Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Acute Toxicity Test Extract Frangipani Leaves (Plumiera rubra L.) on the Red Tilapia (Oreochromis niloticus) Rangga Warsito1), Yunasfi2), Zulham Apandy Harahap2) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email:
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
1)
ABSTRACT Aquaculture is done highly intensive susceptible to outbreaks of diseas. The use of antibiotics in the prevention of bacterial diseases can cause negative effects to human health. Antibiotics can be replaced with the use of plant extracts containing antibacterial compounds, one of which frangipani leaves (Plumiera rubra L.). This study aims to determine the 96-hour LC50 value and safe concentration of frangipani leaf extract of red tilapia fish seeds. The study is divided into two stages, namely the preliminary test and the definitive test. Preliminary test was conducted to determine threshold concentrations above and below the threshold, where the concentration of the preliminary test is 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, and 750 ppm. Definitive test using a concentration of 0 ppm; 98,40 ppm; 193,65 ppm; 381,10 ppm; and 750,00 ppm were obtained from calculations based on the threshold concentration of 750 ppm and below the threshold of 50 ppm. Percentage mortality of red tilapia in a preliminary test of the lowest to highest concentration of 3,33%; 16,67%; 46,67%; and 76,67%. Percentage mortality converted into the form used in the probit and probit analysis to obtain the 96-hour LC50 value of 510,63 ppm. Safe concentration of 10% of the LC50 within 96 hours, which is 50,2 ppm. In the 96-hour LC50 values indicate that the extract of frangipani leaf included in the category of moderate toxicity. Keywords : Plumiera rubra phytochemistry Pendahuluan Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) berasal dari Sungai Nil dan mampu beradaptasi dengan baik di Indonesia. Ikan ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak diminati oleh masyarakat. Ikan ini dapat dibudidayakan pada keramba jaring apung maupun
L.,
Oreochromis
niloticus,
LC50,
kolam, sehingga banyak masyarakat yang membudidayakannya. Menurut Mariyono dan Sundana (2002) menyatakan untuk memenuhi permintaan produk perikanan yang terus meningkat, penerapan intensifikasi budidaya tidak dapat dihindarkan. Namun, intensifikasi budidaya dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif antara lain penyakit. Penyakit yang sering muncul pada usaha budidaya ikan air tawar adalah Motile Aeromonas Septicemia (MAS), penyakit akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Penggunaan ekstrak daun kamboja diharapkan mampu menggantikan penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri. Ekstrak daun kamboja lebih mudah diperoleh dengan biaya yang tidak terlalu mahal yang akan mempengaruhi ongkos produksi pembudidaya di lapangan. Ekstrak daun kamboja tidak menjadi residu di tubuh ikan yang berbahaya apabila terakumulasi dan masuk ke tubuh manusia. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat usaha budidaya, karena bahan ekstrak terbuat dari bahan organik yang lebih mudah teruraikan. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)”. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Desember 2014. Kegiatan ekstraksi daun kamboja bertempat di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, sedangkan uji toksisitas dilakukan di UPTD Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Jalan Bunga Gayong, Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah ikan nila merah ukuran 5-7 cm sebanyak 300 ekor, daun kamboja yang berasal dari TPU Polonia di Jalan Padang Golf Kecamatan Medan Polonia Kota Medan, metanol, pereaksi FeCl3, pereaksi Wagner, pereaksi dragendroff, pereaksi Meyer, pereaksi Bouchard, CeSO4, etil asetat, akuades, tisu, ekstrak daun kamboja, makanan ikan, dan air bersih. Alat yang digunakan adalah akurium berukuran 40 x 20 x 20 cm, bak berukuran 150 cm x 100 cm x 50 cm, ember, aerator, gelas ukur, gelas Beaker, tabung reaksi, maserator, water bath, labu Erlenmeyer, rotary evaporator, kertas saring, pipet tetes, selang, tangguk, blender, kamera digital, kertas millimeter, timbangan digital, pH meter dan DO meter. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing-masing tiga kali ulangan. Prosedur Penelitian Ekstraksi Daun Kamboja Daun Kamboja segar dicuci dengan menggunakan air bersih. Kemudian daun kamboja dikering-anginkan. Daun kamboja yang sudah kering diblender sehingga diperoleh bubuk kering. Daun kamboja tersebut kemudian dimasukkan ke dalam meserator yang sudah berisi metanol 95 % dan dimaserasi selama 2 x 24 jam. Selanjutnya hasil (filtrat ekstrak metanol) disaring dengan menggunakan kertas saring dan
ditampung dalam labu Erlenmeyer sehingga diperoleh filtrat ekstrak metanol yang bebas dari kotoran. Filtrat ekstrak metanol kemudian dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu ±400C dengan kecepatan 120 rpm sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor. Uji Fitokimia Ekstrak Pembuatan Larutan Uji Pembuatan larutan uji untuk uji fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan simplisia daun kamboja di dalam maserator dan direndam selama 24 jam. Ekstrak metanol daun kamboja diambil sebanyak 100 ml dengan gelas Beaker. Ekstrak metanol daun kamboja digunakan untuk semua uji fitokimia kecuali uji flavonoid yang menggunakan pelarut etil asetat. Pengujian Golongan Fenolik Ekstrak sampel diambi 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah FeCl3 1% jika terjadi perubahan warna menjadi hitam maka positif terdapat senyawa fenolik. Pengujian Golongan Alkaloid Ekstrak sampel diambil 4 ml dimasukkan masing-masing 1 ml kedalam 4 tabung reaksi. Tabung pertama ditambah 2 tetes pereaksi Bouchardat, apabila terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam maka sample positif alkaloid. Tabung kedua ditambah 2 tetes pereaksi dragendroff, apabila terbentuk endapan berwarna merah/jingga maka sampel positif alkaloid. Tabung ketiga ditambah 2 tetes pereaksi
Mayer, apabila terbentuk endapan berwarna putih/kuning maka sampel positif alkaloid. Tabung keempat ditambah 2 tetes pereaksi Wagner, apabila terbentuk endapan berwarna cokelat maka sampel positif alkaloid. Pengujian Golongan Terpenoid/ Steroid Ekstrak diambil sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi LiebermanBouchard. Apabila terbentuk warna biru/hijau menunjukkan adanya terpenoid/steroid. Pengujian dengan CeSO4 dilakukan dengan metode Thin Layer Cromatography (TLC) dengan cara ekstrak sampel diteteskan ke plat TLC kemudian disemprot dengan pereaksi CeSO4 dan dipanaskan di atas hot plate. Perubahan warna yang terjadi di plat diamati dan dibandingkan dengan standar tripenoid dan βsitosterol yang terbentuk. Pengujian Golongan Saponin Setelah 24 jam ampas dari proses maserasi diambil dengan spatula sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml akuades. Tabung reaksi dikocok ± 10 detik hingga muncul buih. Ekstrak diberi 1 tetes HCl, bila buih terbentuk ± 30 detik maka positif terdapat senyawa saponin. Pengujian Flavonoid Ekstrak sampel diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah FeCl3 1% jika terjadi perubahan warna menjadi merah jingga maka positif terdapat senyawa fenolik.
Aklimatisasi Hewan Uji Ikan-ikan nila merah yang akan digunakan dalam pengujian terlebih dahulu dipelihara dalam kondisi laboratorik selama 4 hari, dan 2 hari menjelang pengujian, hewan-hewan tersebut tidak diberi makan. Persiapan Wadah Persiapan wadah dan air pada uji pendahuluan dan uji definitif berfungsi untuk menghindari terjadinya error akibat faktor lain selain perlakuan yang diberikan kepada hewan uji. Wadah dicuci sampai bersih dan dikering-anginkan. Kemudian wadah diisi air sebanyak 10 L dan diberi aerasi selama 2 hari agar kadar oksigen terlarut mencapai konsentrasi maksimal yaitu 6 – 8 ppm. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ambang atas dan ambang bawah dalam menentukan konsentrasi perlakuan uji definitif. Batas ambang atas adalah konsentrasi terkecil yang dapat membunuh seluruh hewan uji dalam waktu 24 jam yang disimbolkan dengan “N”. Batas ambang bawah adalah konsentrasi terbesar yang tidak membunuh hewan uji dalam waktu 48 jam yang disimbolkan dengan “n”. Ekstrak daun kamboja dilarutkan kedalam air menjadi beberapa konsentrasi. Konsentrasi perkalakuan dari pertama sampai perlakuan kelima secara berurut yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 750 ppm. Ekstrak daun kamboja berbagai konsentrasi tersebut dimasukkan ke
dalam masing-masing wadah yang telah disiapkan sebelumnya. Volume larutan ekstrak yang dimasukkan sesuai dengan volume air yang dikeluarkan, sehingga volume air tetap 10 L. Air pada wadah diaduk secara perlahan bertujuan agar seluruh larutan ekstrak bercampur. Hewan uji dimasukkan sebanyak 10 ekor dan dilakukan pengamatan selama 48 jam. Pengamatan mortalitas ikan dilakuan pada jam ke 0 , 2, 4, 8, 16, 24, dan 48. Pengamatan pada uji pendahuluan dilakukan tanpa diberikan aerasi dan pakan. Uji Definitif Uji definitif dilakukan untuk mendapatkan data mortalitas dari konsentrasi yang diberikan berdasarkan uji pendahuluan. Data mortalitas kemudian akan digunakan untuk menentukan LC50 (Lethal Concentration 50%) dari ekstrak daun kamboja terhadap ikan nila merah. Konsentrasi uji definitif ditentukan berdasarkan rumus menurut Syakti dkk. (2012) diacu oleh Sianturi (2014), yaitu: ⁄ ⁄
Keterangan: ⁄ ⁄
⁄
Keterangan: N : Konsentrasi ambang atas n : Konsentrasi ambang bawah k : Jumlah konsentrasi yang diuji a,b,c,d : Konsentrasi yang diuji, nilai a sebagai konsentrasi terkecil. Persiapan wadah dan ikan uji dilakukan sama dengan uji pendahuluan sebelumnya. Larutan
ekstrak dengan konsentrasi yang telah didapatkan, dimasukkan ke dalam masing-masing wadah dengan mengeluarkan air sebanyak volume larutan yang dimasukkan. Setiap wadah diberikan aerasi dan dilakukan pengamatan mortalitas ikan selama 96 jam tanpa diberikan pakan dengan waktu pengamatan pada jam ke 0, 2, 4, 8, 16, 24, 36, 48, 72 dan 96. Pengukuran kualitas air dilakuan setiap hari selama pengamatan dilakukan, yang mencakup parameter oksigen terlarut (DO), pH, dan suhu. Analisis Data Mortalitas Persentase mortalitas ikan uji diperoleh dengan mengikuti rumus menurut Nurhayati dkk. (2006):
Keterangan: M : Persentase hewan uji (%)
mortalitas
LC50 Proses analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50 adalah Analisis Probit (Metode Hubbert). Analisis tersebut merupakan hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji yang merupakan fungsi linier Y = a + bx. Nilai LC50 diperoleh dari anti log m, di mana m adalah logaritma konsentrasi bahan toksik pada Y = 5, yaitu nilai
Probit 50% hewan uji, maka persamaan regresi menjadi:
Dengan nilai a dan b diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut.
Persamaan regresi: Y = a + bx LC50 = anti log m Keterangan: Y : Nilai Probit Mortalitas X : Logaritma konsentrasi bahan uji a : Konstanta b : Slope/kemiringan m : Nilai X pada Y = 5 n : Jumlah hewan uji per akuarium Analisis Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO Analisis hubungan mortalitas terhadap konsentrasi, suhu, pH, dan DO dilakukan dengan uji regeris menggunakan software SPSS 16.0. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, suhu, pH, dan DO terhadap mortalitas baik secara parsial ataupun secara bersamasama. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Fitokimia Daun Kamboja Hasil Uji fitokimia ekstrak daun kamboja diketahui bahwa daun kamboja mengandung
Tabel 3. Hasil uji fitokimia ekstrak daun kamboja
Fenolik Terpenoid/steroid Alkaloid
Saponin Flavonoid
Pereaksi FeCl3 LiebermanBouchard (CeSO4) Bouchardat Wagner Mayer Dragendroff AkuadesHCl FeCl3
Pelarut Metanol
Pelarut Etil Asetat
12 10 8 6 4 2 0
Konsentrasi (ppm)
+
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
+
Gambar 3. Diagram Uji Pendahuluan
+ -
Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi ambang bawah dan ambang atas. Uji pendahuluan dilakukan dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 750 ppm. Konsentrasi 750 ppm ikan uji mati seluruhnya dalam waktu kurang dari 24 jam. Konsentrasi 100 sampai 200 ppm masih ditemukan kematian ikan uji dan pada konsentrasi 50 ppm tidak ada ikan uji yang mati. Konsentrasi ambang bawah dan atas dapat ditentukan dari uji pendahuluan, dimana konsentrasi ambang atas 750 ppm dan konsentrasi ambang bawah 50 ppm. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 4. Perilaku ikan uji pada konsentrasi 200 sampai 750 ppm terlihat ikan berenang ke permukaan air dan mengambil udara, namun pada konsentrasi 50 sampai 100 ppm perilaku ikan cenderung tenang dan hanya sesekali berenang ke permukaan. Mortalitas ikan selama 48 jam dapat dilihat pada Gambar 3.
Uji Definitif Konsentrasi ambang atas dan bawah digunakan untuk menentukan konsentrasi pada uji definitif dengan konsentrasi 0 ppm; 98,4 ppm; 193,65 ppm; 381,1 ppm; dan 750 ppm. Tingkat kematian pada uji definitif lebih rendah dibandingkan uji pendahuluan yang dipengaruhi oleh pemberian aerasi pada seluruh akuarium. Hasil pengamatan selama 96 jam dapat dilihat pada Lampiran 4. Kematian terbesar terdapat pada konsentrasi 750 ppm dan 381,1 ppm. Peningkatan kematian ikan uji dapat dilihat pada Gambar 4. Mortalitas Ikan (ekor)
Golongan Senyawa
Mortalitas Ikan (ekor)
senyawa fenolik, terpenoid/ steroid, dan alkaloid dengan pereaksi dragendroff. Hasil uji fitokimia daun kamboja dapat dilihat pada Tabel 3.
12 10 8 6 4 2 0
Konsentrasi (ppm) Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Gambar 4. Diagram Uji definitif
Kualitas air diukur selama pengamatan setiap 24 jam sekali yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Suhu pada masing-masing akuarium berada pada kisaran
26,5 – 31 0C. Oksigen terlarut selama pengamatan tergolong tinggi yaitu berkisar 6 – 8,2 mg/l, dimana oksigen tertinggi pada hari kedua pengamatan dan mulai mengalami penurunan pada hari ketiga hingga keempat. Kadar keasaman (pH) untuk seluruh konsentrasi cenderung netral yaitu berkisar antara 7,4 – 8,5 selama pengamatan berlangsung. Kualitas air secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kualitas Air Uji Definitif Parameter
Konsentrasi
Suhu (0C)
DO (mg/l)
pH
0
26,6-30,3
6-7,5
7,9-8,4
98,40
26,5-30,6
6,4-7,6
7,7-8,5
193,65
26,6-30,9
6,3-7,8
7,5-8,4
381,10
26,7-31
6,2-8
7,8-8,4
750,00
27,1-31
6,2-8,2
7,4-8,5
Persentase Mortalitas Persentase mortalitas semakin tinggi sesuai dengan kenaikan konsentrasi terhadap ikan uji. Persentase mortalitas setiap konsentrasi digunakan dalam analisis probit untuk menentukan nilai LC50 selama 96 jam. Persentase mortalitas pada Lampiran 6. dapat dilihat dalam bentuk tabel pada Tabel 5.
Tabel 6. Analisis Probit Konsentrasi Ekstrak Daun Kamboja terhadap Ikan Nila X2
D
N
R
P
X
Y
XY
0
30
-
-
-
-
-
-
98,40
30
1
3,33
1,99
3,12
6,22
3,97
193,65
30
5
16,67
2,29
4,05
9,26
5,23
381,10
30
14
46,67
2,58
4,92
12,70
6,66
750,00
30
23
76,67
2,88
5,74
16,50
8,27
9,74
17,83
44,68
24,13
Jumlah
Berdasarkan analisis probit dan persamaan regresi untuk penentuan LC50 selama 96 jam yang terdapat pada Lampiran 6, maka diperoleh nilai LC50 selama 96 jam sebesar 510,63 ppm. Artinya ikan uji mati sebanyak 50% dalam waktu 96 jam pada konsentrasi 510,63 ppm dalam kondisi diberikan aerasi. Analisis Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO Analisis Determinasi (R2) Analisis determinasi menjelaskan besarnya persentase pengaruh variabel besas atau variabel prediktor terhadap variabel terikatnya. Analisis determinasi dapat ditentukan dari nilai R kuadrat yaitu sebesar 0,386.
Tabel 5. Persentase Mortalitas Ikan Uji Konsentrasi (ppm) Ulangan 0
98,40
193,65
381,10
750,00
1
0
1
1
6
7
2
0
0
1
3
6
3
0
0
3
5
10
Jumlah
0
1
5
14
23
Persentase (%)
0
3,33
16,67
46,67
76,67
Analisis Probit Analisis probit dilakukan dengan mengubah persentase mortalitas kedalam bentuk probit menggunakan tabel probit. Analisis probit uji definitif dapat dilihat pada Tabel 6.
Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variable dependen, apakah pengaruhnya signifakan atau tidak. Uji F dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. ANOVAb Model
Jumlah Kuadrat
df
Nilai Tengah Kuadrat
Regresi
54.758
4
13.690
Sisa
86.975
55
1.581
Total
141.733
59
F
Sig.
8.657 .000a
a. Prediktor: (Konstan), DO, pH, Konsentrasi, Suhu b. Variabel Dependen: Mortalitas
Pembahasan Uji Fitokimia Daun Kamboja Uji fitokimia fenolik terhadap ekstrak daun kamboja dengan pelarut metanol menunjukan hasil positif, terlihat adanya reaksi perubahan warna hijau menjadi berwarna hitam yang kuat (pekat) setelah diberikan FeCl3 seperti yang terlihat pada Lampiran 2. Harborne (1987) menyatakan Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol kepada larutan cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah ungu, biru, atau hitam yang kuat. Uji fitokimia terpen/steroid terhadap ekstrak daun kamboja dengan pelarut metanol menunjukkan hasil positif dikarenakan adanya perubahan warna biru hijau seperti yang terlihat pada Lampiran 2 setelah disemprotkan dengan CeSO4 dan dipanaskan menggunakan hot plate. Menurut Kristanti dkk. (2008) diacu oleh Irmayanti dkk. (2014) menyatakan adanya senyawa golongan terpenoid akan ditandai dengan timbulnya warna merah sedangkan adanya senyawa golongan steroid ditandai dengan munculnya warna biru. Uji fitokimia alkaloid ekstrak daun kamboja dengan pelarut metanol menunjukkan hasil dari pereaksi dragendroff yang ditandai dengan perubahan warna merah jingga dan adanya endapan seperti terlihat pada Lampiran 2. Menurut Harbone (1987) menyatakan uji alkaloid dilakukan berdasarkan reaksi warna dengan pereaksi
dragendroff dan terbentuk endapan merah jingga diperkirakan endapan tersebut adalah kalium alkaloid. Uji fitokimia saponin pada ekstrak daun kamboja dengan pelarut metanol menunjukkan hasil negatif, karena tidak adanya buih yang stabil selama 30 detik setelah diberi akuades-HCl dan dikocok selama ±10 detik seperti terlihat pada Lampiran 2. Menurut Harborne (1987) menyatakan saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Uji fitokimia flavonoid pada ekstrak daun kamboja dengan pelarut etil asetat menunjukkan hasil negatif, karena tidak ada perubahan warna menjadi jingga seperti yang terlihat pada Lampiran 2. Hasil uji ini berbeda dengan pernyataan Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) diacu oleh Rolliana (2010) bahwa daun kamboja (Plumeria alba Linn), mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, glycoside dan alkaloid. Uji Pendahuluan Hasil pengamatan uji pendahuluan didapatkan bahwa mortalitas bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi. Konsentrasi tertinggi yang dapat membunuh seluruh ikan uji sebesar 750 ppm. Konsentrasi terendah yang tidak membunuh seluruh ikan uji sebesar 50 ppm. Menurut Hendri (2010) menyatakan semua hewan uji mati selama waktu dedah 24 jam pada konsentrasi 10 ppm (ambang atas)
dan pada konsentrasi 1 ppm semua hewan uji masih hidup selama waktu dedah 48 jam (ambang bawah). Penentuan konsentrasi untuk uji definitif dihitung dari konsentrasi ambang atas dan bawah. Konsentrasi hasil perhitungan digunakan dalam penentuan LC50 selama 96 jam pada uji definitif. Rudianti dan Ekasari (2009) menyatakan uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan ambang daya racun lethal dengan bahan aktif terhadap ikan uji. Pengamatan pergerakan ikan menunjukkan perilaku yang sama sesuai dengan kenaikan konsentrasi yang diberikan. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, ikan akan berenang keatas dan mengambil udara di permukaan. Sebaliknya pada konsentrasi yang semakin rendah ikan berenang tenang dan normal. Aerasi yang tidak diberikan dapat menurunkan kadar oksigen dalam air dan dimasukkannya ekstrak juga akan menurunkan kadar oksigen. Connell dan Miller (1995) menyatakan Jika zat-zat yang kaya karbon organik ditambahkan ke dalam sistem mengakibatkan meningkatnya pernapasan, terutama melalui pernapasan mikroorganisme, yang menyebabkan meningkatnya jumlah karbon dioksida dan metana. Uji Definitif Hasil pengamatan uji definitif selama 96 jam menunjukkan tingkat mortalitas berbanding lurus terhadap tingkat konsentrasi. Tingkat mortalitas ikan uji definitif lebih rendah dari
uji pendahuluan. Tingkat mortalitas menurun dipengaruhi pemberian aerasi selama uji definitif. Departement of Primary Industries and Resources of South Australia (2003) menyatakan oksigen terlarut dalam suatu perairan diperoleh melalui difusi dari udara ke dalam air, aerasi mekanis, dan fotosintesis tanaman akuatik. Oksigen terlarut yang hilang akibat respirasi ikan dan mikroorganisme dapat terganti dari aerasi yang diberikan. Mortalitas ikan diduga akibat senyawa fenolik dan alkaloid dari daun kamboja. Menurut Qadeer dan Rehan (1998) diacu oleh Dewilda dkk. (2012) menyatakan Fenol merupakan senyawa yang dapat menimbulkan bau tidak sedap, bersifat racun dan korosif terhadap kulit (iritasi), menyebabkan gangguan kesehatan manusia dan kematian pada organisme yang terdapat pada air dengan nilai konsentrasi tertentu. Harborne (1987) menyatakan Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Kualitas air yang diamati selama uji definitif menunjukkan tidak adanya perubahan yang besar. Suhu air semua perlaukan berkisar 26,5 – 31 0C yang masih tergolong normal. Kadar oksigen terlarut berkisar antara 6 – 8,2 mg/l yang menunjukkan bahwa oksigen terlarut masih tergolong normal. Suhu dan oksigen terlarut memiliki keterkaitan yaitu menurut USEPA (1972) diacu oleh Connell dan Miller (1995)
menyatakan suhu 36 – 27,5 0C memiliki tingkat kejenuhan oksigen terlarut sebesar 7 – 8 mg/l. Kadar pH di semua perlakuan berkisar 7,4 – 8,5 yang masih tergolong normal. Barus (2004) menyatakan Nilai pH yang ideal bagi kehidupan orgamsma air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. LC50 dalam 96 Jam Persentase mortalitas ditentukan dari jumlah mortalitas ikan masing-masing konsentrasi untuk menentukan nilai probit setiap konsentrasi. Nilai probit diperlukan dalam analisis probit, dimana nilai analisis probit dilakuan menggunakan software Microsoft Excell 2010. Hasil analisis probit dimasukkan ke dalam persamaan regresi dan didapatkan nilai LC50 selama 96 jam sebesar 510,63 ppm. Menurut Swann dkk. (1994) diacu oleh Effendi dkk. (2012) menyatakan nilai LC50 sebesar 100 – 1000 mg/l termasuk ke dalam katergori bersifat toksisitas sedang (moderately toxic). Konsentrasi aman sebesar 10% dari nilai LC50 dalam 96 jam adalah 51,06 ppm. Wibisono (1989) diacu oleh Nedi dkk. (2006) menyatakan untuk menentukan nilai konsentrasi aman (safety concentration) dipakai faktor aplikasi yakni 10% dari nilai LC50-96 jam. Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO Hasil analisis regresi R2 (R Kuadrat) sebesar 0,386 atau (38,6%). Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh DO, pH, konsentrasi, dan suhu terhadap mortalitas
sebesar 38,6%. Menurut Hartono (2008) menyatakan besar koefisien (R kuadrat) determinasi mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (independen) terhadap perubahan variabel dependen. Uji F dilakukan dengan mencari F kritis ditentukan dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% yaitu α = 5% = 0,05; df 1 = k – 1 = 4 (k adalah jumlah variabel); dan df 2 = n – k = 55 (n adalah jumlah kasus). F kritis dicari dengan Ms Excell dengan rumus “=finv(0,05;4;55)” yaitu sebesar 2,540. Menurut Priyatno (2013) menyatakan pengambilan keputusan uji F dengan kriteria jika F hitung ≤ F kritis maka H0 diterima dan jika F hitung > F kritis maka H0 ditolak. F hitung dari tabel 8. (8,657) > F kritis (2,540) maka H0 ditolak. Artinya DO, pH, konsentrasi, suhu secara serentak berpengaruh terhadap mortalitas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai LC50 dalam 96 jam dari ekstrak daun kamboja terhadap ikan nila sebesar 510,63 ppm dimana tergolong bersifat toksisitas sedang. Diduga, kematian ikan disebabkan oleh senyawa fenolik dan alkaloid. 2. Konsentrasi yang aman dari ekstrak daun kamboja adalah 51,06 ppm dimana konsentrasi aman sebesar 10% dari nilai LC50 dalam 96 jam. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penyembuhan ikan sakit dengan menggunakan ekstrak daun
kamboja untuk mengetahui konsentrasi aman mampu menyembuhkan ikan yang sakit. DAFTAR PUSTAKA Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan. Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI-PRESS. Jakarta. Department of Primary Industries and Resources of South Australia. 2003. Water Quality In Freshwater Aquaculture Ponds. http://www2.hcmuaf.edu.v n/data/phuhoa/file/TLTK/ watqual.pdf. Diakses pada tanggal 8 Maret 2014. Dewilda, Y., R. Afrianita, dan F.F. Iman. 2012. Degradasi Senyawa Fenol oleh Mikroorganisme Laut. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND Vol. 9 No. 1 Hal. 59-73. Effendi, H., A.H. Emawan, Y. Wardiatno, dan M. Krisanti. 2012. Toksisitas Akut (LC50) Serbuk Bor (Cuttings) terhadap Daphnia sp. Jurnal Bumi Lestari Vol. 12 No. 2 Hal. 321 – 326. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modem Menganalisis Tumbuhan. Edisi ke-2. Penerjemah: Dr. Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB. Bandung. Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hendri, M., G. Diansyah, dan J. Tampubolon. 2010. Konsentrasi Letal (LC50-48 jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp). Jurnal Penelitian Sains Vol.13 No. 1. Irmayanti, P.Y., C.I.S. Arisanti, dan N.P.A.D Wijayanti. 2014. Uji Pendahuluan Serbuk Simplisia dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) yang Berasal dari Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali. Jurnal Universitas Udayana Bali. Mariyono dan A. Sundana. 2002. Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Bercak Merah pada Ikan Air Tawar yang Disebabkan oleh Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Buletin Teknik Pertanian Vol. 7 No. 1. Nedi, S., Thamrin, dan H. Marnis. 2006. Toksisitas Deterjen terhadap Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Jurnal Berkala Perikanan Terubuk Vol. 33 No. 2.
Nurhayati, A.P.D., N. Abdulgani, dan R. Febrianto. 2006. Uji Toksisitas Ekstrak Eucheuma alvarezii terhadap Artemia salina sebagai Studi Pendahuluan Potensi Antikanker. Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Hal. 41-46. Priyatno, D. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta. Rolliana, E.R. 2010. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kamboja (Plumeria alba Linn) terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Sianturi, P. 2014. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu terhadap Ikan Patin (Pangasius sp.). [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Syamsuhidayat, S.S. dan J.R. Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal: 452-453