Analysis of Nurses Knowledge Effect About Indicators of Collaboration on Collaborative Practice Nurse Doctor in Hospital Inpatient Unit Morowali 2014 Analisis Pengaruh Pengetahuan Perawat tentang Indikator Kolaborasi terhadap Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali Tahun 2014 Andi Yaumil Bay.R.Thaifur 1, Noer Bahry noor1, Andi Zulkiflir2 1
2
Bagian MARS, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin BAgian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Andi Yaumil Bay R.Thaifur, SKM Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 081355555449 Email :
[email protected]
Abstrak Praktek kolaborasi perawat dengan dokter memerlukan pengetahuan , sikap yang profesional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien maupun dokter sampai kepada keterampilan perawat membuat keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi praktik kolaborasi karakteristik perawat di Unit Rawat Inap RSUD Morowali; memperoleh informasi praktik kolaborasi berdasarkan pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali, menganalisis hubungan karakteristik perawat (masa kerja, usia, jenis kelamin, pendidikan) dengan praktik kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali, menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kontrol kekuasaan, lingkup praktek, kepentingan bersama dan tujuan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali, menganalisis pengaruh pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kontrol kekuasaan, lingkup praktek, kepentingan bersama dan tujuan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali.Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Morowali. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional studi kasus dengan membagikan kuisioner kepada 123 perawat. Data dianalisis dengan Uji Chi-Square dan regresi logistic metode enter. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kontrol kekuasaan, lingkup praktik , kepentingan bersama, dan tujuan bersama terhadap praktik, kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali Kata Kunci: Praktik Kolaborasi, Pengetahuan Perawat
Abstract Practice nurse collaboration with physicians requires knowledge, professional attitude ranging from communication,Collaboration with patients and physicians to the skills of nurses is making decisions. This study aims to: (1) Find out information about collaborative practice in relation to the characteristics of nurse; (2) obtain information about collaboration indicators of nurse doctors ; (3) Analyse the relationship between nurse characteristics (years of service , age , gender, education ) and collaborative knowledge about collaboration indicators (power control, scope of practice doctors ; and (5) analyse the effect of nurse doctors in the inpatient unit of Morowali Local Public Hospital.The research was conducted at Morowali Local Public Hospital as an analytic observational study with cross sectional case study design. The researcher distributed questionnaires to 123 nurses . The data were analysed by using Chi-Square test and logistic regression enter methodThe result revel that there is relationship between nurse knowledge about collaboration indicators (power control, scope of practice, common interest, and common interest, and common goal) and collaborative practice of nurse doctors in the inpatient of Morowali local Public Hospital. Keywords: Collaborative Practice, Nurses Knowledge
PENDAHULUAN Pada saat ini pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk mewujudkan suatu kondisi masyarakat Indonesia yang sehat baik secara fisik maupun secara mental. Pemerintah menyadari akan arti penting masyarakat yang sehat dalam mendukung pembangunan negara. Pembangunan akan sulit berjalan lancar jika masyarakatnya kurang sehat. Oleh karena itu pemerintah dituntut untuk mampu menciptakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas sehingga dapat diandalkan pada saat dibutuhkan tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Hal ini berarti pemerintah perlu membangun pelayanan kesehatan yang mampu diandalkan sehingga semua lapisan mayarakat baik dari kalangan bawah sampai dengan kalangan atas dapat memanfaatkannya (Djojo, 2010) Peningkatan kualitas pelayanan terutama pelayanan rawat inap harus memperhatikan manajemen perawatan pasien, yang dikelola oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepada pasien, tenaga kesehatan harus berkolaborasi, berkoordinasi, bekerjasama saling memberikan informasi dan mempunyai tujuan bersama yaitu kesembuhan pasien (Sugito, 2010). Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan. Asuhan medis bermutu dapat diberikan oleh tenaga medis yang profesional di bidangnya dan asuhan keperawatan bermutu dapat diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan klinik yang memadai serta memiliki kemampuan dalam membina hubungan profesional dengan pasien, berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, melaksanakan kegiatan menjamin mutu, kemampuan memenuhi kebutuhan pasien dan memperlihatkan sikap caring (Nurachmah, 2010). Berdasarkan data dapat kita ketahui BOR pada tahun 2011 sebesar (39,96 %), tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 5,75 % dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 14,4% yang masih beum memenuhi standar. Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya saranaprasarana RSUD Morowali seperti ketersediaan air bersih dan listrik. Sementara itu, Average Length of Stay (ALOS) pada tahun 2012 yaitu 12 hari dan 2013 yaitu 15 hari yang menunjukkan rata-rata lamanya perawatan pasien dengan tingkat efisiensi manajemen pasien di sebuah rumah sakit masih belum optimal. Pada indikator tersebut menunjukkan bahwa kinerja pelayanan rawat inap RSUD Morowali belum optimal.
Rendahnya tingkat BOR yang dicapai sebenarnya menggambarkan bahwa kualitas pelayanan dari rumah sakit yang bersangkutan rendah. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. (Muninjaya, 2010). Berdasarkan data menunjukkan bahwa didominasi tenaga keperawatan D3. Hasil wawancara dengan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Morowali mengatakan bahwa kebanyakan dokter yang bertugas adalah residen dan masih menempuh kuliah di Fakultas Kedokteran Unhas. Jadi, dokter di RSUD Morowali tidak dapat menetap atau full timer. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas di Rumah Sakit Morowali diketahui bahwa belum dikembangkan monitoring dan evaluasi Kinerja Klinis bagi perawat secara khusus dan perawat yang mengikuti pelatihan ATLS dan BTLS belum ada dari SPM RS 10 orang. Selain itu, dari penelusuran data sekunder di Rumah Sakit Umum Daerah Morowali pelaporan infeksi nosokomial tahun 2013 yaitu 4,25 % dari SPM RS ≤ 1,5 %. Selain itu, peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan sangat berkaitan dengan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit dan perawat bertanggung jawab menyediakan lingkungan yang aman bagi klien terutama dalam pengendalian infeksi dalam proses keperawatan. Perawat juga bertindak sebagai pelaksana terdepan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (Lindeke, 2005). Praktik kolaboratif
tumbuh dengan baik
apabila perawat
dan
dokter belajar
menggambarkan apa yang mereka pikirkan dan lakukan dalam bahasa yang mencerminkan penghargaan, artikulasinya jelas, dan memungkinkan perbedaan persepsi, dan manajemen sekian banyak aspek kompleks perawatan kesehatan (Seki, 2000). Praktek kolaborasi perawat dengan dokter memerlukan pengetahuan, sikap yang profesional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien maupun dokter sampai kepada ketrampilan perawat dalam membuat keputusan. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas (Sri Astutik, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Morowali. Waktu Pelaksanaan yaitu pada bulan Agustus-September 2014. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional studi kasus yaitu suatu rancangan yang mengkaji dinamika korelasi/asosiasi antara variabel independen dan variabel dependen pada saat yang bersamaan, yang bersifat deskriptif analitik yaitu melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah semua perawat yang melakukan tugas dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan di ruang rawat inap RSUD Morowali sebanyak 123 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 91 responden. Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui data yang diambil oleh peneliti secara langsung dari sumbernya yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui perantara pihak kedua yaitu diambil dari datadata RSUD Morowali. Berupa profil rumah sakit, jumlah perawat, dan data-data lain yang diperlukan Analisis Data Data dianalisis menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.
HASIL Karakteristik Responden Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak
merupakan perawat
pelaksana yang bekerja di Perawatan Perinatologi, yakni berjumlah 17 responden (18,7%) dan yang paling sedikit dari unit perawatan Kelas Super VIP dan unit Perawatan Anak, masingmasing dengan jumlah 14 responden (15,4%). Tabel 2 menunjukkan bahwa umur responden paling banyak berusia 25-29 tahun, yakni berjumlah 34 responden (37,4%) dan paling sedikit berusia > 40 tahun dengan responden (5,5).
jumlah 5
Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas perawat pelaksana yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan, yakni berjumlah 80 responden (87,9%) dan 11 responden (12,1%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 4 menunjukkan bahwa pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh responden terbagi menjadi 3, yakni D3 Keperawatan, S1 Keperawatan, dan NERS. Pendidikan formal terakhir yang paling banyak dicapai oleh responden adalah D3, yakni berjumlah 79 responden (86,8%) dan paling sedikitnya 6 responden (6,6%) memiliki pendidikan formal terakhir S1 Keperawatan dan NERS. Tabel 5 menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja lebih dari 2 tahun lebih banyak, yakni berjumlah 45 responden (49,5%) dan paling sedikitnya 15 responden (16,5%) telah bekerja selama kurang dari 1 tahun. Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Formal, Masa Kerja dan Unit Kerja) dengan Pengetahuan Perawat tentang Indikator Kolaborasi Tabel 6 menunjukkan umur perawat > 40 tahun memiliki hubungan yang paling kurang terhadap pengetahuan indikator kolaborasi dokter yaitu 60 %. Sedangkan umur perawat yang paling baik terhadap pengetahuan indikator kolaborasi perawat dokter yaitu 20-24 tahun yaitu 100%. Tabel 7 menunjukkan bahwa perawat yang berjenis kelamin laki-laki memiliki hubungan yang paling baik terhadap pengetahuan indikator kolaborasi dokter yaitu 72,7%. Sedangkan perawat berjenis kelamin perempuan yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 62,5%. Tabel 8 menunjukkan bahwa perawat dengan pendidikan formal NERS memiliki hubungan yang paling baik terhadap pengetahuan praktik kolaborasi dokter yaitu 100%. Sedangkan perawat dengan pendidikan formal DIII Keperawatan yang paling kurang terhadap pengetahuan praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 59,0% Tabel 9 menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja 1-2 tahun memiliki hubungan yang paling baik terhadap praktik kolaborasi dokter yaitu 55,2%. Sedangkan perawat dengan masa kerja <1 tahun yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 66,0% Tabel 10 menunjukkan bahwa perawat di Perawatan Obgyn dan Perawatan Perinatologi memiliki hubungan yang paling baik terhadap pengetahuan praktik kolaborasi dokter yaitu
100%. Sedangkan perawat di Perawatan Bedah, Perawatan Anak dan Kelas VIP yang paling kurang terhadap pengetahuan praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 100% Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Formal, Masa Kerja dan Unit Kerja) dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Tabel 11 menunjukkan umur perawat > 40 tahun memiliki hubungan yang paling baik terhadap praktik kolaborasi dokter yaitu 92,3 %. Sedangkan umur perawat yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 25-29 tahun yaitu 79,4% Tabel 12 menunjukkan bahwa perawat yang berjenis kelamin laki-laki memiliki hubungan yang paling baik terhadap praktik kolaborasi dokter yaitu 72,7%. Sedangkan perawat berjenis kelamin perempuan yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 62,5%. Tabel 13 menunjukkan bahwa perawat dengan pendidikan formal NERS memiliki hubungan yang paling baik terhadap praktik kolaborasi dokter yaitu 50,0%. Sedangkan perawat dengan pendidikan formal DIII Keperawatan yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 59,0%. Tabel 14 menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja 1-2 tahun memiliki hubungan yang paling baik terhadap praktik kolaborasi dokter yaitu 55,2%. Sedangkan perawat dengan masa kerja <1 tahun yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 66,0% Tabel 15 menunjukkan bahwa perawat di Perawatan Obgyn dan Perawatan Perinatologi memiliki hubungan yang paling baik terhadap praktik kolaborasi dokter yaitu 100%. Sedangkan perawat di Perawatan Bedah, Perawatan Anak dan Kelas VIP yang paling kurang terhadap praktik kolaborasi perawat dokter yaitu 100%. Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Indikator Kontrol Kekuasaan Perawat Dokter dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Tabel 16 ini menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001. Karena nilai p < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kontrol kekuasaan terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali.
Hubungan Perawat tentang Indikator Lingkup Praktik dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Tabel 17 ini menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001. Karena nilai p < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi lingkup praktek terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali. Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Indikator Kepentingan Bersama dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Tabel 18 ini menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,019. Karena nilai p < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang kepentingan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali. Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Indikator Tujuan Bersama dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Tabel 19 ini menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,006. Karena nilai p < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang tujuan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali. Analisis Multivariat Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa variabel indikator kolaborasi perawat dokter dipengaruhi oleh beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0.340, hal ini berarti 34% variasi dari praktik kolaborasi perawat dokter dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen sedangkan sisanya (100% - 34% = 66%) dijelaskan oleh sebabsebab lain di luar model. Berdasarkan tabel 22 uji ANOVA atau uji statistik F didapat nilai F hitung sebesar 2.021 dengan tingkat probabilitas 0.000. Probabilitas yang jauh lebih kecil jika dibandingkan 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi komitmen perawat pelaksana atau dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap praktik kolaborasi perawat dokter.
PEMBAHASAN Pengetahuan tentang indikator kolaborasi perawat dokter di rawat inap RS Umum Daerah Morowali sudah diterapkan dengan baik. Kepemimpinan efektif merupakan Pengetahuan kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan
saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang
berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat (Lindeke, L dan Sieckert, A, 2005). Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor (Letica, 2008) yaitu Faktor interaksi (interactional determinants),yaitu hubungan interpersonal diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan berkomunikasi . Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari Organizational structure struktur horisontal dianggap lebih berhasil daripada struktur hierarkis); Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya; administrative support (kepemimpinan); team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi, membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang kecil) ; coordination mechanism (pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi prosedur dalam bekerja). Faktor lingkungan organisasi (organization’s environment/ systemic determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya, pendidikan dan profesional. Menurut Evans et all (1994) sistem sosial yang dapat menghambat praktek kolaborasi adalah ketidaksetaraan diantara masing – masing profesi, perbedaan gender dimana laki – laki lebih berkuasa dari perempuan perbedaan status ekonomi. Beberapa sistem budaya dapat menghambat suatu kolaborasi misalnya otonomi profesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol kekuasaan memiliki proporsi pada kategori yang baik, yakni sebesar 63,7%. Hasil ini merupakan suatu hal yang masih jauh dari harapan. Erlina (2009) mengemukakan bahwa dalam kontrol kekuasaan perawat mampu melakukan interaksi dua arah dengan dokter sampai terjadinya diskusi untuk perawatan pasien, mengingatkan dokter bila belum melakukan visite, mampu memberikan usulan dan ide terkait perawatan pasien.
Hasil uji hubungan antara kontrol kekuasaan dengan praktik kolaborasi perawat dokter menunjukkan terdapat ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kontrol kekuasaan terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali (p=0,001 < 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Erlina (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kontrol kekuasaan dengan praktek kolaborasi perawat dokter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkup praktik memiliki proporsi pada kategori yang baik, yakni sebesar 76,9%. Hasil ini merupakan suatu hal yang baik. Kuswantoro (2006) mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara lingkungan kerja perawat (kepemimpinan, budaya dan manajemen, kontrol atas beban kerja, kontrol atas praktik, dan sumber yang memadai) dengan pelaksanaan praktik keperawatan (p <0,05) dan kontrol atas praktik adalah variabel sub terbesar yang mempengaruhi pelaksanaan praktik keperawatan Hasil uji hubungan antara lingkup praktik dengan praktik kolaborasi perawat dokter menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi lingkup praktek terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali (p=0,001, p<0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Erlina (2009) yang menyatakan bahwa Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi lingkup praktek dengan praktek kolaborasi perawat dokter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepentingan bersama memiliki proporsi pada kategori yang cukup tinggi, yakni sebesar 72,5%. Hasil ini merupakan suatu hal yang sangat baik. Pelaksanaan kolaborasi perawat dengan dokter diperlukan pengetahuan tentang kontrol kekuasaan perawat dokter, lingkungan praktek perawat dokter, tujuan bersama dan kepentingan bersama dalam merawat pasien, kemauan (sikap yang profesional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien maupun dokter) sampai pada ketrampilan dalam mengambil keputusan. (Sri Astutik,2010) Namun, hasil uji hubungan antara kepentingan bersama dengan praktik kolaborasi perawat dokter menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang kepentingan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali (p=0,019, p<0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ernawati (2010) yang menyatakan bahwa kerjasama yang baik antara perawat dan dokter di RSUP Haji Adam
Malik dapat meningkatkan pelayanan keperawatan bagi pasien, dan memberikan kejelasan tentang batas tugas dan wewenang kerja dokter dan perawat Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan bersama memiliki proporsi pada kategori yang masih jauh dari harapan, yakni sebesar 51,6%. Hasil ini merupakan suatu hal yang sangat belum terlalu baik. Menurut Tappen (2004), Kolaborasi tidak akan terjadi apabila pemberi pelayanan tidak mengetahui makna kolaborasi itu sendiri. Definisi Kolaborasi menurut Arlene (2004) adalah sebagai hubungan rekanan sejati, dimana masing – masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggungjawab masing – masing yang terpisah maupun bersama, saling melindungi kepentingan masing masing dan adanya tujuan bersama yang diketahui kedua belah pihak (Werdati,2008) Hasil uji hubungan antara tujuan bersama dengan praktik kolaborasi dokter menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang tujuan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali (p=0,006, p<0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Brita (2012) yang menyatakan bahwa Pelaksanaan elemen untuk mencapai kolaborasi yang efektif antara perawat dan dokter meliputi kerjasama, asertivitas, tanggung jawab,komunikasi,otonomi, koordinasi,salingmenghormati dan percaya serta menentukan tujuan kolaborasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik kolaborasi di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Morowali yaitu 17 responden (18,7%) sudah baik, 21 responden (23,1%) yang menilai masih berkategori sedang dan 53 responden (58,2%) masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi antara dokter dan perawat, seperti perawat tidak pernah menjelaskan tentang tanggung jawab dalam membahas berbagai informasi dengan pasien. Selain itu, perawat juga kurang dalam menyampaikan pendapatnya kepada dokter seperti dalam mengatakan apabila ada perintah dokter yang kurang tepat. Definisi praktek kolaborasi menurut Jones (2000) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan adanya pembagian pengetahuan dan ketrampilan masing – masing profesi untuk melakukan pengaruh yang sinergi kepada kesembuhan pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis pengaruh pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD Morowali
Tahun 2014, dapat diambil kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik perawat memiliki hubungan signifikan p< 0,05 terhadap pengetahuan indikator kolaborasi dokter, hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perawat tidak memiliki hubungan signifikan p> 0,05 terhadap praktik kolaborasi dokter, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan indikator kolaborasi memiliki hubungan siginifikan p< 0,05 terhadap praktik kolaborasi dokter, hasil analisis dua variabel didapatkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, yang artinya pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi kepentingan bersama dan tujuan bersama berpengaruh bersama- sama terhadap pelaksanaan kolaborasi perawat dokter, dengan demikian dapat diketahui seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan dari hasil kesimpulan, maka ada saran bagi manajemen untuk perbaikan kolaborasi perawat dokter di RS Umum Daerah Morowali, manajemen perlu melakukan penjenjangan karir yang pasti bagi perawat. Jenjang karier ini berupa pendidikan atau pelatihan baik untuk perawat maupun dokter agar bisa meningkatkan kolaborasi di antara mereka sehingga sadar akan tanggung jawab masing-masing dan mampu mengutarakan pendapat apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur. Manajemen harus mengaktifkan peran dari Komite Medik dan Komite Keperawatan sehingga mampu memonitoring dan mengevaluasi tindakan medik yang dilakukan dokter dan perawat. Selain itu, komite medik harus menyediakan dokter tetap di RSUD apalagi jarak Makassar dan Morowali sangat jauh dan RSUD Morowali merupakan RS terbaik di Morowali. Manajemen mampu menerapkan budaya patient safety agar tingkat kejadian infeksi nosokomial bisa berkurang.
DAFTAR PUSTAKA Arlene D. Houldin, Mary D. Naylor, Daniel G. Haller , Physician-Nurse Collaboration in Research in the 21st Century,Journal of Clinical Oncology, Vol 22, No 5 (March 1), 2004: pp. 774-776. Brita. Nursing Work Life in Acute Care. Journal of Nursing Care Quality : Jul-Sep 2012; 19,3. Djojo Sugito, Achmad. 2010. Kebijakan Pemerintahan Dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Menyongsong AFTA 2003, www.pdpers.co.id
Erlina, L.Siegle.,Fay W Whitney., Kolaborasi Perawat Dokter, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2009 Ernawati, Peranan dan Tanggungjawab Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan Keperawatan/ Kesehatan kepada Pasien. Magister Managemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2010 Evans, et al. The Relationship between Hospital Unit Culture and Nurses’s Quality of Work Life. ABI/INFORM. Journal of Healthcare management ; Jan/Feb 1994 ; 47,1. Jones, Analisis Pengaruh Faktor Kolaborasi Perawat Terhadap Kepuasan Kerja Dokter Spesialis Di Unit Rawat Inap Paviliun Garuda Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, 2000 Leticia et al, The Determinants of successful collaboration: A Review of Theoretical and Empirical Studies, Journal of Interprofessional Care, 2008 Lindeke, L., Sieckert, A. Nurse-Physician Workplace Collaboration, Online Journal of Issues in Nursing. Vol. #10 No. #1, 2005. Nurachmah,
Elly.
2010.
Asuhan
Keperawatan
Bermutu
di
Rumah
Sakit.
http://www.scribd.com/doc/222283587/Asuhan-Keperawatan-Bermutu-Di-Rumah-Sakit. pdpersi. diakeses pada tanggal 31 Mei 2014. Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktek, Salemba Medika, Jakarta, 2006 Seki Y & Yamakazi Y. Effects of Working Conditions on Intravenous Medication Errors in a Japanese Hospital.Blackwell Published Ltd. Journal of Nursing management 2006; 14, 128-139 Sri Astutik. 2010. Evaluasi Praktek Kolaborasi Perawat dengan Dokter di ruang VIP RSUD Pare, Kediri Sugito. Perilaku Organisasi Konsep Kontroveersi Aplikasi, Prenhalindo, Jakarta, 2010 Tappen, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori Strategi dan Aplikasi. Volume 1, Airlangga University Press, Surabaya. 2004 Werdati S, Kolaborasi dan Kemitraan, Magister Managemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ,2008
Lampiran Tabel 1 Distribusi Responden menurut Unit Kerja di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah MorowaliTahun 2014 No
Unit Kerja
N
%
1
Perawatan Bedah
15
16,5
2
Perawatan Anak
14
15,4
3
Kelas VIP
14
15,4
4
Perawatan Interna
15
16,5
5
Perawatan Obgyn
16
17,6
6
Perawatan Perinatologi
17
18,7
91
100
Total Sumber : Data Primer
Tabel 2 Distribusi Responden menurut Umur di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 NO 1 2 3 4 5
Umur (Tahun) 20-24 25-29 30-34 35-40 >40 TOTAL Sumber : Data Primer
n 25 34 14 13 5 91
% 27,5 37,4 15,4 14,3 5,5 100
Tabel 3 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 No
Jenis Kelamin
n
%
1 2
Laki-laki Perempuan
11 80
12,1 87,9
Total
91
100
Sumber : Data Primer
Tabel 4 Distribusi Responden menurut Pendidikan Formal Terakhir di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014
No 1 2 3
Pendidikan Formal Terakhir D3 Keperawatan S1 Keperawatan NERS Total
n
%
79 6 6
86,8 6,6 6,6
91
100
Sumber : Data Primer Tabel 5 Distribusi Responden menurut Masa Kerja di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 No
Masa Kerja
n
%
1 2
< 1 Tahun 1-2 Tahun
15 29
16,5 31,9
3
> 2 Tahun
47
51,6
91
100
Total Sumber : Data Primer, 2014
Tabel 6 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Perawat tentang Indikator Kolaborasi di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91) Umur Responden
Pengetahuan Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang n % n % 25 100 0 0 27 79,4 7 20,6 7 50,0 7 50,0 12 92,3 1 7,7 2 40 3 60
20-24 25-29 30-34 35-40 >40 Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
Total N 25 34 14 13 5
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik
p=0,01*
Tabel 7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Indikator Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah MorowaliTahun 2014 (n=91)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Pengetahuan Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang n % n % 8 72,7 3 27,3
30 37,5 Perempuan Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
50
62,5
Total
Uji Statistik
N 11
% 100,0
80
100,0
p=0,001*
Tabel 8 Hubungan Pendidikan Formal dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah MorowaliTahun 2014 (n=91)
Pendidikan Formal
Pengetahuan Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 32 41,0 46 59,0 3 42,9 4 57,1 6 100,0 0 0
DIII Keperawatan DIV Keperawatan NERS Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
Total n 78 7 6
% 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik
p=0,004*
Tabel 9 Hubungan Masa Kerja dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Masa Kerja
< 1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun
Pengetahuan Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 16 34,0 31 66,0 16 55,2 13 44,8 6 40,0 9 60,0
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
Total n 47 29 15
% 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik
p=0,04*
Tabel 10 Hubungan Unit Kerja dengan Pengetahuan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Unit Kerja
Perawatan Bedah Perawatan Anak Kelas VIP Perawatan Interna Perawatan Obgyn
Pengetahuan Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 0 0 15 100,0 0 0 14 100,0 0 0 14 100,0 5 3 3,3 10 66,7 16 100 0 0
Perawatan Perinatologi 17
100
0
0
Total n 15 14 14 15
% 100,0 100,0 100,0 100,0
16
100,0
17
100,0
Uji Statistik
p=0,001*
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan Tabel 11 Hubungan Umur dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91) Umur Responden
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang n % n % 7 28,0 18 72,0 7 20,6 27 79,4 7 50,0 7 50,0 12 92,3 1 7,7 5 100,0 0 0,0
20-24 25-29 30-34 35-40 >40 Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
Total n 25 34 14 13 5
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik
p=0,702*
Tabel 12 Hubungan Jenis Kelamin dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang n % n % 8 72,7 3 27,3
30 37,5 Perempuan Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
50
62,5
Total n 11
% 100,0
80
100,0
Uji Statistik
p=0,933*
Tabel 13 Hubungan Pendidikan Formal dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Pendidikan Formal
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 32 41,0 46 59,0 3 42,9 4 57,1 3 50,0 3 50,0
Total n 78 7 6
DIII Keperawatan DIV Keperawatan NERS Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
% 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik
p=0,048*
Tabel 14 Hubungan Masa Kerja dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Masa Kerja
< 1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 16 34,0 31 66,0 16 55,2 13 44,8 6 40,0 9 60,0
Total n 47 29 15
% 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik
p=0,19*
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan Tabel 15 Hubungan Unit Kerja dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Unit Kerja
Perawatan Bedah Perawatan Anak Kelas VIP Perawatan Interna Perawatan Obgyn
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 0 0 15 100,0 0 0 14 100,0 0 0 14 100,0 5 3 3,3 10 66,7 16 100 0 0
Perawatan Perinatologi 17
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
100
0
0
Total n 15 14 14 15
% 100,0 100,0 100,0 100,0
16
100,0
17
100,0
Uji Statistik
p=0,07*
Tabel 16 Hubungan Kontrol Kekuasaan dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91) Kontrol Kekuasaan Baik Kurang
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 25 36,2 44 63,8 13
59,1
9
40,9
Total n 69
% 100,0
22
100,0
Uji Statistik
p=0,001*
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan Tabel 17 Hubungan Lingkup Praktik dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Lingkup Praktik Baik Kurang
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang N % n % 38 44,7 47 55,3 0
0
6
100
Total n 85
% 100,0
6
100,0
Uji Statistik
p=0,001*
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan Tabel 18 Hubungan Kepentingan Bersama dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91) Kepentingan Bersama Baik Kurang
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang n % n % 31 40,8 45 59,2 7
46,7
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan
8
53,3
Total n 76
% 100,0
15
100,0
Uji Statistik
p=0,019*
Tabel 19 Hubungan Tujuan Bersama dengan Praktik Kolaborasi Perawat Dokter di Instalasi Rawat Inap RS Umum Daerah Morowali Tahun 2014 (n=91)
Tujuan Bersama Baik
Praktik Kolaborasi Perawat Dokter Baik Kurang n % n % 16 34,0 31 66,0
Kurang
22
50,0
22
50,0
Total
Uji Statistik
n 47
% 100,0
44
100,0
p=0,006*
Sumber: Data primer Ket * : (ρ < 0,05) Signifikan Tabel 20 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Beta Error 1.432 .340
Model S r (Constant)
Kategori Variabel Kontrol : Kekuasaan
-.184
.136
Kategori Variabel Kontrol
.385 .209 D Lingkup Praktik a t Kategori Variabel .074 .149 S Kepentingan Bersama u Kategori Variabel Tujuan -.080 .111 mBersama Sa. Dependent Variable: Kategori Variabel Praktik Kolaborasi u Sumber: Data Primer, 2014
1
R .293a
R Adjusted R Square Square .086 .340
.194 1.843 .001 .056
.501 .019
-.081
-.720 .006
Std. Error of the Estimate .485
a. Predictors: (Constant), Kategori Variabel Tujuan Bersama, Kategori Variabel Kontrol Lingkup Praktik, Kategori Variabel Kepentingan Bersama, Kategori Variabel Kontrol Kekuasaan b. Dependent Variable: Kategori Variabel Praktik Kolaborasi
Sumber : Data Primer, 2014
Sig.
4.215 .000 -.159 .001 1.354
Tabel 21 Model Summary Model
t
Tabel 22 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Model Regression Residual Total
Sum of Squares 1.902 20.230 22.132
ANOVAa df 4 86 90
Mean Square .475 .235
F 2.021
Sig. .000b
a. Dependent Variable: Kategori Variabel Praktik Kolaborasi b. Predictors: (Constant), Kategori Variabel Tujuan Bersama, Kategori Variabel Kontrol Lingkup Praktik, Kategori Variabel Kepentingan Bersama, Kategori Variabel Kontrol Kekuasaan
Sumber : Data Primer 2014