kunci sukses perusahaan dalam mengelola perusahaan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan terjamin kualitasnya. Tata kelola perusahaan yang baik mencerminkan apakah perusahaan tersebut, dalam hal ini manajemen, sehat dan transparan sehingga diharapkan dapat menekan aktivitas perekayasaan kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai sesungguhnya (Eky dan Farid, 2014). Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah persentase hak suara yang dimiliki pihak institusional terhadap suatu perusahaan (Tiswiyanti, 2012). Pihak institusional tersebut seperti perusahaan investasi, pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, bank, lembaga asuransi dan institusi lainnya, diwakilkan dengan investor institusional (Rahman dkk., 2014). Dengan kepemilikan saham yang besar, investor institusional memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan dan mengoptimalkan nilai perusahaan. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk kepentingan pemegang saham.
Kepemilikan Saham Publik Kepemilikan saham publik adalah presentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO (initial public offering) yang dilakukan manajemen dengan tujuan untuk menawarkan investasi kepada publik (Rahman dkk., 2014). Dengan melakukan IPO, menunjukkan bahwa akan ada private information yang harus di-sharing-kan manajer kepada publik. Besarnya presentase saham yang ditawarkan ke publik biasanya memberi pengaruh kepada jumlah informasi yang akan di-sharing kepada publik. Semakin tinggi presentase saham yang ditawarkan kepada publik maka semakin besar pula informasi yang harus di-sharing-kan manajer kepada publik (Rahman dkk., 2014). Leverage Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat pengembalian hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor dalam membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (White et al, 2002). Rasio leverage terdiri dari beberapa macam rasio, antara lain debt ratio (debt to total asset), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned (Lande dkk, 2014). Dalam penelitian ini, rasio leverage yang digunakan adalah berdasarkan debt ratio (debt to total asset) dikarenakan debt ratio dapat menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aset yang digunakan untuk menjamin utang. Manajemen Laba Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya, yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang (Widjaja, 2004). Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan
manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan (Merchant dan Rockness, 1994). Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan (Palestin, 2008). Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations (Gumanti, 2000). Tata Kelola Perusahaan terhadap Manajemen Laba Good corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku pihak manajemen yang menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik bagi kepentingan stakeholder. Corporate governance mengatur pola hubungan antara komisaris, direksi dan manajemen agar terjadi chek and balances dalam pengelolaan organisasi. Dengan adanya mekanisme good corporate governance maka dapat mengurangi tindakan opportunis manajer dalam melakukan manajemen laba, karena adanya pengawasan dan pengendalian yang menjadi esensi utama dari mekanisme good corporate governance (Elisa, 2014). Menurut hasil penelitian Tangjitprom (2013) menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Werner (2010), Drivina dkk. (2013), Jao dan Gagaring (2010) yang menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa tata kelola perusahaan terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lande dkk. (2014), Elisa (2014),
Erdianto dkk., (2013) yang menyatakan bahwa tata kelola perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen terutama sebagai agen pengawas. Menurut Jama’an (2008) investor institusional dapat melakukan peranan pengawasan dan monitoring antara lain dengan mengarahkan dan memonitor kegiatan bisnis perusahaan (directing and control). Dengan kepemilikan sahamnya yang relatif besar mereka mempunyai kemampuan untuk memonitor kegiatan bisnis pada perusahaan tersebut. Investor institusional akan membuat kecenderungan terjadinya asimetri informasi antara principal dan agent berkurang. Investor institusi dapat mempengaruhi atau mengawasi kelangsungan hidup suatu perusahaan (Rahman dkk., 2014). Biasanya investor institusional lebih mementingkan kinerja perusahaan jangka panjang. Kepemilikan saham oleh investor atas saham perusahaan berperan untuk memonitor manajemen perusahaan dengan lebih efektif dan mempengaruhi manajer dalam pengambilan keputusan agar manajemen perusahaan tidak seenaknya bertindak untuk kepentingannya sendiri, yaitu praktik manajemen laba (Iqbal dan Nurul, 2005). Semakin besar kepemilikan institusi, maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen. Untuk menjamin integritas laporan keuangan diperlukan proses monitoring secara efektif melalui kepemilikan institusional terhadap pihak manajemen. Sesuai dengan penelitian Rahman dkk. (2014), Arifani (2013), Rosyada (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap berkurangnya manajemen laba. Namun penelitian Drivina dkk. (2013), Tiswiyanti dkk. (2012), Welvin dan Arleen (2010) tidak mampu membuktikan hipotesis
tersebut, sehingga penelitian kali ini merumuskan kembali hipotesis sebagai berikut: H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Kepemilikan Saham Publik terhadap Manajemen Laba Kepemilikan saham publik adalah presentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO (initial public offering). Besarnya presentase saham yang ditawarkan ke publik memberi pengaruh kepada jumlah informasi yang akan disharing kepada publik. Informasi yang disharing tersebut berupa private information, yaitu informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer, seperti: standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan, keberadaan perencanaan bonus, dan sebagainya (Rahman dkk., 2014). Semakin tinggi presentase saham yang ditawarkan kepada publik maka semakin besar pula informasi yang harus disharingkan manajer kepada publik. Jadi manajer dituntut untuk menyajikan informasi yang baik sehingga menarik minat investor untuk melakukan investasi. Public investor mengakibatkan manajer berkewajiban memberikan informasi internal secara berkala sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya manajemen laba karena adanya pengawasan dari public investor tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Rahman dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Azline (2008) dan penelitian Leuz et al (2001) yang menyatakan tidak ada pengaruh antara saham publik dengan manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut : H3 : Kepemilikan saham publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Leverage terhadap Manajemen Laba Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan (Eky, 2014). Leverage yang tinggi akan menyebabkan nilai pembiayaan yang juga tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja jangka panjang. Dengan kinerja tersebut, diharapkan kreditur juga akan tetap memiliki kepercayaan terhadap manajemen perusahaan. Dengan demikian, hal tersebut dapat menyuburkan perililaku opportunistic pihak manajemen terhadap laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba (Hanafi, 2004). Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Yulianto (2010) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam teori keagenan, semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang ber-basis akuntansi, lebih memungkinkan manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini (Watts and Zimmerman, 1990). Penelitian Welvin dan Arleen (2010), Azlina (2010) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif leverage terhadap manajemen laba. Penelitian lain yang dilakukan Rahman dkk. (2014) juga menemukan hubungan positif antara hutang dan manajemen laba. Namun baik penelitian Lande dkk. (2014), Eky dan Farid (2014), Jao dan Gagarin (2010), Antonia (2008) tidak mampu membuktikan hipotesis tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut : H4 : Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
3. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (pemilihan sampel bertujuan), yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu (Trihendradi, 2013). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literature yang berhubungan dengan penelitian ini. Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode tahun 2011-2014. (2) Menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2011-2014. (3) Perusahaan yang paling aktif dan memiliki laporan keuangan lengkap dalam empat tahun berturut-turut selama periode tahun 2011-2014. (4) Perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel memiliki data keuangan lengkap untuk pengukuran semua variable. Pengukuran Variabel Tata Kelola Perusahaan Good corporate governance diukur dengan menggunakan skoring GCG yang diperkenalkan oleh Gwenda dan Juniarti (2013), yang diproksikan dengan: hak pemegang saham (Subindex A), Dewan Direksi (Subindex B), Komisaris Independen (Subindex C), Komite audit dan Internal Audit (Subindex D), dan Pengungkapan untuk Investor (Subindex E). Setiap subindex diberikan kriteriakriteria. Dan jika memenuhi kriteria akan diberikan nilai 1, sebaliknya jika tidak
memenuhi kriteria diberikan nilai 0. Rumus untuk memperoleh skor dari GCG adalah: 𝑪𝑮𝑰 = 𝑨 +
𝑩+𝑪 +𝑫+𝑬 𝟐
Dimana: (A) Hak pemegang saham. (B) Dewan direksi. (C) Komisaris independen. (D) Komite audit dan internal audit. (E) Pengungkapan untuk investor. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi (Rahman dkk., 2014). Kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh institusi terhadap seluruh modal saham perusahaan. Kepemilikan Saham Publik Kepemilikan saham publik adalah persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO (initial public offering) (Rahman dkk., 2014). Persentase saham publik diukur dengan melihat besarnya persentase-persentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat saat IPO). Leverage Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas (Horne, 2007). Apabila tingkat utang pada suatu perusahaan itu tinggi, biasanya akan menyebabkan penurunan laba. Penurunan laba ini akan memancing manajemen untuk menaikan laba agar terlihat stabil (Horne, 2007). Dalam penelitian ini leverage diukur dengan perbandingan total utang yang dimiliki perusahaan dengan total asset perusahaan. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi (Rahman dkk., 2014). Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC). Discretonary accrual digunakan
sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit dan produksi secara besar-besaran (Rahman dkk., 2014). Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan di ukur total akrual. Total
akrual
diklasifikasikan
menjadi
komponen
discretionary
dan
nondiscretionary (Novario, 2012), dengan tahapan: a) Mengukur total accrual dengan menggunakan metode modifikasi Jones (Novario, 2012). Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating) b) Menghitung nilai accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square): TACt / At-1 = α1 (1/At-1) + α2 (ΔREVt/At-1) + α3 (PPEt/At-1) + e c) Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut: NDAt = α1 (1/At-1) + α2 ((ΔREVt-ΔRECt) / At-1) + α3 (PPEt/At-1) d) Menghitung discretionary accruals sebagai berikut: DACt = (TACt/At-1) - NDAt Dimana: TACt : total accruals perusahaan i pada periode t NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t At-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1 REVt : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t RECt : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPEt : asset tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi e : Error Penelitian ini menggunakan alat analisis SPSS 22. Uji kualitas data berupa uji asumsi klasik, kemudian dilanjutkan pengujian hipotesis dengan regresi. Model regresi dalam penelitian ini signifikan apabila model tersebut memenuhi
asumsi klasik regresi. Asumsi tersebut dapat dipenuhi apabila data penelitian berdistribusi
normal,
tidak
terdapat
multikolinearitas,
tidak
terdapat
heteroskedastisitas, dan bebas autokorelasi. Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel independen terhadap variabel dependen (Sekaran, 2006). Hubungan antar variabel dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: DAC = α + β1CGI + β2KI + β3KSP + β4LEV + e Dimana: DAC a β1 – β4 CGI KI KSP LEV e
= Manajemen Laba = Konstanta = Koefisiensi masing-masing variabel = Tata Kelola Perusahaan = Kepemilikan Institusional = Kepemilikan Saham Publik = Leverage = Errors Terms
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang berturutturut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2011-2014. Berdasarkan metode purposive sampling, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 50 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria. Adapun prosedur pemilihan sampel tampak pada tabel 4.1. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama 4 tahun. Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel No 1 2 3
Keterangan Perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2011-2014 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data keuangan lengkap untuk pengukuran semua variable Jumlah observasi Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
2011
Tahun 2012 2013
2014
127
131
133
151
(40)
(44)
(46)
(64)
(37)
(37)
(37)
(37)
50
50
50
50
Statistik Deskriptif Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata manajemen laba sebesar -0,0046 dan standar deviasi sebesar 0,05953. Rata-rata tata kelola perusahaan sebesar 15,4150 dan standar deviasi sebesar 1,67235. Rata-rata kepemilikan institusional sebesar 70,6520 dan standar deviasi sebesar 23,27955. Rata-rata saham publik sebesar 26,9857 dan standar deviasi 22,13284. Rata-rata leverage sebesar 0,5398 dan standar deviasi sebesar 0,48569. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015 Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) a) Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (Adjusted R2) yang terlihat pada tabel 4.3 mengindikasikan
kemampuan
persamaan
regresi
berganda
untuk
menunjukkan tingkat penjelasan model terhadap variabel dependen. TABEL 4.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
Koefisien determinasi (Adjusted R2) yang terlihat pada tabel 4.3 mengindikasikan
kemampuan
persamaan
regresi
berganda
untuk
menunjukkan tingkat penjelasan model terhadap variabel dependen. Besarnya
koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0.093 atau 9.3% ini berarti bahwa kemampuan variabel independen secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba
sebesar 9,3%, sedangkan sisanya yaitu sebesar
90.7% (100% - 9.3%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. b) Uji Pengaruh Simultan (F Test) TABEL 4.4 Hasil Uji Pengaruh Simultan
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji signifikan variabel independen (X) dapat memengaruhi variabel dependen secara signifikan. Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F test sebesar 6.118 dan signifikan sebesar (0,000) < alpha (0,05) yang berarti variabel tata kelola perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan saham publik dan leverage secara simultan memengaruhi variabel manajemen laba. c) Uji Parsial (t Test) Untuk pengujian hipotesis pertama sampai pengujian hipotesis ke empat dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut:
TABEL 4.5 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda a
Model 1
Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant)
Tata Kelola Perusahaan Kepemilikan Institusional Saham Publik Leverage a. Dependent Variable: Manajemen Laba
.059
.046
.000 -.001 -.001 -.010
.003 .000 .000 .009
Standardized Coefficients Beta .008 -.229 -.296 -.083
t
Sig.
1.292
.198
.108 -3.268 -4.179 -1.155
.914 .001 .000 .249
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
DAC = 0.059 + 0.000 CGI – 0.001 KI – 0.001 KSP – 0.10 LEV + e Dimana: DAC = Manajemen Laba a = Konstanta β1 – β4= Koefisiensi masing-masing variabel CGI = Tata Kelola Perusahaan KI = Kepemilikan Institusional KSP = Kepemilikan Saham Publik LEV = Leverage e = Errors Terms Tata Kelola Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Tata kelola perusahaan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.000 dengan signifikansi sebesar 0.914 > α 0.05 sehingga variabel tata kelola perusahaan tidak terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel manajemen laba. Jadi, hipotesis 1 tidak terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lande dkk. (2014), Elisa (2014), Erdianto dkk., (2013) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tangjitprom (2013), Drivina dkk. (2013), Jao dan Gagaring (2010) yang menyatakan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kemungkinan penerapan GCG di Indonesia hanya sebatas untuk memenuhi peraturan yang disyaratkan oleh pemerintah agar dapat menjadi perusahaan publik, tanpa diterapkan secara serius dalam perusahaan, sehingga walaupun tata kelola perusahaan sudah berjalan
dengan baik, namun hanya digunakan sebagai pencitraan semata agar dapat menarik para investor, namun tidak dapat meminimalisir terjadinya praktik yang tidak sehat dalam perusahaan (Sutedi, 2012; Natalia dan Pudjolaksono, 2013). Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Kepemilikan institusional memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.001 dengan signifikansi sebesar 0.001 < α 0.05 sehingga variabel kepemilikan institusional terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel manajemen laba. Jadi, hipotesis 2 terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk. (2014), Arifani (2013), Rosyada (2012) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Drivina dkk. (2013), Tiswiyanti dkk. (2012), Welvin dan Arleen (2010) yang menyatakan tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusional dengan manajemen laba. Kepemilikan saham oleh institusional yang besar memungkinkan pihak institusional, yaitu pihak atau badan usaha yang berasal dari luar perusahaan untuk menjadi controller atau yang mengawasi tindakan manajer sehingga manajer tidak bertindak sesuai kepentingannya sendiri, sehingga antara manajerial dan institusional dapat saling bekerjasama untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Arifani, 2013). Dengan terlaksananya fungsi pengawasan oleh pihak institusional melalui kepemilikan sahamnya, maka kinerja manajemen akan semakin terawasi dan dapat meminimalisasi tindak kecurangan yang dapat dilakukan oleh manajemen sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat meningkat. Kepemilikan Saham Publik Terhadap Manajemen Laba Kepemilikan saham publik memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.001 dengan signifikansi sebesar 0.000 < α 0.05 sehingga variabel kepemilikan saham publik terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel manajemen laba. Jadi, hipotesis 3 terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk. (2014) namun tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Azline (2008) dan penelitian Leuz et al (2001) yang menyatakan tidak ada pengaruh antara saham publik dengan manajemen laba. Hal ini menunjukkan jika persentase saham semakin besar ditawarkan kepada publik saat IPO, maka aktivitas manajemen laba akan menurun akibat meningkatnya pengawasan dari pihak publik terhadap informasi yang disajikan manajemen perusahaan. Dengan adanya public investor mengakibatkan manajer berkewajiban memberikan informasi internal secara berkala sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya manajemen laba karena adanya pengawasan dari public investor tersebut. Leverage Terhadap Manajemen Laba Leverage memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.010 dengan signifikansi sebesar 0.249 > α 0.05 sehingga variabel leverage tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel manajemen laba. Jadi, hipotesis 4 tidak terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eki dan Farid (2014), Jao dan Gagarin (2010), Antonia (2008) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahman dkk. (2014), Welvin dan Arleen (2010) dan Azlina (2010) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Implikasi manajerial yang paling mungkin menjelaskan hubungan tidak signifikan ini adalah perusahaan dengan rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang terhadap modal di duga akan meningkatkan resiko default bagi perusahaan, tetapi dalam hal ini manajemen menyadari kalau manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menggurangi default tersebut, karena pelunasan kewajiban perusahaan harus tetap dilakukan dan tidak dapat dihindari melalui tindakan manajemen laba (Eky dan Farid, 2014; Jao dan gagarin, 2013; Husni, 2012).
5. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh negatif tata kelola perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan saham publik, dan pengaruh positif leverage terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 50 selama 4 tahun berturut-turut perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2014. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tata kelola perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, kepemilikan saham publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Saran Periode penelitian dan sampel yang digunakan dapat ditambah atau di perluas pada sector perusahaan yang lain seperti industri jasa dan industri non jasa. Karena nilai Adjusted R Square-nya kecil, maka penelitian selanjutnya disarankan
dapat
menambah
variabel-variabel
lain
seperti
kepemilikan
manajerial, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus untuk menguji kembali variabel dalam penelitian selanjutnya. Keterbatasan Hasil penelitian yang menunjukkan besarnya pengaruh keempat variabel tersebut terhadap manajemen laba hanya sebesar 9,3%. Ini menunjukkan bahwa terdapat 90,7% variabel lain yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan manajemen laba. Penelitian ini hanya menggunakan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga tidak dapat digeneralisasi pada keseluruhan jenis perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2006 ). Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. Arifani, Rizky. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Universitas Brawijaya. Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba : Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Pekbis Jurnal. (Volume II; 355-363). Boediono, Gideon Setyo Budiwitjaksono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Budihardjo, Otto. 2009. Mendeteksi Earnings Management dan Akun-Akun yang Berpengaruh. Wacana Vol. 12 No. 4. Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. Australia: McGraw-Hill Australia Pty Limited Drivina, Rizky Jayengsari dan Soegeng Soetedjo. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Eky, Januar Pambudi dan Farid Addy Sumantri. 2014. Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XVII. Elisa, Pretty Rahma. 2014. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Erdianto, R. Setyo Wahyono., Wahidahwati dan Agus Sunaryo. 2013. Pengaruh Corporate Governance pada Praktik Manajemen Laba: Studi pada Industri Perbankan Indonesia. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal 187-206. Fischer, M., & Kenneth, R. 1995. Attitude of Students and Accounting Practitioners Concerming the Ethical Acceptability of Earnings Managements. Journal of Business Ethics. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gumanti, Tatang Ari. 2000. Earning Mangement: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 104-115.
Gwenda, Z., & Juniarti. 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada Variabel Share Ownership, Debt Ratio, dan Sektor Industri Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Bussiness Accounting Review, Vol. 1, No. 2. Hanafi, Manduh. 2004. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Horne, V. C. J. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 12 Buku 2, Wuriarti (ed.), Fundamental of Financial Management, 12th ed., Penerbit Salemba Empat, Jakarta 12610, P. 181-216. Iqbal, Syaiful dan Nurul, Fachriyah. 2005. Corporate Governance Sebagai Alat Pereda Praktik Manajemen Laba (Earnings Management). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6, No. 4: 25-43. Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik Yang Listing di BEJ). Universitas Diponegoro. Jao, Robert dan Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 8, No. 1, November 2011: 1-94. Jensen, M. C., & H.Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Kaihatu, T. S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Kartikawati, Wening. 2007. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi. Lande, Adriani., Imam Subekti dan Endang Mardiati. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, dan Rasio Leverage Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XVII. Midiastuty, Pratana Puspa., dan Machfoedz, Mas’ud. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Natalia, D., & Pudjolaksono, E. 2013. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Praktik Earning Management Badan Usaha Sektor Perbankan di BEI 2008-2011. Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Novario, Niko Anggar. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Di BEI Periode Tahun 2007-2009”. Jurnal Akuntansi. Perpustakaan UM. Palestin, Halima Shatila. 2008. Analisis pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada PT. Bursa Efek Indonesia). UNDIP Institutional Repository.
Rahman, Dani Raja., Rita Anugerah., Desmiyawati dan Kamaliah. 2014. Aktivitas Manajemen Laba: AnalisisPeran Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Persentasi Saham Publik dan Leverage. Simposium Nasional Akuntansi XVII. Rosyada, Fani Yulia. 2012. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Skripsi. Bekasi: Universitas Gunadharma. Schipper, K. 1989. Comentary Katherine on Earnings Managements. Accounting Horizon. Sekaran, U. 2006. Research Methods Fir Business (Metodologi Penelitian untuk Bisnis). Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Edisi 4. Sutedi, A. 2012. Good Corporate Governance. Penerbit Sinar Grafika. Tiswiyanti, Wiwik., Dewi Fitriyani dan Wiralestari. 2012. “Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol.14, No.1, Hal. 61-66 Januari – Juni 2012. Tangjitprom, N. (2013). The Role of Corporate Governance in Reducing the Negative Effet of Earnings Management. International Journal of Economics and Finance; Vol. 5, No. 3 , 213-220. Trihendardi, C. 2013. Langkah Praktis Menguasai Statistik untuk Ilmu Sosial Kesehatan Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS. Penerbit Andi Offset, Hal.3-5. Yogyakarta 55281. Ujiyantho, M. A., & Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X Makassar. Watts, R.L and J.L Zimmerman. 1990. Positive Accounting Teory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review, Vol.65, No. 1, January 1990: 131-156. Welvin, I. Guna dan Arleen Herawati. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, April 2010, Hlm. 53-68. Wijayanti, Sri., dan Mutmainah, Siti. 2012. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2. Yulianto, Eko. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2007-2008. Skripsi tidak Diterbitkan. Universitas Malang.
LAMPIRAN KRITERIA-KRITERIA UNTUK MENDAPATKAN SCOR GCG INDEKS Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gwenda dan Juniarti, 2013. Maka untuk memperoleh Scoring GCG diproksikan dengan beberapa sub index beserta dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, antaralain: 1. Hak Pemegang Saham (Subindeks A), dengan kriteria: A1. Perusahaan menggunakan suara kumulatif untuk pemilihan direksi. Yang dimaksud dengan suara kumulatif adalah aturan standar di bawah komersial kode, tetapi perusahaan dapat memilih keluar dengan suara matoritas pemegang saham. A2. Perusahaan mengadakan ijin pemungutan suara melalui email. A3. Perusahaan memilih tanggal pertemuan dengan pemegang saham agar tidak tumpang tindih dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, atau memilih lokasi pertemuan untuk mendorong kehadiran. A4. Perusahaan mengungkapkan calon direktur kepada pemegang saham di muka pertemuan pemegang saham. A5. Persetujuan Dewan diperlukan untuk transaksi dengan pihak terkait. 2. Dewan Direksi (Subindeks B), dengan kriteria: B1. Direksi menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan (rata-rata). B2. Posisi direksi atas agenda rapat dewan tercatat di boards minutes. B3. CEO dan ketua dewan adalah orang yang berbeda. B4. Terdapat sebuah sistem untuk mengevaluasi adanya direksi. B5. Ada sebuah peraturan untuk mengatur pertemuan dewan. Setidaknya perusahaan harus mengungkapkan dalam laporan tahunan mereka apakah mereka memiliki/tidak. B6. Perusahaan memegang empat atau lebih rapat rutin dewan per tahun. 3. Komisaris Independen (Subindeks C), dengan kriteria: C1. Perusahaan memiliki minimal 30% dewan direksi dari luar. C2. Perusahaan memiliki dewan direksi dari luar lebih dari 30%. C3. Perusahaan memiliki 1 atau lebih direksi luar negri. C4. Perusahaan memiliki komisaris independen. C5. Dewan direksi dari luar tidak menerima gaji pensiun. C6. Direktur luar dapat memperoleh saran dari para ahli di luar perusahaan. C7. Perusahaan memiliki sistem untuk mengevaluasi direksi luar atau rencana untuk memiliki satu (terkait dengan kriteria B4). C8. Pemegang saham menyetujui membayar agregat direksi luar dipertemuan pemegang saham. C9. Direktur luar menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan (rata-rata).
C10. C11. C12. C13.
Perusahaan memiliki kode etik bagi direksi luar. Perusahaan telah ditunjuk contact person untuk mendukung direksi luar. Adanya sebuah pertemuan dewan khusus untuk direktur luar. Perusahaan tidak boleh meminjamkan dana kepada komisaris independen.
4. Komite Audit dan Internal Audit (Subindeks D), dengan kriteria: D1. Adanya audit komite dewan direksi. D2. Rasio direksi luar di komite audit: 1 jika rasio lebih dari 2/3 (minimum hukum bagi perusahaan yang harus memiliki komite audit), 0 jika sebaliknya. D3. Adanya anggaran Rumah Tangga yang mengatur komite audit (atau auditor internal). D4. Komite audit meliputi seseorang dengan keahlian dalam akuntansi. D5. Komite Audit (atau auditor internal) merrekomendasi auditor eksternal pada pertemuan pemegang saham tahunan. D6. Komite audit (atau auditor internal) menyetujui penunjukkan dari kepala audit internal. D7. Boards minutes menuliskan untuk setiap pertemuan komite audit (auditor internal). D8. Laporan kegiatan audit komite (atau internal auditor) dipertemuan tahunan pemegang saham. D9. Anggota Komite audit menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan (rata-rata). D10. Komite Audit (atau auditor internal) bertemu dengan eksternal auditor untuk meninjau laporan keuangan. D11. Komite audit bertemu dua kali atau lebih per tahun. 5. Pengungkapan untuk investor (Subindeks E), dengan kriteria: E1. Perusahaan melakukan kegiatan investor relations pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. E2. Website perusahaan termasuk resume dari anggota dewan. E3. Ada pengungkapan bahasa inggris. Catatan: diberikan point 1 jika memenuhi kriteria, dan jika tidak memnuhi kriteria diberi point 0