Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK ESTIMASI PRODUKSI PADI BERDASARKAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL Surya Fajar Hidayat, Sigit Heru Murti Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM
ABSTRAK Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi yang tentunya berasal dari padi. Perlu dilakukan estimasi produksi padi untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan padi untuk masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola tanam pada produktifitas padi, dan melakukan proses estimasi produksi tanaman padi di Kabupaten Bantul. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah citra ALOS PRISM , ALOS AVNIR-2, Peta RBI 1:25000, Peta tanah 1 :250000. Penginderaan jauh dapat digunakan untuk interpretasi area tanam yang ada. Hal ini melibatkan saluran irigasi, kedekatan dengan bendungan, dan kondisi lereng. Sistem informasi geografis untuk memproses luasan area tanam dengan produksi padi, membedakan area tanam berdasarkan jenis tanah dan pola tanam. Pengambilan data produksi dilakukan dengan proses lapangan berdasarkan klasifikasi pola tanam dan jenis tanah. Produksi padi yang diambil juga dibedakan pada masa penanaman pertama, kedua maupun ketiga. Perhitungan yang dilakukan juga berdasarkan satuan lahan yang didapatkan dari pola tanam pada sawah dan jenis tanahnya. Hasil uji akurasi hasil interpretasi area tanamdidapatkan ketelitian sebesar 88,96%. Untuk uji akurasi hasil interpretasi pola tanam didapatkan ketelitian sebesar 69,65 %. Proses untuk mendapatkan data produktivitaspadi ini dilakukan mengkalikan hasil rata-rata tiap panennya dnegan luasan area tanam yang telah dibedakan atas pola tanam dan jenis tanah. Pada proses perhitungan tersebut diketahui hasil produksi padi Kabupaten Bantul dengan melibatkan pola tanam adalah205.510,20ton. Pada perhitungan untuk validasi digunakan data produksi padi Kabupaten Bantul pada tahun 2010 dari Dinas Pertanian dan Kehutanan yang sebesar 189.869 ton. Proses analisa hasil produksi didapatkan eror sekitar 7,61% sehingga ketelitian untuk hasilnya adalah92,39 %. Kata Kunci: Estimasi, padi, pola tanam, Alos, Pansharpenning
PENDAHULUAN Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2009-2011 dari Berita Resmi Statistik No. 69/11/Th. XIV, 1 November 2011 Di Indonesia hingga saat ini lebih dari 50% produksi nasional padi berasal dari Pulau Jawa. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa apabila terjadi penurunan produktivitas padi di Pulau jawa maka akan mempengaruhi tingkat ketersediaan produksi padi nasional yang menurun juga. Kondisi ini juga akan berdampak buruk pada sektor-sektor lainya, dikarenakan sektor pangan merupakan sektor utama yang harus tersedia untuk kesejahteraan semua sektor yang ada. Menurut Arifin (1997 dalam Suryana 2007), beras mempunyai kedudukan yang vital dan fatal. Ketersediaan beras dalam jumlah yang cukup menjadi tuntutan untuk memberikan jaminan terhadap ketahanan pangan dan stabilitas keamanan. Oleh karena itu beras selalu ditempatkan sebagai komoditas utama dalam penyusunan konsep dan implementasi kebijakan perekonomian Indonesia (Karsyono dan Pasandaran, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan beras merupakan hal utama yang perlu diutamakan dalam pengambilan suatu kebijakan. Hal ini karena akan mempengaruhi kestabilitasan keamanan dan juga ketahanan pangan. Untuk mengetahui ketersediaan beras yang ada, perlu dilakukan upaya estimasi produksi padi secara kontinyu dengan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil estimasi tersebut telah banyak dilakukan perhitungan dengan berbagai metode, baik menggunakan perhitungan langsung di 386
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
lapangan maupun menggunakan pendekatan-pendekatan. Salah satu teknik perhitungan produksi padi yang saat ini sedang berkembang adalah estimasi menggunakan metode penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek atau daerah dengan menggunakan radiasi elektromagnetik (cahaya) tanpa bersentuhan langsung dengan obyek atau daerah kajian (Van der Meer, 2004). Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik. Penginderaan jauh mempunyai keunggulan dalam banyak bidang seperti kecepatan estimasi hingga keakuratan estimasi. Proses estimasi produksi padi juga dapat dilakukan dengan menggunakan citra penginderaan jauh. Setiap metode yang dilakukan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Proses estimasi produksi padi dengan pengindraan jauh memanglah sudah banyak dilakukan akan tetapi sebagian besar hanya memperhitungkan produksi padi per satuan luas. Padahal seperti yang kita tahu di Indonesia pada suatu area terdapat berbagai sawah dengan irigasi baik hingga tidak baik. Saluran irigasi tersebut sangat berhubungan dengan pola tanam dan produktivitas padi yang ada. Hal tersebut dikarenakan produktivitas padi tersebut sangat berkaitan dengan pola tanam sawah tersebut, dengan kondisi irigasi yang berbeda-beda maka dalam 1 tahun terdapat sawah yang mempunyai pola tanam padi 2 kali / tahun dan juga 3 kali / tahun, bahkan terdapat sawah tadah hujan yang hanya dapat ditanami padi 1 kali /tahun. Sesuai dengan berbagai faktor tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai estimasi produksi padi yang didasarkan pada luas area tanam dan dihubungkan dengan pola tanam yang terdapat pada sawah tersebut.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh pola tanam pada produktivitas padi. 2. Melakukan estimasi produksi tanaman padi di Kabupaten Bantul berdasarkan pengolahan data penginderaan jauh (ALOS AVNIR-2) dan sistem informasi geografi.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan jauh. Sebagai daerah kajian dipilih adalah Kabupaten Bantul. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai area tanam padi yang cukup luas dengan berbagai pola tanamnya (gambar 1.).Kondisi ini terlihat dari kondisi topografi Kabupaten Bantul yang pada bagan barat dan timur provinsi ini terdapat banyak perbukitan. Estimasi produksi padi dengan melibatkan pola tanam akan sesuai bila dilakukan pada area persawahan yang mempunyai pola tanam yang berbeda-beda. Hal itu akan sangat mendukung proses pemaksimalan produktivitas padi sebagai salah satu sumber pendapatan provinsi tersebut. Proses estimasi yang dilakukan pada area-area yang mempunyai produktivitas padi tinggi akan memberikan masukan kepada pemerintah setempat mengenai pengaturan kebijakan dan juga strategi pemenuhan kebutuhan mengenai kebutuhan padi. Hal ini dikarenakan dalam hal pemenuhan kebutuhan yang penting seperti ini harus ada koordinasi antara daerah untuk kepentingan bersama. Selain itu kondisi fisik, sosial dan geografis yang terdapat pada daerah kajian tersebut dapat dikatakan sangat mendukung untuk proses estimasi. Hal tersebut juga diikuti pola tanam sawah yang ada pada area pertanian Kabupaten Bantul yang mendukung penanaman padi, 1 tahun 2 kali ataupun 3 kali penanaman padi. Bahan Bahan peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Citra ALOS AVNIR-2 wilayah penelitian yang direkam pada 20 Juni 2009 387
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
2. Peta RBI Skala 1: 25.000 lembar 1408-313 , 1408-223 , 1408-214 , 1407-513 , 1408222 , 1408-224 , 1408-221seluruh wilayah Kabupaten Bantul. 3. Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Tengah Skala 1:250000 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seperangkat komputer Dual Core 2,2 Ghz, RAM 2 GB, HDD 320 GB untuk pengolahan data dan penulisan laporan penelitian. 2. Printer HP Desksjet D2466 untuk mencetak hasil penelitian. 3. Software untuk mengolah citra dan data SIG 4. GPS (Global Positioning System) untuk pengeplotan data lapangan. 5. Kuisioner untuk mengetahui kondisi lapangan 6. Kamera Digital untuk dokumentasi 7. Alat tulis untuk mencatat selama penelitian
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Bantul
Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: A. Koreksi citra ALOS Citra ALOS yang digunakan adalah citra yang direkam pada 15 Juni 2010. Dari perekamanaya yang berselang kurang lebih 2 tahun dari saat ini maka tidaklah terjadi begitu banyak perubahan terutama pada penggunaan lahan pertanian didaerah Bantul. Citra ALOS tersebut dilakukan proses 388
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
koreksi geometrik yang bertujuan untuk memberikan dan membenarkan posisi citra tersebut agar sesuai dengan posisi sebenarnya dilapangan. Proses koreksi tersebut dilakukan dengan image to map rectification merupakan cara untuk mengkoreksi geometrik citra dengan acuan koordinat dan proyeksi yang terdapat pada peta. Proses yang dilakukan adalah menyamakan koordinat pada lokasi yang sama dengan menggunakan ground control point atau GCP. GCP ini digunakan sebagai acuan untuk menyamakan koordinat. Kesamaan pada koordinat, peta, citra, dan juga kondisi sebenarnya maka citra tersebut sudah mempunyai lokasi. B. Teknik Penajaman Citra Image Pansharpenning Tehnik penajaman image panshapenning merupakan salah satu bagian dari teknik penajaman suatu citra. Penajaman ini dilakukan agar didapatkan informasi yang lebih banyak dari citra tersebut. Penajaman citra dengan tehnik image pansharpenning ini dilakukan dengan menggabungkan citra multispektral yang memiliki resolusi spasial rendah dengan citra pankromatik (hitam-putih) yang memiliki resolusi spasial tinggi (Vabrel,1996, dalam Gokmaria Sitanggang 2008). Proses tersebut menghasilkan citra dengan jumlah saluran sama dengan citra multispektral dan resolusi spasial sama dengan citra pankromatik. Keunggulan resolusi spasial dan resolusi spektral pada citra yang baru tersebut dapat membuat peningkatan ketelitian dan kedetilan dalam pembedaan antara satu obyek dengan obyek lainya. Proses penajaman dengan teknik pansharpenning ini dilakukan dengan menggunakan 2 citra. Pada penelitian ini yang digunakan adalah citra ALOS AVNIR-2 (citra multispektral) dan citra ALOS PRISM (citra pankromatik). Citra ALOS AVNIR-2 dan citra ALOS PRISM ini digabungkan dengan teknik pansharpenning ini sehingga didapatkan citra dengan jumlah saluran sama dengan citra ALOS AVNIR-2 dan resolusi spasial sama dengan citra ALOS PRISM. C. Penentuan Area Tanam Area tanam menjadi satu faktor utama dari suatu proses estimasi produksi. Area tanam menunjukkan seberapa besar area yang ditanami obyek yang akan di estimasi hasil produksinya. Luas tanam dalam estimasi produksi padi kali ini adalah luasan tanam padi yang ada di daerah kajian. Luas tanam ini tentunya meliputi lahan yang digunakan untuk penanaman padi yang berupa sawah. Sawah yang ada dilapangan tentunya dapat dibedakan menjadi sawah irigasi ataupun sawah tadah hujan. Selain itu berdasarkan kemampuan irigasi dan kemampuan produksi padi, sawah dapat dibedakan menjadi sawah 1 kali padi, 2 kali padi, atau 3 kali padi. Proses penentuan luas tanam ini dilakukan dengan melakukan interpretasi visual dengan menggunakan citra hasil pansharpenning. Penentuan luas tanam ini dilakukan secara digitasi on screenpada citra hasil penajaman tersebut. Hal ini dilakukan karena proses deliniasi visual mempunyai keakuratan yang baik dengan menggunakan delapan unsure interpretasi. Proses penentuan luas tanam ini tidak dibedakan antara sawah irigasi maupun tadah hujan, ataupun sawah dengan pola irigasi 1 kali padi setahun, 2 kali padi setahun, atau 3 kali padi setahun. Luas tanam yang diinginkan adalah luas tanam keseluruhan yang mampu ditanami padi di Kabupaten Bantul. D. Interpretasi Pola Tanam Sawah Interpretasi pola tanam sawah dalam hal ini adalah pola tanam yang terdapat pada sekelompok sawah yang ada, yang berkemampuan untuk ditanami padi. Proses penanaman padi untuk dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan hasil yang cukup baik pula maka pola irigasi sawah tersebut harus mencukupi untuk seluruh masa penanaman padi. Apabila hanya mencukupi untuk setengah kali masa padi maka pertumbuhan padi akan terganggu dan produktivitasnya kurang maksimal. Sedangkan apabila hanya mencukupi seperempat masa penanaman padi maka padi relative tidak akan tumbuh dan mati karena kering. Tidak samanya pola tanam yang terdapat pada suatu sawah membuat lahan-lahan persawahan dikelompokkan menjadi tiga kelas dalam penanaman padi. Pengkelasan ini yaitu sawah dengan 3 kali padi/pertahun, sawah 2 kali padi/pertahun, dan sawah 1 kali padi/pertahun. Ketiga pengkelasan ini 389
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
lebih berfokus dan lebih merujuk pada pola tanam yang mendukung proses penanaman padi tersebut. Proses pengkelasan ini juga sama sekali tidak memperhitungkan tingkat kesuburan tanahnya. E. Survei Lapangan Area Tanam dan Pola Tanam Sawah Proses lapangan koreksi area tanam dan pola tanam sawah dilakukan agar pola tanam sawah yang dibuat sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil dari proses lapangan ini adalah data area tanam dan pola tanam sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil dari proses ini adalah sawah dengan 3 kelas pola irigasi sawah, yaitu 1 kali padi/ tahun, 2 kali padi/ tahun, dan 3 kali padi/ tahun. Proses sampel tersebut dilakukan dengan purposif sampling. Sampel ini didapatkan dari suatu wilayah yang telah dibagi berdasarkan jenis tanahnya dan hasil interpretasipola tanamnya. Karena proses lapangan ini dilakukan untuk mendapatkan data kondisi pola tanam sawah yang ada dilapangan sesuai kondisi sebenarnya maka sampel yang diambil cukup banyak yang dianggap dapat mewakili kondisi seluruh daerah kajian. Hal tersebut juga dimaksudkan agar proses koreksi yang didapatkan maksimal dan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil pola tanam ini dikelaskan dengan peta tanah sehingga satuan pemetaanya lebih detail. F. Perhitungan Estimasi Produksi Padi Perhitungan estimasi produksi padi yang dilakukan ini merupakan hal inti untuk mendapatkan produksi padi di Kabupaten Bantul. Proses yang dilakukan estimasi produktivitas padi dilakukan dengan memperhitungkan luas tanam pada tiap-tiap pola tanam dan jenis tanahdikalikan dengan produktivitas padi perhektar pada area tersebut. Pada proses perhitungan ini juga dilakukan dengan mempertimbangkan produktivitas padi pada tiap-tiap masa penanaman padi. Proses tersebut yaitu membedakan produktivitas padi pada penanaman pertama, kedua, dan ketiga. Tentunya terdapat perbedaan produktivitas padi tiap-tiap musimnya. Hal ini dilakukan untuk mendetailkan dan meningkatkan akurasi perhitungan estimasi produksi tahunan padi. G. Uji Validasi Proses uji validasi yang dilakukan untuk membuktikan bahwa suatu proses/metode yang dilakukan dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Pada penelitian ini dilakukan agar hasil perhitungan padi yang dilakukan bersifat konsisten, tidak melenceng begitu jauh dari data. Proses yang dilakukan adalah sama dengan perhitungan produksi padi. Pada proses validasi menggunakan data dari dinas pertanian mengenai produksi padi dalam suatu tahun. Penggunaan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul untuk proses validasi dikarenakan dinas tersebut yang berkecimpung dalam pengembangan pertanian. Hasil validasi ini nantinya didapatkan tingkat eror dari hasil perhitungan dan juga ketelitian hasil estimasi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Interpretasi sawah ini merupakan proses untuk mendeteksi obyek sawah yang menjadi kajian dalam penelitian kali ini. Sawah hasil interpretasi inilah yang digunakan untuk mendapatkan hasil dari estimasi produksi yang telah dilakukan. Pada umumnya sawah merupakan lahan pertanian yang dibatasi pematang, mempunyai permukaan rata, hal ini diikuti dengan kondisi lerengnya yang relatif datar. Sebagian besar sawah pada Kabupaten Bantul ditanami padi dan palawija. Proses Interpretasi yang dilakukan juga meliputi interpretasi daerah tegalan yang juga berpotensi ditanami padi. Pada lahan tegalan ini hanya dipilih tegalan yang mempunyai kemungkinan untuk ditanami padi. Pada daerah tegalan masyarakat juga sering menanaminya dengan padi. Penanaman padi hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun. Proses penanaman padi pada tegalan dilakukan ketika musim penghujan. Hal ini menjadi acuan dilibatkanya proses lahan tegalan pada proses interpretasi kali ini. Citra yang digunakan untuk proses interpretasi adalah citra hasil penajaman imagepansharpenning. Citra ini telah mempunyai resolusi spasial 2,5 m dan juga merupakan citra multispektral dengan memiliki 4 saluran. Proses interpretasi dilakukan menggunakan komposit band 321 yang dianggap dapat membedakan kenampakan yang jelas antara sawah dan 390
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
bukan sawah. Tujuan utama pada proses ini untuk mendapatkan area-area yang ditanami padi. Hasil interpretasi ini adalah luasan area kajian yang ditanami padi. Hasil interpretasi area tanam padi disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Peta Interpretasi Area Tanam Padi Kabupaten Bantul
Proses estimasi produksi padi secara tahunan seharusnya mempertimbangkan pola tanam yang dimiliki beberapa sawah. Pola tanam tersebut akan berpengaruh besar pada proses estimasi karena secara umum sebagai faktor pengkali. Pola tanam ini juga menentukan produktivitas padi dalam suatu lahan dalam satu tahun. Apabila dihubungkan lebih lanjut nantinya akan berhubungan dengan pendapatan para petani dari hasil panen padi ini. Proses interpretasi pola tanam sawah ini melibatkan area tanam padi, kedekatan dengan bendungan, saluran irigasi, dan juga kemiringan lereng. Area tanam merupakan ruang untuk menanam padi, bendungan untuk penahan air yang akan disalurkan ke area tanam, saluran irigasi berfungsi untuk media penyaluran air dari bendungan ke area tanam. Kemiringan lereng ini berpengaruh pada distribusi air oleh saluran irigasi. Kedekatan bendungan dan tersedianya saluran irigasi membuat area tanam tersebut semakin mudah mendapat suplai air, sehingga kemungkinan besar dapat digunakan untuk menanam padi sepanjang tahun (3 kali/tahun). Sedangkan apabila area tanam mempunyai jarak yang cukup jauh maka suplai air untuk sawah tersebut akan menurun. Penurunan ini mengakibatkan penanaman padi tidak dapat dilakukan sepanjang tahun melainkan hanya 2 kali/tahun. Peta pla tanam padi di Kabupaten Bantul disajikan pada gambar 3.
391
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
Gambar 3. Peta Pola Tanam Padi Sawah di Kabupaten Bantul
Proses estimasi produksi padi pada dasarnya juga memerlukan informasi luas area tanam dan produksi padi itu sendiri. Luas area tanam dapat diperoleh dari proses dari data citra penginderaan jauh. Produksi padi tidak dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh tanpa disertai lapangan. Datadata skunder yang tersedia untuk produktifitas padi hanya berdasarkan daerah. Luasan terkecil data skunder tersebut biasanya setara Kabupaten. Apabila terdapat setara kecamatan akan sangat jarang sekali. Faktor tersebut menjadi landasan diperlukanya proses lapangan untuk mendapatkan data produksi padi. Proses lapangan untuk mendapatkan data produksi padi dilakukan pada area-area sampel yang diambil berdsaarkan pola tanam yang sesuai kondisi sebenarnya. Pola tanam tersebut juga telah didetilkan dengan peta tanah. Proses yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara terhadap petani penggarap padi pada sampel yang dimaksud. Data yang diambil berupa data produktifitas padi dengan satuan berat/luasan padi. Data yang diambil langsung berupa padi kering atau biasa disebut gabah kering. Gabah kering ini adalah padi yang didapatkan setelah panen dan telah melalui proses penjemuran. Padi setelah panen mendapatkan berat tambahan air (gabah basah, sehingga perlu dijemur terlebih dahulu untuk mendapatkan padi keringnya (gabah kering). Pada proses penyimpanan gabah juga dilakukan pengeringan terlebih dahulu agar gabah yang disimpan tidak membusuk karena pengaruh kandungan airnya. Data produksi padi yang diambil adalah hasil dalam berat/ luasan. Antara satu sampel dengan sampel lain satuan perhitungan yang dilakukan para petani tidaklah sama. Ada yang perhitungan satuan luasanya berupa lobang, ruw. Ukuran 1 lobang sama dengan luasan ukuran 1m x 10m. Sedangkan untuk ukuran ruw 700 ruw sama dengan 1 hektar. Data yang didapatkan dilapangan berbeda-beda untuk satuan luasanya sehingga perlu dilakukan konversi data ketika proses pengolahan data. Pada ukuran berat padi kering (gabah kering giling) yang telah dipanen sebagian petani tidak dapat menjelaskan beratnya. Sebagian menjelaskan berdasarkan beberapa karung padi kering yang dapat diperoleh. Ketika para petani hanya bisa menjelaskan banyaknya karung yang didapatkan maka perlu diberi tambahan pertanyaan mengenai berat rata-rata 1 karungnya. Rata-rata berat tiap 392
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
karungnya ini akan memudahkan proses konversi beratnya dalam satuan yang dinginkan. Konversi data yang digunakan pada akhirnya adalah dalam satuan ton/ha. Proses pengambilan data produktivitas padi dengan proses wawancara ini juga memperhatikan pola tanam padi yang ada pada sampel tersebut. Pada sawah dengan pola tanam 3 kali padi pertahun maka perlu dibedakan produktifitas pada penanaman padi panen 1, panen 2 dan panen ke 3. Pembedaan produksi pada paneen 1, panen ke 2, dan panen ke 3 ini dimaksudkan unutk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Proses ini juga dilakukan pada sawah dengan kemampuan 2 kali panen padi. Pada proses ini sudah mulai dapat dideteksi permasalah produktivitas padi ketika tidak baik. Pada padi dengan dua kali panen sebagian ada yang mengalami penurunan ketika memasuki panen kedua, dan sebagian ada yang mengalami kenaikan ketika memasuki panen kedua. Hasil perhitungan produksi padi kering giling berdasarkan proses pola tanam didapatkan sebesar 205.510,20ton. Hasil tersebut merupakan penjumlahan dari seluruh hasil berdasarkan panen yng ada. Validasi data dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat tingkat kesalahan dan tingkat ketelitian perhitungan dalam penelitian ini. Proses ini dilakukan untuk menjamin mutu kualitas dari hasil produktivitas padi yang diperlukan. Proses validasi ini dilakukan dnegan menggunakan data dari Dinas pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Proses yang dilakukan pertama adalah mencari selisih dari hasil perhitungan dengan data validasi. Hasil ini dibagi dengan hasil perhitungan kemudian dikalikan dengan 100%. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya perbedaan hasil yang terjadi terhadap perhitungan. Besarnya perbedaan hasilnya didapatkan dalam satuan persen karena telah dibandingkan dengan perhitungan produktivitas padi tersebut. Pada proses perhitungan estimasi produksi didapatkan hasil 205.510,20ton. Produksi padi Kabupaten Bantul pada tahun 2010 menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan (bersumber dari www. Bantulkab.go.id) adalah sebesar 189.869 ton. Perbedaan hasil antara perhitungan dan perhitungan untuk validasi merupakan suatu kesalahan yang mungkin terjadi pada proses perhitungan yang dilakukan. Proses dan hasil validasi hasil perhitungan ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil validasi perhitungan estimasi produksi padi Eror =
|Perhitungan-validasi|/perhitungan x 100%
Total perhitungan
205.510,2
Total validasi
189.869
Persentase
100
Total Perhitungan - Total validasi
15.641,20
Error (%)
7,61
Ketelitian
100% - Eror
Ketelitian hasil (%) 92,39 Sumber : Data Lapangan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Proses Laboratorium
Proses yang dilakukan pada Analisis hasil validasi didapatkan tingkat kesalahan (error) sebesar 7,61%. Tingkat Ketelitian hasil didapatkan dari 100% dikurangi tingkat eror tersebut. Ketelitian hasil yang didapatkan adalah sekitar 92,39% %. Hasil ini dapat dikatakan mempunyai keakuratan perhitungan yang tinggi. Terdapat sedikit perbedaan hasil, hal ini menunjukkan bahwa pola tanam mempunyai andil yang cukup besar bila dikaji secara detil.
393
Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ III 2013 ISBN 978-979-98521-4-4
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pad a penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk estimasi produksi padi tahunan akan tetapi perlu melibatkan proses cek lapangan dan juga pengambilan hasil produksi padi. Citra penginderaan jauh berperan sebagai penyedia data untuk penentuan area tanam padi. Pada penentuan pola tanamnya citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengenali pembedaan sawah dengan pola tanam 1 kali pertahun dan bukan 1 kali pertahun. Untuk pembedaan sawah 2 kali pertahun dan 3 kali pertahun masih mempunyai akurasi yang kurang baik 2. Pola tanam menjadi faktor pengkali dari hasil rata-rata produksi padi setiap tahunnya. Berbeda pola tanam maka akan berbeda faktor pengkali produksinya. Hasil produksi padi pada penelitian ini sebesar 205.510,20 ton. Pada proses validasi perhitungan tersebut didapatkan ketelitian perhitungan sebesar 92,39% dengan kesalaha sebesar 7,61%. Saran 1. Proses Interpretasi pola tanam perlu dikaitkan dengan debit air sungai atau air yang masuk ke dalam selokan. 2. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai pantulan spektral obyek tanaman padi dengan menggunakan data yang terbaru dan tidak terlalu jauh dengan usia padi. Sehingga proses pendeteksian tanaman pada saat perekaman jauh lebih akurat hasilnya. 3. Perlu digunakan peta tanah yang mempunyai skala lebih besar agar dihasilkan batasan peta tanah yang lebih detil untuk penggunaanya dalam satuan pemetaan.
DAFTAR REFERENSI Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan Jauh. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Dulbahri. 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Yogyakarta: Puspics Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Heru Murti, Sigit. 1997. Estimasi Produksi Daun Tembakau Berdasarkan Integrasi Pengolahan Citra Landsat Thematic Mapper Dengan Sistem Informasi Geografi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Lillesand T. Kiefer R. W., and Chipman J. 2007. Remote Sensing and Image Interpretation. Fifth Edition. Wiley. Pekham, R. J. G Jordan. 2007. Digital Terrain Modelling Development and Aplications in a policy Support Environment. Berlin : Springer. Rubini Jusuf. Sukentas Estuti Siwi. 2007. Data ALOS Data Satelit Baru yang Dipasarkan Lapan. Berita INDERAJA Volume VI, No. 11, Juli 2007.Jakarta. LAPAN Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Van der Meer, 2004. Remote Sensing Image Analysis: Including The Spatial Domain. Kluwer Academic Publishers. United States of America Weng, Q. 2010. Remote Sensing and GIS Integration: Theories, Methods, and Applications. Mc Graw Hill.
394