APLIKASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI DAGING BUAH MERAH (Psidium guajava var. pomifera) PADA PROSES TRANSPORTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
KRISTIAN EDO ZULFAMY
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah (Psidium guajava var. pomifera) pada Proses Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Kristian Edo Zulfamy C34080065
RINGKASAN KRISTIAN EDO ZULFAMY. C34080065. Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah (Psidium guajava var. pomifera) pada Proses Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan RONI NUGRAHA. Transportasi ikan nila hidup yang umumnya digunakan oleh pembudidaya adalah teknik transportasi sistem basah. Kendala utama pada aplikasi teknik sistem basah adalah jumlah kapasitas angkut yang sedikit. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah air untuk meningkatkan kapasitas angkut ikan, namun metode tersebut cukup riskan karena peningkatan densitas ikan berisiko terhadap tingkat ketahanan hidup dan kerusakan fisik yang muncul akibat gesekan antar ikan dengan wadahnya. Metode alternatif lain yang dapat menjadi solusi kendala di atas adalah penambahan ekstrak daun jambu biji daging buah merah (Psidium guajava var. pomifera) ke dalam media transportasi ikan nila. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada transportasi ikan nila hidup, mengetahui kemampuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah dalam menghambat metabolit ikan nila selama transportasi, dan menentukan konsentrasi optimal ekstrak daun jambu biji daging buah merah sebagai agen antimetabolit selama transportasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan inti. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk memperoleh data konsentrasi letal median (LC50) ekstrak daun jambu biji guna dijadikan dasar penentuan dosis ekstrak dalam penelitian inti. Penelitian inti bertujuan menguji ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 0%, 0,25%, 0,50%, dan 0,75% dalam aplikasi transportasi ikan nila. Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh ekstrak terhadap penurunan laju (inhibisi) metabolit dan tingkat stres ikan nila selama transportasi melalui rangkaian uji analisis kualitas air (suhu, DO, CO2, pH, TAN, dan turbiditas) dan kadar glukosa darah. Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap parameter-parameter kualitas air dan tingkat stres menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 0,25% memiliki keunggulan terhadap parameter suhu, konsentrasi DO, konsentrasi CO2, nilai pH, dan turbiditas dibandingkan perlakuan lainnya, dimana konsentrasi ekstrak 0,25% mampu mempertahankan kondisi yang relatif lebih stabil terhadap parameter-parameter tersebut dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan dengan konsentrasi 0,75% menunjukkan hasil yang dominan unggul terhadap pengujian nilai TAN dan kadar glukosa darah. Namun demikian, perlakuan dengan konsentrasi 0,25% dinilai sebagai dosis yang paling efektif untuk aplikasi transportasi ikan nila. Pada dosis tersebut dapat mereduksi tingkat metabolit ikan (yang diindikasikan dari nilai TAN) dan tidak mengakibatkan stres yang dominan dengan sedikit perubahan kadar glukosa darah yang relatif rendah serta dapat mempertahankan kondisi media angkut lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
APLIKASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI DAGING BUAH MERAH (Psidium guajava var. pomifera) PADA PROSES TRANSPORTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
KRISTIAN EDO ZULFAMY C34080065
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul
:
Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah (Psidium guajava var. pomifera) pada Proses Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Nama
:
Kristian Edo Zulfamy
NIM
:
C34080065
Program Studi
:
Teknologi Hasil Perairan
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS., M.Phil. NIP. 19580511 198503 1 002
Roni Nugraha, S.Si., M.Sc. NIP. 19830421 200912 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS., M.Phil. NIP. 19580511 198503 1 002
Tanggal Pengesahan: ...............................
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang berjudul “Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah (Psidium guajava var. pomifera) pada Proses Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir, terutama kepada: 1.
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, M.S., M.Phil., selaku dosen pembimbing pertama dalam pembuatan tugas akhir ini, yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, arahan, dan semangat dalam penelitian dan peyusunan skripsi ini kepada penulis.
2.
Roni Nugraha, S.Si., M.Sc., selaku dosen pembimbing kedua dalam pembuatan tugas akhir ini, yang senantiasa memberikan arahan, nasihat, semangat, dan dukungan baik dalam penelitian dan dalam pembuatan skripsi kepada penulis.
3.
Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol., selaku dosen penguji tamu dan Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perairan, yang telah membantu kelancaran studi, memberikan nasihat, dan arahan serta memberikan motivasi kepada penulis.
4.
Bapak Ruby Howeri, Ibu Dewi Christina, Emak, dan Gunang tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materi serta panjatan doa yang selalu mengiringi penulis.
5.
Om Rudhi dan Tante Nana yang telah membantu kelancaran studi, memberikan motivasi, arahan, bimbingan khusus, dan dukungan baik moril maupun materi serta doa kepada penulis baik dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
6.
Wina Novila, Rhesa Agung M., Theorema H., dan Vini O. selaku teman satu tim dalam penelitian yang selalu memberikan semangat, kritikan, bantuan, dan doa kepada penulis baik dalam kegiatan penelitian maupun penyusunan skripsi.
7.
Laboran Lab. Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan (Mbak Lastri dan Mas Epul), Laboran Lab. Lingkungan (Pak Jajang dan Mas Abe), Laboran Lab. Biokimia Hasper (Ibu Ema), dan Laboran Lab. Preservasi dan Pengolahan Hasper (Mas Zacky) yang senantiasa membantu kegiatan penelitian penulis.
8.
Shanty Nathalia M., Hafiz F.A., Misran, Dinie D. Bakri, Fahrul Irianto, dan Putu yang memberikan bantuan berupa tenaga dan pikiran kepada penulis baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi.
9.
Virza M., Ivan Taufik, Inessya F, Ryanda R., Anggi M., dan Mudita yang selalu memberikan semangat dan nasehat serta menemani hari-hari dalam suka dan duka selama penelitian dan pembuatan skripsi.
10.
Yunita P.D. (Nona) dan Segenap warga Lab. Ombenk (Hardi, Esa, Rico, Ukon, Aksar, Elka) yang memberikan saran dan masukan serta pengajaran dalam revisi skripsi.
11.
Teman-teman THP 45 dan kakak tingkat atas kebersamaannya bersama penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
proposal penelitian ini, oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, Februari 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Juli 1990. Mengawali pendidikan dasar di SD Negeri Bantar Jati 5 Kota Bogor pada tahun 1996 dan menyelesaikannya pada tahun 2002. Melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Kota Bogor (2002-2005) dan menamatkan
pendidikan
menengah
atasnya
di
SMA Negeri 3 Kota Bogor (2005-2008). Tahun 2008 diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis hingga saat ini masih berstatus aktif sebagai Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan angkatan 45. Selain itu, pernah memiliki pengalaman sebagai Asisten praktikum mata kuliah Teknologi Penanganan dan Transportasi Biota Perairan pada Semester Alih Tahun T.A. 2009-2010 kurikulum Mayor-Minor, dan pada Semester Ganjil T.A. 2010-2011 diberi kepercayaan menjadi Koordinator Asisten pada mata kuliah yang sama.
Pada T.A. 2010-2011, mendapatkan
kepercayaan kembali untuk mengemban tugas sebagai Koordinator Asisten THP314 Program Sarjana, dan pada tahun yang sama juga diberi kepercayaan sebagai Tim Asisten Mata Kuliah Teknologi Penanganan dan Transportasi Hasil Perairan Tingkat Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah (Psidium guajava var. pomifera) pada Proses Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, di bawah bimbingan Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS., M.Phil. dan Roni Nugraha, S.Si. M.Sc.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv 1. PENDAHULUAN ........................................................................................
1
1.1
Latar Belakang................................................................................... .
1
1.2
Tujuan ................................................................................................ .
3
2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
4
2.1
Komposisi Kimia dan Aplikasi Daun Jambu Biji ............................. (P. guajava var. pomifera) .. ...............................................................
4
2.2
Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ............
5
2.3
Moda Transportasi Ikan Nila (O. niloticus) Hidup.............................
6
2.4
Fisiologi Ikan Nila (O. niloticus) selama Transportasi.......................
7
2.5
Metode Penurunan Proses Metabolisme Ikan selama Transportasi ...
8
2.5.1 Teknik imotilisasi ...................................................................... 2.5.2 Pengurangan metabolit ..............................................................
8 9
3. METODOLOGI ............................................................................................ 10 3.1
Waktu dan Tempat .............................................................................. 10
3.2
Bahan dan Alat .................................................................................... 10
3.3
Metode Penelitian................................................................................ 10 3.3.1 Penelitian pendahuluan ............................................................. 11 3.3.2 Penelitian inti ............................................................................ 12
3.4
Analisis Kualitas Air ........................................................................... 13
3.5
Analisis Data ....................................................................................... 15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 17 4.1
Pengujian Konsentrasi Letal Median (LC50) Ekstrak Daun .............. Jambu Biji Daging Buah Merah pada Transportasi Ikan Nila ........... 17
4.2
Respon Tingkah Laku Ikan Nila (O. niloticus) selama Transportasi. 18
4.3
Pengujian Suhu Media Selama Transportasi ...................................... 20
4.4
Pengujian Kadar Oksigen Terlarut (DO) Media ................................ selama Transportasi ............................................................................ 22
4.5
Pengujian Kadar Karbon Dioksida (CO2) selama .............................. Transportasi ....................................................................................... . 24
4.6
Pengujian Nilai pH Media selama Transportasi ................................. 27
4.7
Pengujian Total Amoniak Nitrogen (TAN) selama Transportasi ....... 29
4.8
Pengujian Tingkat Turbiditas Media selama Transportasi ................. 31
4.9
Pengujian Kadar Glukosa Darah ........................................................ 33
4.10 Efektivitas Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging ...................... Buah Merah terhadap Tingkat Eksresi Ikan Nila selama ................... Transportasi ........................................................................................ 35 5. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 37 5.1
Simpulan ............................................................................................. 37
5.2
Saran ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
DAFTAR TABEL Halaman 1 Rancangan percobaan penelitian inti .............................................................. 13 2 Metode pengukuran kualitas air ...................................................................... 14 3 Data mortalitas ikan nila selama pengujian LC50 ekstrak daun ...................... jambu biji daging buah merah ........................................................................ 17 4 Hasil pengujian nilai glukosa darah ikan nila ................................................ 33
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tanaman jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera) ............
4
2 Ikan nila (O. niloticus) ..................................................................................
5
3 Diagram alir prosedur kerja penelitian pendahuluan ..................................... 11 4 Diagram alir prosedur kerja penelitian inti .................................................... 12 5 Respon tingkah laku ikan nila (O. niloticus) selama transportasi .................. 19 6 Grafik perubahan suhu media selama transportasi......................................... 21 7 Grafik perubahan kadar oksigen terlarut (DO) selama transportasi............... 22 8 Grafik perubahan nilai karbon dioksida (CO2) selama transportasi............... 24 9 Grafik perubahan nilai pH selama transportasi .............................................. 27 10 Grafik perubahan nilai TAN selama transportasi ........................................... 30 11 Grafik perubahan nilai turbiditas selama transportasi .................................... 32
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tabel hasil pengukuran bobot ikan nila ......................................................... 42 2 Gambaran visualisasi ikan nila selama transportasi ....................................... 43 3 Tabel hasil pengujian parameter kualitas air selama transportasi .................. 44 4 Tabel hasil analisis probit nilai LC50 ekstrak daun jambu biji ...................... daging buah merah ........................................................................................ 45 5 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-30 ....................................... 46 6 Tabel Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap suhu, kadar CO2, .................... nilai TAN, dan turbiditas pada menit ke-30 .................................................. 47 7 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-60 ....................................... 48 8 Tabel Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap kadar CO2, nilai TAN, ........... dan turbiditas pada menit ke-60 .................................................................... 49 9 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-90 ....................................... 50 10 Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap kadar DO, kadar CO2, ...................... nilai TAN dan turbiditas pada menit ke-90 ................................................... 51 11 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-120 ..................................... 52 12 Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap kadar DO, ......................................... nilai TAN dan turbiditas pada menit ke-120 ................................................. 53
1.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Animo masyarakat kini terhadap ikan konsumsi dalam bentuk hidup
semakin tinggi karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan segar yang berkualitas dan sehat. Perkembangan ini terlihat dengan adanya peningkatan permintaan ikan hidup yang terus naik, sebagaimana yang dialami oleh ikan air tawar. Peningkatan jumlah permintaan tersebut telah diantisipasi dengan upaya meningkatkan jumlah produksinya. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mencatat, bahwa jumlah produksi ikan jenis air tawar meningkat pada tahun 2009 sampai 2010, yaitu sebesar 4,70 juta ton menjadi 5,48 juta ton per tahun (KKP 2011a). Salah satu komoditas air tawar andalan yang jumlah permintaannya selalu meningkat per tahunnya adalah ikan nila (Oreochromis niloticus).
Ikan nila
merupakan jenis ikan yang sudah dikenal secara global. Kelebihan komoditas ini terdapat pada rasa daging ikan yang khas dan duri yang sedikit, sehingga membuat banyak orang menyukainya. Ikan nila memiliki karakteristik daging yang putih dengan rendemen daging yang tinggi. Statistik Perikanan Indonesia menunjukkan jumlah produksi ikan nila nasional meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, sebesar 16,44 %, yaitu pada tahun 2009 sebesar 323.306 ton menjadi 450.524 ton pada tahun 2010 (KKP 2011b), sedangkan data perikanan dunia yang dihimpun oleh Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan produksi nila dunia pada tahun 2010 mencapai 2.538.052 ton. Dengan demikian, produksi nila di Indonesia memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi global ikan nila, sebanyak 17,75 %. Kondisi di atas menunjukkan bahwa komoditas nila memiliki peranan penting dalam industri perikanan nasional dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan pada skala yang lebih besar. Namun demikian, penyediaan ikan nila ukuran konsumsi dalam kondisi hidup masih menjadi kendala, dan sebagian besar sistem distribusi ikan nila di pasaran dilakukan dalam kondisi mati. Sistem distribusi yang masih dilakukan secara konvensional diduga menjadi faktor penyebab kendala penyediaan ikan nila ukuran konsumsi dalam kondisi
hidup. Sebagaimana diketahui, penjualan ikan nila dalam kondisi hidup dapat meningkatkan nilai jual. Oleh karena itu, penjualan ikan nila dalam kondisi hidup harus lebih giat digencarkan guna meningkatkan nilai tambahnya. Nilai tambah tersebut bukan hanya terhadap kesegaran dan kualitas daging saja, tetapi juga mempengaruhi harga jual produk di pasaran. Umumnya ikan nila dalam kondisi hidup memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Didasari hal tersebut, para pembudidaya kini berusaha menjualnya dalam kondisi hidup, sehingga diperlukan teknik transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan sampai ke tangan konsumen dalam kondisi masih hidup. Transportasi ikan nila hidup yang selama ini umum digunakan oleh pembudidaya adalah teknik transportasi sistem basah. Syamdidi et al. (2006) mengungkapkan bahwa dalam aplikasi teknik transportasi sistem basah dibutuhkan suatu wadah untuk menampung media dan ikan berupa wadah blong atau drum plastik. Kendala utama pada aplikasi teknik sistem basah adalah jumlah kapasitas angkut yang sedikit. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah air untuk meningkatkan kapasitas angkut ikan, namun metode tersebut cukup riskan karena peningkatan densitas ikan berisiko terhadap tingkat ketahanan hidup dan kerusakan fisik yang muncul akibat gesekan antar ikan dengan wadahnya. Melihat kecenderungan para pembudidaya yang masih mengandalkan teknik transportasi sistem basah, maka diujikanlah suatu metode alternatif lain yang dapat menjadi solusi kendala di atas, yaitu berupa pemberian perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah putih (Psidium guajava var. pyrifera) ke dalam media transportasi ikan nila dengan tujuan mereduksi metabolit ikan selama transportasi. Pada konsentrasi 1% ekstrak daun P. guajava var. pyrifera mampu secara optimal mereduksi metabolit ikan nila selama 2 jam transportasi (Novila 2012), namun penggunaan ekstrak
daun P. guajava var. pyrifera
sebanyak 1% masih dinilai kurang efisien. Berawal dari hal tersebut, diajukanlah penelitian berupa penambahan ekstrak daun jambu biji dari varietas lain, yaitu jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera), yang diduga memiliki aktivitas serupa, namun memiliki daya efektivitas yang lebih baik.
Berdasarkan publikasi BALITTRO (2006), daun jambu biji daging buah merah diketahui memiliki keunggulan lain, yaitu mampu mengatasi demam berdarah melalui penghambatan enzim reverse transcriptase dari virus dengue oleh senyawa tanin dalam ekstrak. Selain itu, pemberian ekstrak kering daun jambu biji daging buah merah selama 5 hari mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000/µL, pemberian ekstrak kering setiap 4-6 jam meningkatkan jumlah trombosit >100.000/µL setelah 12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti. Birdi et al. (2010) mengungkapkan aktivitas anitimetabolit ekstrak daun jambu biji disebabkan adanya komponen kuersetin yang mampu menghambat pelepasan asetilkolin yang berdampak terhadap aktivitas metabolisme. Menurut Sanda et al. (2011), ekstrak daun jambu biji daging buah merah juga memiliki beberapa
aktivitas
lain,
diantaranya
sebagai
antioksidan,
antimikroba,
antidepresan, antitusif, dan antiinflamasi. Mengingat tingginya potensi daun jambu biji daging buah merah, maka perlu dilakukan kajian lebih dalam mengenai potensi pemaanfaatannya dalam aplikasi tansportasi ikan nila hidup.
1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini untuk mempelajari aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada transportasi ikan nila hidup, mempelajari kemampuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah dalam menghambat metabolit ikan nila selama transportasi, dan menentukan konsentrasi optimal ekstrak daun jambu biji daging buah merah sebagai agen antimetabolit selama transportasi.
2.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi Kimia dan Aplikasi Daun P. guajava var. pomifera Jambu biji (Psidium guajava) merupakan salah satu produk hortikultura
yang termasuk komoditas internasional. Lebih dari 150 negara membudidayakan tanaman tropis ini, diantaranya Jepang, India, Taiwan, Malaysia, Brasil, Australia, Filipina, dan Indonesia (Parimin 2007). P. guajava merupakan jenis tanaman yang berasal dari Amerika Selatan yang secara tradisional digunakan sebagai obat di beberapa bagian dunia untuk mengobati beberapa penyakit. Tanaman jambu biji memiliki dua varietas yang umum digunakan sebagai obat, antara lain jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera) dan jambu biji daging buah putih (P. guajava var. pyrifera) (Barbalho et al. 2012). Bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan sebagai obat herbal, antara lain daun, buah, kulit dan akar (Gutiérrez et al. 2008). Visualisasi tanaman jambu biji daging buah merah disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Tanaman P. guajava var. pomifera Sumber: Parimin (2007)
Menurut Gutiérrez et al. (2008), dari sekian banyak bagian tanaman jambu biji yang dapat dimanfaatkan, bagian daunlah yang dinilai paling potensial dalam aplikasi farmakologi. Hal tersebut karena di dalam daun terkandung berbagai komponen aktif, diantaranya minyak esensial, flavonoid dan saponin yang dikenal dengan
flavonoid
avicularin
dan
3-L-4pyranoside
dengan
kemampuan
antibakterinya yang kuat serta beberapa substansi lainnya, misal lemak, selulosa, klorofil dan garam mineral. Studi kajian etno farmakologi menunjukkan bahwa daun jambu biji dimanfaatkan di berbagai belahan dunia sebagai antiinflamasi,
antidiabetes, antihipertensi, pengobatan pada luka, analgesik, dan efek antipiretik.
2.2
Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Nila (O. niloticus) Ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara
membudidayakannya yang mudah, rasa yang digemari, harga relatif terjangkau, dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan (Gustiano & Arifin 2010). Visualisasi morfologi ikan nila disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Ikan nila (O. niloticus) Sumber: Fishbase (2012)
Klasifikasi ikan nila berdasarkan Trewavas (1983) dalam Suyanto (2008) termasuk dalam Filum: Chordata, Sub-Filum : Vertebrata, Kelas: Osteichthyes, Sub-Kelas:
Acanthoptherigii,
Ordo:
Percomorphi,
Sub-Ordo:
Percoidea,
Famili: Cichlidae, Genus: Oreochromis, dan Spesies: Oreochromis niloticus. Ciri morfologi ikan nila (O. niloticus), antara lain memiliki tubuh pipih ke samping memanjang, warna tubuh kehitaman, semakin ke perut semakin terang. Ikan nila memliki garis vertikal 9-11 buah bewarna hijau kebiruan. Sirip ekor memiliki 6-12 garis melintang yang ujungnya bewarna kemerah-merahan, sedangkan pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Ciri meristik ikan nila, antara lain jumlah sisik pada garis rusuk sebanyak 34 buah, jari-jari siripnya terdiri dari 17 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak pada sirip punggung, 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak pada sirip perut, 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak pada sirip anal, dan 8 jari-jari keras melunak pada sirip ekor (Kordi 2009). Ikan nila terdistribusi dibeberapa belahan dunia, diantaranya di Afrika bagian timur, yaitu Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan ini lalu mulai diintroduksi ke negara-negara bagian Eropa, Amerika,
kawasan Timur Tengah, dan Asia (Suyanto 2008). Ikan nila diintroduksi dari Taiwan ke Indonesia pada tahun 1969. Jenis-jenis ikan nila yang didatangkan dari luar merupakan strain unggul dan melalui upaya tersebut diharapkan dapat memperbaiki mutu genetik ikan nila. Varietas strain nila yang didatangkan dari luar diantaranya, nila bewarna hitam yang didatangkan dari Thailand pada tahun 1989 (Chitralada), Filipina pada tahun 1994 dan 1997 (GIFT), sedangkan jenis nila merah didatangkan dari Thailand pada tahun 1989 (NIFI). Beberapa nila hasil pemuliaan di Indonesia, antara lain nila gesit, nila nirwana, nila larasati, dan nila BEST (Gustiano & Arifin 2010). Ikan nila terkenal sebagai ikan yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan hidupnya, misal salinitas. Ikan ini mampu hidup pada kisaran salinitas 0-35‰. Nilai pH habitat ikan nila, 6-8,5 dengan kisaran pH pertumbuhan optimalnya adalah 7-8. Suhu optimal lingkungan hidup ikan nila, 25-30ºC, sehingga ikan ini cocok untuk dipelihara di daerah dataran rendah hingga dataran yang agak tinggi (500 m dpl) (Suyanto 2008).
2.3
Moda Transportasi Ikan Nila Hidup Transportasi atau pengangkutan adalah suatu usaha menempatkan ikan
dalam lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Faktor yang paling berpengaruh dalam mencapai keberhasilan penanganan ikan hidup adalah perlakuan saat pengangkutan. Transportasi ikan hidup berdasarkan media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu transportasi ikan hidup dengan menggunakan media air dan transportasi ikan hidup menggunakan media non-air (Junianto 2003). Pengangkutan ikan nila hidup umumnya dilakukan terhadap benih yang sistem pengangkutannya terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengangkutan sistem basah terbuka dan sistem basah tertutup.
Pada proses pengangkutan sistem
terbuka, ikan diangkut menggunakan keramba, setiap keramba dapat diisi air bersih sebanyak 15 liter dan dapat mengangkut sekitar 5.000 ekor benih yang berukuran 3-5 cm. Metode ini umumnya dilakukan ketika mengangkut benih dalam jarak dekat. Sedangkan pengangkutan sistem tertutup umumnya dilakukan
untuk transportasi benih dalam jarak jauh, yang memerlukan waktu 4-5 jam. Pada jenis transportasi ini benih diangkut menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih sebanyak 5 liter yang diberi buffer Na(HPO4).H2O sebanyak 9 g (Gustiano & Arifin 2010). Pengangkutan ikan nila konsumsi umumnya menggunakan metode yang sama halnya dengan pengangkutan benih. Wadah yang digunakan untuk mengangkut ikan hidup dapat dibuat lebih besar atau lebih banyak, baik dalam kantong plastik maupun dalam tong plastik. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak boleh terlalu padat. Untuk lama waktu pengangkutan 10 jam kepadatan berkisar 5-6 kg/kantong plastik. Apabila jarak yang ditempuh lebih dari 10 jam, maka gas harus diganti setiap 10 jam (Gustiano & Arifin 2010).
2.4
Fisiologi Ikan Nila selama Transportasi Hal utama yang paling menentukan keberhasilan kegiatan pemanenan ikan
adalah proses transportasi yang sanggup mempertahankan kualitas produk hingga akhir tujuan (Serra et al. 2011). Selama proses transportasi berlangsung, ikan akan ditempatkan dalam lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Perubahan lingkungan yang sangat mendadak dapat mengakibatkan ikan menjadi stres dan mengalami perubahan tingkah laku (hiperaktif) (Junianto 2003). Efekefek stimuli selama transportasi dapat menyebabkan meningkatnya sekresi katekolamin dan kortisol pada ikan. Stres adalah suatu keadaan saat suatu organisme tidak mampu mengatur kondisi fisiologis yang normal karena berbagai faktor yang merugikan yang mempengaruhi kondisi kesehatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres ikan, antara lain stresor kimiawi (kualitas air buruk: DO rendah, pH tidak sesuai; polusi; komposisi pakan; dan senyawa nitrogen berupa sisa metabolisme), stresor fisik (suhu lebih tinggi atau lebih rendah, cahaya berlebih atau kurang, suara, dan gas-gas terlarut), stresor biologis (densitas populasi terlalu tinggi, multikultur,
parasit,
dan
keberadaan
mikroba),
dan
stresor
prosedural
(penanganan, pengiriman/transportasi, penanganan penyakit) (Irianto 2005). Stres fisiologis akan terakumulasi ketika ikan dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lain, baik secara individu maupun berkelompok. Stres fisiologis diperparah akibat terjadinya abrasi serius dan kejutan mekanis, terutama akibat ikan yang merontaronta (Ross & Ross 2008).
2.5
Metode Penurunan Proses Metabolisme Ikan selama Transportasi Penurunan metabolisme merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi buangan hasil metabolisme yang bersifat toksik selama transportasi. Hal ini bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ikan sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan yang ditransportasikan tetap tinggi. Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan pasca proses transportasi mengindikasikan keberhasilan proses transportasi. Metode-metode yang dapat diaplikasikan untuk menurunkan laju metabolisme ikan selama transportasi, diantaranya teknik imotilisasi dan pengurangan metabolit. 2.5.1 Teknik imotilisasi Pembiusan atau imotilisasi ikan untuk tujuan transportasi dapat dilakukan dengan penurunan suhu maupun penambahan senyawa kimia. Pembiusan dengan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, diantaranya pembiusan secara langsung dan secara bertahap. Sedangkan pembiusan dengan pemberian senyawa anestesi dilakukan dengan menambahkan senyawa anestesi ke dalam media dengan konsentrasi tertentu hingga ikan masuk dalam fase sedatif. Pembiusan ikan dengan suhu rendah lebih menguntungkan daripada menggunakan bahanbahan kimia. Hal ini disebabkan dalam penggunaan suhu rendah lebih murah dan aman digunakan karena tidak didapatkan residu kimia yang dapat membahayakan konsumen (Junianto 2003). Pembiusan secara langsung dilakukan dengan memasukkan ikan yang akan dibius ke dalam media air yang telah didinginkan sampai suhu pembiusan. Sedangkan pembiusan secara bertahap dilakukan dengan menurunkan suhu media secara bertahap sampai suhu pembiusan tercapai (Junianto 2003). Syamdidi et al. (2006) menyatakan bahwa metode penurunan suhu secara bertahap merupakan dasar penyusunan teknologi transportasi ikan hidup. Metode yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu media air secara bertahap dengan kecepatan 5 ºC/jam sampai ikan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
2.5.2 Pengurangan metabolit Penggunaan suhu rendah untuk transportasi ikan hidup terbukti cukup efektif untuk mengurangi aktivitas ikan selama transportasi dan meningkatkan ketahanan hidup ikan. Sebagaimana diketahui, perlakuan penurunan suhu dapat menekan respirasi dan aktivitas ikan (Syamdidi et al. 2006). Aplikasi suhu rendah dalam transportasi sistem tertutup dapat dilakukan dengan menambahkan es batu ke dalam kantong yang berisikan media sebanyak 10-15 L hingga suhu mencapai 18ºC (Nugroho & Sulhi 2011). Alternatif lain untuk meningkatkan ketahanan hidup ikan selama transportasi dapat dilakukan dengan menambahkan ekstrak daun jambu biji daging buah putih ke dalam media transportasi. Selama simulasi transportasi, ekstrak dapat menurunkan laju ekskresi ikan. Penurunan laju ekskresi ikan disebabkan aktivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putih yang dapat memberikan efek penghambatan terhadap buangan ikan (Novila 2012). Buangan ikan mengandung amoniak yang dalam jumlah tinggi dapat bersifat toksik terhadap ikan selama proses transportasi.
Hasil penelitian
Novila (2012) menyatakan bahwa ekstrak daun jambu biji daging buah putih mampu menghambat laju ekskresi ikan nila (O. niloticus) selama transportasi 2 jam, sehingga meminimalkan akumulasi amoniak di dalam air selama transportasi. Konsentrasi optimal aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah putih dalam proses transportasi ikan nila sebesar 1%.
3.
3.1
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus
tahun 2012. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan Biokimia Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan serta Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari bahan utama
dan bahan pembantu. Bahan utama yang digunakan, yaitu ikan nila (O. niloticus), daun jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera) dengan posisi daun 3-4 daun dari bagian pucuk, dan media air. Ikan nila yang digunakan dalam pengujian berada pada stadia konsumsi (200-250 g) dan diperoleh dari kolam budidaya di Desa Cipetir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Selain itu, daun jambu biji daging buah merah yang dijadikan bahan ekstrak diperoleh di perkebunan jambu biji Budi Agung, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Bahan-bahan pembantu yang digunakan, antara lain air, aquades, NaOH, chlorox, fenolftalein (PP), larutan phenate, MnSO4, dan NH3. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, diantaranya wadah transportasi, timbangan digital (Tanita), simulator transportasi, gelas ukur, ember, timer, multimeter parameter kualitas air Water Quality Meter (TOA DKK), pH meter (Thermo Orion 3 Star), Erlenmeyer, Beaker glass, aerator, buret, tes kit glukosa darah (Gluco DR), blender, kertas saring kasar, pipet mikro, turbidimeter (Hach), pipet volumetrik (0,5 mL, 1 mL, dan 2 mL), dan spektrofotometer.
3.3
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan inti.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi dasar yang akan digunakan pada penelitian inti.
3.3.1 Penelitian pendahuluan Penentuan nilai konsentrasi letal median (LC50) ekstrak daun jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera) dilakukan dalam penelitian pendahuluan. Diagram alir prosedur penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 3.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Penimbangan masing-masing ikan sebanyak 1 kg untuk setiap toples
Penyiapan 4 buah toples sebagai wadah pengujian yang masingmasing berisikan media air
Pengujian ikan dalam toples yang masing-masing berisikan ekstrak daun P. guajava var. pomifera dengan tingkatan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%
Pengamatan jumlah mortalitas ikan selama 3 jam
Rekapitulasi data hasil pengujian
Gambar 3 Diagram alir prosedur kerja penelitian pendahuluan Ikan nila masing-masing sebanyak 1 kg diaklimatisasi dalam 3 wadah toples berbeda yang berisikan media air sebanyak 3 L. Selanjutnya, larutan ekstrak daun jambu biji daging buah merah dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% ditambahkan pada masing-masing toples. Pengamatan dilakukan selama 3 jam terhadap tingkat mortalitas ikan. Data jumlah ikan yang mati diolah dengan analisis probit (SPSS 16.0) untuk penentuan nilai konsentrasi letal median (LC 50) ekstrak daun jambu biji daging buah merah.
Metode pembuatan ekstrak daun jambu biji daging buah merah diacu dari Birdi et al. (2010), jenis ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Ekstrak dibuat berdasarkan perbandingan antara daun jambu biji daging buah merah dan pelarut polar (aquades), yaitu 1:16. Mekanisme pembuatannya dilakukan dengan menghaluskan sejumlah daun jambu biji daging buah merah dengan perbandingan tertentu menggunakan blender. Daun yang telah dihaluskan dimasukkan dalam Beaker glass yang berisi pelarut dengan volume tertentu, kemudian
proses
ekstraksi dilakukan hingga volume ekstrak (daun jambu:pelarut) tereduksi ¼ bagian volume asal. Selanjutnya, ekstrak kasar disaring dengan kertas saring. Hasil penyaringan dijadikan larutan stok ekstrak daun jambu biji daging buah merah dengan konsentrasi 100%. 3.3.2 Penelitian inti Penelitian inti dilakukan setelah penentuan konsentrasi letal median (LC50) ekstrak daun
P. guajava var. pomifera.
Dalam penelitian inti dilakukan
pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap kemampuan inhibisi metabolit ikan nila selama transportasi. Rincian prosedur penelitian utama disajikan pada Gambar 4. Ikan Nila (O. niloticus)
Penimbangan masing-masing ikan sebanyak 1 kg untuk kontrol dan setiap wadah bersekat Penyiapan 4 buah wadah transportasi berisikan media air (perbandingan ikan dan air, yaitu 1:3)
Pengujian ikan dalam transportasi yang masing-masing berisikan ekstrak daun P. guajava var. pomifera dengan tingkatan konsentrasi (0%, 0,25%, 0,50%, dan 0,75%)
Pengujian kualitas air setiap 30 menit selama 2 jam
Rekapitulasi data hasil pengujian
Gambar 4 Diagram alir prosedur kerja penelitian inti
Ikan nila sebanyak 1 kg ditimbang untuk masing-masing perlakuan uji. Ikan nila dimasukkan ke dalam wadah toples yang telah berisi air dengan perbandingan antara ikan dan air yang digunakan selama simulasi adalah 1:3. Ekstrak daun P. guajava var. pomifera dimasukkan dengan konsentrasi 0%, 0,25%, 0,50%, dan 0,75%. Simulasi dilakukan selama dua jam dan dilakukan dengan simulator transportasi, yakni pada setiap jam dilakukan pengambilan sampel air secara duplo untuk pengujian kualitas air. Parameter kualitas air yang akan diuji, diantaranya suhu, O2, CO2, pH, dan amoniak. Kadar amoniak yang diuji merupakan indikator dari penghambatan laju ekskresi dari ikan nila. Selain itu, pengujian kadar glukosa darah ikan dilakukan sebelum dan pasca proses transportasi dengan cara melakukan pengambilan darah dibagian pangkal ekor kemudian sampel darah diuji dengan alat indikator glukosa darah. Penelitian inti terdiri dari 4 taraf yang berupa perbedaan tingkatan konsentrasi ekstrak daun P. guajava var. pomifera. Setiap taraf terdiri dari dua ulangan, dan dari setiap ulangan diambil sampel airnya secara duplo untuk pengujian kualitas air selama simulasi transportasi.
Ilustrasi perancangan
percobaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan percobaan penelitian inti Perlakuan
Ulangan 0
Konsentrasi ekstrak P. Guajava var. pomifera (%)
0,25
0,50
0,75
3.4
Parameter
1 2 1 2
Suhu, Oksigen terlarut, Karbon
1
dioksida, pH, TAN, Turbiditas
2 1 2
Analisis Kualitas Air Analisis kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air selama
simulasi transportasi berlangsung. Parameter-parameter kualitas air yang diukur selama pengujian, diantaranya suhu, dissolved oxygen (DO), karbon dioksida
(CO2), nilai pH, total amoniak nitrogen (TAN), dan turbiditas. Metode pengukuran terhadap parameter kualitas air disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Metode pengukuran kualitas air Parameter
Alat
Cara Pengukuran
Suhu
Multimeter
Pembacaan skala
Turbiditas
Turbidimeter
Pembacaan skala
DO
DO-meter
Pembacaan skala
CO2
Alat gelas
Titrasi
pH
pH-meter
Pembacaan skala
TAN
Spektrofotometer
Pembacaan skala
Pengukuran karbon dioksida (CO2) (Dye 1958 dalam Novriani 2009) Karbon dioksida (CO2) diukur menggunakan alat gelas dengan metode titrasi sebagai berikut: air uji sebanyak 25 mL dipipet dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Indikator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes ditambahkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer. Air sampel dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titran yang digunakan kemudian dicatat. Konsentrasi CO2 air uji dapat diketahui melalui perhitungan dengan rumus: A × N × 44 × 1000 2 CO2 mg/L = ml air sampel Keterangan: A = mL Na2CO3 N = normalitas Na2CO3 44 = bobot molekul CO2 Pengukuran TAN (Wheatherburn 1967 dalam Novriani 2009) Total amonia nitrogen (TAN) diukur menggunakan alat spektrofotometer dengan metode sebagai berikut: sampel air dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam Beaker glass 100 mL. Larutan standar NH4Cl sebanyak 25 mL disiapkan dari larutan standar amonia. Blanko dibuat dengan menggunakan
25 mL akuades. Satu tetes MnSO4, 0,5 mL chlorox, dan 0,6 mL phenate ditambahkan ke dalam larutan standar, air uji, dan blanko sampai warna biru kehijauan kemudian dibiarkan sampai 15 menit. Spektrofotometer diatur absorbansi 0 dan panjang gelombang 630 nm menggunakan larutan blanko. Konsentrasi TAN dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
TAN mg/L =
Cst × As Ast
Keterangan : Cst = konsentrasi larutan standar As = Nilai absorban sampel Ast = Nilai absorban standar 3.5
Analisis Kadar Glukosa Darah Pengujian kadar glukosa darah ikan nila dilakukan sebelum dan pasca
simulasi transportasi. Sebanyak satu ekor ikan nila diambil darahnya kemudian sampel darahnya diuji dengan tes kit glukosa darah (Gluco DR). Nilai yang tertera pada alat merupakan gambaran kadar glukosa darah ikan yang ditampilkan dengan satuan mg/dL.
3.6
Analisis Data Efektivitas konsentrasi ekstrak daun P. guajava var. pomifera terhadap
penghambatan laju ekskresi ikan nila (O. niloticus) dianalisis dengan rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dimana ekstrak daun jambu biji merah sebagai faktor dan perbedaan konsentrasi ekstrak daun P. guajava var. pomifera sebagai taraf. Hipotesis merupakan pendugaan terhadap pengaruh perlakuan yang diujikan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut. H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah yang diujikan tidak memberikan efek penghambatan terhadap laju ekskresi ikan nila selama transportasi. H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah yang diujikan memberikan efek penghambatan terhadap laju eksrkesi ikan nila selama transportasi.
Model rancangan matematika RAL, sebagai berikut:
Yij = µ + τi + εij Keterangan: Yij µ τi εij
= = = =
Respon pengaruh perbedaan suhu media air pada taraf ke-i ulangan ke-j Pengaruh rata-rata umum Pengaruh penyimpanan pada taraf ke-i Pengaruh acak (galat percobaan) pada penyimpanan ke-i ulangan ke-j
Model rancangan diuji dengan program pengolah data SPSS 16.0 berupa analisis ragam pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Pentabulasian data ini dianalisis menggunakan program pengolah data SPSS 16.0. Apabila hasil perhitungan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, maka akan dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji lanjut Duncan, sebagai berikut:
Rp = q (Σ p; dbs; α)
𝑘𝑡𝑠 𝑟
Keterangan: Rp p dbs α kts r
= Nila kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan = perlakuan = derajat bebas = pengaruh durasi penyimpanan = jumlah kuadran tengah = ulangan
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu faktor kritis penentu keberhasilan kegiatan pascapanen perikanan adalah metode transportasi. Oleh karena itu, upaya-upaya dalam memperbaiki tingkat kelangsungan hidup biota selama transportasi perlu dilakukan. Salah satu teknik alternatif yang perlu diuji (karena dinilai potensial dapat menjaga kualitas dan sintasan hidup ikan hingga tujuan akhir) adalah aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada transportasi ikan nila hidup. Pengujian dan hasil yang diperoleh disampaikan di bawah ini.
4.1
Pengujian Konsentrasi Letal Median (LC50) Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah terhadap Ikan Nila Konsentrasi letal median (LC50) merupakan konsentrasi letal dimana 50%
dari hewan uji mengalami kematian. Penentuan nilai LC50 seringkali dijadikan sebagai indikator tingkat toksisitas suatu zat. Dalam penelitian ini, nilai LC 50 dijadikan dasar penentuan konsentrasi untuk penelitian inti. Hasil pengujian konsentrasi letal median ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap ikan nila disajikan pada Tabel 3. Tabel 3
Data mortalitas ikan nila selama pengujian LC50 ekstrak daun jambu biji daging buah merah
Konsentrasi (%) 0
5
10
15
20
Waktu (menit) 0 60 120 180 0 60 120 180 0 60 120 180 0 60 120 180 0 60 120 180
Jumlah Ikan (ekor) mati 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 3 4 0 0 1 3 0 2 3 3
hidup 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 1 0 4 4 3 1 4 2 1 1
Jumlah Total Ikan Hidup (ekor) 4
2
0
1
1
Tabel 3 menunjukkan bahwa selama pengujian 180 menit tidak ditemukan adanya kematian pada kontrol, sedangkan pada perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% ditemukan kematian pada ikan masingmasing sebanyak 2, 4, 3, dan 3 ekor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perlakuan ekstrak yang diberikan memiliki sifat letal. Tingginya tingkat kematian ikan nila uji juga menggambarkan daya toksik suatu senyawa, namun berdasarkan hasil pengamatan tingginya daya toksik ekstrak tidak selalu berkorelasi dengan tingginya tingkat konsentrasi ekstrak. Penentuan nilai konsentrasi letal median dilakukan dengan penghitungan analisis probit menggunakan program pengolah data SPSS 16.0. Hasil analisis probit menunjukkan bahwa nilai konsentrasi letal median (LC50) ekstrak daun jambu biji daging buah merah sebesar 2,55%. Konsentrasi letal median ekstrak daun jambu biji daging buah merah mengindikasikan bahwa sebanyak 50% hewan uji, yaitu ikan nila mengalami kematian pada konsentrasi ekstrak 2,55%. Berdasarkan hal di atas, maka penetapan konsentrasi dalam pengujian selanjutnya adalah sebagai berikut 0,25%, 0,50%, dan 0,75%. Hendri et al. (2010) mengungkapkan, apabila konsentrasi letal median suatu senyawa berada pada kisaran 1-10 mg/L, maka senyawa tersebut termasuk dalam kategori yang memiliki tingkat daya racun tinggi. Selain itu, juga dijelaskan bahwa suatu senyawa pada konsentrasi tertentu dapat memiliki peran biologis yang baik, namun apabila konsentrasinya melebihi ambang batas yang ditetapkan senyawa tersebut dapat berubah menjadi toksik dan bersifat akut.
4.2
Respon Tingkah Laku Ikan Nila (O. niloticus) selama Transportasi Respon tingkah laku merupakan salah satu cara ikan dalam menanggapi
perubahan lingkungan. Respon tersebut dapat berupa aktivitas renang ikan, gerak tubuh ikan, gerak buka tutup insang, dan gerak sirip ikan. Pengamatan respon tingkah laku ikan selama simulasi transportasi juga merupakan gambaran fisiologis ikan selama proses transportasi berlangsung. Hasil pengamatan respon tingkah laku ikan nila selama transportasi disajikan pada Gambar 5.
5
Skala
4 3 2 1 0 0
30
60 Waktu (Jam)
90
120
90
120
90
120
(a) 5
Skala
4 3 2 1 0 0
30
60 Waktu (Jam)
(b) 5
Skala
4 3 2 1 0 0
30
60 Waktu (Jam)
(c) Gambar 5 Respon tingkah laku ikan nila (O. niloticus) selama transportasi: (a) gerak tubuh; (b) gerak tutup insang; dan (c) gerak sirip (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% ) Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada menit ke-0, tingkah laku ikan pada kontrol dan perlakuan dengan konsentrasi 0,25%, 0,50%, dan 0,75% cenderung memiliki aktivitas yang normal karena ikan telah melalui proses aklimatisasi selama 15 menit sebelum pengujian dimulai. Aklimatisasi pada ikan dilakukan agar ikan menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan barunya, sehingga
dalam proses transportasi tingkat stres yang dicapai dapat direduksi. Gambaran visualisasi respon tingkah laku ikan nila selama transportasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada fase berikutnya, yaitu menit ke-30 hingga 60, tingkah laku ikan cenderung agak cepat, terutama pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25%, 0,50%, dan 0,75%. Hal ini diduga karena pada perlakuan tersebut pengaruh ekstrak belum bereaksi secara optimal pada fisiologis ikan, sehingga efek perlakuan belum terlihat dominan pada tingkah laku ikan, sedangkan pada kontrol, tingkah laku ikan masih dalam kondisi normal, mengingat kondisi media kontrol (turbiditas) tidak terlalu berbeda dibandingkan menit sebelumnya. Pada menit ke-90 efek perlakuan lebih terlihat dominan pada aktivitas tingkah laku ikan, dimana pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25%, 0,50%, dan 0,75%, respon tingkah laku ikan cenderung lebih tenang dan lambat. Hal serupa tidak terjadi pada kontrol, dimana respon tingkah laku ikan kontrol meningkat seiring waktu pengamatan. Diduga penurunan kualitas air yang terjadi pada media kontrol merupakan faktor penyebabnya. Penurunan kualitas air yang terjadi dapat berupa meningkatnya kadar CO2, TAN, dan kekeruhan sehingga tingkat stres ikan mempengaruhi aktivitas tingkah lakunya. Gambar 5 menunjukkan bahwa pada menit ke-120 aktivitas tingkah laku ikan yang diberikan perlakuan penambahan ekstrak daun jambu biji buah merah cenderung normal, namun pada ikan kontrol, respon tingkah lakunya cenderung normal lambat. Perilaku yang cenderung normal dan lambat mengindikasikan tingkat kelelahan ikan akibat stres berkelanjutan selama transportasi.
4.3
Pengujian Suhu Media selama Transportasi Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang berperan dalam pengaturan
keseimbangan fisiologis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Kisaran toleransi setiap jenis ikan terhadap suhu memiliki rentang yang berbedabeda. Maka dari itu, pengujian terhadap perubahan suhu media selama transportasi berlangsung dilakukan karena suhu merupakan faktor penting yang berperan menentukan keberhasilan transportasi. Perubahan suhu media selama pengujian transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 6.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa suhu media transportasi pada masingmasing perlakuan cenderung meningkat hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan suhu mulai terjadi dari menit ke-30 hingga 120. Perubahan suhu yang terjadi selama pengujian 25,40-26,93ºC. Kisaran suhu minimum yang dicapai selama pengujian terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50%, sedangkan kisaran suhu maksimum yang dicapai selama pengujian terdapat pada konsentrasi 0,75%.
Perubahan suhu yang terjadi selama pengujian masih lebih kecil
dibandingkan hasil penelitian Novila (2012), yaitu 25,40-27,38ºC. Hal ini mengindikasikan pemberian ekstrak daun jambu biji daging buah merah lebih
Suhu (ᵒC)
efektif menurunkan aktivitas tingkah laku biota selama transportasi. 27,00 26,80 26,60 26,40 26,20 26,00 25,80 25,60 25,40 25,20
b b b a 0
Gambar 6
30
60 Waktu (menit)
90
120
Grafik perubahan suhu media selama transportasi; huruf berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% )
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berupa perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah selama transportasi ikan nila memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap perubahan suhu media transportasi pada menit ke-30, sedangkan pada menit ke-60, 90, dan 120, perlakuan ekstrak tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) terhadap perubahan suhu media. Perubahan suhu yang terjadi dalam media pada masing-masing perlakuan masih dalam batas toleransi ikan nila. Sebagaimana dikemukakan Mjoun et al. (2010) yang menyatakan bahwa kisaran suhu optimum habitat ikan nila 22-29ºC. Perubahan suhu kontrol cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah. Aktivitas ikan pada media
kontrol yang bersifat lebih agresif dibandingkan dengan ikan yang diberikan perlakuan ekstrak daun jambu biji diduga merupakan penyebabnya (Gambar 2). Menurut Supriyanto et al. (2007), perubahan posisi yang sangat cepat mengakibatkan tingginya frekuensi gesekan antar molekul air, sehingga dapat menimbulkan panas yang menyebabkan suhu media kontrol lebih tinggi dibandingkan suhu media perlakuan lainnya. Peningkatan suhu tidak selalu berakibat pada kematian ikan (Irianto 2005), namun meningkatnya suhu dapat menyebabkan gangguan fisiologis berupa peningkatan laju metabolisme pada ikan (Ross & Ross 2008). Selama kisaran suhu media masih dalam batasan toleransi, maka sintasan hidup ikan selama proses transportasi tetap dapat dipertahankan (Junianto 2003). 4.4
Pengujian Oksigen Terlarut (DO) Media selama Transportasi Oksigen diperlukan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan energi bagi
aktivitas berupa renang, reproduksi, dan pertumbuhan (Irianto 2005). Pentingnya peranan oksigen bagi kelangsungan hidup ikan, menjadikan oksigen sebagai salah satu parameter pengujian dalam penelitian ini. Hasil pengujian kadar oksigen terlarut dalam media selama transportasi berlangsung disajikan pada Gambar 7. 9,00
Nilai DO (mg/L)
8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00
d c
b b b
b
a
a
90
120
2,00 1,00 0,00 0
Gambar 7
30
60 Waktu (menit)
Grafik perubahan kadar oksigen terlarut (DO) selama transportasi; huruf berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% )
Konsentrasi oksigen terlarut pada masing-masing taraf perlakuan cenderung bersifat fluktuatif, yaitu pada menit awal pengujian hingga menit ke-30 konsentrasi oksigen media pada setiap perlakuan menurun drastis kemudian
meningkat kembali seiring waktu pengamatan, namun hal demikian tidak terjadi pada kontrol. Konsentrasi oksigen terlarut kontrol terus mengalami penurunan hingga akhir pengamatan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada media berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap nilai DO pada menit ke-90 dan 120, sedangkan pada menit ke-30 dan 60, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) terhadap nilai DO media. Penurunan konsentrasi DO media pada menit awal pengujian disebabkan oleh stres adaptif ikan selama proses transportasi. Hal tersebut didukung pernyataan Junianto (2003) yang mengungkapkan bahwa stres dapat terjadi pada awal pengangkutan akibat perubahan kondisi lingkungan yang mendadak sehingga mengakibatkan konsumsi oksigen tertinggi terjadi pada 15 menit awal dari saat pengangkutan. Pada menit berikutnya ikan telah beradaptasi dengan lingkungan barunya sehingga konsumsi oksigen ikan menjadi berkurang, ditambah lagi dengan pengaruh pemberian ekstrak sehingga aktivitas respirasi ikan nila mengalami penurunan. Gutiérrez et al. (2008) menyatakan, disamping memiliki sifat antialergi, antiinflamasi, dan analgesik, ekstrak daun jambu biji memiliki kemampuan menurunkan aktivitas sistem syaraf pusat serta memberikan efek sedatif. Faktor lain meningkatnya nilai DO juga dipengaruhi pemberian aerasi selama transportasi berlangsung, sehingga difusi oksigen dari atmosfer lebih cepat terjadi. Menurut Wynne & Wurts (2011), terdapat berbagai metode untuk meningkatkan kadar DO selama pengangkutan, salah satunya dengan aerasi. Aerasi dapat dilakukan pada transportasi ikan dengan kepadatan yang tinggi. Penggunaan aerasi dapat mempertahankan konsentrasi oksigen hingga minimal 6 mg/L selama pengangkutan. Selain itu, aerasi dapat mengurangi stres fisiologis yang berdampak terhadap kenaikan kadar amoniak. Kisaran nilai DO yang dicapai selama pengujian adalah 2,70-8,00 mg/L, dimana nilai DO tertinggi dan terendah yang dicapai selama pengujian terdapat pada
perlakuan
dengan
konsentrasi
0,25%.
Sebagaimana
dikemukakan
Mjoun et al. (2010), kisaran nilai DO yang dicapai selama pengujian masih dalam batas toleransi ikan nila. Bahkan diungkapkan dalam penelitiannya ikan nila
merupakan jenis biota yang sangat toleran terhadap oksigen terlarut yang rendah dan mampu bertahan pada kisaran DO mencapai 0,1 mg/L. Namun demikian, kebutuhan DO yang paling optimum untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila adalah >3 mg/L. Oksigen merupakan gas yang memiliki kelarutan yang rendah di dalam air (Mallya 2007). Salmin (2005) mengungkapkan bahwa kecepatan difusi oksigen dari udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kekeruhan air, suhu, salinitas, dan pergerakan massa air seperti arus. Kekurangan oksigen dapat berakibat pada mortalitas ikan. Sensitivitas terhadap kadar oksigen terlarut yang rendah sangat spesifik untuk setiap jenis ikan. Pada umumnya, apabila kandungan oksigen terlarut turun menjadi 3-4 mg/L, ikan akan mengalami stres (Irianto 2005).
4.5
Pengujian Nilai Karbon Dioksida (CO2) Media selama Transportasi Karbon dioksida merupakan salah satu gas terlarut dalam air yang termasuk
dalam parameter penentu kualitas air. Keberadaan gas ini dipicu oleh aktivitas respirasi, suhu, difusi gas dari atmosfer, dan pH media. Tingginya kadar karbon dioksida dalam air dapat mengganggu kondisi keseimbangan fisiologis ikan, atau bahkan dapat berakibat fatal misal kematian pada ikan. Hasil pengujian kadar karbon dioksida dalam media transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 8. c
16,00
b
Nilai CO2 (mg/L)
14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00
a a a
b a;b a
d c b a
30
60 Waktu (menit)
90
2,00 0,00 0
Gambar 8
120
Grafik perubahan nilai karbon dioksida (CO2) selama transportasi; huruf berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% )
Konsentrasi CO2 pada masing-masing perlakuan cenderung memiliki pola perubahan yang sama. Kondisi media perlakuan dengan konsentrasi 0,50% dinilai lebih bersifat fluktuatif dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Kenaikan konsentrasi CO2 pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50% mulai terjadi pada menit ke-0 hingga 60. Kondisi yang serupa juga dialami kontrol dan perlakuan dengan konsentrasi 0,75%, namun peningkatan yang terjadi tidak sebesar media perlakuan dengan konsentrasi 0,50%. Hal ini diduga pola aktivitas respirasi ikan perlakuan dengan konsentrasi 0,50% lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi karbondioksida yang lebih tinggi dalam media. Faktor utama dominasi tingginya aktivitas respirasi ikan perlakuan dengan konsentrasi 0,50% diduga karena ukuran ikan juga mempengaruhi aktivitas respirasi ikan, dimana pada perlakuan tersebut memiliki bobot ikan paling rendah, yaitu 773,50 g. Budiardi et al. (2005) mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi oksigen ikan yang berukuran lebih kecil relatif lebih tinggi dibandingkan ikan yang berukuran lebih besar. Pada menit selanjutnya ikan sudah mulai beradaptasi sehingga aktivitas respirasi ikan menurun, selain itu pemberian perlakuan ekstrak juga memberikan pengaruh terhadap menurunnya aktivitas respirasi ikan. Pada menit ke-60 hingga 90 konsentrasi karbon dioksida yang terdeteksi dalam media cenderung mengalami penurunan, namun hal serupa tidak terjadi pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25%. Penurunan kadar karbon dioksida pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25% telah terjadi lebih awal pada menit sebelumnya. Penurunan konsentrasi CO2 dalam media diduga akibat turunnya aktivitas respirasi ikan dan penambahan aerasi pada media. Penurunan aktivitas ikan pada kontrol diduga karena ikan mengalami kelelahan, sedangkan pada perlakuan ekstrak menurunnya pola respirasi diduga akibat adanya pengaruh ekstrak daun jambu biji. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kisaran perubahan konsentrasi CO2 yang terjadi selama pengujian sebesar 1,9-16,7 mg/L dengan konsentrasi minimum terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25% dan konsentrasi maksimum terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berupa pemberian ekstrak daun jambu biji daging buah merah berpengaruh signifikan (P<0,05)
terhadap konsentrasi CO2 media transportasi pada menit ke-30, 60, dan 90, sedangkan pada menit ke-120 perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) terhadap perubahan konsentrasi CO2 media transportasi. Gomes et al. (2006) mengungkapkan bahwa nilai kristis karbon dioksida selama proses transportasi bergantung pada spesies. Nilai kritis untuk spesies ikan subtropis sebesar 40 mg/L, sedangkan untuk spesies ikan tropis nilai kritisnya mencapai 140 mg/L. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa konsentrasi karbon dioksida media selama pengujian masih jauh lebih rendah dibandingkan nilai kritisnya. Pengaruh pemberian ekstrak tidak memberikan dampak langsung terhadap penurunan konsentrasi CO2, melainkan melalui suatu tahap penurunan aktivitas respirasi yang ditunjukkan melalui respon tingkah laku ikan nila. Faktor lain tereduksinya gas karbon dioksida selama proses transportasi adalah penggunaan aerasi. Hal ini didukung oleh Swann (1993) dan Hargreaves & Brunson (1996), yang menyatakan bahwa tingkat karbon dioksida yang tinggi dalam suatu media transportasi dapat direduksi dengan aplikasi aerasi mekanis atau mengisikan gas oksigen ke dalam wadah transportasi hingga terbentuk ruang kolom udara pada aplikasi transportasi sistem tertutup. Selain itu, keberadaan gas karbon dioksida dalam air juga dipengaruhi sifat kelarutan gas dan pola respirasi ikan. Kadar karbon dioksida lebih dari 12 mg/L biasanya sudah bersifat mematikan, tetapi penggunaan aerasi yang baik dapat menurunkan tingkat toksisitas karbon dioksida hingga konsentrasi di atas 100 mg/L (Irianto 2005). Hargreaves & Brunson (1996) mengungkapkan, ikan dapat melepaskan karbon dioksida melalui insang sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi karbon dioksida dalam darah ikan dan lingkungannya. Jika konsentrasi karbon dioksida lingkungan tinggi, ikan akan mengalami kesulitan untuk mengurangi konsentrasi karbon dioksida dalam tubuhnya, sehingga akan terjadi akumulasi CO2 dalam darah ikan. Akumulasi ini menghambat kemampuan hemoglobin, membawa molekul oksigen dalam darah untuk mengikat oksigen dan dapat menyebabkan ikan menjadi stres bahkan mati.
4.6
Pengujian Nilai pH Media selama Transportasi Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting yang
menentukan tingkat kelangsungan hidup ikan.
Apabila nilai pH media tidak
kondusif, maka akan menimbulkan gangguan kronis pada ikan, antara lain terhambatnya pertumbuhan, stres berkelanjutan hingga kematian. Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap nilai pH media selama transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 9. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai pH media transportasi pada masing-masing perlakuan cenderung mengalami kenaikan hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan nilai pH media transportasi mulai terjadi pada menit ke-30 hingga menit ke-120. Kisaran nilai pH media transportasi selama pengujian 5,66-6,53, dimana nilai pH tertinggi dan terendah yang dicapai selama pengujian terdapat perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 0,75%. Hasil analisis statistik menunjukkan, bahwa pemberian perlakuan berupa perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah selama transportasi ikan nila memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap nilai pH media transportasi pada menit ke-30, sedangkan pada menit ke-60, 90, dan 120 perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap nilai pH media transportasi. 7,00 6,80 Nilai pH
6,60 6,40
b
6,20
b a a
6,00 5,80 5,60 0
Gambar 9
30
60 Waktu (menit)
90
120
Grafik perubahan nilai pH selama transportasi; huruf berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% )
Perubahan nilai pH yang terjadi selama pengujian masih dalam batas toleransi, walaupun pada menit ke-30 terdapat perlakuan yang berbeda nyata. Hal
itu didukung oleh hasil penelitian Ath-thar et al. (2010), yang menyatakan bahwa ikan nila memiliki kisaran toleransi tehadap nilai pH 5-8, dan mampu tumbuh dengan optimum pada pH 7. Nilai pH memiliki pengaruh terhadap ketahanan hidup ikan nila, semakin jauh dari kisaran pH optimal, ketahanan hidup akan semakin
berkurang.
Sedangkan
Mjoun et al. (2010)
dalam
publikasinya
melaporkan bahwa kisaran nilai pH lingkungan ikan nila mencapai 3,7-11, namun kisaran optimum untuk menunjang pertumbuhannya 7-9. Peningkatan nilai pH yang terjadi selama pengujian diduga karena adanya pengaruh akumulasi amoniak dalam media. Amoniak, baik dalam bentuk terionisasi maupun tidak terionisasi merupakan jenis basa lemah yang keberadaannya dalam media air dapat mempengaruhi nilai pH media. Pengaruh total amoniak nitrogen (TAN) terhadap nilai pH juga ditentukan konsentrasi TAN yang terdapat dalam media. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai TAN kontrol yang terukur dalam media jauh lebih tinggi dibandingkan perlakuan ekstrak, namun tingginya nilai TAN kontrol masih dalam batasan konsentrasi yang rendah sehingga pengaruhnya terhadap nilai pH tidak begitu signifikan. Sedangkan kondisi media yang diberi ekstrak cenderung lebih bersifat basa dibandingkan kontrol (Gambar 9). Hal ini diduga akibat pengaruh substansi penyusun ekstrak daun jambu biji yang sebagian besar bersifat basa, sehingga selama pengujian nilai pH media yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan nilai pH kontrol. Menurut Sanda et al. (2009), daun jambu biji mengandung komponen flavonoid, yaitu kuersetin. Kuersetin mengandung sejumlah gugus hidroksil bebas dan merupakan senyawa polar (Sukarianingsih 2006). Nilai pH yang yang tinggi dan cenderung meningkat pada media juga diduga akibat rendahnya akumulasi CO2 dalam air akibat pemberian perlakuan ekstrak, sehingga pola respirasi ikan nila uji menurun. Wurts & Durborow (1992) mengungkapkan bahwa konsentrasi CO2 dapat meningkat tinggi akibat hasil respirasi. Gas CO2 yang dilepaskan organisme akuatik selama respirasi akan berinteraksi dengan air sehingga membentuk asam karbonat yang bersifat dapat menurunkan pH, sebagaimana terlihat dalam reaksi di bawah ini: H2O + CO2 = H2CO3 = H+ + HCO3-
Perubahan nilai pH media yang cenderung meningkat selama pengujian disebabkan oleh keadaan ion hidroksil yang lebih besar dibandingkan ion hidrogen (Irianto 2005). Menurut Ath-thar et al. (2010), peningkatan ion hidroksil dapat dipicu dari tingkat ekskresi amoniak yang tinggi selama transportasi. Sedangkan penurunan pH menurut Yada dan Ito (1997), dapat disebabkan oleh tingginya kadar CO2 dalam perairan. Penurunan nilai pH dapat menyebabkan menurunnya tingkat plasma sodium pada ikan nila, sehingga semakin rendah nilai pH media, maka sintasan ikan akan semakin rendah. Selain itu, Ath-thar et al. (2010) mengungkapkan pula bahwa pada pH asam dan basa, ikan harus beradaptasi lagi untuk dapat hidup, sehingga energi yang ada pada tubuhnya yang seharusnya digunakan untuk tumbuh, digunakan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pH asam dan basa. Susanto et al. (2009); Ath-thar et al. (2010) menyimpulkan
bahwa
kondisi
demikian
tentunya
dapat
mengganggu
pertumbuhan ikan nila.
4.7
Pengujian Total Amoniak Nitrogen (TAN) media selama Transportasi Amoniak merupakan sebagian fraksi kecil dari total nitrogen yang
diekskresikan oleh ikan melalui urin (Hoar & Randall 1969). Selama proses transportasi akan terjadi akumulasi amoniak dalam media transportasi. Amoniak yang terbentuk merupakan hasil katabolisme protein yang bersifat toksik bagi ikan (Wright & Anderson 2001). Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap nilai TAN selama transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 10. Hasil pengujian bahwa nilai TAN media transportasi pada masing-masing perlakuan cenderung mengalami kenaikan hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan nilai TAN pada media transportasi mulai terjadi pada menit ke-30 hingga menit ke-120. Kisaran nilai TAN media transportasi selama pengujian adalah 0,07-1,92 mg/L, dimana nilai TAN tertinggi yang dicapai selama pengujian terdapat pada kontrol. Pemberian perlakuan berupa
perbedaan
konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah selama transportasi ikan nila berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap nilai TAN media transportasi pada setiap waktu pengamatan.
Nilai TAN (mg/L)
2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
c c d b
b b
a a a 0
30
c a b 60 Waktu (menit)
a a
a a
90
120
Gambar 10 Grafik perubahan nilai TAN selama transportasi; huruf berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% ) Gambar 10 menunjukkan bahwa kenaikan nilai TAN dalam media transportasi meningkat seiring meningkatnya aktivitas metabolisme yang digambarkan melalui respon tingkah laku ikan nila (Gambar 5). Diduga peningkatan yang terjadi akibat akumulasi metabolit hasil ekskresi selama kegiatan transportasi berlangsung. Rentang nilai TAN yang terakumulasi dalam media masih dalam batas normal sehingga tidak bersifat toksik bagi ikan. Mjoun et al. (2010), menyatakan bahwa ikan nila mampu bertahan dalam kisaran amoniak hingga 7 mg/L dan kisaran optimum nilai TAN pertumbuhan ikan nila, yaitu <0,05 mg/L. Peningkatan kadar amoniak terutama berasal dari pemberian pakan yang berlebihan dan populasi dekomposer untuk menguraikan amoniak tidak memadai sehingga berakibat pada ekskresi amoniak oleh ikan cukup tinggi. Syamdidi et al. (2006) mengungkapkan bahwa kondisi stres juga akan menstimulasi lapisan luar adrenalin mengeluarkan sejumlah kortisol dan memacu perubahan protein tubuh menjadi asam amino yang kemudian akan terurai menjadi amoniak. Akibatnya, produksi amoniak pada kondisi tersebut akan meningkat. Tingkat toksisitas amoniak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain spesies ikan, kadar garam, tingkat paparan amoniak, lama paparan, dan pengaruh aklimasi yang diberikan sebelumnya (Irianto 2005). Nilai berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol yang terjadi pada setiap menit pengamatan mengindikasikan aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah
merah mampu menghambat produksi metabolit ikan selama transportasi berlangsung. Demikian juga pada waktu pengamatan selanjutnya, dimana perlakuan berupa pemberian ekstrak memiliki nilai TAN terukur yang lebih rendah dibandingkan kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas ekstrak yang diberikan makin meningkat seiring tingginya level konsentrasi ekstrak. Hasil penelitian Adnyana et al. (2004), menyatakan bahwa ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada konsentrasi tertentu mampu menekan frekuensi defekasi yang berbeda nyata dibandingkan kontrol, namun apabila konsentrasi yang diberikan terlalu tinggi, maka bisa jadi frekuensi penurunan defekasi tidak terlihat berbeda nyata. Hal tersebut diduga karena konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi fisiologis hewan uji yang mengakibatkan efek obat tidak begitu terlihat dominan. Birdi et al. (2010); Gutiérrez et al. (2008), ekstrak kasar daun jambu biji memiliki suatu komponen aktif berupa kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas biologis. Kuersetin dilaporkan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, antara lain proteksi terhadap jantung, aktivitas antikanker, pencegahan terhadap katarak, aktivitas antiviral, dan antiinflamasi. Selain itu, kuersetin mampu menghambat ekskresi air dan pelepasan asetilkolin.
4.8
Pengujian Tingkat Turbiditas Media selama Transportasi Turbiditas merupakan ukuran kejernihan air yang menunjukkan berapa
banyak material tersuspensi dalam air. Nilai turbiditas diukur berdasarkan satuan NTU (nephelometric turbidity unit). Pengukuran terhadap material tersuspensi dalam air menjadi penting karena parameter ini sangat berkaitan dengan keberadaan komponen kualitas air seperti, oksigen. Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap nilai turbiditas selama transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 11. Hasil pengujian menunjukkan bahwa selama pengujian nilai turbiditas media transportasi pada masing-masing perlakuan cenderung mengalami kenaikan hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan nilai turbiditas terjadi pada menit
ke-30 hingga 120. Kisaran nilai kekeruhan yang dicapai selama pengujian 0-29 NTU. Dimana nilai turbiditas terendah yang dicapai selama terdapat pada perlakuan kontrol, sedangkan nilai turbiditas tertinggi yang dicapai selama pengujian terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,75%. Hasil analisis statistik menunjukkan, bahwa pemberian perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap nilai turbiditas media pada setiap waktu pengamatan.
Nilai Turbiditas (NTU)
30,00
c
25,00
d
20,00
d
15,00
c b;c b
c
10,00
c b a
5,00 0,00 0
30
b
a 60 Waktu (menit)
b b
a a 90
120
Gambar 11 Grafik perubahan nilai turbiditas selama transportasi; huruf berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata (kontrol ; 0,25% ; 0,50% ; dan 0,75% ) Perbedaan tingkat kekeruhan yang signifikan pada media transportasi terlihat antara kontrol dan perlakuan yang diberi penambahan ekstrak daun jambu biji daging buah merah. Hal tersebut dikarenakan ekstrak yang ditambahkan pada media masih berupa ekstrak kasar yang didalamnya terkandung partikel tersuspensi berupa zat-zat organik. Keberadaan pertikel tersuspensi pada ekstrak diindikasikan melalui warna dan bau ekstrak, sehingga ketika dilarutkan pada media, ekstrak akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kekeruhan media transportasi. Perbedaan level konsentrasi ekstrak juga turut memberikan pengaruh terhadap tingkat kekeruhan media. Semakin tinggi tingkat konsentrasi perlakuan maka semakin tinggi pula tingkat kekeruhan medianya. Berdasarkan Gambar 11 juga dapat diketahui, bahwa selisih peningkatan nilai turbiditas paling rendah hingga yang tertinggi secara berturut-turut terdapat pada kontrol, perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 0,50%, 0,25%, dan 0,75%.
Peningkatan nilai
turbiditas pada setiap waktu
pengamatan juga
mengindikasikan akumulasi metabolit ikan selama transportasi. Nilai turbiditas memiliki korelasi terhadap nilai TAN, setiap kenaikan nilai TAN akan diiringi juga dengan peningkatan nilai kekeruhan. Akumulasi feses ikan selama tansportasi akan menyebabkan peningkatan bahan organik dan nilai turbiditas (NSCFS 2008). Kandungan partikel terlarut kurang dari 25 mg/L tidak menyebabkan gangguan pada ikan. Adapun pada kandungan padatan lebih dari 400 mg/L akan menyebabkan perairan tersebut sangat tidak layak untuk kegiatan perikanan.
Partikel-partikel
dalam
air
dapat
mengganggu
insang
atau
menyebabkan kerusakan insang sehingga merangsang ikan untuk memproduksi mukus secara berlebih. Pada kasus yang berat, ikan dapat mengalami kekurangan oksigen akibat insang tertutup oleh mukus dan partikel-partikel tersuspensi (Irianto 2005).
4.9
Kadar Glukosa Darah Respon stres pada ikan nila selama transportasi dapat dilihat melalui salah
satu parameter pengukuran darah, yaitu nilai glukosa darah. Hasil pengujian glukosa darah ikan nila uji sebelum dan pasca pengujian cenderung mengalami kenaikan (Tabel 4). Tabel 4 Hasil pengujian nilai glukosa darah ikan nila Konsentrasi (%) 0 0,25 0,50 0,75
Nilai Glukosa darah (mg/dL) ∆ Nilai Awal Akhir Glukosa darah 106 142 36 106 154 48 70 156 86 92
118
26
Bobot Ikan (g) 224 204 175 240
Karakteristik darah dapat digunakan untuk mengevaluasi respon fisiologis ikan (Jenkins 2003). Menurut Rachmawati et al. (2010), respon stres pada hewan dapat dilihat dari perubahan kadar hormon kortisol, glukosa darah, haemoglobin, dan hematokrit.
Kisaran nilai glukosa darah sebelum dan pasca pengujian
70-156 mg/dL, dimana nilai terendah dan tertinggi glukosa darah yang dicapai
selama pengujian terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50%. Selisih terkecil hingga terbesar secara berurutan terhadap nilai glukosa darah ikan nila uji sebelum dan pasca pengujian terdapat pada perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 0,75%, kontrol, 0,25%, dan 0,50%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak seluruh tingkatan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah yang diuji memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat stres ikan yang diindikasikan melalui kadar glukosa darah. Level konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah yang dinilai efektif mengontrol tingkat stres, yaitu 0,75%. Konsentrasi 0,75% dinilai efektif karena memiliki selisih kenaikan kadar glukosa darah yang paling kecil dibandingkan perlakuan lainnya. Rendahnya selisih kenaikan glukosa darah pada konsentrasi 0,75% diduga karena ekstrak daun jambu biji daging buah merah memiliki sifat antistres. Salah satu indikator tingkat stres ditunjukkan dari kadar glukosa darah ikan. Hal ini tentunya memiliki korelasi erat dengan aktivitas tingkah laku ikan selama transportasi (Tabel 4). Semakin meningkatnya kadar glukosa mengindikasikan ikan semakin stres dan berakibat pada tingkah laku ikan yang semakin agresif. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui, bahwa pada konsentrasi 0,75% ikan nila yang diujikan cenderung memiliki sifat yang lebih tenang dan tidak agresif. Sedangkan pada perlakuan lainnya sifat antistres ekstrak kurang terlihat akibat konsentrasi yang digunakan terlalu rendah, sehingga aktivitas ikan lebih agresif dan menyebabkan selisih kenaikan glukosa darah lebih besar. Menurut Sanda et al. (2011), ekstrak daun jambu biji memiliki beberapa komponen seperti tannin, flavonoid, pentasiklik triterpenoid, guajaverin, kuersetin, dan komponen lain yang memiliki aktivitas menurunkan indeks glikemik darah dan tekanan darah. Ekstrak daun jambu biji memiliki komponen yang bersifat memberikan efek relaksasi yang sebagian besar penyusunnya adalah terpene dan komponen khusus penyusunnya antara lain, caryophylleneoxide dan β-selinene yang berpotensi menurunkan pentobarbital sleeping time dan latensi kejang. Paulo et al. (2009) mengungkapkan, bahwa keberadaan glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh pakan, status simpanan
glikogen hati, stadia perkembangan, dan musim. Nilai glukosa darah selain mencerminkan ketersediaan energi pada ikan juga mengindikasikan level stres pada ikan. Stres mengakibatkan terjadinya sekresi hormon-hormon dari glandula adrenalin yang menyebabkan meningkatnya kadar gula darah. Cadangan atau timbunan gula berupa glikogen dalam hati akan mengalami metabolisasi menjadi cadangan energi bagi hewan untuk aktivitas darurat (Irianto 2005). Hal serupa juga diungkapkan Li et al. (2009), yang menyatakan bahwa peningkatan kadar glukosa darah merupakan efek sekunder dari stres yang diperantarai oleh pelepasan kortikosteroid dan katekolamin. Dalam keadaan stres terjadi peningkatan glukokortikoid yang berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah untuk mengatasi kebutuhan energi yang tinggi pada saat stres.
4.10 Efektivitas Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Merah terhadap Tingkat Ekskresi Ikan Nila selama Transportasi Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap parameter-parameter penentu keberhasilan transportasi mengindikasikan tingkat efektivitas dosis perlakuan yang diberikan. Perlakuan dengan konsentrasi 0,25% dinilai sebagai dosis yang paling efektif untuk aplikasi transportasi ikan nila. Karena pada dosis tersebut, mampu mereduksi tingkat metabolit ikan nila (yang diindikasikan dari nilai TAN) hingga 50% lebih rendah dibandingkan kontrol. Secara keseluruhan, perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 0,25% menunjukkan hasil yang lebih baik terhadap parameter suhu, konsentrasi DO, konsentrasi CO2, nilai pH, dan turbiditas dibandingkan perlakuan lainnya, dimana konsentrasi ekstrak 0,25% mampu mempertahankan kondisi yang relatif lebih stabil terhadap parameter-parameter tersebut dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan dengan konsentrasi 0,75% menunjukkan hasil yang dominan unggul terhadap pengujian nilai TAN dan kadar glukosa darah. Novila (2012) mengungkapkan bahwa secara keseluruhan parameter suhu, turbiditas, DO, CO2, pH dan TAN untuk perlakuan dengan konsentrasi 1% paling optimal dibandingkan dengan perlakuan 0,5% dan 0,75%. Konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah putih (P. guajava var. pyrifera) sebesar 1%
merupakan konsentrasi yang optimal untuk transportasi ikan nila (O. niloticus) selama 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji daging buah merah lebih efektif dibandingkan ekstrak daun jambu biji daging buah putih. Hal itu ditunjukkan dari nilai optimal konsentrasi ekstrak, dimana pada konsentrasi yang lebih rendah, yaitu 0,25% ekstrak daun jambu biji daging buah merah sudah mampu menunjukkan aktivitas terbaiknya terhadap penghambatan metabolit ikan selama transportasi, sedangkan Novila (2012) mengungkapkan bahwa konsentrasi optimal ekstrak daun jambu biji daging buah putih dalam aplikasi transportasi ikan nila sebesar 1%. Kondisi demikian menunjukkan selain efektif, aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah juga dinilai lebih efisien dibandingkan ekstrak daun daun jambu biji daging buah putih.
5.
5.1
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Hasil pengujian terhadap ekstrak daun jambu biji daging buah merah
menunjukkan bahwa ekstrak memiliki kemampuan mereduksi tingkat stres, metabolit, dan aktivitas tingkah laku ikan nila selama proses transportasi. Perlakuan dengan konsentrasi 0,25% dinilai sebagai dosis yang paling efektif untuk aplikasi transportasi ikan nila. Pada dosis tersebut dapat mereduksi tingkat metabolit ikan (yang diindikasikan dari nilai TAN) dan tidak mengakibatkan stres yang dominan dengan sedikit perubahan kadar glukosa darah yang relatif rendah serta dapat mempertahankan kondisi media angkut lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.
5.2
Saran Saran yang diajukan setelah dilakukan penelitian ini adalah perlunya
dilakukan pengujian serupa terhadap spesies ikan lainnya, sehingga dapat diperoleh informasi apakah dosis ekstrak yang digunakan dapat digeneralisasi untuk semua spesies ikan dan waktu transportasi yang lebih lama untuk distribusi antar pulau. Selain itu, perlu juga untuk melihat potensi ekstrak daun jambu biji daging buah merah sebagai agen anestesi dalam transportasi ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana IK, Yulinah E, Sigit JI, Fisheri KN, Insanu M. 2004. Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah sebagai antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia 29(1):19-27 Ath-thar MHF, Prakoso VA, Arifin OZ, Gustiano R. 2010. Performa pertumbuhan ikan nila best pada berbagai media pH. Prosiding Seminar Nasional Biologi; 24-25 Sep 2010. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hlm 1085-1089 [BALITTRO] Balai Penelitian Tanaman Obat Aromatik. Mengatasi demam berdarah dengan tanaman obat. 2006. Warta Penelitian dan Pemngembangan 28(6):6-8 Barbalho et al. 2012. Psidium guajava (guava): a plant of multipurpose medicinal applications. Medicinal and Aromatic Plants 1(4):1-6 Birdi T, Daswani P, Brijesh S, Tetali P, Natu A, Antia N. 2010. Newer insights into the mechanism of action of Psidium guajava L. leaves in infectious diarrhoea. BMC Complementary and Alternative Medicine 10:33 Budiardi T, Batara T, Wahjuningrum D. 2005. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan model pengelolaan oksigen pada tambak intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia 4(1):89-96 [FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Oreochromis niloticus. [terhubung berkala].http://www.fao.org [3 Mei 2012] FishBase. 2010. Oreochromis niloticus. www.fishbase.org. [13 Mei 2012] Gomes LC, Lima ACARM, Gomes CAR, Roubach R. 2006. Transportation of juvenile tambaqui (Colossoma macropomum) in a closed system. Brazilian Journal of Biology 66(2A):493-502 Gustiano R, Arifin OZ. 2010. Menjaring Laba dari Budi Daya Nila BEST. Bogor: IPB Press (Hlm. 1-11 dan 57-62) Gutiérrez RM, Mitchell S, Solis RV. 2008. Psidium guajava: a review of its traditional uses, phytochemistry, and pharmacology. Journal of Ethnopharmacology 117:1-27 Hargreaves J, Brunson M. 1996. Carbon dioxide in fish ponds. Southern Regional Aquaculture Center Publication (468):1-6 Hendri M, Diansyah G, Tampubolon J. 2010. Konsentrasi letal (LC50-48 jam) logam tembaga (Cu) dan logam kadmium (Cd) terhadap tingkat mortalitas juwana kuda laut (Hippocampus spp.). Jurnal Penelitian Sains 13(1):26-30 Hoar WS, Randall DJ. 1969. Fish Physiology Volume I. New York and London: Academic Press (Hlm. 313-350)
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press (Hlm. 16-54 dan 95-108) Jenkins JA. 2003. Palid Sturgeon in The Lower Missisipi Region: Hematology and Genome Information. USGS Open File Report 03-406 , 32p. Junianto. 2003. Teknik (Hlm. 93-115)
Penanganan
Ikan.
Jakarta:
Penebar
Swadaya
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011a. Data Perikanan dan Kelautan 2010. Jakarta: Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Hlm. 29) ___________. 2011b. Statistik Perikanan Budi Daya. [terhubung berkala]. http://www.statistik.kkp.go.id [3 Mei 2012] ___________. 2012. Pembudidaya Nila Tingkatkan Keterampilan di Balai Diklat Perikanan Aertembaga. [terhubung berkala]. http://www.kkp.go.id [26 April 2012] Kordi KMGH. 2009. Budi Daya Perairan. Bandung: Citra Aditya Bakti (Hlm. 799-804) Li P et al. 2009. Effect of handling and transport on cortisol response and nutrient mobilization of golden shiner, Notemigonus crysoleucas [Abstrak]. Di dalam: Journal of the World Aquaculture Society 40(6):803-809 Mallya YJ. 2007. The Effects of Dissilved Oxygen on Fish Growth in Aquaculture. Reykjavik, Iceland: The United Nations University Fisheries Training Programme (Hlm. 15-20) Mjoun K, Rosentrater KA, Brown ML. 2010. Tilapia: environmental biology and nutritional requirements. South Dakota Cooperative Extension Service 1-7 Novila W. 2012. Aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah putih (Psidium guajava var. pyrifera) pada transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus). [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Novriani A. 2009. Aplikasi rak dalam wadah penyimpanan untuk transportasi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) tanpa media air. [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [NSCFS] Norwegian Scientific Committee for Food Safety. 2008. Transportation of fish within a closed system. Prosiding Opinion of the Panel on Animal Health and Welfare of the Norwegian Scientific Committee for Food Safety; 14 Mei 2008. Norwegia: Vitenkapskomitee for Mattrygghet. Hlm 1-63 Nugroho E, Sulhi M. 2011. Sukses Budi Daya Gurami di Lahan Sempit dan Hemat Air. Jakarta: Penebar Swadaya (Hlm. 79-93)
Paulo CFC, Pedro HSK, Elaine A, Correia, Bernardo B. 2009. Transport of jundia Rhamdia quelen juveniles at different loading densities: water quality and blood parameters. Journal Neotropical Ichtyology 7(2):283-288 Parimin. 2007. Jambu Biji Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Jakarta: Penebar Swadaya Peterson MS, Slack WT, Woddley CM. 2005. The occurence of non-indigeneous nile tilapia, Oreochromis niloticus L. in coastal mississippi, USA: ties to aquaculture and thermal effluent. WETLANDS 25(1):112-121 Rachmawati FN, Susilo U, Sistina Y. 2010. Respon fisiologi ikan nila (Oreochromis niloticus) yang distimulasi dengan daur pemuasaan dan pemberian pakan kembali. Prosiding Seminar Nasional Biologi; 24-25 Sep 2010. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hlm 492-499 Ross L, Ross B. 2008. Anaesthetic and Sedative Techniques for Aquatic Animals 3rd Edition. Oxford, United of Kingdom: Blackwell Publishing Ltd. (Hlm. 14, 69-117, dan 191-205) Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana 30(3):21-26 Sanda KA, Grema HA, Geidam YA, Kolo B. 2011. Pharmacological aspects of Psidium guajava:an update. International Journal of Pharmacology 7(3):316-324 Serra M, Wolkers C, Hoshiba MA, Urbinati EC. 2011. Physiological of piau (Leporinus friderici, Bloch 1794) to transportation. Revista Brasileira de Zootecnia 40(12):2641-2645 Sukarianingsih D. 2006. Sintesis dan penentuan struktur kuersetin benzoat. Mipa 35(1): 55-69 Supriyanto, Haryadi, Rahardjo B, Marseno DW. 2007. Perubahan suhu, kadar air, warna, kadar polifenol, dan aktivitas antioksidatif kakao selama penyangraian dengan enerji gelombang mikro. Agritech 27(1):18-26 Susanto GN, Tugiyono, Nurcahyani N, Hanida L. 2009. Air hasil olahan limbah rumah sakit dampaknya terhadap laju pertumbuhan spesifik dan sintasan ikan nila (Oreochromis niloticus L.). Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2009. Lampung: Jurusan Biologi FMIPA UNILA. Hlm 52-60 Suyanto SR. 2008. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya (Hlm. 5-13) Swann L. 1993. Transportation of fish in bags. North Central Regional Aquaculture Center (104):1-4
Syamdidi, Ikasari D, Wibowo S. 2006. Studi sifat fisiologi ikan gurami (Osphronemus gouramy) pada suhu rendah untuk pengembangan teknologi transportasi ikan hidup. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 1(1):75-83 Wright PA, Anderson PM. 2001. Nitrogen Excretion. San Diego, Calfornia, USA: Academic Press (Hlm. 77-107) Wurts WA, Durborow RM. 1992. Interactions of pH, carbon dioxide, alkalinity dan hardness in fish ponds. Southern Regional Aquaculture Center Publication (464):1-4 Wynne FS, Wurts WA. 2011. Transportation of warmwater fish: equipment and guidelines. Southern Regional Aquaculture Center Publication (390):1-7 Yada T, Ito F. 1997. Differences in tolerance to acidic environments between two species of tilapia, Oreochromis niloticus and O. Mossambicus [Abstrak]. Di dalam: Bulletin of the National Research Institute of Fisheries Science (9):11-18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel hasil pengukuran bobot ikan nila Konsentrasi (%)
Bobot Ikan (g)
0
834,50 ± 0,71
0,25
802,50 ± 51,62
0,50
773,50 ± 30,41
0,75
812,50 ± 49,50
Lampiran 2 Gambaran visualisasi respon tingkah laku ikan nila selama transportasi Fase
Lambat
Agak lambat
Normal
Agak cepat
Cepat
Skala
1
Aktivitas tingkah laku Pergerakan Operkulum dan sirip lemah dan jarang, ikan rebah di dasar dan berenang ke atas ketika mendapat rangsangan dari luar kemudian rebah kembali di dasar. Ikan relatif diam di dasar wadah
2
Ikan masih responsif terhadap rangsangan yang diberikan, namun mulai melemah. Operkulum dan sirip bergerak lemah. Ikan mulai rebah di dasar, pergerakan melemah dan tidak teratur, warna memucat.
3
Ikan melayang pada bagian kolom wadah, berenang teratur, pergerakan sirip dan operkulum relatif konstan dan teratur.
4
5
Ikan mulai hilang keseimbangan tetapi masih aktif bergerak, respon terhadap rangsangan yang diberikan mulai berkurang, gerakan sirip dan operkulum lebih sering. Ikan selalu bergerak mencari akses ke permukaan ikan bergerak aktif ke permukaan, gerakan mulai tidak teratur, operkulum bergerak cepat, dan sirip merenggang. Ikan masih responsif terhadap rangsangan dari luar, aktif berenang menuju permukaan dan sering berupaya mendapat akses ke permukaan, turun kembali dan berenang tak beraturan,
Lampiran 3 Tabel hasil pengujian parameter kualitas air selama transportasi 0 Parameter Waktu 0 30 Suhu 60 90 120 0 30 DO 60 90 120 0 30 CO2 60 90 120 0 30 pH 60 90 120 0 30 TAN 60 90 120 0 30 Turbiditas 60 90 120
0,25
I A 25,40 25,80 26,10 26,40 26,60 6,2 3,4 3,5 3,7 3,5 0,18 0,48 0,48 0,48 0,42 5,98 5,99 6,07 6,08 6,14 0,07 1,24 1,65 1,73 1,81 0,00 0,00 0,00 2,30 7,90
II B 25,40 25,90 26,10 26,20 26,60 6 3,6 3,5 3,6 3,3 0,24 0,48 0,60 0,42 0,42 5,98 5,99 6,09 6,10 6,15 0,07 1,24 1,28 1,64 2,12 0,00 0,00 0,00 2,50 8,00
A 25,40 26,20 26,50 26,70 26,90 6,2 3,6 3,5 3,7 3,4 0,18 0,30 0,48 0,42 0,66 6,01 6,02 6,13 6,16 6,23 0,07 1,16 1,52 1,74 1,89 0,00 0,00 0,00 2,50 9,30
B 25,40 26,20 26,50 26,70 26,90 6 3,6 3,5 3,7 3,3 0,24 0,42 0,54 0,48 0,48 6,01 6,06 6,15 6,17 6,26 0,07 1,06 1,50 1,74 1,87 0,00 0,00 0,00 2,50 8,40
I A 25,40 26,00 26,10 26,25 26,50 6,6 2,1 5,6 6,9 8 0,18 0,36 0,30 0,42 0,54 5,88 6,21 6,31 6,36 6,40 0,07 0,67 0,68 0,89 0,94 1,10 5,00 9,00 15,00 20,00
0,5 II
B 25,40 26,00 26,10 26,25 26,70 6,6 2,5 6,5 7 8 0,19 0,36 0,36 0,36 0,54 5,88 6,17 6,27 6,32 6,36 0,07 0,67 0,68 0,77 0,81 1,20 5,00 12,00 20,00 20,00
A 25,40 26,00 26,10 26,25 26,70 6,6 3,1 2,9 6,5 8 0,18 0,48 0,42 0,36 0,60 5,88 6,21 6,31 6,31 6,35 0,07 0,18 0,68 0,78 1,44 1,10 5,00 9,00 15,00 20,00
B 25,40 26,00 26,10 26,25 26,50 6,6 3,1 2,5 6,5 8 0,21 0,42 0,36 0,36 0,54 5,88 6,17 6,26 6,28 6,32 0,07 0,18 0,68 1,02 1,32 1,10 5,00 12,00 20,00 20,00
I A 25,40 25,40 25,60 26,20 26,30 6 3,1 2,9 5,6 5,1 0,22 1,25 3,10 0,54 0,30 5,7 6,04 6,30 6,37 6,46 0,07 0,10 0,36 0,38 0,42 2,40 4,00 4,70 17,00 19,00
0,75 II
B 25,40 25,40 25,60 26,20 26,30 6 3,2 2,9 5,6 5,1 0,21 1,67 3,22 0,42 0,48 5,7 6,02 6,26 6,34 6,42 0,07 0,15 0,36 0,38 0,42 2,40 3,80 4,70 19,00 22,00
A 25,40 25,40 25,80 26,60 26,80 6 3 2,8 5,5 5 0,2 2,21 3,10 0,60 0,42 5,7 6,02 6,24 6,33 6,41 0,07 0,10 0,36 0,38 0,42 2,40 4,20 4,90 20,00 21,00
B 25,40 25,40 25,90 26,60 26,90 6 3,2 2,9 5 6,6 0,21 2,21 1,67 0,36 0,42 5,7 5,99 6,21 6,31 6,38 0,07 0,15 0,36 0,38 0,42 2,40 4,20 5,30 17,00 19,00
I A 25,40 25,80 26,20 26,40 26,90 6,4 3,7 3,3 5,3 7 0,23 3,22 1,02 0,54 0,42 5,66 6,23 6,40 6,62 6,75 0,07 0,20 0,21 0,31 0,53 5,60 20,80 21,80 25,00 29,00
II B 25,40 25,80 26,20 26,40 27,00 6,4 3,7 3,3 5,2 7,3 0,22 3,94 0,66 0,54 0,42 5,66 6,21 6,40 6,58 6,71 0,07 0,20 0,29 0,31 0,53 5,60 20,80 21,80 23,00 29,00
A 25,40 25,80 26,20 26,40 26,90 6,4 3,1 2,1 6,5 6,4 0,21 0,42 0,54 0,48 0,54 5,66 6,21 6,23 6,29 6,34 0,07 0,20 0,28 0,32 0,57 5,60 20,80 21,80 20,00 29,00
B 25,40 25,80 26,20 26,40 26,90 6,4 2,5 2,2 6,6 7,9 0,18 0,60 0,54 0,60 0,66 5,66 6,18 6,22 6,26 6,32 0,07 0,20 0,28 0,36 0,57 5,60 20,80 21,80 20,00 29,00
Lampiran 4 Tabel hasil analisis probit nilai LC50 ekstrak daun jambu biji daging buah merah 95% Selang Kepercayaan untuk Perlakuan Probabilitas
Estimasi
Lower Bound
95% Selang Kepercayaan untuk log(Perlakuan)a
Upper Bound
Estimate
Lower Bound
Upper Bound
PROBIT 0,01
,018
,
,
-1,733
,
,
0,02
,033
,
,
-1,483
,
,
0,03
,047
,
,
-1,324
,
,
0,04
,063
,
,
-1,204
,
,
0,05
,078
,
,
-1,106
,
,
0,06
,095
,
,
-1,024
,
,
0,07
,112
,
,
-,951
,
,
0,08
,130
,
,
-,886
,
,
0,09
,149
,
,
-,827
,
,
0,1
,169
,
,
-,772
,
,
0,15
,284
,
,
-,547
,
,
0,2
,429
,
,
-,367
,
,
0,25
,612
,
,
-,214
,
,
0,3
,840
,
,
-,075
,
,
0,35
1,128
,
,
,053
,
,
0,4
1,493
,
,
,174
,
,
0,45
1,956
,
,
,291
,
,
0,5
2,553
,
,
,407
,
,
0,55
3,332
,
,
,523
,
,
0,6
4,367
,
,
,640
,
,
0,65
5,776
,
,
,762
,
,
0,7
7,755
,
,
,890
,
,
0,75
10,658
,
,
1,028
,
,
0,8
15,186
,
,
1,181
,
,
0,85
22,946
,
,
1,361
,
,
0,9
38,569
,
,
1,586
,
,
0,91
43,724
,
,
1,641
,
,
0,92
50,107
,
,
1,700
,
,
0,93
58,206
,
,
1,765
,
,
0,94
68,808
,
,
1,838
,
,
0,95
83,277
,
,
1,921
,
,
0,96
104,209
,
,
2,018
,
,
0,97
137,285
,
,
2,138
,
,
0,98
198,045
,
,
2,297
,
,
0,99
352,850
,
,
2,548
,
,
Parameter Suhu
Lampiran 5 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-30 Jumlah Kuadrat Kuadrat dB Tengah F Antar Grup
,501
3
,167
Dalam Grup
,061
4
,015
Total DO Antar Grup Dalam Grup Total CO2 Antar Grup Dalam Grup Total pH Antar Grup Dalam Grup Total TAN Antar Grup Dalam Grup Total Turbiditas Antar Grup Dalam Grup Total
,562 ,746 ,731 1,477 155,824 1,125 156,949 ,067 ,002 ,069 1,374 ,128 1,502 502,574 ,045 502,619
7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7
Sig.
10,905
,021
1,360
,375
51,941 184,680 ,281
,000
,249 ,183
,022 ,000
54,172
,001
,458 ,032
14,255
,013
167,525 1,489E4 ,011
,000
Lampiran 6 Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap suhu, kadar CO2, nilai TAN, dan turbiditas pada menit ke-30 a.
suhu
Perlakuan
N
0,5 0,75 0,25 0 Sig.
2 2 2 2
b.
2
25,4000 25,8000 26,0000 26,0250 ,149
kadar CO2 N
0,25 0 0,75 0,5 Sig.
2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
4,0500 4,2000 5,1000 ,124
14,6000 1,000
nilai TAN
Perlakuan
N
0,5 0,75 0,25 0 Sig.
2 2 2 2
d.
1
1,000
Perlakuan
c.
Subset untuk alpha = 0,05
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
,1300 ,2000 ,4250 ,181
1,1750 1,000
turbiditas
Perlakuan
N
0,5 0,75 0,25
2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1 ,1300 ,2000 ,4250
2
0 2 1,1750 Sig. ,181 1,000 Lampiran 7 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-60 Parameter Jumlah Kuadrat Kuadrat dB Tengah F Suhu
Antar Grup
,378
3
,126
Dalam Grup
,111
4
,028
Total DO Antar Grup Dalam Grup Total CO2 Antar Grup Dalam Grup Total pH Antar Grup Dalam Grup Total TAN Antar Grup Dalam Grup Total Turbiditas Antar Grup Dalam Grup Total
,490 3,376 6,274 9,650 205,860 4,680 210,540 ,050 ,017 ,068 1,859 ,001 1,860 527,080 ,080 527,160
7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7
Sig.
4,536
,089
1,125 1,568
,717
,591
68,620 1,170
58,650
,001
,017 ,004
3,844
,113
,620 1,983E3 ,000
,000
175,693 8,785E3 ,020
,000
Lampiran 8 Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap kadar CO2, nilai TAN, dan turbiditas pada menit ke-60 a. kadar CO2 Perlakua n
Subset untuk alpha = 0,05
N
0,25 0 0,75 0,5 Sig.
1
2 2 2 2
2
3,6000 5,4000
3
5,4000 6,9000
,171
16,7000 1,000
,238
b. nilai TAN Perlakuan
N
0,75 0,5 0,25 0 Sig.
2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
3
4
,2650 ,3600 ,6800 1,000
1,000
1,000
1,4900 1,000
c. turbiditas Perlakuan
N
0 0,5 0,25 0,75 Sig.
2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
3
4
,0000 4,9000 10,5000 1,000
1,000
1,000
21,8000 1,000
Lampiran 9 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-90 Jumlah Kuadrat Kuadrat dB Tengah F Suhu
Antar Grup
,064
3
,021
Dalam Grup
,160
4
,040
Total DO Antar Grup Dalam Grup Total CO2 Antar Grup Dalam Grup Total pH Antar Grup Dalam Grup Total TAN Antar Grup Dalam Grup Total Turbiditas Antar Grup Dalam Grup Total
,224 9,956 1,009 10,965 2,824 ,045 2,869 ,101 ,056 ,157 2,483 ,004 2,487 446,610 8,130 454,740
7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7
Sig.
,531
,685
3,319 ,252
13,159
,015
,941 ,011
83,667
,000
,034 ,014
2,394
,209
,828 797,859 ,001
,000
148,870 2,032
73,245
,001
Lampiran 10 Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap kadar DO, kadar CO2, nilai TAN dan turbiditas pada menit ke-90 a. kadar DO Perlakuan
N
0 0,5 0,75 0,25 Sig.
2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
3,6750 5,4250 5,9000 6,7250 ,064
1,000
b. kadar CO2 Perlakua n
Subset untuk alpha = 0,05
N
0,25 0 0,5 0,75 Sig.
1
2 2 2 2
2
3
4
3,7500 4,5000 4,8000 1,000
1,000
1,000
5,4000 1,000
c. nilai TAN Perlakua n 0,75 0,5 0,25 0 Sig.
Subset untuk alpha = 0,05
N
1
2 2 2 2
2
3
,3250 ,3800 ,8650 ,163
1,000
1,7150 1,000
d. turbiditas Perlakua n 0,5 0,75 0,25
Subset untuk alpha = 0,05
N
1 2 2 2
2
,4200 ,5500 1,1300
3
0 2 1,9250 Sig. ,511 1,000 1,000 Lampiran 11 Tabel analisis ragam kualitas air pada menit ke-120 Jumlah Kuadrat Kuadrat dB Tengah F Suhu
Antar Grup
,156
3
,052
Dalam Grup
,197
4
,049
Total DO Antar Grup Dalam Grup Total CO2 Antar Grup Dalam Grup Total pH Antar Grup Dalam Grup Total TAN Antar Grup Dalam Grup Total Turbiditas Antar Grup Dalam Grup Total
,354 25,031 ,246 25,277 2,374 2,835 5,209 ,114 ,087 ,200 2,823 ,130 2,952 428,484 ,530 429,014
7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7 3 4 7
Sig.
1,055
,461
8,344 135,531 ,062
,000
,791 ,709
1,116
,441
,038 ,022
1,751
,295
,941 ,032
28,983
,004
142,828 1,078E3 ,132
,000
Lampiran 12 Tabel hasil uji lanjut duncan terhadap kadar DO, nilai TAN, dan turbiditas pada menit ke-120 a. kadar DO Perlakuan
N
0 0,5 0,75 0,25 Sig.
2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
3
4
3,3750 5,4500 7,1500 1,000
1,000
1,000
8,0000 1,000
b. nilai TAN Perlakua n 0,5 0,75 0,25 0 Sig.
N 2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
3
,4200 ,5500 1,1300 ,511
1,000
1,9250 1,000
c. turbiditas Perlakua n 0 0,25 0,5 0,75 Sig.
N 2 2 2 2
Subset untuk alpha = 0,05 1
2
3
8,4000 20,0000 20,2500 1,000
,530
29,0000 1,000