Vol. 7, No. 2, Desember 2012
APLIKASI MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE PADA DATA PENCEMARAN UDARA DI KOTA SURABAYA 1
Dhoriva Urwatul Wutsqa, 2Suhartono, 2Brodjol Sutijo, S.U. 1 Program studi Matematika FMIPA UNY 2 Statistika FMIPA ITS Abstrak
Penelitian ini secara bertujuan mengaplikasan model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) untuk mendapatkan model peramalan data pencemaran udara di Kota Surabaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat polutan PM 10 ang berasal dari tiga stasiun pemantau di kota Surabaya mulai Januari hingga Desember 2009. Tahap-tahap pembentukan model peramalan data pencemaran udara meliputi identifikasi order autoregresif dengan criteria AIC (Akaike Information Criterion), estimasi parameter yang terdiri atas estimasi bobot antar lokasi dengan normalisasi korelasi silang dan estimasi parameter autoregresif dengan metode kuadrat terkecil, uji signifikansi parameter melalui statistik uji Wald, serta uji kesesuaian model. Model yang dihasilkan merupakan model GSTAR dengan order autoregresif 3 dan order spasial 1 dengan order pembedaan 1. Model yang diperoleh menunjukkan adanya kecenderungan hubungan antar waktu dan hubungan spasial antara stasiun 1 dan 3. Kata kunci : Data PM 10, polusi udara, Surabaya, model GSTAR
Application of Generalized Space Time Autoregressive Model On Air Polution Data in Surabaya 1
Dhoriva Urwatul Wutsqa, 2Suhartono, 2Brodjol Sutijo, S.U. 1 Program studi Matematika FMIPA UNY 2 Statistika FMIPA ITS
Abstract This research aims to implement Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) model to gain forecasting model for air pollution in Surabaya. We used the pollutants PM 10 drawn from three observer stations of air pollution in Surabaya. They were the daily time series that observed from January until December 2009. The steps of the method to find the air pollution model involve identification of autoregressive order by using AIC (Akaike Information Criterion), estimation of weight among location by using cross correlation normalization, estimation of autoregressive parameter by least square method with significant test through Wald Statistic, and error white noise diagnostic check.The resulting model is GSTAR model with autoregressive order 3 and spatial order 1 and the data are differenced once. The model reveals the time relation and patial relation occured between stations 1 and 3 Key Word : PM 10, air pollution, Surabaya, GSTAR model
hanya mengandung keterkaitan dengan
1. Pendahuluan
Seringkali
dalam
kehidupan
sehari-hari dijumpai data yang tidak
17
kejadian pada waktu-waktu sebelumnya, tetapi
juga
mempunyai
keterkaitan
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
dengan lokasi atau tempat yang lain
Nurani Ruchjana (2002) merupakan
yang seringkali disebut dengan data
suatu model yang dapat digunakan untuk
spasial. Model space-time adalah salah
analisis data space-time. Model GSTAR
satu model yang menggabungkan unsur
merupakan suatu model yang lebih
dependensi waktu dan lokasi pada suatu
fleksibel sebagai generalisasi dari model
data deret waktu multivariat. Model ini
Space-Time
merupakan perluasan dari proses spasial
yang
menjadi
Deutsch
proses
stokastik
yang
Autoregressive
dikenalkan
oleh
(1980).
Pfeifer
Secara
and
matematis,
berkorelasi serentak dalam spasial dan
notasi
waktu. Dengan demikian model ini akan
Autoregressive
lebih menguntungkan untuk analisis data
autoregresif p dan order spasial 12,...,
spasial
p
yang
diamati
pada
waktu
Generalized
(STAR)
(GSTAR
Space
dengan
order
(p12,...,p))
kontinu, dibandingkan dengan model
dirumuskan
spasial saja atau model deret waktu saja.
(Lopuhaa and Borovkova : 2005)
dalam
Time
ekspresi
dapat berikut
Model GSTAR diperkenalkan oleh Borovkova, Lopuhaa, and Budi p
s
untuk t p, p 1,..., T , i = 1, 2, ,,,, N,
Criterion (AIC) (Box, Jenkins, and
wij(0) 1 untuk i = j dan nol untuk yang
Reinsel: 1994) dan (Wei, 2006)
lain, diasumsikan E[Z(t)] = 0 , Z(t) = (
2k i AIC(i) = ln ˆ i T
Z i (t ) sk(i ) wi(1k ) Z1 (t s ) wi(2k ) Z 2 (t s ) wiN( k ) Z N (t s ) ei (t )
(1)
s 1 k 0
Z1 (t ) , Z2 (t ) , …, Z N (t ) ).
(2)
Bagaimana mendapatkan model GSTAR mulai dari identifikasi model hingga cek kesesuaian model telah dibahas oleh Dhoriva Urwatul Wutsqa,
dengan k adalah banyak variabel dalam model GSTAR. Order AR pada model GSTAR adalah nilai p sedemikian hingga
AIC(p)
=
min 0 i p0 AIC(i ) .
Suhartono, Brodjol Sutijo (2010). Proses identifikasi meliputi penentuan order spasial dan order autoregressif. Order autoregresif
ditentukan
menggunakan
Akaike
dengan Information
Penentuan order ini dapat dilakukan dengan
program
PROCSTATESPACE.
SAS
melalui
Secara
praktis
order spasial lebih dari satu sulit untuk diinterpretasikan,
18
2
sehingga
pada
Vol. 7, No. 2, Desember 2012
umumnya hanya menggunakan order
lokasi
dan
parameter
autoregresif.
satu. Oleh karena itu dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini penentuan bobot
hanya dibatasi untuk order spasial satu.
lokasi dilakukan dengan
normalisasi
korelasi silang antar lokasi (Suhartono Penaksiran GSTAR
meliputi
wij
parameter
model
penaksiran
bobot
rij ( k )
and Subanar : 2006) dan (Suhartono dan Atok
:
2006).
, dengan i j , k = 1, ...,p
| r
ik ( k ) |
(3)
k i
dan bobot ini juga memenuhi | wij | 1 j 1
Koefisien
rij(k)
merupakan
korelasi
silang kejadian di lokasi ke-i dan ke-j
pada data sampel yang dirumuskan sebagai
n
[Z i (t ) Z i ][Z j (t k ) Z j ] rij (k )
Bobot-bobot
lokasi
t k 1
.
(4)
n n 2 2 [Z i (t ) Z i ] [Z j (t ) Z j ] t 1 t 1
dengan
Estimasi parameter autoregresif
menggunakan normalisasi dari korelasi
menggunakan metode kuadrat terkecil.
silang antar lokasi pada lag waktu yang
Sebagaimana
bersesuaian ini memungkinkan semua
Borovkova, Lopuhaa, and Nurani (2002)
bentuk kemungkinan hubungan antar
dan Ruchjana (2002) estimasi parameter
lokasi. Dengan demikian, tidak ada lagi
autoregresif
batasan yang kaku tentang besarnya
diungkapkan
oleh
dilakukan
dengan
meminimumkan
jumlah
kuadrat
bobot yang terutama tergantung dari
simpangannya.
Estimator
kuadrat
jarak antar lokasi. Bobot ini juga
terkecil βˆ T untuk adalah
memberikan fleksibilitas pada besar dan tanda hubungan antar lokasi yang bisa berlainan (positif dan negatif). 1 βˆ T XX Xu
(5)
dengan X X1 ,..., X N , β β1 ,..., β N , u u1 ,..., uN , ui ei ( p ),..., ei (T )
19
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
( ) Vi (0) ( p 1) Vi (1 ) ( p 1) Vi (0) (0) Vi 1 p (0) Xi (0) ( 1 p ) ( 1 ) (0) Vi (T 1) Vi (T 1) Vi (T p) Vi (T p)
N dan β i 10(i ) ,..., 1(i1) , 20(i ) ,...,2(i)2 ,..., p(i0) ,..., (ip) , Vi ( k ) (t ) wij( k ) Z j (t ) untuk k 1 dan
j i
Vi (0) (t ) Z i (t ) .
Uji signifikansi parameter model
menentukan statistik uji Wald diperlukan
dilakukan dengan statistik uji Wald
beberapa notasi. Dimisalkan
dengan
N = diag N1 ,..., N N
distribusi
Khi
kuadrat.
Penentuan uji signifikansi menggunakan
(6)
hasil dari Lopuhaa and Borovkova
dengan
(2005), Borovkova, Lopuhaa, and Budi Nurani
Ruchjana
(2002).
Ni
didefinisikan
sebagai
N i = diag Ni1 ,..., Nip , i = 1, 2, ... , N
Untuk
dan s = 1, 2, ..., p
0 0 (1) wi1 wi(1) ,i 1 Nis (s ) ( s ) wi ,i 1 wi1
1
0 (1) i ,i 1
0 w ( s ) 0 wi ,i 1
0 wi(1) ,N wiN( s )
Untuk mendefinisikan matriks kovarians diperlukan notasi berikut
B1 I B0 0
B2 B p 1 B p 0 0 0 s I 0 0 dengan B s Φ s 0 W ( k ) k 1 0 I 0
(7)
Dari (7) didefinisikan
Γ
( p)
B j p B ) j , p diag 0 0 j 0
yang merupakan matriks kovariansi dari Z( p ) (t ) , dan dapat dituliskan sebagai
Γ( p )
20
Γ(1) Γ(0) Γ(1) Γ(0) Γ( p 1) Γ( p 2)
Γ( p 1) Γ( p 2) Γ(0)
(8)
Vol. 7, No. 2, Desember 2012
dengan Γ( s ) E Z(t )Z (t s ) . Misalkan hipotesis untuk menguji signifikansi parameter dinyatakan sebagai H :
=
dan H :
≠ .
Menggunakan notasi (6) dan (8) statistik uji Wald dapat dituliskan sebagai
2 ( m) T ( Rβˆ T r ) ( R N I Γˆ ( p ) N
1
ˆ Γˆ ( p ) N N I Γˆ ( p ) N N
1
R ) 1 ( Rβˆ T r )
(9) yang berdistribusi Khi kuadrat dengan
dengan
derajat bebas m.
mendapatkan
Tahapan setelah diperoleh model
pendekatan
hubungan
model
GSTAR
informasi
antar
lokasi
tentang dan
waktu
yang signifikan adalah cek kesesuaian
berdasarkan kadar
model, yang dilakukan untuk menguji
Surabaya. Hal ini mengingat bahwa
apakah asumsi bahwa vektor error
polusi udara merupakan salah satu
bersifat white noise. Dalam penelitian ini
masalah lingkungan yang mempunyai
dilakukan dengan melihat plot fungsi
pengaruh
autokorelasi
perubahan iklim global.
(Autocorrelation
Function/ACF) dari residual. (Brockwell
yang
Di
kota
polutan di kota
sangat
besar
Surabaya
pada
terdapat
and Davis : 2002) dan (Hanke and
beberapa buah stasiun pemantau kualitas
Wichern :2005)
udara. Hasil pemantauan dapat dibaca
Data
. space
time
banyak
oleh masyarakat setiap saat. Beberapa
ditemukan pada bidang lingkungan,
metode
pertanian,
menganalisis data pencemaran udara ini.
geologi,
hidrologi,
meteorologi, dan kesehatan.
telah
dilakukan
untuk
Budi
Diantaranya metode deret waktu di satu
Nurani Ruchjana (2002) menerapkan
lokasi stasiun (Roekmi, 1997, Prestiwati
GSTAR pada data produksi minyak
2002), metode spasial pada satu waktu
bumi. Nunung Nurhayati, Udjianna S.
pengamatan
Pasaribu,
Neswan.(2012)
Hamongan, 2004), yang kesemuanya
mengaplikasikan model GSTAR pada
belum menggabungkan pengaruh lokasi
data GDP di negara-negara Eropa Barat.
dan waktu. Melalui model GSTAR
and
Secara
Oki
khusus
penelitian
ini
(Andayani,
2002;
analisis terhadap data polusi udara
bertujuan untuk mendapatkan model
dilakukan
dengan
menggabungkan
untuk data polusi udara di kota Surabaya
pengaruh lokasi dan waktu. 21
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
menggunakan
Metode Penelitian Data
estimasi
parameter dengan persamaan (5) serta uji
penelitian ini adalah data sekunder,
signifikansi parameterdengan statistik uji
berupa data polusi udara kandungan
(9). Tahap terakhir adalah analisis
polutan PM 10 di kota Surabaya.
residual
Pemilihan kota Surabaya dikarenakan
residual. Semua perhitungan mulai dari
oleh dua hal. Kota Surabaya merupakan
analisis eksploratif, tahap penentuan
salah satu kota terbesar di Indonesia,
bobot
sehingga diprediksi mempunyai tingkat
peramalan
pencemaran udara yang relatif tinggi.
menggunakan paket program MINITAB.
Dengan demikian informasi tentang
Hasil Aplikasi Model GSTAR
pencemaran
digunakan
dan
dalam
model
yang
(3),
udara
menjadi
penting sebagai dasar untuk mengambil kebijakan
pengurangan
masalah
pencemaran udara. Kedua, di Surabaya telah dilakukan pemantauan pencemaran udara secara kontinu di beberapa lokasi, sehingga terjamin ketersediaan data.
menggunakan
lokasi
plot
sampai
ACF
perhitungan
dilakukan
dengan
Penerapan terhadap data polusi udara di kota Surabaya menggunakan data kandungan polutan PM 10. Polutan tersebut dicatat secara berkala setiap hari, sehingga merupakan deret waktu harian.
Data
dalam
penelitian
ini
diperoleh dari tiga stasiun pemantau
Sebagai langkah awal dilakukan
yang ada di Surabaya selama periode
analisis eksploratif secara deskriptif
bulan Januari 2009 sampai dengan
melalui diagram plot deret waktu untuk
Desember 2009. Dalam bab ini akan
mengetahui
terhadap
dibahas penentuan model polutan PM 10
data.
tahap demi tahap sesuai dengan prosedur
waktu,
dan
kecenderungan kestasioneran
Selanjutnya dilakukan semua tahap pada metode berdasarkan hasil
Dhoriva
Urwatul Wutsqa, Suhartono, Brodjol Sutijo (2010) sampai terbentuk model pencemaran udara, dan hasil prediksi pencemaran udara, yaitu penentuan order spasial dan order autoregresif dengan AIC(2), penenuan bobot lokasi
22
pembentukan model GSTAR . Deskripsi dari data kandungan polutan PM 10 di Surabaya dengan menggunakan plot deret waktu dapat dilihat pada Gambar 1.
Vol. 7, No. 2, Desember 2012
Time Series Plot of PM10-S1
Time Series Plot of PM10-S2
120
120
100
100 PM10-S2
140
PM10-S1
140
80 60
80 60
40
40
20
20 0
0 Day 1 Month Jan Y ear 2009
1 Feb
1 Mar
1 Apr
1 May
1 Jun
1 Jul
1 Aug
1 Sep
1 Oct
1 Nov
1 Dec
Day 1 Mont h Jan Year 2009
1 Feb
1 Mar
1 Apr
1 May
1 Jun
1 Jul
1 Aug
1 Sep
1 Oct
1 Nov
1 Dec
Time Series Plot of PM10-S3 180 160 140
PM10-S3
120 100 80 60 40 20 0 Day 1 Month Jan Year 2009
1 Feb
1 Mar
1 Apr
1 May
1 Jun
1 Jul
1 Aug
1 Sep
1 Oct
1 Nov
1 Dec
Gambar 1. Plot time series data PM 10 stasiun 1, 2, dan 3 Ketiga plot di atas menunjukkan bahwa
untuk
deret waktu tersebut berfluktuasi cukup
dilakukan melalui nilai AIC (Akaike
tinggi dan tidak berada di sekitar nilai
Information Criteria) persamaan (2)
konstan, sehingga mengindikasikan data
pada beberapa order model. Besaran ini
tidak stasioner.
Karena data tidak
digunakan
stasioner, maka dilakukan pembedaan
penentuan
satu kali..
khususnya pada nilai AIC yang terkecil,
Tahap
selanjutnya
adalah
identifikasi order spasial dan order
membentuk model GSTAR
sebagai orde
dasar
model
untuk
VARMA,
yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 .
autoregresif. Pada tahap identifikasi Tabel 1. Nilai AIC untuk Beberapa Order Autoregresif untuk Data PM 10 Lag AR AR AR AR AR AR AR AR AR
0 1 2 3 4 5 6 7 8
MA 0 17.63971 17.171478 16.982675 16.949185 16.881062 16.880069 16.845363 16.845861 16.857015
Minimum Information Criterion MA 1 MA 2 MA 3 16.853785 16.844716 16.86278 16.887314 16.813729 16.835975 16.874614 16.842697 16.857128 16.891044 16.851594 16.852242 16.861371 16.849905 16.858764 16.869343 16.870636 16.880532 16.848402 16.847599 16.83357 16.871726 16.865751 16.844092 16.871517 16.879788 16.842803
MA 4 16.839537 16.827571 16.83903 16.858829 16.876103 16.879293 16.861546 16.872513 16.874293
MA 5 16.861564 16.826624 16.843568 16.869169 16.85222 16.864444 16.869436 16.881402 16.888138
23
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
Berdasarkan
nilai
AIC
yang
order
autoregresif
tiga
dengan
terkecil untuk order MA 0 terdapat pada
pertimbangan nilai AIC tidak jauh
lag 6, sedangkan jika dilihat secara
berbeda dengan yang berorder lebih
keseluruhan nilai AIC terkecil pada
tinggi.
order MA 2 dan AR 1, sehingga model
Sebagaimana
disebutkan
yang lebih tepat sebetulnya adalah model
sebelumnya order spasial adalah order
yang memuat model MA dan AR. .Akan
satu. Dengan demikian bobot antar
tetapi karena model GSTAR hanya
lokasi yang dicari sampai lag 3. Untuk
memuat
mendapatkan
model
AR,
maka
model
bobot
antar
lokasi
ditetapkan berdasarkan nilai AIC pada
pertama-tama dihitung terlebih dahulu
order MA 0, yang menunjukkan order
korelasi silang sampel menggunakan
AR 6.
rumus (4) dan proses perhitungannya
Model order 6 tidak sesuai dengan
dilakukan dengan program MINITAB.
prinsip
Hasil
parsimony
ditetapkan
pada
model, tahap
sehingga identifikasi
perhitungan
korelasi
silang
diberikan pada Tabel 2.
diperoleh model dugaan mempunyai Tabel 2. Korelasi Silang antar Lokasi untuk Data PM 10 Korelasi Silang
Koefisien Korelasi silang
Korelasi Silang
Koefisien Korelasi silang
Korelasi Silang
Koefisien Korelasi silang
r12(1)
0,2454
r12(2)
0,2197
r12(3)
0,1952
r13(1)
0,1407
r13(2)
0,1269
r13(3)
0,1109
r23(1)
0,1305
r23(2)
0,1491
r23(3)
0,0868
r21(1)
0,2610
r21(2)
0,2641
r21(3)
0,1951
r31(1)
0,2301
r31(2)
0,2015
r31(3)
0,1313
r32(1)
0,1114
r32(2)
0,0947
r32(3)
0,0702
Berdasarkan hasil pada Tabel 2. dan dengan
menggunakan
rumus
(3),
diperoleh bobot antar lokasi, sebagai berikut
0 0,6355 0,3645 = 0,6666 0 0,3334 0,6739 0,3261 0 0 0,6339 0,3661 0 0,3609 = 0,6391 0,6803 0,3197 0 0 0,6378 0,3622 0 0,3079 = 0,6921 0,6517 0,3483 0
24
Vol. 7, No. 2, Desember 2012
Dengan bobot tersebut, nilai parameter modelnya
dapat
dihitung
Uji
signifikansi
parameter
dengan
menunjukkan bahwa ada parameter yang
menggunakan rumus (5). Penentuan
tidak signifikan, sehingga parameter
signifikansi parameter dilakukan dengan
model yang tidak signifikan dikeluarkan
menggunakan statistik uji Wald (9).
dari model. Hasil terakhir disajikan pada
Hasil estimasi parameter autoregresif
Tabel 4, yang memberikan estimasi
beserta uji signifikansinya disajikan pada
parameter yang signifikan.
Tabel 3. Tabel 3. Hasil estimasi parameter model GSTAR(3,1) untuk data PM 10 Parameter
Estimasi Parameter
Nilai Khi-Kuadrat
p-value
Parameter
Estimasi Parameter
Nilai KhiKuadrat
pvalue
10 (1)
-0,5263
74,4769
0,000
11(1)
0,0746
1,1449
0,285
10 (2)
-0,5401
104,2441
0,000
11(2)
0,0214
0,09
0,764
10 (3)
-0,5103
111,5136
0,000
11(3)
-0,0760
1,0816
0,299
20 (1)
-0,3464
28,4089
0,000
21(1)
0,1756
5,29
0,021
20 ( 2)
-0,33291
33,64
0,000
21(2)
0,01667
0,0484
0,827
20 (3)
-0,30193
33,1776
0,000
21(3)
-0,04337
0,3025
0,582
30 (1)
-0,15923
6,9696
0,008
31(1)
0,10703
2,3409
0,127
30 ( 2)
-0,20037
14,2129
0,000
31(2)
0,02577
0,1369
0,715
30 (3)
-0,03371
0,49
0,487
31(3)
-0,13190
3,2761
0,071
Tabel 4. Hasil estimasi parameter model GSTAR(3,1) yang signifikan untuk Data PM 10 Parameter
Koefisien
Nilai Khi-Kuadrat
p-value
Parameter
Koefisien
Nilai KhiKuadrat
pvalue
10 (1)
-0,5023
72,9316
0,000
20 (3)
-0,2899
40,0689
0,000
10 (2)
-0,5375
106,5024
0,000
30 (1)
-0,1384
5,5696
0,018
10 (3)
-0,5075
124,3225
0,000
30 ( 2)
-0,1961
14,1376
0,000
20 (1)
-0,3303
26,5225
0,000
21(1)
0,1024
2,7225
0,099
25
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
20 ( 2)
-0,3310
33,9889
31(3)
0,000
-0,1182
3,3489
0,068
Dengan demikian Model GSTAR untuk data PM 10 adalah sebagai berikut adalah: 1 2 3
1 2 3
0,4977 0 0 0 0,4625 0 = 0 0 0,4925
1 2 3
0,1721 0,0649 0,0375 + 0 0,2166 0 0 0 0,2176 0,2019 −0,0649 −0,0375 + 0 0,1248 0 −0,0771 −0,0412 0,2899 1 2 3
0,1384 0 0 0 0,1961 0 −0,0771 −0,0412 0 Model
+
1 2 3
(10)
menunjukkan
dan hubungannya dengan stasiun lain
bahwa pada Stasiun 1 data PM 10
ditentukan dari deret waktu tiga dan
dipengaruhi oleh data satu, dua, tiga dan
empat lag sebelumnya.
empat
lag
tersebut
+
1 2 3
sebelumnya.
hubungannya ditentukan
dengan
dari
dua
Sedangkan
stasiun dan
Langkah terakhir adalah menguji
lain
vektor
lag
memenuhi syarat white noise. Dari
tiga
error
atau
residual
residual
secara
apakah
sebelumnya. Stasiun 2 dipengaruhi oleh
analisis
univariat
data satu, dua, tiga dan empat lag
(residual untuk masing-masing stasiun)
sebelumnya, tetapi tidak ada hubungan
dengan plot ACF, yang disajikan dalam
yang signifikan dengan stasiun lain.
Gambar 2.
Stasiun 3 data PM 10 dipengaruhi oleh data satu, dua, dan tiga lag sebelumnya, Autocorrelation Function for Res stasiun 2
Autocorrelation Function for Res stasiun 1
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
0.4
0.4
Autocorrelation
Autocorrelation
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
0.2 0.0 -0.2 -0.4
0.0 -0.2 -0.4
-0.6
-0.6
-0.8
-0.8 -1.0
-1.0 1
26
0.2
5
10
15
20
25
30 35 Lag
40
45
50
55
60
1
5
10
15
20
25
30 35 Lag
40
45
50
55
60
Vol. 7, No. 2, Desember 2012
Autocorrelation Function for Res Stasiun 3 (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1.0 0.8
Autocorrelation
0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
5
10
15
20
25
30 35 Lag
40
45
50
55
60
Gambar 2. ACF residual data PM 10 untuk masing-masing stasiun Syarat white noise tidak dipenuhi dimungkinkan
yang
dalam persamaan (10) untuk data PM 10,
didapat dengan pendekatan GSTAR
yang merupakan model autoregresif
untuk
order autoregresif 3 dan order spasial 1
data
karena
PM
10
model
Adapun model yang didapat dinyatakan
kurang
Sebagaimana dijelaskan pada
tepat. langkah
dan
pembedaan
satu
kali.
identifikasi model, bahwa berdasarkan
Kecenderungan hubungan antar waktu
nilai AIC, model yang tepat adalah
muncul baik pada data PM 10 untuk
model yang menggabungkan AR dan
semua stasiun dan hubungan spasial
MA
pada data PM 10 muncul di stasiun 1 dan
Space
atau
GSTARMA
Time
Average).
(Generalized
Autoregressive
Hingga
dikembangkan mendapatkan
sekarang prosedur
model
Moving belum untuk
GSTARMA,
sehingga masih menjadi peluang untuk diteliti lebih lanjut, karena ternyata tidak semua data space time dapat didekati dengan model GSTAR.
3. Dari analisis awal tentang order autoregresif,
data
menunjukkan
adanya
membawa
model
ke
pola
yang
Autoregresive
Moving Average, akan tetapi dengan pendekatan model GSTAR, pola moving average tidak bisa diakomodasi. Hingga
Kesimpulan
sekarang Prosedur
sebetulnya
pembentukan
model
prosedur
Autoregresive
Generalized
Moving Average belum
GSTAR untuk data polusi PM 10 dilakukan mulai identifikasi stasioneitas data,
proses
pembedaan
untuk
dikembangkan
oleh
para
peneliti,
sehingga masih menjadi peluang untuk
mendapatkan data stasioner, estimasi
dikembangkan menjadi penelitian lebih
bobot lokasi dan parameter autoregresif.
lanjut. Persoalan yang mungkin muncul
27
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
adalah model tersebut sehingga
tidak
lebih rumit,
mudah
Stasinopoulos & G Touloumi
untuk
(Eds.), The 17th International
pengembangan prosedur pembentukan
Workshop
model baik secara teoritis maupun
Modelling : Proceeding. (pp.
perhitungannya.
139-147). Budi
DAFTAR PUSTAKA Andayani.
(2002).
karbon
Analisa
monoksida
Statistical
Nurani
Ruchjana
Pemodelan
Kurva
polutan
Minyak
Bumi
dengan
Model
Generalisasi
(2002). Produksi
Menggunakan STAR.
menggunakan metode statistik
Forum Statistika dan Komputasi,
untuk
IPB, Bogor.
data
spatial.
Skripsi.
Surabaya : Fakultas Matematika
Dhoriva Urwatul Wutsqa, Suhartono,
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
and Brodjol Sutijo. (2010).
Institut
Generalized Space Time
Teknologi
Sepuluh
Nopember.
Autoregressive Modeling. The
Box, G.E.P., Jenkins, G.M. and Reinsel, G.C.
(1994).
Analysis, Control. Saddle
Time
Series
Forecasting
and
6th IMT-GT Conference on Mathematics, Statistics and its Applications (ICMSA):
3rd
edition,
Upper
Proceeding. (pp. 752-761). Kuala
River,
New
Jersey:
Lumpur: Universiti Tunku Abdul
Prentice Hall Inc.
Rahman,
Brockwell, P.J. and Davis, R.A. (2002).
Hamongan E. (2004). Model Simulasi
Introducion to Time Series and
Pengolahan
Kualitas
Udara.
Forecasting. 2nd
Makalah
diskusi
panel:
edition. New
York: Springer Verlag .
Pencemaran
Borovkova, S.A., Lopuhaa, H.P., and
28
on
Udara
dan
Dampaknya terhadap Kesehatan
Budi Nurani Ruchjana. (2002).
Manusia.
Generalized STAR model with
antara JICA dengan SARPEDAL
experimental
KLH.
weights.
In
M
Jakarta:
Kerjasama
Vol. 7, No. 2, Desember 2012
Hanke, J. E. & Wichern, DW. (2005).
pemantau Taman Prestasi dan
Business forecasting. New
Perak
Jersey: Pearson Prentice-Hall.
Skripsi.
Lopuhaa H.P. and Borovkova SA.
Timur
di
Surabaya
Surabaya. :
Fakultas
dan
Ilmu
Alam,
Institut
Matematika
(2005). Asymptotic properties of
Pengetahuan
least
Teknologi Sepuluh Nopember.
squares
estimators
generalized
STAR
Technical
Report.
in
models. Delft
University of Technology. Nunung
Nurhayati,
Udjianna
Roekmi
RAK.
(1997).
Deskripsi
konsentrasi zarrah tersuspensi di jalan Muhammad Husni Thamrin
S.
Jakarta.
{Skripsi).
Bogor:
Pasaribu, and Oki Neswan.(2012)
Fakultas Matematika dan Ilmu
Application
Pengetahuan
of
Space-Time
Generalized Autoregressive
Alam,
Institut
Pertanian Bogor.
Model on GDP Data in West
Suhartono dan Atok, R.M. (2006).
European Countries. Journal of
Pemilihan bobot lokasi yang
Probability
Statistics.
optimal pada model GSTAR.
Volume 2012 (2012), Article ID
Prosiding Konferensi Nasional
867056,
Matematika
and
16
pages
http://www.hindawi.com/journals /jps/2012/867056/tanggal
Negeri Semarang.
Optimal Determination of Space
Pfeifer, P.E. and Deutsch, S.J. (1980). A
Weight in GSTAR Model by
Three Stage Iterative Procedure
using
for
Inference.
Modeling.
Cross-correlation JOURNAL
Technometrics, Vol. 22, No. 1,
QUANTITATIVE
pp. 35-47.
Journal
Prestiwati
H.Y.
statistic
Universitas
Suhartono and Subanar (2006). The
12/10/2013/ 8.59
Space-Time
XIII,
(2002).
Pemodelan
udara
ambient
berdasarkan pengukuran stasiun
Devoted
Mathematical
and
OF
METHODS: to
The
Statistical
Application in Various Fields, Vol. 2, No. 2, pp. 45-53.
29
Aplikasi Model Generalized Space Time Autoregressive.......(Dhoriva dkk)
Wei,
W.W.S.
(2006).
Analysis: Multivariate edition.
Time
series
Univariate
and
Methods.
Boston
:
Wesley Publishing Co.,
30
2nd
Addison-