APLIKASI TEORI HOSHIKUMA PADA HUBUNGAN TEGANGANREGANGAN BALOK BETON UNDER REINFORCED DIBANDINGKAN DENGAN SNI 03-2847-2002 Lintong Putra Jaya Sihombing1, Nursyamsi2 1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email:
[email protected] 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
ABSTRAK Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur beton. Semakin tinggi mutu beton maka akan semakin tinggi kurva tegangan-regangan yang dihasilkan. Pada peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.2.3 menetapkan regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton terluar harus diambil sama dengan 0,003 sebagai batas hancur. Pengekangan pada beton dapat meningkatkan kuat lentur, hal ini dikarenakan adanya tulangan transversal (sengkang) yang terpasang disepanjang bentang. Untuk menganalisa kapasitas lentur yang menggunakan hubungan tegangan-regangan beton terkekang disederhanakan menjadi tegangan blok ekivalen, dengan asumsi luas daerah diagram tegangan beton sama dengan luas diagram tegangan blok. Dalam analisa ini diperoleh bahwa pengekangan mempengaruhi bentuk dan besarnya kurva tegangan-regangan beton. Dari hasil analisa didapatkan penambahan kapasitas balok akibat pengekangan adalah 1,96% dan 3,15%. Kata kunci : tegangan-regangan, regangan ultimate, beton terkekang. Stress-strain relationship of concrete need to know to lower the analysis equations and procedures are also design concrete structures. The higher the quality of concrete, the higher the stress-strain curves were generated. In regulation 12.2.3 SNI 03-2847-2002 chapter sets the maximum strain that can be used to press fiber outer concrete should be taken as a limit equal to 0.003 destroyed. Restraints on the flexural strength of concrete can be increased, this is due to the transverse reinforcement (stirrups) installed along the span. To analyze the flexural capacity using stress-strain relationship of concrete confined simplified to block voltage equivalent, assuming the area of the concrete stress diagram together with a block diagram of the voltage. In this analisis found that restraint affects the shape and magnitude of the stress-strain curve of concrete. From the analysis result obtained additional capacity restraint beam was 1.96% and 3.15%. Keywords: stress-strain, ultimate strain, confined concrete.
1. PENDAHULUAN Pemakaian beton bertulang dimasa mendatang akan semakin meningkat. Perilaku beton sebagai elemen struktur perlu diantisipasi terutama tingkat daktilitasnya. Mengapa? karena semakin tinggi kuat tekan beton semakin getas perilakunya. Sampai saat ini, cara yang paling efektif untuk meningkatkan daktilitas dari beton adalah dengan memberikan pengekangan (confinement). Hoshikuma, Kawashima, Nagaya dan Taylor (1997) mendapati hubungan tegangan-regangan beton normal yang dikekang sangat berbeda dengan beton tanpa pengekangan terutama pada bagian kurva yang turun terjadi peningkatan seiring dengan meningkatnya rasio pengekangan. Model tegangan regangan yang diberikan Hoshikuma tersebut dapat digunakan untuk menghitung daktilitas suatu elemen struktur yang terkekang maupun tidak terkekang, tetapi kurva tegangan-regangan tersebut berbentuk parabolik sehingga jika digunakan langsung sangat sulit untuk menghitung luas daerah tekan betonnya. Kurva hubungan-tegangan regangan beton dapat disederhanakan menjadi blok tegangan segiempat ekivalen dengan koefisien α.f ‘c dan γ.kd. Denagn diperolehnya persamaan α dan γ blok tegangan segiempat ekivalen, maka analisis kekuatan penampang dapat dilakukan dengan mudah. Pada analisa ini akan dibahas hubungan teganganregangan beton yang dihitung secara aktual dengan diagram parabolik seperti yang diusulkan oleh Hoshikuma (1997).
2. TUJUAN ANALISA Tujuan dari analisa ini adalah: 1. Untuk menambah pengetahuan akan aplikasi dari teori Hoshikuma mengenai beton terkekang. 2. Membandingkan analisa beton bertulang dengan menggunakan distribusi tegangan–regangan aktual beton dengan formula Hoshikuma dan distribusi tegangan ekivalen persegi sesuai SNI 03-2847-2002.
3. PEMBATASAN MASALAH Pada analisa ini masalah yang diambil dibatasi hanya pada : 1. Penampang lentur murni yang memenuhi syarat daktilitas dan lendutan (syarat daktilitas dan lendutan ditetapkan melalui rasio tulangan tarik = setengah rasio tulangan tarik maksimum yang diperbolehkan, atau ρ= 0,75 ρb . 2. Pada analisis beton bertulang menggunakan peraturan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 3. Pada analisis hubungan tegangan-regangan beton hanya pada formula yang diberikan oleh Hoshikuma, dan analisis yang dihasilkan hanya kepada perbedaan momen nominal yang didapatkan antara beton terkekang yang dirumuskan oleh Hoshikuma dengan beton tak terkekang pada peraturan SNI 03-2847-2002. 4. Analisis yang dikerjakan dibatasi hanya pada analisis penampang balok yang bertulangan under reinforced saja
4. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam analisa ini secara garis besar berupa: 1. Studi Literatur, yaitu dengan bantuan buku-buku referensi dan pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan. 2. Membandingkan hasil analisa balok beton bertulangan under reinforced dengan menggunakan hubungan tegangan-regangan beton terkekang formula Hoshikuma dan distribusi blok tegangan ekivalen persegi sesuai SNI 03-2847-2002.
5. TINJAUAN PUSTAKA 5.1. Konsep Diagram Tegangan-Regangan Aktual Beton Kekuatan batas dari batang-batang beton bertulang dalam lentur tergantung keadaan tegangan-regangan dari beton dan bajanya. Berdasarkan kurva hubungan tegangan-regangan beton didapat tiga kesimpualn yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Hubungan tegangan-regangan untuk beton adalah tidak linier, tetapi kesalahan dalam pengasumsian kelinieran terhadap tegangannya yang berkisar 1/3 dari nilai maksimumnya, tidaklah serius. Ini dapat dibenarkan untuk penggunaan garis lurus, tidak ada teori tarik yang berlaku untuk diasin beban kerja pada beton pratekan. 2. Regangan yang terjadi saat tegangan maksimum berkisar 0,002 untuk semua (kualitas) beton. 3. Regangan maksimum pada beton dapat bervariasi tergantung kekuatan betonnya tetapi secara umum nilainya berkisar dari 0,0025 sampai 0,004.
5.2. Dasar Teori Pengekangan Beton bertulang akan meningkat kekuatannya apabila dilakukan pengekangan. Pada umumnya pengekangan dilakukan menggunakan sengkang (tulangan transversal), baik itu yang berbentuk segi empat maupun yang berbentuk spiral. Hasil pengujian dari berbagai peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengekangan oleh tulangan transversal sangat mempengaruhikarakteristik atau perilaku tegangan-regangan beton (Park Paulay,1933). Banyak peneliti seperti Hoshikuma, Kent dan Park, Sheikh dan Uzumeri, Ravzi dan Saatcioglu, Legeron dan Paultre, Mander, Chan dan Blume, Baker, Roy dan Sozen, Soliman dan Yu, Sargin, dan lainnya telah mengusulkan berbagai bentuk kurva tegangan-regangan beton yang dikekang. Kurva hubungan tegangan –regangan beton untuk beton terkekang diasumsikan untuk menentukan distribusi tegangan tekan pada daerah tekan pada element beton terkekang. Untuk regangan tertentu pada serat tekan ekstrem dan kurva tegangan – regangan tertentu, maka dapat ditentukan parameter blok tegangan tertekan. Untuk menggambarkan hubungan tegangan-regangan beton para ahli telah memperhitungkan beberapa parameter pengekangan seperti jarak sengkang, mutu baja, diameter sengkang dan ada juga yang telah memperhitungkan pengaruh dari tulangan memanjang seperti rasio tulangan memanjang, jarak dan diameter tulangan memanjang. Seperti terlihat pada gambar 2.1, banyak sekali model kurva hubungan tegangan dan regangan beton terkekang yang diusulkan oleh para ahli dan antara satu dengan yang lain terdapat perbedaan, yang disebabkan karena perbedaan dalam memperhitungkan parameter pengekangan yang dipakai untuk menganalisa.
5.3. Prinsip Penentuan Diagram Tegangan Blok Pembentukan diagram tengangan blok tergantung pada persamaan kurva tegangan- regangan yang dipakai. Prinsip pembentukan diagram tengangan blok diperoleh dari 2 prinsip dibawah ini : 1. Luas daerah diagram tegangan beton sebenarnya harus sama dengan luas diagram tegangan blok 2. Sentroid (pusat gaya tekan) diagram tegangan beton sebenarnya berlokasi sama dengan sentroid diagram tegangan blok.
εcu
0,85σ
β.σo
Gambar 1. Prinsip Penentuan Diagram Tegangan Blok
Prinsip 1 : (Kesamaan Luas) cu
. . 0 . cu .
. .d
(1)
0
Prinsip 2 : (Kesamaan Sentroid) 1 . . 0 . cu . cu . . cu 2
cu
(2)
. .d
cc
5.4. Metode Pengekangan (Confined Concrete) menurut teori Hoshikuma (1997) Hoshikuma menegaskan bahwa kurva naik dalam parabola derajat kedua tidak akurat untuk memenuhi empat kondisi batas dibawah ini 1. Kondisi awal f c= 0, ε c = 0 2. Kondisi kekakuan awal df c/d ε c= Ec at ε c = 0 3. Kondisi puncak f c = f cc at ε c = ε cc 4. Kondisi kekakuan puncak df c/d ε c= 0 at ε c = ε cc
Gambar 2. Grafik hubungan tegangan-regangan beton terkekang dan tidak terkekang. Pada saat sebelum regangan puncak 1 f c E c c 1 c n cc
n 1
ε c ≤ ε cc
(3)
ε cc ≤ ε c ≤ ε cu
(4)
Pada saat sesudah regangan puncak
f c f ' cc E des ( c cc )
Dikutip dari Disertasi oleh Amed Mohsen Abd El Fattah, Kansas State University, dengan judul Behaviour of Concrete Columns Under Various Confinement Effects E c cc (5) n E c cc f ' cc
cu cc
f ' cc 2 E des
(6)
2
E des 11 , 2
f ' co s f yh
(7)
f f ' cc 1 , 0 0 , 76 s yh f 'c f 'c
(8)
f ' cc f ' c 0 , 76 s . f yh
(9) f 'c
ec d'
Cc
garis netral
d
h'
a=?i.c
c
A's h
a i.f 'c Cs
e's
As
T
es > ey b' b
(a). Penampang Balok
(b).Diagram regangan
(c) Blok tegangan tekan aktual
(d) Blok tegangan tekan ekivalen
Gambar 3. Diagram tegangan beton terkekang dan yang tak terkekang Adapaun dimensi-dimensi dari penampang beton dapat dicari dengan hitungan dibawah ini : 1. Dimensi dari sisi sengkang
2.
Dimensi beton terkekang
3.
Dimensi dari garis tengah sengkang
4.
Rasio volume sengkang dengan volume beton terkekang
5.
Jarak garis netral dari ujung balok (y) merupakan nilai trial and error
6. HASIL ANALISA PEMBAHASAN ec = 0,003 e's
d' c
garis netral
d
h
es > ey b
Sebagai contoh analisa penampang balok beton dengan SNI 03-2847-2002 dibandingkan dengan analisa penampang dengan metode Hoshikuma diambil model penampang balok segiempat bertulangan rangkap dengan dat-data sebagai berikut : 1. fy = 300 MPa, 2. f’c = 35 MPa,
3. fyh = 240 MPa 4. Balok dengan ukuran 200 mm x 300 mm dengan tulangan pokok D 36 mm dan tul. sengkang Ø 12 mm 5. Balok dengan ukuran 150 mm x 300 mm dengan tulangan pokok D 28 mm dan tul. sengkang Ø 12 mm
6.1. Analisa Balok Beton dengan SNI 03-2847-2002 Adapun diagram alir analisa penampang balok beton dengan Sni 03-2847-2002 dapat kita lihat di bawah ini : Start
Input Mn, b, h, d', f'c, fy, Es
Coba dengan As dan As' baru
Asumsi As dan As'
Hitung d dan d'
Asumsi tegangan tertinggi a1f 'c = 0,85f 'c fc = 0,85 f 'c
Ya
Hitung ?min,? dan ?'
? < ?min
Tidak
Tidak
Pilih nilai ß1 : f 'c =30 MPa 30 < f 'c 55 MPa f 'c > 55 MPa
ß1= 0,85 ß1= 0,85-0,008(f 'c-30) ß1= 0,65
? - ?'=((0,85f 'c.ß1.d')/fy.d))((0,003Es/0,003.Es.fy))
Ya
fs = fy
Hitung a dari persamaan keseimbangan Cs + Cc = T dimana Cc = 0,85*f'c*a*b Cs = A's*Es*(0,003*((a-(ß1*d'))/a))
T = As*fs
Cc = 0,85*f'c*a*b Cs = A's*Es*(0,003*((a-(ß1*d))/a)) f's = Cs/A's
f's < 0
Ya
fs = 0
Tidak es = 0,003*(((ß1*d)-a) / a) Tulangan tarik tidak leleh (compression failures) Design ulang dengan merubah As, A's, b, d, f'c dan fy
Tidak
es = fy/Es Ya
Mn = Cc*(d-(0,5*a))+ Cs*(d-d')
Tidak
Mn = Mu/0,8
Finish
Hasil dari analisa balok beton dengan SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut : 1. Balok beton ukuran 200 mm x 300 mm Didapatkan momen nominal sebesar MN = 174, 479 KNm As = 2836, 73 mm2 dan As’ = 1497,98 mm2 2. Balok beton ukuran 150 mm x 300 mm Didapatkan momen nominal sebesar MN = 101,556 KNm As = 1624,459 mm2 dan As’ = 620,396 mm2
Cs = A's*fs T = As*fy a = (T-Cs) / (0,85*f'c*b) Cc = 0,85*f'c*a*b
6.2. Analisa penampang balok beton dengan hubungan tegangan-regangan Hoshikuma 1. Pada daerah kurva dengan interval εc ≤ εcc Adapun rumus fungsi persamaan hubungan tegangan-regangan beton terkekakang yang diberikan Hoshikuma adalah
Untuk mendapatklan luasan dibawah kurva maka fungsi persamaan tersebut di integralkan sesuai dengan rumus dibawah ini n 1 cc 1 c E 1 0 c c n cc Maka luas kurva di bawah A1
Ec E c 1 n 2 . c n 1 2 n 1 cc
n 1 . c
cc
0
Kesamaan luas daerah diagram tegangan beton sama dengan luas blok tegangan ekivalen c
f c .d c i . f ' c . c
0
A1 f ' c . c
1 Maka
Mencari letak titik berat dibawah kurva didapat rumus dibawah ini cc
x
c
. f ( x ) dx
0
cc
c
f ( x ) dx
0
dimana, f (x) adalah maka
Ec 1 x 1 c
Ec 1 n n 1 1 . c . c n 1 3 n 1 1 cc E c . 2 E c 1 n . n 1 c n 1 2 c n 1 cc
cc
3
0
Kesamaan sentroid diagram tegangan beton sama dengan sentroid blok tegangan ekivalen c
0
c
f c . c .d c (1 i ). c . f c .d c 0
1 1 ( x1 )
2.
Pada daerah kurva dengan interval εcc ≤ εc ≤ εcu
Adapun rumus fungsi persamaan hubungan tegangan-regangan beton terkekakang yang diberikan Hoshikuma adalah
Untuk mendapatklan luasan dibawah kurva maka fungsi persamaan tersebut di integralkan sesuai dengan rumus dibawah ini cu
f ' cc E des ( c cc )
cc
Maka luas kurva di bawah
A2
f ' cc E des . cc . c
E 2 des . c 2
cu
cc
Kesamaan luas daerah diagram tegangan beton sama dengan luas blok tegangan ekivalen cu
f c .d c i . f ' c . c
cc
0 , 004 A2 3 . c f ' c . c
2
Mencari letak titik berat dibawah kurva didapat rumus dibawah ini dimana, f (x) adalah cu
x
cc
E ( f ' cc E des . cc ). c des . c 2 .dx 2 cu
c
(f'
cc
E des . cc ) E des . c .dx
cc
Kesamaan sentroid diagram tegangan beton sama dengan sentroid blok tegangan ekivalen
xt
x1 . A1 x 2 . A2 A1 A2
cu
cc
cu
f c . c .d c (1 i ). c . f c .d c cc
2 1 xt
i
1 2 2
i
1 2 2
Tabel 3. Hasil perhitungan tegangan-regangan balok beton Hoshikuma Notasi Balok uk. 200mm x 300mm Balok uk. 150mm x 300mm Ec 27805,574 Mpa 27805,574 Mpa εcc 0,00275 0,00329 f'cc 36,544 Mpa 37,649 Mpa Edes 6751,618 Mpa 3935,523 Mpa εcu 0,00546 0,00808 n 1,912 1,698 εy 0,0015 0,0015 Kurva interval εc ≤ εcc α 0,7155 0,7373 γ 0,3791 0,382 Kurva interval εcc ≤ εc ≤ εcu α 0,6352 0,6428 γ 0,4971 0,6202
Adapun hasil dari analisa balok beton dengan menggunakan hubungan tegangan regangan beton Hoshikuma adalah sebagai berikut : 1. Balok beton ukuran 200 mm x 300 mm Adanya peningkatan kuat tekan beton menjadi f’ cc = 36,964 MPa dan regangan ultimate beton sebesar 0,00644 Didapatkan momen nominal sebesar MN = 177,902 KNm As = 2836, 73 mm2 dan As’ = 1497,98 mm2 2. Balok beton ukuran 150 mm x 300 mm Adanya peningkatan kuat tekan beton menjadi f’ cc = 37,648 MPa dan regangan ultimate beton sebesar 0,008075 Didapatkan momen nominal sebesar MN = 104,759 KNm As = 1624,459 mm2 dan As’ = 620,396 mm2
f‘c B f‘cc
C
A εcc
Zone 1
εcu
εc
γ1.f ’c
α1.εc Zone 2
α2.εc
Gambar 4. Pembagian zone kurva tegangan-regangan beton
γ2.f ’c
Tabel 4. Hasil perhitungan analisa balok ukuran 200 x 300 mm Beton Normal Beton Terkekang Notasi SNI 03-2847-2002 Hoshikuma Dimensi 200 mm x 300 mm 200 mm x 300 mm Dia. Tulangan lentur D36 D36 Dia. Tulangan sengkang Ø12 Ø12 2 As (tul. tarik) 2836,73 mm 2836,73 mm2 2 As' (tul. tekan) 1497,98 mm 1497,98 mm2 f 'c 35 MPa 35 MPa fy 300 Mpa 300 Mpa fyh 240 Mpa 240 Mpa s (jarak sengkang) 200 mm 200 mm f 'cc 36,964 Mpa εcu 0,003 0,00644 Mu 127,003 KNm 127,003 KNm Mn 174, 479 KNm 177,902 KNm Ø 0,8 0,8 ØMn 139,583 KNm 142,322 KNm
Tabel 5. Hasil perhitungan analisa balok ukuran 150 x 300 mm Beton Normal Notasi SNI 03-2847-2002 Dimensi 150 mm x 300 mm Dia. Tulangan lentur D28 Dia. Tulangan sengkang Ø12 As (tul. tarik) 1624,459 mm2 As' (tul. tekan) 620,396 mm2 f 'c 35 Mpa fy 300 Mpa fyh 240 Mpa s (jarak sengkang) 200 mm f 'cc εcu 0,003 Mu 75,934 KNm Mn 101,556 KNm Ø 0,8 ØMn 81,245 KNm
Beton terkekang Hoshikuma 150 mm x 300 mm D28 Ø12 1624,459 mm2 620,396 mm2 35 Mpa 300 Mpa 240 Mpa 200 mm 37,648 Mpa 0,008075 75,934 KNm 104,759 KNm 0,8 83,807 KNm
7. KESIMPULAN. Peningkatan Momen Nominal (Mn) untuk metode beton normal SNI 03-2847-2002 dengan beton terkekang Hoshikuma Mn (KNm)
1. 2. 3.
4.
Portal
f 'c (Mpa)
Melintang
35
174,479
Memanjang
35
101,556
Beton normal SNI
Δ Mn (KNm)
Peningkatan (%)
177,902
3,423
1,96
104,759
3,203
3,15
Beton terkekang Hoshikuma
Dari hasil tabel diatas dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : Efek pengekangan mengakibatkan tegangan dan regangan beton meningkat dibandingkan beton yang tidak menggunakan pengekang. Dengan memperhitungkan efek pengekangan, maka regangan ultimate akan meningkat sehingga menghasilkan struktur yang lebih daktail. Kekuatan beton yang meningkat akan mengakibatkan kapasitas momen yang mampu dipikulnya juga akan meningkat, sehingga diharapkan dengan pemakaian dimensi beton maupun tulangan yang lebih kecil, tetap menghasilkan kekuatan yang sama. Dalam penentuan kondisi penampang under reinforced sangat dipengaruhi oleh letak garis netralnya.
8. DAFTAR PUSTAKA Wang, Chu-Kia ; Salmon, Charles G. ; Hariandja, Binsar, 1993, “Disain Beton Bertulang”, Penerbit Erlangga. Dipohusodo, Istimawan, 1999, “Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI”, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Nawy, Edrward G, 2008, “ Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar”, Penerbit PT. Refika Aditama. Badan Standardisasi Nasional , 2002, SK SNI 03-2847-2002 ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”, Badan Standardisasi Nasional. Fattah, Ahmed Mohsen Abd El Fattah, 2012, “Behavior of Concrete Columns Under Various Confinement Effects”, Disertasi Doctor of Philosophy, Department of Civil Engineering, Kansas State University. Hoshikuma, J., Kawashima, K., Nagaya, K., Taylor, A. W., (1997) “Stress-Strain Model for Confined Reinforced Concrete in Bridge Piers”, Journal of Structural Engineering, Vol. 123, No. 5, pp. 624 – 633. Tjitradi, Darmansyah, 2006, “Modifikasi Kurva Tegangan-regangan Blok Kent Park (1971) Menjad Blok Tegangan Segiempat Ekivalen”, Jurnal Aksial, Makalah Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 8 No. 1, April, Hal. 43-50. Tavio, T., Wimbadi, I., Kusuma Negara, A., Tirtajaya, R., “Effect of Confinement on Interaction Diagrams of Square Reinforced Concrete Columns”, Journal of Civil Engineering , Science and Application, Vol. 11, No. 2, September 2009, pp. 78 – 88. Kadarningsih, Rahmani, 2008, “Perbandingan Peningkatan Kekuatan Beton Terkekang Berdasarkan SNI 2002 Terhadap Hasil Eksperimen Kolom Bulat Mutu Tinggi”, Jurnal Teknik, Vol. 6, No. 2, Desember, hal. Hal. 154-167. Tavio & P.D.S. Pamenia (2009), “Pengaruh Pengekangan Pada Analisis Momen Nominal Untuk Pengamanan Kolom Beton Bertulang Terhadap Kegagalan Getas Geser”, Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009:155-162. Tavio, Purwono., dan Rosyiadah A., “Peningkatan Daya Dukung dan DAktilitas BAlok Beton Bertulang dengan Menggunakan Perkuatan CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polymer),” Dinamika Teknik Sipil, Vol. 9, No. 1, Januari 2009, Hal. 9 – 18. Abisetyo. W., “Study Pengaruh Pengekangan Pada Balok Beton Bertulangan Rangkap Dengan Unified Theory” , Tugas Akhir Sarjana Teknik Sipil, FTSP - ITS