CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
ISSN: 2085-6350
Antarmuka Komunikasi Data Digital Bit-Paralel Asinkron antar Piranti Rangkaian Terpadu Faizal Arya Samman1, Thagiat Ahsan ADP2 dan Fandi Nugraha3 Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Kampus Gowa, Jl. Poros Malino, Km. 20, Borongloe 92172
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract—This paper proposes a design concept for a boardto-board inter-devices bit-parallel data communication interface. The interface communicates date with a handshake protocol, where the setting time for validity signal can be flexibly adjusted in accordance with the wiring conditions. The adjustment is made to guarantee the data integrity and the validity of all data bits. The interface hadrware architecture is modeled in VHDL, and then simulated using a HDL simulator. It has been synthesized using an FPGA device. (Abstract) Intisari—Paper ini memaparkan sebuah konsep desain antarmuka komunikasi data dengan mode pengiriman bitbit data secara paralel pada sistem komunikasi data antar piranti dalam papan cetak elektronik yang terpisah. Antarmuka komunikasi ini bekerja dengan mode handshaking dengan kecepatan pengiriman status validasi data yang dapat diatur secara fleksibel mengikuti kondisi pengkabelan. Pengaturan tersebut dilakukan untuk menjamin integritas dan validitas penerimaan bit-bit data tersebut. Rancangan arsitektur perangkat keras antarmuka telah dimodelkan ke dalam bahasa VHDL, telah disimulaiskan menggunakan sebuah simulator HDL. Antramuka tersebut telah disintesis dengan menggunakan piranti FPGA. (Intisari)
paralel yang cukup terkenal dan sudah banyak digunakan adalah PCI (Peripheral Component Interconnect). Ditinjau dari media transmisinya, komunikasi data digital dapat dilakukan secara nirkabel (wireless) atau dengan kabel. Protokol komunikasi nirkabel yang cukup terkenal dan juga telah distandarkan di antaranya adalah WiFi (Wireless Fidelity), Bluetooth, NFC (Near Field Communication), dsb. Komunikasi nirkabel terus mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jenis komunikasi data ini mulai merambah di hampir setiap bidang kehidupan manusia, yang disebabkan oleh kesederhaannya dalam proses instalasi (tanpa kawat). Jenning dkk [2] misalnya telah mengembangkan sebuah sustem komunikasi data antar multi PCB dengan menggunakan komunikasi nirkabel yang dapat berlangsung secara simultan, yang mana selama ini komunikasi antar PCB ini selalu dilakukan melalui kabel.
Header
IC Device 0
Keywords-Komunikasi bit-paralel, Antarmuka Asinkron, Protokol Komunikasi, Multi Prosesor, VHDL (key words)
I.
Header
PENDAHULUAN
Komunikasi data digital merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah sistem elektronika modern. Dua atau lebih piranti yang terpasang di atas sebuah papan cetak elektronik atau biasa disebut sebagai printed circuit board (PCB) terkadang perlu untuk saling berkomunikasi untuk bersamasamamengerjakan sebuah fungsi secara sistematis. Sebuah piranti ADC (Analog-to-Digital Converter) misalnya perluuntuk mengirimkan data hasil konversi sinyal sensor ke sebuah unit pengolah data untuk selanjutnya diolah agar menghasilkan sinyal tertentu yang diinginkan. Dalam sistem komputer modern juga ditemukan berbagai piranti unit pengolah data yang saling berkomunikasi satu sama lain. Protokol komunikasi data digital secara umum, ditinjau dari segi lebar data yang dikirimkan, dapat dibedakan atas komunikasi bit-serial dan komunikasi-bit parallel. Protokol komunikasi bit-serial ini sudah banyak yang telah distandarkan, dan juga telah banyak digunakan dewasa ini di antaranya adalah USB (Universal Serial Bus), UART (Universal Asynchronous Receive-Transmit), I2C (Inter Integrated Circuit) [1], SPI (Serial Peripheral Interface), dsb. Sementara itu, protocol komunikasi bit-
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
Full duplex Data Path
Printed Circuit Board (PCB) 0
IC Device 1
N-bit Physical Links (Wires) Printed Circuit Board (PCB) 1
Gbr. 1. Komunikasi data digital bit-level paralel antar piranti rangkaian terpadu pada sistem multi board.
Paper ini akan memaparkan satu kajian mengenai mode komunikasi data bit-paralel secara asinkron. Mode ini dapat diterapkan pada sebuah perangkat keras yang terdiri dari beberapa elemen komputasi yang saling berkomunikasi pada PCB yang berbeda. Meskipun komunikasi yang kami bangun ini masih menggunakan kabel, dibanding teknik nirkabel, pengaruh interferensi pada komunikasi kabel masih lebih dapat diminimalisir dengan baik. Gbr. 1 memperlihatkan dua buah piranti rangkaian terpadu (IC device 0 dan 1) yang terpasang pada dua papan PCB yang berbeda. Kedua piranti tersebut dapat saling mengirimkan data melalui jalur kawat bitparalel secara full-duplex. Model komunikasi antara board seperti disebutkan di atas dapat diterapkan antara lain pada sistem superkomputer pada server dan produk gawai (gadget) dengan multi layar, dsb.
127
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
A. Penelitian Terkait Perkembangan teknologi informasi dan teknologi semikonduktor disertai dengan peningkatan kebutuhan konsumen akan aplikasi-aplikasi yang lebih interaktif dan lebih kompleks telah memicu kebutuhan akan sistem komputer dengan kinerja yang lebih tinggi. Kinerja komputer dapat ditingkatkan dengan menaikkan frekuensi kerjanya. Pendekatan ini berpotensi meningkatkan kebutuhan daya listrik yang lebih tinggi. Pendekatan lain dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah elemenelemen pengolah data di dalam sistem, yang lebih dikenal dengan istilah multi prosesing [3]. Salah satu tantangan pada sistem multi prosesor adalah jaringan interkoneksi dengan bandwidth yang memadai, sehingga data dapat dikomunikasikan dengan baik. Jaringan on-Chip atau Network-on-Chip (NoC) adalah salah satu infrastruktur komunikasi data yang sangat menjanjikan [4], [5]. Sistem Multi Prosesor berbasis NoC ini biasanya bekerja menggunakan konsep GALS (Globally Asynchronous Locally Synchronous) [6]. Jalur interkoneksi tradisional sepert sistem bus sudah tidak dapat lagi menjawab tantangan skalabilitas bandwidth dalam menghadapi trafik data yang sangat tinggi. Untuk sistem multi core dengan jumlah core pada skala belasan, degradasi kinerja sistem bus sudah dapat terlihat dengan jelas. Dalam konsep GALS, setiap prosesor dapat bekerja menggunakan frekuensi detak yang sama secara lokal namun berbeda dengan frekuensi detak prosesor yang lain [7]. jadi, secara global mereka bekerja secara tak sinkron. Platform NoC yang digunakan bahkan dapat pula bekerja dengan frekuensi dan/atau fasa detak yang berbeda dengan core-core prosesor tersebut. Oleh karena itu, sebuah antarmuka komunikasi bitparalel yang handal adalah mutlak diperlukan [8]. Sistem Komputer Neuromorfik (SKN) saat ini juga sedang giat-giatnya dikembangkan [9], [10]. Komputer Neuromorfik itu sendiri merupakan perangkat keras rangkaian terpadu aplikasi khusus yang mampu menjalankan fungsi-fungsi jaringan syaraf tiruan, yang sudah lama dikembangkan. SpinNaker [11] dan TrueNorth [12] merupakan contoh chipset rangkaian terpadu Komputer Neuromorfik yang telah dikembangkan saat ini. Hal yang sangat terkait antara Komputer Neuromorfik dengan topik yang dibahas dalam paper ini adalah bahwa dalam SKN terdapat pula interkoneksi antar piranti chipset selain komunikasi antar core, yang bekerja berdasarkan konsep GALS seperti disinggung sebelumnya. Di lihat dari situs (on-site) atau lokasi terjadinya proses pertukaran data, maka komunikasi bit-paralel dapat dikategorikan sebagai komunikasi antar piranti onboard, komunikasi antar piranti inter-board dan komunikasi antar core on-chip. Ketiga proses komunikasi tersebut memiliki bentuk tantangan perancangan yang berbeda-beda. Komunikasi antar piranti inter-board misalnya, yang juga akan dibahas dalam paper ini, memiliki batas maksimum kecepatan komunikasi data yang lebih kecil dibandingkan ketiga kedua jenis komunikasi data yang disebutkan sebelumnya. Hambatan
128
CITEE 2017
tersebut disebabkan oleh jalur fisik komunikasi data yang terjadi di luar piranti chipset. Dilihat dari sisi teknik komunikasinya datanya, komunikasi bit-paralel dapat dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya adalah dengan metode sinkronisasi sumber (source synchronous) [13], metode handshake dan pendekatan lain dengan memanfaatkan buffer FirstIn First-Out (FIFO) detak-ganda atau dualclock FIFO [14]. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode FIFO detak-ganda hanya ideal dilakukan pada mode komunikasi on-chip. Metode sinkronisasi sumber, yang mengharuskan adanya jalur khusus untuk detak sinkronisir, dapat membuat konsumsi daya pada mode komunikasi antar board menjadi lebih tinggi. B. Kontribusi Paper ini memberikan kontribusi pada pendekatan rancangan antarmuka komunikasi data board-to-board bit-paralel yang dapat direkonfigurasi. Pengiriman sinyal valid, yang dapat diatur penundaannya seperti dijelaskan nanti dalam Bagian II-B melalui Gbr. 3, membuat rancangan antarmuka komunikasi kami dapat disesuaikan dengan kondisi pengkabelan serta panjang kabel. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi capaian waktu mantap yang paling panjang dari setiap bit-bit data. Oleh karena itu, pendekatan kami ini memungkinkan proses tuning pada saat memulai menjalankan aplikasi komunikasi data, sehingga data rate paling maksimum dapat dicapai, yang disesuaikan dengan kondisi kabel komunikasi seperti dijelaskan sebelumnya. II. MIKRO ARSITEKTUR DAN PROTOKOL KOMUNIKASI A. Arsitektur Transceiver Arsitektur transceiver dari modul antarmuka komunikasi data bit-paralel yang disajikan pada paper ini ditunjukkan pada Gbr. 2. Pada gambar tersebut terlihat dua modul transceiver yang saling terinterkoneksi melalui saluran kawat fisik fullduplex. Kedua modul tersebut, yang ditanamkan ke dalam piranti IC yang berbeda, juga berada pada PCB yang berbeda. Frekuensi kerja atau frekuensi detak modul pengirim dapat saja sama, lebih lecil atau lebih besar daripada modul penerima. Secara umum terlihat bahwa pada setiap jalur komunikasi terdapat tiga buah jalur utama yaitu jalur data (N buah bit)dan dua buah jalur kendali yaitu VALID dan ACK. Buffer FIFO pada arsitektur transceiver berfungsi untuk menyimpan sementara data yang terkirim dari memori computer atau yang akan dikirim ke memori komputer. Buffer FIFO memiliki parameter yang disebut sebagai kedalaman buffer atau DEPTH atau dapat diterjemahkan sebagai jumlah slot register yang dapat digunakan untuk menyimpan data. Buffer FIFO bersamasama dengan modul transmitter (TX) dan modul receiver (RX) memiliki jalur data N-bit, yang lebar bitnya dapat disetting sembarang misalnya sebesar 16 bit, 32 bit atau 64 bit. Transceiver di atas telah dimodelkan ke dalam bahasa deskripsi perangkat keras VHDL dengan lebar bit dan DEPTH FIFO yang dapat diatur.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
memperlihatkan kondisi transien atau peralihan bit-bit data mulai pada saat bit-bit disuntikkan ke jalur fisik hingga mencapai kondisi mantap. Dalam gambar tersebut, terlihat status validitas data (VALID) yang diinisiasi berdasarkan pada bit data yang memiliki waktu settling (settling-time) paling lama. Dalam gambar diperlihatkan sebuah contoh dimana bit ke-N memiliki waktu transisi yang paling lambat.
B. Model Protokol Komunikasi Protokol komunikasi bit-paralel bekerja berdasarkan sebuah prinsip yang sederhana, yaitu bahwa status validitas data disampaikan ke sisi pengirim ketika seluruh bit telah mencapai titik keadaan mantap (steady-point), sehingga kecepatan pengiriman status validitas data ini mesti didasarkan pada sebuah bit data yang mengalami transisi ke keadaan mantap yang paling lama. Gbr. 3 IC DEVICE 0
mem_data_reg N-bit
buffout_full numdat_bfout
reqtx
reqw
wr_en din
valid
FIFO dout
outbuff N-bit
din
TX dout
full
ack
num_data
rd_en
buffin_write
buff_mem N-bit
numdat_bfin
dout FIFO din
buffin_full
inbuff N-bit
full
valid
dout RX din
num_data
buffin_read
datalink
din
N-bit
ack
buffin_full
full
inbuff
RX dout
N-bit
empty
buffin_empty
full
buff_mem
din FIFO dout num_data
ack
N-bit
numdat_bfin
rd_en rd_en
buffin_read
Clk1
buffout_empty
reqw
wr_en full
valid
wr_en
ack
buffout_read
empty
valid
rd_buff
Clk0
buffin_empty
IC DEVICE 1
buffin_write
buffout_empty
empty
Physical Links
buffout_write
ISSN: 2085-6350
ack
valid datalink N-bit
ack
rd_en
empty
reqtx valid dout TX
din
outbuff N-bit
wr_en
dout FIFO
din full
ack rd_buff
rd_en
num_data
buffout_write
mem_data_reg N-bit
buffout_full numdat_bfout
buffout_read
Gbr. 2. Arsitektur Modul-modul transceiver. ΔtV
tPHY
untuk data word ke 50 agar grafik kurva dapat terlihat dengan lebih jelas.
tTRAN
Clk0
Simulasi dijalankan dengan ukuran slot FIFO yang berbeda. Dalam simulasi ini digunakan FIFO DEPTH 4 dan 16. Untuk setiap FIFO DEPTH yang berbeda, simulasi dijalankan pula untuk 3 kondisi frekuensi detak, yaitu kondisi frekuensi detak pengirim sama, lebih besar dan lebih kecil dari frekuensi detak penerima. Dan dari setiap grafik yangditampilan, simulasi dijalankan dengan variasi Delay Data Read yang berbeda. Bentuk simulasi tersebut menggambarkan pengaruh waktu tunda sebuah prosesor pada sisi penerima data untuk melayani interupsi pembacaan data dari buffer FIFO akibat rutinitas prosesor tersebut dalam menjalankan aplikasi tertentu.
Valid Data[0]
tS0
Data[1]
tS1
Data[2]
tS2
Data[...]
tS...
Data[N]
tSN
The slowest settling time, tSS
ΔtVS
The slowest steady point Valid initial time, tVI
Time, t
Gbr. 3. Tanggapan peralihan bit-bit data yang terkirim pada jalur fisik.
III.
HASIL SIMULASI
Pada bagian ini akan diperlihatkan hasil simulasi model transceiver yang telah dirancang. Simulasi dirancang dengan mengukur latency pengiriman setiap data word dalam satuan siklus detak (clock cycle). Latency merupakan waktu tunda yang diukur dalam satuan jumlah siklus detak yang dibutuhkan oleh setiap data word untuk sampai pada sebuah titik pengukuran tertentu. Dalam eksperiman yang kami lakukan, sekian ribu data word diinjeksi ke dalam modul transceiver pengirim (modul pada IC device 0) untuk kemudian dikirimkan ke transceiver penerima (modul pada IC device 1). Namun demikian, kami hanya menampilkan data pengukuran
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
A. Simulasi dengan FIFO DEPTH=4 Gbr. 4, Gbr. 5, Gbr. 6 memperlihatkan hasil simulasi pengukuran latency dengan parameter FIFO DEPTH=4 masing-masing untuk kasus frekuensi detak modul pengirim sama, lebih besar dan lebih kecil daripada frekuensi detak penerima. Pengukuran Latency dilakukan pada sisi terminal luaran unit receiver di dalam modul transceiver penerima data. Untuk kasus frekuensi detak modul pengirim sama dengan frekuensi detak modul penerima seperti terlihat pada Gbr. 4, dapat kita lihat bahwa latency data untuk setiap waktu tunda pembacaan data (Delay Data Read) adalah hampir seragam kecuali untuk kondisi Delay Data Read sebesar 16 dan 32 siklus detak. Pada kondisi tersebut terlihat perbedaan yang tidak terlalu signifikan untuk pembacaan data 33 keatas.
129
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
Gbr. 4. Hasil simulasi pengukuran Data Latency untuk kasus frekuensi detak modul pengirim sama dengan frekuensi detak penerima.
Untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak modul penerima seperti terlihat pada Gbr. 5, terlihat bawah waktu tunda pembacaan data (Delay Data Read) sangat mempengaruhi latency setiap data. Sedangkanuntuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih kecil daripada frekuensi detak modul penerima seperti terlihat pada Gbr. 6, latency data terlihat seragam untuk setiap perbedaan waktu tunda pembacaan data yang berbeda.
Gbr. 5. Hasil simulasi pengukuran Data Latency untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima.
CITEE 2017
Gbr. 7. Hasil simulasi pengukuran rata-rata data rate untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima.
Gbr. 7 memperlihatkan hasil simulasi pengukuran rata-rata data rate diukur dalam satuan jumlah word per cycle untukkasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima. Terlihat bahwa kecepatan aliran data bergerak pada nilai sekitar 0.055 word per siklus, dimana detak siklus ini acuannya diambil pada detak piranti pengirim. Terlihat bahwa data rate pada sisi pengirim dan penerima bergerak ke titik mantap yang sama. B. Simulasi dengan FIFO DEPTH=16 Gbr. 8, Gbr. 9, Gbr. 10 memperlihatkan hasil simulasi pengukuran latency dengan parameter FIFO DEPTH=16 masing-masing untuk kasus frekuensi detak modul pengirim sama, lebih besar dan lebih kecil daripada frekuensi detak penerima. Pengukuran Latency dilakukan pada sisi terminal luaran unitreceiver di dalam modul transceiver penerima data. Untuk kasus frekuensi detak modul pengirim sama dengan frekuensi detak modul penerima seperti terlihat pada Gbr. 8, dapat kita lihat bahwa latency data untuk setiap waktu tunda pembacaan data (Delay Data Read) adalah hampir seragam kecuali untuk kondisi Delay Data Read sebesar 16 dan 32 siklus detak. Pada kondisi tersebut terlihat perbedaan yang tidak terlalu signifikan untuk pembacaan data 33 keatas. Grafik tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan hasil-hasil simulasi sebelumnya dengan kasus frekuensi detak yang sama, tetapi dengan ukuran FIFO yang berbeda.
Gbr. 6. Hasil simulasi pengukuran Data Latency untuk kasus frekuensi detakmodul pengirim lebih kecil daripada frekuensi detak penerima. Gbr. 8. Hasil simulasi pengukuran Data Latency untuk kasus frekuensi detak modul pengirim sama dengan frekuensi detak penerima.
130
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
Untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak modul penerima seperti terlihat pada Gbr. 9, terlihat bawah waktu tunda pembacaan data (Delay Data Read) sangat mempengaruhi latency setiap data. Sedangkan untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih kecil daripada frekuensi detak modul penerima seperti terlihat pada Gbr. 10, latency data terlihat seragam untuk setiap perbedaan waktu tunda pembacaan data yang berbeda. Sekali lagi, grafik tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan hasil-hasil simulasi sebelumnya dengan kasus frekuensi detak pengirim yang lebih besar dan lebih kecil dari frekuensi detak penerima, tetapi dengan ukuran FIFO yang berbeda.
ISSN: 2085-6350
IV. HASIL SINTESIS LOGIKA Kami telah mensintesis model VHDL dari modul transceiver yang telah dikembangkan, yang terdiri dari sebuah unit transmitter, sebuah unit receiver dan dua buah buffer FIFO. Tabel I merangkum hasil sintesis tersebut dengan menggunakan piranti FPGA dari Altera dengan tipe divais Cyclone III EP3C16F484C6. Di dalam tabel diperlihatkan jumlah logic element yang dibutuhkan untuk mensintesis modul transceiver, serta informasi batas maksimum frekuensi detak dalam satuan Mega Hertz. Sintesis dilakukan untuk setiap parameter DEPTH FIFO dan lebar bit data yang berbeda. Gbr. 12 memperlihatkan skematika rangkaian hasil sintesis menggunakan software tools QuartusII dari Altera untuk desain dengan lebar data 32 bit dan jumlah slot FIFO sebanyak 16.
Gbr. 9. Hasil simulasi pengukuran Data Latency untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima. Gbr. 11. Hasil simulasi pengukuran rata-rata data rate untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima.
Gbr. 10. Hasil simulasi pengukuran Data Latency untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih kecil daripada frekuensi detak penerima.
Gbr. 11 memperlihatkan hasil simulasi pengukuran rata-rata data rate diukur dalam satuan jumlah word per cycle untuk kasus frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima. Terlihat bahwa, seperti pada hasil sebelumnya, kecepatan aliran data bergerak pada nilai sekitar 0.055 word per siklus, dimana detak siklus ini acuannya diambil pada detak piranti pengirim. Terlihat pula bahwa data rate pada sisi pengirim dan penerima bergerak ke titik mantap yang sama. Gbr. 12. Skematika rangkaian hasil sintesis.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
131
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
TABLE I. HASIL SINTESIS LOGIKA MENGGUNAKAN PIRANTI FPGA CYCLONE III BUATAN ALTERA.
DAFTAR PUSTKAKA [1]
FIFO Depth 4 8 16
Lebar Bit Data 16 bit
32 bit
64 bit
317 (250 MHz)
542 (250 MHz)
991 (250 MHz)
538 (250 MHz)
972 (250 Mhz)
1883 (245.1 Mhz)
1045 (250 Mhz)
1925 (219.35 MHz)
3685 (212.13 MHz)
V.
KESIMPULAN
Sebuah konsep desain modul transceiver yang dapat digunakan untuk mengkomunikasi data secara bit-paralel dalam lingkungan operasi tak sinkron telah ditunjukkan pada paper ini. Modul transceiver tersebut dapat digunakan sebagai antar muka antara dua piranti elektronika terpadu yang terhubung melalui jalur kabel fisik di luar chipset piranti rangkaian terpadu tersebut. Konsep desain dibangun menggunakan jalur data (data path) dan jalur sinyal kendali (control path). Jalur sinyal kendali terdiri dari sinyal “valid” dan sinyal “acknowledge”, yang berfungsi memandu proses komunikasi data agar integritasnya dapat dijamin dengan baik. Kinerja antarmuka komunikasi sangat tergantung pada frekuensi detak dari dua buah piranti yang saling berkomunikasi. Kinerja terbaik ditunjukkan ketika frekuensi detak pengirim sama dengan frekuensi detak modul penerima. Ketika frekuensi detak modul pengirim lebih besar daripada frekuensi detak penerima, maka kinerja modul transceiver mulai menurun, atau latency data mengalamai peningkatan. Namun demikian, secara umum modul transceiver mampu menjamin keutuhan data sepanjang status validitas data dapat dikirim tepat waktu pada jalur fisik komunikasi data. Hasil sintesis menunjukkan bahwa ukuran jumlah gerbang logika untuk mengimplementasikan modul transceiver berbeda-beda tergantung pada ukuran lebar bit datanya dan jumlah slot dalam buffer FIFO-nya. Implementasi pada Piranti FPGA Altera Cyclone III misalnya membutuhkan sejumlah 3685 logic element dengan maksimum frekuensi kerja sekitar 212 MHz untuk FIFO buffer dengan 16 slot data dan ukuran lebar bit data sebesar 64-bit. Pengetahuan mengenai berapa waktu settling maksimum dari bit-bit data yang merambat pada jalur fisik tidak jelas diketahui dalam proses runtime. Oleh karena itu, penemuan metode baru untuk mengestimasi waktu settling maksimum tersebut secara runtime merupakan tantangan menarik ke depan.
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
UNGKAPAN TERIMA KASIH Penulis mengungkapkan terima kasih kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia atas dukungannya terhadap riset kami dengan tema “Sistem Multiprosesor On-Chip untuk Produk Smart Gadget Multi Layar Sentuh” melalui skema Hibah Penelitian Unggulan Strategis Nasional (PUSNAS) dengan nomor kontrak hibah 005/SP2H/PPM/DPRM/IV/2017 Tahun 2017.
132
CITEE 2017
[14]
W. Andrysiewicz, D. Kocielnik, and M. Mikowicz, “I2c hardware master serial interface for asynchronous adcs,” in 2015 IEEE International Symposium on Systems Engineering (ISSE), Sept 2015, pp. 77–81. M. Jenning, B. Klein, R. Hahnel, D. Plettemeier, D. Fritsche, G. Tretter, C. Carta, F. Ellinger, T. Nardmann, M. Schroter, K. Nieweglowski, K. Bock, J. Israel, A. Fischer, N. U. Hassan, L. Landau, M. Dorpinghaus, and G. Fettweis, “Energy-efficient transceivers for ultra-highspeed computer board-to-board communication,” in 2015 IEEE International Conference on Ubiquitous Wireless Broadband (ICUWB), Oct 2015, pp. 1–5. B. Bohnenstiehl, A. Stillmaker, J. J. Pimentel, T. Andreas, B. Liu, A. T. Tran, E. Adeagbo, and B. M. Baas, “KiloCore: A 32-nm 1000-Processor Computational Array,” IEEE Journal of SolidState Circuits, vol. 52,no. 4, pp. 891–902, Apr. 2017. P. Vivet, Y. Thonnart, R. Lemaire, C. Santos, E. B. C. Bernard, F. Darve, D. Lattard, I. Miro-Panades, D. Dutoit, F. Clermidy, S. Cheramy, F. P. Abbas Sheibanyrad and, E. Flamand, J. Michailos, A. Arriordaz, L. Wang, and J. Schloeffel, “A 4x4x2 Homogeneous Scalable 3D Network-on-Chip Circuit With 326 MFlit/s 0.66 pJ/b Robust and Fault Tolerant Asynchronous 3D Links,” IEEE Journal of Solid-State Circuits, vol. 52, no. 1, pp. 33–49, Jan. 2017. F. A. Samman, T. Hollstein, and M. Glesner, “Runtime Contention- and Bandwidth-Aware Adaptive Routing Selection Strategy for Networkson-Chip,” IEEE Trans. Parallel and Distributed Systems, vol. 24, no. 7, pp. 1411–1421, July 2013. A. T. Tran, D. N. Truong, and B. Baas, “A Reconfigurable Source-Synchronous On-Chip Network for GALS Many-Core Platforms,” IEEE Trans. on Computer-Aided Design of Integrated Circuits and Systems, vol. 29, no. 6, pp. 897–910, June 2010. Y. Jiang, H. Zhang, H. Zhang, H. Liu, X. Song, M. Gu, , and J. Sun, “Design of Mixed Synchronous/Asynchronous Systems with Multiple Clocks,” IEEE Trans. on Parallel and Distributed Systems, vol. 26, no. 8, pp. 2220–2232, Aug. 2015. S. Engelberg and O. Keren, “Reliable Communications across Parallel Asynchronous Channels with Arbitrary Skews,” IEEE Trans. on Information Theory, vol. 63, no. 2, pp. 1120–1129, Feb. 2017. P. Merolla, J. Arthur, R. Alvarez, J.-M. Bussat, and K. Boahen, “A Multicast Tree Router for Multichip Neuromorphic Systems,” IEEETrans. on Circuits and Systems–I: Regular Papers, vol. 61, no. 3, pp. 820–833, Mar. 2014. G. Indiveri and S.-C. Liu, “Memory and Information Processing in Neuromorphic Systems,” Proceedings of the IEEE, vol. 103, no. 8, pp. 1379–1397, Aug. 2015. E. Painkras, L. A. Plana, J. Garside, S. Temple, F. Galluppi, C. Patterson, D. R. Lester, A. D. Brown, and S. B. Furber, “SpiNNaker: A 1-W 18-Core System-on-Chip for MassivelyParallel Neural NetworkSimulation,” IEEE Journal of Solid-State Circuits, vol. 48, no. 8, pp. 1943–1953, Aug. 2013. F. Akopyan, J. Sawada, A. Cassidy, R. Alvarez-Icaza, J. Arthur, P. Merolla, N. Imam, Y. Nakamura, P. Datta, G.-J. Nam, B. Taba, M. Beakes, B. Brezzo, J. B. Kuang, R. Manohar, W. P. Risk, B. Jackson, and D. S. Modha, “TrueNorth: Design and Tool Flow of a 65mW 1 Million Neuron Programmable Neurosynaptic Chip,” IEEE Trans. On Computer-Aided Design of Integrated Circuits and Systems, vol. 34, no. 10, pp. 1537–1557, Oct. 2015. T. O. Dickson, Y. Liu, A. Agrawal, J. F. Bulzacchelli, H. A. Ainspan, Z. Toprak-Deniz, B. D. Parker, M. P. Beakes, M. Meghelli, and D. J. Friedman, “A 1.8 pj/bit 16 16 gb/s sourcesynchronous parallel interface in 32 nm soi cmos with receiver redundancy for link recalibration,” IEEE Journal of Solid State Circuits, 2016. R. W. Apperson, Z. Yu, M. J. Meeuwsen, T. Mohsenin, and B. M. Baas, “A scalable dual-clock fifo for data transfers between arbitrary and haltable clock domains,” IEEE Transactions on Very Large Scale Integration (VLSI) Systems, vol. 15, no. 10, pp. 1125–1134, Oct 2007.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM