Analisis Waktu Tempuh Angkutan Perkotaan Terminal Amplas-Terminal Sambu di Kota Medan Faizal Ezeddin
ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS – TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN
Faizal Ezeddin Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik USU
Abstrak: Analisis waktu tempuh angkutan perkotaan pada rule Terminal Amplas-Terminal Sambu Medan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kecepatan perjalanan, kecepatan gerak dan tundaan sepanjang rule yang dilalui. Dari analisis ditemukan data bahwa waktu tempuh pada rute tersebut yang terdiri dari kecepatan perjalanan rata-rata dari terminal Amplas ke terminal Sambu adalah 18,06 km/jam sedangkan dari terminal Sambu ke Amplas adalah 17,76 km/jam. Angka ini masih berada dibawah angka yang ditetapkan dalam kecepatan perjalanan minimum didaerah perkotaan yaitu 29 km/jam. Beberapa penyebab rendahnya kecepatan perjalanan angkutan perkotaan mikrobis pada rule ini adalah naik dan turunnya penumpang disembarang tempat, banyaknya jumlah kendaraan yang melintasi ruas jalan sehingga volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan. Kata –kata kunci: Kecepatan Perjalanan, Volume Lalu Lintas, Tundaan, Kecepatan, Tingkat Pelayanan 1. PENDAHULUAN Persoalan yang paling sulit sekarang dihadapi perencana, pengatur Jalan Raya dan Transportasi adalah bagaimana menetapkan peranan mobil, angkutan perkotaan pada jalan raya. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki rute arus kendaraan angkutan perkotaan yang sangat banyak dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan rute yang ada sekaligus didukung oleh sarana dan prasarana angkutan, membuat banyak rule yang ditempuh dengan berbagai alternatif lintasan sekaligus dalam memenuhi permintaan jasa angkutan umum di dalam kota Medan. Akibat banyaknya rute angkutan tersebut dibutuhkan pula jumlah kendaraan tertentu yang secara langsung meningkatkan arus lalu lintas di jalan raya Untuk kelancaran arus lalu lintas (Traffic Light) pemerintah telah memasang (Traff Light) diberbagai persimpangan jalan di kota Medan. Demikian juga pada rute yang dilalui oleh angkutan perkotaan dari Terminal Amplas ke Terminal Sambu dan sebaliknya antara lain : 1. Teminal Amplas – Terminal Sambu a. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Perbatasan b. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Baru c. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Sakti Lubis/ Jl. Seksama PersimpanganJl. SM. Raja – JL. HM Joni d. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Puri e. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Turi f. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Halat g. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Mesjid Raya h. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Japaris i. Persimpangan Jl. Sutomo – Jl. Jl. Asia
j. k.
Persimpangan Jl. Sutomo – Jl. Merbabu Persimpangan Jl. Sutomo – MT. Haryiono
2. Terminal Sambu – Terminal Ampals a. Persimpangan Jl. MT. Haryono – Jl. Irian Barat b. Persimpangan Jl. Pandu – Jl. SM Raja/Jl. Cerebon c. Persimpangan Jl. SM Raja – Japaris d. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Mesjid Raya e. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. Halat f. Persimpangan Jl. SM Raja – Jl. HM. Joni g. Persimpangan SM Raja – Jl. Turi / Pelangi h. Persimpangan SM Raja – Jl Sakti Lubis/ Jl. Seksama i. Persimpangan SM Raja – Jl. Baru j. Persimpangan SM Raja – Jl. Perbatasan Keberadaan Traffic Light pada jalan-jalan sepanjang rute tersebut yang arus lalu lintasnya pada umumnya padat sebenarnya sangat membantu kecepatan angkutan perkotaan pada rute tersebut. Untuk mengkaji permasalahan lalu lintas perkotaan tersebut, maka kami menyusun penelitian ini dengan judul Analisis waktu tempuh Angkutan Perkotaan Terminal Amplas – Terminal Sambu di Kota Medan. 2. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Maksud dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan gambaran kecepatan perjalanan (travel speed) 2. Mendapatkan gambaran kece-patan gerak (tunning speed). 3. Mendapatkan gambaran tundaan (delay). 4. Mendapatkan gambaran waktu perjalanan (time 43
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
travel). Tujuan penelitian ini adalah agar tercapainya tuntutan dan kebutuhan masyarakat dalam melakukan perjalanannya yaitu: tertib, teratur, lancar, aman, nyaman, cepat dan efisien (Morlock, 1985). 3. PERMASALAHAN Suatu angkutan umum agar mampu memberikan pelayanan yang aman, lancar, nyaman atau memberikan kesan positif maka harus dioperasikan dengan sebaik-baiknya. Bahwa selama ini dapat dilihat bahwa dalam pelayanannya terutama dalam kecepatan perjalanannya angkutan umum yang melayani rute perjalanan dari terminal Amplas ke terminal Sambu menghadapi beberapa permasalahan, seperti : 1. Volume 2. Terlalu seringnya menaikkan dan menurunkan penumpang, dan itu dilakukan disembarang tempat. 3. Menunggu penumpang terlalu lama di pinggir jalan 4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Analisis kecepatan perjalanan angkutan kota di Kotamadya Medan mencakup lingkup pembahasan yang luas. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pembahasannya, yaitu: a Meneliti kecepatan perjalanan angkutan umum yang melintas rute terminal Amplas - terminal Sambu (pusat kota). b. Waktu penelitian dipilih pada jam-jam sibuk waktu pagi hari, jam 7.00 wib -8.00 wib, siang hari,jam13.00wib-14.00 wib dan sore hari, jam 17.00 wib -18.00 wib. Dipilihnya rute terminal Amplas -terminal Sambu sebagai rute penelitian karena kedua terminal sangat potensial sebagai tujuan perjalanan (penarik perjalanan) dan melintasi pusat-pusat kegiatan dalam kota, yang akibatnya merupakan rute yang ramai kendaraan angkutan umum serta tata guna lahan sepanjang rute sangat beragam yang akan berpengaruh kepada arus lalu lintas. 5. UKURAN ARUS LALU LINTAS
Setiap bagian operasional dari lalu lintas nyatakan dengan tiga ukuran(Box, Paul C dan Oppenlader, Josseph C 1976), yaitu: - Kecepatan - Volume dan besar arus - Kerapatan - Tundaan - Tingkat pelayanan 5.1 Kecepatan Kecepatan didefmisikan sebagai pergerakan rata-rata yang dinyatakan sebagai jarak persatuan 44
waktu. Umumnya dalam kilometer per jam (km/jam). Distribusi kecepatan individu yang bermacammacam dalam arus lalu lintas hams diselidiki serta beberapa mulai diantaranya digunakan untuk mewakili keadaan(Hobbs, F.D 1979). Ada dua cara pendekatan untuk mengukur kecepatan, yaitu : 1. Time mean speed, adalah rata-rata dari kecepatan kendaraan selama suatu jangka waktu pada suatu titik tertentu. Jadi time mean speed didasarkan pada kecepatan masing-masing kendaraan yang didistribusi dalam waktu. 2. Space mean speed, adalah rata-rata dari kecepatan di berbagai tempat pada saat tertentu. Space mean speed pada kecepatan masing-masing kendaraan yang merupakan distribusi dari posisi. Berdasarkan waktu perjalanan kecepatan dibedakan atas dua kecepatan dengan cara pendekatan space mean speed, yaitu : 1. Average running speed, didefmisikan sebagai kecepatan kendaraan dengan membagi panjang segmen (jalur) jalan dibagi dengan running time. Running time adalah waktu yang diperlukan kendaraan untuk menempuh potongan jalan selama bergerak dan tidak termasuk waktu berhenti. 2. Average travel speed, didefmisikan sebagai kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat (panjang suatu potongan jalan) dibagi dengan average travel time (waktu perjalanan rata-rata) kendaraan untuk menempuh potongan jalan tersebut. Travel time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kendaraan dari arus lalu lintas untuk bergerak dari satu titik ke titik lain dan didalamnya termasuk waktu berhenti. Pada perjalanan dimana penun-daan karena berhenti dimasukkan, maka kecepatan perjalanan rata-rata pasti lebih lembat daripada kecepatan bergerak ratarata Berdasarkan Highway Capacity Manual 1985 ukuran kecepatan yang digunakan adalah Kecepatan perjalanan rata-rata (average travel speed). Hal ini digunakan karena mudah dihitung dari observasi kendaraan individu dalam arus lalu lintas, dan rumus lalu lintas , dan rumus kecepatan yang digunakan :
S=
L n
∑t i =1
i
= /n
L n
∑t i =1
i
(1)
Dimana : S = Kecepatan perjalanan rata-rata (Average travel speed) (km/jam) L = Panjang potongan jalan (km) ti = Waktu (travel time) yang diperlukan suatu kendaraan (jam) n = Jumlah travel time yang diteliti
Analisis Waktu Tempuh Angkutan Perkotaan Terminal Amplas-Terminal Sambu di Kota Medan Faizal Ezeddin
5.2 Volume dan Besar Arus Volume dan besar arus adalah dua ukuran kuantitas dari jumlah lalu lintas yang melintasi suatu jalur atau jalan selama jangka waktu tertentu. Kedua ukuran tersebut dinyatakan dengan satuan kendaraan/ jam. Perbedaan antara volume dan besar arus yaitu: volume adalah jumlah sebenarnya dari kecepatan yang diamati atau diramalkan melewati suatu titik selama jangka waktu tertentu, sedang besar arus mewakili jumlah kendaraan yang melewati suatu titik selama interval waktu kurang dari satu jam, tetapi dinyatakan dalam jam. Besar arus diperoleh dengan mengambil jumlah kendaraan yang diamati selama periode kurang dari satu jam dan dibagi dengan lama pengamatan (dalam jam), maka jika dalam suatu pengamatan diperoleh volume 100 kendaraan dalam waktu 15 menit, besar arus menjadi 100 kendaraan/ 0,25 jam atau 400 kendaraan perjam (vph) (Warpani,1990). 5.3 Kerapatan Kerapatan adalah parameter penting yang menggambarkan pelaksanaan lalu lintas. Karena kerapatan menggambarkan jarak antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya, sehingga mempengaruhi kebebasan bergerak dalam arus lalu lintas. Persamaan v = s x D, merupakan hubungan dasar antara parameter-parameter dari arus tidak terganggu. Hubungan tersebut dijabarkan dalam bentuk hubungan antara besar arus dengan kecepatan, besar arus dengan kerapatan, dan kecepatan dengan kerapatan. (Lubis, M. Alfian 1998) 5.4 Tundaan Penundaan (delay) karena berhenti adalah sederhana untuk didefmisikan dan diukur. Penundaan
karena berhenti menimbulkan selisih waktu antara kecepatan perjalanan (travel speed) dan kecepatan berherak (running speed). Sebaliknya, penundaan karena padatnya lalu lintas sulit untuk diukur dengan tepat. Penundaan ini ditimbulkan oleh kelambatan atau macetnya kendaraan pada simpang jalan yang terlalu ramai oleh kendaraan, lebar jalan yang kurang, parkir mobil-mobil di jalan sempit, dan sebagainya. Akibatnya adalah pengurangan kecepatan bergerak di bawah kecepatan yang dianggap dapat diterima. Kedua jenis penundaan mencerminkan waktu yang tidak produktif dan bila dinilai dengan uang maka hal ini menunjukkan jumlah biaya yang harus dibayar masyarakat karena tidak memiliki jalan yang memedai. Waktu tunda juga menunjukkan keuntungan ekonomis yang dapat diharapkan bila rute tersebut diperbaiki untuk mengurangi penundaan dan ini memberikan prioritas untuk pekerjaan perbaikan jalan. 5.5 Konsep Tingkat Pelayanan Konsep tingkat pelayanan didefmisikan sebagai ukuran mutu atau kualitas yang menggambarkan kondisi operasonal dalam arus lalu lintas yang dipersepsikan oleh sipengemudi dan penumpang(Wells, G.R., 1975). Tingkat pelayanan ditentukan dalam suatu skala interval yang terdiri dari enam tingkat. Tingkattingkat ini diklasifikasikan dengan tingkat A, B, C, D, E dan F dimana A merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dan F adalah tingkat pelayanan yang terendah (Clarkson et al. 1988). 6. HASIL ANALISA/PERHITUNGAN Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat hasil seperti yang ditujukkan oleh Tabel 1 sampai dengan Tabel 4.
Tabel 1: Kecepatan perjalanan rata-rata (average travel speed )
No. Trayek
Rute
Kecepatan perjalanan rata-rata (km/jam) Pagi hari
Siang Hari
Sore Hari
T. 18.39
18.20
17.52
Medan Bus T. Amplas - P. 18.27
18.39
17.88
Medan Bus 46 T. Amplas - P. 17.60
17.35
17.58
Medan Bus T. Amplas - P. 16.84
17.11
16.06
MedanBus0 P.
Pasar
Pasar
-
KPUM 03
P.
-
T. 18.61
18.84
18.45
KPUM03
T. Amplas - P. 17.89
18.43
17.44
45
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Tabel 2: Kecepatan gerak rata-rata (average running speed)
No. Trayek
Rute
Kecepatan gerak rata-rata (km/jam) Pagi hari
Siang Hari
Sore Hari
Medan Bus 04
P. Pasar - T. Amplas
23.18
22.74
23.05
Medan Bus 04
T. Amplas- P. Pasar
22.46
22.16
21.42
Medan Bus 46
T. Amplas - P. Pasar
21.26
21.40
21.18
Medan Bus 46
T. Amplas - P. Pasar
20.64
20.48
19.26
KPUM 03
P. Pasar - T. Amplas
23.64
23.63
22.86
KPUM 03
T. Amplas - P. Pasar
22.54
22.58
21.98
Tabel 3:Tundaan (delay)
No. Trayek
Rute
Tundaan (menit) Pagi hari
Siang Hari
Sore Hari
Medan Bus 04
P. Pasar - T. Amplas
7.10
6.93
8.63
Medan Bus 04
T. Amplas - P. Pasar
6.30
5.72
5.72
Medan Bus 46
T. Amplas- P. Pasar
5.15
5.73
5.08
Medan Bus 46
T. Amplas -P. Pasar
5.68
5.00
5.38
KPUM 03
P. Pasar - T. Amplas
5.70
5.37
5.22
KPUM 03
T. Amplas - P. Pasar
5.97
5.15
6.13
Tabel 4: Waktu tempuh perjalanan (travel time)
No. Trayek
46
Rute
Waktu perjalanan rata-rata (menit) Pagi hari
Siang Hari
Sore Hari
Medan Bus 04
P. Pasar - T. Amplas
34.33
34.68
36.02
Medan Bus 04
T. Amplas - P. Pasar
33.82
33.60
34.57
Medan Bus 46
T. Amplas- P. Pasar
29.87
30.28
29.90
Medan Bus 46
T. Amplas -P. Pasar
30.87
30.37
32.37
KPUM 03
P. Pasar - T. Amplas
26.82
26.48
27.05
KPUM 03
T. Amplas - P. Pasar
28.92
29.67
29.67
Analisis Waktu Tempuh Angkutan Perkotaan Terminal Amplas-Terminal Sambu di Kota Medan Faizal Ezeddin
7. KESIMPULAN • Kecepatan perjalanan rata-rata untuk rute dari Pusat Pasar ke terminal Amplas adalah 17.76 km/jam, sedangkan untuk rute dari terminal Amplas ke Pusat Pasar adalah 18.06 km/jam. Angka tersebut jauh lebih rendah dari satu angka yang diharapkan dalam kecepatan perjalanan minimum di daerah perkotaan yaitu 29 km/jam • Berdasarkan hasil tersebut maka kondisi jalan untuk rute Pusat pasar - Terminal Amplas dan sebaliknya berada pada tingkat pelayanan (LOS) E dengan kecepatan rata-rata > 16 km/jam. • Dengan kecepatan perjalanan yang sangat rendah menunjukkan bahwa tujuan penelitian dalam tugas akhir ini masih belum terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Box, Paul, C, Oppenlader, Josseph, C. 1976. Manual of Traffic Engineering Studies, Institute of Transportation Engineers, London
Clarkson, H, Oglesby, R, Hicks, G. 1988. Teknik Jalan Raya Edisi ke-4, Erlangga, Jakarta
Hobbs, F.D. 1979. Traffic Planning and Engineering, Pergamon Press, Oxford Lubis, M. A. 1998. Penelitian Kecepatan dan Tundaan Angkutan Umum moda Mikrobis di Kotamadya Medan, Tugas Akhir, Tidak dipubliksikan, Fakultas Teknik Jurusan Sipil USU Morlock, K. E. 1985. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Transportasi Research Board, 1985. Highway capacity Manual National Research Council, Washington D.C Warpani, Suwardjoko, 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung Wells, G. R. 1975. Comprehensive Transport Planning, Charles Griffin and Company Ltd, London
47