Habitat Vol. XVII No.2
ISSN
PENDUGA,A.N POTENSI HASIL
: 085i -5167
MELALUI KARAKTER MORFOLOGI
PADA TANAMAN UBIJALAR (Ipomoea hatotas L. Lam) Andy Soegianto
ABSTRACT Research on coffelation between morphological characters and high
yield potential in sweet potato using path-coefficient analysis was conducteJ at Brawijaya University Research Station Jatikerto,.Malang. This research was done in February until July 2005. seven sweet potato accessions coi'sisted of five selected (KTK x JPI-10), (Boko x KTK-7); one introduction .r"".. ie.73-6/2,D-67, Jpl-33, ctone named BIS_214 and one variety named Boko were used as tieatment in a completely Randomized Block Design with three replications. observations were done on variables suclr as stem length, branches and leaves number, and leaf area. Yield component and yield were observed on harvest' and were consisted of tuber number per plant, tuber length and its diameter, and total.tuber weight per plant' The result showed tr',ut rrigt..igenotyplcaily direct effect on yield was expressed by leaf area. The strongest indirelt genotipically on yield was achieved by the character of tuber numbcr per plant "rr.lileaf area characrcr through with the value of 2'9187; while its direct effect rvas as low as 0.003i and the genotypic correlation coeflicient was 0.74. highest phenotypically direct err""i o, yield was showed by. leaf area character a1 .The high as 6.83,'rvhite itre rr.""g"" pr,r"n-otypi"arry indirect effect orr yield was expressed by stem length through leaf area".rrurr.t"r,iuittr ttre value of 4.2346. Key words:
I"!d Tt"jtial, morphological character, path-coefficent indirect effect, sweet potato accession.
analysis, direct arrd
ABSTRAK Penelitian.leJttang
ve.getatif
yang berkaitan rtengan daya
|ifl."t.3.o.fologi. tanaman ubijalar melalui analisis koefisien l'intas telah
iir***lun
hasil
di Kebun percobaan universitas Blawrjala di Desa Jatikerto, Kabupaten penelitian dilaksanakan Mrir"u pada bulan Februari sampai Juri 2005. n9r..i,1j1, ,"igei,""r,an Rancangan Acak f'et9mn9k dengan tiga utangan. Tujuh aksesi ubijalar yrrgTil;i terdiri dari lima kton hasil seleksi yaitu 't3:6t2, D-al,Ip"1-33, (Kr[ *"tp,_iol,ig"i. Kir-]), ,"i, n,* inhoduksi yaitu Bts-zr4 dan satu varietas yaitu Boko.'pur.*"t., pertumbuhan yang diamati meliputi: peubah surur, jumrah cabang, :rJ"r, daun, dan ruas daun. ?.uryun-g Pengamatan komponen hasir dan [asir ubi meriprti, jrir"rr,'ubi ;", tanaman, panjang dan diameter ubi, bobot ubi totat per tanaman. Hasiip"n"lltiun menJn;urcun bahwa luas-tio"r. daun mempunyai..pengaruh..lanes.rng genotipe. teriinggi terhalaf hasil. r.ngr*t paling kuat didapatkan pada karakter juriiah;;;;;.rrman langsung melatui karakter luas daun yaitu sebesar 2,9187, sedangkan.pe.ngaruh langsungnya rendah yaitu 0,0039. dengan nilai korelasi genotipe sebesar-0,74. eJngurut f;;;rg fenotipe paling besar didapatkan pada karakter luas daun pertanaman yaitu 6,8I. pengaruh tidak langsung
.
I) StalPengaiar Juntsan Budidayd Perranian Fahitas Pertanian (Jniversitas Brawiiaya Malang Terakreditasi SK. No. : 49lDIKTI/Kep/2003 92
paling kuat didapatkan pada karakter panjang sulur melalui karakter luas daun yaitu sebesar 4,2346.
Kata kunci: potensi hasil, karakter morfologi, analisis koefisien lintas, pengaruh langsung dan tidak langsung, aksesi ubijalar
PENDAIIULUAN
Untuk meramalkan sifat tertentu dapat digunakan penduga suatu sifat tertentu lainnya yang mudah diamati . dan dibandingkan. Tujuan dari peramalan ini adalah untuk sifat kuantitatif yang sulit memberi gambaran kemampuan genetik karena adanya pengaruh luai yang mengaburkan' (Poespodarsono, l98S). Menurut Wargiono (1980), ukuran daun
Produktivitas tanaman ubi jalar ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
Iingkungan. Variasi yang terjadi antar individu dalam satu varietas maupun antar vrietas disebabkan oleh perbedaan gen-gen )ang terdeat dalam individu. Tanaman ubi jalar )ang dapat dipergunakan untuk membentuk varieas baru ubi jalar mempunlai ciri-ciri b€rcabang banfh tegak dan kompak serta habitus pendek.
berkorelasi positif dengan batang. Varietas yang .berbatang besar paOa umumnya memiliki daun yang besar,
Tanaman )ang mempunyai ukuran tanaman
sedangkan pada varietas dengan batang
yang terlalu panjan& secara fisiologis
kecil yang memiliki daun kecil. pada varietas yang berdaun lebar dan
kurang efisien dalam tanslokasi fotosintat. Hal tersebut disebabkan oleh firnpi btang sebagai tempat menyalurkan fotosintat. Pada kondisi ubi maupun lingkungan yang kurang sesuai, batang tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengalirkan fotosintat, tetapi juga menjadi tempat penimbunan fotosintal menyebabkan ubi jalar yang berbatang panjang kurang di-
fotosintesisnya efekti{, hasilrya lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas yang berdaun kecil dan menjari. Terdapat indikasi yang menunjukkan bahwa suitu genotipe ubijalar yang mempunyai hasil tinggi dicirikan oleh banyaknya umbi dan besarnya umbi (diameter dan panjang umbi).
kehendaki.
Klon-klon unggul yang
Pendugaan hubungan antar karakter dengan menggunakan korelasi kurang tepat digunakan. Hal tersebut disebabkan masingmasing sifat atau karakter tidak sepenuhnya mandiri, tetapi saling berkaitan satu dengan lainnya. Singh dan Chaudhary (1979) me-
telah
dilepas seperti Da1a, Karya dan Prambanan memiliki hasil yang kurang mernuaskan jika
ditanam
di
lahan kering Hal
tersebut
disebabkan pada tanaman ubi jalar rerdapat interalai genotip dan lingkungan yang tinggi, sehingga pada setiap jenis hnah dan
tipe iklim
'
'
.
nlarankan untuk menggunakan teknik analisis koefisien linus. Apabila hubungan
memerlukan klon-klon )ang
sebab akibat terdefinisikan dengan baih akan memungkinkan untuk menyampaikan keseluruhan variabel dalam suatu sistem
sesuai dengan lingkungannya (Gurifrro et a/.,
1994'), Hubungan antara sifat satu dengan sifat lainnya mempunyai arti yang penting dalam progam seleksi.
dorgan bentuk diagram (Gambar l).
93
-t
Andy Socgianlo. : Pendugaan Potensi llasil I'lelalil
Keterangan : Y = hasil; Xr, Xz, ...,
Gambar
l.
Xi:variabel pertumbuhan;
R = residu
Hubungan sebab dan akibat antara peubah dan hasil.
Menurut Gaspersz (1994), analisis koefisien lintas berdasarkan pada analisis korelasi antar variabel. Koefisien korelasi dari dua faktor dapat dijadikan ukumn sejauh mana derajat keeratan hubungan
ini
bertujualr untuk mengetahui karakter rnorfologi tanaman yang berkaitan dengan daya hasil yang tinggi pada tanaman ubi .ialar rnelalui analisis Penelitian
koefisien lintas.
kedua faktor tersebut dimana dua faktor tersebut dianggap sebagai variabel bebas, meskipun pada kenyataannya tidaklah sepenuhnya bebas. Dibidang genetika dan
BAHAN DAN METODE Penelitiarr dilaksanakan
di
Kebun
pemuliaan tanaman, penerapan sidik lintas dimaksudkan untuk menemukan pola kctergantungan dari beberapa sifat konrponen hasil terhadap hasil maupun hubungan
Percobaan Universitas Brawrjaya yang berlokasi di Desa Jatikerlo. Kecamatan
antar karakter-karakter yang memiliki
dengan ketinggian tempat sekitar 303 m dpl., dengarr rata-rata suhu harian minimum antara l4-l8oC dan maksimum 30-330C, pl-l tanah antara 6.0-7,5. Peneliti-
Kromengan. Katrupaten Malang. Jerris tanah pada lokasi percobaan ini adalah Alfisol
peranan penting terlradap hasil sehingga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi tak langsung (Singh dan Chaudhary, 1979).
t)4
Andy Soegianto. : Pendugdan Polenri Hasil Melal*l
tujuh aksesi ubi jalar yang diulang tiga kali. Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi: panjang sulur, jumlah eabang, jumlalr dadn, datr luas daun yang diukur dengan metode Gravimetri (Sitompul dan Curitno, 1995). Pengamatan panen dilakukan pada saat tanaman berumur 120 hari setelah tanam
an dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Juli 2005.
Balral yang digunakan adalah tujuh aksesi ubi jalar yang terdiri dari lima klon hasil seleksi yaitu 73-612, D67, JPr-33, (KTK x JP1-10), (Boko x KTK-7); satu klon introduksi yaitu BIS214 dan satu varietas yaitu Boko. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi dan pupuk NPK lengkap. Stek
(hst) yang meliputi: jumlah ubi
per tanaman, panjang dan diameter uQi serta
bobot ubi total per tanaman. Analisis
ditanam pada barisan denganjarak antar tanaman dalam satu baris adalah 25 cm dan
lintas yang menjadi dasar hipotesis dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.
jarak antar baris adalah 75 cm.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan Panjang Sulur
/ -
i
/,t
f"
J"
t_
/ r,I'-"t"**l (a
(,#' (s) )
Xfu l',,
I \*,,
(3)
1,,\ I,,
o
Gambar 2.
l',*,",il (4)
Diagram koefisien lintas antara komponen sifat morfologi dan hasil pada tanaman ubijalar
95
I Andy Socgianto. r Pendngaan Poterui F/a,rirrVelolal .................... ......... ...... ......... ...... ..........
yang nyata. Koefisien korelasi positif sangat nyata terdapat pada karakter panjang sulur dengan luas daun dan jumlah ubi pertanaman dengan diameter ubi. Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi linier yang sangat nyata secara
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel I menunjukkan bahwa klon JPr-33 memiliki ukuran sulur paling panjang dan jumlah daun terbanpk. Klon D-67 memiliki sulur pallng pendek dan jumlah cabang paling sedikit. Pada peubah jumlah cabang, klon n-6n memiliki jumlah cabang paling banyal<, sedangkan
klon BIS-214 memiliki jumlah
ubi
mempunyai korelasi positif dengan
semua karakter kecuali densan karakter panjang sulur. Korelasi posit-if nya'ta dan sangat nyata dengan beberapa karakter yaitu jumlah ubi pertanaman, panjang ubi, dan diameter ubi. Hasil .analisis koefisien korelasi menunjukkan bahwa fenotipe mem-
daun
Korelasi Genotipe dan fenotipe antara Komponen Hasil dengan Hasil pada Tanaman Ubi Jalar
punyai nilai korelasi positif antara hasil dengan semua komponen hasil kecuali dengan karakten panjang sulur. Bobot total
Berdasarkan analisis statistika, didapatkan bahwa korelasi genotipik dan fenotipik beberapa karakter komponen tajuk dan hasil menunjukkan nilai positif dan negatif(tabel 2). Dari hasil uji t-students dapat di-
ubi
pertanaman mempunyai nilai korelasi positif sangat nyata dengan karakter panjang ubi dan diameter ubi. Sedangkan nilai korelasi positif nyata. diperoleh dengan karakter jumlah ubi pertanaman. Koefisien korelasi fenotipe mempuryai nilai negatif dan nlata
korelasi
genotipe antara panjang sulur dengan panjang ubi dan jumlah ubi pertanaman dengan panjang ubi menunjukkan hasil Tabel
l.
'
genotipe pada karakter tersebut. pertanaman Bobot total
paling sedikit.
ketahui bahwa koefisien
I
didapatkan korelasi antara purjang ubi dan diameterubi.
Rata-rata nilai pengamatan karakter-karakter komponen tanaman ubi jalar pada umur 98 hst
Perlakuan PS 734D
ll9,R
Boko
1(f.,67 c
@okoxKTK-7)
JC
LD
JD
JU/tan- PU
DU
BTU/T
l&93 a
19333 ab
2,62 ab
9,05 a
723 d
665 b
209J3 ab
8914 a
2,07 ab
h,n
597 b
18553 ab
9855 a
4,33 c
ar lZ70ab
6,37 cd
1M,87 c
t\41a t\53a
429ab
(KTKxJPrl0)
154,13 bc
l&O7 a
244Nat
6t5l
a
2,33 ab
1520 ab
D{7
lU793a
1327 a
165,07 ab
6435 a
3,40 bc
I0,Ma
4,nab; 6,ll bcd
673 b 479 ab 796 b
BI$214
174,80 c
13,13 a
I 55,13
a
6610 a
1,36 a
18,34 b
2,91a
186,4&
15,13 a
2n$b
4la
JPr-33
9233 a
2,53 ab
12,57
6,55 cd
72',1b
568
ab
tu
Rsrata
r56,36
l4,D
2Mi7
7592
2,66
13,r0
5,46
NilaiBNJ
41,68
747
I t5,78
4t42
1,68
8,2t
1,93
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti dengan hurufyang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan pcrbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 5olo menurut uji BNJ (Bcda Nyata Jujur) PS (Panjang Sulur), JC (Iumlah Cabang), JD (Jumlah Daun), LD (Luas Daun), JU/tan (Jumlah Ubi/tanaman), PU (Panjang Ubi), DU (Diameter Ubi), BTU/tan (Bobot Total Ubi per Tanaman)
96
Andy Soegianto, : Pendugaan Potensi Hasil Melotui
2.
Tabel
Korelasi genotipe (atas) dan korelasi fenotipe (bawah) antara hasit dengan komponennya pada 7 klon ubijalar
PSI I
JC
-0,54 -0,22 I
I
JD
0,39 0,36 0,34 0,44 I I
0,M**
-0,r5
0,62 -0,58 0,07 0,24 0,44
-0,06 -0,24 -0,10 -0,08 0,09
I
0,4'l 0,30
LD
I
JU
I I
PU
DU
0,74*
-0,50
0,51 -0,42 -0,56 0,43 -0,05 0,30 -0,30 0,46 0,18 0,33 -0,07 -0,01 0,14 0,06 -0,69* gtg** -0,48 0,09 -0,92 I I -0,73* I I
BTU/T
-0,41 -0,21
0,03
0,17 0,27 0,41
0,2, 0,36
0,74r 0,64
0,80r* 0,86*r o,g2*r 0,71** I
I Keterangan
: PS (Panjang sulur, cm), JC (Jumlah cabang), JD (Jumrah Daun), LD (Luas
Daun, cm'), JU (Jumlah Ubi pertanaman), pU (panjang Ubi, cm), DU (Diameter Ubi, cm), BTU/T (Bobot Total Ubi per Tanaman, g)
Koefnien Unhs antara Komponen Hasil
Pengaruh tidak langsung paling kuat didapatkan pada karakter jumlah ubi pertanaman melalui karakter luas daun
dan Hasil pada Tanaman Ubijalar
yaitu
Tabel 3 menunjukkan, bahwa luas
daun mempunyai pengaruh langsung genotipe tertinggi terhadap hasil daripada komponen hasil yang lain yaitu 6,21 dan mempunyai pengaruh tidak langsung pada panjang sulur sebesar (0,1092), jumlah cabang (0,005568), jumlah daun (0,032) dan jumlah ubi panjang ubi dan diameter ubi bernilai negatif. Pada karakter jumlah cabang
nilai
koefisien
sedangkan
Pengaruh langsung fenotipe (Tabel 4) pada semua karakter bernilai positif. Pengaruh langsung fenotipe paling besar didapatkan pada karakter luas daun pertanaman yaitu 6,83. Pada karakter panjang ubi, pengaruh langsung genotipe bernilai negatif yaitu (-0,01), tetapi pada pengaruh langsung fenotipe bernilai positif yaitu 0,013. Pengaruh tidak langsung paling kuat didapatkan pada karakter paniang sulur melalui karakter luas daun yaitu sebesar 4,2346.
pertanaman (0,001 833), sedangkan pada
didapatkan
sebesar 2,9187
pengaruh langsungnya rendah yaitu 0,0039 dan korelasi genotipenya 0,74. Diantara pengaruh langsung yang ada, hanya pengaruh langsung dari karakter panjang ubi yahg bernilai negatifyaitu (o,0l l).
korelasi
genotipe yang terkecil yaitu (0,03) dan pengaruh langsung yang rendah yaitu 0,0096. Koefisien korelasi. yang besar yaitu 0,82 pada karakter diameter umbi
mempunyai pengaruh langsung yang kecil (0,006) dan pengaruh tidak langsung yang paling besar melalui karakter jumlah daun yaitu 0,0736.
91
1a
Tabel
pengaruh langsung genotipe (diagonal) dan tidak langsung antara hasil dan beberapa parameter yang diamati
3. Matrik
JC JD LD ru PU
DU
PU
JU
-!P
re
0.0?02 0.0096 0.05/t4 -3.6018 -0.00094 -0.0062 0.00258 0.03 1.242 -0.00031 -0.0033 0.00276 0.27 0.0507 0.00326 0.16 0.1092 0.00ss7 0.032 6.21 0.00183 -0.0008 '0.00006 0.2s -0.020 -0.0023 -0,013 2,9187 0.0039 -0.0076 0.0012 0.74 0.0962 -0.0054 -0.005 -0.434'l -0.00269 -0.011 0.00552 0.80
0.0736 -0.062t 0.00078 0.0101
DU -0.065 0.0096
0.006
Keterangan: PS (Panjang Sulur, cm), JC (Jumlah Cabang), JD (Jurnlah Daun), LD (Luas Daun, cmr), JU (jumlah Ubi pertanaman), PU (Panjang Ubi, cm), DU (Diameter Ubi, cm)
Tabel 4. Matrik pengaruh langsung fenotipe (diagonal) dan tidak langsung antara hasil dan beberapa parameter yang diamati
PS
-0.0024
0.12
0.0548
4.2346
0.0002
0.00663
0.0024
0.41
0.17
0.4r
JC
-0.0264
0.011
0.0792
0.4781
-0.0037
-0.00065
4 0.0017 4
JD
0.0432
0.00484
0.18
3.0052
0.0003
0.00234
0.0019
2
LD JU
0.0144 -0.0072
0.00077 -0.001
1
0.0192 0.01 62
3
6.83
1
0.00182
0.001I
2.049
I 0.0037
0.0003
0.36
5
-0.00624
0.0004
0.64
6
PU
DU
0.0612
-0.0504
-0.0006 0.0033
0.0324 0.0594
0.9562 0.4098
-0.00t
8
0.00030
0.013 0.00949
-0.0042
0.86
0.0058
0.71
Keterangan: PS (Panjang Sulur, cm), JC (Jumlah Cabang), JD (Jurnlah Daun)' LD (Luas tU (Jumlah Ubi pertanaman), ?U (Panjang Ubi, cm), DU Daun, ".'1, (Diameter Ubi, cm) akan diikuti dengan turunnya bobot total ubi. Sebagian besar nilai korelasi genotipe lebih besar daripada nilai korelasi fenotipenya. Nilai korelasi genotipe yang lebih besar daripada nilai korelasi fenotipe menunjukkan bahwa faktor genetik lebih
Pembahasan
Nilai korelasi genotipe dan fenotipe antara karakter morfologi dengan lrasil pada
klon tanaman ubi
jalar positif yang dan mempunyai nilai-nilai negatif. Nilai korelasi yang positif menunjukkan bahwa meningkatnya nilai karakter morfologi akan diikuti dengan meningkatrya bobot total ubi pertanaman, dan nilai korelasi negatif, menunjukkan bahwa meningkatnya karakter morfologi
beberapa
berpengauh daripada faktor lingkungannya.
Sifat-sifat komponen tqiuk
dan
komponan hasil (panjang sulur, jumlah cabang jumlah daun, luas daun, panjang ubi, diameter ubi, jumlah ubi per tanam-
an dan bobot total ubi Per tanaman)
98
Andy Soegianlo. : Pendugaan Potensi Hasil Melalui
Jumlah cabang yang banyak
mempunyai hubungan erat dengan hasil
semakin luas dan hasil ubi yang terbentuk semakin meningkat. Dari semua klon yang diuji terlihat bahwa pada klon KTK x JP-l0 yang memiliki jumlah cabang banyak, maka jumlah
jumlah daun dan luas daun) yang terlalu besar menyebabkan adanya persaingan antara tajuk dan ubi dalam memperoleh
fotosintat guna mempertahankan atau menyusun masing-masing organ. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya nilai komponen Quk yang tidak selalu diikuti
dengan tingginya hasil
.
daun yang terbentukjuga banyak.
Komponen hasil (panjang 'ubi, diameter ubi, jumlah ubi pertanaman dan bobot ubi) berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Semakin tinggi nilai komponen hasil maka semakin tinggi hasil yang diperolelr. Hal tersebut menunjukkan balrwa genotipe tanaman yang mempunyai hasil tinggi dicirikan dengan besarnya volume ubi (panjang ubidan diameter ubi). Korelasi genotipe positif nyata dan sangat nyata diperoleh dari korelasi antara karakter panjang sulur dengan panjang ubi, panjang sulur dengan luas
ubi. Ubi jalar
yang memiliki sulur panjang, meng-
hasilkan ubu yang sedikit.
dafrat
menghasilkan daun yang b*yrt, sehing8a tempat berlangsungnya fotosintesis akan
ubi (Basuki et al., 2003). Komponen tajuk (panjang sulur, jumlah cabang,
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa antara karakter panjang sulur dan bobot total ubi pertanaman terdapat korelasi genotipe dan fenotipe negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan panjang sulur, maka akan diikuti dengan turunnya bobot total ubi pertanaman. Tanaman dengan panjang
sulur yang pendek menyebabkan
translokasi fotosintat dari daun ke ubi lebih efisien sehingga hasil ubinya juga lebih tinggi (Basuki et a\.,2003). Karakter panjang sulir menenhrkan jumlah cabang yang terbentuk. Semakin panjang ukuran sulur, maka jumlah cabang yang terbentuk akan semakin sedikit. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi yang bernilai negatif. Menurut Rahayuningsih (1994) tanaman dengan sulur yang panjang memiliki jumlah cabang yang sedikit. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian, pada klon BIS214 yang memiliki sulur yang panjang ( I 74,8) ternyata memiliki jumlah cabang yang sedikit (13,13). Klon D47 memiliki sulur lebih pendek (107,93 cm), memiliki
daun, dan antara jumlah
ubi dan
diameter ubi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ukuran tanaman yang panjang
akan menghasilkan
ubi
berukuran
panjang, seperti terlihat pada klon BIS-
214. Klon BIS-214 memiliki ukuran sulur yang panjang dan ubi yang' dihasilkan berukuran panjan& sedangkan pada klon D.67 yang memiliki sulur
pendek menghasilkan ubi yang berukuran pendek (merrbulat). Keragaman panjang ubi ini selain dipengaruhi oleh genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jenis tanah dan tingkat kegemburan tanah merupakan faktor yang berperan cukup penting. Menurut Basuki (1992) jenis-jenis tanah yang mempunyai drainase baik seperti
jumlah cabang lebih banyak (1327).
Karakter jumlah cabang dan jumlah daun menunjukkan hubungan yang positif. Semakin banyak jumlah cabang, maka jumlah daun yang
tanah pasir, lempung berpasir dan pasir berlempung merupakan jenis tanah yang sesuai untuk ubijalar. Pada tanah seperti
itu tanaman
terbentuk akan semakin banyak pula.
99
cenderung menghasilkan
!
Andy Soegianlo. : Pendugaan Potensi Hasil Melalui
ubi yang panjan& karena ubi
panjang umumnya tidak berdiameter besar (bentuk truciform) dan ubi yang berdiameter besar tidak memanjang (trentuk globular). Bentuk ubi terutama diakibatkan oleh faktor genetih meskipun demikian faktor lingkungar lhususrya tingkat kegemburan tanah juga tunrt
dapat
menembus tanah dengan leluasa. Selain itu, ubi menjadi panjang akibat dari
fotosintat yang ditranslokasikan ke ubi sedikit, karena sebagian fotosintat yang lain ditimbun dalam batang (Widodo, 1eeo).
Karakter jumlah ubi dan panjang ubi menunjukkan hubungan negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ubi dalam satu tanaman, maka ubi akan berukuran pendek. Menurut Rahayuningsih dan Hartojo (1999), jumlah umbi yang berukuran besar sangat dipengaruhi oleh cekaman kekeringan, karena cekaman air dapat menyebabkan memadatnya struktur tanah. Tekstur tanah dengan kadar lempung tinggi mempunlai kelembahn tanah rendah dan mengakibatkan tanah
retak-retak. Pada tanah
b€rpenpruh.
Nilai korelasi yang tidak nyata menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut bersifat saling bebas. Hal tersebut berarti bahwa perubahan satu sifat akan mengakibatkan perubahan pada sifat yang lainnya. Nilai korelasi dari sifat-sifat morfologi (kuantitatif) ini dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka pengembangan varietas yang. lebih baik. Sifat-sifat tersebut sebagai penyediaan benih unggul yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan melalui suatu program pemuliaan.
dengan
kelembaban rendah penyerapan unsur
Menurut Falconer (1972), seleksi sifat lain yang berkorelasi dengan hasil akan efektif bila korelasi genetik antara sifat-sifat tersebut dengan hasil positif dan cukup besar. Koefisien korelasi genotipe merupakan suatu ukuran bagi hubungan genetik antara sifat-sifat dan merupakan pehrnjuk bagi sifat-sifat yang lebih penting. Korelasi antara panjang sulur dan luhs daun rnempunyai nilai positif yang besar jika dibandingkan korelasi antar karakter lainnya. Dengan
hara oleh akar sangat
terganggu sehingga unsur hara yang tersedia tidak
dapat digunakan oleh tanah secara efektif. Selain itu, akibat kelembaban yang rendah proses distribusi fotosintat akan
terganggu. Tanah yang berlempung akan
sulit ditembus ubi sehingga bentuknya rnenjadi membulat, sedangkan tanah berpasir akan memudahkan ubi untuk menembus tanah sehingga bentuknya cenderung panjang (Basuki et aI.,2002). Hubungan antara panjang ubi dan diameter ubi terkait erat dengan benhrk ubi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
demikian korelasi antara karakter panjang sulur dan luas daun dapat digunakan sebagai salah satu kriteria seleksi secara langsung terhadap bobot total ubi perianaman.
hubungan negatif seperti terlihat pada klon
BIS-214 yang nremiliki ubi yang berukuran panjang, maka diametcrnya kecil dan pada klon 73-612 merniliki
Koefisien korelasi genotipik dan fenotipik menunjukkan nilai yang searah, namun nilai koefisien fenotipik cenderung lebih rendah. Hal tersebut menunjukkan
ukuran ubi yang pendek tetapi diameternya besar. Ubi yang berbentuk memanjang biasanya tidak diikuti oleh diameter yang
besar.
Hal
tersebut sesuai
.
bahwa genotipik tidak dipengaruhi lingkungan. Menurut Widodo (1990), jumlah ubi pertanaman, diameter ubi,
dengan
pendapat Widodo (1990) balrwa ubiyang
r00
'
dan panjang ubi merupakan sifat yang mendukung bobot total ubi. Jika diantari sifat tersebut berasosiasi negatif, maka p.llu dipertimbangan sifat-sifat yang
paling penting untuk
maka keterangan korelasi tersebut menyatakan hubungan yang benar, selanjutnya seleksi langsung melalui karakter komponen hasil tersebut akan efektif.
kepentingan
seleksi. Situasi yang kompleks tersebut
KESIMPULAN
dapat diatasi dengan analisis lirrtas. Analisis lintas digunakan untuk me-
l.
ngetahui adanya hubungan antara berbagai sifat terhadap hasil dan untuk mengetahui sifat-sifat yang bcrperan lung-rylg dan tidak langsung terhadap hasil (Singh dan Chaudh ary, 1979). Hasil analisis lintas genotipik menunjukkan bahwa pengaruh iangsung terbesar disumbangkan oleh sifai luai daun per tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa luas daun pertanaman adalah fomponen utama yang berpengaruh terhadap bobot total ubi pertanaman. Selain karena pengaruh langsung genotipenya yang cukup tinggi, luas daun per tanaman turut pula memberikan sumbangan ter_h{"p besamya nilai korelasi fenotipe. Nilai pengaruh langsung yang positif tinggi ini juga didukung - dingan pengaruh tidak langsung melilui karakter lain yang juga bernilai positif. Pada karakter panjang ubi, pengaruh langsung gcnotipc bcrnilai ncgatil; ietapi
pada pengaruh langsung
sangat nyata antara karakter panjang
sulur dengan luas daun dan karaktei
jumlah ubi dcngan diamcter
2.
ubi yang akan berpengaruh pada hasil.
Terdapat korelasi genotipe
dan
fenotipe negatif nyata antaia bobot
total ubi 3.
pertanaman
dengan
karakter panjang sulur.
Karakter luas daun
mempunyai
pengaruh langsung genotipe dan fenotipe teihadap bobot total ubi pertelaman paling besar diantara karakter yang lain.
UCAPAN TERIMAKASIII
Penulis rnengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas B-rawijap atas bantuan biala penelitian yang diberikan melalui DPP Fakultas pertanian lJniversitas Rmwiiayn rlcngan kontrak 7 821 J I 0.1 .23 /PGZ}}S.
Nomor:
fenotipe
bernilai positif. l-lal tersebut merrunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh daripada faktor genetik. Korelasi genotipe dan fenotipe karakter luas daun pertanaman berniiai positif dan besar. Pengaruh langsung karakter tersebut pada analisis iintai merupakan nilai terbesar yang diperoleh dibandingkan dengan karakter lain. Besarnya nilai koefisien korelasi dan analisis lintas pada karakter luas daun dapat dikatakan hampir sama. Menurut Singh dan Chaudhary U979), apabila
DAF'TAIT PUSTAKA
Basuki, N., Harijono, Damanhuri, S.S. Antarlina dan Y. Widodo. 2002. Identifikasi Plasma Nutfah Ubi Jalar untuk Menunjang Agroindustri. Jurnal llmu-ilmu Hayati. I
_
4( I ):94- I 05.
, S. Djatiwaloejo dan L. Rofiqoh. 2003. Seleksi Klon Ubi lalu (lpomoea batatas L. tam) Hasil Persilangan Berdasarkan Beberapa sifat Agronomis. Agrivita 9{lZ): 382391.
koefisien korelasi antara
penyebab dengan hasil positif dan besarnya hampir
sama dengan pengaruh
Terdapat korelasi genotipe yang
langsungnya,
l0l
Falconer, D. S. 1972. Introduction to Quantitative Genetics. The Roland Press Company. New york
Rahayuningsih
V. 994. lvletode perancangan Percobaan. untuk Ilmu-llmu
Gaspers4
Pengembangan pertanian. pusat
Pertanian. Ilmu-llmu Teknik, dan
Penelitian
dan
pengembangan
Tanaman Pangan.
Bandt,ng.
pp.3l7 Guritno, 8., N llasuki, S. Poespodarsono, Y. Sugito dan K. S Ningsih. t994. tJsalra Pengembangan Ubi Jalar,
Balitkabi.
Malang. p.334-346.
Singh R. K. and B. D. Chaudhary. '.979. Biometrical Metho& in Quantitative Genetic Anatysis. Kalyani Publishers. Ludwiana.
Ubi Kayu di Wilayah Lahan kering dan Upaya pen-
Nevr Delhi. pp.300 Sitornpul, S. M dan B. Guritno 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman.' Cadjah Mada University press. Yogyakarta. pp.4l2 Wargiono, J. 1980. Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Lembaga Pusat Penelitian Bogor. Widodo, Y. 1990. Keeratan Hubungan antar Sifat Kuantitatif pada Ubi Jalar. p 215-220. Risalah Hasil Penelitian Tanaman pangan. Balai Penelitian Tanaman pangan,'
dayagunaannya Bagi petani Kecil. Agrivita 20(t): 34-10.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. pusat
antar Universitas. IpB.
lggg.
Blitar. Badan penelitian dan
1
Biologi. CV Armico.
dan Hartojo.
Keragaan Klon-klon Harapan Ubi Jalar di l*han lrigasi Terbahs di
Bogor.
pp. I 64
Rahayuningsih, 1994. Keragaan Klonklon Harapan Ubi Jalar. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman pupqdn. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang.
Malang.
102