Widyana, Anemia dan nyeri dismenorhea
ANEMIA DAN NYERI DISMENOREA Erni Dwi Widyana, Ardi Panggayuh, Alifa Masitasari Yuwamida Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang Email:
[email protected]
Abstract: Menstruation is a process that occurs regularly, but not a few of them suffered dysmenorrhoea. Pain is felt such pain so severe that it interferes with the activity. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of anemia with dysmenorrhea pain intensity at the student level I Prodi D-III Midwifery Malang. The study design used analytic correlation with cross sectional approach, a population of 35 people, using a sampling technique accidental sampling, sample size of 32 respondents who met the inclusion criteria. The research instrument used Mc Gill pain scale and haemometer stick to calculate the level of anemia. As a result, the majority of respondents experienced a mild anemia as much as 40.6%, anemia was 34.4%, 15.6% severe anemia and severe anemia 9.4%. On the intensity of dysmenorrhea pain, found 56.3% of respondents mild dysmenorrhea, dysmenorrhea was 12.5%, 15.6% experienced severe dysmenorrhoea, for very severe dysmenorrhoea 9.4% and 6.2% pain was unbearable. Data were analyzed using Spearman Rank test, it was found that rshitung = 0.513 with = 0.003 ( <0.05) which shows the relationship between the level of anemia with pain intensity. Based on the results of these studies should be a reference to further maintain nutrition in improving the state of anemia. Keywords: anemia, dysmenorrhoea Abstrak: Menstruasi merupakan proses yang terjadi rutin, namun tidak sedikit diantaranya mengalami dismenorea. Nyeri yang dirasakan diantaranya nyeri yang sangat berat sehingga mengganggu aktifitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea pada mahasiswi Tingkat I Prodi D-III Kebidanan Malang. Desain penelitian yang digunakan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, populasi sebanyak 35 orang, sampling menggunakan teknik accidental sampling, jumlah sampel 32 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian menggunakan skala nyeri Mc Gill dan haemometer stick untuk menghitung tingkat anemia. Hasilnya, sebagian responden mengalami anemia ringan sebanyak 40,6%, anemia sedang 34,4%, anemia berat 15,6%, dan anemia sangat berat 9,4%. Pada intensitas nyeri dismenorea, ditemukan 56,3% responden dismenorea ringan, 12,5% dismenorea sedang, 15,6% mengalami dismenorea berat, untuk dismenorea sangat berat 9,4% dan 6,2% nyeri tidak tertahankan. Data dianalisa menggunakan uji statistik Spearman Rank, didapatkan bahwa rshitung = 0,513 dengan = 0,003 ( < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut hendaknya menjadi acuan untuk lebih menjaga asupan nutrisi dalam memperbaiki keadaan anemia. Kata Kunci: anemia, dismenorea
PENDAHULUAN
pada dinding uterus yang nantinya dikeluarkan melalui vagina. Saat menstruasi seringkali menjadi saat-saat yang menyiksa dan menegangkan. Meskipun datang secara rutin, tidak sedikit dari perempuan usia reproduksi tersebut mengalami ketidaknyamanan setiap mengalami menstruasi. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai gangguan menstruasi menyebabkan ketidaksiapan 97
Setiap perempuan usia reproduksi memiliki proses reguler yang dialami hampir setiap bulannya, proses alami ini disebut menstruasi. Siklus menstruasi ini biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun. Menstruasi memiliki siklus dengan beberapa tahapan yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang akan membuat peluruhan ISSN 2460-0334 97
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 97-102
saat mengalami ketidaknyamanan menstruasi. Ketidaknyamanan tersebut dapat berupa gangguan emosional atau gangguan rasa nyeri sehingga seringkali dapat mengganggu produktivitas kerja. Rasa nyeri saat menstruasi atau yang biasa disebut dismenorea, merupakan nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenorea biasanya terjadi akibat pelepasan prostaglandin dari sel-sel endometrium. Prostaglandin merupakan hormon perangsang kontraksi otot polos miometrium dan kontriksi pembuluh darah uterus. Hal inilah yang menyebabkan hipoksia uterus yang biasa terjadi saat menstruasi semakin parah, sehingga timbul rasa nyeri yang berlebihan. (Prawiroharjo, 2009). Dari hasil survey di Indonesia, angka kejadian dismenorea mencapai angka sebesar 50% dari jumlah wanita yang sedang menstruasi, sementara 10% diantaranya mengalami gejala dismenorea yang berat sehingga memerlukan istirahat dengan berbaring di tempat tidur dan 10-18% remaja putri tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan alasan menderita dismenorea (Mansur, 2012). Intensitas nyeri yang dirasakan setiap perempuan berbeda-beda. Nyeri dismenorea dapat berupa nyeri ringan, sedang atau bahkan nyeri yang berat sehingga penderita tidak dapat melakukan aktifitas fisik. Perbedaan rasa nyeri ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar prostaglandin, kelainan letak rahim, faktor psikologis, penyakit menahun dan anemia. (Prawirohardjo, 2009). Anemia umumnya disebabkan oleh defisiensi zat besi yang sering ditandai dengan kejadian cepat lelah, gelisah atau terkadang sesak sehingga dapat mengganggu aktifitas. Selain itu, ketika seseorang menderita anemia maka sensitivitas tubuh terhadap nyeri akan meningkat (Prawirohardjo, 2009). Hipersensitivitas pada jaringan ini dipengaruhi karena adanya peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin sendiri merupakan zat yang dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka, sehingga peningkatan prostaglandin dapat dipengaruhi oleh adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh anemia. Hal ini dapat
98
mengakibatkan seseorang yang sedang menstruasi, dapat merasakan adanya nyeri yang berlebihan pada saat menstruasi atau disebut dismenorea. Menurut Husaini, dkk (2006) dalam Handayani (2008), terdapat sekitar 50% penduduk indonesia menderita anemia dan 25-35% diantaranya merupakan remaja putri yang mengalami anemia dari yang ringan hingga berat. Berdasarkan hasil penelitian Prof. Dr. I Made Bakta (2007) sekitar 25-48 % wanita tidak hamil di Indonesia mengalami anemia. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi tingkat I Prodi DIII Kebidanan Malang diketahui jumlah mahasiswi seluruhnya sebanyak 98 orang. Dari jumlah tersebut, 90,8% mahasiswi mengalami dismenorea dan 9,2% tidak mengalami dismenorea. Dari jumlah mahasiswa yang mengalami dismenorea, sebanyak 6,7% tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari seperti kuliah atau aktifitas fisik rutin lain selama 1-2 hari. Berdasarkan jumlah dari seluruh mahasiswi, 36,7 % diantaranya mengalami anemia. Dilihat dari hasil studi pendahuluan tersebut, dismenorea dialami oleh sebagian besar mahasiswi. Beberapa diantaranya mengaku ketidaknyamanan yang dialami sangat mengganggu aktifitas seharihari. Pada dasarnya anemia dan dismenorea sama-sama dapat mengganggu konsentrasi belajar mahasiswi, selain itu, anemia juga dapat memperberat intensitas nyeri saat dismenorea yang dirasakan oleh mahasiswi. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengidentifikasi tingkat anemia, mengidentifikasi tingkat nyeri dismenorea dan menganalisis hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah studi korelasi (assosiasi) untuk mencari hubungan antara dua variabel pada sekelompok objek. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat I Prodi DIII Kebidanan Malang yang mengalami anemia dan
ISSN 2460-0334
Widyana, Anemia dan nyeri dismenorhea
dismenorea primer ketika menstuasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan accidental sampling sehingga didapatkan sampel berjumlah 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel independen penelitian ini adalah tingkat anemia sedangkan Variabel dependentnya adalah intensitas nyeri dismenorea primer dengan kriteria inklusi: mengalami dismenorea primer saat menstruasi; sedang dalam kondisi menstruasi hari 1-3, mengalami anemia; bersedia menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan. Sedangkan untuk kriteria ekslusinya adalah: tidak hadir saat penelitian, memiliki gangguan pada sistem reproduksi, memiliki kelainan/ penyakit darah. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri yang diderita adalah metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui wawancara secara langsung pada responden dengan instrument berupa skala nyeri Mc Gill. Selain itu terdapat pula alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat anemia yaitu dengan haemometer stick. Tempat penelitian di Asrama Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang. Waktu penelitian adalah bulan Maret-April 2014. Pada saat pengumpulan data peneliti bersifat proaktif dalam mencari responden yang sesuai, kemudian peneliti melakukan kontrak waktu untuk melakukan penelitian saat responden sedang mengalami dismenorea di asrama Kebidanan. Nyeri dismenorea dikaji oleh peneliti saat responden dalam kondisi menstruasi hari pertama sampai ketiga. Sebelum peneliti mengkaji tingkat nyeri, peneliti memberikan informed consent, selanjutnya peneliti melakukan pengkajian terhadap tingkat nyeri dismenorea yang dialami oleh responden. Jika instrumen telah diisi, peneliti melakukan pemeriksaan kadar Hb pada mahasiswi yang bersangkutan, kemudian hasil yang didapat diisi pada lembar yang telah disediakan. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan Uji Spearman Rank. Hipotesis satatistik yang diuji adalah hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea. Kesimpulan diambil
ISSN 2460-0334
bila, H1 diterima jika p-value < 0,05 ( = 0,05 ), dan H1 ditolak jika p-value > 0,05 ( = 0,05). HASIL PENELITIAN Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingka I Prodi DIII Kebidanan Malang. Didapatkan sebagian besar responden berumur 18 tahun sejumlah 23 orang (71,8%). Berdasarkan Tabel 1 didapatkan sebagian responden mengalami nyeri dismenorea ringan sejumlah 18 orang (56,3%). Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil sebagian responden mengalami tingkat anemia ringan sejumlah 13 orang (40,6%). Berdasarkan Tabel 3 didapatkan sebagian responden mengalami nyeri dismenorea ringan sejumlah 18 orang (56,3%). Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tingkat anemia ringan hampir seluruh responden mengalami nyeri dismenorea ringan. pada tingkat anemia Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan hari menstruasi Hari Ke 1 2 3 Total
F 17 11 4 32
% 53,1 34,4 12,5 100
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat anemia Tingkat Anemia Ringan Sedang Berat Sangat Berat Total
F 13 11 5 3 32
% 40,6 34,4 15,6 9,4 100
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri dismenorea Nyeri Dismenorea Ringan Sedang Berat Sangat Berat Tidak Tertahan Total
F 18 4 5 3 2 32
% 56,3 12,5 15,6 9,4 6,2 100
99
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 97-102
Tabel 4. Tabulasi Silang Tingkat Anemia dengan Intensitas Nyeri Dismenorea Nyeri Dismenorea Tingkat Anemia Ringan Sedang Berat Sangat Berat Total
Ringan F 11 5 2 0
Sedang % 84,6 45,4 40 0
F 1 1 1 1
Berat % 7,7 9,1 20 33,3
sedang, lebih banyak responden yang mengalami nyeri dismenorea ringan daripada nyeri yang berat. Sementara pada tingkat anemia berat, sebagian responden mengalami nyeri dismenoea yang ringan dan sisanya mengalami dismenorea yang sedang hingga berat. Pada tingkat anemia yang sangat berat, responden mengalami nyeri yang sedang hingga tidak tertahankan Berdasarkan hasil analisa data yang menggunakan uji statistik spearman rank, didapatkan nilai rs hitung = 0,513 > rs tabel = 0,364 dengan signifikansi = 0,003. Pada nilai < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea pada mahasiswi tingkat I Prodi D-III Kebidanan Malang. Nilai r yang didapat berkisar antara 0,400-0,599 yang menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel sedang (Sugiyono, 2010) PEMBAHASAN Anemia adalah keadaan dimana masa hemoglobin yang beredar dalam tubuh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam jaringan. Secara laboratorik, keadaan ini digambarkan dengan adanya penurunan kadar Hb di bawah normal. Menurut WHO (1968) klasifikasi anemia ada 4 macam, yaitu anemia ringan, sedang, berat dan sangat berat. Dikatakan anemia yang ringan jika kadar Hb 10 gr/dl-11,9 gr/dl, sementara anemia sedang kadar Hb antara 8 gr/dl-9.9 gr/dl dan anemia yang berat kadar Hb berkisar antara 6 gr/dl7,9 gr/dl. Jika kadar Hb < 6 gr/dl dikatakan ane-
100
F 0 4 1 0
% 0 36,4 20 0
Sangat Berat F 1 0 1 1
% 7,7 0 20 33,3
Tidak Tertahankan F % 0 0 1 9,1 0 0 1 33,3
Jumlah F 13 11 5 3 32
% 100 100 100 100 100
mia yang sangat berat. Kejadian anemia ini sangat banyak terjadi pada remaja. Anemia yang terjadi dikarenakan faktor-faktor seperti mensruasi dan faktor nutrisi. Namun, faktor nutrisi menjadi salah satu faktor yang sering menyebabkan anemia pada remaja. Remaja merupakan individu yang telah mencapai usia 11-20 tahun (Mansur, 2012). Populasi yang diteliti sebanyak 32 orang memiliki rentan usia 1819 tahun. Responden pada kelompok usia 18 tahun sejumlah 23 orang (71,8%) dan yang masuk kelompok usia 19 tahun sejumlah 9 orang responden (28,2%). Pada masa remaja kebutuhan nutrisi meningkat untuk membantu proses pertumbuhan. Jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, maka remaja akan mengalami defisiensi zat besi. Anemia yang terus berlanjut dapat menyebabkan gangguan lain seperti gangguan menstruasi. Dari 32 mahasiswi yang dilakukan pemeriksaan, didapatkan frekuensi responden yang mengalami anemia ringan sejumlah 13 orang (40,6%). Berdasarkan data yang telah diambil, kejadian anemia masih banyak dialami oleh mahasiswi di Prodi D-III Kebidanan Malang. Dismenorea merupakan suatu gangguan menstruasi yaitu rasa nyeri yang terjadi sampai mengganggu aktifitas (Manuaba, 2008). Hamilton dan Morgan (2009) mengungkapkan bahwa nyeri dismenorea dirasakan sebagai nyeri kram yang hilang timbul pada bagian bawah yang dapat menjalar ke punggung bagian bawah sampai
ISSN 2460-0334
Widyana, Anemia dan nyeri dismenorhea
tungkai. Dismenorea yang dialami terkadang juga disertai dengan rasa mual, muntah, diare atau sakit kepala. Dismenorea seringkali terjadi pada 1-2 hari sebelum menstruasi sampai beberapa hari pada awal menstruasi sehingga penelitian dilakukan pada hari pertama sampai ketiga menstruasi. Nyeri dismenorea diklasifikasikan menjadi nyeri ringan, sedang, nyeri berat, sangat berat dan nyeri yang tidak tertahankan. Setiap klasifikasi nyeri terdapat ciri masing-masing untuk membedakan intensitasnya. Berdasarkan observasi pada responden yang mengalami nyeri ringan, seluruhnya masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa dan hampir tidak pernah terlihat merasa kesakitan. Untuk nyeri yang sedang, responden sudah mulai merasa kesakitan yang dapat diobservasi pada aktifitas responden seperti menyeringai atau menarik napas panjang. Berbeda dengan nyeri yang berat, responden beraktifitas seperti menggosok-gosok perut dan mendesis kesakitan. Pada klasifikasi nyeri yang sangat berat, responden sudah terlihat lemah dan sering mengeluh kesakitan. Seringnya responden telah sulit untuk saling berkomunikasi. Seluruh responden yang mengalami nyeri yang tidak tertahankan tidak melakukan aktifitas apapun, wajah terlihat pucat dan hanya dapat berbaring. Intensitas nyeri dismenorea sebenarnya dapat dipengaruhi beberapa faktor lain seperti pengalaman nyeri sebelumnya, dukungan sosial dan stress. Nyeri akan semakin bertambah berat jika penderita juga mengalami faktor lain selain anemia. Jika nyeri yang dirasakan berlebihan, hal ini mungkin dapat sampai mengganggu aktifitas terutama pada responden yang memiliki kegiatan seperti kuliah. Anemia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri dismenorea. Dijelaskan oleh Anurogo dan Wulandari (2011) beberapa faktor yang mempengaruhi dismenorea yaitu usia menarche, faktor keturunan, kegemukan dan penyakit seperti anemia. Prawirohardjo (2009) menjelaskan pula bahwa anemia dapat mempengaruhi intensitas nyeri dismenorea. Nyeri dismenorea yang terjadi sebenarnya akibat kandungan prostaglandin yang dihasilkan saat
ISSN 2460-0334
sedang menstruasi. Kandungan prostaglandin akan meningkat jika diikuti dengan penyakit seperti anemia. Hormon tersebut sebenarnya dapat pula menyebabkan hipersensitivitas terhadap nyeri, sehingga kadar prostaglandin yang meningkat dalam tubuh saat menstruasi akan mempengaruhi intensitas nyeri semakin berat. Anemia secara langsung dapat mempengaruhi intensitas nyeri dismenorea. Semakin tinggi tingkat anemia yang dialami, maka akan semakin berat intensitas nyeri dismenorea yang dirasakan. Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank, didapatkan hasil rs hitung = 0,513 dengan signifikansi = 0,003 dan nilai r berkisar antara 0,400-0,599, maka terdapat hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea dengan korelasi antara dua variabel yang terbilang sedang. Hal ini berarti anemia merupakan faktor yang dapat memengaruhi intensitas nyeri dismenorea, namun nyeri ini dapat dipengaruhi pula oleh faktor lain, sehingga tingkat anemia bukan menjadi satu-satunya penyebab adanya nyeri dismenorea. Hampir seluruh responden yang mengalami anemia ringan juga mengalami dismenorea ringan, namun beberapa diantara responden memiliki karakteristik yang tidak berbanding lurus. Salah satunya terdapat responden yang mengalami anemia ringan dan nyeri dismenorea yang dirasakan ringan. selain itu, yang tidak mengalami anemia berat namun intensitas nyeri dismenoreanya sangat berat bahkan nyeri tidak tertahankan. Dari data tersebut menggambarkan bahwa anemia bukan merupakan faktor kuat yang mempengaruhi nyeri dismenorea yang dirasakan responden tersebut. Nyeri merupakan suatu keadaan yang terbilang kompleks sehingga memiliki faktor penyebab yang bermacam-macam yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri individu seperti kebudayaan, pengalaman nyeri sebelumnya, usia, stress, dan lingkungan serta dukungan sosial. Dapat diambil contoh, jika seseorang juga mengalami stress, maka keadaan tersebut dapat
101
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 97-102
meningkatkan rasa nyeri yang terjadi.
pengobatan yang sesuai.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Dari penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat anemia dengan intensitas nyeri dismenorea dengan korelasi antara dua variabel yang terbilang sedang. Hal ini berarti anemia merupakan faktor yang dapat memengaruhi intensitas nyeri dismenorea. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi mahasiswi yang terbilang masih remaja dan mengalami menstruasi yang rutin sebaiknya menjaga pola nutrisi untuk mencegah terjadinya anemia yang dikarenakan defisiensi zat besi. Untuk petugas kesehatan hendaknya dapat melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi mengenai dismenorea sehingga mahasiswi dapat mengerti dan lebih menjaga kesehatan reproduksinya. Sedangkan untuk institusi kesehatan sebaiknya memiliki klinik pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja yang proaktif dalam memberikan konseling kesehatan reproduksi terutama mengenai gangguan menstruasi seperti dismenorea, sehingga mahasiswi dapat mengemukakan keluhannya dan mendapatkan
Anurogo, Dito & Wulandari, Ari. 2013. Cara Mengatasi Nyeri Haid. Jogjakarta: Penerbit Andi Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC Benson, Ralph & Perholl, Martin. (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Rosda Fairus, Martini & Prasetyowati. 2011. Buku Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Manuaba, Sri Kusuma Dewi, dkk. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Jakarta: EGC Morgan, Geri & Hamilton, Carole. 2009. Panduan Praktik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
102
ISSN 2460-0334