Apakah perubahan dividen merupakan sinyal perubahan arus kas ? Silviana Dewi Setyasari NIM. F 0301005
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengumuman dividen mengandung informasi yang penting bagi pemegang saham. Melalui pengumuman dividen, manajemen perusahaan menginformasikan besarnya keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham atas kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut. Pengumuman dividen juga mengandung informasi tentang kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena pengumuman dividen sering dipandang sebagai salah satu sinyal yang diberikan oleh manajemen perusahaan kepada investor. Teori sinyal beranggapan bahwa informasi dividen bisa berarti berita baik (good news) dan berita buruk (bad news) bagi investor. Pengumuman dividen menjadi berita baik, jika perusahaan mengumumkan dividen meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini berarti perusahaan mempunyai free cash flow dari hasil operasi perusahaan yang akan dibagi. Sebaliknya, jika perusahaan mengumumkan dividen menurun, dalam teori sinyal hal tersebut dianggap sebagai berita buruk bagi investor. Dividen menurun dipandang sebagai pertanda menurunnya kinerja perusahaan. Teori sinyal juga memandang
2
bahwa perusahaan yang kinerja keuangannya baik cenderung membayarkan dividen meningkat dari tahun sebelumnya. Berdasar teori sinyal dividen, maka kebijakan dividen menjadi hal penting bagi pihak manajemen perusahaan maupun investor. Oleh karena itu, dalam membuat kebijakan dividen, perusahaan mempertimbangkan berbagai hal. Kesejahteraan pemegang saham dan keyakinan manajemen terhadap kinerja perusahaan di masa depan akan mempengaruhi pembuatan kebijakan dividen. Pengumuman perubahan dividen akan direspon oleh pasar, maka reaksi pasar terhadap pengumuman dividen ini juga menjadi pertimbangan perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen. Perusahaan sering menggunakan dividen sebagai sinyal untuk menunjukkan pada pasar mengenai nilai-nilai atau prospek perusahaan di masa yang akan datang. Melalui kebijakannya, perusahaan dapat mengubah besarnya dividen yang dibagikan, menghapuskan dividen (dividend omission), atau bahkan membayar kembali dividen (dividend initiation) setelah dihapuskan selama beberapa periode. Ketiga peristiwa tersebut tentu membawa perubahan dalam perusahaan yang dapat menimbulkan reaksi investor. Kebijakan dividen yang dibuat oleh perusahaan akan berpengaruh pada karakteristik keuangan perusahaan. Karakteristik finansial perusahaan tersebut, menunjukkan bagaimana
kinerja
perusahaan.
Oleh
karena
itu
kebijakan
dividen
mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dalam harga sahamnya (Setyorini, 2003).
3
Selain
harga
saham,
pembayaran
dividen
tidak
terlepas
dari
pertumbuhan laba dan arus kas perusahaan. Besarnya dividen tunai yang dibayarkan dipengaruhi oleh besarnya laba dan kas yang dimiliki perusahaan. Perusahaan akan membayar dividen kas jika manajemen merasa kas yang dimilikinya mampu memenuhi kebutuhan pada saat pembayaran maupun pada masa yang akan datang sehingga perusahaan tidak akan mengalami masalah likuiditas. Ambarish, John dan Williams dalam Setyorini (2003) menyatakan bahwa pengumuman dividen dapat memberikan informasi kepada pemilik perusahaan tentang cash flow masa depan perusahaan melalui asset atau kesempatan investasi baru. Keyakinan mengenai adanya pertumbuhan laba juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan pembagian dividen. Oleh karena itu, laba dan arus kas merupakan dua hal penting yang berhubungan erat dengan pembagian dividen dan direspon oleh investor. Berdasarkan hubungan tersebut, banyak dilakukan penelitian untuk menguji hubungan pengumuman dividen dengan laba dan arus kas. Penelitian-penelitian tersebut pada umumnya juga merupakan pengujian terhadap Dividend Signalling Theory. Bernatzi, Michaely dan Thaler (1997) melakukan penelitian untuk menguji apakah perubahan dividen merupakan sinyal tentang earning perusahaan dimasa yang akan datang dan masa lalu. Penelitian tersebut, mendasarkan pada berbagai teori dividen yang menyatakan bahwa dividen memiliki informasi tentang earning perusahaan di masa lalu dan masa yang akan datang. Hasil penelitian Bernatzi, Michaely dan Thaler (1997)
4
menunjukkan bahwa perusahaan yang mengumumkan dividen meningkat pada tahun 0 mengalami peningkatan earning yang signifikan satu tahun sebelum pengumuman dividen dan pada tahun pengumuman tersebut. Hasil lain dari penelitian tersebut membuktikan bahwa ukuran peningkatan dividen pada tahun 0, tidak memprediksi pertumbuhan earning di masa yang akan datang, namun perusahaan yang mengumumkan dividen meningkat memiliki kelebihan return jangka panjang. Simons (1994) menguji hubungan perubahan dividen dengan arus kas. Penelitian Simons tersebut menggunakan variabel Cash Availability yang didefinisikan sebagai arus kas operasi sebagai variabel baru, disamping dua variabel lain yaitu, dividen tahun sebelumnya dan laba. Cash Availability dalam penelitian ini diukur dengan Cash Flow From Operations, Net Current Operating Funds dan Total Cash Flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cash Flow From Operations memiliki nilai yang signifikan, tetapi bernilai negatif untuk sekelompok perusahaan. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menjelaskan perubahan dividen, tidak satupun dari ukuran Cash Availability yang digunakan dalam penelitian ini secara konsisten menambah nilai inkremental dua variabel yang sudah ada, yaitu laba dan dividen tahun sebelumnya. Brook, Charlton dan Hendershott (1998) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah perusahaan menggunakan dividen sebagai sinyal atas adanya peningkatan arus kas yang besar di masa yang akan datang. Penelitian tersebut menemukan bukti empiris yang konsisten dengan kebijakan dividen
5
yang digunakan sebagai sinyal tentang peningkatan future cash flow. Perusahaan dapat menandakan impending cash flow jumps dengan cara meningkatkan dividen mereka. Di Indonesia, penelitian mengenai pengumuman dividen dan laba juga telah banyak dilakukan.
Habbe (2003) meneliti tambahan kandungan
informasi perubahan dividen tentang profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang. Habbe (2003) menggunakan perusahaan manufaktur yang mengumumkan dividen pada periode 1990-1999 sebagai sampel. Dari penelitian tersebut, ditemukan bukti empiris bahwa perubahan dividen memiliki tambahan kandungan informasi terhadap informasi pasar dan data akuntansi tentang perubahan laba untuk satu tahun kedepan. Dari bukti empiris tambahan kandungan informasi perubahan dividen tersebut, ternyata hanya informasi perubahan dividen menurun saja yang memiliki kandungan perubahan laba dan laba tidak normal untuk satu tahun kedepan. Sedangkan informasi perubahan dividen naik tidak memiliki kandungan informasi tentang tingkat laba, perubahan laba dan laba tidak normal untuk satu sampai empat tahun kedepan. Di Indonesia, penelitian tentang dividen yang dilakukan selama ini, masih menguji hubungan perubahan dividen dengan laba dan harga saham. Penelitian tentang perubahan dividen dan perubahan arus kas di Indonesia, belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini menguji perubahan dividen yang dihubungkan dengan perubahan arus kas. Pengujian pengaruh perubahan dividen terhadap perubahan arus kas penting dilakukan karena arus kas
6
merupakan informasi yang sangat berharga baik bagi manajemen perusahaan maupun investor. Bagi manajemen perusahaan, informasi arus kas berguna untuk mengetahui besarnya kas yang tersedia dan transaksi-transaksi yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya kas. Informasi tentang jumlah kas yang tersedia juga penting, karena kas merupakan aktiva yang paling likuid sehingga paling mudah digunakan untuk mendanai transaksi dalam jangka pendek. Bagi investor, kas juga merupakan hal yang penting. Tersedianya kas yang mencukupi, memungkinkan perusahaan membayarkan dividen kas. Informasi kas juga bermanfaat bagi pemegang saham karena laporan arus kas ini menjadi salah satu instrumen untuk mengukur kinerja perusahaan dan dapat digunakan untuk memperkirakan prospek arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini mencoba menggabungkan penelitian Bernatzi Michaely dan Thaler (1997) dengan penelitian Simons (1994), sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan dividen merupakan sinyal perubahan arus kas perusahaan di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Penelitian ini juga akan menguji perubahan dividen naik atau turunkah yang memiliki kandungan informasi tentang arus kas perusahaan baik masa lalu, sekarang atau yang akan datang. Oleh karena itu perubahan dividen dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan dividen naik dan perubahan dividen menurun. Perubahan dividen pada penelitian ini diartikan sebagai delta dividen per share (DPS) sehingga nilai perubahan dividen hanya dapat
7
dihitung pada perusahaan-perusahaan yang membagi dividen secara berturutturut. Oleh karena itu, peristiwa inisiasi dividen (dividend initiation) dan omisi dividen (dividend omission) tidak dilteliti dalam penelitian ini. Dilihat dari berbagai teori dividen yang ada, teori dividen yang relevan dengan penelitian ini adalah signalling theory sehingga penelitian ini juga merupakan pengujian terhadap teori sinyal dividen.
B. Perumusan Masalah Pengumuman dividen menjadi salah satu sumber informasi bagi pihak luar perusahaan yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Dividen yang akan dibagikan perusahaan dapat meningkat, tetap atau bahkan menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya. Umumnya, perubahan dividen meningkat dipandang sebagai informasi yang menggambarkan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan baik atau memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, perubahan dividen menurun sering dianggap sebagai pertanda buruk atas kondisi keuangan perusahaan. Anggapananggapan tersebut umumnya memandang bahwa perubahan
dividen
menggambarkan kondisi keuangan khususnya laba perusahaan di masa datang. Penelitian ini berbeda dengan pandangan tersebut karena penelitian ini menguji apakah perubahan dividen juga mengandung informasi tentang kondisi arus kas perusahaan di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Arus kas perusahaan di masa lalu maksudnya adalah arus kas perusahaan pada tahun sebelum pengumuman dividen, sedangkan masa
8
sekarang adalah arus kas pada saat perusahaan mengumumkan dividen tersebut, dan masa yang akan datang adalah beberapa tahun setelah perusahaan mengumumkan dividen. Berdasar uraian diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut “Apakah perubahan dividen merupakan sinyal perubahan arus kas di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui apakah perubahan dividen merupakan sinyal arus kas perusahaan pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang dapat menambah pengetahuan mengenai sinyal perubahan dividen terhadap perubahan arus kas. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti cash flow. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi investor dalam memprediksi prospek keuangan perusahaan ditinjau dari segi cash flow sehingga menjadi salah satu pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Demikian pula bagi para emitan, penelitian ini diharapkan dapat
9
memberi masukan sehubungan dengan kebijakan dividen yang mereka lakukan mengingat kebijakan dividen tidak hanya penting bagi manajemen perusahaan, namun juga menyangkut kesejahteraan investor.
E. Organisasi Bab-Bab Selanjutnya BAB II LANDASAN TEORI Penjelasan teori yang menjadi acuan utama penelitian, tinjauan penelitian terdahulu yang mendasari penelitian dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas metode penelitian, ukuran dan pengambilan sampel, teknik pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pengujian hipotesis dan analisis hasil pengujian hipotesis. BAB V PENUTUP Bab ini akan menjelaskan hasil akhir penelitian yang berupa kesimpulan dan implikasi bagi penelitian.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dividen Dividen merupakan salah satu keuntungan yang diharapkan oleh investor yang berinvestasi dalam bentuk saham. Dividen adalah proporsi laba yang dibagikan kepada pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Dividen yang dibagi kepada pemegang saham dapat dinyatakan sebagai persentase atas nilai saham atau sejumlah uang untuk tiap lembar saham yang dimiliki. Dividen dapat dibayarkan dalam beberapa bentuk, yaitu: dividen kas, dividen saham, properti atau asset dan surat perjanjian untuk membayar sejumlah uang tunai. Dividen kas adalah bentuk yang paling umum dipilih oleh manajemen perusahaan bila dibandingkan dengan bentuk dividen lainnya. Dividen kas merupakan pembagian uang kas kepada pemegang saham sebanding dengan nilai kepemilikan saham dalam perusahaan yang bersangkutan. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut memilih membayar dividen dalam bentuk kas, yaitu: 1) Adanya laba ditahan dalam perusahaan.
11
Laba ditahan adalah laba bersih yang ditahan dalam perusahaan. Legalitas dividen kas tergantung pada hukum negara dimana perusahaan beroperasi. Pembayaran dividen kas dari laba ditahan dianggap legal di semua negara .
2) Kas perusahaan dalam keadaan cukup. Sebelum memutuskan untuk membayar dividen dalam bentuk kas, perusahaan harus mempertimbangkan kebutuhan kas perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang. Karena pembayaran dividen dalam bentuk kas tentu akan mengurangi persediaan kas perusahaan. Pembayaran dividen kas dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan masalah likuiditas perusahaan. 3) Pengumuman dividen. Perusahaan tidak akan membayar dividen apabila dewan direksi tidak memutuskan pembayaran dividen tersebut. Dividen tidak diakui sebelum dividen tersebut diumumkan. Bentuk dividen lain yang umum dipilih oleh manajemen perusahaan adalah dividen saham. Dividen saham adalah pembagian laba kepada pemegang saham yang dibayarkan dalam bentuk saham. Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan memilih pembagian laba dalam bentuk dividen saham, yaitu: 1) Perusahaan berniat membagi keuntungan pada pemegang saham namun tidak menginginkan berkurangnya kas perusahaan. Oleh karena itu, pembagian laba dilakukan dengan membagi dividen saham.
12
2) Keinginan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menarik investor kecil. Apabila jumlah saham yang beredar meningkat, harga pasar per lembar saham akan menurun. Penurunan harga pasar saham tersebut akan memudahkan investor kecil untuk membeli saham. 3) Adanya keinginan agar bagian ekiutas pemegang saham secara permanen diinvestasikan kembali dalam bisnis perusahaan.
B. Dividend Signalling Theory Teori information content menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Secara luas, perubahan dividen tidak hanya dipandang sebagai pertanda perkiraan manajemen atas laba, namun juga komponen keuangan lainnya, yaitu arus kas. Laba dan arus kas merupakan informasi akuntansi yang umumnya digunakan oleh pasar untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Ada beberapa teori yang menyatakan bahwa pembagian dividen dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan. Dividend Signaling Theory atau teori sinyal berpendapat bahwa informasi deviden bisa berarti berita baik (good news) dan berita buruk (bad news) bagi investor.
Kenaikan dividen
merupakan sinyal dari manajemen mengenai kepercayaan mereka bahwa laba akan mengalami peningkatan secara permanen di masa depan (Lintner dalam Setiawan dan Jogiyanto, 2002). Kenaikan dividen menjadi berita baik karena menandakan bahwa perusahaan mempunyai free cash flow dari hasil operasi
13
perusahaan yang akan dibagi. Ross dalam Kartini (2001) menunjukkan bahwa manajer perusahaan sebagai pihak yang memiliki informasi yang lebih mendalam mengenai kondisi intern perusahaan sering menggunakan dividen sebagai sinyal untuk menunjukkan pada pasar mengenai nilai-nilai dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Sujoko (1999), investor menganggap bahwa kebijakan dividen yang dilakukan manajemen perusahaan merupakan sinyal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang. Berdasar teori ini, seorang manajer yang memiliki informasi lebih mendalam, menggunakan dividen untuk menginformasikan kualitas earnings perusahaan kepada investor. Ada dua asumsi yang mendasari Dividend Signaling Theory (Sujoko, 1999). Asumsi-asumsi tersebut adalah: 1) Manajemen perusahaan enggan untuk mengubah kebijakan dividen, karena itu pembagian dividen yang dilakukan oleh manajemen dirasakan oleh investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. 2) Perbedaan tingkat luasnya informasi yang dimiliki oleh investor dan manajemen. Manajer mempunyai informasi mendalam tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sebaliknya, investor tidak memiliki informasi mendalam tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya information asymmetry antara manajer dengan investor.
14
Menurut Yusnitasari (2002) pengumuman perubahan pembayaran dividen mempunyai kandungan informasi penting yang dapat mempengaruhi return saham. Hal ini karena dividen mempunyai sinyal yang dapat mempengaruhi keyakinan investor yang tercermin pada harga saham. Teori sinyal tidak hanya berkaitan dengan dividen dan free cash flow. Teori ini juga menggambarkan hubungan pemecahan saham dengan return saham masa depan. Signalling Theory dalam hal stock split menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown dalam Marwata 2001). Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan.
C. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Herdiansyah, 2001). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
pembayaran pemegang
dividen.
saham
dan
Manajer
harus
memperhatikan
tetap
berusaha
meningkatkan
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara
15
dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan harga saham (Surasni, 1998). Menurut Ross dalam Kartini (2001), ada empat syarat penting yang perlu diperhatikan dalam optimalisasi kebijakan dividen sebagai sinyal, yaitu: 1) Manajemen harus selalu mempunyai insentif yang sesuai untuk mengirimkan sinyal yang jujur, meskipun bukan merupakan berita baik. 2) Sinyal dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah untuk diikuti oleh pesaingnya yaitu perusahaan yang kurang sukses. 3) Sinyal itu harus memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang diamati. 4) Tidak ada cara menekan biaya yang relatif lebih efektif untuk mengirimkan sinyal yang sama. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen menurut Martin, Retty, Keown, Scott Jr. yang dikutip oleh Surasni (1998) adalah sebagai berikut: 1) Legal Restriction Adanya peraturan-peraturan tertentu yang akan membatasi besar dividen yang dibayarkan oleh perusahaan. 2) Liquidity Position Jumlah keuntungan yang diperoleh dan retained earnings yang tinggi tidak selalu menyebabkan tingginya jumlah kas perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan penggunaan keuntungan dan retained earnings tersebut untuk membayar hutang atau membeli aktiva.
16
3) Absence or Lack of other sources of Financing Bagi perusahaan yang baru tumbuh, adanya sumber dana intern sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang baru tumbuh, umumnya mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman ataupun menjual sahamnya. Akibatnya, laba ditahan akan tinggi sehingga dividen yang dibayarkan akan rendah atau bahkan tidak dibagikan.). 4) Earning Predictability Apabila earning berfluktuasi maka dividen tidak dapat hanya diandalkan dari earning tersebut. Diperlukan trend earning yang stabil untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagi. 5) Ownership Control Apabila pembayaran dividen dalam jumlah besar menyebabkan laba ditahan tidak cukup untuk membiayai investasi baru, perusahaan harus menerbitkan saham baru untuk mendapat dana. Penerbitan saham baru ini dapat menyebabkan kurangnya kendali pemegang saham lama. Hal ini tidak diinginkan oleh pemegang saham lama sehingga mereka memilih untuk tidak memperoleh dividen. 6) Inflation Inflasi menyebabkan depresiasi tidak mencukupi untuk membeli aktiva sehingga perusahaan perlu menahan laba dalam jumlah besar, sehingga dividen akan semakin kecil. Kebijakan
dividen
akan
diputuskan
setelah
mempertimbangkan
kepentingan pemegang saham maupun kepentingan perusahaan. Ada beberapa
17
alternatif pembayaran dividen yang disebut sebagai kebijakan dividen. Menurut Setyorini (2003), beberapa kebijakan dividen tersebut adalah:
1) Kebijakan Dividen Residual Kebijakan ini menetapkan bahwa perusahaan seharusnya mengambil empat langkah ketika mengambil keputusan atas rasio pembagian dividennya: (a) menentukan anggaran barang modal yang optimal; (b) menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut; (c) sedapat mungkin menggunakan laba ditahan untuk memenuhi komponen penyertaan modal; (d) membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia daripada yang diperlukan untuk mendukung anggaran modal yang optimal. 2) Dividen yang konstan, atau naik secara mantap Kebijakan dividen yang konstan atau naik secara mantap menetapkan suatu target tingkat pertumbuhan untuk dividen bagi perusahaan dan berusaha untuk menaikkan dividen sebesar target tersebut setiap tahun. Alasan yang mendorong perusahaan untuk menggunakan kebijakan ini: (a) dengan adanya gagasan bahwa dividen merupakan sinyal atas profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang, maka kebijakan pembagian dividen yang berubah-ubah akan mengakibatkan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas sekuritas investor, lebih tinggi dan harga saham lebih rendah, daripada yang akan ditimbulkan jika menggunakan kebijakan yang
18
mantap; dan (b) sebagian besar pemegang saham menggunakan dividen untuk konsumsi saat ini, mereka akan dirugikan apabila harus menjual sebagian sahamnya untuk mendapatkan uang tunai jika perusahaan mengurangi dividen, maka mereka akan merasa cemas jika terjadi pengurangan dividen. 3) Rasio pembagian dividen yang konstan Melalui kebijakan ini, perusahaan menetapkan rasio yang tetap terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh perusahaan persentase keuntungan yang dibagi akan selalu sama, namun laba perusahaan pada umumnya berubah-ubah. Oleh karena itu kebijakan dividen perlu memperhitungkan bahwa jumlah dividen akan turut berubah. Apabila perusahaan mengurangi dividen untuk mempertahankan rasio pembagian dividen agar tetap konstan, harga saham akan turun karena investor akan mengartikan penurunan dividen tersebut sebagai akibat pemikiran manajemen bahwa terjadi penurunan laba yang sifatnya permanen. Sebenarnya kondisi ini dapat berubah-ubah, maka perusahaan harus menetapkan suatu target rasio pembagian dividen berdasarkan seperangkat persyaratan yang paling memungkinkan. 4) Dividen yang tetap kecil tetapi ditambah pembayaran ekstra Kebijakan ini menetapkan pembagian dividen yang tetap kecil ditambah dengan pembayaran ekstra pada akhir tahun apabila perusahaan mengalami
lonjakan
keuntungan.
Tujuan
manajemen
mengambil
kebijakan ini adalah untuk menghindarkan konotasi dividen permanen,
19
akan tetapi hal ini akan menyebabkan investor tidak dapat mengestimasi dividen yang akan diperoleh dan menjadi ragu-ragu untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. D. Arus Kas Arus kas adalah salah satu komponen keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan finansial perusahaan. Arus kas ini dapat digunakan oleh investor sebagai alat analisis. Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 mengidentifikasikan beberapa tujuan pelaporan keuangan. Satu diantaranya adalah menyediakan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditor dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan.
PSAK No. 2 (4) mengklasifikasikan arus kas yang
dilaporkan dalam laporan arus kas ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan aktivitasnya (Yen, 1999). Beberapa klasifikasi tersebut adalah: 1) Arus kas dari aktivitas operasi. Arus kas operasi merupakan kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan investasi serta pendanaan (Tarjo dan Jogiyanto, 2003). Aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang melibatkan transaksi keluar-masuk dalam penentuan laba bersih perusahaan. 2) Arus Kas dari investasi. Arus kas yang termasuk dalam kategori ini adalah arus kas yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas berkaitan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa
20
depan. Pada umumnya arus kas ini melibatkan aktiva jangka panjang karena merupakan investasi.
3) Arus Kas dari aktivitas pendanaan. Arus kas ini melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik yang meliputi perolehan atau pengembalian pinjaman kepada kreditur. Arus kas bagi investor dapat digunakan sebagai alat peramalan mengenai pembagian dividen di masa yang akan datang dan sebaliknya, menurut teori sinyal, dividen mencerminkan free cash flow perusahaan. Menurut Syamsudin seperti dikutip Yen (1999), investor yang concern terhadap dividen biasanya adalah investor yang mempertimbangkan pentingnya laporan arus kas tiap periode, hal ini agar investor bisa melihat pendapatan yang jelas, dana yang dimiliki dan ini merupakan keberhasilan dalam mengelola dana.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian tentang dividen telah dilakukan. Penelitianpenelitian tersebut pada umumnya menghubungkan antara dividen dengan profitabilitas perusahaan atau dengan harga saham. Penelitian tentang pengumuman dividen pada umumnya mendasarkan pada teori sinyal dividen. Brennan dan Anjan (1990) meneliti shareholder preferences dan dividend policy. Penelitian ini menawarkan suatu teori atas metode pemilihan pengeluaran kas perusahaan yang tidak mendasarkan pada suaru asumsi asimetri
informasi.
Teori
yang
ditawarkan
dalam
penelitian
ini
21
menitikberatkan pengeluaran kas perusahaan pada dividen, open market repurchases dan tender offer repurchases. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan akan membuat pengeluaran kas dalam jumlah kecil untuk dividen, pengeluaran kas dalam jumlah sedang melalui open market repurchases dan mengeluarkan kas dalam jumlah besar untuk tender offer repurchases. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah jika tingkat pajak perseorangan atas dividen tidak terlalu tinggi, pemegang saham yang hanya memiliki kepemilikan yang kecil dalam perusahaan, akan memilih dividen. John dan Larry (1991) melakukan penelitian untuk mengetahui aspek informasional atas insider trading di sekitar pengumuman dividen. Penelitian ini mendasarkan pada signaling model karena fokus utamanya adalah pengaruh pengumuman dividen terhadap harga saham. Penelitian ini memberikan bukti tentang pengaruh pengumuman inisiasi dividen yang menunjukkan bahwa insider trading sebelum pengumuman inisiasi dividen memiliki kekuatan yang signifikan. Bukti yang lain menunjukkan bahwa excess return untuk kelompok penjual adalah negatif sedangkan excess return untuk kelompok pembeli adalah positif. Secara keseluruhan, bukti dari penelitian ini konsisten dengan pola aktivitas insider trading dan respon harga saham yang diprediksi dengan model penelitian ini. Teori dan bukti yang ada dalam penelitian ini memandang insider trading sebagai signaling activity, bisa bermanfaat untuk memahami insider trading disekitar pengumuman dividen perusahaan.
22
Dhillon dan Herb (1994) melakukan penelitian tentang perubahan dividen, namun penelitian ini menguji dampak perubahan dividen terhadap harga saham dan obligasi. Penelitian ini menemukan bahwa reaksi harga obligasi terhadap pengumuman perubahan dividen yang besar berlawanan dengan reaksi harga saham. Pernelitian tentang reaksi harga saham juga dilakukan oleh Michaely, Thaler dan Womack (1995). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi reaksi harga terhadap inisiasi dan omisi dividen. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan magnitudo reaksi harga jangka pendek terhadap omisi dividen lebih besar daripada reaksi harga terhadap inisiasi dividen. Bernatzi, Roni dan Rhicard (1997) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah perubahan dividen merupakan sinyal atau tanda tentang laba masa yang akan datang atau yang telah lalu. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Watts (1973), yaitu tidak ditemukannya bukti untuk mendukung pandangan bahwa perubahan dividen memiliki kandungan informasi tentang perubahan laba di masa yang akan datang. Hasil lain dari penelitian
ini
adalah
ditemukannya
bukti
bahwa
perusahaan
yang
mengumumkan peningkatan dividen memiliki kemungkinan yang lebih kecil atas terjadinya penurunan subsequent earning. Dalam hal ini berarti dividen memberi sinyal tentang masa sekarang. Penelitian ini menguji kembali apakah dividen merupakan sinyal arus kas masa sekarang, sehingga hipotesis alternatif yang diajukan adalah:
23
Simons (1994) menguji hubungan perubahan dividen dengan arus kas. Penelitian Simons tersebut menggunakan variabel Cash Availability yang didefinisikan sebagai arus kas operasi sebagai variabel baru, di samping dua variabel lain yaitu, dividen tahun sebelumnya dan laba. Cash Availability dalam penelitian ini diukur dengan Cash Flow from Operations, Net Current Operating Funds dan Total Cash Flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cash Flow From Operations memiliki nilai yang signifikan, tetapi bernilai negatif untuk sekelompok perusahaan. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menjelaskan perubahan dividen, tidak satupun dari ukuran Cash Availability yang digunakan dalam penelitian ini secara konsisten menambah nilai inkremental dua variabel yang sudah ada, yaitu laba dan dividen tahun sebelumnya. Jensen dan James (1995) meneliti karakteristik perusahaan di sekitar pembayaran dividen menurun. Pertama, Jensen dan Johnson menganalisis 20 karakteristik perusahaan, kemudian memeriksa karakteristik keuangan perusahaan sebelum dan setelah penurunan dividen. Analisis karakteristik keuangan perusahaan sebelum penurunan dividen dilakukan untuk mengetahui motivasi pengurangan dividen, sedangkan analisis keuangan pada saat dan setelah pengurangan dividen dilakukan untuk mengetahui konsekuensi atas tidakan penurunan dividen. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penurunan dividen disertai adanya kerusakan dalam perusahaan,
khususnya
pada periode sebelum
pengurangan
dividen.
Kerusakan itu berupa penurunan signifikan dalam profitabilitas, harga saham,
24
tingkat aktiva lancar, posisi kas, dan jumlah karyawan. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan dividen dipandang negatif oleh investor. Brook, Charlton dan Hendershott (1998) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah perusahaan menggunakan dividen sebagai sinyal atas adanya peningkatan arus kas yang besar di masa yang akan datang. Penelitian tersebut menemukan bukti empiris yang konsisten dengan kebijakan dividen yang digunakan sebagai sinyal tentang peningkatan future cash flow. Perusahaan dapat menandakan impending cash flow jumps dengan cara meningkatkan dividen mereka. Supriyadi (1999) mengevaluasi informasi akuntansi yang relevan (laba dan arus kas) di Indonesia untuk memprediksi operating cash flow perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian ini meneliti 61 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1990 sampai tahun 1997. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan bahwa data arus kas menyediakan informasi yang lebih baik daripada data laba, untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Sujoko (1999) meneliti tentang kandungan informasi dividen dan ketepatan reaksi pasar. Penelitian ini merupakan pengujian terhadap Signaling Theory. Hasil pengujian hipotesis penelitian tentang kandungan informasi dividen dengan tiga model return ekspektasi menunjukkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesis kandungan informasi dividen yang menyatakan bahwa pengumuman dividen mengandung informasi yang berguna bagi
25
investor. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasar menerima dan mengintrepetasikan pengumuman dividen meningkat begitu saja sebagai sinyal positif, tanpa mempertimbangkan apakah sinyal tersebut valid atau tidak. Alangar, Bathala dan Rao (1999) melalui penelitiannya tentang pengaruh kepemilikan institusional terhadap informasi yang terkadnung dalam pengumuman perubahan dividen, mencoba menguji hipotesis bahwa informasi yang terkandung dalam pengumuman perubahan dividen, yang tercermin dalam harga saham, secara langsung berhubungan dengan tingkat asimetri informasi dalam saham sebelum pengumuman. Konsisten dengan hipotesis tersebut, penelitian ini menemukan bahwa kandungan informasi dalam pengumuman perubahan dividen berhubungan positif dengan tingkat informasi asimetri sebelum pengumuman yang melekat pada saham. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengumuman perubahan dividen tidak hanya berhubungan masalah keuangan perusahaan pada masa sekarang dan masa yang akan datang, namun juga masa sebelum pengumuman perubahan dividen. Penelitian tentang efek pengumuman dividen terhadap return saham di Indonesia dilakukan oleh Suparmono (2000). Penelitian ini juga mendasarkan pada teori sinyal dividen. Teori sinyal menyatakan bahwa manajer menggunakan pengumuman dividen untuk menandakan perubahan harapan mereka atas prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini mendukung proposisi bahwa partisipan pasar memanfaatkan informasi
26
yang tersirat dalam pengumuman dividen. Pasar bereaksi positif terhadap pengumuman dividen naik dan sebaliknya, pasar bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen kas turun atau ketika pengumuman dividen saham. Penelitian ini menemukan sedikit bukti untuk mendukung pandangan bahwa perubahan dividen kas dan dividen saham menyediakan informasi incremental tentang kinerja laba di masa yang akan datang. Hasil lain dari penelitian ini adalah adanya perubahan laba yang signifikan sebelum pengumuman dividen. Dilatarbelakangi oleh adanya teori tentang kandungan informasi atau sinyal yang terdapat dalam dividen, Garret dan Priestley (2000) melakukan penelitian mengenai Dividend Behavior and Dividend Signalling. Penelitian Garret dan Priestley (2000) tersebut menemukan bukti yang signifikan bahwa informasi tentang perubahan yang diharapkan dalam laba permanen telah terkandung dalam perubahan harga saham. Penelitian ini tidak menemukan bukti bahwa dividen menandakan laba permanen di masa yang akan datang. Pengaruh pengumuman dividen tidak hanya berhubungan dengan harga saham, laba dan arus kas. Anderson, Steven dan Lawrence (2001) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pengumuman dividen perpajakan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perubahan sistem pemungutan pajak di New Zealand pada tahun 1988. Perubahan sistem perpajakan tersebut dilakukan untuk menghindari pajak berganda atas keuntungan perusahaan. Pajak atas dividen, dalam sistem ini, bukan merupakan pajak perusahaan namun
merupakan
pajak
perseorangan.
Pemerintah
New
Zealand
memperlakukan dividen kas sama dengan taxable stock dividends untuk tujuan
27
pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa taxable stock dividends memiliki pengaruh pengumuman yang lebih besar daripada nontaxable stock dividend karena present value atas tax benefit untuk pemegang saham ditingkatkan. Kaaro (2002) melakukan penelitian tentang keputusan investasi dan kebijakan dividen sebagai penentu keputusan keuangan. Studi ini meneliti dampak keputusan investasi dan kebijakan dividen terhadap keputusan pendanaan secara empiris. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan pengukuran keputusan investasi, yaitu investasi actual dan peluang investasi. Penelitian ini juga mengontrol efek ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap keputusan pendanaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peluang investasi secara konsisten berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan, tetapi tanda koefisien parameternya tidak mengikuti teori tertentu, melainkan kombinasi dari teori-teori struktur modal. Warastuti (2003) melakukan penelitian untuk menguji kemampuan harga saham dalam mencerminkan informasi laba dan dividen yang digunakan dalam pembentukan ekspektasi laba mendatang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dividen dan perubahan dividen memiliki hubungan positif dengan laba mendatang meskipun pengaruhnya secara statistic tidak signifikan. Penjelasan dari tidak signifikannya pengaruh dividen dan perubahan dividen terhadap laba mendatang adalah kebijakan pembagian dividen perusahaan-perusahaan di Indonesia berdasarkan pada keputusan rapat umum pemegang saham.
28
Habbe (2003) meneliti tambahan kandungan informasi perubahan dividen tentang profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang. Habbe (2003) menggunakan perusahaan manufaktur yang mengumumkan dividen pada periode 1990-1999 sebagai sampel. Habbe (2003) menemukan bukti empiris bahwa perubahan dividen memiliki tambahan kandungan informasi terhadap informasi pasar dan data akuntansi tentang perubahan laba untuk satu tahun kedepan. Penelitian tersebut tidak berhasil menemukan bukti bahwa informasi perubahan dividen memiliki kandungan informasi untuk tingkat laba dan laba tidak normal untuk satu tahun kedepan. Dari bukti empiris tambahan kandungan informasi perubahan deviden tersebut, ternyata hanya informasi perubahan dividen menurun saja yang memiliki kandungan perubahan laba dan laba tidak normal untuk satu tahun kedepan. Sedangkan informasi perubahan dividen naik tidak memiliki kandungan informasi tentang tingkat laba, perubahan laba dan laba tidak. normal untuk satu sampai empat tahun kedepan. Berbeda dengan penelitian Habbe yang meneliti perubahan dividen sebagai sinyal tentang laba perusahaan di masa yang akan datang, penelitian ini menguji apakah perubahan dividen merupakan sinyal perubahan arus kas, sehingga hipotesis yang diajukan adalah: H0 = Perubahan dividen merupakan sinyal perubahan arus kas. Hipotesis tersebut merupakan hipotesis mayor. Perubahan dividen dapat berupa perubahan dividen naik dan perubahan dividen turun. Penelitian ini menguji apakah dua macam perubahan dividen tersebut merupakan sinyal
29
perubahan arus kas masa lalu, sekarang dan masa depan. Oleh karena itu, hipotesis minor dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : H01 = Perubahan dividen naik merupakan sinyal perubahan arus kas masa lalu H02 = Perubahan dividen naik merupakan sinyal perubahan arus kas masa sekarang H03 = Perubahan dividen naik merupakan sinyal perubahan arus kas masa depan H04 =
Perubahan dividen turun merupakan sinyal perubahan arus kas masa lalu
H05 =
Perubahan dividen turun merupakan sinyal perubahan arus kas masa sekarang
H06 = Perubahan dividen turun merupakan sinyal perubahan arus kas masa depan
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk mengadakan pengujian terhadap perubahan dividen sebagai sinyal perubahan arus kas. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori (explanatory research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan macam hubungan tertentu, atau menetapkan perbedaan antarkelompok atau independensi dari dua atau lebih faktor dalam suatu obyek yang diteliti (Sularso, 2003).
B. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti (Sularso, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini tidak mungkin meneliti seluruh perusahaan yang menjadi populasi karena keterbatasan waktu dan data yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan sampel. Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi. Peneliti berharap dapat mengambil kesimpulan yang akan digeneralisasikan untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ yang membagi dividen pada periode 1998-2001 dengan
31
mempelajari sampel.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini merupakan
purposive sampling karena perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel ditetapkan dengan kriteria tertentu, sebagai berikut: 1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1996-2001. Perusahaan yang menjadi sampel tidak diklasifikasikan berdasarkan jenis industrinya. Hal ini dilakukan karena setiap perusahaan, tanpa membedakan jenis industri, mungkin melakukan perubahan dividen. 2. Perusahaan telah melakukan perubahan pembagian dividen selama enam tahun berturut-turut. Pemilihan rentang waktu pengamatan selama enam tahun berturut-turut disebabkan karena dalam pengujian hipotesis mayor yang dilakukan dengan meregresikan perubahan dividen secara bersamaan baik perubahan dividen pada tahun lalu, sekarang maupun yang akan datang hanya bisa dihitung jika perusahaan melakukan perubahan dividen selama enam periode berturut-turut. 3. Sampel telah menerbitkan laporan arus kas pada tahun 1996-2001. Laporan keuangan tahun 1996 dan 1997 diperlukan untuk menghitung perubahan kas pada tahun 1997 dan 1998. 4. Sampel tidak melakukan merger dan akuisisi selama periode pengamatan. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh terhindar dari bias akibat adanya peristiwa merger dan akuisisi. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 perusahaan dari semua jenis usaha.
32
C. Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data Data adalah fakta-fakta yang diberikan kepada peneliti dari lingkungan penelitiannya atau fakta-fakta yang didapatkan oleh peneliti sehubungan dengan hal yang akan diteliti (Emory dan Cooper dalam Setyorini, 2003). Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang dibuat atau diterbitkan oleh organisasi, bukan oleh peneliti tersebut. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Besarnya dividen per lembar saham atau dividend per share (DPS). 2. Besarnya perubahan arus kas selama satu periode akuntansi yang didapatkan dari laporan arus kas selama satu periode. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan perusahaan yang di dapatkan dari perpustakaan Magister Manajemen UNS.
D. Variabel dan Batasan Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
perubahan dividen, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan arus kas. Variabel-variabel tersebut, dalam penelitian ini memiliki batasan sebagai berikut: 1. Perubahan arus kas adalah jumlah kenaikan atau penurunan kas tahun berjalan dari tahun sebelumnya.
33
2. Perubahan dividen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan besarnya dividen yang dibagikan pada tahun berjalan dari tahun sebelumnya. Dividen yang dimaksud adalah dividen per share (DPS).
E. Pengukuran Variabel Perubahan arus kas dalam penelitian ini akan diukur dengan cara mengurangi arus kas akhir tahun t dengan arus kas akhir tahun t-1, dibagi arus kas akhir tahun t-1, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Arus kas t – Arus kas t-1 Perubahan arus kas
= Arus kas t-1
Perubahan dividen dalam penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DPS t – DPS Perubahan dividen
t-1
= DPS t-1
E. Metode Analisis Data Data perubahan dividen akan dibagi menjadi dua, yaitu perubahan dividen naik dan perubahan dividen turun untuk setiap tahunnya. Masingmasing kelompok perubahan dividen tersebut kemudian akan dianalisis. Alat analsis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah model regresi. Model regresi yang digunakan ada dua macam, yaitu regresi untuk menganalisis perubahan dividen naik dan perubahan dividen
34
turun. Model regresi yang kedua adalah yang digunakan untuk menganalisis perubahan dividen secara bersamaan. Model regresi yang pertama adalah sebagai berikut:
DCF = a 0 + a 1 DDIV0 + e 1 keterangan:
D CF
= perubahan arus kas
D DIV0 = perubahan dividen
Analisis regresi model kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah: DCFt = a 0 + a 1 DDIVt -1 + a 2 DDIVt + aDDIVt +1 + e 1 keterangan :
D CF
= perubahan arus kas
D DIVt-1 = perubahan dividen pada tahun sebelumnya D DIVt
= perubahan dividen saat ini
D DIVt+1 = perubahan dividen pada masa yang akan datang D DIVt
F. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan regresi sebagai alat analisis data. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan agar koefisien regresi terhindar dari bias. Uji asumsi klasik meliputi uji
normalitas,
uji multikolinieritas,
uji heteroskedastisitas
autokorelasi. Uji yang dilakukan pertama kali adalah uji normalitas.
dan
uji
35
1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak sehingga akan mempengaruhi alat analisis yang seharusnya digunakan. Apabila data berdistribusi normal, alat analisis non parametrik dapat digunakan, namun jika data tidak berdistribusi normal, alat analsis yang sebaiknya digunakan adalah adalah alat uji parametrik. Alat analisis yang digunakan dalam peneltian ini adalah regresi, sehingga pengujian normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah semua variabel dalam peneitian ini berdistribusi normal. Normalitas data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov test. Data yang tidak berdistribusi normal akan ditandai dengan Asymp. Sig (2 tailed) < 0.05. 2) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variasi residual absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas terjadi apabila setiap variabel independen tidak memiliki varian yang sama. Pengujian ada-tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan diuji dengan dua tahap, yaitu menghitung nilai residual absolutnya kemudian menghitung korelasi antara nilai variabel dengan nilai residual absolutnya. 3) Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen dalam penelitian ini memiliki satu atau lebih
36
hubungan yang bersifat eksak linier. Masalah multikolinieritas terjadi bila terapat hubungan linier sempurna diantara variabel-variabel independen dalam model penelitian. 4) Uji Autokorelasi Hubungan antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain disebut autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan
uji
Durbin-Watson,
jika
hasil
pengujian
menunjukkan angka diantara –2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi. Pengujian hipotesis akan dilakukan setelah terhadap semua variabel dilakukan uji asumsi klasik dan dianalisis dengan menggunakan regresi. Analisis data dengan menggunakan regresi tersebut akan menghasilkan nilai t dan nilai F. Nilai t menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Nilai signifikansi yang dihasilkan dari model regresi akan digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel independen yang diuji signifikan terhadap vaiabel dependen. Jika nilai signifikansi hasil pengujian kurang dari 0.05, maka pengaruh tersebut dianggap signifikan. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05, maka pengaruh variabel independen yang diuji tidak signifikan terhadap variabel dependen.
37