ANTROPOLOGI LINGUISTIK: SUATU PENGENALAN DASAR Ridwan Hanafiah Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Anthropology linguistic is study of language and the relationship to the culture of the society; where sociolinguistic is study of language and relationship to society. The sociology of language is the study of society in relationship to language. Any discussion of the relationship between language and the culture of society, or of the various functions of language in society of their culture, should begin with some attempt to define each of these terms. Lets us say that a society that a society is any group of people who are drawn together for a certain purpose of purposes. By such a definition ‘society’ becomes a very comprehensive view is because of the very different kinds of societies we must consider in the course of the discussions. We may attempt an equally comprehensive definition of language: a language is what the members of a particular society speak. However, as we shall see, speech in almost any should choose to discuss when we attempt to describe the language of a society may prove to be a contentious matter. Sometimes a society may be plural lingual; that is may use more than one language, however we define language. We should also note that our definitions of language and culture of anthropology linguistic society are not independent. 1. PENDAHULUAN disiplin antropologi yang fokus penelitiannya Istilah anthropological linguistics yang tentang manusia. Antropologi linguistik digunakan, yaitu pada sekitar tahun 1950‐an, merupakan lanjutan pengkajian terhadap merujuk kepada suatu tradisi linguistik, manusia bersama‐sama dengan bidang lain, terutama di Amerika Serikat, yang memusatkan seperti antropologi fisik (physical anthropology), perhatiannya kepada penelitian bahasa‐bahasa antropologi budaya (sociocutural anthropology), di Amerika Utara. Mereka yang terlibat dalam antropologi kognitif (cognitive anthoropology). penelitian dan pengklasifikasian bahasa‐bahasa Istilah antropologi linguistik (linguistics penduduk asli Amerika Utara pada waktu itu, anthropology) sering digunakan secara pada umumnya bukan akademis atau ahli bergantian dengan istilah linguistik antropologi bahasa melainkan orang‐orang yang (anthopological linguistics) seolah‐olah keduanya mempunyai keterkaitan dengan badan‐badan sama. Sesungguhnya, kedua‐duanya tidak agama, seperti The Summer Institute of mempunyai perbedaan. Linguistics. Kalau diteliti, pada kedua bidang ilmu Antropologi linguistik adalah satu ini umumnya ditemukan pengkajian bidang disiplin antropologi yang meneliti antropologi linguistik yang memperlihatkan peranan bahasa dalam kehidupan manusia. bahwa bidang ini kurang memberi perhatian Dengan kata lain Linguistic antripologi sebagai kepada aspek‐aspek antropologi yang bersifat satu bidang pengkajian, berkembang dalam
Antropologi Linguistik: Suatu Pengenalan Dasar (Ridwan Hanafiah)
58
lebih teknis. Di samping kekurangmahiran di kalangan ahli linguistik antropologi dalam antropologi dan ahli antropologi linguistik dalam linguistik, menjadi petunjuk bahwa kedua‐duanya adalah bidang yang berlainan. Bagaimanapun, kedua‐duanya memiliki banyak kesamaan dalam orientasi wilayah penelitian. Hal ini dapat dilihat pada persamaan minat dan pengaruh dua disiplin yang berkaitan satu sama lain ini—antropologi dan linguistik. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa hubungan bahasa‐budaya yang bersifat intrinsik adalah sesuatu yang penting dalam usaha para ahli bahasa dalam menyelaraskan ilmu tentang kehidupan manusia. Antripologi linguistik menganggap bahwa faktor budaya tidak boleh ditinggalkan dalam penelitian bahasa, sedangkan antropologi linguistik juga berpandangan bahwa bahasa merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam kajian budaya dan kehidupan manusia. Dengan kata lain antropologi linguistik adalah pengkajian budaya dalam konteks disiplin linguistik. Sedangkan antropologi adalah kajian bahasa dalam konteks disiplin antropologi. Terjemahan istilah anthropological linguistics adalah linguistik antropologi, sedangkan linguistics anthropology terjemahannya ialah antropologi linguistik. 2. SOSIOLINGUISTIK DAN ANTROPOLOGI LINGUISTIK Dengan kenyataan bahwa antropologi linguistik adalah satu bidang dalam disiplin linguistik, hal ini dimaksudkan untuk membedakannya dengan sosiolinguistik. Sejauh manakah kebenaran hal ini? Walaupun kedua bidang ini memperlihatkan persamaan pada beberapa hal, namun sosiolinguistik dan antropologi linguistik adalah dua bidang yang berbeda dari segi teori, ranah bahasan, dan metodologinya. Terdapat sejumlah pemahaman tentang sosiolonguistik, diantaranya ialah ia meneliti hubungan intrinstik antara bahasa dan masyarakat. Dalam hal ini sosiolinguiistik melihat bahasa sebagai salah satu fenomena soaial. Dalam kerangka pemahaman yang
serupa, antropologi linguistik dapat dipahami sebagai penelitian hubungan intrinsik antara bahasa dan budaya yang melihat bahasa itu sebagai satu fonomena budaya. Walaupun kedua bidang ini memberi perhatian kepada fungsi yang dimainkan oleh bahasa, tetapi fungsi bahasa itu berbeda. Sosiolinguistik memberi fokus kepada aspek sosial, artinya bahasa dilihat sebagai satu institusi/fenomena sosial, sedangkan linguistik antropologi menekankan perspektif budaya dan menganggap bahasa sebagai satu institusi/fenomena budaya. Nampaknya, perbedaan mendasar antara sosiolinguistik dan linguistik antropologi terletak pada ranah penelitian, yakni antara sosial dan budaya. Sesungguhnya kedua disiplin ini berbeda. Pengertian “sosial” umumnya dikaitkan dengan hal – hal yang berkenaan dengan kehidupan, kebajikan, organisasi, serta perhubungan antara anggota‐ anggota dalam sebuah masyarakat. Pengertian “budaya” pada umumnya dikaitkan pula dengan adat istiadat, sistem kepercayaan, nilai, dan pandangan yang dimiliki bersama sebagai asas kehidupan sekelompok manusia. Merujuk pada premis ini, sosiolinguistik memberi penekanan kepada hal – hal sosial dalam analisis bahasanya, sedangkan linguistik antropologi memberi perhatian kepada hal – hal budaya dalam analisis linguistiknya. Dengan kata lain, sosiolinguistik meneliti bahasa dari dimensi sosial, sedangkan linguistik antropologi beroperasi dalam hal yang sama, tetapi dari sudut budaya. Perbedaan antara sosiolinguistik dan linguistik antropologi terlihat dalam masing – masing kajian yang mengambil judul language in society /language and society dan language in culture/language and culture. Aspek sosial yang menjadi kajian dalam sosiolinguistik dan language/language and society adalah seperti kelas sosial, kasta, status, prestise, pendapatan, tingkat pendidikan, afiliasi politik, umur, jenis kelamin, jaringan sosial (social network), kelompok etnis. Dengan kata lain, bagaimanapun faktor – faktor yang berkaitan dengan proses sosial atau unsur – unsur yang
Antropologi Linguistik: Suatu Pengenalan Dasar (Ridwan Hanafiah)
59
membentuk struktur sosial itu mempengaruhi penggunaan bahasa atau bentuk bahasa tertentu yang menjadi bahasan dalam sosiolinguistik. Sistem kepercayaan, sistem nilai, moral, tingkah laku/kelakuan, dan pandangan, yang berkaitan dengan proses budaya atau unsur – unsur yang mencorakkan pola budaya suatu kumpulan itu, sering menjadi inti masalah kepada kajian antropologi linguistik dan linguist and culture/language in culture. Kajian sosiolinguistik dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Hal ini adalah karena faktor yang berkaitan dengan proses sosial/unsur yang dapat membina struktur sosial itu, seperti: kelas, umur, jenis kelamin, yang dapat diamati dengan jelas. Hal ini berbeda sekali dengan faktor yang berkaitan dengan proses budaya/unsur yang mecoraki pada budaya itu, seperti nilai dan pandangan dan tidak mudah diamati secara ilmiah (saville‐ Troike, 1980:10). Antropologi linguistik melihat bahasa atau struktur bahasa yang terdiri dari fonologi, morfologi, dan sintaksis hanya sebagai satu komponen saja. Ini amat berbeda dengan sosiolinguistik yang mampu meneliti bahasa dalam tataran fonologi, morfologi, serta sintaksis. 3. ANTROPOLOGI LINGUISTIK Mazhab Praha berpegang teguh kepada pemahaman bahwa bahasa tidak perlu mempunyai fungsi yang sama dalam setiap masyarakat atau budaya. Strukturalisme “Neo‐Bloomfield“ Amerika mengajukan pandangan behaviouris tentang bahasa, terutama dalam penelitian makna, yang melihat situasi/lingkungan itu penting sekali dalam penguraian makna sesuatu bentuk bahasa (Malinowski 1923:307). Asas pemikiran ini yang memberi perhatian kepada faktor situasi, konteks, dan lingkungan yang memberi makna kepada bentuk bahasa itu, dilanjutkan dalam antropologi linguistik. Tradisi ini diteruskan dalam bentuk yang melihat bahasa sebagai sesuatu yang dinamis dengan pengertian bahwa makna suatu bentuk tidak berbahasa itu tidak dilihat dari pengertian
60
kamusnya, tetapi berdasarkan sesuatu yang diperoleh/dipahami setelah dilihat dalam konteks budaya, bagaimana bahasa itu diungkapkan. Dalam antropologi linguistik, psikologi sosial memberikan andil. Psikologi sosial adalah bidang ilmu yang meneliti tingkah laku manusia dan memberi landasan kepada antropologi linguistik dalam kerangka bahwa interaksi sesama manusia itu dapat menentukan tingkah laku dalam masyarakat budaya yang diteliti. 3.1 Landasan Berdasarkan antropologi linguistik, yang melakukan penelitiannya dalam matriks budaya, terdapat dua pandangan: (i) pandangan yang agak ekstrim, di kalangan ahli‐ahli antropologi linguistik, yang menganggap bahasa sebagai sistem budaya itu sendiri, dan (ii) pandangan yang kurang ekstrim, yang melihat bahasa hanya sebagai bagian dari budaya. 3.2 Metodologi Antropologi linguistik mengambil tradisi antropologi sebagai metodologi penelitiannya. Teknik‐teknik etnografi menjadi dasar metodologi antropologi linguistik. Etnografi, walaupun, berkenaan dengan penelitian terhadap masyarakat/budaya, utamanya tentang kehidupan dan perbuatan anggota masyarakat, sebenarnya etnografi juga merupakan proses ke arah memahami cara terbentuknya masyarakat budaya yang bersangkutan. Analisis yang tepat tentang persepsi masyarakat budaya tertentu sangat penting dalam penelitian etnografi. Sesungguhnya, etnografi bertujuan memberikan hasil penelitian itu, seperti yang dimanifestasikan dalam masyarakat/budaya yang bersangkutan. Dengan demikian, etnografi memerlukan hubungan jangka panjang antara peneliti dengan kumpulan yang diteliti serta wilayah kumpulan masyarakat itu, untuk memahami tingkah laku serta realita tingkah laku/kelakuan itu dalam
ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005:59‐63
kerangka kesadaran masyarakat/budaya yang bersangkutan. Penelitian yang harus dilakukan, merupakan salah satu teknik etnografi dan merupakan kaidah yang paling penting dalam antropologi linguistik. Di samping mengamati/memerhati dan menyertai aktivitas tertentu dalam masyarakat yang diteliti, kaidah wawancara tak formal dan tak berstruktur juga amat penting dalam antropologi linguistik. Penelitian dalam menganalisis data, sedikit banyaknya akan dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sendiri. Tingkah laku masyarakat dapat digeneralisasikan dengan cara mengamati masyarakat tersebut sewaktu mereka menggunakan bahasanya. Untuk itu dihimbau kepada para peneliti untuk tidak cenderung kepada latar belakang kepribadiannya semata sewaktu menganalisis data. Untuk mengatasi masalah ini dan untuk memperoleh tingkat keobjektifan yang sederhana dalam etnografi, peneliti harus memisahkan data deskriptif dari (i) interprestasi dan penilaian informan, dan (ii) penilaian pribadinya. Persepsi para informan hendaklah dinilai dengan intuisi‐intuisi anggota‐anggota masyarakat yang lain. Penyebab tidak adanya upaya pengembangan teori ini, antara lain adalah karena temuan masyarakat atau budaya tertentu itu terlalu khusus sifatnya sehingga nilai‐nilai masyarakat atau budaya itu hanya dapat dibicarakan dalam konteks masyarakat atau budaya itu saja. Sesungguhnya masyarakat ataupun budayanya itu terlalu rumit sifatnya serta terlalu berbeda‐beda bentuknya untuk disatukan dalam sebuah teori atau beberapa teori. Walau bagaimanapun, sebagaimana halnya ilmu lain, antropologi linguistik tetap mempunyai dua fokus: (i) khusus, dan (ii) umum. Pada fokus khusus, penelitian antropologi linguistik diarahkan untuk menguraikan serta memahami tindak berbahasa dalam ranah budaya tertentu dalam konteks masyarakat/budaya yang bersangkutan. Pada fokus umum, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan sebuah metateori tentang
fenomena komunikasi bahasa dari dimensi budaya. Sebagai kesimpulan, etnografi adalah pengamatan/pemerhatian langsung tentang situasi‐situasi kongkrit. Dalam konteks antropologi linguistik, etnografi meneliti tindak berbahasa yang berlaku secara alamiah, yang dianggap sebagai budaya yang berlaku dalam konteks keseluruhan sistem budaya masyarakat yang bersangkutan. 4. KESIMPULAN Antropologi linguistik adalah ilmu antardisiplin, antara antropologi dan linguistik yang merupakan dua bidang ilmu empiris yang mempunyai hubungan yang sangat erat, maka untuk memahami antropologi linguistik perlu adanya suatu kajian yang objektif dan ilmiah tentang kehidupan masyarakat dalam bermasyarakat dan dikaitkan dengan penggunaan bahasa dalam masyarakat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Agar, Michael H. 1980. The Professional Stranger: An Informal Introductions to Etnography. New York: Academic Press. Bonvillian, Nancy. 1993. Language, Culture, and Communication. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Grillo, Ralph (ed.). 1989. Social Anthrophology and Politics of Language. London: Roudledge. Gumperz, John J. dan Dell, H. Hymes (ed.). 1972. Directions in Sociolinguistics and Anthrophology. New York: Harper & Row. Gumperz, John J. 1983. Essays in The History of Linguistic Anthrophology. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company. Lavandera, Beatriz R. 1988. The Study of Language in Its Socio‐Cultural Context dalam Fredrick J. Newmeyer (ed.). Linguistics: The Canbridge Survey. Volume IV: Language: The Socio‐ Cultural Context. Cambridge: Cambridge University Press. Hlm.1‐13.
Antropologi Linguistik: Suatu Pengenalan Dasar (Ridwan Hanafiah)
61
Malinowski, Bronislaw. 1923. The Problem of Meaning in Primitive Language dalam Charles K. Ogden dan I.A. Richards (ed.) The Meaning of Meaning: A Study of The Influence of Language Upon Thought And of the Science of Symbolism. English Translation Copyright 1989. San Diego, California: Harcourt Brace Javanovich. Inc. Hlm. 296‐336). Mc Cormack, William C. dan Stephen A. Wurm (ed.) 1979. Language and Society: Anthrophological Issues. The Hague: Mouton Publishers. Murray, Stephen O. 1983. Group Formations in Society Science. Edmonton, Alberta: Linguistic Research. Saville‐ Troike, Muriel, 1989. The Etnography of Communication: An Introduction. Second Edition. New York: Basli Blackwell.
62
ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005:59‐63