APLIKASI URIN KAMBING PERANAKAN ETAWA DAN NASA® SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PEMACU PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKAN LEGUM Indigofera sp.
SKRIPSI DIANA DEWI SETIA BUDHIE
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN DIANA DEWI SETIA BUDHIE. D24060980. Aplikasi Urin Kambing Peranakan Etawa dan NASA® sebagai Pupuk Organik Cair untuk Pemacu Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc. Tanaman pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas ternak ruminansia. Peningkatan populasi ternak khususnya ruminansia harus diimbangi dengan penyediaan hijauan yang berkualitas. Penggunaan tanaman pakan berkualitas tinggi diharapkan dapat mengurangi penggunan konsentrat dalam ransum tanpa mengurangi kualitas nutrisi ransum bagi ternak itu sendiri. Kendala yang sering dihadapi dalam pemenuhan tanaman pakan adalah rendahnya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas tanaman pakan ternak tropis. Indigofera memberikan peluang yang menjanjikan dalam hal memenuhi kebutuhan ternak ruminansia akan tanaman pakan. Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas. Produktivitas tanaman pakan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien dalam tanah. Pemupukan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan nutrien dalam tanah. Pemupukan yang biasa diberikan adalah melalui tanah pada akar tanaman, tetapi dapat diberikan melalui daun, yaitu dengan pemberian pupuk organik cair (POC). Penelitian ini menggunakan dua jenis POC, yaitu alami dan buatan. Pupuk organik cair alami yang digunakan adalah urin kambing peranakan etawa (PE). Pemupukan melalui daun lebih efisien bagi tanaman tertentu, karena pupuk tersebut masuk kedalam tubuh tanaman melalui mulut daun (stomata) yang ada di permukaan daun sebelah bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian POC berupa urin kambing PE dibandingkan dengan pupuk komersial NASA® pada daun untuk pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman pakan legum Indigofera sp. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh dosis campuran larutan pupuk yang memberikan pertumbuhan dan produksi hijauan terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor, dan Koperasi Peternakan Kambing Perah Peranakan Etawah di Desa Leutik Darmaga. Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yaitu pada bulan Mei 2009 sampai bulan Desember 2010. Peubah yang diamati adalah pertambahan tinggi vertikal, pertambahan jumlah cabang, pertambahan jumlah tangkai daun, pertambahan jumlah daun, produksi berat kering tajuk, rasio daun batang, produksi bahan kering helai daun, luas area permukaan helai daun, produksi bahan kering akar, rasio tajuk akar, dan jumlah bintil akar. Percobaan ini terdiri dari enam perlakuan porsi POC yang berasal urin kambing dan NASA®. Perbandingan penggunaan dosis POC masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut: kontrol (tanaman hanya diberi air) (P1); 50% urin kambing PE (P2); 100% urin kambing PE (P3); 0,25% NASA® (P4); 0,50% NASA®
(P5); dan 0,75% NASA® (P6). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah ulangan untuk masing-masing perlakuan sebanyak tiga kali, sehingga jumlah unit penelitian ini 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika terjadi pengaruh yang nyata akibat perlakuan, maka uji dilanjutkan dengan membandingkan nilai rataan antar perlakun untuk setiap parameter dengan Uji Lanjut Duncan. Uji tStudent digunakan untuk membandingkan data rataan antara periode 1 dan 2. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian POC berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan tinggi vertikal periode 1, pertambahan jumlah cabang periode 1 dan 2, pertambahan jumlah tangkai daun periode 1 dan 2, pertambahan jumlah daun periode 1 dan 2, produksi tajuk periode 1, produksi bahan kering luas daun, luas area permukaan helai daun, dan produksi bahan kering akar. Pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi tajuk periode 2 dan jumlah bintil akar tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada pertambahan tinggi vertikal periode 2 dan rasio daun batang. Pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan tinggi vertikal, pertambahan jumlah tangkai daun, pertambahan jumlah daun, dan produksi bahan kering tajuk pada periode yang berbeda. Pemberian POC tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan jumlah cabang pada periode yang berbeda. Kata-kata kunci: Indigofera sp., pertumbuhan hijauan, produksi hijauan, urin kambing PE, NASA®.
ABSTRACT Etawa Cross Goat’s Urine and NASA® Aplication as Liquid Organic Fertilizer to Increase Growth and Herbage Feed Production of Legume Indigofera sp. Budhie, D. D. S., L. Abdullah, and A. Darobin Lubis
A greenhouse experiment involving Indigofera sp. was conducted to recognize the effect of liquid organic fertilizer application and it’s dosage on growth and herbage production. Liquid organic fertilizers that used in this research were etawa cross goat’s urine and NASA a commercial foliar fertilizer. A Completely Random Design with three replications was used in the study. Six dosages of liquid organic fertilizer comprising: P1 (control), P2 (urine 50%), P3 (urine 100%), P4 (NASA® 0.25%), P5 (NASA® 0.50%), P6 (NASA® 0.75%) were used. The experiment was conducted for eight months regarding two periods of defoliation. Collected data were analyzed by ANOVA. The significant differences among treatment were examined using Duncan Multiply Range Test and the significant differences among period were examined using t-Student. The results showed that application of liquid organic fertilizer very significantly (P<0.01) influenced vertical height at first defoliation period, amount branch increasing, amount leaf stem increasing, amount leaf increasing, dry matter of herbage production at first period, dry matter weight of single leaf, leaf surface area, dry matter of root production, and shoot-root ratio. The results showed that application of liquid organic fertilizer significantly (P<0.05) influenced dry matter weight of herbage production at second period and nodule number. Meanwhile, the treatments did not significantly affect vertical height at second defoliation period and leaf-stalk ratio. The results showed that application of liquid organic fertilizer significantly (P<0.05) influenced vertical height, amount leaf stem increasing, amount leaf increasing, and dry matter weight of herbage production in the differences period. Meanwhile, the treatments did not significantly affect amount branch increasing in the differences period. The conclution that application of both goat’s urine and commercial organic fertilizer improved growth and herbage production of Indigofera sp. The dosage of etawa cross goat’s urine up to 100% achieve the same result with dosage of NASA®. Keywords: etawa cross goat’s urine, herbage growth, herbage production, Indigofera sp., NASA®.
APLIKASI URIN KAMBING PERANAKAN ETAWA DAN NASA® SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PEMACU PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKAN LEGUM Indigofera sp.
DIANA DEWI SETIA BUDHIE D24060980
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: Aplikasi Urin Kambing Peranakan Etawa dan NASA® sebagai Pupuk Organik Cair untuk Pemacu Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakan Legum Indigofera sp.
Nama
: Diana Dewi Setia Budhie
NIM
: D24060980
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr.) NIP: 19670107 199103 1 003
(Dr. Ir. A. Darobin Lubis, M.Sc.) NIP: 19670103 199303 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) NIP: 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian: 07 Mei 2010
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1988 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak Kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Dedi Setia Budi dan Dra. Anarita. Penulis mulai menempuh pendidikan di R.A. TK Fitriyah Majalengka pada tahun 1993. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Tonjong 1 Majalengka pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 3 Majalengka dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Negeri 1 Majalengka. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB sebagai sekretaris Departemen Pengembangan Sumber Daya Anggota, periode 20072009 dan sebagai wakil ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya Anggota, periode 2009-2010. Penulis juga aktif dalam Organisasi Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman sebagai tim gamelan tari adat, periode 2006-2008. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Majalengka di Bogor (HIMMAKA Bogor) sebagai sekretaris umum, periode 2006-2007. Penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (HIMASITER) periode 2007-2008 sebagai staf Badan Khusus Magang dan staf Badan Khusus Kewirausahaan periode 2008-2009. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Embrio Ternak pada tahun 2008 dan aktif pada kepanitian kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga– lembaga kemahasiswaan IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Metodologi Penelitin dan Rancangan Percobaan.
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Urin Kambing Peranakan Etawa dan NASA® sebagai Pupuk Organik Cair untuk Pemacu Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan sejak bulan Mei hingga Desember 2009 di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Hijauan pakan merupakan salah satu komponen produksi yang menentukan produktivitas ternak ruminansia. Penggunaan hijauan pakan berkualitas tinggi diharapkan dapat mengurangi penggunan konsentrat dalam ransum tanpa mengurangi kualitas nutrisi ransum bagi ternak itu sendiri. Kendala yang sering dihadapi dalam pemenuhan tanaman pakan adalah rendahnya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hijauan pakan ternak tropis. Indigofera sp. memberikan peluang yang menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan ternak ruminansia akan tanaman pakan. Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas. Produktivitas tanaman pakan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien dalam tanah. Pemupukan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan nutrien dalam tanah. Pemupukan yang biasa diberikan adalah melalui tanah pada akar tanaman, tetapi dapat diberikan melalui daun, yaitu dengan pemberian POC. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi pengetahuan dalam bidang ilmu nutrisi dan teknologi pakan.
Bogor, Mei 2010 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .......................................................................................................
ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... Tujuan .......................................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Karakteristik Tanah Latosol ...................................................... Potensi Indigofera sp.sebagai Tanaman Hijauan Pakan ........................... Pengaruh Pemupukan terhadap Tanah dan Hijauan ................................. Pengaruh Pupuk Organik terhadap Tanah dan Hijauan ............................. Pupuk Organik Cair (POC) ....................................................................... Pupuk Kandang Padat ............................................................................... Urin sebagai Pupuk Kandang Cair ............................................................ Pengaruh Pemupukan Nitrogen pada Hijauan ........................................... Pengaruh Pemupukan Melalui Daun terhadap Pertumbuhan dan Produksi Hijauan ....................................................................................... Defoliasi .................................................................................................... Bintil Akar ................................................................................................
3 5 7 8 9 10 11 13 14 18 20
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat .................................................................................... Materi ........................................................................................................ Rancangan Percobaan Perlakuan ...................................................................................... Model ............................................................................................ Analisis Data .................................................................................. Peubah yang Diamati ..................................................................... Prosedur Pelaksanaan Koleksi Urin Kambing .................................................................. Persiapan Media Tanam ................................................................ Persiapan Tanaman ....................................................................... Pengapuran dan Pemupukan .......................................................... Penanaman ....................................................................................
23 23 25 25 26 26 28 28 29 29 30
Pemupukan Melalui Daun (Foliar) ............................................... Pemeliharaan ................................................................................. Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................. Defoliasi ........................................................................................ Panen ............................................................................................. Pengambilan Sampel .....................................................................
30 31 31 32 32 32
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Suhu dan Kelembaban .................................................................. Kondisi Daun ................................................................................ Pertumbuhan Tanaman Pengganggu ............................................ Serangan Hama .............................................................................
33 34 35 35
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal dan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Periode 1 ......................................... 37 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Periode 2 ........................................ 40 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Cabang Periode 1 ........................................ 43 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Cabang Periode 2 ........................................ 45 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun dan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Periode 1 .............................. 48 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Periode 2 ............................. 50 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Daun Periode 1 ........................................... 52 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Daun Periode 2 ........................................... 54 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Periode 1 ....................................... 56 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Periode 2 ...................................... 57
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering dan Luas Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Helai Daun ............................................... 59 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Luas Area Permukaan Helai Daun ........................................................ 60 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Akar dan Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Akar ......................................................... 62 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Jumlah Bintil Akar ......................................................... 63 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio DaunBatang dan Rasio Tajuk-Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Daun dan Batang ............................................................................ 65 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Tajuk dan Akar ............................................................................. 67 PENUTUP Kesimpulan ............................................................................................... 69 Saran ......................................................................................................... 69 UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71 LAMPIRAN .......................................................................................................... 75
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Hasil Analisis Tanah Latosol Darmaga (Setiadi, 2007) ..........................
4
2.
Komposisi Mineral, Kandungan Air, dan Jumlah Ekskresi Harian Urin dari Beberapa Jenis Ternak (Lingga, 1998 dan Dukes, 1995) .................
12
3.
Komposisi Nutrien Pupuk Organik Cair (POC) .....................................
24
4.
Rataan Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca selama Penelitian ..............
33
5.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap pertambahan Tinggi Vertikal dan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ...................................................
37
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun dan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ..............................................................................
48
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. .................
56
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering dan Luas Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ..............................................................................
59
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Akar dan Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ..........................................................................................
62
10. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Daun-Batang dan Tajuk-Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ..
65
6.
7. 8.
9.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Indigofera sp. ...........................................................................................
6
2.
Pupuk Kandang Padat .............................................................................
11
3.
Skema Penetrasi Cairan Masuk Sel Epidermal Lapisan Kutikula Daun (Marschner, 1995) ...................................................................................
17
Skema Penampang Lapisan Luar Epidermis Dinding Sel Daun (Marschner, 1995) ...................................................................................
17
5.
Bintil Akar ..............................................................................................
20
6.
Tahapan Pembentukan Bintil Akar (Setiadi, 1989) .................................
21
7.
Koleksi Urin Kambing PE ......................................................................
28
8.
Polybag Berisi 10 Kg Tanah ....................................................................
29
9.
Tanaman Legum Indigofera sp. Umur Satu Bulan .................................
29
10. Kapur dan Pupuk Kandang .....................................................................
30
11. Penanaman Tanaman pada Media Tanam Baru .....................................
30
12. Foliar pada Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ...............................
31
13. Perlakuan Defoliasi pada Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. dengan Interval 60 Hari dan Intensitas Sedang ......................................
32
14. Rumah Kaca Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB ...............
33
15. Terbakarnya Daun pada Perlakuan Urin Kambing PE 100% .................
34
16. Gulma ......................................................................................................
35
17. Hama Kutu Daun ....................................................................................
36
18. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 1 .....................................................................
38
19. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 .....................
40
20. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 2 .....................................................................
41
21. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. periode 2 .....................
42
22. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 1 .....................................................................
44
4.
23. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 2 .....................................................................
46
24. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 1 .............................................
49
25. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 2 .............................................
51
26. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 1 ...........................................................................
53
27. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. per Minggu pada Periode 2 ...........................................................................
55
28. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Tajuk Segar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 1 ......
57
29. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Tajuk Segar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 2 ......
58
30. Regresi Linear Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Hubungan Luas Area Permukaan dan Produksi Bahan Kering Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ................................
61
31. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Segar Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. .....................
63
32. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ...................
64
33. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Batang dan Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ......................
66
34. Proporsi Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ...........
66
35. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Tajuk dan Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ...................................
68
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Perhitungan Penggunaan Kapur dan Pupuk Kandang ...........................
76
2.
Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Awal ..................................................................
77
Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama ..............................................................
77
Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua .................................................................
77
Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua ...............................................
77
Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ................................................................
78
Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ...............................................
78
Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat .............................................................
78
Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat ...........................................
79
10. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima ...............................................................
79
11. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima .............................................
79
12. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ..............................................................
80
13. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ............................................
80
14. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh ..............................................................
80
15. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh ............................................
81
16. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ..........................................................
81
17. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ........................................
81
18. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 ..........................................................................................
82
19. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Periode 1 Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 .........................................................................
82
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
20. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama ..............................................................
82
21. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua .................................................................
82
22. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga ................................................................
83
23. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat .............................................................
83
24. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima ...............................................................
83
25. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam ..............................................................
83
26. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh ..............................................................
83
27. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan ..........................................................
84
28. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ..........................................................................................
84
29. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Awal ..................................................................
84
30. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama ..............................................................
84
31. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua .................................................................
84
32. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua ...............................................
85
33. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ................................................................
85
34. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ...............................................
85
35. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat .............................................................
86
36. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat ...........................................
86
37. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima ...............................................................
86
38. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima .............................................
87
39. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ..............................................................
87
40. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ............................................
87
41. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh ..............................................................
88
42. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh ............................................
88
43. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ..........................................................
88
44. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ........................................
89
45. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 ..........................................................................................
89
46. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 ............................................................
89
47. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama ..............................................................
90
48. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua .................................................................
90
49. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga ................................................................
90
50. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat .............................................................
87
51. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima ...............................................................
90
52. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam ..............................................................
91
53. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam ............................................
91
54. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh ..............................................................
91
55. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh ............................................
92
56. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan ..........................................................
92
57. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan ........................................
92
58. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ..........................................................................................
93
59. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ............................................................
93
60. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Awal .................................................
93
61. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama ............................................
93
62. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua ...............................................
94
63. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua ...............................................
94
64. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ...............................................
94
65. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ...............................................
95
66. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat ...........................................
95
67. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima .............................................
95
68. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima .............................................
96
69. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ............................................
96
70. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ............................................
96
71. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh ............................................
97
72. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh ............................................
97
73. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ........................................
97
74. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ........................................
97
75. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 ........................................................................
98
76. Uji lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 .................................................
98
77. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama ............................................
98
78. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua ...............................................
99
79. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga ...............................................
99
80. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat ...........................................
99
81. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima .............................................
99
82. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam ............................................
99
83. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh ............................................ 100 84. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan ........................................ 100 85. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan ........................................ 100 86. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ........................................................................ 100 87. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ................................................. 101 88. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Awal ........................................................................ 101 89. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama .................................................................... 101 90. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua ...................................................................... 101 91. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ...................................................................... 102 92. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga ................................................................ 102 93. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat .................................................................. 102 94. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima ..................................................................... 102 95. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima ............................................................... 103 96. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam ................................................................... 103 97. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam .............................................................. 103 98. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh .................................................................... 104 99. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh .............................................................. 104
100. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan ................................................................ 104 101. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan .......................................................... 105 102. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 ............................................................................................... 105 103. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 .......................................................................................... 105 104. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama .................................................................... 106 105. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua ...................................................................... 106 106. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga ...................................................................... 106 107. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat .................................................................. 106 108. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima ..................................................................... 106 109. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam ................................................................... 107 110. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh .................................................................... 107 111. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan ................................................................ 107 112. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ................................................................................................ 107 113. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 ........................................................................................... 108 114. Analisis Ragam Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) Periode 1 ..................................................... 108 115. Uji Lanjut Duncan Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 (%BK) ........................................................... 108 116. Analisis Ragam Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. berdasarkan %BK (g) Periode 2 ...................................................... 108 117. Uji Lanjut Duncan Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 (%BK) ........................................................... 109 118. Analisis Ragam Produksi Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan % BK (mg) ............................................... 109 119. Uji Lanjut Duncan Produksi Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan % BK (mg) .............................................. 109
120. Analisis Ragam Luas Area Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. (cm2) .................................................................. 109 121. Uji Lanjut Duncan Luas Area Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. (cm2) ...................................................... 110 122. Analisis Ragam Produksi Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) ..................................................................... 110 123. Uji Lanjut Duncan Produksi Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) ..................................................................... 110 124. Analisis Ragam Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ........................................................................................ 110 125. Uji Lanjut Duncan Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ........................................................................................ 111 126. Analisis Ragam Rasio Daun dan Batang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ........................................................................................ 111 127. Analisis Ragam Rasio Tajuk dan Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ......................................................................................... 111 128. Uji Lanjut Duncan Rasio Tajuk dan Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ........................................................................................ 111 129. Uji t-Student pada Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ............................................................................ 112 130. Uji t-Student pada Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ............................................................................ 112 131. Uji t-Student pada Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ................................................................. 113 132. Uji t-Student pada Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ............................................................................ 113 133. Uji t-Student pada Produksi Bahan Kering Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. ............................................................................ 114 134. Layout Penelitian .................................................................................. 115
PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan pakan merupakan salah satu komponen produksi yang menentukan produktivitas ternak ruminansia. Penggunaan hijauan pakan berkualitas tinggi diharapkan dapat mengurangi penggunan konsentrat dalam ransum tanpa mengurangi kualitas nutrisi ransum bagi ternak itu sendiri. Penggunaan hijauan pakan merupakan upaya yang efektif untuk memperbaiki kualitas pakan dan meningatkan utilitas nutrisi dalam tubuh ternak, sehingga berdampak pada peningkatan produktivitas ternak. Kendala yang sering dihadapi dalam pemenuhan tanaman pakan adalah rendahnya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hijauan pakan ternak tropis. Indigofera sp. memberikan peluang yang menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan ternak ruminansia terhadap tanaman pakan. Indigofera sp. di Indonesia lebih dikenal dengan nama tarum atau nila. Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas. Indigofera adalah genus besar dari sekitar 700 jenis tanaman berbunga milik keluarga Fabaceae, 45 jenis tersebar diseluruh wilayah tropis (Schrire, 2005). Menurut Hassen et al., (2008) produksi hijauan Indigofera sp. adalah 2.728 kg/ha dengan kandungan protein kasar berkisar 24,3%. Produktivitas tanaman pakan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien dalam tanah. Pemupukan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan nutrien dalam tanah. Pemupukan yang biasa diberikan adalah melalui tanah pada akar tanaman, tetapi dapat juga diberikan melalui daun. Pemupukan melalui daun atau sering disebut foliar fertilization diharapkan dapat meningkatkan produksi hijauan, karena langsung mencapai target pertumbuhan dan perkembangan yaitu daun dengan pemberian pupuk cair. Terdapat dua jenis pupuk cair, yaitu pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk kimia merupakan pupuk buatan pabrik dengan jenis dan kadar unsur hara yang sengaja ditambahkan dalam jumlah tertentu dan dapat memberikan pengaruh yang cepat terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman namun tidak ramah lingkungan karena meninggalkan residu. Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dalam jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami sehingga ramah lingkungan (Ismawati, 2003). Pupuk organik cair atau dapat disingkat menjadi POC dibedakan
menjadi pupuk organik buatan (komersial) dan alami. Pupuk organik cair komersial tergolong sulit didapat dengan harga beli yang cukup mahal sedangkan pupuk organik cair alami telah tersedia di alam dan harganya pun tergolong murah. Penelitian ini menggunakan dua jenis POC, yaitu alami dan buatan. Pupuk organik cair alami yang digunakan adalah urin kambing peranakan etawa (PE). Urin yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme tubuh memiliki nilai yang sangat bermanfaat, yaitu: (a) kadar N dan K sangat tinggi, (b) urin mudah diserap tanaman, dan (c) urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sosrosoedirdjo et al., 1981). Menurut Lingga (1998) urin kambing memiliki kandungan N 1,5%, P 0,13% dan K 1,8%. Pupuk organik cair buatan berupa POC komersial NASA® memiliki kandungan nutrisi lengkap dengan total (N+P2O5+K2O) 0,18%. Menurut Lingga (1998) pemupukan melalui daun lebih efisien bagi tanaman tertentu, karena pupuk tersebut masuk kedalam tubuh tanaman melalui mulut daun (stomata). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian POC berupa urin kambing PE dibandingkan dengan pupuk komersial NASA® pada daun untuk pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman pakan legum Indigofera sp. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh dosis campuran larutan POC yang memberikan pertumbuhan dan produksi hijauan terbaik.
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Karakteristik Tanah Latosol Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik, anorganik sederhana, dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl). Secara biologi tanah berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara-hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Ketiga fungsi tersebut secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi tanaman yang baik (Madjid, 2009). Tanah latosol mempunyai sifat fisik yang baik, tetapi dengan kapasitas pertukaran kation yang rendah sehingga membutuhkan pemupukan yang agak sering (Hakim, 1986). Kemampuan pertukaran kation yang rendah pada tanah ini disebabkan oleh kurangnya bahan organik tanah dan sifat hidrat oksida. Umumnya tanah ini sangat kekurangan basa yang dapat tertukar dengan unsur hara yang tersedia. Kadar mineral primer dan kadar bahan yang larut rendah, namun tingkat kemantapan agregasinya tinggi dan biasanya berwarna merah. Warna tanah latosol merah, coklat hingga kuning dengan solum tanah yang dalam (1,5-10 m) dan batas horizon tidak jelas, dari lapisan atas kebawah teksturnya liat berstruktur remah dan konsistensi gembur, reaksi tanah masam sampai agak masam. Kandungan bahan organik lapisan atas 3-10% dengan hara rendah hingga sedang. Makin merah warna tanah makin miskin unsur hara. Hasil analisis tanah latosol di Darmaga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Tanah Latosol Darmaga Analisis
Metode
Kriteria
Nilai
(PPT,1983)
pH H2O
pH meter
5,20
pH KCL
pH meter
4,30
C-org (%)
Walkey & Black
1,77
Rendah
N-total (%)
Kjehdal
0,16
Rendah
P (ppm)
Bray 1
4,00
Sangat rendah
277,50
Sangat tinggi
P-HCL 25% (ppm)
HCL 25%
Masam
Ca dd (me/100 g)
NH4O.Ac pH 7
3,20
Rendah
Mg dd (me/100 g)
NH4O.Ac pH 7
0,43
Rendah
K dd (me/100 g)
NH4O.Ac pH 7
0,15
Rendah
Na dd (me/100 g)
NH4O.Ac pH 7
0,10
Rendah
KTK (me/100 g)
NH4O.Ac pH 7
16,91
Sedang
Perhitungan
22,95
Rendah
1 N KCL
1,07
Perhitungan
27,57
1 N KCL
0,22
Fe (ppm)
0,05 N HCL
3,76
Cu (ppm)
0,05 N HCL
3,40
Zn (ppm)
0,05 N HCL
9,04
Mn (ppm)
0,05 N HCL
103,24
KB (%) Al (me/100 g) Kejenuhan Al (%) H (me/100 g)
Tekstur
Pipet
Pasir (%)
7,68
Debu (%)
25,97
Liat (%)
66,85
Sumber (Setiadi, 2007), dd: dapat dipertukarkan
Sedang
Potensi Indigofera sp. sebagai Tanaman Hijauan Pakan Indigofera adalah genus besar dari sekitar 700 jenis tanaman berbunga yang termasuk keluarga Fabaceae. Tanaman Indigofera tersebar di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, beberapa jenis terdapat di kawasan Afrika, Asia Timur, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Menurut Froman 1975 dalam Hassen et. al., (2007) beberapa spesies di Afrika dan Asia telah diuji dapat digunakan sebagai pakan ternak (I. hirsuta, I. pilosa, I. schimperi syn., I. oblongifolia, I. Spicata, I. subulata syn., dan I. trita). Marga Indigofera mencakup perdu, habitus perdu kecil, dan terna. Batang berkayu dibagian pangkal batangnya, dengan percabangan yang tegak atau memancar, tertutup indumentum yang berupa bulu-bulu bercabang dua. Daun-daunnya berseling, biasanya bersirip ganjil, kadang-kadang beranak daun tiga atau tunggal. Bunga-bunganya tersusun dalam suatu tandan di ketiak daun, bertangkai, daun kelopaknya berbentuk genta bergerigi lima, daun mahkotanya berbentuk kupu-kupu. Secara umum buahnya bertipe polong, berbentuk pita (pada beberapa jenis hampir bulat), lurus atau bengkok, berisi 1-20 biji yang kebanyakan bulat sampai jorong. Semainya dengan perkecambahan epigeal, keping bijinya tebal, cepat rontok, dan berakar tunggang (Duke, 1981). Beberapa spesies dikenal sebagai ‘‘anileiras’’ (indigo) karena memiliki genus yang sama dengan indigo yang telah diekstraksi (I. anil L.). Spesies lain, seperti I. arrecata Hochst.ex A.Rich., I. articulata Gouan, I. suffruticosa Mill. dan I. tinctoria L., juga digunakan sebagai bahan pewarna, pakan ternak, pelindung tanah, tanaman penutup humus, kontrol erosi dan tanaman hias (Schrire, 2005). Menurut Strickland et al., (1987) dalam Hassen et al., (2006) sekitar 50% dari spesies Indigofera beracun dan hanya sekitar 30% yang palatabel dapat digunakan sebagai pakan ternak. Jenis yang dapat digunakan sebagai pakan ternak tersebut memiliki potensi yang sangat baik sebagai sumber hijauan. Spesies Indigofera telah ditemukan dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, hijauan pakan ternak, dan pewarna tekstil untuk tujuan komersil (Nwachukwu dan Mbagwu, 2007). Beberapa jenis Indigofera memiliki zat anti nutrisi. Salah satunya adalah Indigofera spicata memiliki zat anti nutrisi berupa hepatotoxic amino acid yaitu indospicine, yang mengganggu sistem metabolisme. Keracunan akibat indospicine pada ternak dapat menurunkan fungsi hati pada sapi dan domba terutama pada kuda
bahkan dapat mengakibatkan keguguran pada ternak bunting. Indospicine merupakan asam amino yang umumnya terakumulasi di daun. Metabolit sekunder Indigofera mempengaruhi palatabilitas dan konsumsi (Tjelele, 2006). Hassen et al. (2008) melaporkan bahwa konsentrasi indospicine baik dari variasi inter dan intra-spesies dalam daun Indigofera adalah berkisar antara 2-750 mg/kg BK. Level indospicine merupakan indikator yang berguna untuk melihat potensi toksik dari pakan melalui pengujian. Skerman (1982) menyebutkan bahwa Indigofera memiliki kandungan protein yang tinggi dan toleran terhadap kekeringan, genangan dan salinitas sehingga menyebabkan sifat agronominya sangat diinginkan. Kandungan protein kasar Indigofera umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan spesies legum lainnya, begitu juga kandungan P. Menurut Hassen et al. (2007) komposisi Indigofera sp. terdiri dari bahan kering 21,97%, lemak kasar 6,15%, protein kasar 24,17%, abu 6,41%, NDF 54,24%, ADF 44,69% dan data produksi tanaman 2,595 kg/ha, produksi daun 967,75 g/ha (36,43%), produksi batang 1627,24 g/ha serta tinggi tanaman 418 cm. Tanaman Indigofera sp. diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Indigofera sp.
Pengaruh Pemupukan terhadap Tanah dan Hijauan Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2001). Lingga dan Marsono (2006) menambahkan bahwa pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Memupuk berarti menambahkan suatu bahan yang mengandung unsur hara tertentu kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan melalui daun lebih efisien bagi tanaman tertentu, karena pupuk tersebut masuk kedalam tubuh tanaman melalui mulut daun (stomata) yang ada di permukaan daun sebelah bawah. Daun mampu menyerap pupuk kurang lebih 90%, sedangkan akar mampu menyerap kurang lebih 10% pada tanaman tertentu. Pupuk ditinjau dari kandungan unsur haranya dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) pupuk tunggal, yaitu pupuk yang mengandung satu jenis makanan (pupuk N, pupuk P, pupuk K), (2) pupuk majemuk, yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis zat hara, dan (3) pupuk Ca dan Mg. Pupuk berdasarkan atas terjadinya dibedakan menjadi dua yaitu pupuk alam (kotoran hewan, sisa bangkai, pupuk hijau, kompos, dan guano) dan pupuk buatan, yaitu pupuk hasil dari industri dan mengandung zat-zat makanan yang diperlukan dan pada umumnya mengandung zatzat makanan yang tinggi (Sosrosoedirdjo et al., 1981). Pupuk berdasarkan bahan bakunya dibedakan menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Secara khusus manfaat pupuk terbagi dua macam, yaitu berkaitan dengan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisik tanah, yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur, sedangkan manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah
adalah sebagai unsur penyedia unsur hara yang cepat hilang oleh penguapan atau air perkolasi (Marsono dan Sigit, 2001). Tanaman membutuhkan 16 unsur untuk pertumbuhannya, yaitu karbon, hidrogen, dan oksigen yang diperoleh dari udara dan air serta 13 unsur lainnya yang diperoleh dari tanah. Biasanya 16 unsur ini dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu unsur primer, unsur sekunder, dan unsur mikro (Parker, 2004). Pengaruh Pupuk Organik terhadap Tanah dan Hijuan Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat lebih unggul daripada pupuk anorganik tetapi penggunaan pupuk organik secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding pupuk anorganik (Ismawati, 2003). Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, mengemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya, nilai C-organik merupakan faktor yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bahan atau pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Simanungkalit, et al. 2006). Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia atau hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik
terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan atau pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik atau bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Penambahan bahan organik disamping sebagai sumber hara bagi tanaman, sekaligus sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba (Simanungkalit et al., 2006). Penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan makhluk hidup yang mengkonsumsinya (Ismawati, 2003). Pupuk Organik Cair (POC) Pupuk organik cair merupakan pupuk organik dalam bentuk cair dan pada umumnya merupakan bahan organik yang dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak (Ismawati, 2003). Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahanbahan organik berbentuk cair, dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan mengandung unsur hara lengkap, pupuk cair dapat diproduksi daari limbah industri peternakan (limbah cair dan setengah padat atau slurry) yaitu melalui pengomposan dan aerasi. Tiga cara utama pemberian pupuk cair sebagai berikut: (a) pemberian
langsung pada tanah, (b) pemberian melalui irigasi, dan (c) penyemprotan pada tanaman. Penggunaan POC menurut Jacob (1953), berdasarkan pada alasan ekonomis dan karena kemudahannya dalam penggunaan. Pupuk organik mempunyai keuntungan dapat memperbaiki kondisi tanah hingga tanah dapat menahan air lebih banyak dan menggemburkan tanah. Zat-zat unsur hara di dalam pupuk cair tersedia bagi tanaman, sebagian langsung dapat diserap, sebagian lagi dengan cepat dapat diurai, sehingga cepat juga dapat diserap. Pupuk Kandang Padat Bahan organik tanah yaitu fraksi organik dari tanah, termasuk residu tumbuhan dan binatang dalam berbagai tahap dekomposisi, sel (baik hidup atau mati), jaringan dari mikroba, dan substan yang tersintesis oleh mikroba tanah. Schnitzer dan Khan (1978) menyatakan bahwa bahan organik tanah adalah komponen kunci yang mempengaruhi banyak reaksi yang terjadi dalam sistem tanah. Bahan organik tanah memainkan peranan penting dalam tanah, sistem tanaman, dan unsur pokok ini mengandung elemen N, P, dan S beserta reaksi kimia, fisika, dan biokimia mereka yang penting dalam pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah (Simanungkalit et al., 2006). Pupuk kandang adalah hasil dari penguraian yang ditimbulkan oleh jasad-jasad renik seperti bakteri, jamur, dan alga. Berbagai polisakarida dan zat-zat yang menyerupai poliuranida yang dihasilkan oleh penguraian tersebut dapat mengikat partikel-partikel tanah. Zat-zat tersebut dibentuk oleh jasad-jasad renik yang menguraikan pupuk kandang (Tafal, 1981). Pupuk kandang menyuplai sejumlah mikronutrien dan menjadi bahan yang sempurna untuk bahan humus. Pupuk kandang memiliki bobot yang ringan, tapi kaya akan kandungan hara dan sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu: akar, batang, dan daun. Pupuk kandang mempunyai kadar hara yang sangat bervariasi. Komposisi hara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur
hewan,
jenis
makanannya,
alas
kandang,
dan
penyimpanan
atau
pengolahannya. Kandungan hara sangat menentukan kualitas pupuk kandang (Simanungkalit et al., 2006).
Menurut Ismawati (2003) dosis penggunaan pupuk kandang pada tanaman sayuran di Indonesia sekitar 10-20 ton/ha. Pemberian pupuk kandang biasanya dilakukan satu kali yaitu pada saat sebelum tanam sebagai pupuk dasar. Hal ini dikarenakan proses pelepasan unsur hara dalam pupuk kandang berlangsung secara perlahan (slow release). Pupuk kandang juga berperan sebagai pembenah tanah.
Gambar 2. Pupuk Kandang Padat. Urin sebagai Pupuk Kandang Cair Urin adalah salah satu limbah cair yang dihasilkan dari industri peternakan. Urin ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak. Urin dihasilkan oleh ginjal yang merupakan sisa hasil perombakan nitrogen dan sisa-sisa bahan dari tubuh yaitu urea, uric acid, dan creatinine hasil metabolit protein. Urea juga berasal dari perombakan senyawa-senyawa sulfur dan fospat dalam tubuh. Urin dibentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari tubuh melalui saluran kencing (urinary) dan berasal dari metabolisme nitrogen dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90% urin terdiri dari air (Simanungkalit et al., 2006). Urin ternak yang digunakan sebagai pupuk kandang berwarna coklat dengan bau menyengat. Bau ini disebabkan oleh kandungan unsur nitrogen, jika dibandingkan dengan kotoran padat, kandungan nitrogen pada urin lebih tinggi. Urin yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal, konsumsi air, dan musim. Jumlah urin yang dihasilkan dari berbagai jenis ternak tiap hari berbeda-beda. Urin yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme tubuh memiliki nilai yang sangat bermanfaat, yaitu: (a) kadar N dan K sangat tinggi, (b) urin mudah diserap tanaman, dan (c) urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sosrosoedirdjo et al., 1981).
Menurut Ismawati (2003) pengaplikasian pupuk kandang cair berbeda dengan pupuk kandang padat. Pengaplikasian pupuk cair dilakukan setelah tanaman tumbuh. Hal ini dilakukan karena urin dapat langsung diserap oleh tanaman dan sebagian lagi masih harus diuraikan. Pengaplikasian sebelum tanam akan berakibat tujuan pemupukan menjadi tidak efektif. Komposisi mineral, kandungan air dan jumlah harian kontoran dari beberapa jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Mineral, Kandungan Air, dan Jumlah Ekskresi Harian Urin dari Beberapa Jenis Ternak Jumlah
Kadar Zat dan Air (%)a
Jenis Ternak Nitrogen
Posfor
Kalium
Air
Urin Keterangan
b
Rataratab
------Liter------
Kuda -
Padat
0,55
0,30
0,40
75
-
Cair
1,40
0,02
1,60
90
-
Padat
0,40
0,20
0,10
85
-
Cair
1,00
0,50
1,50
92
-
Padat
0,60
0,30
0,34
85
-
Cair
1,00
0,15
1,50
92
Pupuk panas
2-11
4,7
8,8-22,6
14,2
0,5-2
1
2-6
4
Sapi Pupuk dingin
Kerbau Pupuk dingin
Kambing -
Padat
0,60
0,30
0,17
60
-
Cair
1,50
0,13
1,80
85
-
Padat
0,75
0,50
0,45
60
-
Cair
1,35
0,05
2,10
85
-
Padat
0,95
0,35
0,40
80
-
Cair
0,40
0,10
0,45
87
1,00
0,80
0,40
55
Pupuk panas
Domba Pupuk panas
Babi Pupuk dingin
Ayam Padat dan cair
Pupuk dingin
Keterangan: a: Lingga (1998) b: Dukes (1955)
Pupuk kandang dilihat dari proses dekomposisinya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraiaan oleh mikroorganisme berlangsung cepat
sehingga membentuk panas. Contoh pupuk panas antara lain kotoran ayam, kambing, dan kuda. Pupuk dingin merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme dan berlangsung perlahan sehingga tidak membentuk panas. Contoh pupuk dingin antara lain kotoran sapi, kerbau, dan babi (Ismawati, 2003). Komposisi kimia urin sangat komplek. Menurut Dukes (1955) urin yang normal mengandung air, urea, kreatinin, purin (asam urat, kreantin, hipoksatin), allantion, asam hipurik, monia, asam amino, sulfat, sulfur, garam anorganik, pigmen urokrom, dan urobilin. Menurut Sauer et al. (1999), sekitar 60-90% nutrien yang dimakan ternak akan diekskresikan kembali melalui feses dan urin. Pengaruh Pemupukan Nitrogen pada Hijauan Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit, 2001). Nitrogen merupakan unsur hara yang penting hubungannya dengan pertumbuhan tanaman. Unsur ini dijumpai dalam jumlah besar di dalam bagian muda tanaman, terutama terakumulasi pada daun dan biji. Nitrogen merupakan penyusun sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian tanaman. Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan, terutama pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber nitrogen yang murah akan sangat membantu mengurangi biaya produksi. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Senyawa nitrogen digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintesis asam amino, dan protein serta merupakan pembentuk struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat. Peranan utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses
fotosintesis. Fungsi lain adalah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga, 1998). Pengaruh Pemupukan Melalui Daun terhadap Pertumbuhan dan Produksi Hijuan Pemupukan tanaman lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu suatu cara pemupukan yang disemprotkan lewat daun yang diharapkan pupuk yang disemprot dapat masuk kedalam daun melalui stomata (mulut daun) dan celah-celah kutikula. Pemupukan yang disemprot melalui daun mempergunakan pupuk yang sangat encer. Pada daerah rata dan luas penyemprotan dapat dilaksanakan dengan pesawat terbang, tetapi pada areal yang sempit dapat dilakukan sebagaimana biasa (semprotan biasa). Jenis pupuk yang dapat dipergunakan sebagai pupuk yang dapat disemprot melalui daun adalah tertentu. Umumnya yang sering digunakan adalah pupuk yang diperlukan dalam jumlah sedikit (seperti unsur hara mikro) dan pupuk yang tidak merusak daun tanaman. Urea pada dasarnya juga dipergunakan sebagai pupuk yang disemprotkan melalui daun (Hakim et al., 1986). Pupuk daun yang digunakan pada prinsipnya harus encer dan mengndung unsur-unsur makro, mikro, asam amino atau hormon tumbuh yang mudah larut. Berdasarkan kriteria diatas, maka urin dapat menjadi salah satu jenis pupuk daun yang baik, karena urin mengandung N dan K sangat tinggi, unsur makro dan mikro, hormon pertumbuhan dan asam amino, serta urin mudah diserap tanaman (Sosrosoedirdjo et al., 1981). Pemupukan melalui daun lebih efisien bagi tanaman tertentu, karena pupuk tersebut masuk kedalam tubuh tanaman melalui mulut daun (stomata) yang ada di permukaan daun sebelah bawah (Lingga, 1998). Penyerapan hara pupuk yang diberikan melalui daun lebih cepat dibandingkan diberikan melalui akar. Tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak atau lelah. Sehingga pemupukan melalui daun dipandang lebih berhasil guna. Hal ini dikarenakan daun memiliki mulut daun (stomata). Stomata ini membuka dan menutup secara mekanis diatur oleh tekanan yang disebut turgor dari sel-sel penutup, jika tekanan turgor meningkat maka stomata akan membuka, jika tekanan turgor menurun maka stomata akan menutup. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan turgor adalah banyaknya air yang hilang akibat penguapan daun. Banyaknya air yang hilang karena penguapan daun erat kaitannya dengan panas terik (matahari) dan angin. Panas yang
terlalu terik dan angin yang bertiup kencang akan menyebabkan penguapan banyak terjadi. Air dalam daun menjadi berkurang sehingga tekanan turgor berkurang dan secara otomatis stomata menutup, jika daun disemprotkan air maka tekanan turgor naik dan secara otomatis pula stomata membuka dan menyerap cairan guna menggantikan cairan yang hilang melalui penguapan. Pupuk cair yang disemprotkan mengandung berbagai jenis hara (bergantung pada pupuknya), maka tanaman bukan saja menyerap air tapi juga menyerap zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman bagi pertumbuhannya. Oleh karena itu penyerapan hara melalui daun lebih cepat. Pupuk yang sifatnya cepat menguap seperti pupuk nitrogen sangat menguntungkan jika diberikan melalui daun (Lingga, 1998). Beberapa keuntungan pemupukan lewat daun jika dibandingkan dengan pemupukan lewat tanah adalah: 1.
Pemberian pupuk lewat daun dapat menghindari kemungkinan adanya fiksasi unsur dalam tanah, contohnya: pemberian unsur P pada tanah asam yang mengandung Fe dan Al membentuk senyawa kompleks FeAl. Pospat yang mengendap sehingga unsur P tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
2.
Pemberian pupuk lewat daun dapat menghindari adanya interaksi unsur, terutama unsur yang berlawanan yang disebut dengan unsur antagonisme misalnya, antagonisme unsur yang dapat dilihat pada segitiga sama sisi dari Brushart & Redlich untuk unsur K, Ca dan Mg. Antagonisme segitiga sama sisi diatas dapat dilihat bahwa pemberian Mg menyebabkan K tertekan, pemberian K menyebabkan Ca tertekan, pemberian Ca menyebabkan Mg tertekan
3.
Pemberian pupuk lewat daun memberikan respon yang lebih cepat (dari segi waktu) jika dibandingkan dengan pemberian lewat tanah.
4.
Pemberian pupuk lewat daun tidak memerlukan suatu pengawasan (kontrol) yang sering dilakukan terutama bila gejalanya belum nampak, jika lewat tanah mungkin saja pupuk tersebut terurai atau tercuci atau terfiksasi.
5.
Pemberian pupuk lewat daun lebih ekonomis baik dari segi hemat pupuknya maupun caranya, lagi pula dapat dicampur dengan pestisida lainnya. Stomata lebih banyak terletak pada bagian bawah daun tanaman, tetapi akibat
pengaruh gravitasi bumi, kemungkinan jatuh (menetes) cukup besar, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada saat foliar semua bagian daun harus basah, baik bagian atas daun maupun bagian bawah daun, terutama pada daun yang muda (Lingga, 1998). Menurut Lingga (1998) saat penyemprotan pagi hari lebih efisien daripada siang hari dan sore hari Hal ini disebabkan kelembaban udara pagi hari lebih tinggi daripada siang hari dan sore hari yang menyebabkan stomata daun membuka. Daun yang mempunyai banyak rambut daun dan lapisan lilin yang tebal tidak efektif dan efisien. Frekuensi pemberian dan konsentrasi harus sesuai dengan anjuran, karena konsentrasi yang terlalu tinggi menyebabkan daun menjadi terbakar. Menurut Tisdale (1985) pemberian pupuk melalui daun memberikan tanggap yang cepat tetapi bersifat sementara sehingga pemberiannya harus dilakukan berulang. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi dan waktu pemberian yang tepat untuk mencegah kerusakan daun. Pemupukan dengan selang waktu empat hari juga dianjurkan dalam kiat praktis bertani organis. Penetrasi cairan (solute) masuk sel daun disajikan pada Gambar 3. Cairan unsur hara masuk melalui celah-celah disekitar jaringan permukaan daun. Lapisan kutikula yang melapisi epidermis dan adanya bulu daun menjadi penghambat dalam masuknya cairan, namun dengan adanya perbedaan konsentrasi (proses difusi) cairan dapat masuk dan menembus lapisan kutikula menuju membran plasma (Marschner, 1995). Menurut Agustina (2004) sel-sel penting yang berperan didalam mekanisme serapan unsur hara melalui daun adalah epidermis, sel penjaga, stomata, mesofil, dan seludang pembuluh. Skema penampang lapisan luar epidermis dinding sel daun diperlihankan pada Gambar 4. Hambatan utama apabila pupuk disemprotkan ke daun adalah adanya lapisan kutikula yang melapisi epidermis dan adanya bulu daun. Kutikula adalah lapisan kitin dan berlemak. Lapisan ini membuat epidermis menjadi tebal dan sangat tidak permeabel terhadap air. Pupuk yang disemprotkan masuk kedalam stomata secara difusi dan selanjutnya masuk kedalam sel-sel dalam kloroplas, baik yang ada di dalam sel-sel penjaga, mesofil maupun seludang pembuluh dan selanjutnya berperan dalam fotosintesis. Mekanisme serapannya secara aktif, disamping itu pupuk yang disemprotkan ke daun diduga dapat pula langsung masuk kedalam sel epidermis melalui ektodesmata.
Gambar 3. Skema Penetrasi Cairan Masuk Sel Epidermal Lapisan Kutikula Daun (Marschner, 1995).
Gambar 4. Skema Penampang Lapisan Luar Epidermis Dinding Sel Daun (Marschner, 1995).
Sel daun mirip sel akar, menyerap unsur hara lewat apoplasma. Penyerapan dilakukan oleh keseluruhan daun namun lebih rendah daripada tingkat penyerapan oleh akar pada pemberian konsentrasi unsur hara dari luar dikarenakan beberapa pori yang sangat kecil pada kutikula membatasi difusi permukaan daun kedalam isi dari apoplasma daun dan kemudian menuju membran plasma dari sel daun (Marschner, 1995). Marschner (1995) menyatakan bahwa beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyemprotan melalui daun antara lain: 1.
Tingkat penetrasi yang rendah, khususnya pada daun dengan kutikula yang tebal
2.
Run-off dari permukaan hidrofobik
3.
Pencucian oleh kecepatan pengeringan dari larutan semprotan
4.
Tingkat translokasi yang terbatas dari unsur hara seperti kalsium dari tempat penyerapan (terutama daun tua) ke bagian tanaman lainnya
5.
Terbatasnya jumlah unsur hara makro yang disediakan dari satu kali penyemprotan lewat daun
6.
Kerusakan daun (nekrosis dan daun terbakar).
Defoliasi Defoliasi adalah pemotongan ataupun perenggutan tanaman makanan ternak di atas permukaan tanah secara mekanis atau oleh ternak. Defoliasi adalah pemangkasan ujung batang. Prinsip dari perlakuan tersebut adalah untuk mengatur keseimbangan hormon antara lain sitokinin dengan auksin pada ketiak daun di bawah ujung batang (Hopkins, 1995). Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung batang. Auksin yang disintesis pada ujung batang ini akan diangkut secara basipetal ke bagian batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan terakumulasinya auksin pada ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukan tunas lateral pada ketiak daun terhambat atau terjadi dormansi tunas lateral, karena inisiasi pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang batang. Defoliasi dibagi bagi atas dua bagian yaitu interval dan intensitas defoliasi, defoliasi dapat dilakukan melalui renggutan ternak (animal grazing) atau dengan mekanik yang dilakukan manusia (Syarifuddin, 2004). Interval defoliasi adalah selang waktu antara suatu pemotongan dengan pemotongan berikutnya, sedangkan intensitas defoliasi adalah tinggi pemotongan dari atas permukaan tanah (Whiteman et al., 1974). Menurut Syarifuddin (2004) bila tanaman dipotong baik secara manual maupun dimakan ternak maka yang pertama terjadi ialah proses pengeringan. Laju pengeringan dipengaruhi oleh perbedaan antara tekanan uap yang disebabkan oleh air internal dekat permukaan dan tekanan uap air di dalam udara sekelilingnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan-tekanan uap adalah temperatur/suhu, kadar zat yang larut, gerakan air dalam jaringan-jaringan dan gerakan-gerakan udara. Laju pengeringan herbage tergantung pada jenis tanaman dan bagian tanaman (daun atau batang). Crowder dan Chheda (1982) menyatakan bahwa interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali (regrowth), komposisi botani, dan ketahanan spesies. Secara umum semakin panjang interval pemotongan menyebabkan
(1) meningkatkan persentase bahan
kering, serat kasar, lignin, dan dinding sel, (2) menurunkan rasio daun dan batang, persentase protein kasar, kandungan mineral (P, K, Ca, Mg) dan karbohidrat terlarut.
Makin tua tanaman maka akan terjadi perpanjangan batang, hal ini menyebabkan daun berkurang dan terjadi penebalan dinding sel daun tua dan batang, (3) meningkatkan nitrogen uptake, (4) penurunan yang tinggi terhadap tingkat konsumsi dan daya cerna karena nilai nutrisi hijauan yang menurun. Menurut Jones (1973) dalam Kismono (1985) melaporkan bahwa untuk memperoleh produksi bahan kering yang tinggi, hijauan kacang-kacangan memerlukan interval pemotongan yang lebih panjang karena sifat tumbuhnya yang lambat. Menurut Kismono (1985) interval panen 60 hari memberikan laju pertumbuhan kembali yang lebih baik bila dibandingkan dengan interval 40 hari. Kesempatan menimbun cadangan makanan melalui proses fotosintesis yang berlangsung lebih lama akan menjamin pertumbuhan kembali yang lebih baik. Hasil penelitian Kismono (1985) menunjukan bahwa memperpanjang interval pemotongan 60 hari sekali meningkatkan produksi bahan kering sebesar 20,48% dibandingkan interval pemotongan 40 hari sekali. Hasil penelitian Norris dan Ayres (1991) menyebutkan bahwa interval pemotongan lebih mempengaruhi kualitas nutrisi hijaun. Peningkatan produksi alfalfa terjadi seiring dengan peningkatan lamanya interval defoliasi, namun sebaliknya dengan kualitas nutrisinya, semakin lama interval defoliasi maka kualitas nutrisi alfalfa juga menurun. Menurut Ludlow et al. (1980) pada keadaan defoliasi berat, dalam arti interval defoliasi pendek dan intensitas pemotongan tinggi, maka cadangan makanan yang tersisa pada tanaman menjadi sedikit. Keadaan ini menyebabkan tanaman menjadi kehilangan organ tanaman untuk aktivitas fotosintesis, yang mengakibatkan turunnya kapasitas intersepsi cahaya. Hal ini tercermin pada laju pertumbuhan tanaman yang lambat. Berbeda dengan interval defoliasi, intensitas defoliasi lebih mempengaruhi produksi dari tanaman. Hasil penelitian Volesky dan Anderson (2007) menyebutkan bahwa intensitas pemotongan akan mempengaruhi produksi dari tanaman, namun terhadap kualitas nutrisi tidak berpengaruh nyata walaupun terlihat adanya perbedaan pada setiap pemotongan dengan ketinggian berbeda. Adaptasi tanaman setelah pemotongan sangat bergantung terhadap respon morfologi dan fisiologi tanaman. Kemampuan tanaman menggunakan ketersediaan karbon dan nitrogen akan mengembalikan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis
dan memenuhi kebutuhan organ tanaman untuk bertahan hidup setelah pemotongan (Kavanova dan Gloser, 2004). Bintil Akar Ismawati (2003) menyebutkan bahwa salah satu bentuk simbiosis penambat nitrogen antara mikroba dengan tanaman tinggi yang sangat terkenal adalah simbiosis bakteri kelompok rhizobium dengan tanaman leguminosa. Bakteri rhizobium hidup di akar tanaman kacang-kacangan dan bersimbiosis secara mutualisme. Bakteri ini masuk melalui serabut akar dan kulit akar halus, lalu menambat (memfiksasi) nitrogen dari udara bebas dan membentuk bintil di akar. Simbiosis leguminosa dan rhizobium terjadi karena rhizobium memerlukan karbohidrat sebagai sumber energi yang diperoleh dari tanaman inang, sedangkan tanaman inang membutuhkan nitrogen untuk proses pertumbuhannya (Ismawati, 2003). Bentuk bintil akar diperlihatkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Bintil Akar. Perakaran beberapa jenis tanaman legum memiliki bintil berukuran kecil, berbentuk bulat berfungsi sebagai rumah bakteri penambat nitrogen (Rhizobium spp.). Penambatan nitrogen terjadi melalui udara, meskipun demikian tidak semua bintil akar efektif dalam menambat nitrogen sehingga dibedakan menjadi bintil akar efektif dan tidak efektif. Bintil akar efektif apabila dipecah akan mengeluarkan cairan berwarna merah muda, sedang bintil akar yang tidak efektif tidak mengeluarkan cairan berwarna. Bintil yang tidak efektif umumnya kecil dan mengandung jaringan bakteroid yang tidak berkembang baik yang berhubungan dengan keabnormalan strukturnya. Bintil yang efektif umumnya besar dan berwarna
merah muda (karena leghemoglobin) dengan jaringan bakteroid yang berkembang dan tersusun dengan baik (Rao, 1994). Bintil akar aktif dapat mengikat nitrogen jauh lebih besar daripada yang kurang atau tidak aktif. Banyaknya bintil akar yang dapat dibentuk ditentukan oleh bakteri yang ada dalam tanah dimana tanaman tumbuh. Tahapan pembentukan bintil akar diperlihatkan oleh Gambar 6. Pembentukan akar-akar
Peningkatan populasi Rhizobium di sekitar akar rambut
Pembengkokan akar rambut dan infeksi oleh bakteri
Pembentukan “infection threads”
Pembentukan bintil akar
Gambar 6. Tahapan Pembentukan Bintil Akar (Setiadi, 1989).
Tiga faktor utama yang mempengaruhi pembentukan bintil akar dan penambatan nitrogen yaitu faktor lingkungan, nutrisi, dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pembentukan bintil adalah temperatur, kadar air, cahaya, oksigen, dan karbondioksida. Sejumlah unsur hara khusus diperlukan untuk proses fisiologi simbiosis yaitu untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan rhizobium di dalam tanah, infeksi akar, pembentukan bintil akar, dan penambatan nitrogen. Tidak semua galur rhizobium dapat mempertahankan hidupnya dalam tanah, mampu bersaing dengan mikroorganisme lain, mampu menginfeksi tanaman inang, membentuk bintil akar, dan menambat nitrogen dari atmosfer. Galur yang tidak efektif ialah yang membentuk bintil akar berukuran kecil, tersebar luas di
bawah perakaran inang, kering, berwarna coklat, dan tidak sehat. Galur yang efektif adalah yang membentuk bintil akar berukuran besar, padat, dan berwarna merah muda karena mengandung leghemoglobin (Setiadi, 1989). Kemampuan penambatan nitrogen dapat ditingkatkan demikian juga hasil tanamannya dengan cara melaksanakan
inokulasi
menggunakan
galur
yang
lebih
efisien.
Proses
pembentukkan bintil dan penambatan nitrogen sangat dipengaruhi pertumbuhan tanaman. Apabila tanah yang ditumbuhi tanaman legum cukup banyak mengandung nitrogen, maka bintil akar tidak terbentuk. Nitrogen yang ditambat bakteri bintil dapat pergi ketiga arah. Pertama, ia dapat digunakan oleh tanaman inang. Kedua, nitrogen dapat masuk kedalam tanah, terutama dalam bintilnya. Ketiga, bila jerami legum dibenamkan, sebagian dari nitrogennya menjadi tersedia bagi tanaman berikutnya.
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor, dan Koperasi Peternakan Kambing Perah Peranakan Etawah di Desa Leutik Darmaga. Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yaitu pada bulan Mei sampai bulan Desember 2009. Materi Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tanaman Indigofera sp. umur kurang lebih satu bulan, air, pupuk kandang, kapur, pestisida CANON, pupuk organik cair alami (urin kambing), dan pupuk organik buatan (pupuk organik cair komersial NASA® (Nusantara Subur Alami)). Komposisi nutrien dari pupuk organik cair dapat dilihat dari Tabel 3. Peralatan yang digunakan meliputi polybag, sekop, tong, karung, baki, alat siram, peralatan koleksi urin kambing, sprayer, spoite, gelas ukur, spidol, label, plastik, alat ukur tinggi, timbangan skala 5 kg, gunting, plastik klip, kantong semen, cawan, kuas, saringan, gegep besi, oven 600C WTC Binder 7200 TuttlingenGermany, oven 1050C Memmert, eksikator, timbangan digital METLLER PJ360 Delta Range®, timbangan digital ADAM® DW254, refrigerator SR 148 H SANYO, blender Philips cucina, pH meter Lutron, dan leaf area meter.
Tabel 3. Komposisi Nutrien Pupuk Organik Cair Nutrien
Komersial NASA® a
Urin Kambing PE b
N (ppm)
6.000,00
10.828,00
P (ppm)
800,00
6,00
K (ppm)
2.800,00
2.040,00
Ca (ppm)
60,00
93,00
Mg (ppm)
17,00
360,00
0,10 4,60
66,00
Zn (ppm)
41,04
-
Cu (ppm)
8,43
-
Mn (ppm)
2,42
-
Co (ppm)
2,54
-
Fe (ppm)
0,45
-
Cl (%)
0,29
-
Na (%)
0,15
-
B (ppm)
60,84
-
Si (%)
0,01
-
Al (%)
6,38
-
NaCl (ppm)
0,98
-
Se (ppm)
0,11
-
Cr (ppm)
<0,06
-
Mo (ppm)
<0,20
-
V (ppm)
<0,04
-
7,90
6,70
76,67
-
Lemak (%)
0,44
-
Protein (%)
0,72
-
Humat (%)
0,01
-
Vulvat
V
-
Zat perangsang tumbuh
V
V
S (ppm) C Organik (%)
pH C/N Ratio (%)
Sumber: a: Label; b: Hasil Analisa di Balai Penelitian Ternak (2009)
-
Rancangan Percobaan Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada tanaman legum Indigofera sp. meliputi pemberian pupuk organik cair alami dan buatan. Pupuk organik cair alami yang digunakan adalah urin kambing dan pupuk organik buatan adalah pupuk organik cair komersial NASA®. Model Percobaan ini terdiri dari enam perlakuan porsi pupuk organik cair yang berasal dari urin kambing dan pupuk organik cair komersial NASA®. Perbandingan penggunaan dosis pupuk organik cair masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut: P1 = Kontrol (100% air) P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing perlakuan, sehingga terdapat 18 unit percobaan dalam penelitian ini. Model persaman yang digunakan sebagai berikut: Yij = µ + τi + εij Keterangan: Yij
= Nilai pengamatan pada ulangan ke-j dan perlakuan ke-i
µ
= Nilai rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i; i= 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
εij
= Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j; j= 1, 2, dan 3
(Steel dan Torrie, 1993).
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika terjadi pengaruh yang nyata akibat perlakuan, maka uji dilanjutkan dengan membandingkan nilai rataan antar perlakuan untuk setiap parameter dengan Uji Lanjut Duncan. Uji tStudent digunakan untuk membandingkan data rataan dari priode 1 dan 2 (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang Diamati 1. Pertambahan Tinggi Vertikal Tinggi vertikal tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung pucuk daun tertinggi dengan menggunakan alat ukur tinggi dan pengukuran dilakukan setiap minggu. Nilai tambah tinggi vertikal merupakan selisih antara tinggi vertikal akhir dan tinggi vertikal awal. 2. Pertambahan Jumlah Percabangan Jumlah percabangan diukur dengan menghitung seluruh percabangan yang tumbuh pada tanaman dan penghitungan banyaknya percabangan dilakukan setiap minggu. Nilai pertambahan jumlah percabangan merupakan selisih antara jumlah percabangan akhir dan jumlah percabangan awal. 3. Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Jumlah tangkai daun dihitung dari seluruh tangkai daun yang tumbuh pada tanaman dan penghitungan banyaknya tangkai daun dilakukan setiap minggu. Nilai pertambahan jumlah tangkai daun merupakan selisih antara jumlah tangkai daun akhir dan jumlah tangkai daun awal. 4. Pertambahan Jumlah Daun Jumlah daun dihitung dari seluruh daun yang tumbuh pada tanaman dan penghitungan banyaknya daun dilakukan setiap minggu. Nilai pertambahan jumlah daun merupakan selisih antara jumlah daun akhir dan jumlah daun awal. 5. Produksi Bahan Kering Tajuk Bahan kering tajuk terdiri dari helai daun, tangkai daun, pucuk dan batang lunak yang dapat dikonsumsi (edible). Bahan kering tajuk diperoleh dengan cara
menimbang tajuk segar. Tajuk dijemur 8 jam selama 3 hari, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 600C selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 1050C selama 8 jam. Persentase bahan kering tajuk yang diperoleh dikalikan dengan produksi segar tajuk merupakan produksi bahan kering akar. Pemanenan tajuk dilakukan sebanyak dua kali. 6. Rasio Daun dan Batang Rasio daun dan batang merupakan perbandingan produksi bahan kering daun dan produksi bahan kering batang. 7. Produksi Bahan Kering Helai Daun Bahan kering helai daun diperoleh dengan cara menimbang helai daun segar. Helai daun dikeringan dalam oven pada suhu 600C selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 1050C selama 8 jam. 8. Luas Permukaan Helai Daun Luas permukaan helai daun diukur dengan menggunakan Leaf Area Meter. Alat ini bekerja berdasarkan transmisi cahaya yang dimonitor oleh suatu lensa yang hasilnya dikalibrasi secara otomatis kepada luas daun dapat dilengkapi oleh suatu ban berjalan yang dibawahnya ditempatkan sumber cahaya, sehingga pengukuran luas daun yang banyak dapat dilakukan secara terus menerus dan hasil pengukuran yang secara otomatis dikalibrasi dalam satuan luas diakumulasikan (Sitompul dan Guritno, 1995). 9. Produksi Bahan Kering Akar Bahan kering akar diperoleh dengan cara menimbang akar segar. Akar dijemur 8 jam selama 3 hari, dan dikeringan dalam oven pada suhu 600C selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 1050C selama 8 jam. Persentase bahan kering yang diperoleh dikalikan dengan produksi segar akar merupakan produksi bahan kering akar. 10. Rasio Produksi Bahan Kering Tajuk dan Akar (Shoot-Root Ratio) Rasio daun dan akar merupakan perbandingan produksi bahan kering daun dan produksi bahan kering akar.
11. Jumlah Bintil Akar Bintil akar dihitung pada akhir penelitian dengan cara menjumlahkan bintil akar yang ada di dalam polybag. Prosedur Pelaksanaan 1.
Koleksi Urin Kambing Urin kambing dikoleksi melalui penampung
yang diletakkan di bawah
kandang individu. Penampungan urin ini terbuat dari lembaran plastik, kawat, reng, batang bambu, selang dan ember yang dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat menampung urin dengan baik. Urin yang dikeluarkan oleh kambing akan melewati kawat dan tertahan di lembaran plastik, kemudian akan disalurkan oleh selang menuju ember sebagai tempat penampungan urin kambing. Metode koleksi urin kambing PE diperlihatkan oleh Gambar 7.
Koleksi tidak langsung Urin disimpan di refrigerator Urin dalam wadah Koleksi langsung
Analisis Kandungan Nutrien Urin
Gambar 7. Koleksi Urin Kambing PE. 2.
Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah latosol yang
sebelumnya dikeringkan dan disaring dengan ukuran saringan 0,5 cm terlebih dahulu untuk mendapatkan partikel tanah yang lebih halus. Banyaknya tanah yang digunakan adalah 10 kg tanah kering udara per polybag (Gambar 8).
Gambar 8. Polybag Berisi 10 Kg Tanah. 3.
Persiapan Tanaman Tanaman yang digunakan yaitu Indigofera sp. berumur sekitar satu bulan
yang diambil dari hasil semaian (Gambar 9). Tanaman Indigofera sp. diambil berdasarkan jumlah tinggi vertikal, jumlah cabang, jumlah tangkai daun, dan jumlah daun tanaman yang cukup seragam.
Gambar 9. Tanaman Legum Indigofera sp. Umur Satu Bulan. 4.
Pengapuran dan Pemupukan Kapur yang diberikan sesuai dengan dosis yaitu 10 ton/ha yang setara 50 g
per polybag untuk penelitian ini. Kapur diberikan sebelum pupuk kandang. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha yang setara 100 g per polybag. Pupuk kandang diberikan satu kali sebelum penanaman sebagai pupuk dasar. Kapur dan pupuk kandang yang diberikan diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Kapur dan Pupuk Kandang. 5.
Penanaman Penanaman dilakukan setelah pengapuran dan pemupukan pupuk kandang.
Masing-masing polybag ditanam dengan satu individu tanaman Indigofera sp. Metode penanaman diperlihatkan pada Gambar 11.
Media tanam
Ambil sebagian tanah dari media tanam
Sobek polybag kecil, masukkan tanaman pada media tanam baru
Ratakan tanah.
permukaan
Gambar 11. Penanaman Tanaman pada Media Tanam Baru. 6.
Pemupukan Melalui Daun (Foliar) Penelitian ini menggunakan urin kambing dan pupuk organik cair komersial ®
NASA . Perlakuan yang diberikan yaitu kontrol (tanpa pemberian pupuk, hanya air) (P1); 50% urin kambing PE, 50% air (P2); 100% urin kambing PE (P3); 0,25% NASA® (P4); 0,50% NASA® (P5); dan 0,75% NASA® (P6). Pemupukan dilakukan dengan cara menyemprotkan secara langsung ke daun tanaman pakan legum Indigofera sp. sebanyak masing-masing 10 ml setiap empat hari satu kali selama satu bulan dalam satu periode. Metode pemupukan melalui daun diperlihatkan pada Gambar 12.
Urin kambing PE
Urin diukur menggunakan gelas ukur sesuai dosis (5 ml dan 10 ml).
POC Urin: P1= 100% air, P2= 50% urin, P3= 100% urin.
Foliar pada tanaman masingmasing 10 ml. Setiap pagi empat hari satu kali selama satu bulan.
Komersial NASA®
NASA® diukur menggunakan spoite sesuai dosis (1 ml, 2 ml, dan 3 ml)/400 ml air.
POC NASA®: P4= 0,25% NASA®, P5= 0,50% NASA®, P6= 0,75% NASA®.
Gambar 12. Foliar pada Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. 7.
Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembersihan gulma, dan pemberantasan
hama tanaman. Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Pembersihan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh. Pembasmian hama dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida CANON® dengan dosis 0,2 ml/L air atau mencuci daun. 8.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pertumbuhan Indigofera sp. diamati dengan cara mengukur dan mencatat
tinggi vertikal, jumlah cabang, jumlah tangkai daun, dan jumlah daun yang dilakukan setiap minggu. Produksi Indigofera sp. yang diukur adalah produksi bahan kering tajuk, bahan kering helai daun, luas area permukaan helai daun, bahan kering akar, rasio daun-batang, rasio tajuk-akar, dan jumlah bintil akar. Selama masa pemeliharaan juga dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum penelitian yang meliputi suhu, kelembaban, keberadaan hama, dan gulma.
9.
Defoliasi Perlakuan defoliasi dilakukan dengan interval defoliasi 60 hari, intensitas
defoliasi 75 cm dari permukaan tanah pada batang utama dan 10 cm dari pangkal percabangan pada cabang tanaman. Tanaman pakan legum Indigofera sp. yang telah mengalami defoliasi kemudian dibiarkan selama dua minggu sampai pucuk daun tumbuh kembali. Tanaman tersebut kemudian diberi perlakuan pemupukan menggunakan pupuk organik cair dengan cara menyemprotkan secara langsung ke daun tanaman pakan legum Indigofera sp. setiap empat hari satu kali selama satu bulan. Metode defoliasi diperlihatkan pada Gambar 13.
Batang utama ditandai 75 cm dari permukaan tanah
Batang utama dipotong menggunakan gunting
Tanaman setelah didefoliasi
Tanaman umur 60 hari
Cabang ditandai 10 cm dari batang utama
Cabang dipotong menggunakan gunting
Gambar 13. Perlakuan Defoliasi pada Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. dengan Interval 60 Hari dan Intensitas Sedang. 10.
Panen Pemanenan dilakukan dengan interval defoliasi 60 hari dan intensitas
defoliasi sedang. Panen dilakukan sebanyak dua kali. 11.
Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada periode 1 dan periode 2. Sampel yang
diambil pada periode 1 yaitu tajuk, sedangkan pada periode 2 yaitu helai daun, pucuk, daun, cabang, batang, akar, dan bintil akar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Gambar 14), sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman, seperti intensitas cahaya matahari, suhu lingkungan, kelembaban, dan angin yang diterima oleh tanaman yang diuji relatif sama.
Gambar 14. Rumah Kaca Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB. Pengamatan yang dilakukan selain pada peubah-peubah yang telah ditentukan juga dilakukan pengamatan secara umum terhadap beberapa faktor, yaitu: Suhu dan Kelembaban Menurut Kartasapoetra (2004) suhu merupakan derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer sedangkan kelembaban merupakan banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Keadaan suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca tempat dilakukannya penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Suhu dan Kelembaban dalam Rumah Kaca selama Penelitian Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Pagi (06.00-07.00)
24
92
Siang (12.00-13.00)
37
87
Waktu
Kondisi ini cukup baik untuk pertumbuhan tanaman dan mikroorganisme tanah. Tanaman memerlukan suhu tertentu untuk tumbuh. Tanaman tidak dapat tumbuh baik bila syarat-syaratnya tidak terpenuhi. Suhu terbaik yang dibutuhkan
tanaman dimana proses pertumbuhannya dapat berjalan dengan baik disebut suhu optimum bagi tanaman (Kartasapoetra, 2004). Kondisi Daun Daun pada tanaman yang diberi perlakuan urin terutama dengan dosis 100% memperlihatkan bintik warna putih yang tersebar pada permukaan daun, menunjukkan gejala terbakarnya daun pada awal perlakuan (Gambar 15). Gejala terbakarnya daun tersebut merupakan peristiwa plasmolisis. Kondisi hipertonis pada sel menyebabkan air keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengkerut dan terlepas dari dinding sel (Yanti dan Widowati, 2009). Daun pada tanaman yang diberi pupuk organik cair komersial NASA® terlihat lebih hijau daripada perlakuan pemberian pupuk organik cair berupa urin kambing dan tanpa perlakuan (kontrol) pada awal perlakuan. Perlakuan pemberian pupuk organik cair memiliki warna daun yang lebih hijau dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol). Hal ini berkaitan dengan peranan nitrogen sebagai komponen klorofil. Bertambahnya unsur N dalam tanaman berasosiasi dengan pembentukan klorofil di daun sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Widayanti, 2008). Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, dan warna hijau daun menjadi pucat (Lingga, 1998).
Gambar 15. Terbakarnya Daun pada Perlakuan Urin Kambing PE 100%.
Pertumbuhan Tanaman Pengganggu Menurut Djafaruddin (2004) gulma merupakan sejenis tumbuhan tingkat tinggi yang tidak diinginkan untuk tumbuh atau hidup pada suatu tempat, suatu waktu atau periode, serta pada suatu keadaan tertentu pula yang bersifat merugikan. Gulma tidak dikehendaki dalam dunia pertanian dikarenakan menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup; menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dari bagian-bagian gulma; mengeluarkan senyawa allelopati yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman; menjadi inang (host) bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman; menggangu tata guna air; dan secara umum meningkatkan biaya usaha tani karena peningkatan kegiatan di ladang. Populasi gulma menurut pengamatan adalah relatif sama. Hal ini dikarenakan perlakuan yang diberikan pada tanah adalah sama, yaitu pengapuran dan pemberian pupuk kandang adalah dengan dosis yang sama. Gulma yang tumbuh pada saat penelitian merupakan gulma jenis paku-pakuan (Gambar 16).
Gambar 16. Gulma. Serangan Hama Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa tanaman yang terserang hama. Hama merupakan salah satu musuh biologis selain gulma yang secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman pakan legum Indigofera sp. bahkan merupakan masalah besar jika telah mengakibatkan turunnya nilai ekonomis produksi tanaman. Jenis hama yang menyerang tanaman pakan legum Indigofera sp. antara lain kutu daun (Aphis cracivora) dan ulat. Hama kutu daun ini paling banyak mengelompok pada bagian pucuk tanaman (Gambar 17). Menurut Suharto (2007) hama ini menyerang bagian tanaman yang muda, selain itu juga berperan sebagai
vektor penyakit virus. Hama kutu daun berukuran kecil antara 1,5-2 mm, ada yang bersayap dan ada juga yang tidak bersayap. Jenis yang bersayap memiliki dua pasang sayap yang tipis dan tembus cahaya, tubuhnya berwarna hitam atau coklat gelap. Jenis yang tidak bersayap disebut nimfa. Kutu daun berkembang biak secara partenogenetik, ovivar, dan vivivar. Nimfa menjadi dewasa setelah tujuh hari. Perkembangnnya sangat cepat, satu ekor serangga dewasa tidak bersayap mampu menghasilkan 50-60 nimfa dan dapat menghasilkan delapan generasi serangga tidak bersayap. Apabila kondisi kurang menguntungkan maka akan membentuk serangga bersayap untuk mencari inang baru. Tanaman yang lebih banyak diserang oleh hama kutu daun adalah tanaman tanpa perlakuan (kontrol) dan perlakuan dengan pupuk organik cair komersial NASA®, sedangkan tanaman yang diberi perlakuan dengan pupuk organik cair berupa urin kambing hanya sedikit. Hal ini dikarenakan di dalam urin mengandung suatu zat yang tidak disukai oleh hama. Serangan hama kudu daun ini menyebabkan daun berguguran. Menurut Suharto (2007) pada populasi tinggi, hama kutu daun menyebabkan tanaman menjadi layu, daun berguguran, dan seringkali tanaman menjadi kerdil. Upaya yang dilakukan selama penelitian untuk mengatasi hama kutu daun ini yaitu dengan memberikan insektisida CANON® dengan dosis 0,2 ml/L air dan mencuci daun tanaman pakan legum Indigofera sp.
Gambar 17. Hama Kutu Daun.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal dan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode yang Berbeda Pemberian POC baik berupa urin kambing PE maupun komersial NASA® memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi vertikal dan pertambahan jumlah cabang tanaman pakan legum Indigofera sp. pada periode 1 dan 2. Pengaruh pemberian POC terhadap pertambahan tinggi vertikal dan pertambahan jumlah cabang tanaman pakan legum Indigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal dan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Perlakuan P1 (100% air)
Pertambahan Tinggi Vertikal (cm) Periode 1 Periode 2 82 ± 10D 33 ± 13
Pertambahan Jumlah Cabang (cabang) Periode 1 Periode 2 3 ± 1C 5 ± 1C
P2 (50% urin)
111 ± 6C
54 ± 16
7 ± 2B
12 ± 5B
P3 (100% urin)
113 ± 12BC
47 ± 14
11 ± 0A
18 ± 1A
P4 (0,25% NASA®)
111 ± 8C
51 ± 13
9 ± 2AB
8 ± 4BC
P5 (0,50% NASA®)
132 ± 12AB
44 ± 12
11 ± 2A
9 ± 3BC
P6 (0,75% NASA®)
133 ± 12A
53 ± 15
11 ± 1A
12 ± 4B
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Periode 1 Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995). Lakitan (1996) menyatakan tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling mudah diukur. Pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan sel, semakin cepat sel membelah dan memanjang (membesar) semakin cepat tanaman tumbuh tinggi. Hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpegaruh sangat nyata (P<0,01) pada pertambahan tinggi vertikal selama pengamatan periode 1 (Gambar 18). Hal ini karena POC mengandung nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan P6 (133 cm)
tidaak menunjuukan pengarruh yang beerbeda denggan perlakuuan P5 (1322 cm) dan perrlakuan P5 (132 cm) jug ga tidak berbbeda dengan perlakuan P P3 (113 cm).. Perlakuan P3 (113 cm) meemberikan pengaruh p yanng sama denngan perlakuuan P2 (111 cm) c dan P4 (111 cm) kecuali dengan P1 P (82 cm). Tinggi verttikal pada periode 1 dibbandingkan den ngan P1 (kontrol) menningkat sebeesar 36% untuk u perlakkuan P2, 38% 3 untuk perrlakuan P3, 36% untuk perlakuan P P4, 61% unttuk perlakuaan P5, dan 63% 6 untuk perrlakuan P6. Peranan niitrogen bagii tanaman merangsang m p pertumbuhan n vegetatif yaittu memperceepat pertamb bahan tinggii tanaman.
Keteerangan: - P1 = Kon ntrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air - P3 = 1000% urin kambiing PE (tanpa aair) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,500 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 18. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Tiinggi Vertikkal Tanaman Pakan Leguum Indigoferra sp. per Minggu pada Peeriode 1. Tanamaan pakan leggum Indigoffera sp. saatt ditanam tinnggi vertikallnya relatif seraagam dengann rataan 49± ±3 cm. Pembberian POC baik berupa urin kambin ng maupun kom mersial NAS SA® pada um mur 1 mingguu belum berrpengaruh paada pertambaahan tinggi tanaaman. Pem mberian PO OC mulai menunjukkaan pengaruhh (P<0,05)) terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 2, 3, dan 4 minggu (Gambar 18), P1 memiliki rataan tinggi yang lebih rendah dibanding dengan perlakuan pemberian POC baik dengan urin kambing PE P2 dan P3 maupun dengan komersial NASA® P4, P5, dan P6. Perlakuan POC dengan urin kambing PE memiliki rataan tinggi vertikal yang lebih rendah daripada dengan pemberian komersial NASA® pada umur tanaman 2 minggu. Perlakuan pemberian POC baik dengan urin kambing maupun komersial NASA® berpengaruh nyata pada umur 3 minggu, hal ini berarti bahwa urin kambing yang merupakan POC alami mulai bisa menyamai komersial NASA® dalam meningkatkan tinggi vertikal tanaman pada minggu ke 3. Pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada minggu ke5, 6, 7, dan 8 minggu. Tanaman yang diberi perlakuan POC pada minggu tersebut memiliki rataan tinggi vertikal yang lebih tinggi daripada rata-rata tinggi vertikal pada tanaman yang tidak diberi perlakuan POC (kontrol), dimana perlakuan dengan pemberian urin kambing dan komersial NASA® memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Perlakuan P3, P5, dan P6 memiliki rataan tinggi vertikal yang tidak berbeda nyata namun lebih tinggi daripada perlakuan P2 dan P4 pada minggu ke 7 dan 8. Perlakuan P3 memiliki rataan tinggi vertikal yang lebih tinggi daripada perlakuan P2 pada perlakuan pemberian urin kambing PE. Perlakuan P4 memiliki rataan tinggi vertikal yang lebih rendah dibandingkan dengan P5 dan P6 pada perlakuan pemberian komersial NASA®. Pemberian POC baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® pada dosis tertentu memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan tinggi vertikal tanaman. Pemberian POC menunjukkan fase pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (Gambar 18). Urutan tinggi vertikal dari yang paling tinggi hingga terendah pada minggu ke-8 adalah P6 (185 cm), P5 (183 cm), P3 (170 cm), P4 (161 cm), P2 (160 cm), dan P1 (130 cm). Menurut Lingga (1998) penyerapan hara pupuk yang diberikan melalui daun lebih cepat dibandingkan diberikan melalui akar. Hal ini dikarenakan daun memiliki mulut daun (stomata) yang membuka dan menutup secara mekanis dan diatur oleh tekanan yang disebut turgor dari sel-sel penutup, jika daun disemprotkan air maka tekanan turgor naik dan secara otomatis pula stomata membuka dan menyerap cairan guna menggantikan cairan yang hilang melalui penguapan. POC yang digunakan dalam penelitian ini
mengandung berbagai jenis hara (bergantung pada pupuknya), maka daun menyerap unsur yang dibutuhkan melalui stomata untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu penyerapan hara melalui daun cukup efektif. Tinggi vertikal tanaman pada akhir periode 1 menurut perlakuan dapat dilihat pada Gambar 19.
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Keterangan: - P1 = Kontrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air - P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gambar 19.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 1.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Periode 2 Pengamatan tinggi vertikal pada periode 2 bertujuan untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan kembali (regrowing) tanaman yang diuji setelah pemotongan pertama. Hal ini penting untuk memastikan apakah perlakuan yang diberikan berdampak baik pada pertumbuhan jangka panjang. Hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap pertambahan tinggi vertikal pada periode 2. Hal ini diduga bahwa pada periode 2 setelah perlakuan defoliasi fotosintat hasil fotosintesis ditranslokasikan untuk pembentukan cabang. Cabang secara umum berasal dari tunas yang muncul dari batang utama pada arah lateral yang terdiri dari kumpulan daun. Hal ini terbukti dari kecenderungan jumlah cabang pada periode 2
lebiih banyak dibanding d paada periode 1. Pengaru uh pemberiann POC terhaadap tinggi verrtikal tanamaan pada periode 2 terlihaat efektif paada minggu kke 6 setelah perlakuan. P1 (33 cm) menghasilkan m n rataan tingggi vertikal yang lebihh rendah dib bandingkan perrlakuan P2 (554 cm), P3 (47 ( cm), P4 (51 cm), P55 (44 cm), dan d P6 (53 cm). c Tinggi verrtikal pada periode p 2 dibbandingkan dengan konntrol (P1) m meningkat seebesar 64% unttuk perlakuaan P2, 41% untuk u perlakkuan P3, 54% % untuk perrlakuan P4, 34% untuk perrlakuan P5, dan d 60% unttuk perlakuaan P6. Hal in ni karena PO OC mengand dung nutrisi yan ng diperlukaan tanaman untuk u tumbuuh dengan baik b sehinggga dapat menningkatkan perrtumbuhan taanaman.
Keteerangan: ntrol (100% air) - P1 = Kon - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 20. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Tiinggi Vertikkal Tanaman Pakan Leguum Indigoferra sp. per Minggu pada Peeriode 2. Pada aw wal periode ke 2 ini tingggi tanaman n seragam yaaitu 75 cm. Pemberian POC baik berrupa urin kambing k maaupun komeersial NASA A® tidak beerpengaruh terh hadap pertam mbahan tingggi tanaman sampai minnggu ke 5. P Pemberian POC P mulai
menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada minggu ke 6-8 (Gambar 20). Pemberian POC tidak memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman, namun tanaman yang diberi perlakuan POC memiliki rataan tinggi vertikal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan POC (kontrol).
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Keterangan: - P1 = Kontrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air - P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gambar 21. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 2. Rataan tinggi vertikal pada periode 1 nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan rataan tinggi vertikal pada periode 2, yaitu berturut-turut 114 cm dan 47 cm. Hal ini sejalan dengan penelitian Darmanti et al. (2002) yang menyatakan bahwa tanaman yang diberi perlakuan defoliasi memacu pembentukan dan pertumbuhan tunas lateral tetapi menghambat pertumbuhan batang utama. Pertumbuhan memanjang batang pada tanaman terhenti karena meristem apikal dihilangkan. Pertumbuhan batang dipengaruhi oleh proses pembelahan dan pembentangan sel dan kedua proses tersebut dipengaruhi oleh hormon auksin yang terdapat pada bagian apikal tanaman.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Cabang pada Periode 1 Jumlah cabang merupakan salah satu bagian yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman pada fase vegetatif dan sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman tersebut untuk menyerap hara (Salisbury dan Rose, 1995). Hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah cabang pada periode 1. Hal ini karena POC mengandung nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan cabang tanaman. Hasil uji lanjut juga menunjukkan bahwa perlakuan P3 (11 cabang) tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan POC komersial NASA® P5 (11 cabang) dan P6 (11 cabang), P2 (7 cabang) tidak berbeda nyata dengan P4 (9 cabang) dalam meningkatkan jumlah cabang tanaman pada periode 1. Perlakuan P1 (3 cabang) memiliki jumlah cabang yang paling sedikit. Jumlah cabang pada periode 1 dibandingkan dengan kontrol (P1) mengalami kenaikan sebesar 100% untuk perlakuan P2, 230% untuk perlakuan P3, 170% untuk perlakuan P4, 220% untuk perlakuan P5, dan 230% untuk perlakuan P6. Tanaman pakan legum Indigofera sp. ditanaman dengan rata-rata jumlah cabang yang seragam yaitu satu cabang. Pemberian POC baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® belum berpengaruh pada pertambahan jumlah cabang tanaman pada minggu ke 1 (Gambar 22). Pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rataan jumlah cabang tanaman pada minggu ke 2 setelah perlakuan. Perlakuan P1, P2, dan P3 memiliki jumlah cabang yang tidak berbeda, namun ketiganya berbeda dengan perlakuan P4, P5, dan P6 yang memiliki jumlah cabang tanaman yang lebih banyak. Pemberian POC berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rataan jumlah cabang tanaman mulai minggu ke 3 setelah perlakuan. Jumlah cabang tanaman pada minggu ke 3-4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, dan P5 memiliki jumlah cabang yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan P6. Perlakuan P1 memiliki jumlah cabang yang paling sedikit pada minggu ke 5. Perlakuan P2, P3, P4 dan P5 memiliki jumlah cabang yang lebih sedikit dan tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan P6. Pemberian POC berupa urin kambing memberikan pengaruh yang lebih lambat dibandingkan dengan komersial NASA®, lamanya pengaruh yang ditimbulkan dengan pemberian POC alami disebabkan tidak semua unsur hara yang terdapat
dalaam POC alaami dapat digunakan seccara langsunng oleh tanam man, diperluukan waktu unttuk pembebaasan zat harranya. Perlaakuan POC berupa urinn kambing mulai bisa men nyamai pem mberian POC C komersial NASA® mu ulai mingguu ke 6-8 (Gaambar 22). Perrlakuan P1 memiliki m jum mlah cabang yang palingg sedikit. Perrlakuan P3, P5, dan P6 tidaak berbeda nyata mem miliki jumlaah cabang yang y lebih banyak dibbandingkan perrlakuan P2 dan P4. Peerlakuan P3 memiliki rataan r jumlaah cabang yang y lebih ban nyak dengan n perlakuan P2 P pada perllakuan pembberian urin kkambing PE.. Perlakuan P4 memiliki rattaan jumlah cabang yangg lebih sedik kit dibandinggkan dengann P5 dan P6 da perlakuann pemberian komersial N NASA®. pad
Keteerangan: ntrol (100% air) - P1 = Kon - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 22. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Ju umlah Cabanng Tanaman Pakan Leguum Indigoferra sp. per Minggu pada Peeriode 1. Pengaruuh dari POC C alami beruupa urin kam mbing membberikan peng garuh yang lebiih lambat daaripada peng garuh yang diberikan olleh POC buatan dengann komersial NA ASA®, namunn demikian pada p akhir pperiode penggaruh pemberrian POC alaami berupa
urin kambing PE dapat menyamai pengaruh pemberian POC komersial berupa NASA® dalam meningkatkan jumlah cabang tanaman (Gambar 22). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Cabang pada Periode 2 Hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah cabang tanaman pada periode 2. Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa pada periode 2 perlakuan POC yang berasal dari urin kambing PE P3 memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POC komersial NASA®. Perlakuan P3 (18 cabang) memiliki rataan pertambahan jumlah cabang tanaman yang paling banyak pada periode 2. Perlakuan P2 (12 cabang) memiliki pengaruh yang sama dengan P4 (8 cabang), P5 (9 cabang), dan P6 (12 cabang) terhadap pertambahan jumlah cabang kecuali dengan P1 (5 cabang). Perlakuan P1 (5 cabang) memiliki jumlah cabang yang paling sedikit. Jumlah cabang pada periode 2 dibandingkan dengan kontrol (P1) mengalami kenaikan sebesar 133% untuk perlakuan P2, 267% untuk perlakuan P3, 60% untuk perlakuan P4, 80% perlakuan P5, dan 140% untuk perlakuan P6. Tanaman telah mengalami defoliasi dengan interval defoliasi 60 hari, intensitas defoliasi 75 cm dari permukaan tanah pada batang utama dan 10 cm dari pangkal percabangan pada periode 2. Setiap cabang yang ada memiliki panjang cabang yang sama yaitu 10 cm pada awal periode 2. Pemberian pupuk organik cair baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® belum berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah cabang tanaman, namun demikian tanaman dengan perlakuan pupuk organik cair baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® memiliki rataan jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan tanaman tanpa perlakuan (kontrol) pada minggu ke 1-5 (Gambar 23). Pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rataan jumlah cabang tanaman pada minggu ke 6 setelah perlakuan. Perlakuan P1, P2, P4, dan P5 memiliki rataan jumlah cabang yang paling sedikit dan tidak berbeda nyata. Perlakuan P3 memiliki rataan jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan dengan P6. Pemberian POC berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rataan jumlah cabang tanaman mulai minggu ke 7 setelah perlakuan. Perlakuan P1, P2, dan P4 memiliki rataan jumlah cabang yang paling
seddikit dan tidaak berbeda nyata. n Perlakkuan P3 meemiliki rataaan jumlah caabang yang lebiih banyak dibandingka d an dengan pperlakuan P55 dan P6. H Hal ini mem munjukkan bah hwa POC alami a buatan berupa uurin kambin ng memilikii kualitas yang y dapat men nggantikan pupuk organnik komersial NASA® dalam d meninngkatkan peertambahan jum mlah cabang tanaman.
Keteerangan: - P1 = Kon ntrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a - P3 = 100 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 23. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Ju umlah Cabanng Tanaman Pakan Leguum Indigoferra sp. per Minggu pada Peeriode 2. Rataan jumlah cabang pada peeriode 1 tiddak berbeda nyata (P>0,05) rataan jum mlah cabang pada periodde 2, yaitu bberturut-turut 9 cabang ddan 11 cabang. Hal ini men nunjukkan bahwa b belum m nampak peerbedaan jum mlah percabaangan antaraa periode 1 dan n periode 2 dengan pem mberian PO OC. Hal ini belum sejaalan dengan penelitian Darrmanti et al.. (2002) yanng menyatakkan bahwa defoliasi d ujunng batang beerpengaruh mem macu pertum mbuhan cabang lateral, dimana kebberadaan tunnas apikal menghambat m perrtumbuhan tu unas lateral.. Sementaraa itu menuruut Lakitan (1996) pada prinsipnya
defoliasi akan merangsang terbentuknya tunas lebih banyak, defoliasi menyebabkan dominasi apikal hilang sehingga pertumbuhan memanjang keatas terhenti. Hal ini dikarenakan sel-sel meristem yang ada di bagian pucuk tanaman dihilangkan, akibatnya tanaman yang dipangkas ujung batangnya cenderung beralih melakukan pertumbuhan menyamping, misalnya pembentukan cabang atau tunas lateral. Pertumbuhan cabang lateral ini dipengaruhi oleh auksin dan sitokinin. Hormon sitokinin mempunyai peran penting pada pembentukan cabang lateral, karena sitokinin yang terdapat pada ujung akar akan ditransport secara akropetal melalui bagian xilem ke bagian atas tanaman (Lakitan, 1996), kemudian sitokinin akan merangsang pembelahan sel pada tanaman dan sel-sel yang membelah tersebut akan berkembang menjadi tunas, cabang dan daun (Tekei et al., 2001). Setelah dilakukan pemangkasan pada ujung batang, suplai auksin dari tunas apikal tidak terjadi lagi, sehingga kadar auksin dalam ruas dibawahnya berkurang. Sebagai akibatnya terjadi ekpresi isopentenil transferase (IPT) pada tanaman. Enzim IPT merupakan enzim yang bertanggungjawab sebagai biokatalisator pada biosintesis sitokinin. Sitokinin yang dihasilkan dari ruas tanaman memasuki tunas lateral dan menyebabkan pertumbuhan tunas lateral (Sato dan Mori, 2001). Peningkatan kadar sitokinin dalam tunas lateral dapat mendorong penyempurnaan hubungan berkas pembuluh antara tunas lateral dan batang tumbuhan sehingga dapat dikatakan bahwa sitokinin menyebabkan terjadinya diferensiasi jaringan pengangkut tunas lateral (Heddy, 1989). Terbentuknya jaringan pengagkut tersebut memungkinkan terjadinya transport nutrien dari batang ke tunas lateral, sehingga tunas lateral dapat tumbuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Darmanti et al. (2002) pada panjang dan diameter cabang lateral. Pertumbuhan memanjang cabang lateral dipengaruhi oleh auksin yang dihasilkan oleh ujung apikal tunas lateral sendiri dan sitokinin yang ditransport dari akar. Menurut Tarigan (2009) semakin banyak jumlah cabang tanaman akan diikuti oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun dan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode yang Berbeda Pemberian POC baik berupa urin kambing PE maupun komersial NASA® memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah tangkai daun dan pertambahan jumlah daun tanaman pakan legum Indigofera sp. pada periode 1 dan 2. Pengaruh pemberian POC terhadap pertambahan jumlah tangkai daun dan pertambahan jumlah daun tanaman pakan legum Indigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun dan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Perlakuan P1 (100% air)
Pertambahan Jumlah Tangkai Daun (tangkai) Periode 1 Periode 2 27 ± 1D 79 ± 4C
Pertambahan Jumlah Daun (helai) Periode 1 Periode 2 417 ± 110C 929 ± 73B
P2 (50% urin)
53 ± 3C
87 ± 4C
619 ± 49B
1041 ± 64B
P3 (100% urin)
79 ± 6 AB
134 ± 12A
850 ± 83A
1162 ± 66A
P4 (0,25% NASA®)
68 ± 7B
86 ± 2C
728 ± 71AB
975 ± 54B
P5 (0,50% NASA®)
68 ± 8B
85 ± 4C
739 ± 42AB
976 ± 59B
P6 (0,75% NASA®)
82 ± 10A
103 ± 8B
887 ± 74A
954 ± 67B
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun pada Periode 1 Menurut Nugroho et. al., (2006) tangkai daun merupakan bagian daun yang berbentuk silindris sebagai perantara antara batang dan helai daun. Bagian ini berhubungan langsung dengan helai daun, yaitu membentuk ibu tulang daun (costa). Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah tangkai daun pada periode 1. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada periode 1 perlakuan P6 dan P3 berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POC lainnya dalam pertambahan jumlah tangkai daun. Pada periode 1, P6 (82 tangkai) berpengaruh sama dengan P3 (79 tangkai) dalam meningkatkan jumlah tangkai daun. Perlakuan P3 (79 tangkai) berpengaruh sama dengan perlakuan P4 (68 tangkai) dan P5 (68 tangkai), sedangkan P2 (53 tangkai) memberikan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan P1 (27 tangkai). Perlakuan P1 (27 tangkai) memiliki jumlah tangkai daun yang
paliing sedikit. Jumlah tanngkai daun pada p periode 1 dibandiingkan denggan kontrol (P11) mengalam mi kenaikan sebesar 93% % untuk perllakuan P2, 189% untukk perlakuan P3, 150% untukk perlakuan P4, 148% uuntuk perlakuuan P5, dan 200% untukk perlakuan P6.
Keteerangan: ntrol (100% air) - P1 = Kon - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 24. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Ju umlah Tanggkai Daun Tanaman T Pakan P Legum m Indigoferra sp. per Minggu M pada Periode 1. Tanamaan pakan leegum Indiggofera sp. ditanaman d d dengan rataaan jumlah tang gkai daun yang y sama (9 9±1 tangkaii). Pemberiaan POC baikk berupa uriin kambing mau upun komerrsial NASA® belum beerpengaruh pada p pertam mbahan jumllah tangkai dau un tanaman pada p minggu u ke 1 (Gam mbar 24). Peemberian PO OC berpengaaruh sangat nyaata (P<0,01)) terhadap pertambahan p n jumlah taangkai daunn mulai minnggu ke 2. Perrlakuan P1 memiliki m jum mlah tangkaai daun yang paling seddikit dan peertambahan tang gkai daun hanya mencaapai umur 4 minggu, settelah itu petuumbuhan tanngkai daun cennderung statiis. Perlakuann P1, P2, dann P3 memilikki rataan jum mlah tangkai daun yang
lebih sedikit dibandingkan perlakuan P4, P5, dan P6 pada minggu ke 2. Perlakuan P1 memiliki rataan jumlah tangkai daun yang paling sedikit pada minggu ke 6-8. Perlakuan P3 dan P6 memiliki rataan jumlah tangkai daun yang paling banyak, sedangkan perlakuan P2 dan P4 tidak berbeda nyata dengan rataan jumlah tangkai daun yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan P5. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Tangkai Daun pada Periode 2 Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah tangkai daun pada periode 2. Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa pada periode 2 perlakuan P3 memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POC lainnya dalam pertambahan jumlah tangkai daun. Perlakuan P3 (134 tangkai) memiliki rataan pertambahan jumlah tangkai daun yang paling banyak. Perlakuan P6 (103 tangkai) nyata memiliki jumlah tangkai daun yang lebih banyak dibandingkan perlakuan P2 (87 tangkai), P4 (86 tangkai), dan P5 (85 tangkai) kecuali perlakuan P1 (79 tangkai). Perlakuan P1 (79 tangkai) memiliki jumlah tangkai daun yang paling sedikit pada periode 2. Jumlah tangkai daun pada periode 2 dibandingkan dengan kontrol mengalami kenaikan sebesar 10% untuk perlakuan P2, 70% untuk perlakuan P3, 9% untuk perlakuan P4, 7% untuk perlakuan P5, dan 30% untuk perlakuan P6. Tanaman telah mengalami defoliasi pada periode 2 ini. Tanaman tidak memiliki tangkai daun pada awal periode 2. Pemberian POC baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® belum berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah tangkai daun tanaman, namun demikian tanaman dengan perlakuan POC baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® memiliki rataan jumlah tangkai daun yang lebih banyak dibandingkan tanaman tanpa perlakuan (kontrol) pada minggu ke 1-7 (Gambar 25). Pemberian POC baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan jumlah tangkai daun tanaman pada minggu ke 8. Perlakuan P1, P2, P4, dan P5 tidak berbeda nyata memiliki jumlah tangkai daun yang paling sedikit. Perlakuan P6 memiliki rataan jumlah tangkai daun yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan P3. Hal ini menunjukkan bahwa POC alami buatan berupa urin kambing memiliki kualitas yang
dap pat menggaantikan puppuk organikk komersiall NASA® dalam menningkatkan perrtambahan juumlah tangkaai daun tanam man.
Keteerangan: ntrol (100% air) - P1 = Kon - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 25. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Ju umlah Tangkai Daun T Tanaman Paakan Legum m Indigoferaa sp. pada Peeriode 2. Rataan jumlah tangkai daun ppada periodde 1 nyata lebih l sedikiit (P<0,05) dibandingkan dengan d rataaan jumlah tanngkai daun pada p periodee 2, yaitu berrturut-turut 63 tangkai dann 96 tangkkai. Hal ini menunjukk kan bahwa m meskipun peercabangan tanaaman tidak berbeda b nyatta antara perriode 1 dan 2 namun jum mlah tangkaii daun pada perriode 2 lebih tinggi dibanndingkan denngan periodee 1.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Daun pada Periode 1 Daun dipandang sebagi produsen fotosintat utama sehingga pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukkan biomasa tanaman. Jumlah daun seringkali berkorelasi positif terhadap pertumbuhan dan produktivitas (Sitompul dan Guritno, 1995). ,Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) pada jumlah helai daun periode 1. Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa pada periode 1 perlakuan P3 (850 helai) dan P6 (887 helai) memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POC lainnya dalam meningkatkan jumlah helai daun. Perlakuan P3 (850 helai) dan P6 (887 helai) memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan P4 (728 helai) dan P5 (739 helai) dalam meningkatkan jumlah helai daun. Perlakuan P4 (728 helai) dan P5 (739 helai) memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan perlakuan P2 (619 helai) kecuali dengan perlakuan P1 (417 helai). Perlakuan P1 (417 helai) memiliki jumlah helai daun yang paling sedikit pada periode 1. Jumlah helai daun pada periode 1 dibandingkan dengan kontrol (P1) mengalami kenaikan sebesar 48% untuk perlakuan P2, 104% untuk perlakuan P3, 74% untuk perlakuan P4, 77% untuk perlakuan P5, dan 113% untuk perlakuan P6. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardjanti (2005) yang menyatakan bahwa jumlah daun menunjukan peningkatan seiring dengan peningkatan konsentrasi pupuk daun. Jumlah daun berdampak pada luas daun sehingga luas daun juga semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi pupuk daun. Hal ini berkaitan dengan peranan nitrogen sebagai komponen klorofil. Bertambahnya unsur N dalam tanaman berasosiasi dengan pembentukan klorofil di daun sehingga meningkatkan proses fotosintesis yang memacu pertumbuhan jumlah daun tanaman (Widayanti, 2008). Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa POC selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan
mem macu pembbelahan dan pemanjangan sel. Unssur hara nitrrogen dan unsur u hara mik kro tersebut berperan seebagai penyuusun klorofil sehingga m meningkatkaan aktivitas foto osintesis
t tersebut
ak kan
menghhasilkan
f fotosintat
yyang
menngakibatkan
perrkembangan pada jaringaan meristemaatis daun seh hingga jumlaah daun berttambah.
Keteerangan: ntrol (100% air) - P1 = Kon - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% aair 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 26. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Ju umlah Daun Tanaman P Pakan Legum m Indigoferaa sp. per Miinggu pada Peeriode 1. Tanamaan pakan leggum Indigofe fera sp. ditannaman denggan rataan juumlah helai dau un yang seraagam yaitu 76 7 helai dauun. Pemberiaan POC baikk berupa uriin kambing mau upun komerrsial NASA® belum berppengaruh pada pertambaahan jumlah helai daun tanaaman pada umur 1-2 minggu m (Gam mbar 26). Peemberian PO OC mulai beerpengaruh sanngat nyata (P<0,01) padda pertambaahan jumlahh helai daunn mulai minnggu ke 3. Perrlakuan P1, P2, P P3, dan P4 tidak berrbeda nyata memiliki rattaan jumlah helai daun yan ng lebih sediikit dibandin ngkan dengaan perlakuann P5 dan P6. Perlakuan P1, P P2, dan P4 memiliki raataan jumlaah helai dauun yang palling sedikit pada mingg gu ke 4-6.
Perlakuan P3 dan P6 tidak berbeda nyata memiliki rataan jumlah helai daun yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan P5. Perlakuan P1 pada minggu ke 7-8 memiliki rataan jumlah helai daun paling sedikit, sedangkan P2, P4, dan P5 tidak berbeda nyata memiliki jumlah helai daun yang lebih sedikit dibandingkan dengan P3 dan P6. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertambahan Jumlah Daun pada Periode 2 Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) pada jumlah helai daun periode 2. Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa pada periode 2, perlakuan P3 memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POC lainnya dalam pertambahan jumlah helai daun. Perlakuan P3 (1163 helai) memiliki rataan pertambahan jumlah helai daun yang paling banyak, sedangkan P6 (954 helai), P5 (739 helai), P4 (728 helai), P2 (1041 helai), dan P1 (929 helai) tidak berbeda nyata memiliki jumlah helai daun yang lebih sedikit pada periode 2. Jumlah helai daun pada periode 2 dibandingkan dengan kontrol (P1) mengalami kenaikan sebesar 12% untuk perlakuan P2, 25% untuk perlakuan P3, 5% untuk perlakuan P4, 5% untuk perlakuan P5, dan 3% untuk perlakuan P6. Tanaman telah mengalami defoliasi pada periode 2. Tanaman tidak memiliki helai daun pada awal periode 2. Pengamatan pertambahan jumlah helai daun setiap minggunya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada periode 2, namun demikian tanaman dengan perlakuan POC baik berupa urin kambing maupun komersial NASA® memiliki jumlah helai daun yang lebih banyak dibandingkan tanaman tanpa perlakuan (kontrol). Perlakuan P1 memiliki rataan jumlah helai daun yang paling sedikit pada minggu terakhir pengamatan. Urutan rataan jumlah helai daun dari yang paling banyak yaitu perlakuan P3, P2, P5, P6, P2, dan P1 (Gambar 27).
Keteerangan: - P1 = Kon ntrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a - P3 = 100 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 27. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC) terhadap Peertambahan Ju umlah Daun Tanaman P Pakan Legum m Indigoferaa sp. per Miinggu pada Peeriode 2. Rataan jumlah hellai daun paada periodee 1 nyata llebih sedikitt (P<0,05) dibandingkan dengan d rataaan jumlah hhelai daun paada periode 2, yaitu berrturut-turut 7077 helai dan 1.006 helai. Hal ini mennunjukkan bahwa b peninngkatan jumllah tangkai dau un pada periiode 2 diikuuti dengan juumlah helai daun yang lebih tinggii juga pada perriode 2 dibanndingkan deengan periodde 1. Hal inni sejalan deengan peneliitian Safitri (20008) yang menyatakan m bahwa jum mlah daun yaang terbentuuk lebih baanyak pada pan nen kedua dibandingkaan panen kkesatu. Sem makin tua umur tanam man maka prooduktivitasnyya semakin tinggi t tetapi kualitas nuttrisi semakinn rendah sam mpai waktu terttentu. Menurrut Sitompul dan Guritnno (1995) peertumbuhan tanaman meenunjukkan perrtambahan mengikuti m beentuk S denggan waktu, yang dikenaal dengan naama model sigm moid. Pertuumbuhan taanaman tanaaman mula--mula (padaa awal perrtumbuhan) men ningkat perllahan, kemuudian cepat ddan akhirnyaa perlahan ssampai konsttan dengan perrtambahan um mur tanaman n.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode yang Berbeda Pemberian POC baik berupa urin kambing PE maupun komersial NASA® memberikan pengaruh terhadap produksi bahan kering tajuk tanaman pakan legum Indigofera sp. pada periode 1 dan 2. Pengaruh pemberian POC terhadap produksi bahan kering tajuk tanaman pakan legum Indigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Perlakuan
Periode 1 (g)
Periode 2 (g)
P1 (100% air)
10,19 ± 2,99
B
37,60 ± 1,43b
P2 (50% urin)
24,99 ± 7,59A
42,32 ± 3,52ab
P3 (100% urin)
28,45 ± 2,62A
46,62 ± 2,47a
P4 (0,25% NASA®)
25,65 ± 7,47A
49,20 ± 4,53a
P5 (0,50% NASA®)
30,18 ± 1,31A
45,85 ± 4,45a
P6 (0,75% NASA®)
32,18 ± 4,28A
43,89 ± 3,00a
Keterangan: Superskrip huruf kapital yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk pada Periode 1 Pengukuran berat kering tajuk merupakan salah satu peubah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lakitan (1996) menyatakan bahwa berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa orrganik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa organik, air, dan karbondioksida. Hasil sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC terhadap berat kering tajuk pada periode 1 berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC yang berasal dari urin kambing P2 (24,99 g) dan P3 (28,45 g) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan POC komersial NASA® P4 (25,65 g), P5 (30,18 g), dan P6 (32,18 g) dengan dosis berbeda kecuali dengan perlakuan P1 (10,19 g). Perlakuan P1 (10,19 g) memiliki produksi bahan kering tajuk yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa POC alami berupa urin kambing memberikan pengaruh yang sama dengan POC komersial berupa NASA® dalam meningkatkan
produksi bahan kering tajuk. Produksi bahan kering tajuk pada periode 1 dibandingkan dengan kontrol (P1) meningkat 145% untuk perlakuan P2, 179% untuk perlakuan P3, 152% untuk perlakuan P4, 196% untuk perlakuan P5, dan 216% untuk perlakuan P6. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen yang semakin meningkat memacu aktifitas fotosintesis dan pertumbuhan vegetatif tanaman. Lingga (1998) mengemukakan peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun sehingga berat kering tanaman meningkat. Produksi biomassa tajuk periode 1 dapat dilihat pada Gambar 28.
Keterangan: - P1 = Kontrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air - P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gambar 28. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Tajuk Segar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Produksi Bahan Kering Tajuk Periode 2 Hasil sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC terhadap berat kering tajuk pada periode 2 berpengaruh nyata (P<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC yang berasal dari urin kambing P2 (42,32 g) dan P3 (46,62 g) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan POC komersial NASA® P4 (49,20 g), P5 (45,85 g), dan P6 (43,89 g) dengan dosis berbeda kecuali dengan perlakuan P1. Perlakuan P1 (37,60 g) memiliki produksi bahan kering tajuk yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa POC alami berupa urin kambing memberikan pengaruh yang
sama dengan POC komersial berupa NASA® dalam meningkatkan produksi bahan kering tajuk. Produksi bahan kering tajuk pada periode 2 dibandingkan dengan kontrol (P1) meningkat 13% untuk perlakuan P2, 24% untuk perlakuan P3, 31% untuk perlakuan P4, 22% untuk perlakuan P5, dan 17% untuk perlakuan P6. Produksi bahan kering tajuk pada periode 2 lebih tinggi dibandingkan pada periode 1. Produksi biomassa tajuk pada periode 2 dapat dilihat pada Gambar 29.
Keterangan: - P1 = Kontrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air - P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gambar 29. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Tajuk Segar Tanaman Pakan Legume Indigofera sp. pada Periode 2. Rataan produksi bahan kering tajuk pada periode 1 nyata lebih sedikit (P<0,05) dibandingkan rataan produksi bahan kering pada periode 2, yaitu berturutturut 25,27 g dan 44,24 g. Hal yang menyebabkan produksi bahan kering pada periode 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2 adalah jumlah tangkai daun dan helai daun yang lebih banyak pada periode 2 dibandingkan dengan periode 1 dan bukan disebabkan karena jumlah percabangannya. Sedangkan menurut Tarigan (2009) semakin banyak jumlah cabang tanaman Indigofera sp. diikuti dengan tingginya produksi bahan kering tanaman Indigofera sp. pada taraf perlakuan intensitas defoliasi, hal ini disebabkan banyaknya cadangan energi pada tanaman sehingga cadangan karbohidrat yang terdapat pada akar dan batang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk produksi daun dan cabang tanaman.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering dan Luas Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pemberian POC baik berupa urin kambing PE maupun komersial NASA® berpengaruh terhadap produksi bahan kering dan luas permukaan helai daun tanaman pakan legum Indigofera sp. Pengaruh pemberian POC terhadap produksi bahan kering dan luas permukaan helai daun tanaman pakan legum Indigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering dan Luas Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp.
P1 (100% air)
Produksi BK Helai Daun (mg) 24,46 ± 5,63C
Luas Permukaan Helai Daun (cm2) 8,04 ± 2,12C
P2 (50% urin)
36,74 ± 4,51B
13,63 ± 0,73B
P3 (100% urin)
58,52 ± 8,00A
18,83 ± 1,19A
P4 (0,25% NASA®)
44,46 ± 5,97B
14,18 ± 0,97B
P5 (0,50% NASA®)
40,24 ± 1,02B
13,84 ± 1,13B
P6 (0,75% NASA®)
43,81 ± 8,96B
14,33 ± 1,62B
Perlakuan
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Helai Daun Helai daun merupkan bagian daun yang berbentuk pipih dorso-ventral, berwarna hijau, berupa daging daun (interfenium), dan urat daun (Nugroho et. al., 2006). Daun sebagai organ utama fotosintesis. Pengamatan daun diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukkan biomassa tanaman. Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap produksi berat kering helai daun. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa P3 (58,52 mg) memiliki produksi bahan kering helai daun yang paling tinggi, sedangkan P2 (36,74 mg), P4 (44,46 mg), P5 (40,24 mg), dan P6 (43,81 mg) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata kecuali dengan perlakuan P1 (24,46 mg). Perlakuan P1 (24,46 mg) memiliki produksi bahan kering helai daun yang paling rendah. Produksi bahan kering helai daun dibandingkan
dengan kontrol (P1)meningkat 50% untuk perlakuan P2, 139% untuk perlakuan P3, 82% untuk perlakuan P4, 65% untuk perlakuan P5, dan 79% untuk perlakuan P6. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kandungan N dalam POC akan meningkatkan produksi bahan kering helai daun. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Luas Permukaan Helai Daun Luas permukaan daun menentukan kapasitas daun untuk melakukan fotosintesis dan laju pertumbuhannya, dan berperan penting dalam menentukan hubungan tanaman, tanah, dan air. Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap luas permukaan helai daun. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa P3 (18,83 cm2) memiliki area permukaan helai daun yang paling luas, sedangkan P2 (13,63 cm2), P4 (14,18 cm2), P5 (13,84 cm2), dan P6 (14,33 cm2) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata kecuali dengan perlakuan P1 (8,04 cm2). Perlakuan P1 (8,04 cm2) memiliki luas permukaan helai daun yang paling rendah. Luas area permukaan helai daun dibandingkan dengan kontrol (P1) meningkat 69% untuk perlakuan P2, 134% untuk perlakuan P3, 76% untuk perlakuan P4, 60% untuk perlakuan P5, dan 78% untuk perlakuan P6. Berat kering dan luas permukaan helai daun meningkat karena pertumbuhan daun cukup baik dan lebih cepat. Tanaman yang mempunyai daun yang lebih luas pada awal pertumbuhan akan lebih cepat tumbuh karena kemampuan menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi dari dari tanaman dengan luas daun yang lebih rendah. Hal ini disebabkan nutrien dari POC yang diberikan melalui daun terutama kandungan N. Tirta (2006) mengatakan bahwa kandungan nitrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, jumlah tunas, jumlah akar, dan panjang akar) lebih baik karena fungsi nitrogen dapat meningkatkan jumlah dan luas daun. Hal ini mengakibatkan meningkatnya fotosintat sehingga meningkatkan pertumbuhan organ-organ vegetatif. Nitrogen yang terdapat di dalam daun akan digunakan untuk membentuk klorofil. Klorofil akan berperan menyerap energi cahaya matahari membentuk gula, pati, dan lemak melalui proses fotosintesis yang akan menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Semakin banyak N yang terserap maka klorofil yang terbentuk akan
sem makin banyaak sehingga proses fotoosintesis sem makin efekttif. Proses fotosintesis f yan ng semakin efektif e dan meningkat m akkan menyebaabkan hasil ffotosintesis (fotosintat) men ningkat sehiingga pertum mbuhan tanaaman dan berrat kering taanaman semaakin tinggi. Kem mampuan daun untukk menghassilkan prod duk fotosinntat ditentuukan oleh prooduktifitas peer satuan luuas daun dann total luas daun (Haryaanti, 2006). Hubungan antaara luas areea permukaaan dan prooduksi bahaan kering heelai daun mempunyai m perrsamaan Y = 3,149x–1,5596 dengan Y adalah prooduksi bahann kering helaai daun dan x adalah luas area a permukaaan helai dauun. Persamaaan regresi liinear tersebu ut memiliki y berarti memiliki huubungan yanng sangat eraat (Gambar 30). 3 korrelasi 0,957 yang
Gam mbar 30. R Regresi Linnear Pengaruuh Pemberiian Pupuk Organik Cair C (POC) terhadap t Hubungan Luuas Area Permukaan P dan Produuksi Bahan Kering K Helaai Daun Tanaaman Pakan Legum Indiigofera sp. Pengaruh Pemb berian Pupu uk Organik k Cair (POC C) terhadap P Produksi Baahan Keringg Akar dan Jumlah Bin ntil Akar Tana aman Pakan n Legum In ndigofera sp.. Pemberrian POC baaik berupa uurin kambin ng PE mauppun komersial NASA® mem mberikan peengaruh terhhadap produuksi bahan kering k akar dan d jumlah bintil akar tanaaman pakann legum Inddigofera sp. Pengaruh pemberian p POC terhadap p produksi bah han kering akar dan juumlah bintill akar tanam man pakan legum Indiigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 9..
Tabel 9. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Akar dan Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Perlakuan
Akar (g)
Jumlah Bintil Akar (unit)
P1 (100% air)
18,87 ± 0,75A
967 ± 100a
P2 (50% urin)
9,90± 2,90B
663 ± 113b
P3 (100% urin)
10,43 ± 2,71B
603 ± 117b
P4 (0,25% NASA®)
18,79 ± 3,83A
579 ± 33b
P5 (0,50% NASA®)
13,81 ± 2,98AB
637 ± 134b
P6 (0,75% NASA®)
11,09 ± 2,70B
659 ± 132b
Keterangan: Superskrip huruf kapital yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Kering Akar Akar berfungsi untuk menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Heddy (1989) menyebutkan bahwa akar memiliki fungsi ganda. Secara fisiologi, akar merupakan organ penyerap yang mengambil air dan garam-garam mineral dari tanah dan menyalurkannya ke batang, akar juga berfungsi sebagai organ penyimpan bahan makanan yang berasal dari daun. Secara mekanik akar menunjang dan memegang batang pada posisi yang memungkinkannya membawa permukaan daun yang luas. Hasil sidik ragam pada Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap produksi berat kering akar. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa P1 (18,87 g) dan P4 (18,79 g) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata memiliki produksi akar yang paling tinggi, sedangkan P2 (9,90 g), P3 (10,43 g), P5 (13,81 g) dan P6 (11,09 g) tidak berbeda nyata memiliki produksi akar yang lebih sedikit. Produksi akar tampak dipengaruhi oleh pupuk daun. Semakin meningkatnya dosis pemupukan nitrogen, berat kering akar semakin menurun. Hal ini diduga karena kondisi nutrisi yang cukup dari daun. Produksi bahan kering akar dibandingkan dengan kontrol (P1) menurun sebesar 47,54% untuk perlakuan P2, 44,70% pada perlakuan P3, 0,43% pada perlakuan P4, 26,84% pada perlakuan P5, dan 41,25% pada perlakuan P6 (Gambar 31.). Hal ini sejalan dengan penelitian Rosman et al., (2004) bahwa pemberian pupuk daun
dengan kandungan N tinggi menghasilkan produksi akar yang rendah. Pertumbuhan akar di dalam tanah tidak berkembang karena unsur hara sudah terpenuhi melalui penyerapan hara dari daun sehingga tidak perlu mengembangkan perakaran yang lebih luas. Menurut Rosman et al., (2004) pada umumnya nitrogen membantu perkembangan perakaran, kecuali dalam konsentrasi yang tinggi nitrogen menghambat perakaran. Hal ini disebabkan karena kandungan karbohidrat yang cukup dan konsentrasi nitrogen yang tinggi sehingga akan memproduksi akar lebih sedikit dan menghasilkan tunas yang kuat.
Keterangan: - P1 = Kontrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air - P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gambar 31. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Bahan Segar Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Jumlah Bintil Akar Bintil akar merupakan tempat penambatan nitrogen bebas yang ada di atmosfer yang dimiliki leguminosa. Pembentukkan bintil akar merupakan bentuk kerjasama simbiosis legum-rhizombium (Ismawati, 2003). Hasil sidik ragam pada Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah bintil akar. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan POC baik dengan urin kambing PE P2 (663 unit) dan P3 (603 unit) maupun dengan komersial NASA® P4 (579 unit), P5 (637 unit), dan P6 (659 unit) tidak berbeda
nyata memiliki jumlah bintil yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan P1 (967 unit). Perlakuan P1 (967 unit) memiliki jumlah bintil akar yang paling banyak. Jumlah bintil akar dibandingkan dengan kontrol (P1) menurun sebesar 31% pada perlakuan P2, 38% pada perlakuan P3, 40% pada perlakuan P4, 34% pada perlakuan P5, dan 32% pada perlakuan P6. Pemupukan melalui daun dengan kadar N yang cukup tinggi pada tanaman Indigofera sp. menyebabkan pembentukkan jumlah bintil akar yang rendah (Gambar 32.). Hal ini disebabkan tanaman telah memperoleh nitrogen yang cukup dari daun sehingga tidak memerlukan terlalu banyak bintil akar sebagai simbiosis legum dengan bakteri rhizombium untuk penyerapan nitrogen.
Keterangan: - P1 = Kontrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambing PE + 50% air - P3 = 100% urin kambing PE (tanpa air) - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gambar 32. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Produksi Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. pada Periode 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Daun-Batang dan Tajuk-Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Pemberian POC baik berupa urin kambing PE maupun komersial NASA® memberikan pengaruh terhadap rasio daun-batang dan rasio tajuk-akar tanaman pakan legum Indigofera sp. Pengaruh pemberian POC terhadap rasio daun-batang dan rasio tajuk-akar tanaman pakan legum Indigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio DaunBatang dan Rasio Tajuk-Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Perlakuan
Rasio Daun dan Batang
Rasio Tajuk dan Akar
P1 (100% air)
1,96 ± 0,26
1,99 ± 0,07C
P2 (50% urin)
1,75 ± 0,20
3,57 ± 0,77AB
P3 (100% urin)
1,91 ± 0,33
4,65 ± 1,05A
P4 (0,25% NASA®)
2,08 ± 0,40
2,68 ± 0,50BC
P5 (0,50% NASA®)
1,60 ± 0,18
3,43 ± 0,82AB
P6 (0,75% NASA®)
1,62 ± 0,14
4,11 ± 0,97A
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Daun dan Batang Rasio daun dan batang dapat dijadikan parameter kualitas hijauan pakan, karena rasio daun dan batang menunjukkan perbandingan antara jumlah daun dan batang yang dihasilkan, dimana kualitas daun umumnya lebih baik daripada batang. Daun mempunyai fungsi antara lain organ utama dalam proses fotosintesis dan alat reproduksi vegetatif tanaman, sedangkan batang mempunyai fungsi antara lain sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan tumbuhan, sebagai penyokong tanaman dan alat reproduksi vegetatif. Semakin tinggi rasio daun dan batang kecenderungan kualitas hijauan pakan ternak semakin baik. Rasio daun-batang yang diukur merupakan rasio daun-batang pada periode 2 setelah defoliasi. Proporsi daun dan batang dapat dilihat pada Gambar 33. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rasio daun dan batang. Menurut Crowder dan Chheda (1982) perlakuan defoliasi akan menurunkan rasio daun dan batang. Perlakuan interval dan intensitas defoliasi menurunkan rasio daun dan batang, semakin meningkat interval dan intensitas defoliasi menyebabkan semakin menurun rasio daun dan batang tanaman Indigofera sp., hal ini berbanding terbalik dengan produksi jumlah cabang Indigofera sp., semakin meningkat interval dan intensitas defoliasi menghasilkan produksi bahan kering dan jumlah cabang tanaman Indigofera sp. semakin tinggi (Tarigan, 2009). Rasio daun dan batang dapat dilihat pada Tabel 10. Walaupun
hassilnya tidak berbeda b nyaata, namun pproduksi dau un dan batang pada perlaakuan POC lebiih tinggi dibbandingkan dengan d kontrrol (Gambarr 34).
a
b
c
Gam mbar 33. P Proporsi Prooduksi Tajuuk Tanaman Pakan Leggum Indigoffera sp. (a. p pucuk; b. daaun; c. batangg lunak)
Keterangan: - P1 = Kon ntrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gaambar 34. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair C (POC) terhadap Raasio Batang daan Daun Tannaman Pakann Legum Inddigofera sp. ppada Periodee 1
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Rasio Tajuk dan Akar Rasio tajuk-akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dengan berat kering akar. Rasio tajuk-akar dipakai sebagai parameter pertumbuhan karena dapat menggambarkan efisiensi akar dalam mendukung pembentukan tajuk tanaman. Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya dengan tajuk. Akar adalah bagian bawah dari tanaman yang mempunyai fungsi berbeda dengan bagian atas dari tanaman. Tajuk berfungsi untuk menyediakan karbohidrat melalui proses fotosintesis, sedangkan fungsi akar adalah menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam mtabolisme tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil sidik ragam pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC terhadap rasio tajuk-akar berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa P3 (4,65) dan P6 (4,11) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (3,57) dan P5 (3,43) memiliki rasio tajuk akar yang tinggi, P2 (3,57) dan P5 (3,43) tidak berbeda dengan P4 (2,68), dan P4 (2,68) tidak berbeda dengan P1 (1,99) memiliki yang lebih rendah. Rasio tajuk dan akar dibandingkan dengan kontrol mengalami peningkatan sebesar 79% pada perlakuan P2, 133% pada perlakuan P3, 35% pada perlakuan P4, 72% pada perlakuan P5, dan 106% pada perlakuan P6. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kadar N dalam pupuk, maka rasio tajuk dan akar semakin tinggi. Rasio tajuk dan akar dapat dilihat pada Gambar 35. Konsep yang digunakan untuk melihat hubungan tajuk dan akar ini adalah konsep keseimbangan fungsional yang diajukan oleh De Willingen dan Van Noordwijk pada tahun 1987. Konsep ini menekankan kepada fungsi yaitu kemampuan akar menyerap unsur hara dan air untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman yang optimum (Sitompul dan Guritno, 1995). Kandungan unsur hara merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan akar. Pemberian unsur hara atau pemupukan pada penelitian ini dilakukan melalui daun, sehingga tanaman memperoleh unsur hara tidak melalui akar. Penyerapan hara pupuk yang diberikan melalui daun lebih cepat dibandingkan diberikan melalui akar. Tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak atau lelah, sehingga pemupukan melalui daun dipandang lebih berhasil guna. Hal ini dikarenakan daun memiliki mulut daun (stomata). Pupuk yang sifatnya cepat menguap seperti pupuk nitrogen sangat menguntungkan jika
diberikan melaalui daun (Liingga, 1998)). Oleh kareena itu produuksi bahan kering k akar ndah sehinggga rasio tajuk t akar yang diberri perlakuaan POC lebih tinggi ren dibandingkan dengan d kontrrol. Tanamaan yang mem mpunyai rasiio tajuk dann akar yang ting ggi dengann produksi biomassa total yang g besar seecara tidak langsung men nunjukkan bahwa b akar yang y relatif sedikit cukuup untuk meendukung peertumbuhan tanaaman yang relatif besaar dalam peenyediaan aiir dan unsuur hara (Sito ompul dan Gurritno, 1995)). Hal ini disebabkan koondisi nutrissi yang cukuup dari daunn sehingga tidaak perlu menngembangkaan perakarann yang lebih luas. l
Keteerangan: - P1 = Kon ntrol (100% air) - P2 = 50 % urin kambinng PE + 50% air a 0% urin kambiing PE (tanpa aair) - P3 = 100 - P4 = 0,25 % NASA® + 99,75% air - P5 = 0,50 % NASA® + 99,50% air - P6 = 0,75 % NASA® + 99,25% air
Gam mbar 35. Peengaruh Pem mberian Pupuuk Organik Cair (POC)) terhadap Rasio R Tajuk daan Akar Tannaman Pakann Legum Inddigofera sp. ppada Periodee 1.
PENUTUP KESIMPULAN Aplikasi POC baik dari sumber urin kambing PE maupun POC komersial NASA® memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman pakan legum Indigofera sp. Pemberian urin kambing PE pada level 100% menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang sama bahkan lebih baik dibandingkan dengan pemberian POC komersial NASA®. SARAN Perlu dilakuan penelitian lanjutan untuk mengetahui kualitas tanaman pakan legum Indigofera sp. dari segi kimiawi dan biologisnya selain dari segi agronomi menggunakan POC. Penelitian lanjutan juga diperlukan untuk mengetahui dosis optimal penggunaan urin kambing PE sebagai POC sehingga tidak mengakibatkan kerusakan daun (gejala daun terbakar).
UCAPAN TERIMA KASIH Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillah puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Apliksi Urin Kambing Peranakan Etawa dan NASA® sebagai Pupuk Organik Cair untuk Pemacu Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakan Legum Indigofera sp.”. Penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing utama dan kepada Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc. selaku dosen pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan dan dukungan terhadap saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini, kepada Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K., M.Si. selaku dosen penguji seminar, kepada Ir. M. Agus Setiana, MS. dan kepada Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini, kepada Ir. Widya Hermana, MS. selaku dosen panitia seminar dan kepada Ir. Lilis Kotijah, MS. selaku dosen panitia sidang yang telah membantu dalam pelaksanaan seminar dan sidang Penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda, ayahanda, kakakku Desiana, adikku Dhea, dan keluarga besar tercinta atas segala curahan kasih sayang, yang telah banyak memberikan pengorbanan, perhatian, semangat, dan doa. Ucapan terima kasih juga Penulis berikan kepada teman-teman terdekat Mba Suharlina, Rizkinia, Annisa, Novia, Eka, Pitriyatin, Chandra, Bayang, Heru, teman-teman INTP 43, teman-teman Kopma IPB, teman-teman 26 yang selalu memberikan bantuan, semangat dan motivasi, khususnya kepada Andrea Shandy Prabowo yang selalu menemani, membantu, memotivasi dan memberikan perhatian selama ini, serta semua pihak yang telah membantu selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan guna memperbaiki skripsi ini. Wasalamu’alaikum wr. wb. Bogor, Mei 2010 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta. Crowder, L. V. & H. R. Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman, London and New York. Darmanti, S., N. Setiari, & T. D. Romawati. 2002. Perlakuan defoliasi untuk pembentukan dan pertumbuhan cabang lateral jarak pagar (Jathropha curcas). Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro, Purwakerto. Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Duke, J. A., 1981, Handbook of Legumes of World Economic Importance. Plenum Press, New York and London. Dukes, H. H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing Associates, New York. Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, & H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. Hardjanti, S. 2005. Pertumbuhan stek adenium melalui penganginan, asal bahan setek, penggunaan pupuk daun dan komposisi media. Agrosains 7(2): 108-114 Haryanti, S. 2006. Respon pertumbuhan jumlah dan luas daun nilam (Pogostemon cablin Benth) pada tingkat naungan yang berbeda. Labarotorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan.Universitas Diponegoro: 20-26. Hassen, A., N. F. G. Rethman & Z. Apostolides. 2006. Morphological and agronomic characterisation of Indigofera species using multivariate analysis. Tropical Grasslands (2006) Volume 40, 45–59. Hassen, A., N. F. G. Rethman, W. A. Van Niekerk & T. J. Tjelele. 2007. Influence of season/year and species on chemical composition and in vitro digestibilityof five Indigofera accession. J Animal Feed Science and Technology. 136: 312– 22. Hassen, A., N. F. G. Rethman, W. A. Z. Apostolides, & Van Niekerk. 2008. Forage production and potential nutritive value of 24 shrubby Indigofera accessions under field conditions in South Africa. Tropical Grasslands. 42:96–103 Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Penerbit C.V. Rajawali, Jakarta Hopkins, J. A. 1995. Farm Records. Fourth edition. The Lowa State College Press, New York. Ismawati, E. M. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya, Jakarta. Jacob, K. D. 1953. Fertilizer Technology and Resources in United States. Academic Press Inc, New York.
Kartasapoetra, A. G. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Edisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Kavanova, M. & V. Gloser. 2004. The use of internal nitrogen stores in the Rhizomatous Grass Calamagrostis epigejos during regrouth after defoliation. Annals of Botany 2005 93(3): 457-463. http://aob.oxfordjournals.org/cgi/content/full/95/3/457. [10 Februari 2010] Kismono, I. 1985. Pengaruh tingkat defoliasi terhadap produksi dan koefisien cerna hijauan hasil pertanaman campuran antara setaria gajah dengan tiga jenis kacang-kacangan. Media Peternakan 10 (3): 21-38. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya, Jakarta. Lingga, P. & Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Ludlow, M. M., D. A. Charles & D. A. Edwards. 1980. Analysis of the regrowth of a tropical grass/legume-sward subjected to different frequencies and intensities of defoliation. Australian J. Agric. Res., 31: 673-692. Madjid,
A. 2009. Penelitian dan pengembangan tanah dan agroklimat. http://www.scribd.com/doc/19333723/DEFINISI-TANAH. [01 Februari 2010]
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press, London. Marsono & P. Sigit. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. Norris, R. F. & D. Ayres. 1991. Cutting interval and irrigation timing in alfalfa. Yellow Foxtail Invasion and Economic Analysis. Agron J 83: 552-558 (1991). http://agron.scijournals.org/cgi/content/abstract/83/3/522. [10 Februari 2010] Nugroho, L. Hartanto, Purnomo, & I. Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penerbit Swadaya. Jakarta. Nwachukwu, C. U. & F. N. Mbagwu. 2007. 154Leaf Anatomy of Eight Species of Indigofera L. Agricultural Journal 2 (1): 149-154, 2007. Parker, R. 2004. Plant Science Reviced. Thomson Learning Inc. New York. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1983. Kunci Taksonomi Tanah. Badan Penelitian Tanah dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Rao, N. B. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Rosman, R., S. Soemono, & Suhendra. 2004. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan panili di pembibitan. Buletin TRO XV No. 2.
Safitri, R. 2008. Pemberian mikroorganisme dan asam humik pada tanah latosol dan tailing untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi Centrosema pubescen Benth. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salisbury, F. B., & C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Penerbit ITB Bandung, Bandung. Sato, S. S & H. Mori. 2001. Control Outgrowth and Dormancy In Axilary Bud. http://www.plantphysiol.org. [01 Februari 2010] Sauer, T. J., T. C. Daniel., P. A. More., K. P. Coffey., D. J. Nicholas & C. P. West. 1999. Poultry litter and grazing animal waste effects an runoff water quality. J. Environmental Quality. 28: 860-865. Schnitzer, M. & S. U. Khan. 1978. Soil Organic Matter. Elsevier Scientific Publishing Company, New York. (http://books.google.com/books?printsec=frontcover&vid=ISBN0444416102 #v=onepage&q&f=false) [ 09 Meret 2010] Schrire, B. D., 2005. Tribe Indigofereae. In : Marquiafa´vela, F. S., M. D. Seabra Ferreirab, S. P. Teixeiraa,. Novel reports of glands in neotropical species of Indigofera L. (Leguminosae, Papilionoideae). J Flora. 204:189–197. Setiadi, E. 2007. Efektivitas pupuk daun Growmore 6-10-40 terhadap pertumbuhan, produksi, dan kadar hara tanaman jagung (Zea mays, L) pada tanah latosol Darmaga. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simanungkalit, R. D. M., D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, & W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Sitompul, S. M. & B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Skerman, P. J. 1982. Tropical Forage Legume. Food and Agricultural Organization, Rome. Sosrosoedirdjo, R. S., B. Rivai & S. S. Iskandar. 1981. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. P.T. Gramedia.Jakarta. Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Syarifuddin, H. 2004. Kajian tingkat defoliasi terhadap kualitas tanaman campuran alang-alang (Imperata cylindrica (l) beauv) dan Stilo townsville (Stilosanthes humilis H.B.K). Makalah Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi: Usaha peternakan yang lebih bermanfaat. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Tarigan, A. 2009. Produktivitas dan pemanfaatan Indigofera sp. sebagai pakan ternak kambing pada interval dan intensitas pemotongan yang berbeda. Tesis. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tekei, K., H. Sakakibara & T. Sugiyama. 2001. Identification of genes encoding adenylate isopentenyltrasferase, a cytokinin biosynthesis enzyme in Arabidopsis thaliana. http: //wwwjbc.org./ogi/content/abstract/ M102130200vl. [10 Februari 2010] Tirta, I G.. 2006. Pengaruh beberapa jenis media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich.). In: Biodiversitas Vo 7 No 1: 81-84 (http://www.unsjournals.com/D/D0701/D070120.pdf) [10 Februari 2010] Tisdale, S. L., W. Nelson & J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. 4th Ed. Mcmillan Publishing Company, New York. Tjelele, T. J. 2006. Dry matter production, intake, and nutritive value of certain Indigofera species. Dissertation. University of Petoria, Petoria. Volesky, J. D. & B. E. Anderson. 2007. Defoliation effect on production and nutritive value of four irrigated cool-season parrenial grasses. Agron J 99: 494-500 (2007). http://agron.scijournals.org/cgi/content/abstract/99/2/494. [01 Maret 2010] Widayanti, A. 2008. Efek pemotongan dan pemupukan terhadap produksi dan kualitas Borreria alata (Aubl.) sebagai hijauan makanan ternak kualitas tinggi. Skripsi. Fakultas Peretnakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Whiteman, P. C., L. R. Humphreys, & N. H. Monteith. 1974. A Course Manual in Tropical Pasture Science. Watson Ferguson and Co. Ltd, Brisbane. Yanti,
D. & D. Widowati. 2009. Difusi, osmosis, dan plasmolisis. http://uwiesunshine.blogspot.com/2010/02/difusiosmosis-plasmolisis.html [4 Maret 2009]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Penggunaan Kapur dan Pupuk Kandang Berat Tanah 1 Ha = kedalaman lapis tanah olah x 1 ha x berat jenis tanah = 20 cm x 100.000.000 cm2 x 1 g/cm3 = 2.000.000.000 g = 2.000.000 kg Berat Kapur Dolomit (g/polybag) Jumlah kapur dolomite yang dibutuhkan oleh tanah dengan pH 4,30 adalah sebanyak 9,28 ton/ha (Marsono dan Sigit, 2001). Kapur yang diberikan sebanyak 10 ton/ha, maka untuk setiap polybag (10 kg) dibutuhkan kapur sebanyak: =
10 kg
x 10.000.000 g/ha
2.000.000 kg = 50 g/polybag Berat Pupuk Kandang (g/polybag) Dosis penggunaan pupuk kandang di Indonesia sekitar 10-20 ton/ha (Ismawati, 2003). Pupuk kandang yang diberikan sebanyak 20 ton/ha, maka untuk setiap polybag (10 kg) dibutuhkan kapur sebanyak: =
10 kg
x 20.000.000 g/ha
2.000.000 kg = 100 g/polybag
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu awal SK Perlakuan Error Total
db
JK 28,94 93,33 122,28
5 12 17
KT 5,79 7,78 7,19
Fhit 0,74
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 3. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db
JK 28,67 91,33 120,00
5 12 17
KT 5,73 7,61 7,06
Fhit 0,75
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 4. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua SK Perlakuan Error Total
db
JK 901,11 509,33 1410,44
5 12 17
KT 180,22 42,44 82,97
Fhit 4,25
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 5. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua Subset
Perlakuan
n
1
3
68,3333
2
3
72,6667
72,6667
3
3
73,6667
73,6667
4
3
77,0000
77,0000
6
3
5
3
Sig.
1
2
3
83,6667
83,6667 89,3333
,156
,079
,308
Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 938,50 670,00 1608,50
KT 187,70 55,83 94,62
Fhit 3,36
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 7. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga Subset
Perlakuan
n
1
3
83,3333
3
3
92,3333
92,3333
4
3
92,6667
92,6667
2
3
96,6667
96,6667
6
3
1,0333E2
5
3
1,0467E2
1
Sig.
2
,065
,090
Lampiran 8. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1591,11 765,33 2356,44
KT 318,22 63,78 138,61
Fhit 4,99
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 9. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat
Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
1,1267E2
4
3
1,1367E2
5
3
1,2000E2
3
3
1,2067E2
6
3
1,2467E2
1
2 95,6667
Sig.
1,000
,119
Lampiran 10. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 2663,33 1102,67 3766,00
KT 532,67 91,89 221,53
Fhit 5,80
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 11. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima Subset
Perlakuan
n
1
3
4
3
1,2400E2
3
3
1,2467E2
2
3
1,2667E2
5
3
1,3733E2
6
3
1,3933E2
Sig.
1
2 1,0200E2
1,000
,099
Lampiran 12. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 3413,11 1324,67 4737,78
KT 682,62 110,39 278,69
Fhit 6,18
F0.01 5,06
F0.05 3,11
Lampiran 13. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam Subset
Perlakuan
n
1
3
4
3
1,3533E2
2
3
1,3733E2
5
3
1,4833E2
3
3
1,4900E2
6
3
1,5200E2
1
2
1,1133E2
Sig.
1,000
,101
Lampiran 14. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh SK Perlakuan Error Total
db
JK 5523,33 1008,67 6532,00
5 12 17
KT 1104,67 84,06 384,24
Fhit 13,14
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 15. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh Perlakuan
n
Subset
1
2
3
1
3
4
3
1,4433E2
2
3
1,4867E2
3
3
1,6000E2
5
3
1,6633E2
6
3
1,7067E2
1,1800E2
Sig.
1,000
1,6000E2
,069
,200
Lampiran 16. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan SK Perlakuan Error Total
db
JK 5996,28 1570,00 7566,28
5 12 17
KT 1199,26 130,83 445,08
Fhit 9,17
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 17. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
1,6000E2
4
3
1,6067E2
3
3
1,7000E2
5
3
1,8333E2
6
3
1,8500E2
1
2
3
1,3000E2
Sig.
1,000
,259
1,7000E2
,100
Lampiran 18. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 SK
db
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
Perlakuan Error Total
5 12 17
5109,78 1318,00 6427,78
1021,96 109,83 378,10
9,30
3,11
5,06
Lampiran 19. Uji Lanjut Duncan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Perlakuan
n
1 2
3 3 3 3
4 3 5 6 Sig.
Subset 1 82,3333
2
3
1,1133E2 1,1133E2 1,1333E2
3 3
4
1,1333E2 1,3167E2
1,000
,828
,053
1,3167E2 1,3333E2 ,849
Lampiran 20. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 150,67 355,33 506,00
KT 30,13 29,61 29,76
Fhit 1,02
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 21. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 339,17 561,33 900,50
KT 67,83 46,78 52,97
Fhit 1,45
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 22. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 452,94 907,33 1360,28
KT 90,59 75,61 80,02
Fhit 1,20
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 23. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 205,78 1200,00 1405,78
KT 41,16 100,00 82,69
Fhit 0,41
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 24. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 218,67 1475,33 1694,00
KT 43,73 122,94 99,65
Fhit 0,36
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 25. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 345,83 1520,67 1866,50
KT 69,17 126,72 109,79
Fhit 0,55
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 26. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 568,94 1816,67 2385,61
KT 113,79 151,39 140,33
Fhit 0,75
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 27. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1010,28 1911,33 2921,61
KT 202,06 159,28 171,86
Fhit 1,27
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 28. Analisis Ragam Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 865,61 2217,33 3082,94
KT 173,12 184,78 181,35
Fhit 0,94
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 29. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu awal SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 0,00 0,00 0,00
KT 0,00 0,00 0,00
Fhit 0,00
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 30. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 0,00 0,00 0,00
KT 0,00 0,00 0,00
Fhit 0,00
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 31. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 27,61 13,33 40,94
KT 5,52 1,11 2,41
Fhit 4,97
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 32. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua
Subset
Perlakuan
n
2
3
1,6667
3
3
1,6667
1
3
2,0000
6
3
3,3333
5
3
4,3333
4
3
4,6667
1
Sig.
2
3,3333
,097
,166
Lampiran 33. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 23,61 10,67 34,28
KT 4,72 0,89 2,02
Fhit 5,31
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 34. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga Subset
Perlakuan
n
1
3
3,3333
2
3
4,0000
3
3
4,3333
5
3
4,3333
4
3
4,6667
6
3
Sig.
1
2
7,0000 ,140
1,000
Lampiran 35. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 54,44 13,33 67,78
KT 10,89 1,11 3,99
Fhit 9,80
F0.01 5,06
F0.05 3,11
Lampiran 36. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat Subset
Perlakuan
n
1
3
3,3333
2
3
4,0000
3
3
4,3333
5
3
4,3333
4
3
4,6667
6
3
1
2
8,6667
Sig.
,182
1,000
Lampiran 37. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 82,94 36,00 118,94
KT 16,59 3,00 7,00
Fhit 5,53
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 38. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima
Subset
Perlakuan
n
1
3
3,3333
2
3
4,0000
4,0000
4
3
6,0000
6,0000
3
3
6,3333
6,3333
5
3
6
3
1
2
3
6,6667 9,6667
Sig.
,061
,091
1,000
Lampiran 39. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 148,94 18,67 167,61
KT 29,79 1,56 9,86
Fhit 19,15
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 40. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam Subset
Perlakuan
n
1
3
3,3333
2
3
5,3333
4
3
5
3
6
3
11,0000
3
3
11,3333
Sig.
1
2
3
4
5,3333 7,0000
7,0000 8,3333
,073
,128
,215
,749
Lampiran 41. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh
SK Perlakuan Error Total
db
JK 184,94 27,33 212,28
5 12 17
KT 36,99 2,28 12,49
Fhit 16,24
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 42. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
7,3333
4
3
9,6667
5
3
11,6667
3
3
12,0000
6
3
12,3333
1
2
3
3,3333
Sig.
1,000
,083
9,6667
,067
Lampiran 43. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan SK Perlakuan Error Total
db
JK 158,28 24,00 182,28
5 12 17
KT 31,66 2,00 10,72
Fhit 15,83
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 44. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan Perlakuan
n
Subset
1
2
3
1
3
4,0000
2
3
7,6667
4
3
10,0000
5
3
11,6667
3
3
12,0000
6
3
12,3333
Sig.
1,000
10,0000
,066
,085
Lampiran 45. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 SK Perlakuan Error Total
db
JK 5 12 17
142,28 26,00 168,28
KT
Fhit
28,46 2,17 9,90
F0.05
13,13
F0.01
3,11
5,06
Lampiran 46. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Perlakuan
n
1
3 3
2 4 5 3 6 Sig.
Subset 1
2
3
3,3333 6,6667
3
9,0000
9,0000
3 3
10,6667 11,0000
3
11,0000 ,148
1,000
,076
Lampiran 47. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 39,78 52,67 92,44
KT 7,96 4,39 5,44
Fhit 1,81
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 48. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 65,33 94,67 160,00
KT 13,07 7,89 9,41
Fhit 1,66
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 49. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 49,83 86,67 136,50
KT 9,97 7,22 8,03
Fhit 1,38
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 50. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 36,28 73,33 109,61
KT 7,26 6,11 6,45
Fhit 1,19
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 51. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 60,00 50,00 110,00
KT 12,00 4,17 6,47
Fhit 2,88
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 52. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam
SK Perlakuan Error Total
db
JK 51,33 26,67 78,00
5 12 17
KT 10,27 2,22 4,59
Fhit 4,62
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 53. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam Subset
Perlakuan
n
5
3
12,6667
4
3
13,0000
1
3
13,6667
13,6667
2
3
15,3333
15,3333
15,3333
6
3
16,0000
16,0000
3
3
1
2
3
17,3333
Sig.
,064
,092
,143
Lampiran 54. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 237,83 74,67 312,50
KT 47,57 6,22 18,38
Fhit 7,64
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 55. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh
Subset
Perlakuan
n
1
3
14,0000
4
3
15,0000
2
3
16,3333
16,3333
5
3
16,6667
16,6667
6
3
3
3
1
2
3
20,3333
20,3333 24,6667
Sig.
,248
,086
,055
Lampiran 56. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan SK Perlakuan Error Total
db
JK 669,17 209,33 878,50
5 12 17
KT 133,83 17,44 51,68
Fhit 7,67
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 57. Uji Lanjut Duncan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan Subset
Perlakuan
n
1
3
15,6667
2
3
17,6667
17,6667
4
3
17,6667
17,6667
5
3
24,0000
6
3
24,3333
3
3
Sig.
1
2
3
33,6667 ,587
,094
1,000
Lampiran 58. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2
SK Perlakuan Error Total
db
JK 310,67 143,33 454,00
5 12 17
KT 62,13 11,94 26,71
Fhit 5,20
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 59. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Perlakuan
n
1 4 5 2 6 3 Sig.
3 3 3 3 3 3
Subset 2
1 5,0000 8,0000 9,0000
3
8,0000 9,0000 11,6667 12,0000
,202
,213
18,3333 1,000
Lampiran 60. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu awal SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 8,67 9,33 18,00
KT 1,73 0,78 1,06
Fhit 2,23
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 61. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 14,00 18,00 32,00
KT 2,80 1,50 1,88
Fhit 1,87
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 62. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 227,61 77,33 304,94
KT 45,52 6,44 17,94
Fhit 7,06
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 63. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua Subset
Perlakuan
n
1
3
17,3333
2
3
17,6667
3
3
21,3333
6
3
24,3333
5
3
25,6667
4
3
26,0000
1
Sig.
2
21,3333
,090
,058
Lampiran 64. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 208,94 96,67 305,61
KT 41,79 8,06 17,98
Fhit 5,19
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 65. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga
Subset
Perlakuan
n
1
3
21,6667
2
3
25,0000
3
3
28,6667
28,6667
4
3
29,3333
29,3333
6
3
29,6667
29,6667
5
3
1
2
3
25,0000
32,0000
Sig.
,176
,086
,207
Lampiran 66. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 232,44 610,67 843,11
KT 46,49 50,89 49,59
Fhit 0,91
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 67. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 925,78 184,00 1109,78
KT 185,16 15,33 65,28
Fhit 12,08
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 68. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima
Subset
Perlakuan
n
1
3
30,3333
2
3
35,6667
4
3
40,3333
40,3333
5
3
42,6667
42,6667
3
3
6
3
1
2
3
4
35,6667
44,3333 53,3333
Sig.
,121
,058
,257
1,000
Lampiran 69. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1921,11 206,00 2127,11
KT 384,22 17,17 125,12
Fhit 22,38
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 70. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
41,6667
4
3
45,3333
5
3
3
3
6
3
Sig.
1
2
3
4
5
31,3333 45,3333 51,3333
51,3333 56,3333
56,3333 63,3333
1,000
,300
,101
,165
,061
Lampiran 71. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 4294,67 365,33 4660,00
KT 858,93 30,44 274,12
Fhit 28,21
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 72. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh Subset
Perlakuan
n
1
3
4
3
55,6667
2
3
56,3333
5
3
66,6667
3
3
73,6667
6
3
1
2
3
4
32,0000
73,6667 79,6667
Sig.
1,000
,885
,146
,208
Lampiran 73. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 6668,00 730,00 7398,00
KT 1333,60 60,83 435,18
Fhit 21,92
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 74. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan Perlakuan
n
Subset
1
2
3
1
3
2
3
64,0000
4
3
73,0000
5
3
77,3333
3
3
6
3
4
34,3333
77,3333 88,0000
88,0000 93,3333
Sig.
1,000
,069
,120
,419
Lampiran 75. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 6137,83 488,67 6626,50
KT 1227,57 40,72 389,79
Fhit 30,14
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 76. Uji lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Perlakuan
n
1 2 5 4 3 6 Sig.
3 3 3 3 3 3
Subset 1 27,3333
2
3
4
52,6667 67,6667 68,3333 79,0000 1,000
1,000
,060
79,0000 82,0000 ,575
Lampiran 77. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 383,61 1940,00 2323,61
KT 76,72 161,67 136,68
Fhit 0,47
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 78. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua
SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 661,61 4057,33 4718,94
KT 132,32 338,11 277,58
Fhit 0,39
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 79. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 787,11 4652,00 5439,11
KT 157,42 387,67 319,95
Fhit 0,41
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 80. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1105,83 4626,67 5732,50
KT 221,17 385,56 337,21
Fhit 0,57
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 81. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 981,78 5228,67 6210,44
KT 196,36 435,72 365,32
Fhit 0,45
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 82. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1654,50 3246,00 4900,50
KT 330,90 270,50 288,26
Fhit 1,22
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 83. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh SK
db
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
Perlakuan Error Total
5 12 17
2685,11 3570,67 6255,78
537,02 297,56 367,99
1,80
3,11
5,06
Lampiran 84. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 11477,78 2826,67 14304,44
KT 2295,56 235,56 841,44
Fhit 9,75
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 85. Uji Lanjut Duncan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan Subset
Perlakuan
n
1
3
1,0767E2
2
3
1,1267E2
4
3
1,1400E2
5
3
1,2767E2
6
3
3
3
1
2
3
1,2767E2 1,4667E2 1,8000E2
Sig.
,164
,155
1,000
Lampiran 86. Analisis Ragam Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 6255,78 510,67 6766,44
KT 1251,16 42,56 398,03
Fhit 29,40
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 87. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2
Perlakuan
n
1 5 4 2 6 3 Sig.
3 3 3 3 3 3
1 79,0000 84,6667 86,3333 86,6667
Subset 2
3
1,0267E2 ,207
1,000
1,3400E2 1,000
Lampiran 88. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu awal SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1007,33 1576,67 2584,00
KT 201,47 131,39 152,00
Fhit 1,53
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 89. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 1912,00 2728,00 4640,00
KT 382,40 227,33 272,94
Fhit 1,68
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 90. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedua SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 6429,11 6288,67 12717,78
KT 1285,82 524,06 748,10
Fhit 2,45
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 91. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 19649,78 9096,00 28745,78
KT 3929,96 758,00 1690,93
Fhit 5,18
F0.01 5,06
F0.05 3,11
Lampiran 92. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketiga Subset
Perlakuan
n
2
3
2,3433E2
1
3
2,4333E2
4
3
2,5867E2
3
3
2,6267E2
5
3
3,1333E2
6
3
3,2033E2
1
Sig.
2
,265
,761
Lampiran 93. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 24223,11 23848,67 48071,78
KT 4844,62 1987,39 2827,75
Fhit 2,44
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 94. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 41087,78 15924,67 57012,44
KT 8217,56 1327,06 3353,67
Fhit 6,19
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 95. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kelima Subset
Perlakuan
n
1
3
3,5667E2
2
3
3,6267E2
4
3
3,7567E2
5
3
3
3
4,4967E2
6
3
4,8200E2
1
2
3
3,7567E2 4,3600E2
Sig.
,555
4,3600E2
,065
,166
Lampiran 96. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam SK Perlakuan Error Total
db
JK 99622,28 29146,67 128768,94
5 12 17
KT 19924,46 2428,89 7574,64
Fhit 8,20
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 97. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Keenam Subset
Perlakuan
n
1
3
3,8633E2
2
3
4,3933E2
4,3933E2
4
3
4,8133E2
4,8133E2
4,8133E2
5
3
5,3533E2
5,3533E2
3
3
5,7167E2
6
3
5,7700E2
Sig.
1
2
,094
3
,091
,100
Lampiran 98. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh SK
db
Perlakuan Error Total
JK 5 12 17
265533,11 89750,67 355283,78
KT 53106,62 7479,22 20899,05
Fhit
F0.05
7,10
F0.01
3,11
5,06
Lampiran 99. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Ketujuh Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
5,7133E2
4
3
6,0900E2
6,0900E2
5
3
7,0367E2
7,0367E2
3
3
7,5733E2
6
3
7,6033E2
1
2
3
4,1500E2
Sig.
1,000
,099
,070
Lampiran 100. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan SK
JK
KT
Fhit
5
454347,78
90869,56
12,03
Error
12
90605,33
7550,44
Total
17
544953,11
32056,07
Perlakuan
db
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 101. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Minggu Kedelapan Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
6,8133E2
4
3
8,1033E2
8,1033E2
5
3
8,1200E2
8,1200E2
3
3
9,1833E2
6
3
9,7367E2
1
2
3
4,9167E2
Sig.
1,000
,104
,053
Lampiran 102. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 442007,49 67607,65 509615,14
KT 88401,50 5633,97 29977,36
Fhit 15,69
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 103. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 Subset
Perlakuan
n
1
3
2
3
6,1867E2
4
3
7,2767E2
7,2767E2
5
3
7,3900E2
7,3900E2
3
3
8,5000E2
6
3
8,8733E2
Sig.
1
2
3
4,1733E2
1,000
,185
,094
Lampiran 104. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Pertama SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 30777,11 173145,33 203922,44
KT 6155,42 14428,78 11995,44
Fhit 0,43
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 105. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedua SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 27846,50 228344,00 256190,50
KT 5569,30 19028,67 15070,03
Fhit 0,29
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 106. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketiga SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 35547,78 288312,67 323860,44
KT 7109,56 24026,06 19050,61
Fhit 0,30
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 107. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keempat SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 53330,67 285643,33 338974,00
KT 10666,13 23803,61 19939,65
Fhit 0,45
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 108. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kelima SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 60598,94 343380,67 403979,61
KT 12119,79 28615,06 23763,51
Fhit 0,42
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 109. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Keenam SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 116485,11 301606,00 418091,11
KT 23297,02 25133,83 24593,59
Fhit 0,93
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 110. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Ketujuh SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 79934,28 263992,00 343926,28
KT 15986,86 21999,33 20230,96
Fhit 0,73
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 111. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Minggu Kedelapan SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 138020,94 439305,33 577326,28
KT 27604,19 36608,78 33960,37
Fhit 0,75
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 112. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 107913,61 49419,33 157332,94
KT 21582,72 4118,28 9254,88
Fhit 5,24
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 113. Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 Perlakuan
n
1 6
3 3 3 3
4 5 2
Subset 1 9,2900E2 9,5400E2 9,7500E2 9,7567E2
3 3
3 Sig.
2
1,0410E3 1,1617E3 1,000
,075
Lampiran 114. Analisis Ragam Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) Periode 1 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 928,72 298,57 1227,29
KT 185,74 24,88 72,19
Fhit 7,47
F0.01 5,06
F0.05 3,11
Lampiran 115. Uji Lanjut Duncan Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1 (%BK) Perlakuan
n
1 2 4 3 5 6 Sig.
3 3 3 3 3 3
Subset 1
2 10,1910 24,9923 25,6477 28,4510 30,1840 32,1777 ,133
1,000
Lampiran 116. Analisis Ragam Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) Periode 2 SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 242,14 139,63 381,77
KT 48,43 11,64 22,46
Fhit 4,16
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 117. Uji Lanjut Duncan Produksi Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 2 (%BK) Perlakuan
n
1 2 6 5 3 4 Sig.
3 3 3 3 3 3
Subset 1
2 37,5990 42,3173
42,3173 45,3693 45,8480 46,6170 49,1957 ,072
,165
Lampiran 118. Analisis Ragam Produksi Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan % BK (mg) SK
db
Perlakuan Error Total
JK 5 12 17
1854,81 466,07 2320,89
KT 370,9628 38,8395 136,5228
Fhit
F0.05
9,55
F0.01
3,11
5,06
Lampiran 119. Uji Lanjut Duncan Produksi Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan % BK (mg) Perlakuan
n
1 2 5
3 3 3
6 4 3
3 3 3
Subset 1 24,4600
2
3
36,7400 40,2393 43,8067 44,4600
Sig.
1,000
,185
58,5200 1,000
Lampiran 120. Analisis Ragam Luas Area Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. (cm2) SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 179,14 33,66 212,80
KT 35,8277 2,8052 12,5177
Fhit 12,77
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 121. Uji Lanjut Duncan Luas Area Permukaan Helai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. (cm2) Subset
Perlakuan
n
1 5
3 3
2 4
3 3
13,6267 14,1800
6
3 3
14,3267
3 Sig.
1
2
3
8,0400 12,8533
1,000
18,8333 1,000
,337
Lampiran 122. Analisis Ragam Produksi Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 253,57 119,32 372,90
KT 50,71 9,94 21,94
Fhit 5,10
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 123. Uji Lanjut Duncan Produksi Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Berdasarkan %BK (g) Perlakuan
n
2 3
3 3 3 3
6 5 4
Subset 1
2 8,6530 10,4347 11,0857 13,8060
13,8060
,058
18,7903 18,8720 ,056
3 3
1 Sig.
Lampiran 124. Analisis Ragam Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. SK Perlakuan Error Total
db 5 12 17
JK 303516,28 153297,33 456813,61
KT 60703,26 12774,78 26871,39
Fhit 4,75
F0.05 3,11
F0.01 5,06
Lampiran 125. Uji Lanjut Duncan Jumlah Bintil Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Subset
Perlakuan
n
4 3
3 3
1 5,7867E2 6,0300E2
5 6
3 3
6,3733E2 6,5933E2
2
3 3
6,6267E2
1 Sig.
2
9,6733E2 1,000
,421
Lampiran 126. Analisis Ragam Rasio Daun dan Batang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. SK Perlakuan Error Total
db
JK 0,75 0,64 1,39
5 12 17
KT 0,15 0,05 0,08
Fhit 2,83
F0.01 5,06
F0.05 3,11
Lampiran 127. Analisis Ragam Rasio Tajuk dan Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. SK
db
Perlakuan Error Total
JK 5 12 17
14,35 6,09 20,44
KT
Fhit
2,87 0,51 1,20
F0.05
5,65
F0.01
3,11
5,06
Lampiran 128. Uji Lanjut Duncan Rasio Tajuk dan Akar Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Perlakuan
n
1 4
3 3
5 2 6
3 3 3
3
3
Sig.
Subset 1
2 1,9933 2,6827
3 2,6827 3,4323 3,8897
,259
,071
3,4323 3,8897 4,1150 4,6480 ,076
Lampiran 129. Uji t-Student pada Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1
Periode 2
Rataan
113,89
46,94
Variasi
340,65
57,71
6,00
6,00
Observasi Variasi terakumulasi Perbedaan rataan hipotesis Df
199,18 0,00 10,00
t Stat
8,22
P(T<=t) bagian pertama
0,00
t kritis bagian pertama
1,81
P(T<=t) bagian kedua
0,00
t kritis bagian kedua
2,23
Lampiran 130. Uji t-Student pada Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1
Periode 2
Rataan
8,61
10,67
Variasi
9,49
20,71
Observasi
6,00
6,00
Variasi terakumulasi Perbedaan rataan hipotesis
15,10 0,00
Df
10,00
t Stat
-0,92
P(T<=t) bagian pertama
0,19
t kritis bagian pertama
1,81
P(T<=t) bagian kedua
0,38
t kritis bagian kedua
2,23
Lampiran 131. Uji t-Student pada Pertambahan Jumlah Tangkai Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1
Periode 2
Rataan
62,83
95,56
Variasi
409,19
417,05
6,00
6,00
Observasi Variasi terakumulasi Perbedaan rataan hipotesis
413,12 0,00
Df
10,00
t Stat
-2,79
P(T<=t) bagian pertama
0,01
t kritis bagian pertama
1,81
P(T<=t) bagian kedua
0,02
t kritis bagian kedua
2,23
Lampiran 132. Uji t-Student pada Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1
Periode 2
Rataan
706,62
1006,06
Variasi
29212,66
7194,24
6,00
6,00
Observasi Variasi terakumulasi Perbedaan rataan hipotesis
18203,45 0,00
Df
10,00
t Stat
-3,84
P(T<=t) bagian pertama
0,00
t kritis bagian pertama
1,81
P(T<=t) bagian kedua
0,00
t kritis bagian kedua
2,23
Lampiran 133. Uji t-Student pada Produksi Bahan Kering Tajuk Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Periode 1
Periode 2
Rataan
25,27
44,24
Variasi
61,91
16,14
6,00
6,00
Observasi Variasi terakumulasi Perbedaan rataan hipotesis
39,03 0,00
Df
10,00
t Stat
-5,26
P(T<=t) bagian pertama
0,00
t kritis bagian pertama
1,81
P(T<=t) bagian kedua
0,00
t kritis bagian kedua
2,23
Lampiran 134. Layout Penelitian
P4U2
P1U2
P3U2
P6U2
P5U3
P3U3
P1U1
P2U2
P3U1
P4U1
P5U1
P1U3
P5U2 P6U3
P2U1
P2U3
P6U1
P4U3