APLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI) JEMBER JAWA TIMUR
SKRIPSI
OLEH : THALITHA SACHARISSA ROSYIDIANI NIM : 1110051000014
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul :
APLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI) JEMBER JAWA TIMUR
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh THALITHA SACHARISSA NIM.1110051000014
Disetujui oleh Dosen Pembimbing
Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA NIP. 19630405 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK Thalitha Sacharissa Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember Jawa Timur Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya jama’ah dakwah. Di satu sisi, keaktifan jama’ah menjadi salah satu indikator proses komunikasi yang efektif dan aplikatif. Di sisi lain, jama’ah dakwah tidak akan terwujud secara efisien dan efektif tanpa strategi yang terencana dan matang. Tiap-tiap langkah dakwah haruslah teragendakan dan terorganisasi dengan baik. Penggabungan dua faktor di atas terlihat ada pada IKADI Jember. Institusi dakwah ini berhasil menghadirkan beragam kegiatan yang selalu dekat dan menyentuh masyarakat sehingga IKADI tidak pernah kehilangan jama’ah. Strategi komunikasi terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember banyak dipengaruhi oleh faktor narasumber, tema, konten acara atau kegiatan, publikasi melalui media-media komunikasi, pemilihan waktu, tempat, serta penyediaan sarana dan prasana. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi dilihat dari keaktifan jama’ah mengakses informasi, kehadiran jama’ah, partisipasi jama’ah pada kegiatan IKADI Jember lainnya, partisipasi jama’ah dalam berinfaq materi, dan partisipasi jama’ah dalam mengajak orang lain. Onong Uchana menyatakan strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis dengan menentukan efek yang diharapkan. Strategi komunikasi IKADI Jember awalnya dikhususkan untuk kegiatan fundraising, namun sejalan dengan peningkatan partisipasi jama’ah. IKADI Jember menggunakan metode differensiasi, segmentasi, passioning, dan branding dalam perencanaan. Sedangkan pada operasionalisasinya, ia menggunakan strategi pemilihan kalimat atau etika komunikasi, strategi top-down, dan strategi iqro’ (dokumentasi). Strategi ini menciptakan bentuk partisipasi yang beragam dari jama’ahnya. Namun, yang paling menonjol adalah partisipasi jama’ah dalam pendanaan program-program umat IKADI Jember di antaranya; pembangunan Ma’had Tahfidz, penyediaan mobil qur’an, program umroh bagi hafidz 30 juz, dan lain sebagainya. IKADI Jember adalah ormas dakwah yang berhasil meimplementasikan komunikasi dalam berdakwah. Ia menerapkan strategi melalui perencanaan dan operasionalisasi di lapangan. Dengan menerapkan strategi komunikasi, maka efek yang diharapkan akan dapat terealisasi. Sehingga nilai-nilai dakwah dapat terimplementasikan dalam kehidupan umat beragama.
i
ABSTRACT Thalitha Sacharissa The Aplication Of Communication Strategy To Improve Congregation’s Partisipacy In Ikadi Jember One indicator of success is the formation of the congregation preaching propaganda. On the one hand, the activity of the congregation is one indicator of effective implementation of the communication process. On the other hand, the congregation preaching will not be realized efficiently and effectively without a well-planned strategy and mature. Each step should be the agenda of propaganda and well organized. Merging the above two factors seen there on IKADI Jember. This propaganda institution succeeded in presenting a variety of activities that are always close and touch people so IKADI never lost the congregation. The communication strategy of the level of participation of the congregation IKADI Jember much influenced by the speaker, theme, content events or activities, publicity through the media of communication, timing, place, and the provision of facilities and infrastructures. High or low levels of participation seen from the liveliness of the congregation access to information, the presence of the congregation, the congregation's participation in IKADI Jember other activities, the participation of the congregation in berinfaq materials, and participation in the congregation invite others. Onong Uchana stated communication strategy is a combination of planning communication (communication planning) and management communication (communication management) to achieve a goal. To that end, the communication strategy should be able to show how the tactical operations to determine the expected effect. IKADI Jember’s communication strategy was initially devoted to fundraising activities, but in line with the increase in the participation of the congregation. IKADI Jember using differentiation, segmentation, passioning, and branding in the planning. While in operation, he uses a sentence selection strategy or communication ethics, top-down strategy, and the documentation strategy. This strategy creates a variety of forms of congregation participation. However, the most prominent is the congregation's participation in funding programs among people IKADI Jember; Ma'had Tahfidz development, provision of car quran, Umrah program for hafidz 30 chapters, and so forth. IKADI Jember is a propaganda organization that successfully practice communication in preaching. He applied the strategy through planning and operating in the field. By implementing communication strategies, the effect is expected to be realized. So that the values can da'wah been implemented in the religious life.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yanng telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya dan shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember Jawa Timur. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti temukan namun syukur alhamdulilah berkat rahmat dan hidayahNya, dan kesungguhan disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaikbaiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Suparto, M.Ed, MA, Drs. Jumroni, M.Si, dan Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Rachmat Baihaki, MA ,selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak membantu. 4. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA selaku dosen Pembimbing skripsi,
iii
terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau Staf Pengajar yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi. 7. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Mamaku Hj. Idaningsih, S.P dan Papaku tersayang Dr. H. Marga Mandala, M.P, yang senantiasa memberikan dukungan penuh berupa dukungan materi, non materi dan doa yang tulus ikhlas dalam mengiringi setiap langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi 8. Kakak dan adikku Rosyidamayanti, Rosyidamayani, Achmad Firman Wahyudi, Prareswara, Elvia Rahmi, dan Ahmad Abror tersayang yang selalu mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Patner, kawan, sekaligus kakak Anas, yang sudah membantu banyak hal dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih karena sudah sanggup bersabar dan berjuang bersama-sama. 10. Sahabat-sahabatku Haeriah Rachman, Dina Arum, Nabila Paramitha, Destri Lantika, Ulvah Nur Jamilah, Alvina Malvi, dan segenap keluarga besar KPI A 2010, yang selalu mendukung peneliti hingga akhir sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
iv
11. Abdul Muslin, Wiwin Winata dan segenap rekan-rekan KKN Respect 2013 yang telah mendukung dan menjadi teman diskusi. Terima kasih banyak. 12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2010. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan selama ini. 13. Temanku, Nanda terimakasih atas pinjaman bukunya. Serta kakak-kakak kos seperjuangan yang menjadi tauladan sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini di waktu yang sesingkat-singkatnya. 14. Adek-adekku Alfiyah Nurul Azizah, Imroatus Syaripah, Habibatul Khairoh, Maulidah Khaerani, Aan Sholehah, dan lainnya yang telah menyemangati penulis tanpa henti. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai kekurangan. Oleh kareana itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Aminn. Jakarta , 27 Januari 2014
Thalitha Sacharissa Rosyidiani
v
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK .....................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... BAB I
BAB II
ix
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
5
D. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
6
E. Metodologi Penelitian ..................................................................
8
F. Sistematika Penulisan ...................................................................
17
LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi Dakwah 1. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah..................................
18
2. Macam-Macam Strategi Komunikasi Dakwah ....................
23
B. Dimensi-Dimensi Partisipasi 1. Partisipasi Sebuah Konsep ....................................................
29
2. Partisipasi Sebagai Efek Komunikasi ...................................
30
3. Jenis Partisipasi dalam Lingkup Komunikasi .......................
31
C. Metode Dakwah di Era Globalisasi ..............................................
32
E. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah ...........................
34
F. Kerangka Teori .............................................................................
37
E. Hipotesis Penelitian ......................................................................
38
vi
BAB III PROFIL LOKASI PENELITIAN A. IKADI PUSAT .............................................................................
39
B. IKADI JEMBER ..........................................................................
42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Analisis Data Deskriptif Karakteristik Responden ............
60
B. Analisa Data Deskriptif Aplikasi Strategi Komunikasi ..............
63
C. Analisa Data Deskriptif Tingkat Partisipasi Jama’ah .................
70
D. Strategi Komunikasi Dakwah IKADI Jember ............................
73
E. Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah IKADI Jember...............................................................
84
BAB V PENUTUP A. Simpulan .........................................................................................
95
B. Saran ................................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL 1.Tabel 1 Definisi Operasional ........................................................................
12
2.Tabel 2 Rumus Penghitungan Kategori Jawaban Tunggal ...........................
15
3.Tabel 3 Rumus Penghitungan Kategori Jawaban VariatifAnalisa ................
15
4.Tabel 4 Perkembangan Kognitif dan Psikososial Manusia ...........................
90
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Logo Majlis Dhuha .....................................................................
57
2. Gambar 2 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin .......
63
3. Gambar 3 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Umur ....................
64
4. Gambar 4 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Tempat Tinggal ....
65
5. Gambar 5 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Profesi ...................
66
6. Gambar 6 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin .......
63
7. Gambar 7 Strategi Komunikasi Narasumber ................................................
67
8. Gambar 8 Strategi Komunikasi Tema ...........................................................
67
9. Gambar 9 Strategi Komunikasi Konten Kegiatan .........................................
68
10.Gambar 10 Strategi Komunikasi Publikasi .................................................
69
11.Gambar 11 Strategi Komunikasi Durasi .....................................................
69
12.Gambar 12 Strategi Komunikasi Frekuensi ................................................
70
13.Gambar 13 Strategi Komunikasi Daya Tarik Lokasi ...................................
71
14.Gambar 14 Strategi Komunikasi Akses Lokasi ..........................................
72
15.Gambar 15 Strategi Komunikasi Daya Tampung Lokasi ...........................
73
16.Gambar 16 Strategi Komunikasi Sarana dan Prasarana ..............................
73
17.Gambar 17 Partisipasi dalam Mengakses Informasi ...................................
75
18.Gambar 18 Partisipasi dalam Kehadiran .....................................................
75
19.Gambar 19 Partisipasi dalam Kegiatan IKADI lainnya ..............................
76
20.Gambar 20 Partisipasi dalam Infaq Materi .................................................
76
21.Gambar 21 Partisipasi dalam Mengajak Orang Lain ..................................
77
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umat Islam masa kini berada di pusaran turnamen globalisasi dunia yang dapat menyeret pada kemiskinan identitas. Berbagai macam serangan dari pihak luar dari segi adat, budaya, dan kebiasaan telah diekspor dan diadopsi oleh banyak kaum muslimin sehingga tidak sedikit dari mereka yang menorehkan identitas keislamannya hanya pada selembar kartu tanda penduduk. Dalam hal ini, Imam Hasan Al-Banna mengatakan, “Suatu zaman telah datang kepada Islam dan kaum muslimin, di mana bencana dan kerusakan datang silih berganti. Musuh-musuh Islam berusaha untuk memadamkan cahaya kecemerlangan Islam, menyesatkan generasinya, menghilangkan batas-batas negerinya, dan melemahkan tentaranya, dan umat Islam sedang berada dalam cengkeraman orang-orang kafir.1” Serangan-serangan semacam itu, haruslah segera dicegah dengan melakukan imunisasi ummat. Penguatan dan penyatuan jama’ah Islam sebagai basis kekuatan untuk melawan pemikiran-pemikiran kaum kafir yang akan meracuni aqidah umat. Dengan apa? Senjata utamanya ialah dakwah. Menurut, Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amr ma’ruf nahi mungkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam 1
Muhammad Abduh, Memperbaharui Komitmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, 2008), h. 10.
1
dinamika masyarakat Islam.2 Taufiq al-wa’iy3 berpendapat tidak akan pernah berdiri tegak suatu agama, tidak akan menang satu keyakinan, tidak akan populer suatu aliran kecuali dengan dakwah. Tidak akan roboh pilar-pilar agama setelah tegak, tidak akan punah suatu aliran setelah tinggi menjulang kecuali ketika dakwah ditinggalkan. Allah berfirman:
152. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman (Q.S Ali-Imron: 152). Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya jama’ah dakwah, yaitu sekelompok masyarakat yang menjadikan keIslamannya sebagai peningkatkan akhlak pribadi dan lingkungan sosialnya. Perubahan Islami adalah perubahan total yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan mendatangkan kedamaian hidup. Jama’ah merupakan sumber kekuatan kaum muslimin. Allah Swt berfirman: 2
Harjani Hefni, dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 7. Taufiq al-Wa’iy, Dakwah Ke Jalan Allah-Muatan, Sarana, dan Tujuan, (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 47. 3
2
103. Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S. Ali-Imron: 103). Perubahan yang komprehensif tidak akan terwujud tanpa adanya kesinambungan amalan yang kontinyu. Inilah yang menjadi tugas seluruh ormas Islam, khususnya di Indonesia sebagai Negara penyumbang ummat muslim terbesar di dunia. Sayangnya, sedikit sekali yang berhasil mempertahankan jama’ahnya dalam skala kuantitas dan kualitas. Berdasarkan riset Kementrian Agama Republik Indonesia tahun 20114 menyatakan, bahwa jumlah masjid di Indonesia lebih dari 800 ribu masjid. Di Jawa Timur sendiri, menurut data DMI Jawa Timur tercatat lebih dari 100 ribu. Namun, Kementrian Agama menemukan kondisi yang sangat ironis, bahwa 89,9% dari jumlah masjid yang tercatat, sepi dari jama’ah dan kegiatan keagamaan. Keaktifan jama’ah merupakan salah satu indikator telah terlaksananya proses komunikasi yang efektif. Di mana yang menjadi titik pencapaiannya adalah perubahan pada diri komunikan. Dipandang dari komponen komunikan,
4
http://www.jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/qavw1356598410.pdf pada tanggal 28 januari 2014).
3
(diakses
komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi, identifikasi diri, dan ketundukan. 5 Hal ini tentu saja searah dengan misi dakwah. Jama’ah, dakwah sebagai megaproyek tidak mungkin dicapai secara efisien dan efektif tanpa strategi yang terencana dan matang. Tiap-tiap langkah dakwah haruslah teragendakan dan terorganisasi dengan baik. Sebab ada sasaran dan tujuan yang harus dicapai secara gradual melalui tahapan yang jelas. Di samping itu, di zaman tekhnologi ini, masyarakat yang melek akan media dan informasi sudah tidak lagi menerima cara-cara kuno dalam mengkaji ilmu agama. Perlu adanya sinkronisasi antara keduanya dengan sebuah strategi yang matang. Sehingga dakwah islam tetap diterima di segala zaman. Penggabungan dua faktor di atas terlihat ada pada IKADI Jember. Sebuah institusi cabang di daerah jember yang bergerak dalam bidang pengembangan dakwah Islam. Institusi dakwah yang terbilang muda ini berhasil menghadirkan beragam kegiatan yang selalu dekat dan menyentuh masyarakat sehingga IKADI tidak pernah kehilangan jama’ah. Setiap kegiatannya selalu disesaki oleh jama’ah yang datang dari berbagai daerah di jawa timur. Hal tersebut, sangat jarang kita temui di beberapa pengajian lainnya. IKADI jember juga telah berupaya untuk menghadirkan strategi dakwah yang berbeda dan sangat menarik untuk dikaji. Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dakwah tidak akan berkembang tanpa adanya strategi komunikasi yang matang. Perlu adanya treatment khusus untuk menghadapi objek dakwah yang heterogen di wilayah Jember. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk meneliti lebih dalam terhadap
5
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press, 2010), h. 74.
4
permasalahan tersebut. Dengan judul penelitian “Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember- Jawa Timur,” maka ia layak menjadi bahan penelitian yang berguna bagi kemajuan dakwah Islam kontemporer.
B. Batasan dan Rumusan Masalah Pada penelitian kali ini, terfokus pada hal-hal apa saja yang dapat memengaruhi tingkat partisipasi khalayak dalam lingkup strategi komunikasi yang digunakan di antaranya: Kredibiltas nara sumber, tema, konten kegiatan, publikasi, waktu, tempat, dan pemenuhan fasilitas. Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka perlu dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah strategi komunikasi IKADI Jember? 2. Bagaimanakah gambaran tingkat partisipasi Jama’ah IKADI Jember? 3. Bagaimanakah deskripsi tentang aplikasi strategi komunikasi dalam peningkatan partisipasi jama’ah IKADI Jember?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan strategi komunikasi dakwah yang digunakan oleh IKADI Jember. 2. Menggambarkan tingkat partisipasi jamaah IKADI Jember. 3. Menggambarkan aplikasi starategi komunikasi terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember.
5
Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi akademis dan praktis, yaitu: 1. Teoritis Untuk pengembangan ilmu komunikasi dan dakwah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis terutama dalam menemukan strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi jama’ah dakwah. 2. Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan mengaplikasikan strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi jama’ah IKADI Jember khususnya, dan untuk lembaga-lembaga dakwah secara umum.
D. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa karya ilmiah yang serupa namun memiliki fokus permasalahan yang berbeda. Perbedaan tersebut jelas terlihat pada fokus penelitian kali ini yang lebih mengarah kepada tingkat partisipasi jama’ah dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Skripsi yang ditulis oleh Qomariah Lubis, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta berjudul: Efek Komunikasi Dzikir Terhadap Pengalaman Agama Jama’ah Majelis Dzikir Nurul Musthofa Di Jagakarsa Jakarta Selatan.
6
Skripsi ini secara umum menyajikan tentang respon jama’ah tentang pengalaman agama yang mereka dapatkan di Majelis Dzikir Nurul Mustofa baik dari segi kognitif maupun afektif. Metode penelitiannya menggunakan analisis deskriptif yang lebih menekankan kepada efek komunikasi terhadap pengalaman spiritual jama’ah. 2. Jurnal yang ditulis oleh Yoyon Mudjiono, seorang dosen tetap Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya berjudul, Strategi Dakwah Wali Songo dalam Perspektif Ilmu Komunikasi. Jurnal ini secara umum membahas tentang macam-macam metode dakwah wali songo dalam lingkup kajian komunikasi. Wali Songo sebagai tokoh inspiratif telah lama menerapkan rumus komunikasi yang dicanangkan oleh Laswell dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa. 3. Skripsi yang ditulis oleh Nur Komalasari, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, yang berjudul, Partisipasi Badan Keswadayaan Masyarakat “Setia Abadi” dalam Upaya Penanggulangan Pengangguran di Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi BKM dalam melaksanakan program penanggulangan pengangguran serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat partisipasinya. 4. Skripsi yang ditulis oleh Hambali, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2010 yang berjudul, Strategi Dakwah Lingkungan
7
Perkantoran; Analisa Perencanaan Strategi Ikatan Da’I Indonesia DKI Jakarta. Skripsi ini secara umum membahas tentang strategi dakwah IKADI Pusat di lingkungan perkantoran. Dalam tulisannya menyimpulkan tiga tahapan strategi yang dilakukan oleh IKADI, yaitu: Perumusan Strategi, Implementasi Strategi, dan Evaluasi Strategi. 5. Skripsi yang ditulis oleh Nur Fahmi, mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, yang berjudul, Sistem Pelatihan Dakwah Ikatan Da’I Indonesia (IKADI) Jakarta tahun 2009. Inti dari penelitian ini terfokus pada sistem pelatihan dakwah yang merupakan salah satu program dari Ikatan da’I Indonesia (IKADI) Jakarta untuk meningkatkan mutu dan kualitas da’i. penelitian ini juga menyoroti tentang tahapan pelatihan dari sebelum, ketika, dan sesudah kegiatan berlangsung.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan, Perspektif dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menganggap bahwa terdapat keteraturan atau hukum-hukum yang dapat digeneralisasikan dalam fenomena sosial. Karena itu, penelitian ini mensyaratkan bahwa peneliti harus membuat jarak dengan objek atau realitas yang diteliti. Penilaian yang
8
bersifat subjektif, atau yang mengandung bias pribadi dari peneliti, hendaknya dipisahkan dari temuan penelitian. Pendekatan kuantitatif ini telah mengukur variabel-variabel penelitian sesuai dengan perspektif etik. Bila mana data yang dikumpulkan oleh peneliti didasarkan pada pandangan peneliti, dalam arti bahwa peneliti telah menetapkan jumlah dan jenis indikator yang digunakan dalam menggali data.6 Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu meneliti populasi yang relatif banyak dengan cara menentukan sampel yang merepresentasikan populasi yang akan diteliti. Metode survey ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner.
2. Data Penelitian Peneltian ini menggunakan jenis data berskala nominal untuk mengukur variabel independen (strategi komunikasi) dan variabel dependen (tingkat partisipasi jama’ah). Sedangkan sumber data diperoleh memalui dua macam, yaitu: a. Data primer
: ialah, data yang didapat oleh peneliti sendiri. Pada
kesempatan ini, data primer berasal dari kuisioner yang diisi oleh responden, wawancara pihak terkait, dan dokumentasi. b. Data sekunder
: ialah, data yang menjadi bahan pelengkap dalam
menyusun laporan penelitian yang berasal dari pihak lain. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data sekunder berupa dokumentasi milik IKADI Jember dan presensi kehadiran jama’ah. 6
Ibid., 125.
9
3. Tekhnik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuisoner (angket). Kuisioner adalah tekhnik pengumpulan data melalui pembuatan daftar pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan oleh peneliti. Tekhnik ini dipilih untuk penelitian kuantitatif.7Data diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan kombinasi (tertutup dan terbuka) melalui kuesioner yang akan dijawab oleh jama’ah IKADI. Kuesioner sebagai instrument penelitian disesuaikan dengan tujuan peneliti yang mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner diberikan langsung kepada responden untuk diisi tanpa melalui wawancara. Kuesioner yang dibuat mencakup variabel independen yaitu strategi komunikasi yang digunakan IKADI Jember sedangkan variabel dependen yaitu tingkat partisipasi jama’ah. Instrument ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: -
Bagian (A) berisi tentang kata pengantar penelitian sebagai penghantar maksud dan tujuan pengisian kuisioner.
-
Bagian (B) berisi tentang data demografi responden yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, alamat, telephone, dan saran untuk penelitian ini.
-
Bagian (C) berisi tentang variabel penelitian. Pertanyaan pada variabel strategi komunikasi diwakili oleh pertanyaan nomer 1-10, sedangkan variabel tingkat partisipasi jama’ah diwakili oleh pertanyaan nomer 11-15. Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap
yaitu: 7
Ibid, hal. 140.
10
1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut dalam penelitian. 2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Dekan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. 4. Menetapkan quota responden yang akan mengisi lembar kuisoner atas persetujuan pihak terkait. 5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner 6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner. 7. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. 8. Responden menyerahkan kembali lembar kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa. 4. Populasi dan Sampling Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, populasinya ialah jama’ah Ikatan Da’I (IKADI) cabang Jember yang aktif mengikuti pengajian-pengajian IKADI. Untuk mempermudah penelitian, maka peneliti telah menentukan kriteria populasi dengan cara menetapkan syarat-syarat tertentu bagi anggota populasi, yang berhak menjawab atau mengisi kuisoner. Syarat-syarat tersebut ialah: a. Laki-laki dan Perempuan minimal berusia 12 tahun
11
b. Mengikuti Pengajian Majlis Dhuha IKADI Jember c. Dalam kondisi yang baik (tidak rabun, cacat, dsb) Dikarenakan jumlah populasi jama’ah mencapai 500 orang, maka untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan tekhnik quota sampling. Peneliti telah menetapkan ukuran sampel sebesar 10% dari jumlah populasi, yaitu 50-60 responden sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. 5. Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian ini mempunyai variabel dependen, yaitu tingkat partisipasi jama’ah yang dioperasionalisasikan menjadi: a. Keaktifan mengakses informasi b. Intensitas kehadiran c. Partisipasi pada kegiatan IKADI Jember lainnya d. Partisipasi dengan infaq materi e. Partisipasi dengan mengajak orang lain dan variabel independen yaitu strategi komunikasi yang terdiri dari: a. narasumber b. tema c. konten kegiatan d. publikasi e. waktu kegiatan f. tempat kegiatan.
12
Tabel 1 Definisi Operasional Variabel
Indikator
Ukuran
Butir pernyataan
STRATEGI KOMUNIKASI Nara sumber
Tingkat nasional Tingkat regional Tingkat lokal
a. b. c. d.
Konten Kegiatan
Daya tarik Tema
a. Sudah saya ketahui sebelumnya 2.Saya pasti menghadiri pengajian b. Sudah saya ketahui dan menarik majlis dhuha, jika tema bagi saya pengajiannya: c. Meski Belum saya ketahui
Keunikan kegiatan
Publikasi
Cetak Elektonik Online Marketing
a. b. c. d. e. f. a. b. c. d. e.
Waktu
Durasi
Ketepatan
Tempat/ lokasi
Daya Tarik Lokasi
Akses Lokasi
Daya Tampung
f. g. h. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. a. b. c. a. b.
Nasional Regional Lokal Ketiganya benar
Ceramah dan penyampaiannya Dzikir dan muhasabahnya Sholat dhuha bersama-nya Kostum busana pengajiaanya Layanan Konsultasi Syariah Layanan Kesehatan Orang lain(teman,kerabat, atasan) Sms Media elektronik (jtv dan radio) Media cetak (Pamflet, bulletin, kalender,banner) Social media (facebook, twitter, blog) Pengajian IKADI lainnya Komunitas Rumah Qur’an Lainnya… Terlalu lama Cukup Kurang lama Lainnya…. Cukup 1 bulan 1 kali Kurang banyak Terlalu banyak Lainnya… memiliki daya tarik yang tinggi cukup memiliki daya tarik kurang memiliki daya tarik sangat strategis cukup strategis kurang strategis sangat memadai cukup memadai
13
1.Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika narasumbernya merupakan tokoh terkenal di tingkat:
3.Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada bagian:
4.Saya mengetahui kegiatan majlis dhuha dari:
5. Pengajian majlis dhuha berlangsung dari pukul 05.30-08.30 WIB. 6.Pengajian majlis dhuha dilaksanakan setiap 1 bulan 1 kali di minggu ke-empat pada hari Ahad. 7.Lokasi pengajian majlis dhuha menurut anda: 8.menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha 9.menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha
Fasilitas
c. d. a. b. c. d.
kurang memadai lainnya… sangat memuaskan cukup memuaskan kurang memuaskan lainnya..
10.menurut anda, fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di majlis dhuha ini:
TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH Keaktifan mengakses informasi.
Kehadiran
Kontribusi
Mencari tahu kegiatan Mencatat tanggal kegiatan Menempel jadwal pengajian Frekuensi
a. b. c. d. e.
Facebook grup majlis dhuha Kalender/brosur majlis dhuha Bertanya pada jama’ah lain Pengajian IKADI Lainnya…
11.saya selalu meng-update informasi tentang pengajian majlis dhuha melalui:
a. b. c. d. a.
Selalu Sering Kadang-kadang Lainnya……. Pengajian IKADI di PTPN pada minggu ke-3 Kajian tafsir setiap kamis Tahsin Qur’an Pondok tahfidzul qur’an Layanan Konsultasi Syariah Lainnya.. Pengajian IKADI PTPN Pengajian majlis dhuha Program Orang Tua Asuh Ibnu Katsir Lainnya..
12.Intensitas Saya mengikuti pengajian majlis dhuha:
Partisipasi pada kegiatan lain b. c. d. e. f. Partisipasi a. dalam b. berinfaq c. materi d. Partisipasi mengajak orang lain
a. Mengajak saudara b. Mengajak kolega c. Lainnya..
14
13.Kegiatan IKADI yang saya ketahui selain majlis dhuha:
14.Saya berinfaq pada kegiatan:
15.Saya selalu……untuk turut meramaikan pengajian IKADI/majlis dhuha.
6. Tekhnik Analisis Data Analisis data dilakukan memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Di mana hasilnya akan menyajikan data rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi atau grafik, berdasarkan kelompok variabel-variabel terpilih. Hasil analisis deskriptif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Rangkuman data demografis responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur, profesi, dan alamat (jarak rumah ke lokasi pengajian). b. Rangkuman statisitik yang menunjukkan variabel strategi komunikasi yang meliputi; narasumber, tema, konten kegiatan, publikasi, waktu, tempat, dan fasilitas. c. Rangkuman statistik yang menggambarkan tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember, yang meliputi: keaktifan mengakses informasi, intensitas kehadiran, dan bentuk-bentuk partisipasi jama’ah (materi, non-materi). Jawaban responden diakumuluasikan dalam bentuk persentase. Untuk memudahkan analisis data, maka diperlukan rumus untuk menentukan hasil persentase. Ada dua macam rumus yang digunakan sesuai dengan varian jawaban: a. Rumus persentase dengan pilihan tunggal, yaitu Jumlah jawaban terpilih total responden (60)
X 100%
Contoh: Pada pertanyaan ke-1, Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika narasumbernya merupakan tokoh terkenal di tingkat:
15
Tabel 2 Rumus Persentase Pilihan Tunggal Jumlah Jawaban
Pilihan Jawaban
Persentase Jawaban
a.Nasional
4
6,7%
b.Regional
0
0
c.Lokal
0
0
d.Ketiganya benar
56
93,3%
b. Rumus persentase dengan variasi jawaban, yaitu: Jumlah jawaban terpilih jumlah total jawaban
X 100%
Contoh: Pada pertanyaan ke-3, Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada bagian:
Tabel 3 Rumus Persentase Varian Jawaban Pilihan Jawaban
Jumlah Jawaban
Persentase Jawaban
Ceramah dan metode penyampaiannya
57
48,71%
Dzikir dan muhasabahnya
33
28,2%
Sholat dhuha bersama-nya
18
15,38%
Kostum busana pengajiaanya
0
0
Layanan Konsultasi Syariah
7
5,98%
Layanan Kesehatan
2
1,7%
117
100%
Total
16
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I :
Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang menunjang dalam pembahasan materi penelitian ini. Di antaranya, strategi komunikasi dakwah, dimensi-dimensi partisipasi, keutamaan partisipasi jama’ah dalam dakwah, dan lain sebagainya. BAB III: Pada bab ini menguraikan tentang gambaran lokasi penelitian yang mencakup profil lokasi penelitian baik dari sisi aspek sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, program kerja organisasi dan lain sebagainya. BAB IV: Pada bab ini terdiri dari hasil dan pembahasan berdasarkan temuan data di lapangan. Hasil dan pembahasan menyajikan dan menguraikan tentang gambaran aplikasi strategi komunikasi dakwah terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember Jawa Timur. BAB V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari simpulan yang merupakan jawaban dari masalah penelitian dan saran untuk penyempurnaan penelitian ini
17
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi Dakwah 1. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan. Pada hakikatnya, strategi merupakan penggabungan antara dua kata, yaitu perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan dengan taktik tertentu dalam operasionalisasinya. Jadi, strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan1.Untuk itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis dengan menentukan efek yang diharapkan melalui beberapa pertanyaan: a) siapa sasarannya b) apa pesan yang akan disampaikan c) kapan penyampaiannya d) mengapa harus disampaikan e) di mana lokasi penyampaian pesannya
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 301.
18
Effendy mengatakan2, strategi yang baik secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu : a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. b. Menjembatani
“cultural
gap”
akibat
kemudahan
diperolehnya
dan
dioperasionalkannya media massa yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya. Strategi dan perencanaan (planning) tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Karena untuk menciptakan strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi dibutuhkan perencanaan yang matang dan terukur. Perencanaan yang bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi komunikasi. Strategi akan membimbing kita ke arah mana komunikasi digerakkan, mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik. Strategi komunikasi bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia. Skinner3 menemukan bahwa komunikasi akan berlangsung selama orang mempunyai apa yang disebut expection of reward atau adanya harapan untuk memperoleh keuntungan dalam praktik komunikasi. Keuntungan tersebut dapat berbentuk: 2
Onong Uchjana Effendy, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University, 1987) h. 23 3 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 401.
19
a. Personal Needs, kebutuhan pribadi semisal makan dan minum. b. Social Needs, kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain. c. God Needs, kebutuhan akan Tuhan. Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a-yad’u, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.4 Secara terminologi, dakwah adalah ajakan dan seruan kepada umat manusia untuk mengamalkan ajaran Islam. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi komunikasi dakwah adalah gabungan antara manajemen dan perencanaan yang secara taktis mengarahkan kegiatan penyampaian pesan, baik secara verbal dan non-verbal kepada pengamalan ajaran atau nilai-nilai keislaman. Dalam konteks dakwah, menurut Arifin5 untuk menciptakan expaction of reward tersebut, strategi komunikasi haruslah memiliki empat rumusan, yang terdiri dari: 1) Mengenal khalayak Untuk memaksimalkan keberhasilan dalam berkomunikasi, maka komunikator perlu mengenal kerangka referensi khalayak, sehingga tidak terjadi kesenjangan
4
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harokah, (Jakarta: Penamadani, 2008), hal. 144. 5
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Amrico, 1994), h.
58-86.
20
antara komunikator dengan komunikan yang menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan benar. Kerangka referensi khalayak adalah sebagi berikut6: -
Kondisi kepribadian dan fisik yang menyangkut pengetahuan khalayak terhadap materi, kemampuan menerima pesan, dan kemampuan khalayak menerima bahasa pengantar.
-
Pengaruh kelompok dan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai dan norma yang dianut.
-
Situasi tempat tinggal khalayak
2) Menyusun pesan Menyusun pesan yaitu, menentukan tema dan materi. Syarat utamanya adalah mampu membangkitkan perhatian. Perhatian dijadikan tolak ukur untuk menilai keberhasilan komunikator dalam melakukan komunikasi. Dalam menetukan tema dan materi, dikenal dua bentuk penyajian permasalahan7: -
One sides issue (sepihak). Dikenal pula sebagai top-down strategy, yaitu hanya mengemukakan hal yang positif, atau hal-hal yang negative saja kepada khalayak untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan dalam bentuk ini berisi konsepsi dari komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat yang telah berkembang.
-
Both side issue (kedua belah pihak). Suatu permasalahan yang disajikan baik yang positif maupun negative yang tujuannya untuk memengaruhi khalayak. ,
6
Sapuri, Psikologi Islam, h.402. Ibid., h. 404.
7
21
permasalahan diketengahkan baik konsepsi dari komunikator maupun konsepsi yang berkembang pada khalayak. 3) Menetapkan metode8 Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Beberapa macam metode cara penyajian adalah:
Repeatation Methods Adalah cara memengaruhi khalayak dengan mengulang-ulang pesan. Tujuannya, agar khalayak dapat memperhatikan pesan dan tidak mudah melupakan pesan tersebut.
Canalizing Cara memengaruhi khalayak dengan jalan menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif khalayak untuk kemudian diubah sedikit-demi sedikit ke ara tujuan komunikator. Istilah lain yang muncul adalah start where the audience.
Informatif Penyampaian sesuatu apa adanya, apa yang sesungguhnya di atas data dan fakta yang valid. Metode ini lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak dan bentuknya berupa pernyataan, penerangan, berita, dan sebagainya.
Persuasif
8
Ibid., h. 405.
22
Memengaruhi khalayak dengan jalan membujuk yang digugah adalah pikiran dan perasaan. Tidak ada kesan-kesan yang menjurus kepada pemaksaan kehendak.
Edukatif Memengaruhi khalayak dari satu pertanyaan umum yang dilontarkan dapat diwujudkan dalam bentuk pendapat, fakta, dan pengalaman.
Kursif Cara memengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Khalayak dipaksa tanpa harus berpikir untuk menerima gagasan yang dilontarkan. Pesan jenis ini mengandung ancaman-ancaman. 4) Seleksi dan Penggunaan Media Dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dicapai haruslah selektif, dengan cara menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Penyesuaian khalayak akan mempengaruhi penyesuaian media yang digunakan. Fungsi media adalah menyalurkan gagasaan, ide, informasi yang ditampung oleh opinion leader kepada khalayak komunikan.
2. Macam-Macam Strategi Komunikasi Dakwah Komunikasi ialah inti dari kegiatan dakwah. Ketika kita berkomunikasi, maka telah terjadi proses menjadikan sama sebuah persepsi dari komunikator ke komunikan. Dalam efek yang lebih luas, terjadi perubahan dalam diri mad’u ke arah yang diinginkan oleh da’i sebagai fasilitator ajaran-ajaran Islam. Para mad’u yang
23
awalanya hanya diarahkan, kemudian berlanjut pada kesadaran pribadi untuk lebih mencintai Allah dan agamanya. Itulah substansi dari strategi komunikasi dakwah. Beberapa macam strategi komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah ialah: a. Kredibiltas Komunikator Untuk menjadi seorang komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas menurut Aristoteles9 dapat diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, patos, dan logos yang baik. Ethos ialah kemampuan seorang komunikator melalui karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya tidak mungkin diragukan orang lain. Pathos ialah kemampuan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunkator melalui argumentasinya. Menurut bentuknya, kredibiltas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu10:
Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung.
Derived Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung.
Terminal Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh setelah pendengar mendengarkan ulasan komunikator sampai selesai.
9
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press, 2010), hal. 71-72. 10 Saiful Rohim, Teori Komunikasi-Ragam, Perspektif, dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal. 73.
24
b. Kualitas penyampaian dan isi pesan Perkataan yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Itulah tujuan penyampaian pesan dakwah. Kalimat menjadi sarana penghubung antara da’i dan mad’u. karenanya,ada beberapa lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) Hendaknya perkataan itu berisi, tidak sekedar kalimat yang tanpa makna. 2) Kalimat yang dipilih harus bersih dari kalimat-kalimat asing yang sekiranya tidak bisa dipahami oleh sasaran dakwah. 3) Fikrah dakwah itu hendaknya disampaikan menggunakan bahasa yang mengandung unsur harapan, khayalan, dan keinginan manusia pada umumnya. 4) Fikrah dakwah harus disampaikan dengan bahasa yang universal, tidak terbatas pada keuntungan kelompok tertentu. 5) Hindari menggunakan redaksi perintah yang membuat mad’u merasa tertekan atau terpojokkan. c. Sasaran dakwah/ mad’u/komunikan Secara etimologi kata mad’u memiliki asal kata da’a- yad’u dengan ismul maf’ul (kata objek) mad’u yang berarti orang yang diseru. Secara terminologi, mad’u ialah orang atau kelompok orang (jama’ah) yang sedang menuntut ilmu agama dari seorang da’i. Mad’u yang satu dengan yang lain berbeda dalam hal kemampuan untuk menerima informasi. Perbedaan tersebut dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya11: 11
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 279-280.
25
1) Faktor sosiologis, yaitu mad’u yang dilihat berdasarkan wilayah tinggalnya. Orang yang tinggal di daerah pedesaan, perkotaan dan pinggiran memiliki daya tangkap yang berbeda. 2) Faktor struktur kelembagaan, berupa masyarakat, pemerintahan, dan keluarga. 3) Faktor sosial kultural, meliputi golongan priyayi, abangan, dan santri. 4) Faktor usia, brupa golongan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan lansia. 5) Faktor ekonomi, mad’u pada jenis ini diklasisfikasikan pada tingkat ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. 6) Faktor okupasional (pendidikan dan profesi), penggolonganya disesuaikan dengan pendidikan dan profesi. 7) Faktor jenis kelamin, materi dakwah dengan mad’u mayoritas perempuan tentulah bukan seputar kewajiban mencari nafkah, namun disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab perempuan. 8) Faktor golongan masyarakat. pada factor ini seorang da’i harus bisa melihat mad’u apakah berasal dari golongan biasa atau seorang tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut memengaruhi terbentuknya klasifikasi khalayak yang dapat dilihat dalam aspek-aspek berikut12:
12
Sapuri, Psikologi Islam, h. 402-403.
26
Innovator (senang mendapatkan pengetahuan keagamaan yang baru dipelajari)
Early adapters (cepat bersedia mengamalkan ajaran agama yang baru diterima)
Early majority (cepat menerima ajaran agama jika orang lain banyak yang menerima)
Majority (menerima atau menolak dalam jumlah besar terbatas pada suattu daerah)
Non-Adopters (tidak suka pengetahuan keagamaan bagi mereka yang belum pernah mempelajari agama sebelumnya)
Bagi lakon dakwah, untuk memahami mad’u sebelum menyampaikan dakwah merupakan salah satu strategi yang sangat penting. Oleh sebab itu, masalah masyarakat ini harus dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sesungguhnya. Agar dakwah bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
d. Waktu dan Tempat Penentuan waktu dan tempat mempunyai pengaruh bagi kelancaran dakwah. Lokasi haruslah memiliki segi yang menguntungkan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tempat atau lokasi ialah; macam kegiatan dakwah yang
27
akan dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat yang diperlukan, serta keadaan lingkungan.13 Sedangkan penentuan waktu sangat berkaitan dengan urutan pelaksanaan dan penyelesaian dari kegiatan dawah. Dengan diketahuinya kapan setiap kegiatan dakwah itu harus dilakukan, maka para pelaku dakwah dapat mempersiapkan materi, fasilitas, dan biaya yang perlu dikeluarkan untuk menunjang kegiatan dakwah. Di samping itu. Akan memudahkan pimpinan dakwah untuk mengorganisir dan mngkoordinir peserta (jama’ah) dakwah secara efisien dan efektif. e. Tema Tema merupakan inti pesan yang akan disampaikan oleh da’i (komunikator) kepada mad’unya (komunikan). Karena itu, tema menjadi penting. Dalam menentukan tema, maka perlu lah seorang da’i atau organisasi dakwah mempelajari problematika ummat yang sesuai dengan kondisi lingkunan mad’u. tema merupakan fikrah utama yang akan mengantarkan pesan dakwah pada efek yang diharapkan dan mengawal da’i agar tidak keluar dari substansi pesan ketika menyampaikan dakwah.
f. Publikasi/ Penyebaran Informasi Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh cara penyampaian dan nilai dari informasi yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penyebaran, ada baiknya informasi diteliti terlebih dahulu. Berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan dakwah, maka informasi tersebut harus
13
diteliti terlebih dahulu apakah
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997), hal. 75.
28
waktu, tempat, dan tema yang dicantumkan telah sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Baru kemudian, informasi tersebut didistribusikan kepada khalayak. Efektivitas strategi publikasi juga dapat dilihat dari menarik tidaknya kemasan suatu informasi. di era cyber saat ini, mengkombinasikan antara pesan dengan visual sangatlah mudah. pihak informasi harus berupaya untuk membangkitkan perhatian khalayak sehingga mereka tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan dakwah.
B. Dimensi-Dimensi Partisipasi 1. Partisipasi Sebuah Konsep Secara terminologi, partisipasi berasal dari kata ‘participate’ yang artinya mengikutsertakan. Menurut FAO 1986, partisipasi memiliki beberapa definisi14, yaitu: Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau sekelompok terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan. Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pengaktualisasikan diri, di mana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri dalam suatu kegiatan. 14
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 64.
29
Semakin besar tingkat partisipasi semakin besar pula status sosial yang dimilikinya. Ia merupakan suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam suatu proses kegiatan bersama dalam situasi social tertentu. Oleh karena itu unsur intern dalam partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan emosional.15 Pada konteks partisipasi dakwah, kata partisipasi memilik makna kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu secara sadar dan sukarela serta mampu mengajak orang lain untuk bergabung bersamanya yang diyakini sebagai suatu kebaikan. 2. Partisipasi Sebagai Efek Komunikasi Dalam berkomunikasi untuk membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan kepada khalayak haruslah:16 a. Menyuguhkan berita hangat yang isinya cocok dengan kepentingan masyarakat. b. Menggugah hati masyarakat sehingga gagasan dan perasaan yang disampaikan oleh si pembawa pesan sudah seperti milik si penerima pesan itu sendiri. c. Menimbulkan dorongan bertindak bagi sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan. Untuk mendorong tingkat partisipasi melalui proses komunikasi, para ahli komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses; Attention
15
Soejono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,1996), hal.192 Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, (Jakarta, Sinar Harapan, 1985) h. 21.
16
30
(perhatian), Interest (minat), Desire (kemauan atau hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness. 3. Jenis Partisipasi dalam Lingkup Komunikasi Partisipasi merupakan salah satu bentuk efek dari terjadinya proses komunikasi. Apabila tingkat partisipasi khalayak tinggi, dapat diasumsikan bahwa komunikasi yang diterapkan telah mencapai sasaran yang tepat. Dalam masyarakat atau pun jama’ah dakwah tentunya memiliki model yang berbeda-beda dalam menunjukkan sisi partisipasinya. Berdasarkan lingkup komunikasi, terdapat dua jenis partisipasi, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif: -
Partisipasi aktif, adalah partisipasi yang berlangsung karena adanya komunikasi dua arah. Sehingga memungkinkan adanya timbal-balik secara langsung dan memicu keterlibatan aktif para anggota-anggota komunikasi.
31
-
Partisipasi pasif, ialah partisipasi yang timbul melalui komunikasi satu arah. Di mana komunikator merupakan seorang Opinion Leader yang kuat. Sehingga mampu mempersuasi khalayak untuk melakukan sesuatu secara suka rela.
Selain itu, ada beberapa indikator tingkat partisipasi yang dapat menggambarkan kondisi partisipasi, di antaranya: a. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah diketahui berdasarkan kuantitas kehadiran tanpa banyak berperan dalam pengambilan keputusan terkecuali yang bersifat voting atau pengambilan suara berdasarkan kehadiran. b. Kontribusi, jenis partisipasi ini mengandung aktifitas tertentu yang dilakukan untuk terlibat secara mendalam pada suatu hal, khususnya dalam pengambilan keputusan yang bersifat internal. c. Pemilikan dan pengendalian, jenis partisipasi ini merupakan varian tertinggi karena telah terlibat secara mental dan emosional, memberikan semangat kepada yang lain, serta melakukan pengorbanan materi secara suka rela.
C. Metode Dakwah di Era Globalisasi Untuk mengantisipasi trend masyarakat modern maka diperlukan materi-materi dakwah yang lebih mengarah pada kecenderungan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh komponen yang menentukan keberhasilan dakwah perlu ditata secara profesional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dapat menghasilkan kemasan dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan maningkatkan semangat serta kesadaran dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Islam.
32
Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif, serta masalah manusia yang semakin kompleks, yaitu17; 1) Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. 2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci. 3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat. 4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya. Dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan,
17
Abd. Madjid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 79. 33
dan logis.18 Metode yang tepat merupakan bagian dari strategi komunikasi dakwah untuk meningkatkan partisipasi jama’ah dalam upaya pengembangan nilai-nilai Islam di masyarakat. Oleh karena itu, di era globalisasi ini, sangat dianjurkan metode-metode dakwah yang tidak kaku dan terkesan kolot, namun dapat lebih interaktif dengan memanfaatkan perkembangan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih dan akrab dengan kehidupan manusia. Sehingga dakwah Islam dapat diterima di seluruh lapisan masyarakat di segala zaman.
D. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah 1. Fungsi Jama’ah Jama’ah merupakan produk dakwah yang pada akhirnya akan berkembang menjadi basis pengembangan masyarakat. Tentunya, dengan menimbang kondisi umat Islam yang mulai terpecah belah karena saling meninggikan baju kebesaran kelompok masing-masing. Ilmu pengetahuan dan juga budaya masyarakat lambat laun bergeser kiblat ke dunia Barat, menyadarkan kita tentang urgensi berjama’ah. Islam sebagai satu-satunya agama Allah telah menegaskan bahwa bentuk pemikiran apapun di luar sumber ajaran agama Islam, berpotensi untuk menggoyahkan aqidah ummat. Urgensi ini melahirkan dua fungsi jama’ah. Yaitu, sebagai basis pengembangan masyarakat dan sebagai jama’ah inti dakwah.
18
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 9.
34
Jama’ah sebagai basis pengembangan masyarakat dibentuk melalui aktivitas dakwah yang mengikuti beberapa prinsip dasar. Pertama, orientasi pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak sekedar merumuskan sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan sebagai usaha membenahi kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan tidak lagi hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal ini selaras dengan firman Allah Swt dalam surat Ali-Imron ayat 110:
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Q.S AliImron:110) Kedua, dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya melakukan social engineering (rekayasa sosial) untuk mendapatkan suatu tatanan kehidupan sosial yang lebih baik serta berlandaskan nilai-nilai Islam. Sayyid Quthub berpendapat bahwa gerakan dakwah menghendaki adanya sekelompok orang yang secara khusus memusatkan perhatian dalam bidang dakwah. Kelompok inilah yang disebut dengan jama’ah inti yang secara fungsional bertugas melaksanakan dan menggerakkan dakwah dalam lingkungannya. 19 Dalam pandangan
19
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harokah, (Jakarta: Penamadani, 2008), hal. 257. 35
Sayyid Quthub, keberadaan jama’ah inti sangatlah mutlak karena ia dipersepsi sebagai mediator yang mempresentasikan system Islam dalam kehidupan nyata. Dalam komunitas ini, kebajikan dan kebenaran akan tumbuh tanpa banyak daya karena dukungan dari jama’ah inti. Ia juga bertanggung jawab bagi perkembangan Islam dengan cara memperluas wilayah dan jaringanya secara bertahap untuk membentuk umat Islam yang dicita-citakan.
2. Partisipasi Sebagai Alat Mobilisasi Dakwah Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga bisa berasal dari kata commones yang artinya sama. Dengan demikian, secara sangat sederhana, dapat kita katakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.20 Geliat partisipasi memliki dampak yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa, Negara, organisasi, partai politik, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya, manusia adalah makhluk social yang tidak dapat mencapai tjuannya sendiri. Antara manusia yang satu dengan yang lain bersingungan dengan kebutuhan dan kepentingan yang akan mudah dicapai bila dilakukan bersama-sama. Contoh dasar ketika seseorang ingin menjadi presiden. Maka, dapat dipastikan ia membutuhkan dukungan dari banyak orang dan keikutsertaan orang lain untuk membantu
20
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Graha Media Pratama, 1997), h.1.
36
merealisasikan impiannya dengan memberikan suara mereka saat Pemilihan Umum (PEMILU) berlangsung. Dengan tingkat partisipasi yang tinggi, maka menjadi presiden bukanlah hal yang sulit. Begitulah gambaran dari efek partisipasi. Partisipasi masyarakat merupakan alat efektif untuk memobilisasi sumber-sumber daya baik materi atau pun manusianya dengan tujuan melaksanakan program tertentu. Dalam kegiatan dakwah, partisipasi juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memajukan ideologi atau tujuan-tujuan yang bersifat normatif.. Jika partisipasi jama’ahnya tinggi, maka dapat dipastikan banyak program-program dakwah lainnya seperti pengadaaan Alqur’an, santunan anak yatim, pembangunan sarana ibadah dan pesantren yang terealisasi dengan mudah. Maka, tidak perlu lagi ada sekelompok masyarakat yang harus meminta-minta di tengah jalan dengan dalih pembangunan masjid. Karena jama’ahnya telah sadar dan secara suka rela membantu kegiatankegiatan dakwah. Dalam bentuk alternatif, partisipasi ditafsirkan sebagai alat untuk mencapai efisiensi pada manajemen proyek. Implikasinya, partisipasi menyangkut pula strategi manajemen, komunikasi melalui mana organisasi dakwah mencoba untuk memobilisasi jama’ahnya untuk mencapai tujuan dakwah.
E. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen yaitu tingkat partisipasi jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember. Sedangkan variabel dependen yang akan diteliti adalah strategi komunikasi.Partisipasi adalah bagian dari sikap yang merupakan reaksi atau respon secara terbuka dari seseorang 37
terhadap suatu stimulus dari proses efektivitas strategi komunikasi . Berdasarkan pengertian tersebut, partisipasi ada setelah adanya strategi komunikasi yang terkonsep dan teralisasi di lapangan, peneliti ingin melihat dari sekian banyak model strategi komunikasi yang dapat digunakan, manakah yang paling memberi pengaruh besar terhadap tingkat partisipasi jama’ah.
F. Hipotesis Penelitian Strategi komunikasi telah sangat baik diaplikasikan oleh IKADI Jember terhadap upaya peningkatan partisipasi jama'ah. Apabila item terpilih kurang dari 20%, maka strategi komunikasi tersebut dinyatakan kurang aplikatif. Jika item jawaban terpilih sebanyak 20-50%, maka strategi komunikasi tersebut dinyatakan telah diaplikasikan dengan cukup baik
dan jika item jawaban terpilih di atas 50%, maka strategi
komunikasi tersebut dinyatakan telah diapikasikan dengan sangat baik
38
BAB III PROFIL LOKASI PENELITIAN A. IKADI PUSAT 1. Sejarah Berdirinya Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) merupakan ormas pendatang baru dalam pengembangan dakwah jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga dakwah lainnya. IKADI dideklarasikan di Asrama pondok Gede Jakarta Timur pada tanggal 12 Juli 2004 M bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H. Kehadirannya dipicu oleh problematika da’i yang berkarir secara pribadi, tidak terencana, dan tidak membesarkan lembaga atau ormas. 1 Di sisi lain, problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama para da’i. Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan globalisasi memerlukan langkah-langkah yang progegsif, proaktif, intensif, terencana,
sistematis
dan
seimbang
dengan
merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi suatu strategi. Semua langkah ini diharapkan melahirkan pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai solusi bagi semua persoalan hidup. Obsesi inilah yang mendorong para aktivis dakwah mendirikan wadah para da’i yang kemudian dikenal dengan Ikatan Da’i Indonesia (IKADI). IKADI tumbuh sebagai organisasi masyarakat (ormas) dakwah yang bergerak di atas landasan visi dan misi, sifat dan ciri khas sebagai sebuah organisasi dakwah. Keaktifan dan konsistensi telah menjadikan IKADI 1
Laporan Utama. Da’i Ramah Menebar Rahmah, Tabloid Robithoh Edisi 17 Januari-17 Februari, 2010.
39
semakin berkembang di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, IKADI tercatat memiliki 27 Pengurus Wilayah (PW) dari 33 provinsi di Indonesia. Sepak terjang dakwah yang dilakukan oleh IKADI merupakan cikal bakal dari kemajuan perkembangan dakwah Islam di daerah-daerah. Dan merupakan miniatur dari penerapan strategi komunikasi dakwah cabang IKADI lainnya. 2. Sifat dan Ciri Keorganisasian IKADI a. IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat ke-Islaman yang diwujudkan dalam bentuk ukhuwah dan silaturahim dalam membina dan mengembangkan ta’aruf (saling mengenal), ta’awun (saling menolong), dan tausyiah (saling berwasiat) di jalan kebenaran guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat umat manusia. b. IKADI adalah organisasi berciri keterbukaan dalam penerimaan anggota, menampung aspirasi, partisipasi, prakarsa, dan dinamika anggota. c. Berciri kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang memiliki
otonomi
dalam
pemikiran,
pengambilan
keputusan,
penyelenggaraan kegiatan secara amal jama’i terutama bertumpu pada kemampuan pemikiran, upaya, dan sumber daya sendiri sesuai dengan program yang telah ditetapkan. d. Berciri kekeluargaan yang diimplementasikan pada pengembangan wawasan kebangsaan dan kebersamaan untuk menumbuhkan sikap kekeluargaan da’i serta berpartisipasi dalam pemersatu umat, masyarakat, bangsa, dan negara
40
3. Visi Menjadi Lembaga Profesi Da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil 'alamin. 4. Misi a. Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-Quran dan Sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia. b. Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil'alamin. c. Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam. d. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat. e. Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 5. Struktur Kepengurusan Pusat 2008-20132 Ketua Umum
Prof. Dr. KH. Achmad Satori Ismail
Sekretaris Jenderal
Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA
Bendahara Umum
H. M. Aniq Syahuri, Lc
Ketua Departemen Dakwah
H. A. Kusyairi Suhail, MA
Ketua Departemen Pendidikan
Dr. H. Abdul Jabbar Majid, MA
Ketua Departemen Riset dan Kajian
H. Samson Rahman, MA
Ketua Departemen Humas dan Keorganisasian H. Suryanapadma Abdurrahman Departemen-Departemen: Ketua Dept. Dakwah
Zulhamdi,Lc
Ketua Dept. Pendidikan
Ahlul Irfan, MM
2
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) periode 2008-2013.
41
Ketua Dept. Riset dan Kajian
Dr. Tajuddin Pogo, Lc. MH
Ketua Dept. Org dan Humas
Dr. Baharudin
6. IKADI JEMBER Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember, merupakan salah satu dari 38 Pengurus Daerah (PD) IKADI di Jawa Timur. Ia tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun dengan membawa nuansa Islam yang ramah dan hangat. Wajah baru inilah yang menjadikan IKADI Jember memiliki banyak jama’ah yang loyal terhadap dakwah. Kiprah IKADI Jember dalam upaya meningkatkan partisipasi jama’ah dakwah telah menghasilkan kemanfaatan bagi masyarakat luas di berbagai daerah. 1. Sejarah Berdirinya IKADI Jember Berangkat dari kesadaran para da’i muda Jember, akan perkembangan zaman yang semakin pesat dan menggerus nilai-nilai moral sebagai umat beragama, maka mereka (Syuhada, Marga Mandala, Abu Hasan, Syukri, dll) berkumpul membentuk suatu komunitas yang konsen pada pengembangan dakwah di bawah naungan yayasan Ad-Dzikro, tepatnya pada tahun 2006. Yayasan Ad-Dzikro memulai kegiatan dakwah dengan membina, menyiapkan serta mendistribuskan da’I-da’I muda Jember untuk berbagai keperluan siraman rohani di masyarakat. Pada tahun 2007, penggagas Ad-Dzikro menyadari kekuatan dakwah haruslah terorganisir, sebagaimana yang disampaikan oleh sayyidina Ali, kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah oleh kebathilan yang terorganisir. Allah Swt juga berfirman:
42
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar217; mereka adalah orang-orang yang beruntung.(Ali-Imron: 104)
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.(Ash-Shaaf:4) Di sisi lain, pengurus Ad-Dzikro mendapatkan ajakan dari IKADI pusat untuk mengembangkan dakwah di Jember di bawah naungan IKADI. Karena visi misi IKADI sama dan sejalan, berlandaskan bukti qauliyah yang sudah Allah sampaikan pada firman-firmannya, serta keinginan untuk mendapatkan jaringan yang lebih luas dan lebih diterima oleh masyarakat, maka pada bulan Januari 2007, Ad-Dzikro meleburkan diri terbentuklah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember. Layaknya sebuah organisasi, maka tentulah dibutuhkan adanya struktur kepengurusan agar organisasi berjalan dengan manajemen dan system yang teratur dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil mufakat, penggagas Ad-Dzikro yang telah melebur menjadi IKADI Jember, maka terbentulah kepengurusan IKADI Jember periode 2007-2013, sebagai beriku Ketua
: Ustadz Abu Hasanuddin, S.Pd
43
Sekretaris
: dr. Indarto
Bendahara
: Bapak Zayin
Bid. Dakwah
: Ustadz Syukri Nur Salim, S.Pd.
Media
: Ustadz Fahd
Humas&Kesekretariatan
: Agus Rahmawan, S.E.
Sarana dan prasanana
: Ustadz Saidin
Pembentukan struktur pengurus pun dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode dakwah apa yang akan ditampilkan oleh IKADI Jember kepada masyarakat. Dalam pembahasan tersebut diputuskanlah metode pengajian akbar, karena disinyalir metode inilah yang dirasa paling efektif untuk mengenalkan IKADI secara masif pada saat itu. Baru kemudian dibahas mengenai strategi pemilihan tempat, waktu, dan siapa saja yang sekiranya dapat diajak bekerja sama. Alhamdulillah, atas bantuan dari salah satu kolega pengurus IKADI yang bekerja di Bank Syariah Mandiri, IKADI bisa meminjam halaman kantor BSM yang luas sebagai tempat pengajian akbar pertama IKADI Jember di bulan Februari 2007. Untuk menggaet massa, strategi IKADI yang pertama adalah menyebarkan undangan yang kemasannya hampir sama mewahnya dengan undangan pernikahan. IKADI mengundang semua kerabat dan kolega yang IKADI kenal untuk hadir dalam pengajian akbar tersebut. Dan Alhamdulillah pengajian berjalan lancar. Sampai pada bulan Mei 2007, di mana setiap program yang telah berjalan dievaluasi. Pada evaluasi tersebut, ditemukan beberapa kekurangan pada lokasi pengajian akbar yang mengurangi kenyamanan bagi para jama’ah, di antaranya:
44
Sulitnya menemukan lahan parkir.
Lokasi dipinggir jalan sehingga kebisingan tidak dapat dihindari.
Ramainya kendaraan sehingga menyulitkan bagi jama’ah yang ingin menyeberang menuju lokasi pengajian akbar.
Bagi IKADI, faktor lokasi merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam mengadakan pengajian akbar, karena IKADI selaku da’i harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada jama’ah agar dapat mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya. IKADI mencoba beberapa tempat alternatif dan pada akhirnya pada bulan itu juga, IKADI dipertemukan oleh Allah dengan manajer wilayah II PTPN XII Jember, yaitu Bapak Endang Sulaiman, beliau dengan kearifan dan keramahannya bersedia meminjamkan lapangan PTPN yang sangat luas dan terbilang strategis. Di samping itu, akses lokasi yang mudah menambah poin daya tarik pengajian akbar. Strategi IKADI untuk memindahkan lokasi pengajian akbar ke lapangan PTPN XII rupanya adalah pilihan yang tepat. Semenjak perpindahan tersebut, tidak tanggung-tanggung, banyak sekali jama’ah yang datang dari luar Jember untuk mengikuti pengajian. Kesuksesan ini juga ditunjang dari ikhtiar para pengurus dalam menerapkan strategi-strategi komunikasi yang unik dan mengandung daya tarik. Sehingga mendatangkan respon positif dari masyarakat bahkan
tidak
sedikit
yang
rela
berpartisipasi
dalam
program-program
pengembangan dakwah. Partisipasi jama’ah yang besar telah menorehkan banyak sekali kebaikan. Di antara sumbangan 1000 kursi IKADI yang diperoleh dari infak para jama’ah. Penyebaran 2000 Alqur’an Braile untuk penyandang tuna netra, serta ma’had
45
tahfidz gratis. Kesemua itu diperoleh dari sumbangan jama’ah IKADI yang luar biasa. Da’i adalah orang yang menjadi fasilitator realitas. Maka dari itu, seorang da’i harulah mencari tau apa saja fenomena-fenomena sosial yang ada dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Menjelang bulan Ramadhan 1431H (Juli 2010) beberapa pengurus IKADI yang memiliki perhatian lebih dalam hafalan Al Quran (Ust.Abu Hasanuddin, ust. Syukri Nur Salim & Agus Rohmawan) bermufakat di rumah Ust. Khoirul Hadi, Lc dan rumah Ir.H. Endang Sulaeman untuk memperjuangkan Al Quran dengan mendidik generasi-generasi qurani dalam wadah pondok pesantren tahfizh quran. Saat itu IKADI Jember tidak memiliki tanah ataupun dana, baru sebatas keinginan yang sangat menggebu-gebu. Informasi tanah di berbagai tempat untuk lokasi pondok pun dicari. Dan akhirnya terpilihlah tanah seluas 8047m2 di km7 jalan Wisata Rembangan, Jember Jawa Timur. 3 Pada tanggal 15 Agustus 2010 bertepatan dengan tanggal 5 Ramadhan 1431H bersamaan dengan acara pengajian akbar rutin IKADI di lapangan PTPN XII dengan pembicara KH. Dr. Ahmad Hatta, MA, di-launching-lah niatan tersebut kepada jamaah pengajian, untuk bersama-sama membebaskan tanah dengan sistem Sertifikat Wakaf Tunai (SWT), dengan harga Rp. 80.000/m2. Untuk memudahkan masyarakat yang akan berwakaf SWT dibuat berdasarkan pecahan 1m , 5m, 10m, 25m, dan 100m. 4 Atas izin Allah, antusiasme dari jamaah IKADI secara perorangan maupun institusi sangat besar sehingga sampai dengan bulan Mei 2011 (9 bulan) tanah di rembangan telah terbebaskan. Mulai sertifikat 1m sampai 100m diserap 3 4
http://www.ibnukatsir.or.id/statis-3-visidanmisi.html ,(diakses pada tanggal 3 Desember 2013). Ibid.
46
masyarakat dan ada satu sertifikat wakaf tunai istimewa seluas 1000m dari satu orang. Bahkan ada satu orang dari Jakarta yang transfer hingga 7 kali selama lebih kurang 7 bulan padahal beliau berbaring di rumah sakit karena terkena kanker stadium lanjut. Ada juga seorang Anggota Dewan pusat yang ketika didatangi langsung memberikan dana sebesar 10.000 USD. Alhamdulillah, tiga kali tim IKADI fundraising di Jakarta, sekian proposal dan tool marketing yang dibuat tidaklah sia-sia karena waqif dari total perolehan Rp.665.000.000,- separuh lebih adalah dari jaringan IKADI di Jakarta dan sekitarnya.5 Terdapat banyak kisah inspiratif yang lahir dari pembangunan ma’had tahfid Ibnu Katsir. Kisah-kisah tersebut menjadi bukti nyata akan besarnya pengaruh kekuatan jama’ah terhadap kemajuan dakwah. Terwujudnya mimpi-mimpi pengurus IKADI merupakan keniscayaan bagi da’i yang percaya pada kekuatan dan kuasa Allah Swt. Tentunya banyak biaya dan perjuangan yang harus dilakukan. Begitu pula dengan tim IKADI Jember. Ustadz Agus Rahmawan pada suatu kesempatan menuturkan beliau dan Ustadz Abu Hasanuddin dengan gigih dan semangatnya menunggui pemilik tanah di daerah rembangan, hingga mengikuti aktivitas si empunya tanah untuk mencapai kesepakatan wakaf tanah ma’had putri. Beliau berdua mengikuti aktivitas memancing bersama pemilik tanah demi mencapai sebuah kesepakatan. Berbekal sertifikat wakaf dan keyakinan pada kuasa Allah, akhirnya perjuangan itu berbuah manis dengan terjalinnya sebuah kesepakatan. Dalam perjalanan pembebasan tanah di Rembangan belum selesai, Hj. Mimin Jamilah, salah satu jama’ah IKADI Jember, yang memiliki tanah di jalan Mangga
5
Ibid.
47
18 Patrang, seluas lebih kurang 2500m2 termasuk bangunan induk dan kostkostan tersentuh dengan program pendirian pondok pesantren tahfizh quran. Beliau mewakafkan rumahnya untuk dijadikan ma’had tahfidul qur’an. Beliau bergabung dalam barisan untuk memuliakan alquran dengan mewakafkan rumah dan tanah tersebut. Beliau bahkan menyampaikan keinginannya untuk menjadi hafidzoh. Tepat tanggal 10 Muharram 1432H bertempat di Masjid Al Falah. IKADI Jember melakukan sosialisasi pertamanya kepada masyarakat, tokoh, dan perangkat RT/RW tentang adanya akdun wakaf ini, sehingga masyarakat sangat mendukung keberadaan MTQ di lingkungannya. Adanya wakaf gedung dan tanah ini merupakan bentuk pertolongan dari Allah SWT yang dipercepat bagi IKADI sementara tanah atas belum terlunasi. Sebagaimana amanah jamaah IKADI, maka pondok pesantren yang dikelola ini berdiri sendiri atau tidak menjadi cabang dari pesantren tahfizh manapun. Pengurus IKADI Jember sepakat mendirikan yayasan khusus yang menaungi pondok. Bernama Yayasan Ibnu Katsir sekaligus pondok pesantrennya dinamakan Ma'had Tahfizhul Quran (MTQ) Ibnu Katsir sebagai bentuk penghormatan kepada Ibnu Katsir, ulama tafsir yang ternama dan diterima semua kalangan, harapannya demikian pula ma'had tahfizh ini bisa bermafaat bagi sebanyak-bayaknya ummat. Tanggal 15 Mei 2011 bersamaan dengan pengajian akbar IKADI di lapangan PTPN XII, MTQ Ibnu Katsir dilaunching langsung oleh ketua IKADI Pusat Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail MA. Dan penerimaan calon mahasantri baru untuk angkatan pertama dimulai. Dengan adanya dua lokasi ma'had maka ditetapkan jln Mangga sebagai Kampus 1 sekaligus lokasi awal pusat kegiatan pesantren dan jln
48
Wisata Rembangan KM 7 sebagai pusat kegiatan santri di lapangan, kegiatan ekstra kurikuler, wisma tamu dan kegiatan ekonomi bisnis untuk menunjang operasional ma'had. 6 Berdirinya ma’had tahfidzul qur’an Ibnu Katsir telah melibatkan pengorbanan dan kerelaan banyak pihak. Khususnya kepada Lembaga Puslit Kakao Jember yang banyak membantu kegiatan dakwah IKADI. Untuk menjaga kepercayaan tersebut dan sebagai kompensasi dari amal jariyah jama’ah, maka IKADI berinisiatif untuk mengadakan pengajian akbar yang dikemas berbeda dengan pengajian sebelumnya. dengan nama majlis dhuha. Pada pengajian ini, kegiatankegiatan sunnah dijalankan secara berjama’ah. Seperti dzikir pagi, sholat dhuha, dan muhasabah. Cara penyampaian isi dakwah pun cukup unik karena majlis dhuha mendatangkan narasumber-narasumber yang memiliki latar belakang seorang trainer. Sehingga pembawaannya pun lebih atraktif dan entertain. Serta kelebihan-kelebihan lainnya yang akan diulas lebih lanjut pada pembahsan selanjutnya. 2. Visi dan Misi Visi IKADI Jember sejalan dengan IKADI Pusat yaitu menjadi wadah para dai untuk menebar kebaikan agar Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sedangkan misinya adalah menjadi lembaga dakwah yang memberi pencerahan pada masyarakat dengan memberdayakan da’i-dai muda.
3. Struktur Kepengurusan Ketua
6
: Ustadz Abu Hasanuddin, S.Pd
Ibid.
49
Sekretaris
: Novan Yudhistira, S.E.
Bendahara
: Bapak Warsito
Bid. Dakwah
: Ustadz Imam Syafi’I,
Bid. Pendidikan
: Ustadz Ustadz Muhammad Fadhil
Humas&Kesekretariatan
: Didik Supriyanto
Manajer Operasional
: Ustadz Imam Syafi’I,
4. Program-Program Unggulan a. Pengajian Akbar PTPN XII Pengajian akbar ini merupakan program IKADI Jember sejak tahun 2007 hingga sekarang. Selama 6 tahun, lapangan PTPN XII yang beralamat di Jalan Gajah Mada Jember dapat menampung ratusan jama’ah IKADI dan menjadi wadah silaturrahim di antara jama’ah. Pengajian ini diadakan setiap bulan di minggu ketiga tepatnya hari Ahad. Pengajian di mulai pada pukul 07.00-09.00 WIB. Berawal dari pengajian akbar inilah, partisipasi jama’ah tersalurkan melalui infak kursi, sumbangan Al-Qur’an Braile untuk penyandang tuna netra, hingga pendirian ma’had tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir. b. Pemberantasan Buta Aksara Al-qur’an Braille Umat Islam memiliki kewajiban untuk membaca dan memahami isi AlQur’an. Karena penyandang tuna netra merupakan kelompok berkebutuhan khusus, maka diperlukan Alqur’an yang khusus pula. Namun, tidak semua tunanetra muslim memiliki Alqur’an braille. Sebab, harganya relative mahal.
50
Atas dasar inilah, IKADI Jember bekerja sama dengan ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) menghimpun wakaf tunai Al-Qur’an Braille dari berbagai lembaga dan donatur. Harga satu set Al-Qur’an Braille 30 juz sekitar Rp 2.000.000,-. Berbekal pertolongan Allah Swt lewat infaq dari para jama’ah IKADI, terkumpulah dana sebesar Rp 60.000.000,- sehingga sebanyak 30 set Alqur’an Braille lengkap 30 juz dapat terdistribusikan ke-4 kabupaten di Jawa Timur.
Cara
mendistribusikannya
pun
unik.
Pengurus
IKADI
Jember
bersilaturrahim dengan genk motor dari kalangan anak muda untuk membantu mendistribusikan Al-Qur’an Braille kepada para tunanetra yang membutuhkan. c. Ma’had Tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir Ma’had Tahfid Ibnu Katsir adalah lembaga pendidikan Tahfidz Al-Qur’an yang didirikan oleh IKADI Jember di bawah naungan Yayasan Ibnu Katsir. Tujuannya, untuk mendirikan dan mengembangkan pola pendidikan tahfidzul Qur’an terpadu berbasis pesantren dengan metode integrated dan modern yang teradopsi dari kurikulum Ma’had Tahfidz Qur’an Syiria serta bekerja sama dengan Univeristas Terbuka (UT). Ma’had Ibnu Katsir memberikan beasiswa penuh selama 4 tahun bagi para remaja lulusan SMA atau sederajat yang memenuhi kriteria dan lulus seleksi. Selain sebagai da’iyah, output dari proses pendidikan ma’had Ibnu Katsir yaitu, alumni akan dipromosikan menjadi manajer dan pengelola lembaga pendidikan yang dikembangkan Ibnu Katsir sebagai investasi SDM yang diharapkan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan umat. d. Majlis Dhuha
51
Mulanya, didasari sebagai bentuk pelayanan kepada para donatur Ma’had Tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir, khususnya bagi mitra yang telah banyak membantu IKADI Jember yaitu Puslit Kakao Indonesia. Maka, untuk mempererat ukhuwah antar lembaga, keduanya bersepakat me-launching pengajian akbar yang dinamai “Majlis Dhuha”. Tepat pada tanggal 27 Mei 2012, Majlis Dhuha digelar pertama kalinya di Aula Puslit Kakao Indonesia di Jalan P.B. Sudirman dan berlangsung setiap satu bulan sekali di minggu ke-4. Semenjak diluncurkan pertama kali sejak 27 Mei 2012, Majlis dhuha memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Jember. Majlis dhuha bahkan menjadi pengajian alternatif yang dinantikan. Di Usianya yang terbilang muda, ia telah berhasil meenyejukkan dahaga rohani jama’ahnya. Tidak heran, mengapa Majlis Dhuha senantiasa disesaki oleh jama’ah. Aula PUslit kakao yang dapat menambung 500 orang tanpa kursi, ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan jama’ah yang datang. Masih banyak yang terlihat berdiri di luar Aula, berpanaspanasan, namun tak surut semangatnya menuntut ilmu hingga acara selesai. Bahkan antara jama’ah yang satu dengan yang lain rela berbagi dan bergantian tempat duduk. Majlis Dhuha seolah memiliki magnet yang kuat untuk menarik para peminatnya. Magnet ini tentunya tidak serta merta datang dengan sendirinya, tetapi berproses lewat suatu strategi komunikasi yang terencana dan terukur. Beberapa strategi yang dilakukan oleh tim Majlis Dhuha adalah: a) Differensiasi Sejak awal, Majlis Dhuha telah disiapkan menjadi pengajian akbar yang berbeda dengan Pengajian Akbar PTPN XII. Perbedaan tersebut nampak dari segi konsep pengajian akbar semi-training yang sifatnya rekreatif dan inovatif.
52
Sehingga, diharapkan orang yang datang ke acara ini, dapat membawa serta keluarga dan teman-temannya. Jama’ah dikondisikan seperti berada dalam wisata religi yang bernuansa kekeluargaan. Dengan mengangkat tagline menebar rahmat, kokohkan ukhuwah, meraih berkah, Majlis Dhuha ingin menampilkan wajah Islam yang satu, damai dan 100% murni terlepas dari tendensi kelompok atau golongan tertentu. Berlandaskan satu tujuan yaitu menebarkan ilmu Al-Qur’an dan Sunnah. b) Segmentasi Salah satu cara untuk menghasilkan komunikasi yang efektif adalah dengan mengetahui siapa sasaran komunikannya. Lapisan masyarakat yang heterogen tentunya memiliki respon atau daya tangkap pesan yang berbeda. Untuk mempermudah proses komunikasi, maka Majlis Dhuha memfokuskan segmen jama’ah kelas atas secara akademik. Karena pada umumnya,orang-orang yang berpendidikan telah mengoptimalkan daya kognitifnya sehingga lebih mudah menerima ilmu. Allah Swt menyeru manusia dalam surah Ali-Imron: ayat 9 untuk senantiasa mengoptimalkan daya berpikirnya:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
53
Jika daya kognitif telah kuat, tentunya akan lebih mudah untuk mengarahkan jama’ah menyuburkan daya afektif dengan merasakan dan mencintai Islam lewat iman. c) Passioning Passion merupakan emosi yang melibatkan perasaan, antisuasme, atau keinginan yang kuat akan sesuatu. Passion setiap orang berbeda-beda. Menemukan passion sangatlah penting, karena dengan passion seseorang bisa mere-charge energy dan semangat dalam bekerja. Semangat itulah yang akhirnya akan menghasilkan totalitas kerja yang manfaatnya dapat dirasakan orang lain. Dalam Islam, passion berarti ghirah. Tim majlis dhuha pun menyadari akan hal ini. Dakwah akan sampai pada mad’u apabila da’I menyampaikannya dengan ghirah. Bukan semata-mata substansi pesan yang menjadi faktor penentu. Setelah memiliki differensiasi dan menentukan segmentasi, tim majlis dhuha mulai menemukan passion untuk menghadirkan pengajian akbar yang unik dan menarik. Melalui kemasan semi-training, pemilihan narasumber menjadi poin penting. Karena narasumber merupakan representasi dari citra Majlis Dhuha selanjutnya. Jama’ah mengikuti pengajian lagi atau tidak sangat bergantung pada kredibiltas narasumber. Untuk itu, tim majlis dhuha sangat selektif dan memiliki standart pelayanan tertentu bagi narasumber, di antaranya: 1) Nara sumber diupayakan memiliki basic trainer berskala nasional 2) Transpot narasumber yang dipatok minimal RP 5.000.000,3) Tiket pulang-pergi untuk Narasumber Selain dari segi penceramah dan metode penyampaian, majlis dhuha juga menghadirkan konten kegiatan yang tidak biasa. Tanpa keluar dari tema yang
54
mengusung Islam yang satu, beberapa kegiatan sunnah dapat dilakukan secara berjama’ah. Misalnya, sebelum memulai pengajian akbar, jama’ah diajak untuk membaca dzikir pagi (al-ma’surat) secara bersama-sama. Setelah ceramah, jama’ah kembali dihanyutkan dalam doa dan muhasabah yang menyentuh hati. Dilanjutkan dengan sholat dhuha bersama di masjid Puslit Kakao. d) Branding Segala bentuk upaya dilakukan oleh tim majlis dhuha untuk meningkatkan partisipasi jama’ah. Salah satunya dengan strategi branding. Branding mencakup kesan, citra, dan identitas seperti apa yang ingin dibangunmajlis dhuha di benak jama’ahnya. Branding pun menentukan popularitas majlis dhuha di mata masyarakat luas. Untuk itu, tim majlis dhuha membuat logo agar mudah dikenali oleh masyarakat. Gambar 2 Logo majlis Dhuha
Branding tidak selalu identik dengan logo. Tim majlis dhuha berinovasi dengan kostum pengajian yang disunnah muakad-kan menggunakan warna putih. Putih melambangkan kesucian dan menambah kesyahduan kegiatan majlis dhuha IKADI Jember.
55
Untuk mengimbangi pembangunan citra majlis dhuha melalui branding, tim majlis dhuha mempromosikan setiap kegiatan terbaru kepada jama’ah melalui media social facebook, sms, promosi melalui iklan di Jtv dan radio prosalina, dan tentunya di pengajian akbar PTPN XII yang telah lebih dulu mempunyai basis massa. Selain social media dan media elektronik, tim majlis dhuha pun memanfaatkan media cetak melalui bulletin Ibnu Katsir, kalender IKADI Jember, dan brosur majlis dhuha yang secara gratis dibagikan kepada jama’ah. Pemanfaatan media komunikasi tentunya membawa pengaruh yang besar terhadap tingkat partisipasi jama’ah karena dengan maraknya informasi melalui media komunikasi akan menambah kepercayaan jama’ah. e. Layanan Konsultasi Syariah Setelah acara majlis dhuha, para jama’ah IKADI Jember juga dapat menikmati konsultasi syariah gratis yang sengaja disiapkan oleh tim majlis dhuha. Khususnya untuk menangani masalah zakat, infaq, dan shadaqoh atau pun permasalahan syariat lainnya. Layanan ini tidak dipungut biaya dan bebas terbuka untuk siapapun. f. Layanan Kesehatan Kesehatan merupakan harta yang berharga. Selama enam hari penuh kebanyakan orang beraktivitas dan kurang mempedulikan kesehatannya. Majlis dhuha yang hadir di hari Minggu dengan konsep rekreatif diharapkan dapat memberikan angin segar bagi kesehatan jasmani dan rohani para jama’ah. Keluhan-keluhan kesehatan yang dirasakan jama’ah difasilitasi oleh pihak IKADI bersama tim majlis dhuha dengan menyelenggarakan layanan kesehatan yang bekerja sama dengan mahasiwa-mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
56
Jember. Tidak hanya selepas pengajian, para jama’ah pun dapat berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis melalui surat yang dikirimkan ke redaksi bulletin Ibnu Katsir. g. GeMMA (Gerakan Mencintai dan Memuliakan Al-Qur’an) Ramadan disebut pula sebagai bulan Alquran. Di bulan suci inilah Alquran kali pertama diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ma’had Tahfizh Quran Ibnu Katsir menjadikan Ramadhan 1434 H sebagai momen meluncurkan GeMMA (Gerakan Mencintai dan Memuliakan Alquran). GeMMA yang telah berjalan beberapa bulan terakhir, kini melahirkan beberapa anak program, yaitu: Rumah Qur’an Saat ini yang telah aktif berjalan antara lain: Rumah Qur’an di jalan Pattimura di kediaman Bapak H. Kholik dengan program tadabbur Qur’an dan tafsir Qur’an. Tahsin Qur’an Program ini baru berjalan khusus untuk ibu-ibu dan remaja putri yang berminat untuk memperbaiki kualitas bacaan Al-Qur’annya. Kampung Qur’an Merupakan program terbaru GeMMA yang mengusung system “one santri one family” yaitu satu santri mengajar pada satu keluarga yang berminat untuk belajar Al-Qur’an. Untuk sementara yang mendapat layanan ini adalah keluarga yang berada di sekitar Ma’had Ibnu Katsir. Tujuannya adalah agar santri mampu megaplikasikan ilmu yang sudah didapat dan menjalin tali silaturrahim dengan warga sekitar.
57
Cara-cara IKADI Jember dan Ma’had Ibnu Katsir dalam membumikan GeMMA ini pun terlihat unik antara lain: sosialisasi untuk mencintai dan memuliakan Alquran dengan menggunakan angkutan umum sebagai salah satu sarana sosialisasi karena efektifitas dan efisiensi. Angkutan umum setiap hari berjalan ratusan kilometer, dilihat ribuan orang. Insya Allah sosialisasi lebih efektif dan tentu saja murah karena para pemilik angkutan dengan sukarela tanpa dibayar menyediakan mobil mereka untuk di-branding. Untuk memperkuat sosialisasi, brand GeMMA yang dipasang di kaca-kaca belakang angkutan bergambar Ustadz Abu Hasanuddin (pimpinan IKADI Jember dan Mudir Ma’had Ibnu Katsir) bersama Anang Hermansyah, penyayi tenar kelahiran Jember yang sangat mendukung kegiatan GeMMA. Selain perorangan, IKADI Jember pun menggandeng berbagai pihak untuk terlibat dalam GeMMA. “GeMMA juga didukung manajemen PTPN XII, Pusat Penelitan Kopi dan Kakao, Radar Jember sendiri, serta sejumlah perusahaan yang banyak sekali memberikan dukungan moril dan materiil terhadap GeMMA. h. Pelatihan Khotib Sejalan dengan misi IKADI Jember, yaitu menjadi lembaga dakwah yang memberi pencerahan pada masyarakat dengan memberdayakan da’i-dai muda, maka program pelatihan khotib atau muballigh ini dianggap urgent. Pelatihan khotib berjalan setiap satu bulan satu kali. Dengan memberdayakan Sumber Daya Muda yang menjadi pengurus ataupun hasil rekrutan jama’ah yang ingin mendalami public speaking. Tempat latihan pun kondisional, disesuaikan dengan kesepakatan peserta latihan secara bergilir untuk meningkatkan ukhuwah di antara peserta.
58
i. Sehari Bersama Alqur’an Program baru yang tidak kalah seru dan bermanfaat dari IKADI Jember di awal tahun 2014. Program Sehari Bersama Al-Qur’an merupakan kegiatan yang dirancang khusus untuk mengakrabkan para orang tua dan anak dengan AlQur’an. Rencananya, kegiatan ini berlangsung satu hari penuh. Di awali dengan tasmi’ bacaan Al-Qur’an oleh mahasantri Ibnu Katsir, berlanjut pada tausyiah dan diakahiri dengan tadarus Qur’an antar keluarga hingga khatam.
Selain
mengakrabkan keluarga dengan Al-Qur’an, program ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat fastabiqul khoirat antar sesama keluarga jama’ah IKADI Jember. j. Dakwah melalui Internet Perkembangan tekhnologi yang semakin canggih, memacu IKADI Jember untuk berinovasi dan berekspansi metode dakwah. Tidaknya hanya melalui pengajian akbar dan kegiatan tatap muka lainnya, namun IKADI Jember ingin menyapa dan menyentuh mad’u-mad’u dari dunia maya. Ada banyak persoalan yang membelit kehidupan manusia. Padahal, Islam hadir secara kamil dan syamil beserta dengan solusi-solusinya. Dan manusia bukannya tidak mau untuk mencari solusi tersebut,namun lebih kepada tidak tahu bagaimana caranya. Masifnya penggunaan internet juga menjadi faktor mengapa IKADI Jember perlu memiliki website yang dikelola dengan layanan konsultasi seputar masalah keagamaan maupun social kemasyarakatan. Saat ini, IKADI Jember telah berproses mebuat website yang insyaAllah akan launching juga di awal tahun 2014.
59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Analisa Data Deskriptif Karakteristik Responden Tingkat partisipasi jama‟ah dapat dilihat dari beberapa aspek yang tercantum dalam data diri responden. Pada penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan siapakah yang memiliki geliat partisipasi paling dominan pada kategori jenis kelamin, umur, profesi, dan jarak tempuh ke lokasi pengajian. 1. Jenis Kelamin Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, menunjukkan bahwa sebesar 53,3% jama‟ah IKADI Jember dari jenis kelamin perempuan. Sedangkan laki-laki sebesar 46,7%. Hal ini menunjukkan eksistensi kaum hawa dalam dakwah saat ini telah mengalami perkembangan yang semakin pesat. Perempuan yang lebih peka secara afektif
menjadi salah satu faktor tingginya tingkat partisipasi dalam
pengajian IKADI Jember yang dapat menyentuh sisi afektif jama‟ah dalam dzikir dan muhasabahnya. Gambar 3 Prosentasi Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin
60
2. Umur Faktor umur berkaitan dengan produktivitas seseorang dalam berbagai kegiatan. Produktivitas pula lah yang menggerakkan program-program amal IKADI Jember melalui kontribusi dan partisipasi jama‟ahnya. Jama‟ah IKADI Jember terdiri dari bebagai kalangan usia. Walaupun demikian, pengajian ini didominasi oleh jama‟ah yang ada pada kisaran umur 20-40 tahun dengan prosentase 58,3%. Kisaran umur 41-60 tahun menempati posisi kedua dengan prosentase 30%. Jama‟ah yang berusia di bawah 20 tahun berkisar 8,3% dan jama‟ah yang berumur di atas 60 tahun berkisar 3,3%. Data ini menunjukkan bahwa usia 20-40 tahun memiliki minat yang lebih tinggi pada kegiatan dakwah. Gambar 4 Tingkat Partisipasi berdasarkan Umur
3. Jarak dari Rumah ke Lokasi Sesuatu yang memiliki daya tarik akan mendatangkan banyak peminat walaupun sulit untuk dijangkau. Sebanyak 41,7% jama‟ah yang berjarak kurang dari 5 km ke lokasi pengajian majlis Dhuha menjadi gambaran bahwa keberadaan majlis Dhuha di daerahnya telah menginspirasi banyak orang
61
disekitarnya. Sebagaimana substansi dakwah ialah menjangkau yang dekat terlebih dahulu. Namun, tidak sedikit juga jama‟ah yang tertarik untuk datang meski jarak tempuh ke lokasi terbilang jauh, yaitu sebanyak 21,7% jama‟ah. Gambar 5 Tingkat Partisipasi Jama’ah berdasarkan Jarak Tempuh ke Lokasi
4. Pekerjaan/Profesi Menurut data demografis responden, sebanyak 40% jama‟ah IKADI Jember berprofesi sebagai PNS yang terdiri dari dosen dan guru, 15% adalah pegawai swasta yang didominasi oleh karyawan. Sedangkan 8,3% wiraswasta, dan 36,7% dinyatakan belum bekerja yang mayoritas berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Data ini menggambarkan bahwa majlis Dhuha mempunyai segmentasi jama‟ah yang mayoritas bependidikan. Besarnya prosentase jama‟ah dari kalangan pelajar dan mahasiswa menggambarkan tingkat partisipasi pihak keluarga jama‟ah IKADI Jember cukup besar.
62
Gambar 6. Tingkat Partisipasi berdasarkan Profesi/Pekerjaan
B. Hasil Analisis Data Deskriptif Aplikasi Strategi Komunikasi 1. Narasumber/Pemateri Kajian Narasumber merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan terlaksananya komunikasi publik. Namun anehnya, 93,3% jama‟ah IKADI Jember tidak mempermasalahkan siapapun narasumbernya. Bagi jama‟ah IKADI Jember, popularitas narasumber bukanlah menjadi daya tarik tingginya tingkat partisipasi. Hanya sebagian kecil yang memandang popularitas pembicara menentukan kehadiran jama‟ah pada pengajian majlis Dhuha. Fakta ini juga menggambarkan tingkat loyalitas yang tinggi dari para jama‟ah ketika mereka tidak mempermasalahkan siapapun pembicaranya.
Gambar 7. Ketertarikan Jamaah IKADI Jember terhadap Level Narasumber/Pemateri Kajian pada Majlis Dhuha IKADI Jember
63
2. Tema Kajian Daya tarik tema dapat menjadi salah satu alasan tingginya tingkat partisipasi. Hampir semua penyelenggara kegiatan (event organizer) harus merencanakan tema dengan seksama agar khalayak tertarik untuk hadir dan berpartisipasi pada kegiatan tersebut.
Gambar 8. Ketertarikan Jamaah IKADI Jember terhadap Tema Kajian Majlis Dhuha IKADI Jember
Namun di sisi lain, pada jama‟ah IKADI Jember, terlihat bahwa faktor daya tarik tema walaupun telah diketahui tidak mendapatkan porsi yang memuaskan. Bahkan, sebanyak 78,3% memilih tetap hadir ke pengajian akbar IKADI Jember baik Majlis Dhuha ataupun kegiatan lainnya meski tema pengajian akbar tersebut belum diketahui sebelumnya. Hanya 26,7% jama‟ah yang menganggap tema akan menentukan kehadiran jama‟ah pada kegiatan IKADI Jember atau tidak.
3. Konten Kegiatan Sebanyak 95% responden memilih lebih dari satu konten kegiatan, ini menunjukkan keragaman konten kegiatan (ketersediaan lebih dari satu kegiatan) dalam Majlis Dhuha menambah daya tarik jamaah untuk berpartisipasi dalam kegiatan Majlis Dhuha. 64
1.7
Penceramah dan Metode Penyampaian Dzikir dan Muhasabah
6.0
Sholat Dhuha Bersama
15.4
48.7
Kostum Pengajian Layanan Konsultasi Syariah
28.2
Layanan Kesehatan
Konten Kegiatan Gambar 9. Ketertarikan Jamaah IKADI Jember terhadap konten kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
4. Promosi/Publikasi Kegiatan Sebanyak 85% responden mendapatkan informasi mengenai kegiatan IKADI/Majlis Dhuha lebih dari satu sumber informasi. Artinya seorang dapat mendapat informasi tentang kegiatan majlis Dhuha lebih dari satu sumber, pada umumnya dari SMS, kolega/keluarga dan Pengajian IKADI di lapangan PTPN XII.
Gambar 10. Sumber informasi yang diperoleh Jamaah IKADI Jember tentang konten kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
65
5. Durasi Kegiatan Pengajian Akbar Majlis Dhuha IKADI Jember berlangsung dari pukul 06.0009.00 WIB. Menurut hasil survey, sebanyak 96,5% menyatakan waktu tersebut terbilang cukup. Hanya 1,7% yang mengeluhkan terlalu lama, bahkan 1,7% menyatakan kurang lama.
Gambar 11. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap durasi kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
Kecukupan durasi menjadi salah satu perencanaan strategi komunikasi yang berimbas pada kontinyuitas kehadiran jama‟ah. Jika jama‟ah merasakan kejenuhan karena acara yang terlalu lama, akan membuat mereka enggan untuk berpartisipasi kembali. 6. Frekuensi Kegiatan Berdasarkan data di lapangan, sebanyak 85% responden menyatakan pengajian akbar Majlis Dhuha IKADI Jember yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali sangatlah cukup. Sedangkan 15% responden menyatakan kurang, dan tidak ada yang beranggapan frekuensi kegiatan terlalu banyak. Data ini menggambarkan tingginya tingkat penerimaan masyarakat Jember terhadap dakwah. Mayoritas jama‟ah IKADI Jember sanggup meluangkan waktunya minimal satu bulan satu kali untuk berpartisipasi pada kegiatan keagamaan. 66
Gambar 12. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap frekuensi kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
7. Daya Tarik Lokasi Sebanyak 56,7% responden menyatakan lokasi pegajian akbar majlis Dhuha yang bertempat di Aula Puslit Kakao cukup memiliki daya tarik. Bahkan 43,3% responden menyatakan lokasi tersebut memiliki daya tarik yang tinggi. Daya tarik tersebut, dinilai datang dari banyaknya banner dan spanduk serta penjual makanan yang berada di sekitar lokasi pengajian.
Gambar 13. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap daya tarik lokasi kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
67
8. Kestrategisan Akses Lokasi Strategi pemilihan lokasi Pengajian Akbar Majlis Dhuha yang berada di tengah-tengah kota
ternyata mendapatkan respon yang positif dari jama‟ah.
Sebanyak 51,7% responden menyatakan lokasi pengajian Majlis Dhuha sangat strategis. Hanya 1,7% yang tidak setuju dengan pernyataan ini. Fakta ini pun diperkuat oleh data sebelumnya di mana tingkat partisipasi jama‟ah tertinggi adalah yang bertempat tinggal kurang dari 5 km ke lokasi pengajian. Bahkan jama‟ah yang bertempat tinggal lebih dari 10 km ke tempat lokasi pengajian pun bisa menjangkaunya. Walaupun prosentasenya tidak terlalu besar.
Gambar 14. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap kesetrategisan akses lokasi kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
9. Daya Tampung Lokasi Ruangan Aula Pusit Kakao Jember memiliki daya tampung yang cukup untuk 500 orang tanpa menggunakan bangku. Namun, kerap kali jama‟ah yang hadir membludak hingga melebihi kapasitas. Sehingga sebagian jama‟ah harus mengikuti pengajian akbar di luar gedung. Bahkan tidak jarang yang menyimak sambil berdiri. Alasan inilah yang membuat 16,7% responden beranggapan daya tampung lokasi kurang memadai. Namun, sebanyak 36,7% responden menilai
68
sebaliknya. Bisa diasumsikan bahwa 36,7% jama‟ah ini selalu mendapatkan tempat selama pengajian berlangsung. Sedangkan 46,7% lainnya tidak mempermasalahkan hal tersebut dan lokasi dianggap cukup.
Gambar 15. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap daya tampung lokasi kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
10. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasana erat kaitannya dengan strategi IKADI Jember dalam upaya melayani jama‟ah dakwah. Berdasarkan data di lapangan, sebanyak 71,7% menilai pelayananan yang diberikan sudah
cukup memuaskan, 25% sangat
memuaskan, dan 3,3% lainnya menyatakan kurang puas pada fasilitas yang diberikan.
Gambar 16. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap sarana dan prasarana kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
69
C. Analisis Data Deskriptif Bentuk-Bentuk Partisipsi Jama’ah Point sebelumnya, merupakan deskripsi dari respon khalayak terhadap strategistrategi komunikasi yang telah dilakukan oleh IKADI Jember. Tentunya, strategi komunikasi tersebut mendapatkan feedback yang sesuai dari jama‟ah IKADI. Umpan balik tersebut dapat diketahui dengan upaya-upaya jama‟ah untuk berpartisipasi dalam: 1. Keaktifan Mengakses Informasi Sebanyak 37% responden aktif mengakses informasi lebih dari satu sumber, di samping dari brosur dan kalender yang rutin dibagikan IKADI Jember kepada jama‟ah. Fakta bahwa strategi komunikasi melalui penyebaran kalender dan brosur dinilai efektif karena dapat diakses dengan tingkat prosentase tertinggi yaitu 41,5%. Bertanya kepada jama‟ah lain dengan prosentase 19,5% menggambarkan bahwa pengajian akbar ini tidak hanya membangun karakteristik individu namun juga membina rasa kekeluargaan antar jama‟ah. 18,3% responden menyatakan aktif mencari tahu informasi tentanga Majlis Dhuha melalui pengajian IKADI Jember lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa dapat dipastikan tidak ada program yang tumpang tindih dalam pelaksanaanya namun saling terintegrasi. Sedangkan 11% lainnya terdiri dari: SMS langsung ke Humas IKADI Jember dan mengikuti kebiasaan saja (tidak mengakses apapun). Dan hanya 9,8% yang aktif memanfaatkan sosial media (facebook) sebagai sumber informasi.
70
Gambar 17. Keaktifan Jamaah IKADI Jember dalam mengakses informasi kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
2. Intensitas Kehadiran Pada Majlis Dhuha Salah satu cara termudah untuk melihat dan mengukur tingkat partisipasi adalah melalui intensitas kehadiran jama‟ah. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada kategori selalu dan sering yang menunjukkan jumlah prosentase 71,7%.
Gambar 18. Intensitas kehadiran Jamaah IKADI Jember pada kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
71
3. Partisipasi pada Kegiatan IKADI Jember Lainnya Sebanyak 73,6% jamaah Majlis Dhuha secara aktif mengikuti Pengajian Akbar IKADI di Lapangan PTPN XII, namun demikian hanya 20% responden yang juga mengikuti kegiatan-kegiatan IKADI lainnya, seperti pengajian tafsir dan lain-lain.
Gambar 19. Partisipasi Jamaah Majlis Dhuha pada kegiatan IKADI Jember lainnya
4. Partisipasi dalam Infaq Materi Berdasarkan data responden, sebanyak 58,33% responden berpartisapi infaq materi lebih dari satu jenis infaq. Jama‟ah yang yang menjadi orang tua asuh mahasantri tahfidzul Qur‟an PP Ibnu Katsir juga berinfaq pada kegiatan Pengajian IKADI maupun Majlis Dhuha.
Gambar 20. Partisipasi Jamaah Majlis Dhuha dalam berinfaq pada kegiatan IKADI Jember
72
5. Partisipasi dalam Mengajak Orang Lain pada Majlis Dhuha Sebanyak 27% responden disamping mengajak keluarga juga aktif mengajak kolega/teman untuk hadir dalam kegiatan Majlis Dhuha. Sedangkan 3,9% lainnya terdiri dari mengajak tetangga dan tidak mengajak siapapun.
Gambar 21. Partisipasi Jamaah Majlis IKADI Jember dalam mengajak orang lain untuk hadir pada Majlis Dhuha
D. Strategi Komunikasi Dakwah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember Entitas Islam adalah dakwah. Agama Islam tidak akan hidup dan berkembang tanpa dakwah. Dakwah bersifat dinamis secara praktis, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Namun, tetap mengamalkan dakwah teoritis yang telah dirumuskan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Maka ia pula berinovasi. Sebagaimana dunia bisnis, agar dapat bertahan dalam persaingan maka perlu ada inovasi. Baik dari segi produk, marketing, financial, desain, kemasan, dan lain-lain. Begitu pula dakwah yamg dipahami oleh Ikatan Da‟I Indonesia (IKADI) Jember yang bergerak dalam dakwah berlandaskan tiga prinsip: 1. Kerja ikhlas 2. Bersegera dalam kebaikan 73
3. Strategi dan prioritas Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Agus Rahmawan, pengurus IKADI Jember bahwa manusia pada hakikatnya akan mengikuti kebaikan. Kebanyakan mereka yang tidak melaukan hal baik alasannya bukan karena tidak mau, akan tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Maka, peran inilah yang akhirnya dijalankan oleh IKADI Jember, yaitu menyediakan ladang amal bagi jama‟ah IKADI untuk menanam dan menyemai kebaikan itu di kemudian hari. Dalam penyediaan ladang amal tidak jauh berbeda dengan menjual produk. Orang akan cenderung membeli suatu barang jika barang tersebut mempunyai daya tarik dan mendatangkan manfaat yang besar. Dua hal itulah yang akan membuat seseorang tidak akan segan mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Tentunya ada banyak orang, organisasi, institusi, dan lembaga masyarakat yang menjual produk serupa. Maka perlu disusun strategi marketing yang tepat. Yaitu, strategi komunikasi. Dengan strategi komunikasi, meski produk yang ditawarkan sama-sama bermanfaat dan memiliki daya tarik, namun disampaikan dengan cara dan kemasan yang berbeda, hasilnya pun tidak akan sama. Partisipasi adalah bentuk kerelaan seseorang erat kaitannya dengan hati. Maka tidak cukup dengan hanya memberikan pengetahuan tentang produknya. Oleh karena itu, IKADI Jember menerapkan tiga tahapan strategi komunikasi yaitu strategi rekrutmen jama‟ah, strategi pembinaan loyalis, dan strategi peningkatan jama‟ah. Strategi komunikasi yang dilakukan pada rekrutmen jama‟ah di antaranya:
74
1. Strategi Pemilihan Kata Seorang da‟i sejatinya harus memaknai kondisi sasaran dakwahnya. Baik dari segi psikologis maupun sosiologis. Pembahasaan yang tepat akan menghasilkan pemahaman yang sama (mutual understanding). Oleh karena itu, IKADI Jember yang memposisikan sebagai organisasi para da‟i harus memahami dan mengamalkan
etika komunikasi dalam Al-Qur‟an yang
terdiri dari: •
Qaulan Sadida, yakni pembicaraan, ucapan dan perkataan yang benar, baik dari segi substansi (isi) maupun redaksi (tata bahasa).
•
Qaulan Baligha, yakni pembicaraan yang menggunakan kata-kata efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah mengerti, langsung ke pokok masalah dan tidak berbelit-belit.
•
Qaulan Ma’rufa, yakni perkataan yang baik dan pantas, sesuai dengan adat dan sasaran dakwah yang miskin dan lemah.
•
Qaulan
Karima,
yakni
perkataan
yang
mulia,
diiringi
dengan
penghormatan dan bertatakrama kepada posisi yang lebih tinggi. •
Qaulan Layina, yakni perkataan yang lemah lembut, enak didengar dan ramah. Pada umumnya, ditujukan kepada penguasa yang dzalim.
•
Qaulan Maisuran, yakni perkataan yang menyenangkan, mudah dicerna, ringkas dan tepat digunakan kepada sasaran dakwah yang bersedih, keluarga dekat, musafir, dan miskin.
Jika seorang da‟i telah dicintai oleh mad‟u nya, maka pesan-pesan dakwah akan diterima dengan lapang tanpa beban. Pengamalannya pun menjadi mudah
75
dan berkelanjutan. Pemilihan kata yang tepat sasaran akan menghasilkan komunikasi yang efektif. Da‟i adalah wajah Islam. Berbekal komunikasi yang efektif, kebaikan universal yang ada pada Islam dapat tersampaikan kepada ummat manusia. Dengan memahami konsep ini, IKADI Pusat dan IKADI Jember bersinergi dalam program pelatihan da‟i. Di mana da‟i-da‟i muda yang akan diterjunkan ke masyarakat haruslah faham dan mengamalkan keenam etika komunikasi. Agar mad‟u yang berasal dari strata mana pun dapat menerima Islam secara keseluruhan. Agar tidak ada da‟i yang mengkomersialisasikan dakwah untuk pencitraan diri. 2. Strategi Top-Down Inti dari strategi ini adalah menjalin silaturahim dengan beberapa kolega pengurus IKADI Jember yang memungkinkan dapat membantu programprogram IKADI ke depannya. Diupayakan jaringan yang terbentuk adalah sekolompok orang yang memiliki kekuasaan dan otoritas. Sehingga dapat menggerakkan massa dalam jumlah besar yang diharapkan nantinya menjadi basis jama‟ah IKADI Jember. Maka, diperlukan mad‟u yang berjiwa kepemimpinan. Menurut Kartono1, pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat memengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama yang mengarah pada pencapaian sasaran tertentu. Pemimpin yang menerapkan komunikasi dakwah sebagai salah satu alternatif pencapaian tujuan berarti pribadi yang memiliki 1
Kartini Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 193.
76
kecakapan mental spiritual, mempunyai posisi penting di sebuah kelompok dan mampu mengendalikan bawahannya.2 Alat dari strategi ini adalah komunikasi interpersonal yang dilakukan secara tatap muka. Konten pesan yang disampaikan tidak serta merta menjelaskan program-program IKADI, namun disisipi dengan muatan dakwah fardiyah dengan karakteristik sebagai berikut3: Adanya mukhathabah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap muka) dengan mad‟u secara dekat dan intens. Hal ini mempermudah terbukanya berbagai macam permasalahan dan problem yang tidak mungkin dilakukan ketika menghadapi orang banyak. Istimrariyah. Terjaganya keberlanjutan dakwah, khususnya di saat-saat sulit dan dalam kesempitan. Berulang-ulang. Dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu momen tertentu. Mudah, bisa dilakukan setiap orang. Bisa terhindar dan tertutupi dari pandangan manusia, terutama musuh. Dapat menghasilkan asas dan pilar-pilar amal. Dakwah fardiyah dapat membantu mengungkap potensi dan bakat terpendam. Tahapan dalam dakwah fardiyah: Membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa 2
Rafy Saputri, Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta. Rajawali Press, 2009), hlm. 409. 3 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2003), hlm. 115.
77
Membantu memperbaiki keadaan mad‟u dengan memperkenalkan perkaraperkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara menyeluruh. Menjelaskan bahwa keberagaman kita tidak cukup hanya dengan keislaman diri sendiri. Menjelaskan bahwa cita-cita Islam yang besar tidak akan dapat tertunaikan jika umat Islam tidak bersatu padu mewujudkannya. Menjelaskan tentang kesadaran seorang mad‟u terhadap kepentingan sebuah jama‟ah. Beberapa jama‟ah yang telah bermitra dalam program IKADI Jember adalah Dr. IR. Teguh Wahyudi M.Eng, direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang menjadi fasilitator pengajian akbar Majlis Dhuha dan manajer wilayah II PTPN XII Jember, yaitu Bapak Endang Sulaiman. Kedua pemimpin lembaga ini telah membantu menyediakan tempat secara gratis untuk pengajian akbar setiap bulannya. Sehingga dapat menghemat anggaran organisasi dan dapat dialokasikan kepada program bina santri atau santunan anak yatim.
3. Strategi Iqro’ Iqro’ adalah perintah Allah yang pertama kali diberikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril. Iqro’ dalam bahasa Arab merupakan kata perintah yang berarti „bacalah‟. Tidak hanya sekedar membaca tulisan secara
78
tekstual, namun dapat menyiratkan secara kontekstual dan mengkonstruknya menjadi sebuah realitas. Makna ini telah dioperasionalisasikan secara taktis oleh tim kreatif IKADI Jember dengan mengabadikan setiap kegiatan dalam bentuk foto. Foto merupakan gambaran realitas yang dimiliki oleh masing-masing orang. Setiap orang telah dibekali kemampuan untuk menafsirkan apapun yang dilihatnya. Foto yang baik, adalah representasi dari realita dan akan terpersepsi ke dalam benak setiap individu yang akhirnya menciptakan kesan. `Pernah suatu ketika, Ustadz Abu Hasanudin ketua umum IKADI Jember mendapatkan undangan untuk menjadi khotib Jumat di Bank Indonesia. Maka, kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh IKADI Jember. Berangkatlah Ustadz Abu Hasanudin bersama Ustadz Agus Rahmawan selaku humas IKADI Jember. Tidak banyak orang yang berpeluang untuk bertemu dengan pejabat Bank Indonesia. Di momen itulah, mereka sempatkan untuk bersilaturrahim dengan petinggi-petinggi Bank Indonesia dan menyampaikan program-program IKADI Jember. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pejabat tersebut, tentunya tidak dapat menjelaskan banyak hal. Namun, kesempatan emas tidak bisa dilewatkan begitu saja. Setidaknya ada dokumentasi pertemuan mereka yang akan memperkuat kepercayaan jama‟ah kepada IKADI Jember. Setelah proses rekrutmen jama‟ah, maka diperlukan strategi untuk membina loyalitas dan meningkatkan kepercayaan jama‟ah. Beberapa cara yang dilakukan IKADI Jember untuk membina loyalitas dan kepercayaan adalah:
79
Menerbitkan buletin gratis bagi jama’ah IKADI Jember setiap satu bulan sekali. IKADI Jember bekerja sama dengan percetakan Soerabaja‟45 dalam pembuatan buletin. Juliyanto Ari Wibowo owner CV. Soerabaja‟45 adalah salah satu jama‟ah IKADI yang telah mewakafkan tiga rukonya kepada Ma‟had Tahfidz Ibnu Katsir binaan IKADI Jember. Sistem kerja sama antara kedua lembaga ini adalah profit sharing. Buletin IKADI dicetak secara gratis, dan Soerabaja‟45 boleh beriklan dalam buletin tersebut. Tidak hanya Soerabaja‟45 yang berpartisipasi dalam pembuatan buletin ini. Beberapa pengiklan juga melirik potensi beriklan di buletin IKADI Jember yang telah memiliki ribuan jama‟ah.
Membagikan kalender Menjelang akhir tahun, IKADI Jember membagikan kalender kepada jama‟ah. Dalam kalender tersebut berisikan jadwal pengajian akbar PTPN XII dan Majlis Dhuha. Ada pula program-program wakaf bagi calon donatur sebagai bentuk sosialisasi. Gambar di dalam kalender pun dipilih dengan selektif yang kira-kira dapat menjadi sarana iqro‟ bagi para jama‟ah.
Gathering donatur. Adanya pengajian VIP untuk para eksekutif yang dikemas elegan dan materi pun disesuaikan dengan latar belakang pendidikan jama‟ah. Memberikan pelayan khusus kepada donatur merupakan prinsip IKADI Jember untuk memelihara trust.
80
Melampirkan transparansi dana infak jama’ah melalui buletin. Mengeluarkan harta di jalan Allah memang berat untuk dilakukan. Apalagi dengan kebutuhan manusia yang beragam dan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Walaupun ayat-ayat Allah Swt telah sangat jelas menerangkan bahwa pahala dan rizki yang jauh lebih besar akan datang, jika kita berinfaq di jalanNya. Program-program dakwah tentunya tidak akan mudah terlaksana tanpa bantuan dari jama‟ah. Oleh karena itu, IKADI berinovasi dengan menyediakan paket-paket wakaf yang sekiranya meringankan bagi jama‟ah. Beberapa program fundraising yang dikhususkan untuk Ma‟had Tahfidz Ibnu Katsir adalah: a) Wakaf Tunai Mobil-QU Mobil Qur‟an pertama di Indonesia. Merupakan kendaraan operasional untuk menyukseskan GeMMA (Gerakan Mencintai dan Memuliakan AlQur‟an) sejak September 2012. Cicilan Rp 4.400.000 per bulan selama 35 kali dan telah tertanggung sebanyak 15 kali. Paket cicilan yang disediakan; 1 bulan penuh (4,4 juta), ½ bulan (2,2 juta), ¼ bulan (1,1 juta), suka-suka (ditentukan oleh donatur sendiri). b) Ortas-QU Program orang tua asuh Qur‟an yang merupakan program beasiswa untuk biaya pendidikan ma‟had, asrama, makan mahasantri Ma‟had Tahfidz Ibnu Katsir. Program ini ditawarkan sebagai investasi strategis dalam rangka sinergi amal sholeh untuk menyukseskan GeMMA dengan menanggung satu orang santri senilai satu juta rupiah (baik personal maupun komunal
81
institusional). Paket yang ditawarkan: paket A = Rp 1.000.000,-, paket B = Rp 500.000,-, paket C = Rp 250.000,- dan paket suka-suka. c) Wakaf Tunai Gedung-QU Program wakaf tunai untuk pembelian asrama santri, pembangunan gazebo, Aula dan bangunan pennjang lainnya. Paket yang ditawarkan: paket A (Rp 6.500.000,-), paket B (Rp 3.250.000,-), paket C (Rp 1.625.000,-) dan paket Spesial (paket gedung Asrama, kelas, kamar mandi, dapur, dan lain-lain). d) Wafak Tunai Tanah-QU Program wakaf tunai dalam rangka pengembangan kampus 1 dengan membebaskan tanah 3.000 m untuk menambah komplek Ma‟had Ibnu Katsir. Paket sertifikat wakaf tunai; 20 meter (Rp 1.000.000,-), 10 meter (Rp 500.000,-), 5 meter (Rp 250.000,-) dan paket special. e) Masjid-QU Adalah program donasi baik aad wakaf maupun infaq terikat untuk pembangunan masjid Kampus II Ibnu Katsir baik bangunan masjid maupun sarana dan prasarana. Donatur bebas memilih bila akan mendukung barang/kebutuhan bangunan. f) Jariyah-QU Adalah program pendayagunaan ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) kaum muslimin yang terikat khusus peruntukan. Dalam hal ini, IKADI Jember melalui ma‟had Ibnu Katsir wajib melaksanakan amanah sebaik-baiknya dan berhak mengalokasikan pada prioritas yang ditetapkan lembaga.
82
Jama‟ah IKADI Jember yang telah mendonasikan hartanya, akan dilampirkan laporannya setiap terbit buletin IKADI. Para donatur juga akan mendapatkan kiriman buletin ini sebagai laporan secara gratis.
Turut melibatkan jama’ah dalam program ma’had tahfidz Ibnu Katsir Sebelum pengajian Majlis Dhuha (Ahad, 22 Desember 2013) dimulai, MC yang memandu acara memberikan selingan ice breaking kepada jama‟ah. Yaitu berupa kuis tebak gambar yang tersembunyi dalam angka. Kuis semacam ini tentulah pernah dijumpai di televise. Biasa, para peserta kuis diwajibkan untuk memilih satu nomor. Di dalam nomor tersebut tersimpan nominal hadiah yang akan didapatkan. Namun berbeda dengan kuis pengajian Majlis Dhuha kala itu. Salah satu jama‟ah secara bergantian diminta untuk memilih angka 1-12 secara acak. Di dalam nomor tersebut tersimpan programprogram wakaf dan seruan kepada jama‟ah untuk melakukan kebaikan. Seperti program wakaf mobil pesantren, wakaf orang tua asuh, wakaf tanah, dan lainlain. Strategi ini berhasil mendorong semangat jama‟ah yang hadir untuk berpartisipasi secara aktif membantu terealisasinya kegiatan dakwah. Setelah menerapkan strategi peningkatan kepercayaan dan loyalitas jama‟ah,
maka perlu diimbangi dengan peningkatan partisipasi jama‟ah agar tetap semangat dalam beramal sholeh. Pada point ini, sangat ditentukan faktor reward yang diperoleh jama‟ah. Dengan adanya reward, jama‟ah akan senang untuk hadir di setiap pengajian dan mengajak yang lain untuk ikut bergabung. Beberapa caracara sederhana yang dilakukan oleh IKADI Jember adalah sebagai berikut:
Memberikan doorprize
Mengapresiasi kehadiran jama‟ah yang datang paling awal
83
Mengapreasiasi semangat jama‟ah yang berusia lanjut
Mengapresiasi jama‟ah yang membawa massa ke pengajian.
E. Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’I Indonesia (IKADI) Jember Efektivitas strategi komunikasi pada IKADI Jember sangat menetukan tingkat partisipasi jama‟ah. Hal ini terlihat dari temuan data di lapangan yang menggambarkan beberapa aspek dari komponen komunikasi menurut Laswell (who says what, in what channel, to whom, with what effect), yaitu; a.
Aspek Komunikator Tingkat popularitas narasumber ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap
tingkat partisipasi jama‟ah IKADI Jember. Hal ini ditunjukkan oleh data yang menyatakan 93,3% responden tidak mempermasalahkan tingkat popularitas narasumber. Siapapun pembicaranya, jama‟ah akan tetap hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Di sisi lain, metode penyampaian narasumber justru sangat berpengaruh terhadap tingkat kehadiran jama‟ah Pernyataan ini dibuktikan oleh 48,7% responden yang menyatakan metode ceramahlah yang paling disukai jama‟ah. Metode ceramah yang menggunakan komunikasi publik dan dikemas dalam bahasa semi training motivasi menjadi andalan strategi komunikasi IKADI Jember. Metode penyampaian yang berbeda dengan ceramah-ceramah pada umunya yang bersifat kaku dan linear. IKADI Jember di setiap kegiatannya yang melibatkan jama‟ah menggunakan metode repeating (pengulangan pesan) yang tujuannya mendorong jama‟ah agar terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan fundrising. Sedangkan dalam pengajian-
84
pengajian akbar yang diselenggerakan, IKADI Jember sebagai fasilitator, berupa mengarahkan narasumber untuk menggunakan metode canalizing dalam ceramahnya. Sehingga, jama‟ah IKADI yang awalnya datang dengan berbagai alasan dan tujuan, dapat menyatu ke dalam acara tersebut dan pesan dapat tersampaikan. Walaupun narasumber yang didatangkan tidak semua narasumber yang populer, namun narasumber-narasumber IKADI Jember dinyatakan memiliki ethos dan kredibilitas yang tinggi. Ethos dan kredibilitas komunikator sangat menetukan efektivitas komunikator sebagai penyampai pesan kepada khalayak. Ethos ditentukan oleh tiga hal; good sense, good moral, dan good will. Sedangkan kredibilitas dipengaruhi oleh keahlian dan kepercayaan. Tipe narasumber IKADI Jember adalah tipe derived credibility yakni kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung, bagi jama‟ah yang belum mengenal sosok narasumber dengan baik. Kesimpulannya, yang membuat tingkat kehadiran jama‟ah pada pengajan-pengajian IKADI Jember tinggi adalah karena metode penyampaian dakwahnya berbeda dengan ceramah-ceramah pada umumnya. b.
Aspek pesan Jama‟ah dapat menangkap isi pesan sebelum mengikuti pengajian melalui
tema. Tema yang menarik akan meningkatkan rasa kuriositas khalayak untuk hadir dan berpartisipasi dalam acara tertentu. Perhatian menjadi tolak ukur untuk menilai keberhasilan proses komunikasi. Pada jama‟ah IKADI Jember, strategi penyususnan pesan melalui tema telah berhasil mendapatkan perhatian 73,3% responden yang meyakini apapun tema
85
yang diusung oleh IKADI Jember pastilah bermuatan positif dan menarik. Tema yang diangkat adalah both side issue di mana suatu permasalahan diungkap dari sisi positif, negatif, gagasan yang sedang berkembang dan konsepsi dari narasumber
dipadupandakan
menjadi
suatu
pemahaman
tertentu
untuk
memengaruhi khalayak. Kondisi jama‟ah IKADI Jember yang mayoritas berpendidikan, sangat cocok dengan materi atau tema yang mengandung both side issue sebagaimana yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm tentang penyajian masalah dalam pesan sebagai berikut4: 1. Jika ingin berkomunikasi dengan orang-orang yang sejak awal berbeda pendapat, maka gunakan both side issue 2. Pada orang-orang yang sudah memiliki pemahaman yang sama (mutual understanding) gunakan one side issue. 3. Pada golongan terpelajar gunakan both side issue. 4. Pada orang awam gunakan one side issue. c.
Aspek Media Komunikasi Media komunikasi yang digunakan oleh IKADI Jember cukup efektif untuk
meningkatkan partisipasi jama‟ah. Dalam upaya branding suatu program, SMS merupakan metode publikasi yang paling efektif. Strategi top down dalam tahap rekrutmen sangat efektif meningkatkan tingkat partisipasi jama‟ah di kalangan institusi sebanyak 26,7%. Brosur dan kalender telah menghasilkan partisipasi aktif sebanyak 41,5%. Pemanfaatan media elektronik massa (radio dan televisi) kurang
4
Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 405.
86
efektif menunjukkan bahwa peminatan TV lokal di daerah masih rendah. Di samping itu, biaya pemasangan iklan relatif mahal jika menggunakan media elektonik. d.
Aspek Komunikan Data demografis responden menyatakan partisipasi jama‟ah IKADI Jember didominasi oleh orang dewasa dikisaran umur 20-40 tahun. Usia ddewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan kejiwaan yang menimpa masa remaja. Elizabeth B. Hurlock, menentukan usia dewasa dini dimulai dari usia 18 ahun sampai kira-kira 40 tahun. Rita Atkinson menentukan usia dewasa dimulai dari 25-40 tahun, sedangkan di Indonesia batas kedewasaan adalah usia 21 tahun. Pada masa dewasa, menurut konsep Islam adalah fase dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spiritual dan agama. Agama mulai dipandang penting dalam hidup. Sedangkan pengkajian nilai melalui kegiatan-kegiatan keagamaan diharapkan menjadi pengokoh perjalanan hidup di dunia dan persiapan bekal di akhirat. Pekerjaan, ideoelogi, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan tuntutan agama. Kualitas ibadah saat ini akan terlihat jelas. Orang-orang dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga, keluarga, dan temantemannya aktif dalam organisasi atau kegiatan keagamaan. Dan pada masa ini, kegagalan-kegagalan hidup mulai diatasi dengan bantuan agama, sekalipun dia selama hidupnya kurang mengamalkan agama atau kurang keyakinannya.5
5
Heny Narendrany Hidayati, Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), hlm. 130.
87
Secara umum, perbedaan kategori umur berdasarkan perkembangan kognitf dan psikososial adalah sebagai berikut6:
Tahap
Tabel 5 Perkembangan Kognitif dan Psikososial Manusia Perkembangan Kognitif Perkembangan Psikososial
Remaja
Kemampuan untuk
Pencarian identitas,
(11-20 tahun)
berpikir abstrak dan
mencakup identitas seksual,
menggunakan penalaran
menjadi pusat. Kelompok
ilmiah berkembang.
teman seusia biasa
Pikiran yang belum
menimbulkan pengaruh
matang bertahan pada
positif atau negatif.
beberapa sikap dan perilaku. Dewasa Muda
Pikiran
(20-40)
moral menjadi lebih rumt. kepribadian relatif stabil, Membuat
dan
penilaian Berbagai trait dan gaya
pilihan
atas perubahan kepribadian
pendidikan dan pekerjaan.
mungkin dipengaruhi oleh tahapan dan peristiwa kehidupan. Berbagai keputusan dibuat mengenai hubungan dekat dan gaya hidup pribadi. Kebanyakan orang menikah dan menjadi
6
Papalia Old Feldman, Human Development, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm. 17.
88
orang tua. Dewasa tengah
Kemampuan mental
Pemahaman identitas terus
(40-60 tahun)
berada kondisi puncak;
berkembang. Transisi
memiliki keahlian dan
kehidupan paruh baya terjadi.
keterampilan yang tinggi
Anak-anak mulai
dalam menyelesaikan
meninggalkan rumah
masalah praktis.
terjadilah empty nest.
Dewasa tua
Kebanyakan orang
Pensiun dari pekerjaan. Lebih
(60 tahun ke atas)
waspada secara mental.
banyak mengembangkan
Meskipun kecerdasan dan
strategi untuk mengatasi
ingatan mengalami
kehilangan pribadi dan
kemunduran
kematian yang sudah dekat.
Jama‟ah IKADI mayoritas menumpuh jenjang pendidikan tinggi. 63,3% telah memiliki pekerjaan tetap, sedangkan 36,7% diwakili oleh pelajar dan mahasiswa. Sebanyak 40% PNS diwakili oleh kelompok dosen dan guru. Ini menunjukkan segementasi khalayak IKADI Jember adalah kaum kelas atas yang berpendidikan dan notabene berpenghasilan. Segmentasi inilah yang akan memengaruhi tingkat partisipasi jama‟ah sebagai efek komunikasi.
e.
Aspek efek komunikasi Bentuk-bentuk
partisipasi
merupakn
efek
dari
keberhasilan
proses
komunikasi. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti menyatakan tingkat
89
partisipasi jama‟ah IKADI Jember sangat tinggi dengan melihat beberapa item kategori: 1. Keaktifan mengakses informasi jama‟ah IKADI Jember 9,8 % melalui facebook, kalender dan brosur 41,5%, bertanya pada jama‟ah lain 19,5%, pengajian Ikadi 18,3%. Lainnya terdiri dari SMS Center 8,5%, tidak aktif mengakses informasi hanya 2,4%. Intinya 97,6% jama‟ah IKADI Jember aktif mengakses informasi tentang IKADI melalui saluran-saluran komunikasi. 2. Intensitas kehadiran jama‟ah IKADI Jember menunjukkan selalu 15%, sering 56,7%, kadang-kadang (jarang) 28,3%. Intinya, tingkat partisipasi kehadiran masih di atas angka 50%, yaitu 71,7%. 3. Partisipasi di kegiatan IKADI Jember lainnya pengajian akbar PTPN XII 73,6% kajian tafsir 1,4%, tahsin Qur‟an 11,1%, Pondok Tahfidzul Qur‟an 6,9% lainnya terdiri dari tidak berpartisipasi 4,1%. Total partisipasi pada kegiatan lain adalah 95,9%. 4. Partisipasi dalam infaq materi pengajian IKADI PTPN XII 42,1%, majlis Dhuha 43,2%, program orang tua asuh 8,4%. Lainnya terdiri dari GeMMA 1%, sedekah subuh 1%, dan tidak berpartisipasi 4,2%. Total partisipasi aktif berupa infaq materi sebesar 95,8%. Wawancara dengan pengurus IKADI, pembiayaan IKADI seluruhnya diperoleh dari jamaah IKADI. Sumber pendanaan dari jamaah berupa infaq jamaah: a) Infaq jamaah pada setiap kegiatan seperti Pengajian Umum IKADI pada setiap minggu ke-3 di Lapangan PTPN 12, Pengajian Majlis Dhuha, Pengajian Majlis- majlis Taklim, Kajian Tafsir; b) Infaq subuh yang
90
dikumpulkan dari anak-anak keluarga jamaah; c) donatur rutin baik yang langsung dari jamaah maupun yang dikumpulkan oleh para jamaah yang secara sukarela menjadi koordinator mengumpulkan dana dari donatur tidak langsung; d) CSR bebepa instansi seperti PTPN 12, PT Telkom, Pusat Penelitian Kopi Kakao dan lain-lain; e) Wakaf, antara lain wakaf tanah seluas 8000 m2 di Rembangan yang rencananya untuk Pondok Tahfidz yang dikumpulkan dari para jamaah, wakaf tanah dan bangunan senilai 2 Milyar dari Ibu Hj. Mimin yang digunakan untuk Ma‟hadz Tahfidzul Qur‟an Ponok Pesantren Ibnu Katsir di Jl. Mangga Patrang Jember, Wakaf Al-Qur‟an Braille dari para Donatur yang telah diidistribusikan di 4 kabupaten (Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi), Wakaf rumah senilai 3 Milyar dari Pewakif Joewanto yang dijadikan Usaha Percetakan, Wakaf Tanah dan Gedung Alia seniali Rp. 2 M yang digunakan untuk Ma‟had Tahfidzul Qur‟an mahasantri Putri yang mulai terima santri pada tahun 2013, wakaf mobil AlQur‟an dengan cara diangsur oleh para jamaah, wakaf sarana dan prasarana untuk ma;had Ibnu Katsir, baik berupa mebelair, perabot mapun kendaraan bermotor roda dua. 5. Partisipasi mengajak orang lain Menunjukkan, jamaah IKADI yang mengajak keluarga untuk ikut meramaikan IKADI Jember sebanyak 44,7%, yang mengajak teman dan kolega 51,3%, lainnya terdiri dari tetangga 1,3% dan tidak mengajak siapapun 2,6%. Total partisipasi aktif mengajak orang lain sebanyak 97,4%.
91
Di antara kelima item yang mengindikasikan tingkat partisipasi, item keaktifan mengakses informasi merupakan upaya partisipasi tertinggi. Jika melihat variasi saluran komunikasi yang ditawarkan sebagai strategi komunikasi IKADI Jember, tentunya strategi publikasi adalah strategi yang paling menentukan tingkat partisipasi jama‟ah. Hingga kini, masih banyak institusi dakwah yang belum mengoptimalkan saluran media komunikasi untuk pengembangan dakwah. Padahal, jika kita melihat data di atas, peluang untuk mendapatkan perhatian khalayak adalah melalui media-media komunikasi. Kata “media” dalam ilmu komunikasi diterjemahkan dari istilah Latin “medium” yang berarti “tengah” atau “perantara”.7 Media modern seringkali dipandang sebagai perantara antara satu “dunia” dan audiens, tetapi media tidak dapat diasumsikan seperti itu, sebagai saluran komunikasi sederhana, hanya sebagai “jendela-jendela atas dunia”. Ini mungkin satu pendapat yang lebih maju yang menilai media komunikasi tidak hanya apa yang tampak, bisa diindera sebagaimana media massa seperti TV, radio, surat kabar, dan majalah, tetapi juga hal-hal yang tersembunyi dari sesuatu pesan yang ditampilkan oleh media. Kemajuan teknologi komunikasi tentu saja, seperti juga teknologi yang lain, memiliki dampak positif dan negatif. Jadi teknologi bisa dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan positif, tapi juga dapat membawa implikasi negatif.Ada potensi perubahan sosial yang cukup mendasar, dalam skala makro, yang diharapkan bisa terjadi dalam masyarakat sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi.
7
Branston Gill, dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, Ed.III, (London: Routledge, 2003), hlm. 9.
92
Potensi
perubahan
dimaksud,
sebagaimana
dikatakan
Marwah
Daud
Ibrahim8antara lain: Pertama, diharapkan dengan kemajuan teknologi komunikasi orang kian kosmopolit, dalam artian kemungkinan bagi orang untuk kian terbuka dan menerima orang lain semakin besar. Perbedaan-perbedaan sudah diterima sebagai suatu yang baik. Hal ini memungkinkan terjadi karena saling silang komunikasi antar budaya kian tinggi intensitasnya. Kedua, dengan kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa pesatnya, diharapkan saling pengertian antar warga masyarakat yang berbeda kian meningkat. Ketiga, diharapkan juga dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, solidaritas sosial kian meningkat. Mereka yang berada di negara atau wilayah atau dalam strata sosial yang lebih baik diharapkan lebih peduli pada mereka yang berada pada lapisan bawah. Keempat, dengan semakin canggihnya alat komunikasi, setiap orang diharapkan lebih berkualitas. Asumsi ini diajukan mengingat
bahwa
mengkomunikasikan
peralatan pesan-pesan
komunikasi pendidikan,
bisa
menjadi
mengajarkan
alat
untuk
keterampilan,
menyampaikan pesan-pesan keagamaan, mengajarkan cara hidup yang sehat, santun dan berbudi, religius, dan sebagainya. Tetapi, harapan-harapan di atas dapat berubah sebaliknya, justru menjadi negatif. Dalam skala mikro, beberapa kemungkinan perubahan sosial yang bisa muncul akibat kemajuan teknologi komunikasi bisa dicatat, antara lain: kian meningkatnya sikap hedonisme, konsumtivisme, materialisme, permisivisme, dan
8
Ibrahim, Marwah Daud. Teknologi, Emansipasi, dan Transendensi: Wacana Peradaban dengan Visi Islam, Cet.II; Bandung: Mizan, 1995, hlm. 68-69.
93
sadisme. Hal-hal ini sering dihubungkan dengan isi media massa yang kian mengumbar sifat-sifat yang dinilai negatif tadi. Jika nilai yang diintroduksikan oleh media sejalan dengan apa yang diharapkan pada institusi nilai yang lain, maka akan didapatkan hasil yang maksimal. Tapi, jika apa yang disampaikan oleh media malah bertentangan dengan apa yang didapatkan di rumah, sekolah, dan tempat ibadah, maka boleh jadi, terutama anak-anak dan generasi muda, dilanda oleh kebingungan. Dan nilai yang pengaruhnya lebih kuat dan dominan akan mewarnai sikap dan perilaku sosial mereka. Kenyataan ini membuat harapan dan tuntutan agar media bisa membawakan misi dan visi yang menunjang pengembangan nilai positif menjadi sangat mendesak. Islam perlu mengambil alih kekuatan media. Efek media yang mendasar dengan mengacu pada model jarum hipodermik dan berlanjut pada “the two-step flow” menyatakan bahwa media memiliki kekuatan untuk merubah perilaku sosial masyarakat. Di sinilah komunikasi dakwah berperan dan diupayakan untuk terus berkembang, sehingga melahirkan dampak yang baik guna mencetak umat yang berwawasan keagamaan dan mampu mengamalkan ajarannya.
94
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari rumusan masalah yang peneliti ungkapkan, maka ada beberapa hal yang bisa ditarik sebagai simpulan oleh peneliti kali ini, antara lain: IKADI Jember menerapkan strategi komunikasi dalam upaya meningkatkan partisipasi jama’ah melalui tiga tahapan: 1. Tahap rekrutmen jama’ah. Pada tahap ini, IKADI Jember memaksimalkan komunikasi interpersonal (dakwah fardiyah) melalui silaturrahim ke beberapa kolega
dan
jaringan
pimpinan-pimpinan
perusahaan
yang
dapat
memperkenalkan IKADI Jember kepada calon jama’ah. Strategi ini memiliki istilah strategi top-down. Jika sudah mendapatkan kepala, maka tidak akan sulit untuk mendapatka badan hingga ekornya. Strategi top-down juga ditunjang dengan strategi pemilihan kalimat yang sesuai dengan etika komunikasi dalam Al-Qur’an di mana cara penyampaian pesan harus disesuaikan dengan kedudukan mad’u (komunikan) baik secara biologis, psikologis, dan sosiologis sehingga tidak menimbulkan gangguan (noise) ataupun kesalahpahaman (missunderstanding) dalam proses komunikasi. Ketika telah terbentuk suasana komunikasi dan feedback positif, maka bahasa yang awalnya menjadi satu-satunya alat komunikasi, dibantu oleh strategi iqro’ yang lebih menekankan pada dokumentasi kegiatan-kegiatan IKADI jember untuk membangun kepercayaan jama’ah. 2. Tahap Pembinaan Loyalis dan Peningkatan Trust melalui gathering donatur dengan mengadakan pengajian VIP dan melampirkan transparansi anggaran
95
donasi pada buletin IKADI Jember yang dibagikan dan diantarkan secara gratis kepada jama’ah. 3. Tahap peningkatkan partisipasi jama’ah melalui doorprize, kuis beramal jariyah, membagikan kalender, publikasi via media massa, dan lain sebagainya. Selain itu, IKADI Jember khususnya pada pengajian Majlis Dhuha merancang strategi komunikasi yang berbeda dengan pengajian lainnya. Strategi komunikasi adalah gabungan antara perencanaan dan manajemen. Dalam hal ini, IKADI Jember telah mendesain Majlis Dhuha dengan empat strategi utama; diffrensiasi, segmentasi, passioning, dan branding. Tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember digambarkan oleh 97,6% jama’ah IKADI Jember aktif mengakses informasi tentang IKADI melalui saluran-saluran komunikasi. tingkat partisipasi kehadiran 71,7%. Partisipasi di kegiatan IKADI Jember lainnya adalah 95,9%. Total partisipasi aktif berupa infaq materi sebesar 95,8%. Partisipasi jama’ah IKADI Jember dengan mengajak orang lain sebesar 97,3%. Hampir seluruh program IKADI Jember didanai oleh jama’ah IKADI. Berdasarkan data di lapangan, disimpulkan bahwa aplikasi komunikasi
strategi
dakwah terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember
tergambar sebagai berikut:
93,3% responden menyatakan akan hadir di pengajian Majlis Dhuha IKADI Jember meskipun belum mengetahui siapa pembicaranya. Angka ini menunjukkan strategi pemilihan narasumber yang berbasik trainer sangat meningkatkan partisipasi dan loyalitas jama’ah.
96
73,3% reponden menyatakan faktor tema tidak memengaruhi tingkat kehadiran jama’ah. Data ini mengasumsikan bahwa tema-tema yang diusung oleh IKADI Jember hingga saat ini dikatakan telah diaplikasikan dengan sangat baik membina loyalitas jama’ah
Metode ceramah yang dibawakan oleh narasumber adalah konten kegiatan yang cukup baik diaplikasikan di lapangan. Pernyataan tersebut 48,7%.
Strategi komunikasi menggunakan media-media
komunikasi yang telah
digunakan oleh IKADI Jember adalah SMS (komunikasi bermedia) dengan prosentase 27,9%. Dan strategi top-down dapat meningkatkan partisipasi jama’ah sebanyak 26,7%.
Strategi berdasarkan waktu sangat efekif terhadap tingkat partisipasi jama’ah. Durasi cukup dinyatakan oleh 96,7% responden dan Frekuensi 85% menyatakan cukup. Waktu menjadi alasan yang paling lazim digunakan orang untuk terlibat aktif pada suatu kegiatan. Oleh karena itu, durasi dan frekuensi yang sesuai tentunya akan memudahkan orang lain untuk berpartispasi.
Berdasarkan strategi pemilihan tempat dinyatakan lokasi pengajian Majlis Dhuha IKADI Jember cukup memiliki daya tarik (56,7%). Akses lokasi sangat strategis (51,7%). Walaupun daya tampung jama’ah cukup memadai (46,7%) dengan fasilitas yang dianggap responden cukup memuaskan (71,7%)
97
B. SARAN Setelah peneliti melakukan penelitian di lapangan, IKADI Jember sudah cukup baik menerapkan strategi kmunikasi dakwahnya atas dasar tingkat partisipasi jama’ah di beberapa item partisipasi di atas 50%. Namun, peneliti akan tetap memberikan masukan-masukan serta saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi IKADI Jember, antara lain: a. IKADI Jember hendaknya lebih mengoptimalkan penggunaan media-media komunikasi dalam upaya meningkatkan partisipasi jama’ah. Karena, tidak dapat
dipungkiri
tekhnologi
informasi
akan
terus
mengalami
perkembangan. b. Konten kegiatan yang terlalu beragam dapat menciptakan kejenuhan jika tidak diaplikasikan dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya IKADI Jember dapat memprioritaskan kematangan konsep program yang akan dijalankan terlebih dahulu sebelu ditawarkan kepada jama’ah. Selain itu, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai perbedaan efek dari setiap strategi komunikasi yang digunakan sesuai dengan kajian teori ilmu komunikasi. Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam, sebaiknya peneliti selanjutnya memperdalam tinjauan pustaka dan menambah penelitian pustaka. Untuk menambah wawasan teoritis maupun praktis.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad. Memperbaharui Komitmen Dakwah. Jakarta: Robbani Press. 2008. Agung, I. Gusti Ngurah. Manajemen Penulisan Skripsi, Thesis, Dan Disertasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Al-wa’iy, Taufiq. Dakwah Ke Jalan Allah-Muatan, Sarana, dan Tujuan. Jakarta: Robbani Press. 2010. Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi. Tangerang: UIN Jakarta Press. 2003. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003. , Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. 1987. Feldman, Papalia Old. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. Gill, Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, Ed.III. London: Routledge. 2003. Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang : UMM Press. 2010. Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang. Jakarta, Sinar Harapan 1985. Hefni, Harjani dkk. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2003. Hidayati, Heny Narendrany dan Andri Yudiantoro. Psikologi Agama. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007. Ibrahim, Marwah Daud. Teknologi, Emansipasi, dan Transendensi: Wacana Peradaban dengan Visi Islam, Cet.II; Bandung: Mizan. 1995. Idris, Malik. Strategi Dakwah Kontemporer. Makassar: Sawah Press. 2007. Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harokah. Jakarta: Penamadani. 2008. John, Little. Karen Foss. Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika. 2011. Madjid, Abdul. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Bandung: Pustaka Setia. 2000.
Mansyur, Mustafa. Tujuh Tahapan Dakwah Fardiyah. Jakara: al-I’tisam Cahaya Umat, Cet- Ke-3. 2002. Mikkelsen, Britha. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003. Morissan. Andy Corry Wardhany. Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia. 2009. Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Ciputat: CeQDA. 2007. Nimmo, Dan. Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-4. 2006. Rohim, Saiful Teori Komunikasi-Ragam, Perspektif, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009. Sapuri,Rafy. Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern. Jakarta: Rajawali Press. 2009. Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011. Sardar, Zianudin, Information and The Muslim World: A Strategy for The TwentyFirst Century. Bandung: Mizan.1996. Shaleh, Abdul Rosyad, Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: PT. BulanBintang. 1997. Sukanto, Soejono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. 1996. Tabloid Robithoh. Da’i Ramah Menebar Rahmah. Edisi 17 Januari-17 Februari. 2010. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Graha Media Pratama. 1997. http://www.ibnukatsir.or.id/statis-3-visidanmisi.html ,(diakses pada tanggal 3 Desember 2013).
LAMPIRAN-LAMPIRAN Kuisioner Penelitian A. KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb. Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah mengkaruniakan rahmat berupa iman, akal, dan hati sehingga pada titik ini kita masih berpijak dalam kebajikan Islam. Sebagaimana baginda Nabi Muhammad SAW mengajarkan ketaatan dan kasih sayang kepada seluruh umat dan makhlukNya. Oleh sebab itu, sholawat dan salam tiada henti hendaknya kita persembahkan untuk beliau hingga akhir zaman. Berkenaan dengan penyelesaian laporan penelitian yang berjudul “Efektivitas Strategi Komunikasi Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah IKADI Jember”, maka peneliti memohon kerja sama bapak/ibu sekalian untuk membantu peneliti dalam pengisian angket sebagai penunjang data penelitian. Peneliti berharap, semoga hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi perkembangan dakwah Islam di Jember maupun di Indonesia, khususnya jama’ah IKADI. Atas kerja samanya, peneliti ucapkan jazakumullah khoiron. Waasalamualaikum wr.wb.
B. DATA RESPONDEN Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
: L/P*
Asal daerah
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Status
:
Saran dan harapan untuk : Penelitian ini
C. BUTIR PERTANYAAN Note: Lingkari jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda! (*)menunjukkan pernyataan atau pertanyaan yang boleh dijawab lebih dari satu.
- STRATEGI KOMUNIKASI 1. Narasumber Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika narasumbernya merupakan: tokoh terkenal di tingkat: a. Nasional b. Regional c. Lokal d. Ketiganya benar 2. Tema Saya pasti menghadiri pengajian majlis dhuha, jika tema pengajiannya: a. Sudah saya ketahui sebelumnya b. Sudah saya ketahui dan menarik bagi saya c. Meski Belum saya ketahui 3. Konten kegiatan* Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada bagian: a. Ceramah dan metode penyampaiannya b. Dzikir dan muhasabahnya c. Sholat dhuha bersama-nya d. Kostum busana pengajiaanya e. Layanan Konsultasi Syari’ah f. Layanan Kesehatan 4. Publikasi* Saya mengetahui kegiatan majlis dhuha dari: a. Orang lain (teman, kerabat,atasan) b. Sms c. Meda elektronik (JTv dan radio Prosalina) d. Media cetak (Pamflet, bulletin, kalender,banner, surat kabar) e. Social media (facebook, twitter, blog) f. Pengajian IKADI lainnya 5. Waktu Pengajian majlis dhuha berlangsung dari pukul 05.30-08.30 WIB. a. Terlalu lama b. Cukup c. Kurang lama 6. Frekuensi Pengajian majlis dhuha dilaksanakan setiap 1 bulan 1 kali di minggu ke-empat pada hari AHad. a. Cukup 1 bulan 1 kali
b. Kurang banyak c. Terlalu banyak 7. Daya Tarik Lokasi Lokasi pengajian majlis dhuha menurut anda: a. memiliki daya tarik yang tinggi b. cukup memiliki daya tarik c. kurang memiliki daya tarik 8. akses lokasi menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha a. sangat strategis b. cukup strategis c. kurang strategis 9. Daya Tampung Lokasi menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha a. sangat memadai b. cukup memadai c. kurang memadai 10. sarana dan prasana menurut anda, fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di majlis dhuha ini: a. sangat memuaskan b. cukup memuaskan c. kurang memuaskan - TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH 11. Keaktifan mengakses informasi.* saya selalu meng-update informasi tentang pengajian majlis dhuha melalui: a. Facebook grup majlis dhuha b. Kalender/brosur majlis dhuha c. Bertanya pada jama’ah lain d. Pengajian IKADI lainnya e. lainnya 12. Intensitas kehadiran Intensitas Saya mengikuti pengajian majlis dhuha: a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang 13. Partisipasi pada kegiatan lain* Kegiatan IKADI yang saya ikuti selain majlis dhuha: a. Pengajian IKADI di PTPN pada minggu ke-3 b. Kajian tafsir setiap kamis c. Tahsin Qur’an d. Pondok Tahfidzul Qur’an e. Layanan konsultasi Syariah
f. Lainnya…. 14. Partisipasi dalam berinfaq materi* Saya berinfaq pada kegiatan: a. Pengajian IKADI PTPN b. Pengajian majlis dhuha c. Program Orang Tua Asuh Ibnu Katsir d. Lainnya.. 15. Partisipasi dalam mengajak orang lain Saya selalu mengajak….. untuk hadir di pengajian Majlis Dhuha. a. Keluarga/saudara b. Teman/kolega c. lainnya 16. Tentang Ikadi Jember -
Kesan
:
-
Pesan
:
-
Saran
:
-
Harapan
:
Dokumentasi Sidang Munaqosyah
Dokumentasi Kegiatan Jama’ah IKADI Jember
Jama’ah IKADI Jember khidmat mengikuti Pengajian Akbar
Ustadz Feri Da’i Trainer Narasumber Majlis Dhuha
Majlis Dhuha IKADI Jember