JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PENGANTAR BAHASA INGGRIS PADA SISWA SMA RSBI EVI ROVIATI ABSTRAK Penelitian Ini bertujuan untuk (1) mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran biologi di SMA RSBI yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris, (2) mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran biologi berpengantar Bahasa Inggris, (3) mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi dengan pengantar Bahasa Inggris dan (4) mengetahui besarnya korelasi antara aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi dengan model kooperatif tipe jigsaw dan berpengantar Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran biologi di SMA RSBI yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris dapat dilakukan dengan baik. Perangkat yang dikembangkan terdiri atas silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, LKS dan instrumen evaluasi aktivitas belajar, hasil belajar dan angket kesukaan siswa akan model pembelajaran, (2) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran biologi dengan pengantar Bahasa Inggris dengan rerata skor sebesar 7,6, (3) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi dengan pengantar Bahasa Inggris. Hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih banyak daripada di kelas kontrol, dan (4) aktivitas belajar berkorelasi sangat kuat dengan hasil belajar, dengan potensi hubungan kedua variabel sebesar 79,56%. Kata Kunci: pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, SMA RSBI.
PENDAHULUAN
bertitik tolak dari ketiga faktor ini, dan
Era globalisasi telah memunculkan persaingan
yang
bangsa.
sangat
Bangsa
ketat
yang
antar
memiliki
semuanya berasal dari sistem pendidikan yang belum memadai. menyebabkan
Hal ini rupanya
pemerintah
terdorong
kemampuan bersaing akan menang dan
untuk memacu diri dalam memperbaiki
sebaliknya bangsa yang tidak memiliki
kualitas
kemampuan
programnya.
bersaing
akan
menuai
pelaksanaan
berbagai
Pemerintah
menyadari
kekalahan. Kemampuan bersaing sangat
untuk mengejar ketertinggalannya dimulai
ditentukan oleh kekuatan faktor daya
dari peningkatan kualitas pendidikan.
saing. Di antara banyak faktor daya saing,
Sektor
tiga yang utama adalah manajemen,
didorong
untuk
teknologi, dan sumberdaya manusia.
bangsa
dengan
Ketertinggalan Bangsa Indonesia di
pendidikan
termasuk
yang
memimpin
kemajuan
hadirnya
sekolah
berstandar internasional.
Dorongan itu
berbagai bidang di era globalisasi ini jika
bahkan dicantumkan di dalam UU No. 20
dibandingkan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
negara-negara
tetangga
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Nasional pasal 50 ayat (3) yang berbunyi,
ketat dan diperlakukan secara khusus.
“Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
Kegiatan pembelajarannya dilaksanakan
menyelenggarakan
sekurang-kurangnya
dengan dua bahasa (bilingual), Bahasa
satu satuan pendidikan pada semua
Indonesia dan Bahasa Inggris. Selain itu,
jenjang pendidikan, untuk dikembangkan
proses pembelajarannya ditekankan agar
menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
siswa
internasional“.
Informasi dan Komunikasi (TIK). Guru di
Menurut
Direktorat
Jenderal
Manajemen
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
(2007), ”SBI merupakan
standar
Teknologi
lebih menguasai kedua bidang ini, bahasa asing dan TIK (Anam & Susanti, 2008). Namun pengembangan program ini
pendidikan
sepertinya belum optimal. Hal ini paling
(SNP) dan diperkaya dengan mengacu
tidak disebabkan oleh dua hal, yaitu
pada standar pendidikan salah satu negara
masalah kurikulum dan sumber daya
anggota OECD (Organization for Economic
manusia
Co-operation and Development) dan/atau
menerapkan kurikulum tambahan yang
negara maju lainnya yang mempunyai
berasal dari kurikulum yang diakui secara
keunggulan
bidang
internasional. Guru-guru yang disiapkan
pendidikan, sehingga memiliki daya saing
untuk mengajar dengan dua bahasa,
di forum internasional”.
terutama untuk mata pelajaran IPA dan
tertentu
pembelajaran, kelompok
nasional
menguasai
sekolah-sekolah ini pun dituntut untuk
sekolah/madrasah yang sudah memenuhi seluruh
mampu
untuk
sains
dalam
Dalam proses mata
harus
pelajaran
menggunakan
(SDM).
Idealnya
RSBI
matematika, juga masih belum memenuhi syarat.
Banyak diantara mereka yang
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
memiliki kemampuan berbahasa Inggris
(bilingual). Kegiatan pembelajaran harus
yang rendah dan belum menguasai TIK.
berbasis TIK (teknologi informasi dan
Selain itu, pada pelaksaannya, tidak semua
komunikasi). Saat ini, program yang
sekolah yang menyelenggarakan RSBI ini
berjalan
Sekolah
menerapkan program RSBI pada seluruh
Berstandar Internasional (RSBI), yang
kelas yang ada di sekolah tersebut.
dimaksudkan sebagai persiapan menuju
Sekolah tertentu hanya menerapkan RSBI
SBI.
pada kelas-kelas khusus dan ada pula yang
adalah
Rintisan
Siswa yang masuk sekolah ini
diterapkan pada seluruh kelas.
adalah mereka yang dianggap sebagai
Sekolah yang menyelenggarakan
bibit-bibit unggul yang diseleksi secara
program RSBI perlu menyiapkan segala
[April 2012]
hal
yang
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
mendukung
pelaksanaan
atas prestasi belajar siswa yang bersifat
program tersebut. Persiapan tersebut di
akademik dan nonakademik.
antaranya adalah persiapan sarana dan
guru di sekolah yang menjadi rintisan SBI
prasarana belajar, seperti ruang kelas,
dapat berperan besar dalam menentukan
laboratorium
sejenisnya,
indikator kedua, yaitu indikator proses.
persiapan sarana TIK, persiapan dana dan
Komponen dalam indikator proses ini
yang
adalah
tak
dan
kalah
yang
pentingnya
adalah
variasi
Seorang
penggunaan
metode
persiapan sumber daya manusia (SDM)
pembelajaran, variasi penggunaan media
berupa tenaga pengajar yang sudah siap
pembelajaran, efektivitas pembelajaran,
melaksanakan
dengan
waktu yang digunakan secara tepat, mutu
Sejatinya, proses
pembelajaran, keaktifan belajar siswa,
pembelajaran
standar internasional.
pembelajaran di sekolah yang berkualitas
keantusiasan
guru
tinggi, tidak hanya pelaksanaannya yang
keantusiasan
siswa
menggunakan dua bahasa dan TIK, namun
keinovasian dan kekreatifan pembelajaran
diharapkan juga efektif dan meningkatkan
dan pembelajaran yang menyenangkan.
aktivitas dan hasil belajar siswa. Keberhasilan sekolah
bertaraf
mengajar,
dalam
belajar,
Siswa RSBI, yang merupakan siswa
penyelenggaraan
pilihan dengan seleksi masuk yang ketat,
(SBI)
memiliki tingkat intelegensia relatif tinggi
ditentukan oleh banyak faktor. Menurut
dan motivasi belajar yang cukup baik.
buku Sistem Penyelenggaraan Sekolah
Namun, di sisi lain mereka terbiasa
Bertaraf Internasional untuk Pendidikan
dengan pola pendidikan individual dan
Dasar dan Menengah (2007), terdapat tiga
kompetisi.
kategori
SBI.
membiasakan siswa RSBI untuk belajar
Indikator pertama, yaitu indikator input
dengan cara bekerja sama dan bergotong
yang mencakup rencana pengembangan
royong serta memungkinkan terjadinya
sekolah, kurikulum, tenaga kependidikan,
interaksi
kesiapan belajar siswa dan sarana serta
Pembelajaran dengan cara seperti ini,
prasarana belajar. Indikator kedua adalah
harapannya dapat memupuk keterampilan
indikator proses, yang meliputi kejadian-
kooperatif dan komunikasi antar siswa
kejadian yang dialami siswa yang mampu
yang dapat berguna dalam kehidupan
mengubah siswa dari belum terpelajar
mereka di masa yang akan datang. Hanya
menjadi terpelajar. Sementara indikator
saja
ketiga, yaitu indikator output yang terdiri
menerjemahkan hal ini ke dalam bentuk-
indikator
internasional
dalam
keberhasilan
Hal ini mendorong perlunya
antar
perlu
siswa
dipikirkan
yang
tinggi.
bagaimana
[April 2012]
bentuk
pembelajaran
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 yang
mengakomodasi
mampu
gagasan-gagasan
Pembelajaran
kooperatif
telah
dikembangkan secara intensif melalui
tersebut. Model pembelajaran biologi,
berbagai
mengingat biologi sebagai bagian dari
meningkatkan kerjasama akademik antar
sains, yang digunakan di kelas seyogyanya
siswa,
bertujuan untuk mendidik siswa agar
mengembangkan rasa percaya diri, serta
memiliki keterampilan ilmiah, menunjang
meningkatkan
peningkatan
aktivitas
melalui
menunjukkan
hasil
belajar belajar
dan yang
penelitian,
tujuannya
membentuk
hubungan
kemampuan
aktivitas
pembelajaran
untuk
positif,
akademik
kelompok.
kooperatif
diharapkan
memuaskan serta inovatif dan bervariasi.
dapat
Pembelajaran
siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa,
yang
menekankan
meningkatkan
Model
yaitu
diantaranya adalah pembelajaran dengan
diharapkan
model kooperatif terutama tipe jigsaw
perolehan hasil belajar yang tidak hanya
atau tim ahli.
mengedepankan RSBI
pada
umumnya
fisik
belajar
kerjasama dan komunikasi antar siswa
Siswa
aktivitas
aktivitas
dan
dapat
mental,
meningkatkan
aspek
kognitif
saja,
melainkan juga afektif dan psikomotor
memiliki potensi untuk melaksanakan
siswa,
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
berkomunikasi dan bekerja sama antar
bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari
siswa.
kemampuan mereka dalam berbahasa
tipe
Inggris yang relatif tinggi dan kemampuan
diaplikasikan
menyimak bahan bacaan yang relatif baik,
pelajaran
dan
mengingat seleksi masuk untuk siswa
Dengan
model
unggulan di RSBI termasuk kemampuan
diharapkan
berbahasa Inggris yang baik.
belajar yang tinggi dan merata serta tetap
Namun,
belum banyak guru yang menerapkan
terutama
keterampilan
Model pembelajaran kooperatif jigsaw
atau
tim
pada
ahli
dapat
berbagai
mata
tingkatan
pendidikan.
pembelajaran
siswa
memilki
ini,
aktivitas
menghasilkan hasil belajar yang tinggi.
model pembelajaran ini di kelas-kelas
Sementara itu, menurut Johnson,
RSBI dengan pengantar bahasa Inggris,
Johnson dan Sharan dalam Fatirul (2008),
karena
komponen-komponen
belum
tersedianya
perangkat
penting
dari
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
pembelajaran kooperatif adalah sebagai
dapat
berikut:
mereka
gunakan
melaksanakan pembelajaran.
dalam
1. Ketergantungan positif 2. Interaksi promotif langsung
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
3. Akuntabilitas individual dan kelompok
sesuai dengan jumlah subbab pada
4. Keterampilan - keterampilan
materi yang akan dipelajari.
antarpribadi dan kelompok kecil
3. Materi
5. Pemrosesan kelompok Pembelajaran
pelajaran
kepada
siswa dalam bentuk teks yang telah kooperatif
tipe
jigsaw dikembangkan oleh Aronson, et al.
dibagi-bagi menjadi beberapa subbab. 4. Setiap anggota kelompok membaca
(Lie, 2007). Teknik ini dapat digunakan
subbab
dalam
bertangguang
mata
diberikan
pelajaran
bahasa,
ilmu
yang
ditugaskan jawab
dan untuk
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
mempelajarinya. Misalnya, jika materi
sosial, matematika dan agama serta cocok
yang disampaikan mengenai sistem
untuk semua tingkatan pendidikan. Dalam
ekskresi, maka seorang siswa dari satu
teknik ini, guru memperhatikan skemata
kelompok mempelajari tentang ginjal,
atau latar belakang pengalaman siswa dan
siswa yang lain ada yang mempelajari
membantu siswa mengaktifkan skemata
paru-paru, kulit dan yang lainnya lagi
ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
mempelajari hati.
bermakna.
Selain itu, siswa bekerja
5. Anggota dari kelompok lain yang
dengan sesama siswa dalam suasana
mempelajari
gotong-royong dan mempunyai banyak
bertemu dalam kelompok-kelompok
kesempatan untuk mengolah informasi
ahli untuk mendiskusikannya.
dan
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi. dalam
pembelajaran jigsaw menurut Trianto
bab
yang
sama
6. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali
Langkah-langkah
sub
ke
kelompoknya
bertugas
mengajar teman-temannya. 7. Pada pertemuan dan diskusi kelompok
(2007) adalah:
asal, siswa dikenai tagihan berupa kuis
1. Sebelum memulai pembelajaran, guru
individu.
harus
menyiapkan
perangkat
Penelitian ini bertujuan untuk (1)
pembelajaran, yaitu bahan rencana
mengembangan
pembelajaran, bahan ajar yang sudah
kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
dibagi menjadi beberapa sub bab,
biologi di SMA RSBI yang menggunakan
lembar kerja siswa dan bahan kuis.
pengantar Bahasa Inggris, (2) mengetahui
2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok dengan
jumlah
anggota
kelompok
keefektifan kooperatif
model
model tipe
pembelajaran
pembelajaran jigsaw
untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
mata pelajaran biologi dengan pengantar
Variabel bebas dari penelitian ini adalah
Bahasa Inggris, (3) mengetahui keefektifan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dan variabel terikat adalah aktivitas
untuk meningkatkan hasil belajar siswa
belajar
pada
komparasi
mata pelajaran
pengantar mengetahui
Bahasa
biologi
Inggris
besarnya
dengan
dan
korelasi
(4)
dan
hasil
belajar
terhadap
dua
dengan kelompok
eksperimen dan kontrol.
antara
Penelitian ini merupakan penelitian
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
pengembangan.
Pengembangan
pada pembelajaran biologi dengan model
perangkat pembelajaran biologi topik
kooperatif tipe jigsaw dan berpengantar
sistem regulasi yang berbasis TIK dengan
Bahasa Inggris.
pengantar
Bahasa
menggunakan METODE PENELITIAN Populasi
model
dan
pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw didahului dengan ini
studi pendahuluan berupa studi pustaka
adalah siswa kelas XI unggulan SMA
dan studi empirik. Selanjutnya dilakukan
Negeri 2 Cirebon yang merupakan salah
analisis
satu
dilakukan
rintisan
dalam
Inggris
penelitian
sekolah
bertaraf
kebutuhan
objek
penyusunan
studi
dan
perangkat
internasional (RSBI) di kota Cirebon
pembelajaran.
dengan fasilitas yang memadai dan para
dalam penelitian ini terdiri atas Silabus,
siswanya memiliki motivasi belajar biologi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
cukup baik. Teknik pengambilan sampel
Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
dilakukan dengan teknik “Multi Stage
Alat Evaluasi, yang berbasis teknologi
Random Sampling”. Pada populasi kelas XI
informasi
dan
IPA program unggulan, yang terdiri atas 2
berbahasa
Inggris
kelas, ditentukan kelas eksperimen dan
model
kontrol dengan cara acak.
jigsaw.
Hasilnya
Perangkat pembelajaran
komunikasi dan
pembelajaran
(TIK),
menggunakan
kooperatif
tipe
Sebelum dilakukan uji coba
diperoleh kelas XI IPA-1 sebagai kelas
perangkat
pembelajaran
eksperimen dan kelas XI IPA-2 sebagai
eksperimental dilakukan konsultasi dan
kelas kontrol. Masing-masing kelas yang
validasi
terdiri atas 25 orang siswa seluruhnya
dilakukan revisi.
melakukan aktivitas pembelajaran sesuai
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan rancangan, namun sampel diambil
dilakukan
20 orang siswa dari masing-masing kelas.
dengan jumlah terbatas, lalu dianalisis
oleh
pakar
dan
secara
kemudian
Kemudian, uji coba
terhadap
kelompok
siswa
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
keefektifannya dan kemudian dilakukan
akan dipelajari.
refleksi
Model
yang akan digunakan terlebih dahulu
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hasil
dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat
uji
kesukaran dan saya pembedanya.
dan
coba
diterapkan
eksperimen. kooperatif
perbaikan.
pada
Kriteria biologi
kelompok
pembelajaran
tipe
jigsaw
yang
Data
Instrumen berupa tes
yang
diperoleh,
sebelum
dianalisis dilakukan uji normalitas dan
diinginkan adalah yang menunjukkan
homogenitasnya.
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
rerata
berada pada tingkat yang baik.
digunakan untuk menguji perbedaan hasil
Aktivitas
belajar
siswa
diukur
gain
Uji perbedaan dua
menggunakan
rumus
t1
belajar aspek kognitif antara kelompok
dengan lembar observasi dan hasil belajar
eksperimen
siswa diukur dengan tes dan angket. Data
mengetahui kontribusi aktivitas belajar
hasil observasi aktivitas belajar siswa
siswa terhadap hasil belajar dilakukan uji
digunakan untuk menguji kehandalam
regresi dan korelasi.
model pembelajaran tipe jigsaw dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Tes
dan perbandingan aktivitas belajar siswa
hasil
pada
belajar
digunakan
untuk
dan
kedua
kontrol.
Untuk
Pengembangan
kelompok
eksperimen,
memperoleh data mengenai peningkatan
dilakukan dengan menganalisis secara
hasil
sesudah
kualitatif indikator kinerja pada semua
perlakuan dan digunakan untuk menguji
tahap dalam penelitian ini. Indikator yang
hasil belajar siswa. Angket respons siswa
dimaksud adalah aktivitas belajar siswa,
terhadap model pembelajaran digunakan
hasil belajar siswa dan respons atau sikap
untuk mengetahui sikap siswa terhadap
siswa terhadap proses pembelajaran. Data
pembelajaran
ini diperoleh pada saat siswa melakukan
belajar
sebelum
biologi
dan
dengan
model
kooperatif dan konvensional.
kegiatan pembelajaran biologi pada topik
Instrumen dalam penelitian ini
sistem regulasi. Analisis dilakukan secara
adalah lembar observasi untuk mengukur
deskriptif
aktivitas belajar, tes dan angket untuk
mengetahui
mengukur hasil belajar.
pengembangan
observasi
aktivitas
belajar
Instrumen disusun
yang
bertujuan
hasil
dari
model
kooperatif tipe jigsaw.
berdasarkan indikator-indikator aktivitas belajar dan tes hasil belajar disusun disesuaikan dengan pokok materi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk proses
pembelajaran
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Pengembangan
perangkat
metode ceramah dengan bantuan LCD
pembelajaran mata pelajaran biologi topik
proyektor.
sistem koordinasi berbahasa Inggris pada
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
awalnya
yang harus diisi oleh siswa pada saat
direncanakan
pertemuan.
dua
Pertemuan
kali
pertama
Selain
itu,
kedua
kelas
bagian akhir pembelajaran.
pembelajaran membahas sistem syaraf,
Setelah
dilakukan
penyusunan
pembelajaran,
kemudian
termasuk sistem indera, dan pertemuan
perangkat
kedua mengenai sistem endokrin. Masing-
dilakukan konsultasi dan validasi oleh
masing sub topik bahan ajar terdiri atas
pakar.
dua set, yaitu untuk kelas eksperimen dan
adalah jumlah pertemuan untuk seluruh
kelas
topik sistem koordinasi yang semula akan
kontrol.
Kelas
eksperimen
Saran-saran ahli diantaranya
memperoleh bahan ajar berupa potongan-
dilakukan
potongan
ditambah menjadi 4 kali pertemuan
puzzle
bahan
ajar
yang
dalam
2
kali
diberikan pada masing-masing kelompok
mengingat
tim ahli, sesuai dengan kaidah proses
indikator keberhasilan pembelajaran yang
pembelajaran dengan model pembelajaran
akan
kooperatif tipe jigsaw.
Bahan ajar
pembelajaran membahas tentang sistem
berbentuk puzzle ini disusun sesuai
syaraf, pertemuan kedua adalah mengenai
dengan
dalam
zat-zat yang mempengaruhi sistem syaraf,
pendidikan
pertemuan ketiga tentang sistem indera
(KTSP), dan menggunakan pustaka mata
dan yang terakhir membahas tentang
pelajaran biologi yang relevan.
sistem endokrin (hormon). Selain itu, para
standar
kurikulum
kompetensi
tingkat
satuan
Pustaka
banyaknya
pertemuan,
dicapai.
muatan
Pertemuan
ahli
buku-buku biologi dan dari situs internet
bahan ajar lebih banyak menggunakan
yang
gambar-gambar yang berwarna agar lebih
dengan
materi
untuk
pertama
untuk bahan ajar yang digunakan adalah
berhubungan
menyarankan
dan
pembuatan
pembelajaran sistem koordinasi untuk
menarik dan komunikatif.
siswa SMA. Bahan ajar ini disusun dalam
kemudian dilakukan revisi sesuai dengan
bahasa Inggris dan dilengkapi dengan
saran-saran dari pakar.
gambar-gambar yang relevan dan dapat
Setelah
memperjelas
konsep
yang
diajarkan.
kemudian
pakar
dilakukan
Setelah itu,
perbaikan,
melakukan
validasi
Sementara untuk kelas kontrol bahan ajar
terhadap perangkat pembelajaran yang
berupa
telah
slide-slide
powerpoint
untuk
dipresentasikan pada saat pembelajaran
direvisi,
penelitian
dilanjutkan
dengan uji coba pada kelas terbatas. Uji
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
coba kelas terbatas ini diikuti oleh siswa
dilanjutkan dengan uji coba eksperimental
kelas XI IPA lain yang tidak digunakan
pada salah satu dari dua kelas yang
sebagai sampel pada eksperimen dengan
diambil
jumlah siswa 40 orang.
pembelajaran
Perangkat yang
sebagai
sampel.
dengan
Pelaksanaan menggunakan
diujicobakan adalah RPP, bahan ajar, LKS
perangkat pembelajaran dalam penelitian
dan alat evaluasi hasil belajar yang berupa
ini, dilaksanakan empat kali pertemuan.
soal pre tes dan pos tes, angket afektif
Pada setiap pertemuan, aktivitas siswa
untuk siswa dan alat evaluasi lembar
diamati
evaluasi aktivitas siswa yang nanti akan
menggunakan instrumen lembar observasi
digunakan
aktivitas
pada
ujicoba
eksperimen.
oleh
2
orang
siswa.
Hasilnya
pengamat
kemudian
Setelah dilakukan uji coba ini, diperoleh
diakumulasikan.
beberapa
masukan
guru
kali pertemuan pembelajaran, kemudian
pengamat
maupun
introspeksi
diberikan tes untuk mengukur hasil
dari
siswa,
hasil
Setelah selesai empat
peneliti sendiri. Diantara masukan yang
belajar
dapat dicatat adalah urutan kegiatan
instrumen 30 soal.
dalam RPP yang semula LKS dibagikan
kognitif
siswa
menggunakan
Aktivitas siswa di kelas eksperimen
pada saat diskusi ahli menyebabkan
yang
aktivitas diskusi berkurang.
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
Sarannya
menggunakan
adalah LKS dibagikan ketika siswa kembali
dikembangkan
pada kelompok awal, sehingga diharapkan
terlihat sangat dinamis.
terjadi diskusi yang aktif antar siswa
aktivitas siswa yang dilakukan hanya pada
dalam kelompok dan tidak sibuk mengisi
kelas eksperimen, dan ringkasan data
LKS
disajikan pada tabel 1.
masing-masing.
diantaranya
adalah
Saran
penelitian
ini,
Pengamataan
bagian
Dapat dilihat pada tabel di atas,
bahan ajar yang perlu ditambahkan dan
hasil pengamatan aktivitas belajar siswa di
diperbaiki. Selain itu, hasil ujicoba soal
kelas eksperimen yang menggunakan
dianalisis dengan uji validitas, reliabilitas,
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
tingkat kesukaran dan daya pembeda.
dengan
Berdasarkan hasil analisis ini, kemudian
menunjukkan rerata skor aktivitas siswa
diambil 30 dari 40 soal yang diujicobakan.
secara keseluruhan sebesar 7,60. Rerata
Setelah perbaikan
beberapa
lain
dalam
perangkat
itu, terhadap
dilaksanakan perangkat
pembelajaran yang perlu diperbaiki yang
skor
pengantar
aktivitas
belajar
bahasa
yang
Inggris
tertinggi
terdapat pada aktivitas mendengarkan dan
memperhatikan
instruksi
dan
[April 2012]
penjelasan Hampir
guru,
semua
melakukan
yaitu sebesar 9,15. siswa
aktivitas
dengan seksama.
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
di yang
kelas
ini
dimaksud
Sementara aktivitas
yang paling rendah adalah aktivitas tetap menggunakan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
bahasa
Inggris
berkomunikasi dengan teman dan guru, yang hanya mencapai rerata skor sebesar 4,85 poin.
Hanya sebagian kecil siswa
berkomunikasi
dalam
diskusi
dengan
menggunakan bahasa Inggris.
dalam
Tabel 1. Ringkasan Data Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen Rerata Aktivitas Skor Mendengarkan dan memperhatikan instruksi dan penjelasan guru 9,15 Mengikuti aturan pembagian kelompok kooperatif tipe jigsaw 8,60 Menjawab dan memecahkan soal/masalah 8,40 Bertanggung jawab mengumpulkan tugas tepat waktu dan benar 8,10 Mencatat hal-hal yang relevan dengan pembelajaran 7,05 Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan teman yang menjadi ahli 8,05 di kelompok asalnya Bertanya untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal 7,35 yang kurang jelas dari teman Membandingkan pendapatnya dengan pendapat siswa lain 7,85 Menyanggah pendapat siswa lain/ mengemukakan ide 7,40 Membuat Simpulan 6,25 Tetap menggunakan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan 4,85 teman dan guru Aktif melaksanakan tugas-tugas dari guru 8,20 Rerata 7,60 Aktivitas dalam pembelajaran ini
juga memungkinkan siswa untuk melatih
mendukung untuk terciptanya proses
keterampilan
pembelajaran yang sesungguhnya yang
sosial dan demokratis.
diharapkan mampu memberikan hasil
diketahui siswa-siswi yang berada di
belajar yang optimal.
lingkungan sekolah yang menjadi RSBI
Hal ini sesuai
dengan
pernyataan Sardiman
bahwa
dalam
bekerja
sama,
bersikap
Sebagaimana
(2004),
merupakan siswa-siswi unggulan. Mereka
pembelajaran
merupakan siswa-siswi yang memiliki
Tidak dikatakan
tingkat inteleginsia yang relatif tinggi.
belajar apabila di dalamnya tidak terdapat
Namun, biasanya model pembelajaran
aktivitas. Selain itu, aktivitas-aktivitas ini
yang
proses
diperlukan aktivitas.
mereka
lakukan
lebih
pada
[April 2012]
pembelajaran
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
individual
dan
Pengujian hasil belajar siswa pada
menggunakan sistem kompetisi. Hal ini
kelas eksperimen menunjukkan hasil nilai
kurang memberi kesempatan pada mereka
pre tes terkecil adalah sebesar 2,0 dan
untuk
keterampilan
terbesar 5,7 dan nilai rata-rata nilai pre
kooperatifnya. Dengan penerapan model
tes 4,19. Sementara untuk nilai pos tes
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini,
terkecil adalah sebesar 6,0, terbesar 9,3
siswa dilatih untuk memiliki keterampilan
dan rata-rata hasil pos tes 7,57. Nilai gain
kooperatif dan sikap sosial.
terkecil adalah 2,0 dan terbesar 5,3,
melatih
Slish (2005) melakukan penelitian pada mata pelajaran pengenalan biologi dengan
menggunakan
dengan demikian nilai rata-rata nilai gain sebesar 3,38.
model
Pengujian hasil belajar pada kelas
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
kontrol menunjukkan hasil nilai pretes
dibandingkan dengan pembelajaran pasif
terkecil 2,3 dan terbesar 6, sehingga
yang
diperoleh rata-rata pretes sebesar 4,1.
berorientasi
Hasilnya
pada
menunjukkan
instruktur.
bahwa
siswa
Sementara untuk nilai postes terkecil
memahami lebih baik konsep-konsep yang
adalah 5,0 dan terbesar 8,3 serta rata-rata
dipelajari melalui pembelajaran yang aktif,
nilai postes 6,59.
dan mereka mampu menerapkan konsep
diperoleh 0,30, nilai gain terbesar adalah
tersebut dalam memecahkan masalah
4,40 dan nilai rata-rata gain sebesar 2,49.
yang diberikan secara kelompok melalui
Ringkasan data hasil tes kelas eksperimen
pembelajaran aktif.
dan kelas kontrol disajikan pada tabel 2.
Nilai gain terkecil
Tabel 2. Ringkasan Data Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Rerata Pre Rerata Pos Rerata Simpangan Siswa Tes Tes Gain Baku Eksperimen 20 4,19 7,57 3,38 0,79 Kontrol 20 4,10 6,59 2,49 1,20 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang tidak tuntas adalah 6 orang atau
pelajaran
kelas
30%. Prosentase KKM klasikal yang harus
unggulan di SMA Negeri 2 Cirebon adalah
dicapai di sekolah ini adalah 70%. Jadi
7,3. Maka jumlah siswa yang tuntas atau
dalam penelitian ini, kelas eksperimen
mampu mencapai nilai KKM pada topik
termasuk kelas yang tuntas secara klasikal
sistem regulasi di kelas eksperimen ini
karena jumlah siswa yang memperoleh
adalah sejumlah 14 orang atau 70%, dan
nilai 7,3 adalah sebanyak 70% dari jumlah
mata
biologi
untuk
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
keseluruhan
siswa
dalam
kelas.
dengan berbasis hands-on activity mampu
Sementara jumlah siswa yang tuntas pada
memberikan hasil postes yang lebih baik
kelas kontrol adalah sebanyak 5 orang
daripada kelas kontrol yang menggunakan
atau 25% dan yang tidak tuntas sebanyak
metode pembelajaran tradisional pada
15 orang atau 75%, sehingga kelas kontrol
pembelajaran biologi topik struktur DNA,
ini dianggap tidak tuntas secara klasikal
Dogma sentral dan DNA rekombinan.
karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 7,3 tidak mencapai 70%.
Sebelum dilakukan uji perbedaan hasil tes untuk kelompok eksperimen dan
Hasil ini menunjukkan hasil yang
kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji
serupa dengan hasil penelitian Sugian
normalitas dan homogenitas data hasil tes.
(2004),
Hasil uji normalitas dengan menggunakan
yang
pembelajaran
memperlihatkan
kooperatif
jigsaw
SPSS 12 menunjukkan data hasil tes
efektif untuk meningkatkan hasil belajar
berdistribusi secara normal baik pada
dan keterampilan kooperatif siswa SLTP
kelas eksperimen, maupun kelas kontrol.
pada mata pelajaran biologi. Hal ini sesuai
Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. gain
dengan
pembelajaran
kelas eksperimen dengan uji Shapiro-Wilk
kooperatif tipe jigsaw, yaitu pada proses
dan Kolmogorov-Smirnov sebesar α (0,514
interaksi
dan 0,200) > 0,05, dengan demikian data
fokus
model
antar
tipe
individu
mengkonstruksi
dalam
pengetahuannya,
nilai
Gain
pada
kelas
eksperimen
sehingga dapat memberikan hasil belajar
berdistribusi normal. Sementara untuk
yang lebih baik.
kelas kontrol diperoleh (Sig. 0,595 dan
pendapat
Hal ini sesuai dengan
Dotson
(2001)
dalam
0,200), karena nilai Sig. α > 0,05 dengan
Culminating Project dari Kagan Online
demikian dapat disimpulkan bahwa data
Magazine,
nilai gain pada kelas kontrol terdistribusi
yang
melaporkan
hasil
penelitiannya mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas
secara normal. Sementara
itu,
hasil
uji
VI dan memperoleh hasil bahwa struktur
homogenitas menunjukkan bahwa data
pembelajaran
kedua kelompok berdistribusi heterogen
kooperatif
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Altiparmak (2009)
dari
dan
Turki,
Nakiboglutezer
telah
atau tidak homogen. Hal ini dapat dilihat dari uji homogenitas kedua kelompok
melakukan
kelas yang memberikan hasil nilai sig.
penelitian tentang penggunaan model
0,034 yang berarti lebih kecil dari 0,05.
pembelajaran
Dengan nilai sig. lebih kecil dari 0,05 ini,
kooperatif
tipe
jigsaw
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
maka artinya terdapat perbedaan varians
diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,008 <
pada kedua kelompok sampel.
0,05. Dengan demikian, nilai thitung lebih
Berdasarkan persyaratan
ini,
kedua maka
pengujian
analisis
data
besar daripada ttabel dan nilai sig. lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
berikutnya dilakukan dengan uji statistik
diterima,
artinya
parametrik, yaitu dengan menggunakan
signifikan
skor
rumus t1, untuk menguji perbedaan hasil
eksperimen dan kelas kontrol. Karena skor
belajar
dan
gain eksperimen lebih besar dari kontrol
kontrol, yang dapat dilihat pada tabel 3.
maka dapat diketahui bahwa hasil belajar
Dari hasil uji t1, diperoleh nilai thitung = 2,96
kelas eksperimen lebih baik dari kelas
dengan derajat kebebasan 20-1 = 19
kontrol.
siswa
kelas
eksperimen
terdapat gain
perbedaan
antara
kelas
diperoleh ttabel = 2,09, α = 0,05 dan Tabel 3. Hasil Uji Beda Nyata Data Tes Hasil Belajar No. Kelas Rerata gain df thitung ttabel P value Kriteria 1 Eksperimen 3,38 19 2,96* 2,09 0,008 signifikan 2 Kontrol 2,49
gain
Hasil uji beda rerata terhadap nilai
Data aktivitas individual ini terlebih
hasil
dahulu
belajar
antara
kelompok
diuji
normalitas
dan
eksperimen dan kontrol menunjukkan
homogenitasnya.
bahwa nilai gain hasil belajar kelas
terhadap data hasil belajar dan aktivitas
eksperimen lebih baik dan berbeda nyata
belajar kelas eksperimen dengan SPSS 12
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini berarti
diperoleh nilai Sig. hasil belajar Kelas
siswa
yang
eksperimen dengan uji Shapiro-Wilk dan
pembelajaran
Kolmogorov-Smirnov. Karena nilai Sig. α
kooperatif tipe jigsaw dengan pengantar
(0,000 dan 0,008) < 0,05 dengan demikian
bahasa Inggris memperoleh hasil belajar
data
yang lebih baik daripada siswa yang
berdistribusi tidak normal. Sementara
belajar
untuk aktivitas siswa diperoleh (Sig. 0,143
yang
belajar
menggunakan
di
metode
di
model
kelas
yang
pembelajaran
kelas
menggunakan reguler,
yaitu
ceramah. Data hasil belajar siswa kelas eksperimen
kemudian
dikorelasikan
dengan data aktivitas belajar individual.
nilai
hasil
Hasil uji normalitas
belajar
eksperimen
dan 0,241) karena nilai Sig. α > 0,05 dengan
demikian
bahwa
data
dapat
aktivitas
disimpulkan
belajar
terdistribusi secara normal.
siswa
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
Hasil
uji
homogenitas
aktivitas
kemampuan akademik yang berbeda satu
belajar kelas eksperimen dapat diketahui
dengan yang lainnya (Triyanto, 2007)
bahwa nilai Sig. data kelompok sampel
sehingga
berada di bawah 0,05, (0,000 < 0,05) maka
akademik yang tinggi, sedang maupun
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya data
rendah
aktivitas
sampel
memahami materi yang dipelajari. Adanya
Hasil kedua
pembagian materi untuk masing-masing
pengujian tersebut adalah data tersebut
anggota kelompok menyebabkan tidak
berdistribusi
adanya
belajar
kelompok
berdistribusi heterogen.
homogen.
normal
tetapi
tidak
Oleh sebab itu, uji korelasi
dilakukan dengan Uji korelasi Spearmen. Hasil
pengujian
harus
dengan
bekerja
dominansi
dari
kemampuan
sama
untuk
siswa
yang
berkemampuan akademik tinggi. Masingmasing siswa mempunyai kesempatan
ini
yang sama untuk mengemukakan hasil
menunjukkan bahwa terdapat korelasi
diskusi kelompok ahli kepada anggota
yang kuat antara aktivitas belajar dan hasil
kelompok asal, sehingga pemahaman akan
belajar siswa pada kelas eksperimen,
materi yang dipelajari oleh masing-masing
Sementara
siswa dapat lebih merata.
potensi
korelasi
siswa
hubungan
antara
kedua variabel adalah 79,56%.
Hal ini
Sedangkan
menurut Mesch (1991) penggunaan model
dapat dilihat dari hasil korelasi Spearmen
pembelajaran
r = 0,892 dan Sig. 000, karena semua nilai
merupakan
P-value/Sig. < 0,05 dengan demikian dapat
mempertahankan akuntabilitas individu
diartikan
dalam
terdapat
hubungan
yang
kooperatif salah
satu
pembelajaran,
tipe
jigsaw
cara
untuk
yang
pada
signifikan antara variabel hasil belajar dan
pembelajaran kelompok lain terkadang
aktivitas siswa. Perolehan nilai r = 0,892
terabaikan.
pada korelasi Spearmen berada pada rentang 0,71 – termasuk
0,01 maka
sangat
prosentasi
kuat.
hubungan
korelasi Besarnya
antara
kedua
variable adalah 79,56%. Siswa kooperatif
dalam
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas yang merupakan
rintisan
sekolah
bertaraf
internasional (RSBI) dengan pengantar bahasa Inggris dalam penelitian ini dirasa
pembelajaran
dikelompokkan
tepat, karena siswa-siswi yang berada di
menjadi
kelas-kelas ini memiliki motivasi belajar
dengan
yang cukup baik dan mampu menyerap
menitikberatkan pada pengelompokkan
informasi dari berbagai sumber. Mereka
siswa
memerlukan pembelajaran yang lebih
kelompok-kelompok
yang
kecil
mempunyai
tingkat
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
aktif, melibatkan kerjasama antar siswa
yang diperoleh berdasarkan angket yang
dan
dibagikan
dengan
cara
mengkonstruksi
kepada
siswa
setelah
pengetahuannya sendiri, bukan dengan
pembelajaran selesai dilaksanakan. Dilihat
ceramah yang cenderung menggurui dan
dari pernyataan yang dipilih oleh siswa
membosankan. Zakaria dan Iksan (2007)
dalam angket, dapat diketahui bahwa
memaparkan bahwa pada kelas-kelas
sebagian besar siswa berpendapat model
sains dan matematika di Malaysia yang
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan
sebagai
merupakan model pembelajaran yang
tidak
lagi
relatif baru bagi mereka, siswa merasa
ceramah
dan
senang/tertarik
pengantar
Bahasa
Inggris
hendaknya
menggunakan
metode
dengan
model
pemaparan siswa pada informasi secara
pembelajaran yang digunakan, mereka
langsung.
Mereka menyebutkan bahwa
merasa dapat menguasai materi dengan
model pembelajaran kooperatif dapat
baik dan mereka ingin menggunakan
memberikan penekanan pada pemahaman
model
siswa terhadap konsep-konsep tertentu,
pelajaran yang lain.
membimbing siswa dalam pembelajaran
juga setuju bahwa model pembelajaran ini
aktif dan memberikan kesempatan pada
dapat melatih untuk dapat bekerja sama,
mereka untuk berdiskusi dan berelaborasi
bersikap sosial dan berdemokrasi.
dengan siswa lain dan juga guru. Bahkan
pembelajaran
ini
pada
mata
Selain itu, mereka
Berdasarkan data tersebut, dapat
Chan (2004) meneliti bahwa penggunaan
diketahui
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
sangat efektif ketika diterapkan pada
mata
pelatihan in-service bagi guru dalam
regulasi relatif disukai oleh para siswa.
mempelajari
Menurut mereka model pembelajaran ini
yang
modul-modul
terkadang
sulit
kurikulum
dipahami
oleh
mereka.
bahwa
pelajaran
penerapan
biologi
model
topik
sistem
jarang/belum pernah digunakan dalam pembelajaran
sebelumnya,
mereka
Tanggapan siswa terhadap proses
menyukai pembentukan kelompok dan
pembelajaran diperoleh melalui angket
bekerja sama dengan teman-temannya
atau kuisioner dengan responden seluruh
pada saat proses pembelajaran. Mereka
siswa kelas eksperimen dan kontrol.
juga
Angket
digunakan
tanggapan
siswa
merupakan
ingin
model lagi
pada
pembelajaran mata
ini
pelajaran
balikan yang diberikan oleh siswa atas
biologi pada topik yang lain ataupun mata
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
pelajaran lain.
Dapat diketahui pula
[April 2012]
bahwa
model
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 yang
banyak daripada di kelas kontrol, dan (4)
digunakan di kelas kontrol masih relatif
aktivitas belajar berkorelasi sangat kuat
disukai oleh siswa, namun hasil belajarnya
dengan hasil belajar, dengan potensi
menunjukkan nilai yang lebih rendah.
hubungan kedua variabel sebesar 79,56%.
Karena
proses
pembelajaran
pembelajaran
yang
dilakukan adalah berupa ceramah, yang bagi
mereka
dianggap
cukup
membosankan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
(1) pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran biologi di SMA RSBI yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris dapat dilakukan dengan baik. Perangkat yang dikembangkan terdiri atas silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, LKS dan instrumen evaluasi aktivitas belajar, hasil belajar dan angket kesukaan siswa akan model pembelajaran, (2) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw aktivitas pelajaran
efektif belajar biologi
untuk
meningkatkan
siswa dengan
pada
mata
DAFTAR RUJUKAN Altiparmak, M dan M. Nakiboglutezer. 2009. Hands on group work paper model for teaching DNA structure, central dogma and recombinant DNA. US-China Education Review, ISSN1548-6613, (Serial No.50), USA. Jan. 2009. 6 (1): 19-23. Anam, S. dan H. Susanti. 2008. Menggenjot Mutu Kepala Sekolah Rintisan SBI. Blog Pena Aktual html. www.penapendidikan.com%2Fmeng genjot-mutu-kepala-sekolahrintisan-sbi%2F. (23 April 2008). Chan, K.W. 2004. Using ‘Jigsaw II’ in Teacher Education Programmes. Hong Kong Teachers’ Centre Journal. 3: 91-97 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
pengantar
Bahasa Inggris dengan rerata skor sebesar 7,6, (3) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi dengan pengantar Bahasa Inggris. Hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dotson, J.M. 2001. Cooperative Learning Structures can Increase Student Achievement. Culminating Project. Kagan Online Magazine, Winter 2001 http://www.kaganonline.com/Kaga
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
nClub/FreeArticles/Increase Achievement.html (24 Maret 2009) DPR RI. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Fatirul, A.N. 2008. Cooperative Learning. Universitas Negeri Malang. www.trimanjuniarso.wordpress.com . (23 September 2008) Lie, A. 2007. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Mesch, D.J. 1991. The Jigsaw Technique: A Way to Establish Individual Accountability in Group Work. Journal of Management Education. 15 (3): 355-358. DOI: 10.1177/105256299101500308 http://jme.sagepub.com/ cgi/content/ abstract/15/3/355 (24 Maret 2004) Sardiman, A.M. 2004. Proses dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Slish, D.F. 2005. Assessment of the use of the Jigsaw Method and Active Learning in Non-majors, Introductory Biology. Bioscene. 31(4) : 4-10 Sugian, N. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Sistem Pencernaan pada Manusia dalam Upaya Melatihkan Keterampilan Sosial Siswa SLTP. Tesis. Prodi Pendidikan Sains PPS Universitas Negeri Surabaya. Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Zakaria, E. dan Z. Iksan. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, ISSN: 1305-8223, 3(1): 35-39