APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE DAN GEOTAGGING PADA ANDROID Taryadi STMIK Widya Pratama Pekalongan Program Studi Komputerisasi Akuntansi Email :
[email protected]
ABSTRACT PEKALONGAN AS ONE OF THE TOURIST CITY HAS CULINARY DESTINATION FAVORED BY MANYTOURISTS.THEREFORE, CULINARY DESTINATION SEARCH TOOL IS NEEDED BY THEM. THIS RESEARCH DEVELOPEDAN APPLICATION TO FINDCULINARY DESTINATIONS BASED ON LOCATION BASED SERVICE (LBS) AND GEOTAGGING ON ANDROID. APPLICATION DEVELOPED IN THIS RESEARCH HAS 9 FUNCTIONAL REQUIREMENTS WHICH ARE: VIEW MAP OF CULINARY DESTINATIONS, VIEW LIST OF NEARBY RESTAURANTS, VIEW LIST OF ALL RESTAURANTS/CULINARYMENUS, SEARCH RESTAURANT/CULINARY MENU, VIEW DETAILS OF RESTAURANTS/CULINARY MENUS, ADD DATA RESTAURANT/CULINARY MENU USING GEOTAGGING PHOTO, DISPLAY TRAVEL ROUTE, RATE RESTAURANT/CULINARY MENU, AND SET TYPE OF MAP VIEW. THIS APPLICATION USED GOOGLE API AS THE MAP AND ROUTE PROVIDER TO DIRECT USER TO THE CULINARY LOCATION. THIS APPLICATION ALSO IMPLEMENTED GEOTAGGING TO ADD LOCATION DATA TO THE SERVER. USABILITY EVALUATION ON THE SYSTEM USING QUESTIONNAIRE YIELDED VALUE OF 84.78%. Keywords: Android, geotagging, kuliner, LBS
PENDAHULUAN Wisata kuliner merupakan suatu kegiatan berwisata dan berkunjung ke rumah makan yang menyajikan makanan populer di daerah setempat, makanan yang unik, ataupun rumah makan dengan interior yang unik. Berbagai macam wisata kuliner yang menarik dengan menu makanan yang menggugah selera terdapat di Kota Pekalongan. Semakin banyak tujuan wisata kuliner yang ada mengakibatkan wisatawan sulit untuk mencari lokasi dan restoran yang sesuai dengan keinginan. Informasi wisata kuliner yang didapatkan umumnya hanya terbatas berupa nama tempat, alamat, dan arah jalan. Penggunaan smartphone akan membantu wisatawan dalam menemukan lokasi wisata kuliner terdekat dari posisi wisatawan berada, karena smartphone memiliki fitur global positioning system (GPS), navigation, serta terhubung dengan jaringan internet. Fitur smartphone tersebut dapat dimanfaatkan dengan menggunakan sebuah aplikasi layanan berbasis lokasi.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016 |80
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
Aplikasi pencarian tempat wisata kuliner dengan menggunakan layanan berbasis lokasi atau location based service (LBS) akan membantu wisatawan mencari lokasi restoran maupun menu kuliner tertentu. LBS merupakan suatu layanan yang dapat mengirimkan data dan informasi yang berisi informasi lokasi terkini keberadaan pengguna atau informasi yang memproyeksikan beberapa lokasi dari pengguna mobile (Brimicombe dan Li 2009). LBS diterapkan sebagai satu bagian arsitektur yang terdiri dari lima komponen seperti perangkat mobile, jaringan komunikasi, komponen positioning (GPS), layanan provider, dan aplikasi, serta provider data (Deidda et al. 2010). Layanan yang dikirimkan meliputi area peta, kondisi cuaca, kondisi arus lalu lintas, pemandu tur, informasi belanja, dan lain sebagainya. LBS membutuhkan lokasi yang akurat untuk menghasilkan informasi yang berguna dan efektif. Putra (2013) telah melakukan pembangunan aplikasi pencari SPBU terdekat di area Yogyakarta dengan LBS. Aplikasi tersebut menyediakan informasi lokasi SPBU terdekat dan menampilkan rute jalan ke SPBU yang dipilih. Aplikasi dibangun pada platform Android yang diintegrasikan dengan Google Maps. Aplikasi diimplementasi dengan bahasa pemrograman Java, SQLite sebagai basis data penyimpanan, dan GPS untuk mendapatkan posisi user. Afnarius et al (2014) telah melakukan pembangunan aplikasi pencarian wisata kuliner di Sumatera Barat yang berbasis mobile geographic information system. Pembangunan aplikasi ini bertujuan membantu wisatawan untuk mendapatkan informasi mengenai wisata kuliner di Sumatera Barat. Aplikasi dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, Basic4Android, dan Google Maps. Database yang digunakan pada aplikasi tersebut yakni PostgreSQL. Namun aplikasi tersebut masih perlu adanya penambahan fitur yang menunjang, seperti unggah foto ke jejaring sosial, akun bagi pengguna, serta penambahan lokasi wisata kuliner baru. Geotagging merupakan suatu prosedur untuk menambahkan informasi metadata geografis pada media yang berbeda seperti menambahkan informasi geografis pada gambar, audiovisual, situs internet, pesan SMS, QR code, maupun RSS berupa metadata geospasial (Sari dan Sunaryono 2012). Umumnya informasi yang ditambahkan terdiri atas koordinat geografis GPS, lokasi tempat (alamat), deskripsi informasi dari tempat tersebut, dan penanda tempat. Penelitian ini mengembangkan sebuah aplikasi pencarian tempat wisata kuliner berbasis LBS dan geotagging menggunakan assisted global positioning system (A-GPS) dan Google Maps. Aplikasi dibangun pada platform Android dengan melihat penggunaan sistem operasi Android di Indonesia mencapai 74.28 % dari sistem operasi teratas lainnya seperti iOS, Blackberry, Symbian OS, dan Series 40 (StatCounter 2015). Pengguna akan mengetahui letak pengambilan suatu gambar yang berkaitan dengan wisata kuliner menggunakan geotagging pada informasi digital photo. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu wisatawan Kota Pekalogan untuk menentukan lokasi wisata kuliner dan mampu menampilkan rute ke wisata kuliner yang diinginkan. METODE PENELITIAN Metode penelitian difokuskan pada pengembangan aplikasi LBS. Tahapan penelitian yang dilakukan mengadaptasi dari metode classic life cycle (waterfall). Metode waterfall merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang dimulai dengan mengumpulkan spesifikasi kebutuhan pelanggan dan dilanjutkan dengan perencanaan, pemodelan, pembuatan sistem, dan penyebaran (Pressman 2010). Tahapan pada model pengembangan waterfall. 81 | JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
1. Tahap Analisis Kebutuhan Tahap analisis kebutuhan dimulai dengan requirement gathering atau proses pengumpulan kebutuhan yang meliputi kebutuhan fungsional dan kebutuhan data.Proses pengumpulan kebutuhan fungsional dilakukan dengan riset pada beberapa jurnal dan aplikasi serupa yang telah dibangun. Riset yang telah dilakukan menghasilkankebutuhan fungsional yang diperlukan pada suatu aplikasi pencarian wisata kuliner. Selanjutnya kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan digambarkan dengan usecase diagram. Perancangan usecasediagram bertujuan untuk mengetahui urutan aktivitas pengguna dan proses bisnis pada sistem yang dikembangkan. Urutan dari aktivitaspengguna digambarkan dengan activity diagram. Tahapan ini juga mendefinisikan dan mengumpulkan kebutuhan data yang diperlukan dalam pembangunan sistem. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperlukan pada beberapa website terkait. 2. Tahap Perancangan Tahap desain atau perancangan dilakukan dengan merancang model perangkat lunakdari aplikasi yang akan dibangun. Perancangan perangkat lunak meliputi perancangan struktur data, arsitektur perangkat lunak, gambaran antarmuka sistem dan desain proses sistem (Pressman, 2010). Perancangan model perangkat lunak pada penelitian ini menggunakan unified modelling language (UML). 3. Tahap Implementasi Tahap implementasi atau pembangunan sistem merupakan proses penerjemahan desainke dalam suatu bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh komputer (Pressman 2010). Tahap ini biasa disebut dengan pengkodean (coding). Proses yang dilakukan pada tahap ini meliputi sinkronisasi basis data SQLite dengan basis data MySQL, pembuatan package yang berisi classrestaurant, culinary menu, menampilkan peta kuliner, dan pengaturan peta. 4. Tahap Pengujian Tahap pengujian merupakan tahap yang dilakukan saat sistem telah selesai dibangun.Pengujian sistem dilakukan menggunakan metode black-box berdasarkan kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan. Pengujian dilakukan dengan mengikuti skenario pengujian yang telah dibuat sebelum melakukan pengujian. Jika sistem masihmemerlukan perbaikan, maka akan kembali ke tahap sebelumnya untuk memperbaikinya dan diuji kembali pada tahap ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Tahap analisis kebutuhan berfokus pada analisis kebutuhan fungsional dan analisiskebutuhan data. Analisis kebutuhan fungsional didefinisikan dan digambarkan menggunakan usecase diagram. Setiap usecase dapat digambarkan desain prosesnya, untuk desain proses digambarkan dengan activity diagram. Usecase diagram dan activity diagram dirancang agar tidak terjadi kesalahan dalam tahap implementasi dan pengujian. Adapun pada analisis kebutuhan data didefinisikan data beserta atribut data yang diperlukan dalam penelitian. Tahap analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan data kebutuhan fungsional dari aplikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan riset pada beberapa aplikasi Android yang serupa seperti aplikasi Kuliner Yogyakarta, PergiKuliner, Wisata Kuliner Jakarta JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
|82
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
dan Zomato Restaurant Finder. Riset pada aplikasi pencarian kuliner yang serupa didapat bahwa suatu aplikasi pencarian kuliner memiliki kebutuhan fungsional sebagai berikut: a. Melihat peta wisata kuliner b. Melihat daftar restoran terdekat c. Melihat daftar semua restoran/menu kuliner d. Mencari restoran/menu kuliner e. Melihat detail info restoran/menu kuliner f. Menambah data restoran/menu kuliner dengan menambahkan foto dan keterangan lain g. Menampilkan rute perjalanan ke restoran/menu kuliner yang dipilih h. Memberi peringkat (rating) untuk restoran/menu kuliner yang dipilih i. Mengatur tipe tampilan peta
Gambar 1 Usecase diagram aplikasi pencarian lokasi wisata kuliner Desain proses dari aplikasi digambarkan dengan menggunakan activity diagram. Terdapat 6 activity diagram pada penelitian ini yang meliputi activity lihat wisata kuliner pada peta, lihat restoran/menu terdekat, lihat semua restoran/menu, lihat detail restoran/menu, pengaturan tipe tampilan peta, dan tambah data restoran/menu. Activity lihat wisata kuliner pada peta, lihat restoran/menu terdekat, lihat semua restoran/menu, dan tambah data restoran/menu mengharuskan GPS dan internet pada perangkat mobile dalam keadaan menyala. Hal ini dikarenakan activity tersebut membutuhkan informasi lokasi pengguna saat ini berada (latitude dan longitude) sehingga dapat menampilkan daftar restoran terdekat, kuliner terdekat, serta penunjuk jalan. Activity diagram yang pertama adalah activity lihat peta wisata kuliner yangdirepresentasikan menggunakan menu Culinary Maps yang berfungsi untuk 83 | JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
menampilkan peta semua tempat wisata kuliner (restoran) dan menu kuliner dengan posisi pengguna sekarang berada. Proses pada activity ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Activity diagram lihat peta kuliner Kebutuhan Data Data yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu data longitude dan latitude dari lokasi restoran beserta foto dan keterangan lain seperti menu, alamat, dan ulasan pelanggan. Data yang diambil berjumlah 12 data restoran dan 12 data menu kuliner. Data restoran yang diperoleh kemudian dicari titik koordinatnya. Penentuan koordinat (latitude dan longitude) masing-masing restoran dilakukan dengan bantuan fitur Google Maps. Fitur untuk mendapatkan koordinat yang digunakan adalah fitur what’s here? Arsitektur Perangkat Lunak Tahap perancangan dimulai dengan merancang arsitektur dari sistem untuk memudahkan pemahaman alur kerja sistem yang akan digunakan sebagai acuan pengembangan. Arsitektur sistem dapat dilihat pada Gambar 3. Pengguna berkomunikasi dengan aplikasi Kuliner Kota Pekalongan melalui smartphone. Apabila pengguna melakukan suatu perintah maka eksekusinya akan diproses di dalam smartphone dan harus terhubung dengan server web. Komponen positioning digunakan untuk menemukan posisi dari keberadaan perangkat mobile. Komponen provider berperan menyediakan layanan A-GPS dan akses internetuntuk menyampaikan perintah menuju server Google Maps. Perintah tersebutdapat berupa menampilkan jarak dan tempat pada Google Maps dalam aplikasi. Server web berperan sebagai penyedia data pada saat online, permintaan untuk pembaruan data dan penyimpanan data. JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
|84
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
Gambar 3 Arsitektur aplikasi pencarian wisata kuliner Implementasi Tahap implementasi menghasilkan suatu aplikasi Android pada perangkatmobile yang dapat memberikan informasi tempat wisata kuliner terdekat dan pilihan menu kuliner serta menampilkannya pada peta menggunakan Google Maps API. Implementasi dimulai dengan melakukan sinkronisasi basis dataSQLite pada Android dengan basis data pada MySQL. Proses sinkronisasi basis data dibutuhkan PHP script untuk mengeksekusi permintaan SQL dan mengirimkan data dalam format JavaScript object notation (JSON).
85 | JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
Gambar 4 Rancangan antarmuka aplikasi pencarian kuliner Proses sinkronisasi dimulai pada saat pengguna berinteraksi dengan aplikasiAndroid kemudian melakukan perintah penyimpanan data yang tersimpan pada basis data SQLite, lalu JSON dibangun dari data yang tersimpan pada SQLite. JSON yang telah dibangun kemudian dikirim ke PHP class pada server dengan mengirimkan URL web service. Selanjutnya dilakukan proses menerjemahkan JSON menjadi arrayPHP dengan PHP script, arraytersebut kemudian disimpan kedalam basis data MySQL. Terakhir kelas PHP mengembalikan data dalam bentuk JSON ke aplikasi Android. Pengujian Proses pengujian menggunakan metode black-box yang dilakukan padahasil implementasi memberikan kesimpulan bahwa fungsi pada aplikasi yangdirancang sudah berjalan dengan baik. Pengujian dilakukan berdasarkan skenariopegujian. Skenario pengujian black-box dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil dari pengujianyang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Skenario penguian black-box Hasil yang Pengujian Skenario Hasil uji status diharapkan Melihat peta Pertama membuka Aplikasi akan Tampil peta dengan Berhasil wisata kuliner aplikasi, klik pada menampilkan peta marker posisi icon Culinary Maps dengan marker pengguna dan marker posisi pengguna restoran dan masker restoran JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
|86
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 2 Pengujian sistem menggunakan metode black-box Nama Fungsi Melihat peta wisata kuliner Meliihat daftar restoran terdekat Melihat daftar restoran/menu kuliner Melakukan pencarian restoran berdasarkan alamat Melakukan pencarian menu kuliner berdasarkan nama menu kuliner Melihat detail item (restoran dan menu kuliner) Menampilkan rating pada restoran/menu kuliner Menampilkan rute menuju restoran Melakukan penambahan data restoran/menu kuliner Mengatur tipe map yang tampil pada peta
Hasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
Setelah dilakukan pengujian terhadap fungsi yang telah dibangun,selanjutnya dilakukan proses evaluasi terhadap fungsi dan interfacedari aplikasi. Evaluasi usability dilakukan untuk mengetahui seberapa baik aplikasi dapat dioperasikan oleh pengguna. Langkah awal yang dilakukan pada evaluasi usability adalah memberikan sejumlah task atau tugas yang sudah dipersiapkansebelumnya ke pengguna saat berinteraksi dengan sistem yang diuji. Task ini diberikan kepada responden yang berasal dari mahasiswa dan masyarakat umum yang sudah terbiasa menggunakan sistem operasi Android. Task usability yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabel 3 Task usability Task Menemukan aplikasi Membuka aplikasi Memahami kegunaan tombol Melihat tempat wisata kuliner pada peta Melihat daftar restoran terdekat Melihat semua daftar restoran/menu kuliner Melakukan pencarian restoran/menu kuliner Melihat detail data restoran/menu kuliner Memberikan rating pada restoran/menu kuliner Melihat penunjuk jalan ke tempat wisata kuliner pada peta Menambahkan data restoran/menu kuliner degnan memilih gambar dari galeri Menambahkan data restoran/menu kuliner dengan mengambil gambar dengan kamera Memilih pengaturan tampilan peta
Setelah semua task yang diberikan telah diselesaikan oleh pengguna,langkah selanjutnya adalah membuat kuesioner yang berisi pertanyaan yang mewakili kelima aspek usability, yakni learnability, memorability, efficiency, errors, dan satisfaction (Nielsen 2012). Aspek learnability merupakan aspek yang mengukur tingkat kemudahanpengguna melakukan task-task sederhana ketika pertama kali menggunakan aplikasi. Aspek memorability dilakukan untuk mengukur kecepatan pengguna dalam mengingat desain dan fungsi dari aplikasi. Aspek efficiency digunakan untuk mengukur kecepatan pengguna dalam pengerjaan suatu task. Errorsmelihat kemungkinan terjadinya kesalahan yang 87 | JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
dilakukan pengguna. Satisfactionmerupakan aspek yang mengukur tingkat kepuasan pengguna dalam menggunakan aplikasi. Selanjutnya hasil nilai rata-ratadiklasifikasi untuk dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Klasifikasi penarikan kesimpulan terdapat pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi penarikan kesimpulan hasil evaluasi usability Kesimpulan Sangat tidak setuju bahwa aplikasi sangat mudah dipahami dan dimengerti Tidak setuju bahwa aplikasi sangat mudah dipahami dan dimengerti Ragu-ragu bahwa aplikasi sangat mudah dipahami dan dimengerti Setuju bahwa aplikasi sangat mudah dipahami dan dimengerti Sangat setuju bahwa aplikasi sangat mudah dipahami dan dimengerti
Nilai 0%- 20 % 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
Berdasarkan hasil rekap kuisioner yang dilakukan, nilai tersebut didapat dari persentase nilai = (nilai hasil kuisioner/total nilai) x 100%, lalu untuk nilai rata-rata digunakan rumus nilai rata-rata = (total persentase nilai/jumlah pertanyaan kuesioner) x 100%. Penilaian evaluasi usability menggunakan kusioner untuk tiap aspek dapat dilihat pada tabel 4.
No 1 2 3 4 5
Tabel 5 Evaluasi usability tiap aspek Penilaian Aspek SS S RR TS STS Learnability 13 17 0 0 0 Efficiency 9 15 1 0 0 Memorability 6 18 1 0 0 Errors 22 45 8 0 0 Satisfaction 2 12 1 0 0 Rata-rata penilaian tiap aspek (%)
Nilai (%) 88.67 86.40 84.00 83.50 81.33 84.78
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai evaluasi usability menggunakankuesioner adalah 84.78%. Berdasarkan persentase ini dapat diklasifikasikan bahwa aplikasi yang telah dibangun pada penelitian ini sangat mudah dipahami dan dimengerti dalam penggunaannya. KESIMPULAN Penelitian ini telah berhasil mengembangkan aplikasi Android untukpencarian tempat wisata kuliner di area Kota Pekalongan berbasis LBS dan geotagging.Aplikasi ini mampu memberikan informasi tempat wisata kuliner beserta menu dan penunjuk jalannya, serta dapat melakukan penambahan data. Hasil pengujian menggunakan metode black-box menunjukkan bahwa semua fungsi dapat bekerja dengan benar. Adapun hasil evaluasi usability mendapatkan nilai sebesar 84.78%, hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Android yang telah dibangun sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh pengguna.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
|88
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER DI KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. . . . .
DAFTAR PUSTAKA Afnarius S, Ningsih VM, Frihandana D. 2014,Pembangunan aplikasi wisatakuliner Sumbar berbasis mobile geographic information system, Di dalam: Afnarius S, Ningsih VM, Frihandana D, editor. Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2014). 2014 Okt 14-15; Depok, Indonesia. Depok (ID): Universitas Gunadarma. hlm 354-360 Binanto I, 2010,Multimedia Digital 006C–Dasar Teori dan Pengembangannya,Yogyakarta (ID): Andi Brimicombe A, Li C, 2009,Location-Based Service and Geo-Information Engineering, Oxford (GB): Wiley-Blackwell Deidda M, Pala A, Vacca G, 2010,A tourist location based service (LBS) for the Cagliari City. Di dalam: Brovelli MA, Dragicevic S, Veenendaal B, editorWebMGS 2010: 1st International Workshop on Pervasive Web Mapping, Geoprocessing and Services, 2010 Agu 26-27; Como, Italia, Como (IT) Mardani A, 2014,Sistem informasi geografis pelaporan masyarakat (SIGMA) berbasis foto geotag. Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JustIN). 3(1):1-6 Nielsen J, 2012, Usability 101: introduction to usability, Tersedia pada: http://www.nngroup.com/articles/usability-101-introduction-to-usability/ Pressman RS, 2010, Software Engineering: A Practitioner’s Approach. Edisi ke-7. New York (US): McGraw-Hill. Putra AB, 2013,Aplikasi pencari SPBU terdekat di area Yogyakarta dengan location based service berbasis GPS pada Android,Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Rahadi DR, 2014,Pengukuran usability sistem menggunakan use questionnaire pada aplikasi Android, Jurnal Sistem Informasi (JSI), 6(1):661-671. Rubin J, Chisnell D, 2008,Handbook of Usability Testing: How to Plan, Design, and Conduct Effective Test, Indianapolis (US): Wiley. Sari AN, Sunaryono D, 2012,Perancangan dan pengembangan perangkat lunak photo uploader pada Facebook dengan fitur geotagging, Jurnal Teknik POMITS,1(1):1-6
89 | JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016