APLIKASI PUPUK GRANUL LIMBAH IKAN LAUT SEBAGAI SUMBER N-ORGANIK DALAM BUDIDAYA SAWI (Brassica juncea (L.) VARIETAS TOSAKAN SKRIPSI
Oleh: Septian Dwi Cahyo 20120210021 Program Studi Agroteknologi
Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016
PERSEMBAHAN Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhrinya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan rasa syukur dan terima kasih saya kepada: Allah SWT, karena atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan pada waktunya. Kedua orang tua Bapak Toto Sugianto dan Ibu Rusmini yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan anakmu ini. Maafkan anakmu ini diusia kalian yang sudah tidak muda lagi belum bisa memberikan sesuatu yang terbaik. Janjiku pada Bapak dan Ibu, kalian akan merasakan jerih payah dari kerja keras kalian serta doa yang tiada henti dengan kesuksesan anakmu ini di masa depan. Bapak dan Ibu adalah Super Hero Abadi Dalam Kehidupanku. Saudaraku Joko Rianto, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya untuk keberhasilan ini. Bapak ibu dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu saya ingat di dalam hati. Teman dan Saudara, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Sampai kapanpun kita saudara. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. AMIN!
v
MOTTO Ketika aku masih muda dan bebas dan imajinasiku pun tanpa batas, Aku bermimpi mengubah dunia. Ketika aku bertambah tua dan bijaksana, Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah, Maka cita-citaku kupersempit dan kuputuskan untuk hanya Mengubah negeriku. Namun tampaknya itupun tak berhasil Ketika usia senja mulai kujelang, Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan, Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku, Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku. Namun sayangnya, Mereka pun tak kunjung berubah Dan sekarang, ketika aku berbaring menjelang kematianku, Tiba-tiba kusadari, Jika pertama-tama yang kuubah adalah diriku sendiri Maka teladan yang kuberikan mungkin dapat mengubah keluargaku. Dan mungkin inspirasi serta dorongan mereka membuat negeriku menjadi lebih baik. Dan siapa tahu, pada waktu itu aku telah mengubah dunia. (Pahatan Puisi pada Salah Satu Makam Bishop di Westminster Abbey Inggris)
“Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat menanam benih harapan dan memetakan cita-cita.” -Luffy (One Piece)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Aplikasi Pupuk Granul Limbah Ikan Laut Sebagai Sumber NOrganik Dalam Budidaya Sawi (Brassica juncea (L.) Varietas Tosakan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S-1
di
Program
Studi
Agroteknologi
Fakultas
Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu sehingga penilitian dapat terwujudkan. Ucapan terimakasih ditujukan kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi. 2. Bapak Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi. 3. Bapak Ir. Mulyono, M.P. selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P selaku Dosen Penguji Skripsi. 5. Dekan dan segenap civitas akademika Fakultas Pertanian UMY 6. Dosen- dosen yang ada di Fakultas Pertanian UMY. 7. Laboran yang ada di Fakultas pertanian UMY yang sangat banyak membantu dalam proses perkuliahan maupun penelitian skripsi. 8. Pak Sukirno, Pak Rudi, Pak Yuli dan Pak Sarwono yang sangat membantu dalam proses pelaksanaan penelitian ini. 9. Bapak, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan dukungan materi dan moril, selalu memberikan semangat dan senantiasa mendo’akan saya dalam penyelesaian skripsi ini.
vii
10. Pakde Dadut, Bude Lili, Bude Ati, Alm. Mbah Rebo, Pakde Pur, Bude Pur, Mba Yuli, Mas Bodro, Mas Agung, Mba Iga, Mba Iik, dan beserta seluruh keluarga saya yang berada di Tarakan Kalimantan Utara yang saya tidak bisa sebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan semangat dari pertama kali menginjakkan kaki di Jogja hingga menyelesaikan skripsi ini. 11. Sandri Agustri Sari yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi. 12. Ahmad Ali Kondi yang amat sangat membantu pada saat penelitian terima kasih saudaraku. 13. Seluruh keluarga Agroteknologi A 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 14. Seluruh
teman-teman
UKM
Bulutangkis
UMY
tempat
saya
menghilangkan rasa lelah dan selalu memberikan dukungan dan semangat.
Yogyakarta, 1 September 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii INTISARI............................................................................................................. xiii ABSTRACT ......................................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
II.
TINJAUN PUSTAKA ................................................................................. 8 A. Limbah Ikan Laut ......................................................................................... 8 B. Pupuk Organik Granul (POG) .................................................................... 11 C. Budidaya sawi ............................................................................................ 16 D. Hipotesis..................................................................................................... 23
III.
TATA CARA PENELITIAN ..................................................................... 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 24 B. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 24 C. Metode Penelitian....................................................................................... 24 D. Cara Penelitian ........................................................................................... 25 E. Parameter Pengamatan ............................................................................... 29 F. IV.
Analisis Data .............................................................................................. 30 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 31
A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Luas daun .................................................................... 31 B. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Berat Segar Tanaman …………………………………………………………………44
ix
C. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Berat Kering Tanaman ………………………………………………………………….49 V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 54 A. Kesimpulan ................................................................................................ 54 B. Saran ........................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55 LAMPIRAN .......................................................................................................... 60
x
DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta…………………..…………………………………………11 Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41 HST…………………………………………………………………….31 Tabel 3. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 1 (UJGD) 5% Terhadap Berat Segar Tanaman………………………………………………………………..44 Tabel 4. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% Terhadap Berat Kering Tanaman…………………………………………………………….….49
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses Pembuatan Granul……………………………………………25 Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman……………………………………………....40 Gambar 3. Grafik Jumlah Daun ………………………………………………....42 Gambar 4. Grafik Luas Daun………………………………………………….....43
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran. 1 Layout Penelitian...………………………………………………..60 Lampiran. 2 Kebutuhan Pupuk…………………………………………………..61 Lampiran. 3 Dokumentasi Penelitian……………………………………………63 Lampiran. 4 Deskripsi Tanaman Sawi…………………………………………..64 Lampiran. 5 Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara N, P, dan K Pupuk Granul Limbah Ikan Laut………………………………………………….65 Lampiran. 6 Hasil Sidik Ragam………………………………………………...66
xii
INTISARI Penelitian ini berjudul.“Aplikasi Pupuk Granul Limbah Ikan Laut Sebagai Sumber N-organik Dalam Budidaya Sawi (Brassica juncea (L.) Varietas Tosakan” dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode rancangan lingkungan RAL (Rancangan Acak Lengkap) perlakuan tunggal yang terdiri dari 0,65 gram Pupuk Urea/tanaman (P1), 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman (P2), 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman (P3), 0,32 gram Urea/ tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman (P4) dan 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman (P5). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dapat berfungsi sebagai sumber N-organik dalam proses pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan. Perlakuan (P2) 14,7 gram/tanaman atau setara 2,94 ton/hektar memberikan potensi hasil 79,004 ton/hektar. Kata Kunci: Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, Sumber N-organik, Sawi
xiii
ABSTRACT The research titled “Applications Granules Fertilizer Sea Fish Waste As a source of organic-N on Mustard Cultivation (Brassica juncea (L.) of Tosakan Variety” was carried out in the Green House, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta from July up to August 2016. This research was conducted using environmental method and arranged in Completely Randomized Design (CRD) with single factor. The treatments were consisting of 0.65 grams of Urea / plant (P1), 14.7 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P2), 0.16 grams of urea / plant + 1.58 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P3), 0.32 grams of urea / plant + 1.05 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P4), and 0.48 grams of Urea / plant + 0.52 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P5). The results showed that granules fertilizer of Sea Fish Waste can serve as source of organic-N in the process of growth and yield of mustard Tosakan variety. Treatment (P2) 14.7 gram/plant equal to 2.94 tons/hectare gave the potential yield 79.004 tons/ hectare Key Words : Granules fertilizer Sea Fish Waste, Sources of organic-N, Mustard
xiv
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Komoditi hortikultura merupakan produk yang berpeluang, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan yang tinggi baik pasar di dalam maupun di luar negeri menjadikan komoditi hortikultura ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi pula sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu produk hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan juga berperan penting dalam memenuhi gizi masyarakat terutama vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah sayuran, karena kebutuhan manusia terhadap sayuran terus meningkat. Sawi merupakan salah satu sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun dataran rendah. Tanaman sawi ini diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Filipina dan Taiwan. Penyebaran di Indonesia diduga terjadi pada abad XIX dan daerah penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang dan Malang (Rahmat Rukmana, 2007). Menurut Balai Pusat Statistik, produksi Sawi pada tahun 2010 sebesar 583,770 ton dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 602,468 ton. Selain itu sawi juga mengandung vitamin A, B, C, E, K, karbohidrat, protein dan lemak baik yang berguna untuk kesehatan tubuh. Zat lain yang terkandung dalam sayur sawi adalah kalsium, kalium, mangan, folat, zat besi, fosfor, triptofan, dan magnesium.
1
2
Kandungan non-gizi yang ada dalam sayur atau sawi adalah serat atau fiber yang kadarnya cukup tinggi. Dalam proses budidaya tanaman pemakaian pupuk dilakukan untuk meningkatkan produksi sayuran, tidak terkecuali sawi. Terdapat dua jenis pupuk yang dapat digunakan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004 dalam Mila Laras 2012). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kekurangan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kekurangan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut serta mudah menguap, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mempercepat habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman, dan kesuburan tanah di lahanlahan yang menggunakan pupuk anorganik menurun dari tahun ke tahun. Pemakaian pupuk anorganik selama ini membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi kelestarian lingkungan, sehingga diperlukan usaha yang
3
optimal dalam pemanfaatan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik di samping harga yang murah dan juga mudah didapatkan. Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi yang berasal dari makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Manfaat utama pupuk organik adalah untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Menurut Marsono (2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain: (1) mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih mantap. (2) meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman, karena bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) memperbaiki kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan mikroorganisme tanah. Semakin baik kehidupan biota dalam tanah ini semakin baik pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri.
4
Limbah ikan laut merupakan sisa hasil perikanan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Menurut Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi hara Nitrogen (N) pada konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan kadar 48,021%; hara Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4 jam dengan kadar 17,886% dan hara Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 8 jam dengan kadar 16,14%. Di Indonesia, produksi perikanan laut semakin berkembang dari tahun ke tahun, meskipun demikian limbah yang dihasilkan belum banyak dimanfaatkan. Menurut Ditjen Budidaya Perikanan (2006) dalam Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) setiap musim masih terdapat antara 25 – 30% hasil tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan yang disebabkan karena : (1) keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan dalam cara pengolahan ikan. (2) tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang kembali. Selain itu dalam proses pengolahan ikan juga masih banyak terdapat bagian-bagian dari ikan, kepala, ekor, maupun bagianbagian lain yang tidak termanfaatkan dan terbuang begitu saja. Dengan belum termanfaatkannya limbah ikan laut tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan pemanfaatan limbah antara lain sebagai pupuk organik. Pupuk organik limbah ikan laut dapat dibuat dalam bentuk granul maupun cair. Pupuk organik granul merupakan merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti butiran-butiran yang bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul yang memiliki ukuran seragam, cukup keras, namun mudah larut apabila terkena air atau ditimbun tanah.
5
Menurut Wahyono, dkk. (2011) pupuk kompos yang berbentuk pelet atau granul memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1. Memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu sehingga pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3. Overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn) karena proses peluruhannya lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow release). Kecepatan pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih besar dibandingkan bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam Niwa Utari, dkk., 2014). 4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif. Sedangkan menurut Niwa Utari, dkk. (2014) jenis perekat yang paling optimal untuk pembuatan pupuk organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase pupuk organik curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk organik granul dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu hancur perendaman yang lebih lama. Dalam penelitian ini limbah ikan laut akan dijadikan sebagai sumber pupuk N-organik yang dibuat dalam bentuk granul dan akan diaplikasikan pada tanaman sawi.
6
B. Perumusan Masalah Limbah ikan laut merupakan sisa hasil pengolahan perikanan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Kegiatan pengolahan secara tradisional umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil samping ini, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja. Hasil samping kegiatan industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima kelompok utama, yaitu hasil samping pada pemanfaatan suatu spesies atau sumberdaya; sisa pengolahan dari industri-industri pembekuan, pengalengan, dan tradisional, produk ikutan; surplus dari suatu panen utama atau panen raya; dan sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam Fajar Syukron 2013). Meningkatnya jumlah konsentrasi limbah yang terlalu cepat dapat mengakibatkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik. Sehingga pada jumlah konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, oleh karena itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Upaya yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan limbah ikan laut, salah satunya yaitu sebagai pupuk organik. Didalam penelitian ini akan dilakukan percobaan budidaya tanaman sawi dengan menggunakan limbah ikan laut dalam bentuk granul. Sehingga permasalahan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan? 2. Berapa dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan?
7
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan. 2. Untuk menetapkan dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan.
II.
TINJAUN PUSTAKA A. Limbah Ikan Laut
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Limbah perikanan mengandung nutrisi yang tidak berbeda dari bahan utamanya dan telah banyak juga diteliti pemanfaatannya (Poernomo 1997 dalam Fajar Syukron 2013). Limbah perikanan dapat berasal dari kegiatan perikanan hulu (budidaya), maupun kegiatan perikanan hilir (pengolahan, transportasi, pemasaran). Hasil samping industri pengolahan perikanan umumnya berupa kepala, jeroan, kulit, tulang, sirip, darah dan air bekas produksi. Kegiatan pengolahan secara tradisional umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil samping ini, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja. Hasil samping kegiatan industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima kelompok utama, yaitu hasil samping pada pemanfaatan suatu spesies atau sumberdaya; sisa pengolahan dari industri-industri pembekuan, pengalengan, dan tradisional, produk ikutan; surplus dari suatu panen utama atau panen raya; dan sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam Fajar Syukron 2013).
8
9
Menurut Bhaskar dan Mahendrakar (2008) dalam Fajar Syukron (2013), jeroan ikan mengandung protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Fakta yang ditemukan bahwa produk buangan yang kaya akan protein dan lemak meningkatkan peluang untuk mengalami kebusukan. Limbah tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan bila tidak dilakukan penanganan. Menurut Dao dan Kim (2011) dalam Fajar Syukron
(2013) telah banyak penelitian yang
berkembang untuk memanfaatkan limbah jeroan ikan, seperti pembuatan pakan ikan, pupuk serta media tumbuh bakteri (pepton). Menurut Fajar Syukron (2013) tepung ikan hasil olahan limbah perikanan memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik bokashi karena memiliki kandungan total N dan total P yang tinggi dan memenuhi anjuran total nitrogen dan total fosfor untuk bahan baku pupuk organik. Kandungan unsur hara pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan berbeda-beda. Kandungan total C-organik, total N, rasio C/N, total P dan total K pupuk organik yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 13,98%-17,77%, 3,23%-7,80%, 1,69-5,50, 1,46%-2,90%, dan 0,92%-1,46%. Sedangkan menurut Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi nutrien Nitrogen (N) pada konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan kadar 48,021%; nutrien Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4 jam dengan kadar 17,886% dan nutrien Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 8 jam dengan kadar 16,14%.
10
Limbah Ikan Laut yang dibuat dalam bentuk granul merupakan tambahan bahan organik baik secara fisik, kimia, maupun bilogi. Secara fisik peran Pupuk Granul Limbah Ikan laut sebagai bahan pembentuk agregat tanah yakni sebagai bahan perekat antar partikel tanah yang bersatu membentuk agregat tanah, oleh karena itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut penting dalam pembentukan struktur tanah. Mekanisme Pupuk Granul Limbah Ikan laut sebagai pupuk organik dalam pembentukan agregat tanah : (1) penambahan Pupuk granul limbah ikan laut dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energi. Miselia atau hifa menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat. (2) pengikatan secara kimia butir lempung butir-butir lempung melalui ikatan antar bagian positif dalam butiran lempung dengan gugus negatif senyawa organik yang berantai panjang (3) pengikatan secara kimia secara butiran lempung melalui ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif senyawa organik berantai panjang, (4) pengikatan secara kimia butiran lempung melalui ikatan antara bagian negatif lempung dengan gugus positif senyawa organik berantai panjang. Pengaruh pemberian pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat kimia tanah yakni terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya simpan air tanah dan terhadap keharaan tanah. Pengaruh pemberian pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat biologi tanah, bagi makro dan mikrofauna tanah merupakan sumber energi yang akan membuat aktivitas dan populasi
11
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. No 1 2 3
Pupuk Parameter Satuan Organik Metode PO. 16. 35 N total % 14,19 Kjedhal, Titrasi IK 5.4.1 Oksidasi Basah, HN03 + HClO4, P2O5 total % 9,97 Spektrometri IK. 5.4.m Oksidasi Basah, HNO3 + HClO4, AAS, K2 total % 0,43 IK.5.4.m
B. Pupuk Organik Granul (POG) Pupuk merupakan bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diaplikasikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi. Terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Menurut Marsono, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain: (1) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik
12
sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat agregat sehingga struktur menjadi lebih mantap. (2) Meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) Memperbaiki kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan mikroorganisme tanah. Semakin baik kehidupan dalam tanah ini semakin baik pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri. Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik serupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Limbah atau kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk dan di pindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Sutejo dan Kartasapoetra, 1987 dalam Jamilin Ginting 2011). Seiring dengan berkembangnya teknologi pupuk organik, banyak berbagai macam bentuk pupuk organik diantaranya ialah pupuk organik bokashi, pupuk organik curah, pupuk organik cair, pupuk organik pelet dan pupuk organik granul. Dalam penelitian ini pupuk organik akan dibuat dalam bentuk granul
13
Pupuk organik granul merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti butiran-butiran yang bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul yang memiliki ukuran seragam, cukup keras, namun mudah larut apabila terkena air atau ditimbun tanah. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan granul adalah ukuran granul yang diharapkan, kekerasan granul, dan kemudahan granul untuk pecah atau larut (Isroi 2009). Di pasaran, pupuk granul lebih dikenal dengan sebutan pupuk organik granul (POG) yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk yang berbentuk curah. Menurut Wahyono, dkk. (2011), pupuk kompos yang berbentuk pelet atau granul memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1. Memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu sehingga pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3. Overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn) karena proses peluruhannya lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow release). Kecepatan pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih besar di bandingkan bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam Niwa Utari, dkk. 2014). 4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif. Menurut Yudi Sastro, dkk. (2010) pupuk organik granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam. Sedangkan menurut Azis dan Arman (2013) pupuk organik granul dosis 2 ton per-hektar memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.
14
Dalam proses pembuatan granul terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan adalah : 1. Tahap pencampuran bahan perekat, perekat berfungsi untuk meningkatkan kekompakan bahan yang akan dibuat granul. Perekat juga berfungsi untuk merekatkan bahan dan juga memberikan sifat keras pada granul. Selain untuk menjaga agar granul tidak mudah hancur, kekerasan juga mempengaruhi pelepasan hara tanaman dari granul. Beberapa bahan yang bisa dan biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah a). bahan organik: molasses dan tepung tapioka; b). bahan mineral: bentonit, kaoline, kalsium untuk semen, dan gypsum; c). Tanah liat juga bisa digunakan sebagai perekat. Bahan perekat yang digunakan tidak boleh membahayakan tanaman, relatif murah, dan ketersediaannya banyak (Isroi, 2009). 2. Tahap pencampuran bahan pengikat Menurut Hadisoewignyo dan Fudholi 2013 dalam Niwa Utari dkk. 2014, bahan pengikat dalam bentuk membasahi permukaan partikel dan membentuk jembatan cair antar partikel. Pada saat penambahan bahan pengikat akan terjadi beberapa tahapan hingga terbentuknya granul. Cairan pada proses granulasi akan berfungsi sebagai pengikat yang akan bahan pengikat. 3. Tahap Granulasi merupakan suatu proses pembentukan partikel-partikel besar yang disebut granul dari suatu partikel serbuk yang memiliki daya ikat. Proses granulasi menggunakan dua metode yaitu 1). granulasi basah (wet granulation) Metode granulasi basah dilakukan dengan cara
15
membasahi massa dengan cairan pengikat sampai pada tingkat kebasahan tertentu lalu digranulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses granulasi basah diantaranya jumlah bahan pengikat yang ditambahkan, waktu pencampuran bahan pengikat, dan lama pengeringan granul. 2) granulasi kering (dry granulation). Metode granulasi kering dilakukan tanpa menggunakan bahan pengikat basah. Pembuatan granul dilakukan secara mekanis menggunakan alat mesin, dimana massa dikempa dengan tekanan besar menjadi slug (bongkahan kompak) atau dengan alat roller compaction dimana massa yang dikempa dengan tekanan besar menjadi lempengan-lempengan. Dari ketiga tahap tersebut dalam penelitian ini bahan perekat yang akan digunakan yaitu tanah liat, sedangkan bahan pengikat yang akan digunakan yaitu air, dan metode granulasi yang akan digunakan yaitu granulasi basah. Menurut Niwa Utari, dkk. (2014) Jenis perekat yang paling optimal untuk pembuatan pupuk organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase pupuk organik curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk organik granul dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu hancur perendaman yang lebih lama.
16
C. Budidaya sawi Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang disukai oleh konsumen Indonesia karena memiliki kandungan pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Sawi (Brassica juncea L.) termasuk ke dalam famili Brassicaceae. Tanaman ini termasuk jenis sayuran daun yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman sawi termasuk dalam famili Cruciferae (Kubis-kubisan). Adapun Klasifikasi tanaman sawi atau sawi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super-divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Sub-kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea (L.) Czern. Tanaman sawi mempunyai akar tunggang (radix primaria) dan cabangcabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30 - 50 cm batang sawi menurut Rahmat Rukmana (1994) dalam Mohammad (2014), pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun, daun sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada yang sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu,berwarna hijau muda, hijau keputih- putihan sampai hijau tua, bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (Inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak, dan biji sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Selain dalam melakukan budidaya sawi, ada beberapa syarat tumbuh yang harus di penuhi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
17
Menurut Wiwin, dkk. (2007) tanaman sawi dapat tumbuh dan beradaptasi pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur ringan/sarang sampai pada tanah-tanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti tanah gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimal bagi tanaman sawi adalah antara 6-6,5 dengan temperatur
optimum 15-20 ºC. Sedangkan
daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. 1. Budidaya Tanaman a. Varietas yang dianjurkan Beberapa varietas atau kultivar sawi yang dianjurkan ditanam di dataran rendah atau tinggi adalah LV.145 dan Tosakan, dan kebutuhan benih per hektar sebesar 450-600 g. b. Persemaian dan pembibitan Dalam melakukan budidaya, kita juga harus memperhatikan teknik persemaian dan pembibitan. Adapun teknik persemaian menurut Yuliani dan Melissa (2013) langkah-langkah persemaian tanaman sawi sebagai berikut: 1) Persiapan benih, benih sawi terlebih dahulu diseleksi dengan cara direndam pada air bersih, biji yang mengambang dibuang, karena biji tersebut termasuk kualitas buruk. 2) Persemaian benih dilakukan menggunakan media arang sekam. Penyemaian dilakukan pada wadah plastik dengan ketebalan 3 cm
18
3) Dari dasar wadah, jarak tanam benih antar larikan 4 cm. Setelah media tanam siap, biji sawi ditanam pada lubang tanam dengan jarak 0,5 cm dari permukaan media dan diberi kompos tipis sebagai unsur hara bagi biji. Setiap lubang diisi 1-3 biji sawi. Lama persemaian adalah 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4 helai dengan tinggi awal tanaman yang seragam. c. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dengan pupuk kandang. Masukan media ke dalam wadah sampai penuh. Sisakan jarak sekitar 1 cm dari bibir wadah. Wadah tanam yang digunakan adalah polybag yang berukuran 30x30 cm. d. Pemupukan Menurut Wiwin Setiawati, dkk. (2007) Pemupukan dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ hektar (50 gram/polybag), Urea sebanyak 130 kg/hektar (0,65 gram/polybag), Sedangkan menurut Cahyono dalam Asep Sandi (2015) pemupukan SP 36 sebanyak 73 kg/hektar (0,37gram/polybag) dan kcl sebanyak 73 kg/hektar (0,37 gram/polybag). Hal tersebut dilakukan ± 7 hari sebelum tanam. Pemupukan susulan sama dengan pupuk dasar yakni memberikan setengah dosis dari sisa pemupukan dasar ± 2 minggu setelah tanam.
19
e. Penanaman Bibit yang telah berumur 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4 helai dengan tinggi awal tanaman yang seragam. Penanaman akan dilakukan pagi atau sore hari. f. Pemeliharaan Penyiangan dan pengendalian gulma biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada polybag penanaman.. Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan di musim kemarau. Pengairan selanjutnya berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari. Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan sanitasi lahan, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat disemprot dengan menggunakan pestisida. Adapun beberapa organisme pengganggu tanaman (OPT) yang sering meyerang tanaman sawi sebagai berikut :
20
1) Ulat Tanah (Agrotis sp.) Berwarna coklat sampai coklat kehitaman, menyerang tanaman yang masih kecil/muda setelah ditanam di lahan. Serangan biasanya terjadi pada malam hari, hal tersebut disebabkan karena ulat ini takut sinar matahari. Pangkal batang tanaman yang masih sangat sukulen digerek hingga putus, akibatnya tanaman mati karena sudah tidak memiliki titik tumbuh. Apabila ditemukan gejala awal serangan, segera berantas dengan insektisida berbentuk butiran (granul). Caranya dengan menaburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok tanaman, dengan dosis 0,3 - 0,4 gr per tanaman atau 6 kg insektisida granul per hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan 3 G dan Curater 3 G. 2) Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua) Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya. Sedangkan Spodoptera exigua, mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama pada daun muda. Apabila tanaman ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang tepat yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan anjuran pada label kemasan.
21
3) Leaf Miner (Liriomyza sp.) Serangga ini termasuk hama penggorok daun. Serangga dewasa meletakkan telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil masuk ke dalam daun. Larva ini memakan daging daun dan hanya menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di permukaan daun tampak bercak kuning kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah yang sebenarnya merupakan jalur larva memakan daging daun. Bila sudah nampak gejala serangan, segera semprot dengan insektisida sistemik karena sasaran hama berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang dapat digunakan di antaranya Trigard 75 WP dan Proclaim 5 SG. Dosis penggunaannya sesuai dengan anjuran yang terdapat pada label kemasan. 4) Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.) Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di daun. Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan akhirnya busuk basah. Serangan akan semakin parah jika suhu dan kelembaban udara terlalu tinggi. Umumnya kondisi ini terjadi ketika hujan sehari diikuti panas atau terik pada beberapa hari berikutnya. Bila sudah tampak gejala serangan, segera semprot dengan fungisida yang tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang digunakan sesuai dengan anjuran yang ada pada label kemasan.
22
5) Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae) Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala serangan ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit ini akan terhambat. Apabila tanaman dicabut, akan tampak benjolan-benjolan besar seperti kanker di perakarannya. Bila tanaman sudah terserang penyakit ini, seharusnya dilakukan pemberantasan. Sampai saat ini belum ditemukan fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah tanaman terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan pengawasan dan pencegahan. 6) Panen dan Pasca Panen Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45–50 hari dengan cara mencabut atau memotong pangkal batangnya. Tanda sawi siap panen daun dan pelepah muda berukuran besar (maksimal) dan cukup keras tetapi
belum
berbunga.
Pemanenan
yang
terlambat
dilakukan
menyebabkan tanaman cepat berbunga. Tanaman yang baru dipanen ditempatkan di tempat yang teduh, dan dijaga agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Penyimpanan bisa mengggunakan wadah berupa keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara.
23
D. Hipotesis Perlakuan 0,32 gram urea/ tanaman + 1,05 gram pupuk granul limbah ikan laut/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Yudi Sastro (2010) pupuk organik granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam.
III.
TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016 - 15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas tosakan, limbah ikan laut, tanah liat, pupuk Urea, SP36, KCl, tanah regosol, bambu dan polybag. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, panci, kompor, tampah, penggaris, dan oven. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode rancangan lingkungan RAL (Rancangan Acak Lengkap) perlakuan tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman, sehingga terdapat 45 tanaman. Adapun beberapa perlakuan percobaan sebagai berikut: P1 : 0,65 gram Pupuk Urea/tanaman P2 : 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman P3 : 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman P4 : 0,32 gram Urea/ tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman P5 : 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
24
25
D. Cara Penelitian Cara penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan tepung ikan Pembuatan pupuk organik granul dilakukan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan cara sebagai berikut, Seperti yang dilakukan Murwanto (2000) dalam Achmad Fathony (2015) yaitu : a. Perebusan bahan baku dengan bantuan alat perebus sekitar 2-5 menit untuk menghilangkan lemak. b. Pencacahan limbah ikan laut menjadi potongan-potongan sesuai ukuran yang telah ditentukan. c. Pengeringan bahan baku yang telah mengalami proses pencacahan. d. Penggilingan bahan baku yang telah dikeringkan dan hasil dari proses ini adalah tepung ikan yang sudah sesuai ukuran yang diinginkan. 2. Pembuatan granul Proses pembuatan granul menurut Niwa Utari, dkk. (2014) adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Proses Pembuatan Granul
26
3. Pembuatan Sungkup Pembuatan sungkup menggunakan plastik dan bambu dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 2 meter. 4. Penyemaian benih Penyemaian benih dilakukan oleh rumah pembibitan yang berada di Kabupaten Sleman (Trubus) 5. Persiapan Media Tanam Persiapam media tanam dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Persiapan media yang dilakukan adalah dengan mencampur tanah dengan pupuk kandang dan pupuk anorganik. Sebelum tanah dimasukkan ke dalam polybag ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut : a. Mengambil tanah lalu dikering anginkan ± 2 minggu di dalam Green House. Setelah itu tanah disaring untuk memisahkan antar batu dan tanah. b. Tanah yang sudah disaring dimasukkan ke dalam polybag lalu ditimbang 8 kg/polybag. c. Pupuk yang digunakan berupa Urea, SP36, KCl, dan Pupuk Granul Limbah Ikan Laut. d. Pupuk Urea dan Pupuk Granul Limbah Ikan Laut diberikan sesuai dengan perlakuan penelitian. Sedangkan pupuk SP6 dan KCl diberikan kepada seluruh perlakuan sesuai dengan dosis anjuran pada pustaka.
27
e. Dosis pupuk dasar diberikan ½ jumlah perlakuan dan kemudian pupuk susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan setelah 2 minggu setelah tanam. f. Polybag yang berisi tanah dicampur rata dengan pupuk sesuai dengan perlakuan penelitian. Setelah itu tanah yang telah tercampur di inkubasi selama 1 minggu. 6. Penanaman Penanaman
dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah
disemai ke dalam polybag. Bibit sawi varietas tosakan yang digunakan berusia 3 minggu atau setelah berdaun 3-4 helai dengan tinggi awal tanaman yang seragam. 7. Pemeliharaan Pemeliharaan penyiraman,
meliputi
pemupukan
penyiangan,
susulan,
pengendalian
penyulaman
dan
gulma,
pengendalian
organisme pengganggu tanaman. a. Penyiangan dan pengendalian gulma Dilakukan 2-4 kali selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada polybag penanaman. b. Penyiraman Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan di musim kemarau. Pengairan selanjutkan berangsur-angsur dikurangi,
28
tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari c. Pemupukan susulan Pemupukan susulan dilakukan saat tanaman berusia 2 minggu setelah penanaman. Dosis pemupukan susulan disesuaikan dengan perlakuan penelitian pupuk susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan. d. Penyulaman Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. e. Pengendalian organisme pengganggu tanaman Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan sanitasi, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat disemprot dengan menggunakan pestisida. 8. Panen Pemanenan dilakukan saat berusia
45–50 hari setelah tanam.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta akarnya. Tanda sawi siap panen daun dan pelepah muda berukuran besar (maksimal) dan cukup keras tetapi belum berbunga.
29
E. Parameter Pengamatan 1. Tinggi tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 3 hari sekali dengan menggunakan penggaris atau meteran dengan satuan cm. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal tanaman hingga ujung tanaman atau batang paling tinggi. 2. Jumlah daun Pengamatan jumlah daun diamati setiap 3 hari sekali. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masingmasing tanaman dengan satuan helai. 3. Luas Daun Pengamatan luas daun dihitung dengan menggunakan LAM (Leaf Area Meter) dan dapat diketahui luas daunnya. Perhitungan luasan daun dilakukan pada saat pengamatan selesai tanaman di panen. 4. Berat segar tanaman Pengamatan berat segar tanaman dilakukan setelah panen. Pengamatan berat segar tanaman meliputi berat segar akar dan berat segar daun. Berat segar dihitung dengan menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram. 5. Berat kering tanaman Pengamatan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman dikering anginkan ataupun dioven. Pengamatan berat kering tanaman meliputi kering akar dan kering daun. Berat kering dihitung dengan menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram.
30
F. Analisis Data Hasil pengamatan disidik ragam pada taraf nyata 5%. Jika terdapat perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji jarak ganda Duncan 5%.
31
IV.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Luas daun Dari hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41 HST Perlakuan
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun (cm) (helai) (cm²)
P1= 0,65 gram Urea/tanaman
42, 289 b 22, 222 b
2358, 5 b
P2= 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
49, 289 a
3512, 2 a
P3= 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
43, 222 b 21, 889 b
2319, 9 bc
P4= 0,32 gram Urea/Tanaman + 1,05gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
42, 556 b 22, 778 b
1957, 2 c
P5= 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
45, 289ab 24, 278 ab 2458, 2 b
25, 222 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada kolom masing masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap tinggi tanaman ditunjukkan pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman tetapi berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Namun pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman nyata lebih tinggi daripada pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman, pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman +
32
1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Jadi hasil terbaik ada pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap jumlah daun ditunjukkan pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman tetapi berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Namun pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman nyata lebih tinggu daripada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Hasil terbaik didapatkan pada pengaruh perlakuan P2 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap luas daun ditunjukkan pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman nyata lebih luas daripada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman.
33
Hasil UJGD 5% pada pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman ternyata memiliki hasil tinggi tanaman, jumlah, daun dan luas daun yang lebih tinggi. Pupuk granul limbah ikan laut merupakan limbah perikanan laut yang berasal dari kulit, tulang, kepala, ekor, dan jeroan. Selain itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik yang berfungsi sebagai (1) Mengubah struktur tanah, (2) meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air, dan (3) memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah Marsono (2001). Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman kandungan Nitrogen sebesar 14,19% mampu menyuplai kebutuhan Nitrogen tanaman sawi. Nitrogen merupakan pembentuk protein, asam nukleat, klorofil dan secara umum untuk pertumbuhan tanaman (Adams et al. 1995 dalam Liferdi 2016). Menurut Tisdale (1965) dalam Fajar Arifin (2013) N merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Peningkatan ketersediaan unsur N dengan meningkatnya dosis pupuk N berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada fase
pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N terutama untuk pembentukan batang dan daun. Hal ini didukung dengan
hasil penelitian Budi, dkk. (2009) bahwa
peningkatan serapan N tanaman akan diikuti oleh peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering tanaman dan kadar N tanaman. Adanya hubungan tersebut karena fungsi unsur N sangat bermanfaat pada fase vegetatif. Menurut Gardner dkk. (1985) nitrogen merupakan komponen struktural dari
34
sejumlah senyawa organik penting, seperti asam amino, protein, nucleoprotein, berbagai enzim, purin, dan primidin yang sangat dibutuhkan untuk pembesaran dan pembelahan sel, sehingga pemberian nitrogen optimum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara yang bersifat mudah bergerak (mobile) dan berubah bentuk menjadi gas dan unsur lain serta hilang melalui penguapan (volatilisasi) dan pencucian (leaching). Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen organik, ammonium (NH4+), nitrit (NO2), nitrat (NO3-), dan gas nitrogen (N2). Bentuk Nitrogen yang dapat digunakan oleh tanaman adalah ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+). Oleh karena itu diduga unsur Nitrogen yang terkandung didalam Pupuk Granul Limbah Ikan Laut diserap oleh akar tanaman sawi dalam bentuk ion ammonium (NH4+). Hal ini disebabkan Pupuk Granul Limbah Ikan laut merupakan bahan organik yang berasal dari hewan mati. Proses pembentukan amonifikasi menjadi ion (NH4+) dapat terjadi apabila bahan organik pembentuknya berasal dari tumbuhan dan hewan yang mati. Nitrogen organik dalam tumbuhan dan hewan mati diubah menjadi ion ammonium (NH4+) oleh bakteri dan jamur. Ion-ion ini kemudian membentuk material kompleks seperti asam-asam amino dan asam-asam nukleat yang dapat langsung diserap dan digunakan oleh tanaman. Menurut Mengel dan Kirby (1987) serta Rosmarkam dan Yuwono (2002) dalam Silvikultur (2016) pada pH tanah yang rendah ion nitrat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan ion ammonium, pada pH tanah yang tinggi ion ammonium diserap oleh tanaman lebih
35
cepat dibandingkan ion nitrat dan pada pH netral kemungkinan penyerapan keduanya berlangsung seimbang. Penyerapan unsur hara (ion-ion NH4+) oleh akar melalui dua cara yakni aliran massa air dan difusi. Aliran massa merupakan air yang mengalir kearah akar atau melalui akar itu sendiri. Air tanah yang mengalir ini mengandung unsur hara (ion amonium NH4+). Sedangkan difusi
merupakan sebuah pergerakan
partikel yang bukan disebabkan oleh pergerakan air, namun akibat adanya perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar akar tanaman, dimana zat akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Dalam hal ini, unsur hara bergerak masuk ke dalam akar tanaman karena konsentrasi dalam tanaman lebih tinggi dari konsentrasi tanah. Setelah itu air dan unsur hara (NH4+) diserap oleh akar dalam bentuk ion melalui proses aliran massa air dan difusi lalu di angkut oleh jaringan pembuluh xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian tanaman berupa larutan organik. Sehingga N yang terkandung dalam Pupuk Granul Limbah Ikan laut diserap dan digunakan oleh tanaman proses pembentukan protein, asam nukleat, klorofil dan secara umum untuk pertumbuhan tanaman. Buckman dan Brady (1982) dalam Agni dkk. (2016) menambahkan bahwa unsur nitrogen bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pembentukan sel-sel baru seperti daun, cabang dan mengganti sel-sel yang rusak. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Noveritta (2016) perlakuan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah anakan pada tanaman lidah buaya.
36
Bila pasokan N cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Pasokan nitrogen yang tinggi akan mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan dipergunakan menyusun dinding sel. Pada sisi lain, bila pasokan N terlalu besar, peningkatan ukuran sel dan penambahan ketebalan dinding menyebabkan daun dan batang tanaman lebih sukulen dan kurang keras (Marschner, 1986 dalam Fajar Arifin dkk., 2010). Berdasarkan penelitian Kadarwati (2006 ) dalam Ikrar Nusantara (2016) dapat diketahui bahwa nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan unsur nitrogen sangat berperan dalam fase vegetatif tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian (Humphries dan wheeler 1963) dalam Gardner dkk. (1985) bahwa pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun. Tanaman akan meningkatkan laju pertumbuhan daunnya supaya bisa menangkap cahaya secara maksimal sehingga proses fotosintesis di dalam daun dapat berjalan dengan lancar (Setyanti,2013 dalam Putri Bella, 2016). Selain itu dalam pupuk granul Limbah Ikan laut terdapat kandungan P sebesar 9,97% yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman sawi. Menurut, Hardjowigeno (2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesis, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawasenyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino, metabolism lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi
37
dalam proses hidup. Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy dkk., 2003 dalam Nur Hikmah 2009). Hal ini didukung hasil penelitian Liferdi (2010) Fosfor memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit manggis, terutama untuk peubah tinggi tanaman, panjang cabang, jumlah cabang, dan jumlah daun. Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik bagi tanaman sawi. Bahan organik yang terkandung di dalam Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan salah satu asal unsur-unsur P yang di butuhkan oleh tanaman. Tanaman menyerap unsur hara Phospor dalam bentuk ion ortofosfat. Ion ortofosfat terbentuk melalui enzim fosfatase yang dihasilkan oleh berbagai mikroba yang berada dalam tanah. Ion ortofosfat diserap oleh akar melalui proses difusi yakni merupakan sebuah pergerakan partikel yang bukan disebabkan oleh pergerakan air, namun akibat adanya perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar akar tanaman, dimana zat akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Setelah itu air dan unsur hara diserap oleh akar dalam bentuk ion melalui proses difusi lalu diangkut oleh jaringan pembuluh xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian tanaman berupa larutan organik. Ukuran dan kerapatan meristem perakaran sangat penting dalam proses penyerapan unsur hara P. Selain kandungan N dan P dalam limbah ikan laut terdapat kandungan unsur K sebesar 0,43% yang bermanfaat bagi tanaman sawi. Menurut Gardner dkk. (1985) bahwa kalium berperanan penting dalam fotosintesis karena secara
38
langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, dan karenanya juga meningkatkan asimilasi CO² serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun (Wolf dkk., 1976) dalam Gardner dkk., (1985). Produk fotosintesis digunakan untuk cadangan makanan, struktur, respirasi, dan pertumbuhan. Unsur hara K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, terbesar kedua setelah unsur hara N. Unsur K siap diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti mengaktifkan
kerja
enzim,
membuka
dan
menutup
stomata
(dalam
pengaturan penguapan dan pernapasan), transportasi hasil-hasil fotosintesis (karbohidrat), meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian Bambang dkk. (2016) bahwa perlakuan dosis pupuk kalium meningkatkan luas daun, dan berat brangkasan kering. Penyerapan unsur hara K oleh tanaman dalam bentuk ion K+ melalui proses aliran massa dan difusi. Setelah itu air dan unsur hara diserap oleh akar dalam bentuk ion melalui proses difusi lalu di angkut oleh jaringan pembuluh xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian tanaman berupa larutan organik. Tabel 2 juga memperlihatkan hasil tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun
terendah
ditunjukkan oleh pengaruh
perlakuan
(P1) 0,65 gram
Urea/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.
39
Diduga hal ini dikarenakan sifat Urea yang tidak menguntungkan menurut Hardjowigeno (1995) dalam Nitha (2010) tingkat kehilangan N didalam tanah cukup tinggi akibat dari sifat nitrogen yang sangat mobile, hilangnya nitrogen dalam tanah disebabkan oleh (1) digunakan sendiri oleh tanaman dan juga sebagian digunakan mikroorganisme tanah untuk aktivitas metabolisme, (2) Nitrogen dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, (3) Nitrogen dalam bentuk NO3- rendah karena mudah dicuci oleh bagian bawa perakaran dan masuk kedalam ground water. Hal ini menunjukkan bahwa jika unsur hara nitrogen dalam Urea tersedia dalam bentuk NH4+ maka akan diikat oleh mineral liat sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Namun jika unsur nitrogen dalam Urea tersedia dalam bentuk NO3- maka akan mengalami proses pencucian (leaching) dan juga karena sifat urea yang higroskopis mudah larut dalam air. Untuk dapat diserap tanaman Urea harus mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu. Cepat dan lambatnya perubahan bentuk amide dari Urea ke bentuk senyawa N yang dapat diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain populasi, aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk Urea yang diberikan. Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik bagi tanaman. Bentuk granul dalam limbah ikan laut memiliki kelebihan dibandingkan pupuk Urea yaitu memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin, terbawa air dan proses pelepasan bahan aktif lebih lambat (slow release). Hal ini diduga bahwa kandungan Nitrogen Pupuk Granul Limbah Ikan Laut yang
40
tersedia dalam bentuk ion ammonium (NH4+) ataupun ion nitrat (NO3-) belum mampu mencukupi kebutuhan unsur hara Nitrogen Sawi. Hasil ini sejalan dengan Engelstad (1997) mengatakan bahwa pemberian optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi hijau, dan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Diduga juga bahwa unsur hara P dan K pada tanaman sawi sudah mencukupi. Hal ini dikarenakan semua perlakuan penelitian diberikan unsur hara P dan K sesuai dengan kebutuhan tanaman sawi. Sedangkan kandungan unsur hara P dan K yang terkandung didalam Pupuk Granul Limbah Ikan laut merupakan tambahan nutrisi bagi tanaman sawi Pola pertumbuhan tinggi tanaman sawi dari hari ke 3 sampai ke 39 dapat dilihat pada gambar 2.
Tinggi Tanaman 60
Tinggi Tanaman (cm)
50 40
P1 P2
30
P3 20
P4 P5
10 0 3
6
9
12
15
18 21 24 Hari ke-
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman
27
30
33
36
39
41
Berdasarkan gambar 2, pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman memiliki laju pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Pengaruh perlakuan P2 sudah terjadi pada hari ke 6 hingga hari ke 39 sedangkan pengaruh perlakuan P5 mulai terjadi pada hari ke 18 hingga ke 39. Pada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan , pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman cenderung memiliki laju pertumbuhan yang hampir sama dari hari ke 18 hingga hari ke 39. Penambahan tinggi tanaman yang cukup signifikan diduga dikarenakan semua perlakuan tanaman sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu tanaman sudah mampu menyerap hara yang terkandung di dalam perlakuan pupuk urea maupun pupuk granul limbah ikan laut. Berdasarkan Gambar 3, pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman memiliki laju pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Pengaruh perlakuan P2 sudah terlihat pada hari ke 33 hingga 39 sedangkan pada pengaruh perlakuan P5 sudah terlihat pada hari ke 15 hingga hari ke 36. Pada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman cenderung
42
memiliki laju pertumbuhan yang hampir sama dari hari ke 18 hingga hari ke 39. Penambahan jumlah daun diduga karena kandungan unsur hara nitrogen yang mampu memacu pertumbuhan dan penambahan daun pada tanaman sawi. Peningkatan ketersediaan unsur N dengan meningkatnya dosis pupuk N berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada fase
pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N terutama untuk pembentukan batang dan daun. Pola pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi dari hari ke 3 sampai hari ke 39 dapat dilihat pada gambar 3.
Jumlah Daun 30 25
Banyak Daun
20 P1 P2
15
P3 10
P4 P5
5 0 3
6
9
12
15
18
21 Hari ke-
Gambar 3. Grafik Jumlah Daun
24
27
30
33
36
39
43
Berdasarkan grafik 4 pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman memiliki luas daun tertinggi dari setiap ulangannya. Sedangkan luas daun terendah pada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Hal ini diduga karena pengaruh dari kandungan nitrogen yang berada di limbah ikan laut sebesar 14,19 % yang mampu memacu pertumbuhan luas daun tanaman sawi. Bila pasokan N cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Pasokan nitrogen yang tinggi akan mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan dipergunakan menyusun dinding sel. Sejalan dengan hasil penelitian (Humphries dan wheeler 1963) dalam Gardner dkk. (1985) bahwa pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun. Pola pertumbuhan luas daun pada tanaman sawi pada setiap perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.
Luas Daun 4500 4000 Luas daun cm²
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 P1
P2
P3 Perlakuan
Gambar 4. Grafik Luas Daun
P4
P5
44
B. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Berat Segar Tanaman Dari hasil sidik ragam terhadap berat segar tanaman menunjukkan bahwa semua perlakuan menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji Jarak Ganda Duncan 5 % disajikan dalam Tabel 2. Tabel 3. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 1 (UJGD) 5% Terhadap Berat Segar per Tanaman
Perlakuan
Rata-rata (gram)
P1 = 0,65 gram Urea/tanaman
269,35 b
P2 = 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
395,02 a
P3 = 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
269,08 b
P4 = 0,32 gram Urea/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
268,91 b
P5 = 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
297,78 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada kolom masing masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.
Hasil tertinggi pada UJGD 5% terhadap berat segar tanaman ditunjukkan pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman nyata lebih berat daripada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.
45
Hasil terbaik pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut. Hal ini diduga pada pengaruh perlakuan 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut Kandungan Nitrogen sebesar 14,19% mampu menyuplai kebutuhan Nitrogen tanaman sawi. Menurut Gardner dkk. (1985) nitrogen merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa organik penting, seperti asam amino, protein, nucleoprotein, berbagai enzim, purin, dan primidin yang sangat dibutuhkan untuk pembesaran dan pembelahan sel, sehingga pemberian nitrogen optimum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel yang terbantut (kerdil) dan kuning terutama di bagian-bagian tanaman yang lebih tua. Selain itu kandungan lain dari pupuk granul limbah ikan laut juga berpengaruh yakni kandungan phosphor sebesar 9,97%. Menurut Hardjowigeno (2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Peranan
fosfat
yang
penting ialah
dalam
proses
fotosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup. Menurut Gardner dkk. (1985) P umumnya ada dalam konsentrasi rendah dalam larutan tanah. P merupakan komponen penting menyusun senyawa energi, untuk sistem informasi genetik, untuk membrane sel dan fosfor protein. Fosfor bergerak dan diretribusikan dari jaringan tua ke jaringan muda. Sehingga gejala defisiensi pertama kali ditunjukkan oleh daun daun tua.
46
Selain kandungan N dan P di dalam pupuk granul limbah ikan laut juga terdapat kandungan K sebesar 0,43% yang juga berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman sawi. Kalium berperan penting dalam fotosintesis karena secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, dan karenanya juga meningkatkan asimilasi CO2 serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun (Wolf dkk., 1976) dalam Gardner dkk., 1985).
Kalium juga
membantu memelihara potensial osmotis dan pengambilan air (Epstein, 1972). Tanaman yang cukup K hanya kehilangan sedikit air karena, K meningkatkan potensial osmotik dan mempunyai pengaruh positif juga terhadap penutupan stomata (Humble dan Hsiao, 1969). Defisiensi K yang parah menyebabkan bintik nekrotik kecil antara urat daun, dengan pucuk dan tepi daun yang terbakar pada daun daun yang lebih tua pada banyak spesies. Dalam pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman memiliki hasil yang baik dan juga berbeda nyata. Hal ini tentu saja juga sangat berpengaruh terhadap berat segar tanaman. Unsur hara makro N, P, dan K yang terdapat di dalam pupuk granul limbah ikan laut mampu mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman sawi. Hal lain yang menjadi faktor pengaruh perlakuan 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut paling baik adalah pupuk granul limbah ikan laut merupakan bahan organik. Limbah ikan laut sebagai sumber tambahan bahan organik sangat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Fungsi bahan organik sebagai pembentuk kesuburan fisik tanah sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh
47
komponen lain yang tersedia di alam. Bahan organik dalam tanah memperbaiki struktur tanah, drainase, aerasi, daya simpan air, stabilisasi suhu tanah, kegemburan tanah, daya serap air, penghambatan erosi permukaan, dan pengikat partikel tanah (Tisdale et al., 1993 dalam Sumarno dkk., 2009). Bahan organik tanah selain mampu mempertahankan kesuburan tanah untuk jangka panjang, juga berfungsi sebagai cadangan hara tanaman, menjaga integritas fisik, kimia, dan biologi tanah. Hal ini dapat di simpulkan bahwa Pupuk Granul Limbah Ikan laut memiliki serapan air yang sangat baik dan berguna bagi tanaman. Air berperan penting dalam beberapa proses pertumbuhan tanaman menurut Ariyanto (2010) dalam Huno (2014) sebagai penyusun tubuh tanaman sekitar 70-100%, pelarut dari medium reaksi bio kimia, medium transport senyawa, memberikan tekanan turgor bagi sel, bahan baku fotosintesis dan menjaga suhu tanaman supaya konstan. Sedangkan menurut Murtiningrum (2010) dalam Huno (2014), air diperlukan tanaman untuk pencernaan, fotosintesis, transport mineral dan hasil fotosintesis, penunjang tubuh, dan pertumbuhan dan transpirasi sebanyak 99%. Tabel 3 juga memperlihatkan hasil terendah pada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman Hal ini diduga pada perlakuan pupuk urea + pupuk granul limbah ikan laut, Nitrogen yang terkandung di dalam pupuk urea mempunyai sifat yang tidak menguntungkan adalah Urea tersedia dalam bentuk N03- maka akan mengalami proses pencucian (leaching) dan juga karena sifat urea yang higroskopis mudah larut dalam air karena tidak dapat terjerap oleh koloid tanah.
48
Nitrogen yang terkandung dalam pupuk granul limbah ikan laut berperan sebagai penyusun protein sedangkan fosfor berperan dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan perkembangan daun yang akibatnya tingkat absorbsi unsur hara dan air oleh tanaman sampai batas optimumnya yang akan digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel. Kalium mengatur kegiatan membuka dan menutupnya stomata. Pengaturan stomata yang optimal akan mengendalikan transpirasi tanaman dan meningkatkan reduksi karbondioksida yang akan diubah menjadi karbohidrat. Unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang terkandung dalam pupuk granul limbah ikan akan meningkatkan aktivitas fotosintesis tanaman sawi sehingga meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan sebagai cadangan makanan. Berat basah tanaman merupakan berat tanaman pada saat tanaman masih hidup dan ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum tanaman menjadi layu akibat kehilangan air (Benyamin Lakitan 1996).
49
C. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Berat Kering Tanaman Dari hasil sidik ragam terhadap berat kering tanaman menunjukkan bahwa semua perlakuan menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji Jarak Ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Tanaman
(UJGD) 5% Terhadap Berat Kering
Perlakuan
Rata-rata (gram)
P1 = 0,65 gram Urea/tanaman
23,166 b
P2 = 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
34,408 a
P3 = 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
22,823 b
P4 = 0,32 gram Urea/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
22,716 b
P5 = 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
26,692 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada kolom masing-masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hasil tertinggi pada uji UJGD 5% terhadap berat kering tanaman ditunjukkan pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman nyata lebih berat daripada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, (P1) 0,65 gram Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.
50
Hasil terbaik pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogen Pupuk Granul Limbah Ikan Laut mampu mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman sawi. Engelstad (1997) menyatakan bahwa pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau dan meningkatkan ratio pucuk akar. Oleh karena itu pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Menurut Benyamin Lakitan (1996) pemberian nitrogen pada dosis yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, maka meningkat pula metabolisme tanaman. Sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat, akibatnya pertumbuhan dan produksi tanaman meningkat. Peningkatan bobot kering akar, batang, dan daun menunjukkan transportasi fotosintat ke daerah tersebut. Menurut Schuzle dan Cadwell (1995) dalam Jippi Andaluasia (2005), ketersediaan hara terutama unsur N akan meningkatkan alokasi biomassa tanaman terutama pada daun dan batang. Semakin meningkat bobot kering menunjukkan bahwa proses fotosintesis berjalan dengan baik dan berarti pertumbuhan berjalan baik pula. Selain itu di dalam kandungan pupuk granul limbah ikan laut terdapat kandungan unsur hara P yang mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy et al,. 2003 dalam Nur Hikmah 2009).
51
Hal lain yang berpengaruh adalah unsur K dalam pupuk granul limbah ikan laut yang juga dapat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman. Menurut Gardner dkk. (1985)
bahwa kalium berperanan penting dalam fotosintesis karena secara
langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, dan karenanya juga meningkatkan asimilasi CO² serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun (Wolf dkk., 1976) dalam Gardner dkk., (1985). Menurut Bambang, dkk. (2016) perlakuan dosis pupuk kalium meningkatkan luas daun, dan berat brangkasan kering. Pupuk granul limbah ikan laut merupakan tambahan bahan organik. Bahan organik sendiri memiliki beberapa kelebihan menurut Marsono (2001) (1) Mengubah struktur tanah, (2) meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air, dan (3) memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah. Menurut Salisbury dkk, (1995) pupuk dan tumbuhan yang mati, mikroorganisme, serta hewan , merupakan sumber protein penting nitrogen yang dikembalikan ke tanah, tapi sebagian besar nitrogen tersebut tidak larut dan tersedia bagi tumbuhan. Hampir semua tanah mengandung sedikit asam amino, yang dihasilkan terutama dari perombakan bahan organik oleh mikroba, tapi juga dari pengeluaran akar. Walaupun asam amino itu dapat diserap dan di metabolismekan oleh tumbuhan, senyawa ini dan senyawa nitrogen kompleks lainnya hanya menyumbang sedikit bagi hara nitrogen tumbuhan secara langsung. Walaupun demikian mereka merupakan cadangan nitrogen yang sangat penting, nyatanya 90% nitrogen total di tanah terdapat dalam bentuk bahan organik.
52
Tabel 4 memperlihatkan hasil terendah pada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Hal ini terjadi karena sebagian besar pertumbuhan tanaman sangat di pengaruhi oleh nitrogen. Nitrogen yang terkandung di dalam pupuk urea mempunyai sifat yang tidak menguntungkan adalah Urea tersedia dalam bentuk N03- maka akan mengalami proses pencucian (leaching) dan juga karena sifat urea yang higroskopis mudah larut dalam air karena tidak dapat terjerap oleh koloid tanah. Selain itu pada perlakuan Pupuk Urea + Pupuk Granul limbah ikan laut belum mampu mencukupi kebutuhan unsur hara pada tanaman sawi. Jika pemberian unsur hara optimal maka pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Tisdale et al., (1985) dalam Rifka (2010) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam tanaman ditunjukkan oleh aktivitas fotosintesa yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang vigor, dan warna daun yang lebih hijau. Hal ini menunjukkan bahwa proses fotosintesis yang terjadi berlangsung lebih baik/efesien karena meningkatnya bobot kering tanaman, berkaitan dengan adanya kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas metabolisme tanaman seperti fotosintesis. Hal ini sejalan dengan pendapat Prayudyaningsih dan Tikupadang (2008) dalam Priastiningsih dkk. (2015), bobot kering merupakan indikasi keberhasilan pertumbuhan tanaman, karena bobot kering merupakan petunjuk adanya hasil fotosintesis bersih yang dapat diendapkan setelah kadar airnya dikeringkan.
53
Meningkatnya bobot kering tanaman berkaitan dengan metabolisme tanaman atau adanya kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas metabolisme tanaman seperti fotosintesis. Dengan demikian semakin besar berat kering menunjukkan proses fotosintesis berlangsung lebih efisien. Semakin besar berat kering semakian efisien proses fotosintesis yang terjadi dan produktifitas serta perkembangan sel-sel jaringan semakin tinggi dan cepat, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hasil berat kering merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis
mengakibatkan
peningkatan
berat
kering
tanaman
karena
pengambilan CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO2 (Gardner dkk.,1991)
V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dapat berfungsi sebagai sumber N-organik dalam proses pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan. 2. Dosis aplikasi pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi vareitas tosakan sebesar 14,7 gram/tanaman atau setara 2,94 ton/hektar. Dengan potensi hasil 79,004 ton/hektar. B. Saran 1. Penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut yakni dengan melakukan pembuatan pengomposan, pupuk organik cair, dan pembuatan pupuk dalam bentuk lain. 2. Penelitian ini perlu di kaji lebih lanjut tentang penggunaan tanaman selain tanaman Sawi. 3. Setelah selesai proses pembuatan tepung ikan, sebelum diaplikasikan ke tanaman tepung ikan yang sudah jadi ditambahkan fungisida.
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fathony. 2015. Tepung Ikan. http://www.scribd.com/doc/133175635/3Tepung-Ikan#scribd. Diakses pada 10 Desember 2015 Agni, D., Sunaryo., dan Moch, D., M. 2016. Penggunaan Limbah Media Jamur tiram dan Pupuk Nitrogen dalam Upaya Peningkatan Produksi Tanaman Pak Choi (Brassica rapa L.). http://download.portalgaruda.org/article.php?article=191044&val=6473&t itle=PENGGUNAAN%20LIMBAH%20MEDIA%20JAMUR%20TIRAM %20DAN%20PUPUK%20NITROGEN%20DALAM%20UPAYA%20PE NINGKATAN%20PRODUKSI%20TANAMAN%20PAK%20CHOI%20 %20(Brassica%20rapa%20L.) Diakses pada 28 Juli 2016 Ardo, S, M., Dody, K., dan Sri, M. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Wijen Hitam Dan Putih (Sesamum indicum L.). Vegetalika. Yogyakarta. 4 (2). Hal 1-17 Asep, S. 2015. Budidaya Tanaman Sawi. http://sandiasep.blogspot.co.id/2015/06/budi-daya-tanamn-sawi.html. Diakses 15 Desember 2015 Azis, A dan Arman. 2013. Respon Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Organik Granul yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis. Jurnal Agrisiste. Gowa. 9 (1). Hal 16-23 Badan Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian. 2015. Pemupukan Spesifik Lokasi. http://www.pertanian.go.id/pajale2015/i1.8.SESI%206.%20%20PEMUPU KAN%20SPESIFIK%20LOKASI.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016 Bambang, P., Sumiyati., Hery, W., dan Alfiatun, N, M. 2016. Uji Pemberian Legin Dan Pupuk K Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Pada Kondisi Cekaman NaCl. https://eprints.uns.ac.id/11287/1/Publikasi_Jurnal15.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juli 2016 Benyamin Lakitan. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada Jakarta BPS. 2015. Produksi Sayuran Indonesia.www. Bps.go.id. Diakses pada 10 Desember 2015
56
Budi, P., Syahrul, K., dan Febrianingsih, M. 2009. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan N Dan Pertumbuhan Sawi (Brassica juncea L.) Pada Entisol. Jurnal Agritek. Malang. 17 (05). Hal 1022-1029 Cyntia, A. 2012. Biokimia Tanaman. http://cyntiaapriscia.blogspot.co.id/2012/06/biokimia-tanamannitrogen.html. Diakses pada tanggal 11 Agutsus 2016 Ditjen Budidaya Perikanan. 2015. Pemanfaatan Limbah Ikan Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik.www.djpb.kkp.go.id. Diakses pada 11 Desember 2015 Engelstad, O.P. 1997. Teknologi Pengunaan Pupuk. Terjemahan D. H. Goenadi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Fajar Arif., E., W. 2013. Peran Pupuk Nitrogen Dalam Pertumbuhan Dan Hasil Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/92725/306cc3a78722bacbd3 4157c6b505ad8c. Diakses pada 28 juli 2016 Fajar Arifin., Syamsudin., Sri, N, U., dan Bostang, R. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen Dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays. L). http://ejournal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/download/ 744/516. Diakses pada 29 Juli 2016 Fajar Syukron. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Bokashi dari Tepung Ikan Limbah Perikanan Waduk Cirata. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor Fuat Fahrudin. 2009. Budidaya Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Tehdan Pupuk Kascing. http://core.ac.uk/download/pdf/12345322.pdf. Diakses pada 11 Desember 2015 Gardner, F. P., R.B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1998. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta Hardjowigeno,. S. 2007. Ilmu Tanah. Akamedika Pressindo. Jakarta. Huno, U. 2014. Peranan Air Bagi Tanaman. http://eprints.ung.ac.id/3015/5/20131-54211-613409064-bab2-31072013020221.pdf. Diakses pada 12 Agustus 2016
57
Ikrar Nusantara, P. 2016. Kelebihan dan Kekurangan Unsur Hara Makro Nitrogen Terhadap Proses Fisiologi Tanaman. https://www.scribd.com/doc/110025067/Kelebihan-Dan-KekuranganUnsur-Hara-Makro-Nitrogen-Terhadap-Proses-Fisiologi-Tanaman. Diakses pada 28 Juli 2016 Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul : Sebuah Petunjuk Praktis. Andi Offset :Yogyakarta.50 hlm Jamilin Ginting. 2011. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26133/7/Cover.pdf. Diakses pada 27 januari 2016 Jippi Andalusia. 2005. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11344/A05aji.pdf?s equence=2. Diakses pada tanggal 30 Juli 2016 La Ode, S dan Andi, B. 2012. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (cucumis melo L.). Jurnal Agroteknos. Kendari. 2 (2). Hal 69-76 Liferdi, L. 2016. Efek Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Manggis ( Garcinia mangostana L.). http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/filepdf/3.pdf. Diakses pada 28 Juli 2016 Marsono. 2001. Pupuk Akar. Jakarta: Penebar Swadaya Mila Laras, L. 2012. Teknik Pemupukan Tanaman Stroberi (Fragaria sp.) Untuk Memperoleh Hasil dan Mutu Tinggi. http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/36970/8586a2210ccaed475c7 2238c31622b44. Diakses pada 10 Desember 2015 Mohammad. R.M., 2014. Botani Sawi. http://eprints.ung.ac.id/4437/9/2013-154211-613409099-bab2-30072013070849.ps . Diakses pada 10 Desember 2015 Nasih, W., Y. 2010. Kalium, Fosfor, dan Nitrogen. https://nasih.wordpress.com/2010/11/01/nitrogen/. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016
58
Nitha, M. 2010. Sumber dan Bentuk Nitrogen dalam Tanah. http://nithamalla.blogspot.co.id/2010/04/sumber-dan-bentuk-nitrogendalam-tanah.html. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 Niwa Utari .W.A, Tamrin, dan S. Triyono. 2015. Kajian Karakteristik Fisik Pupuk Organik Granul dengan Dua Jenis Bahan Perekat. Jurnal Teknik Pertanian. Lampung.3 (3).Hal. 267-274 Noveritta, S., V.,. 2005. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Kompos Terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Medan. 3 (3). Hal 57-67 Nur Hapsari , dan Tjatoer, W. 2015. Pemanfaatan Limbah Ikan Menjadi Pupuk Organik. Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri . UPN “Veteran”. Surabaya Nur Hikmah, U. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia Dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/13082/2/E09nhu.pdf.. Diakses Pada 30 Juli 2016 Okta, V., 2011. Daur/ Siklus Nitrogen. http://kamuspengetahuan.blogspot.co.id/2011/08/daur-siklusnitrogen.html. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 Priastiningsih, S., Abd., Hamid., dan Imam W. 2015. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. Jurnal Agrotekbis. 3 (5). Hal 585-591 Putri Bella., P., dan Sitawati, Mudiji S. 2015. Pengaruh Biourine Sapi dan Berbagai Dosis N Terhadap Tanaman Kailan (Brassica oleraceae L.) Jurnal Budidaya Pertanian. Malang. 3 (1). Hal 1-8 Rahmat Rukmana. 1994. Bertanam Petsai dan sawi. Yogyakarta: Kanisius. Rifka, R, I. 2010. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tebu (Saccharum officinarum I.). https://www.scribd.com/doc/54052472/SKRIPSI-Rifka-ErnawanIkhtiyanto-A24051868. Diakses pada tanggal 29 juli 2016 Silvikultur. 2016. Unsur Hara Nitrogen, Unsur Hara Phospor, dan Unsur Hara Kalium. http://www.silvikultur.com/Unsur_Hara_Nitrogen.html. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2016
59
Suleman, D., Cindra., Nelson, P., dan Nurmi. 2016. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Pemberian Dosis Pupuk Organik Kotoran Ayam. http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIIP/article/viewFile/2458/2437. Diakses pada tanggal 29 juli 2016 Sumarno., Unang, G., Kartasasmita., dan Djuber, P. 2009. Pengayaan kandungan Bahan Organik Tanah Mendukung Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah. Bogor. 4 (1). Hal 18- 30 Suntoro, W, A., 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. http://suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009/04/pengukuhan-prof-suntoro.pdf. Diakses pada 28 Agustus 2016 Syafri Edi., dan Julistia, B. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Buklet Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi. 10. Hal. 1- 3 Wahyono,S., F. L. Sahwan,dan F. Suryanto. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul Dari Aneka Limbah. Argomedia Pustaka : Jakarta.114hlm. Wiwin, S., Rini, M., Gina, A. S., dan Tri, H., 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Lembang. 46. Hal. 39- 42 Yudi Sastro., Indarti, P., dan Suwandi. 2010. Peran Pupuk Organik Granul dan Cair Berbahan Baku Limbah Pasar Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Daun. http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/hortikultura/b ptpjakarta.pdf. Diakses pada 10 Desember 2015 Yuliani, dan Melissa, S. 2013. Respon Pertumbuhandan Produksi Tanaman Sawi (Brassica chinensis L.) Terhadap Aplikasi Berbagai Jenis MOL (Mikroorganisme Lokal). Journal Of Agroscience Volume.Cianjur.V(5).Hal.34-3 Zainuddin., O. 2012. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair (POC) Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica Sinensis L.). Sorong. 7 (1). Hal 1-8
60
LAMPIRAN
Lampiran. 1 Layout Penelitian
P1 : 0,65 gram/tanaman P2 : 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman P3 : 0,16 gram/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman P4 : 0,32 gram/tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman P5 : 0,48 gram/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
61
Lampiran. 2 Kebutuhan Pupuk 1. Jumlah 100% tanaman dalam 1 hektar = 250.000 tanaman 2. Jumlah 80% tanaman dalam 1 hektar = 250.000 x 3. Kebutuhan SP36 per tanaman = = 4. Kebutuhan kcl pertanaman = =
= 0,37 gram
5. Kebutuhan N dari Urea dalam 1 hektar
6. Kebutuhan pupuk kandang = =
/tanaman
7. Kebutuhan N dari urea pertanaman = =
= 0,3 gram N/tanaman
8. Kandungan unsur hara N pada Pupuk Granul Limbah Ikan Laut sebesar : 14,19% 9. Kebutuhan Limbah Ikan dalam 1 hektar
10. Kebutuhan Limbah Ikan pertanaman = =
gram/limbah ikan
11. Kebutuhan Tanah Liat untuk 100 gram limbah ikan laut
62
12. P1 : 0,65 gram Urea/tanaman urea 0,3 gram/tanaman x P2 : 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan /tanaman P3 : 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan/tanaman Urea =
0,16 gram
Pupuk Granul Limbah Ikan Laut = P4 : 0,32 gram Urea/Tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan/tanaman Urea = Pupuk Granul Limbah Ikan Laut =
gram
P5 : 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan/tanaman urea = Pupuk Granul Limbah Ikan Laut =
gram
63
Lampiran . 3 Dokumentasi Penelitian
Tepung Ikan Laut
Tepung Ikan berbentuk Granul
Tanaman sawi berusia 14 Hari
Tanaman berusia 30 Hari
Perbandingan hasil antar perlakuan P1, P2, P3, P4, dan P5 pada tanaman sawi
Pupuk Granul Limbah Ikan Laut berjamur
64
Lampiran. 4 Deskripsi Tanaman Sawi Produsen Benih
: PT. East West Seed Indonesia
Nama lain
: Caisim (Bangkok)
Umur tanaman
: 40 – 50 HST
Bentuk tanaman
: Besar, semi buka dan tegak
Batang
: Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas
Tangkai daun
: Panjang dan langsing
Warna tangkai daun : Hijau tua Bentuk daun
: Lebar, panjang, dan memiliki pinggiran daun rata
Warna daun
: Hijau
Potensi produksi
: 400 g/tanaman
65
Lampiran. 5 Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara N, P, dan K Pupuk Granul Limbah Ikan Laut
66
Lampiran. 6 Hasil Sidik Ragam 1. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 39 HST Sumber Perlakuan Galat Total
db 4 10 14
JK 102,0147408 65,3724074 167,3871482
KT 25,5036852 6,5372407
F Hitung 3,9s
Probabilitas 0,0368
JK 24,22222224 15,75925925 39,98148149
KT 6,05555556 1,57592593
F Hitung 3,84s
Probabilitas 0,0383
JK 4098901,911 737628,279 4836530,191
KT 1024725,48 73762,828
F Hitung 13,89s
Probabilitas 0,0004
F Hitung 8,30s
Probabilitas 0,0032
F Hitung
Probabilitas
5,06s
0,0171
Keterangan : S (Significant)
2. Sidik Ragam Jumlah Daun 39 HST Sumber Perlakuan Galat Total
db 4 10 14
Keterangan : S (Significant)
3. Sidik Ragam Luas Daun Sumber Perlakuan Galat Total
db 4 10 14
Keterangan : S (Significant)
4. Sidik Ragam Berat Segar Sumber Perlakuan Galat Total
db 4 10 14
JK 35687,72457 10743,97173 46431,6963
KT 8921,93114 1074,39717
Keterangan : S (Significant)
5. Sidik Ragam Berat Kering Sumber
db
JK
Perlakuan Galat Total
4 10 14
300,2171553 148,2171407 448,4342960
Keterangan : S (Significant)
KT 75,0542888 14,8217141