Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
{mosimage}
Komjen Pol Susno Duadji mantan Kabareskrim Mabes Polri
Setelah tak lagi menduduki jabatannya sebagai Kabareskrim, Komjen Susno Duadji membuat gerah institusinya. Ia membongkar makelar kasus pajak yang diduga melibatkan orang-orang Mabes Polri. Karena tindakannya itu, ia dijadikan terdakwa. Hidupnya pun tak tenang karena adanya ancaman pembunuhan sehingga ia harus selalu berpindah-pindah tempat. Di tengah kondisi seperti itu, ia menyempatkan diri menerima Media Umat di sebuah tempat di ibukota. Ia berbicara banyak hal terhadap kasus ini. Berikut petikan wawancara wartawan MU Farid Wadjdi dan Mujiyanto dengan sang jenderal.
Anda telah diperiksa oleh Propam Mabes Polri, bagaimana perasaan Anda?
Biasa saja karena semuanya sudah saya duga. Jadi dengan saya memperjuangkan keadilan dan kebenaran ini pasti banyak yang tersinggung. Maka saya sudah memprediksi yang akan terjadi. Yang paling kecil adalah gosip atau fitnah bahwa saya punya ini dan itu. Termasuk katanya ancaman bahwa saya mau dibunuh itu palsu. Terus, mereka bilang selama di Jawa Barat penuh dengan kesalahan, tukang makan duit. Rekening saya dibilang dialiri uang pengacara. Saya sudah menduga, ini untuk memecah konsentrasi saya. Dugaan kedua, saya akan dipecat. Kan sudah kelihatan. Diperiksa di Propam. Propam itu, ending terberatnya adalah pecat. Yang ketiga, saya akan digiring ke penjara. Itu sudah kelihatan. Saya sudah dijerat dengan berbagai pasal seperti pencemaran nama baik, padahal belum dibuktikan apakah saya itu memfitnah atau tidak. Kan masalah markusnya belum diperiksa. Saya sudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai tersangka. Keempat, ini perkiraan terakhir, diitukan nggak bisa semua, ya di-game-kan saja.
Apakah Anda takut dengan berbagai kemungkinan tersebut?
Nggak. Kalau pun dipecat, toh saya sekarang pun nggak ada jabatan. Ya sama saja. Kayak gini juga. Dan anak-anak dan cucu saya akan berbangga dengan saya. Karena saya jadi polisi
1/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
kemudian dipecat gara-gara membongkar kasus-kasus di kepolisian. Sampai masuk penjara pun mereka bangga karena saya membela kebenaran. Mereka juga akan bangga jika kakeknya dibunuh ditembak atau diracun karena membongkar markus. Tapi kalau kakeknya mati karena kena kolesterol karena makan enak dengan uang korupsi, malu. Kita hidup ini kan hanya bagaimana kita bisa meninggalkan amalan dan perbuatan baik saja.
Kenapa Anda begitu berani?
Karena sesuatu yang saya yakini ini benar menurut agama, hukum, norma sosial. Kenapa saya harus takut membelanya.
Banyak orang yang mempertanyakan kenapa Anda baru membongkar kasus ini setelah Anda tidak lagi menjabat, dan kenapa membongkarnya di luar?
Yang tahu persis di dalam itu kan saya. Sewaktu saya di dalam sudah pernah saya lakukan ketika saya baru masuk. Tapi tidak kuat. Karena saya hanya sendiri.
Tidak ada dukungan?
Ada tapi kecil sekali. Kalau level atas tidak mendukung kan kandas. Sudah saya coba, tapi tidak mampu. Berarti kan harus ada kekuatan lain. Kenapa baru sekarang? Tibalah saatnya ketika saya sudah berada di luar. Dan ini adalah momentum yang tepat.
Apakah pernah mencoba ketika Anda sudah di luar membawa kasus ini ke dalam?
Sudah saya coba. Secara tertulis ya, by phone ya, pakai SMS ya, saya informasikan semua tentang kejadian begini-begini, tapi sampai sekian lama no respons.
2/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
Berarti Kapolri sudah tahu tentang persoalan ini?
Ya bukan hanya persoalan ini saja. Banyak hal saya informasikan ke Kapolri.
Persoalan mendasarnya apa sehingga kasus seperti ini bisa berlangsung lama di tubuh Polri?
Karena tidak ada keinginan yang serius untuk mengungkap ini. Itu satu. Memang ada juga bawahan yang memiliki keinginan serius tersebut. Tapi kan mereka juga tidak mampu. Yang bisa mengubah ini adalah level atas, Kapolri sendiri. Kabareskrim saja masih terbanting ha ha ha. Seperti saya berbuat begini, seolah-olah tidak ada dukungan dari dalam. Nggak berani mereka. Karena organisasi Polri berbeda dengan organisasi partai/massa. Organisasi Polri ini sama dengan organisasi militer. Jenjang komando itu kuat sekali. Dan kekuasaan atasan itu absolut. Jadi kalau atasannya tidak senang, dipecat saja dia. Sudah selesai. Siapa yang berani begitu? Hanya orang gila saja yang berani.
Lalu apa langkah berikutnya setelah dipanggil Propam dan ditetapkan sebagai terdakwa?
Ya saya siap, hadapi saja. Toh sudah saya perkirakan. Bahkan sebelum diperiksa pun, saya sudah tahu ending-nya terdakwa atau tersangka. Saya sudah uraikan waktu Senin (saat diperiksa) begini lho markus itu, yang ini kena pidana korupsi, yang ini kena masalah profesi. Saya tentunya saksi. Tetapi dalam pemeriksaan justru terbalik, mereka tidak kena apa-apa dan melaporkan. Saya justru jadi tersangka.
Apakah Anda marah?
Oh tidak. Karena memang sudah saya prediksi dan kekuasaan kan ada di tangan mereka. Saya tidak bisa melawan itu. Saya dipersalahkan berbicara dengan wartawan. Saya juga dipersalahkan menginformasikan kejelekan atau markus kepada satgas. Padahal satgas itu dibentuk oleh Presiden untuk menampung hal-hal begini (mafia kasus). Bayangkan saja, Presiden saja mereka tentang kok. Itu kan menentang Presiden, kalau melarang saya. Apalagi Susno yang tidak punya jabatan. Jadi ya nggak mungkin saya melawan mereka. Kalau saya
3/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
lawan, mati saya. Ya sudah turuti saja apa maunya. Saya tak mungkin lawan itu, Presiden saja dia lawan. Kemudian saya berbicara dengan wartawan. Itu taktik saya. Kalau tidak ada dukungan wartawan, dan di-blow up seperti itu, tidak akan pernah terbongkar. Nah saya juga dituduh mencemarkan nama baik. Walaupun tuduhan saya itu belum dibuktikan fitnah atau tidak. Harusnya kan dibuktikan dulu. Kalau rekayasa kasus itu tidak terjadi, baru dikatakan saya mencemarkan nama baik. Tapi kalau rekayasa terjadi, mereka menerima suap dan korupsi, namanya baik apa nggak? Kalau terbukti, terus saya katakan mereka korupsi, kan nggak salah. Justru salah kalau saya katakan mereka tidak merekayasa kasus, dia orang baik-baik. Fitnah atau pencemaran nama baik itu adalah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan. Jadi kalau saya sampaikan sesuai keadaan, apakah saya salah?
Bagaimana blokir itu bisa dicabut?
Ya direkayasa-lah. Ini melibatkan polisi, Andi Kosasih, dan Gayus. Ada yang di atas yang ngatur. Melibatkan Direktur reserse II, penyidik. Tentunya juga ada yang ngatur lagi di atas itu, sutradaranya.
Apakah jaksa dan hakim juga terlibat?
Saya tidak bisa menuduh. Diperiksa saja. Tapi Deny Indrayana mengatakan ada keterlibatan penegak hukum yang lain.
Sebenarnya saat Anda menjabat, kasus ini sampai di mana?
Waktu saya, yang satu sudah selesai. Itu yang oleh jaksa, Gayus divonis hukuman percobaan itu. Sedangkan yang Rp 24 M belum selesai, sedang diproses. Tapi saya pesankan, pertama saya tegur dulu, kenapa dipecah? Mungkin mereka berpikir dengan dipecah bisa dijaring dengan banyak pasal. Silakan. Tapi saya katakan ini cukup besar. Jangan sampai masuk angin. Hati-hati. Dia bilang iya-iya, tapi saya kan terus dilengserkan. Setelah lengser saya pantau terus kasus ini, eee ilang.
Banyak orang menduga kasus ini seperti gunung es?
4/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
Saya tidak katakan gunung es. Satu dulu lah. Kalau satu saja tak terbongkar, bagaimana membongkar yang lain. Toh kalau satu ini disidik, bisa mengungkap yang lain juga.
Ada yang menyatakan bahwa pembukaan blokir masih di era Anda?
Bisa jadi. Tapi kan bukan masalah 'di era'. Misalnya di era Presiden SBY, bukan berarti Presiden SBY bersalah. Di era Kapolri, bukan berarti Kapolri bersalah. Persoalannya siapa yang membuka dan apakah kekuasaan saya berpengaruh? Bukan di era siapa. Yang membuka jelas, tanda tangannya Raja Erisman, Direktur II. Pencairannya itu tanggal 26 November 2009. Tanggal 24 November saya sudah mendapatkan surat keputusan pindah. Tanggal 25 saya berangkat ke Pagar Alam. Saya kembali tanggal 29 malam. Tanggal 30 pagi saya serah terima dan tidak ke kantor lagi saya. Berarti pencairan itu terjadi ketika saya tidak ada. Kalau saya tidak ada, apalagi sudah ada surat keputusan pindah, berarti saya tidak berhak apa-apa. Siapa yang berhak memegang jabatan bila pejabat baru belum masuk? Wakabareskrim. Dialah yang berteriak 'ini di era Pak Susno'. Kemudian harus diingat juga bahwa pada sebulan sebelum saya turun sudah ada Sprin (Surat Perintah) Kapolri yang menyatakan bahwa tugas-tugas Kabareskrim dilaksanakan oleh Wakabareskrim. Berarti walaupun saya ada di tempat, saya tidak melaksanakan tugas Kabareskrim, tapi saya tidak nonaktif. Saya tetap berkonsentrasi pada masalah lain sehingga itu adalah urusan Wakabareskrim.
Mengapa tidak Anda laporkan ke KPK?
Mungkin KPK juga sungkan masuk ke polisi. Johan Budi (jubir KPK) sudah menjelaskan bahwa belum ada laporan. Mestinya kan tidak perlu ada laporan. Satgas itu juga tidak ada laporan. Karena kejahatan korupsi ini tidak perlu menunggu laporan karena ini bukan delik aduan.
Anda pernah bilang akan mengungkap kasus yang lain, apa itu?
Kalau satu saja tidak ketanganan, ngapain saya melempar kasus yang lain? Stres nanti saya. Kalau ini tidak bisa, mungkin saya akan pikirkan cara yang bagus untuk melempar itu. Karena begitu sudah terbuka, mereka kan siap-siap untuk menghilangkan jejak. Lebih baik saya diamkan dulu. Cari cara yang tepat, baru saya buka.
5/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
Apakah modus markus ini membuat sebuah pola?
Polanya berganti-ganti. Transaksi tertangkap, polanya bayar kontan. Buka rekening di Kalimantan atas nama orang lain, mendekati level bawah, mendekati anak pejabat, jadi polanya berubah-ubah. Tapi walaupun polanya berubah-ubah, tidak terlalu sulit untuk mengungkap ini. Karena markus itu kan selalu bersentuhan dengan orang yang posisinya sebagai penentu kan. Misalnya markus itu mau memarkusi Kabareskrim, nggak mungkin markus itu nggak ketemu Kabareskrim kan. Pasti harus ketemu dan berusaha dengan berbagai cara untuk ketemu. Jadi tidak perlu dipasang cctv. Tidak masuk akal menangkap markus dengan cctv. Karena semuanya kan diketahui. Kalau maling kan menghindar, justru ini kan mengejar.
Banyak yang menuduh markus masuk ke ruang Anda?
Saya ini kan Kabareskrim, banyak pengacara masuk ke tempat saya. Juga orang-orang berperkara. Apakah markusnya itu orang yang masuk ke ruang saya, mari kita lihat. Saya tahu markus itu ada, benar saya tahu. Tapi persoalannya, saya tidak terlibat.
Kenapa Markus tidak bisa Anda libas?
Ini jilid kedua. Kalau setan itu datang untuk menggoda kapten, tidak mungkin kirim setan berpangkat sersan. Paling tidak dia akan kirim setan berpangkat mayor, paling tidak, syukur kalau kolonel, sehingga tergoda. Nah sekarang ada markus masuk ke ruang saya tapi tidak bisa saya sikat, tentu pangkat markus ini atau yang membekingi markus ini lebih tinggi dari Kabareskrim kan? Kalau saya sikat kan frontal, yang mental kan saya. Yang tahu strategi di dalam itu kan saya. Yang penting, saya tidak ikut dalam permainan itu. Kalau serius ini dibuka, nanti akan ketahuan orangnnya. Namanya belum muncul sekarang. Markusnya belum keluar namanya.
Lalu dua jenderal yang Anda sebut itu apa?
6/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
Mereka yang diperalat oleh markus.
Markusnya pengacara?
Bukan. Tapi saya tahu.
Mengapa tak diungkap saja sekalian?
Saya ini kan jenderal, tidak mau konyol. Punya strategi. Jadi kita itu mau mengangkat batu yang besar, tidak bisa terangkat oleh saya sendiri. Tapi bagaimana dengan tenaga sendiri batu itu bisa saya angkat. Pakai pengungkit kan. Dengan strategi ini, yang ngangkat batu itu bukan hanya saya sendiri sekarang. Sekarang yang memusuhi markus itu sudah publik. Tapi markusnya belum kena ini. Belum saya buka, jangan ke nama langsung. Ini strategi juga. Biar dia urut. Dari kelas bawah naik-naik terus. Oh rupanya markusnya itu, orang yang suka merekayasa kasus. Kenapa saya tidak tangkap? Inilah suatu misteri kan. Itu akan naik ke yang lebih besar lagi. Ini kan sudah on the track, kita kawal saja.
Berarti markusnya sangat besar?
Iya. Bayangkan saja Kabareskrim tak bisa menghantam markus itu kok.
Berarti benar Anda diancam dibunuh?
Kalau itu sudah saya prediksi pasti ada. Kalau saya takut dengan itu, percuma saya shalat lima waktu. Rukun iman itu yang pertama adalah percaya kepada Allah, masa saya memungkiri keimanan saya. Allahlah yang menentukan, kenapa harus takut. Hanya kita berupaya. Ya kalau pergi jangan sendirian.
7/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
Setting yang lebih besar ini ada nggak kaitan dengan RI 1?
Sudahlah, nanti kan akan terbongkar sendiri. Saya kan tidak pernah menyebut nama langsung.
Tapi apa Anda yakin kasus markus ini akan terbongkar?
Kalau melihat hingga sekarang, optimis. Ya sekitar 70 persenlah. Kalau sebelumnya agak pesimis. Mereka itu kan pinter, ahli-ahli intelijen semua. Di-blow up yang bukan kasus pokok kan. Susno jadi tersangka pencemaran nama baik, institusi, dan sebagainya sehingga konsentrasinya tidak ke kasus markus itu sendiri. Soal benar apa tidak yang dituduhkan itu, bagi mereka kumaha engke (nanti saja). Yang penting bagi mereka isu ini teralihkan, makanya temperatur harus diturunkan dulu kan. Apalagi jika saya ditahan, nantinya, tidak lagi ke markus, tapi ke persidangan saya. Itu kan teknik. Konsentrasi saya dipecah. Masyarakat juga dipecah konsentrasinya, sehingga kasus utamanya hilang. Tapi lebih dari itu, kembali kepada keimanan. Kalau Allah menghendaki sesuatu yang jahat itu terbongkar, hanya kun fayakun saja kok. Hanya seberapa detik saja terjadi.
Apakah Anda dilarang bicara setelah diperiksa di Propam?
Nggak boleh, bahkan saya kan dilewatkan kolong belakang kan? Nggak boleh lewat depan kan. Karena saya tamu, saya mematuhi aturan di situ. OK saya nurut. Untungnya HP saya tidak dirampas sehingga saya bisa kirim pesan. Kenapa di era reformasi dalam sebuah negara demokrasi, informasi itu kan milik publik. Tidak boleh publik ditutup informasinya. Mungkin dia marah, ini informasi penting milik polisi. Timbul pertanyaan, polisi itu milik siapa? Milik rakyat kan? Nah ini yang harus dilebur mindset para pejabat itu.
Artinya kalau diselesaikan secara kekeluargaan bertentangan dengan prinsip tersebut?
Memang ini kakak adik rebutan baju, berantem? Tidak. Bukan rivalitas. Tidak ada keinginan saya untuk jadi Kapolri atau Wakapolri, termasuk ketua KPK. Saya kan tahu diri.
8/9
Susno Duadji: Markusnya Sangat Besar Tuesday, 15 June 2010 01:36
Bagaimana dengan dukungan pihak luar ke Anda?
Saya tidak tahu. Nanti saya dikira GR. Tapi yang melukiskan saya jadi buaya, jadi setan, sudah tidak banyak. Yang melukiskan saya munafik, maling teriak maling, masih ada. Ya wajar. Kan tidak mungkin semua orang senang sama saya. Nabi Muhammad saja tidak 100 persen disayangi penduduk Madinah, apalagi Mekkah. Bahkan pamannya saja Abu Lahab benci kepadanya. Masa seorang Susno, sahabat bukan, apalagi nabi, ustadz saja bukan, kok mau disayangi semua orang.
Dukungan keluarga?
Mereka happy. "Jangan mundur Pa!" Mereka mendukung. Bahkan kalau pun saya hilang, mereka bangga. Mati itu kan milik semua manusia.
Pengaruh keagamaan Anda sepertinya kuat, bisa cerita?
Saya ini kan terlahir dari orang miskin. Delapan bersaudara. Bapak saya seorang sopir, ibu saya pedagang kelontong. Ibu saya keluaran madrasah, bapak saya tamatan sekolah NU. Kalau habis sekolah saya ke langgar/mushala. Bahkan sampai tidur pun di langgar. Tapi yang besar pengaruhnya itu adalah ibu saya. Dia selalu berpesan, dalam hidup ini yang tidak boleh ditinggalkan adalah shalat lima waktu. Kedua tidak boleh berbohong. Ketiga tidak boleh membawa uang haram ke rumah walaupun satu sen untuk membesarkan anak istrimu. Ini yang saya pegang. Nggak boleh bawa uang haram ke rumah, padahal gaji kurang, makanya saya berusaha di kampung dengan anak saudara usaha mesin penggilingan padi.[]
9/9