ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAANPERUSAHAAN DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE TAHUN 2005-2007
Anisa Ika Hanani Dosen Pembimbing : Drs. Dul Muid, M.Si., Akt
ABSTRACT This research is aimed to analyze the influence of Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) and Debt to Equity Ratio (DER) towards stocks return in the companies at Jakarta Islamic Index (JII) period 2005-2007. Sharia stocks in Jakarta Islamic Index (JII) are corporations stocks while are in operation not contradiction with Islamic Sharia, either in forms of their products or management. Sample of this research consist of 17 companies with 51 total observations. But after reduced the outliers, sample of research became 49 observations. Purposive sampling method were used as samples determining method. Hypothesis testing method used is multiple regression analysis. The result showed only partially Return on Equity (ROE) variables, which has positive affect on stocks returns. While Earning Per Share (EPS) and Debt to Equity Ratio (DER) variables did not affect the stocks returns. The results simultaneously showed that Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) and Debt to Equity Ratio (DER) have a positive impact on stock returns.
Keywods
: Stock Returns, Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), and Debt to Equity Ratio (DER).
1
I.
PENDAHULUAN
Investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi lebih produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain dan merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam perspektif Islam, semua harta yang dimiliki oleh seorang muslim terdapat zakat yang harus dibagi kepada muslim lain yang membutuhkan. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu
hikmah dari zakat
ini adalah mendorong setiap
muslim
untuk
menginvestasikan hartanya agar bertambah. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam maupun yang minoritas beragama non Islam. Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksadana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Selanjutnya, pada bulan Juli 2000 PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Dana Reksa Invesment Management (DIM) menerbitkan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari 30 (tiga puluh) jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi syariah Islam. Penentuan kriteria dari komponen Jakarta Islamic Index (JII) tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM (Dana Reksa Invesment Manajement). Saham-saham yang masuk kriteria Jakarta Islamic Index (JII) adalah saham-saham yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi, permodalan perusahaan juga bukan mayoritas dari hutang. Jadi bisa kita katakan bahwa saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ini adalah sahamsaham yang pengelolaan dan manajemennya terbilang sudah transparan. Saham
2
yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ini juga memiliki kriteria. Bahkan kategori dan kriterianya cukup ketat, sebab yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) adalah saham-saham yang terbebas dari unsur riba atau dengan kata lain harus sesuai syariah. Untuk dapat menghasilkan return yang diinginkan investor (shahib al-mal) di masa yang akan datang, diperlukan analisis untuk mengetahui apakah saham di pasar
mencerminkan
nilai
sebenarnya
dari
saham
perusahaan
yang
diperdagangkan tersebut. Penilaian investor (shahib al-mal) terhadap suatu saham perusahaan diantaranya adalah dengan memperhatikan kinerja perusahaan yang menerbitkan saham. Oleh karena itu return saham sangat penting bagi perusahaan karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan, sehingga perusahaan bertanggung jawab untuk menjaga dan memperbaiki kinerjanya yang dapat mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang diinvestasikan meningkat. Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan sebagai parameter. Salah satu faktor dari alat ukur ini adalah informasi keuangan dari perusahaan tersebut. Untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan sudah dapat bermanfaat untuk memprediksi harga atau return saham di pasar modal, termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan, adalah dengan cara melakukan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham antara lain Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) Dan Debt to Equity Ratio (DER). Ketiga rasio ini digunakan bagi investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Samsul, 2006). Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS) digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan.
3
Return on Equity (ROE) juga merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan investor (shahib al-mal) untuk mengetahui kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 1997). Return on Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya (Robert Ang, 1997). Rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005).
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: pertama, apakah ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII)? Kedua, apakah ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII)? Ketiga, apakah ada pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII)? Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris pada : 1. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII). 2. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII). 3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
4
II. TELAAH PUSTAKA 2.1
Signaling Theory Signaling Theory adalah sinyal informasi yang dibutuhkan oleh para
investor untuk menentukan apakah investor tersebut akan menanamkan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Sebelum dan sesudah dalam melakukan sebuah investasi, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh investor. Teori ini berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi investor untuk mengembangkan sahamnya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam menentukan arah atau prospek perusahaan ke depan. Salah satu informasi dari pihak perusahaan yang ingin diketahui oleh pihak eksternal atau luar yaitu laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi (Ulupui, 2005). Laporan keuangan menjadi penting pula bagi pihak eksternal sebab kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya, sehingga sangat membutuhkan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan sebuah perusahaan tersebut.
2.2
Saham Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII) Saham dikategorikan menjadi dua yaitu saham syariah dan saham non
syariah. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya. Menurut Junaidi (2009), saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam atau yang lebih dikenal dengan syariah compliant. Sedangkan saham non syariah adalah saham yang kegiatan usahanya tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam – LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah sebagai berikut : •
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
5
•
Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.
•
Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan
atau
menyediakan: barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram lidzatihi), barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, serta barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. •
Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan
dari
modalnya,
kecuali
investasi
tersebut
dinyatakan
kesyariahannya oleh DSN-MUI. Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah adalah : •
Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.
•
Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu.
•
Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut : - Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%). - Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%. Di pasar modal Indonesia sendiri, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama
dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariat islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII) terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam, yang dievaluasi setiap 6 bulan. Penentuan komponen indeks setiap bulan Januari dan Juli. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus
6
berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ), yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi. Jakarta Islamic Index (JII) dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) dilakukan proses seleksi sebagai berikut (Junaidi, 2009) : •
Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam – LK.
•
Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah (DES) tersebut berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
•
Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama satu tahun terakhir.
2.3 Return Saham Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997). Tujuan investor dalam berinvestasi
adalah
untuk
meningkatkan
nilai
kekayaan
dengan
cara
memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return
7
saham
yang
diperdagangkan.
tinggi
mengidentifikasikan
Return
saham
bahwa
memungkinkan
saham seorang
tersebut investor
aktif untuk
membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.
2.4
Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa
dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 1997). Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim (1995), Earning Per Share (EPS) biasa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, Earning Per Share (EPS) digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. Earning Per Share (EPS) mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang, 1997).
2.5
Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan.
8
Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi (Ang, 1997).
2.6
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio Levarage.
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara total utang dengan total modal. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan
untuk
mengukur
tingkat
penggunaan
hutang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Menurut Horne dan Wachoviz (dalam Suharli, 2005), “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (including current liabilities) by its shareholders equity”. Debt to Equity Ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to Equity Ratio (DER) juga menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan.
9
Hipotesis Penelitian Menurut Darmadji dan Fakhruddin (dalam Widodo, 2007), Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan pemegang saham. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Earning Per Share (EPS) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Earning Per Share (EPS) akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Earning Per Share (EPS) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Earning Per Share (EPS), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut : H1
: Ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga
10
bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (dalam Wira, 2008), terdapat keterkaitan antara return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan. Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Return on Equity (ROE) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return on Equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan membeli saham tersebut. Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut : H2
: Ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi
11
atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur (Ang, 1997). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER)) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Debt to Equity Ratio (DER), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut : H3
: Ada pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
12
III. METODE PENELITIAN 3.1
Sampel dan Data Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang tercatat dalam
Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode 2005 hingga 2007. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Multi Shapes Purpose Sampling. Kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang menggumumkan laporan keuangan tahunan selama tahun 2005-2007 dan difokuskan saham-saham perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII).
3.2
Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Return Saham Variabel dependennya adalah return saham yaitu hasil yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham syariah pada periode tertentu. Perhitungan return saham menggunakan harga saham setiap bulan yang digunakan untuk mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003) :
Keterangan : Ri Pt Pt-1
= return saham i pada periode t. = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir). = harga penutupan saham i pada periode sebelumnya (awal).
3.2.2 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Earning Per Share (EPS) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. EPS dapat dihitung dengan rumus (Ang,1997: 18.32) :
13
Dimana : NIAT =
Net Income After Tax.
3.2.3 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki. Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan total modal. Return on Equity (ROE) dapat dihitung dengan rumus (Ang,1997:18.33) :
! " #$ %&'
Dimana : Dp = deviden saham preferen. 3.2.4 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Debt to Equity Ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) dapat dihitung dengan rumus (Ang ,1997:18.33) :
3.3
#' ('$ #' #$ %&'
Kerangka Pemikiran
Earning Per Share (EPS)
Return on Equity (ROE)
Debt to Equity Ratio (DER)
H1 1 H2 1 H3 1
RETURN SAHAM
14
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis yang pertama adalah uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi klasik penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.1
Hasil Uji Asumsi Klasik
4.1.1 Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik yang menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov Test dan analisis grafik berupa Normal P-P Plot. Data yang normal ditunjukkan dengan nilai One-sample Kolmogorov-Smirnov Test yang memiliki signifikansi diatas 0,05. Sedangkan dengan uji Normal P-P Plot, data yang normal ditunjukkan dengan titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal (garis normal). Hasil pengujian normalitas data regresi dapat dilihat pada P-P Plot berikut ini :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa
Mean
51
Most Extreme Differences
Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.0000000 .12278477 .233 .210 -.233 1.666 .008
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah 15
Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada pengujian terhadap 51 data menunjukkan bahwa model regresi memiliki nilai residual yang tidak berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S) tersebut lebih kecil dari 0,05. Grafik Normal P-P Plot juga menunjukkan adanya penyimpangan yang jauh dari garis diagonal. Hasil pengujian normalitas diatas menunjukkan nilai residual yang tidak berdistribusi normal, sehingga dibutuhkan pernomalan data. Penormalan data dilakukan dengan mengeluarkan data-data residual yang ekstrim. Hasil pengujian setelah mengeluarkan data outlier diperoleh sebagai berikut :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
49 .0000000 .03927972 .071 .071 -.065 .496 .966
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Hasil pengujian normalitas setelah mengeluarkan dua (2) data outlier atau pada pengujian terhadap empat puluh sembilan (49) data menunjukkan bahwa model regresi memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S) tersebut lebih besar dari 0,05. Grafik Normal P-P Plot juga menunjukkan kecilnya penyimpangan yang tidak jauh dari garis diagonal.
16
4.1.2 Hasil Uji Multikolonieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah yang di dalamnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas nilai tolerance yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,10 dan batas nilai VIF adalah 10. Jika nilai tolerance kurang dari 0,1 atau VIF lebih dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil Uji Multikolinearitas: Nilai Tolerance dan VIF Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
EPS
.895
1.117
ROE
.972
1.029
DER
.920
1.087
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil uji multikolonieritas di atas, dapat dilihat bahwa nilai ketiga variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas 0,10 yang berarti bahwa tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Hasil yang sama dilihat dari nilai VIF keempat variabel independen yang menunjukkan angka dibawah 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolonieritas antarvariabel.
4.1.3 Hasil Uji Autokorelasi Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel pengganggu dalam satu model regresi linier. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006). Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, digunakan pengujian Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut :
17
Pengambilan Keputusan Autokorelasi Hipotesis nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
Jika 0 < d < d1 d1 ≤ d ≤ du 4-d1 ≤ d ≤ 4 4-du ≤ d ≤ 4-d1 Du ≤ d ≤ 4-du
Hasil Uji Autokorelasi : Durbin-Watson Model Summaryb Model 1
R
R Square .418
a
Adjusted R Square
.175
.120
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.0405679
2.242
a. Predictors: (Constant), DER, ROE, EPS b. Dependent Variable: RETURN
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,242. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 49 dan jumlah variabel independen 3 ( k = 3 ). Oleh karena nilai DW 2,242 lebih besar dari batas atas (du) 1,72 dan kurang dari (4-du) 2,28 , maka keputusannya adalah H0 tidak ditolak. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat autokorelasi (sesuai dengan tabel pengambilan keputusan).
4.1.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
18
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah Hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot pada gambar 4.3 antara SRESID sebagai sumbu X dan ZPRED sebagai sumbu Y tidak menunjukkan pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada persamaan tersebut. 4.2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
4.2.1 Koefisien Determinasi Hasil nilai adjusted R-Square (R2) dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya struktur modal yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b) Model 1
R
R Square .418
a
.175
Adjusted R Square .120
Std. Error of the Estimate .0405679
Durbin-Watson 2.242
a Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE b Dependent Variable: RETURN
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi dalam tabel 4.8, dapat dilihat bahwa besarnya Adjusted R2 adalah sebesar 0,120. Hal ini berarti 12,0% variasi return saham dapat dijelaskan oleh 3 variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER). 19
Sedangkan sisanya (100% - 12,0% = 88,0%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Sebab-sebab lain yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
4..2.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji f) Uji f atau uji ANOVA bertujuan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal (sering disebut faktor) terhadap variabel dependen metrik (Ghozali, 2006). Pengambilan keputusannya adalah jika probabilitas uji f > taraf signifikansi 5% maka secara simultan variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil Uji f ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.016
3
.005
Residual
.074
45
.002
Total
.090
48
F
Sig. 3.177
.033a
a. Predictors: (Constant), DER, ROE, EPS b. Dependent Variable: RETURN
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji f, diperoleh f hitung sebesar 3,177 dengan nilai probabilitas 0,033 (signifikan). Karena nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi return saham atau dapat dikatakan bahwa Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap return saham.
20
4.2.3 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error .013
.012
EPS
9.143E-7
.000
ROE
.001
DER
.006
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.070
.290
.016
.110
.913
.000
.390
2.840
.007
.005
.161
1.141
.260
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah Berdasarkan uji t, dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi yaitu variabel Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER), hanya variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas pada masing-masing variabel independen. Earning Per Share (EPS) sebesar 0,913 dan Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,260 yang jauh di atas taraf signifikansi 0,05. Sedangkan variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham, dengan nilai probabilitas 0,007. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu return saham dengan persamaan sistematis sebagai berikut : RETURN = 0,013 + 9,143.10-7 EPS + 0,001 ROE + 0,006 DER + e Keterangan : RETURN EPS ROE DER
= = = =
Return saham Earning Per Share (EPS) Return on Equity (ROE) Debt to Equity Ratio (DER)
21
4.3
Pembahasan Berdasarkan pengujian t yang telah dilakukan, maka berikut ini adalah
ringkasan hasil pengujian hipotesis : Ringkasan Hasil Uji Hipotesis No H1 H2 H3
Hipotesis Hasil Uji Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return Ditolak saham. Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return Diterima saham. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap return Ditolak saham. Nilai B untuk variabel Earning Per Share (EPS) pada kolom
unstandardized coefficients menunjukkan nilai yang positif yaitu 0,0000009143 dan nilai probabilitas untuk variabel Earning Per Share (EPS) adalah 0,913. Karena nilai probabilitas ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka kesimpulannya adalah Earning Per Share (EPS) secara individual tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Nilai B untuk Return on Equity (ROE) menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,001. Nilai probabilitas Return on Equity (ROE) sebesar 0,007. Karena nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Ini berarti Return on Equity (ROE) secara individual mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Pada output regresi dapat dilihat bahwa Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai nilai B yang positif yaitu 0,006 dan nilai probabilitas sebesar 0,260. Nilai probabilitas ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) secara individual tidak berpengaruh terhadap return saham.
22
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dihasilkan simpulan sebagai berikut : 1.
Variabel Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga apabila terjadi kenaikan pada Earning Per Share (EPS), maka tidak akan mempengaruhi return saham.
2.
Variabel Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05. Perusahaan dengan nilai Return on Equity (ROE) yang lebih besar cenderung memiliki return saham yang lebih besar.
3.
Variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga apabila terjadi kenaikan pada Debt to Equity Ratio (DER), maka tidak akan mempengaruhi return saham.
4.
Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan dengan taraf signifikansi 5% mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain : 1.
Meskipun tahun pengamatan selama tiga (3) tahun dari tahun 2005-2007 dengan kriteria adanya konsistensi perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) selama periode penelitian, tetapi total sampel hanya berjumlah 49 perusahaan.
2.
Nilai Adjusted R2 sebesar 0,120 menunjukkan bahwa 12% variasi return saham dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen yaitu Earning Per
23
Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER). Sedangkan sisanya (100% - 12% = 88%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Sebab-sebab lain yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
Saran Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu : 1.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbesar jumlah sampel dan memperpanjang tahun pengamatan dan disarankan untuk tidak menggunakan syarat ada kontinyuitas sebagai sampel penelitian untuk mendapatkan sampel yang lebih banyak.
2.
Dengan tidak diperolehnya pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham, maka investor nampaknya perlu mempertimbangkan menggunakan variabel lain.
24
VI. DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert. 1997. Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia Auliyah, Robiatul dan Hamzah, Ardi, 2006, “Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri Dan Ekonomi Makro Terhadap Return Dan Beta Saham Syariah Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006 Bhandari, Laxmi Chand. 1998. “Debt/Equity Ratio and Expected Common Stock Return: Empirical Evidence”. Journal of Finance Darmadji, Tjiptono dan Hendy Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS: Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Malang: Salemba Empat Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas: Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE Junaidi. 2009. “Sekilas Mengenai Saham Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII)”. Available at: (www.google.com) Kennedy J.S.P. 2003. “Analisis Pengaruh dari Return on Asset, Return on Equity, Earnings Per Share, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001).” Tesis tidak dipublikasikan, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Kurniawan, Todi. 2008. “Volatilitas Saham Syariah (Analisis atas Jakarta Islamic Index)”. Available at: (www.google.com)
25
Natarsyah, Syahib, (2000), ”Analisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan resiko Sistematik Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Barang Konsumsi Yang Go-Publik di Pasar Modal Indonesia)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.3, p.294-312 Na’im, Ainun dan Sinarti, 2010, “Kinerja Akuntansi dan Kinerja Pasar Modal pada Perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 13-14 Oktober 2010 Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Surabaya: Penerbit Erlangga Sari, Ratna Candra dan Zuhrohtun. 2006. “Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi dan Saham: Uji Liquidation Option Hypothesis”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006 Sidarta, Wahyu. 2009. “Indeks JII; Saham-saham Berbasis Syariah Memberikan Keuntungan yang Cukup Atraktif”. Available at: (www.google.com) Sudarto, Krisnhoe, F., dan Tohir, R. 1999. “Analisis Return Saham dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya”, JEBA, vol 1,No 1:43-51 Suharli, Michell. 2005. “Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food & Beveranges Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, NO. 2, November 2005: 99- 116 Ulupui. (2005). “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ)”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, jurnal, dalam wibesite. Widodo, Saniman. 2007. “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, Dan Rasio Pasar Terhadap Return Saham Syariah Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2003-2005”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro Wira, Variyetmi, 2008, “Analisa Karakteristik terhadap Return dan Beta Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis & Manajemen. Vol. 4, No. 3, 2008 http://www.idx.co.id
26