Achmad Suntoro
ISSN 0216 - 3128
67
ANALISIS WAKTU IRADIASI TERSINGKAT PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOPTM Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN
[email protected]
ABSTRAK ANALISIS WAKTU IRADIASI TERSINGKAT PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMA IZOTOPTM. Analisis waktu tersingkat keberadaan sebuah obyek di ruang iradiasi dalam proses iradiasi pada desain iradiator gamma IzotopTM yang akan dibangun PRFN-BATAN telah dilakukan. Analisis dilakukan dari keluar/masuk dan pola gerak obyek di ruang iradiasi dengan memilih aliran gerak obyek yang dapat menghasilkan waktu tersingkat tersebut. Analisis bertujuan untuk mengetahui waktu tersingkat tersebut atas dua kemungkinan lokasi dalam desain untuk keluar/masuk obyek di ruang iradiasi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk optimasi dalam menentukan opsi-opsi desain yang ditawarkan, dan dalam makalah ini adalah opsi posisi pintu keluar/masuk obyek yang akan di iradiasi di ruang iradiasi. Kata kunci : pola-gerak, waktu-iradiasi, lokasi-pintu-ruang-iradiasi, iradiator-gamma.
ABSTRACT A SHORTEST IRRADIATION TIME ANALYSIS ON THE GAMMA IRRADIATOR FACILITY OF THE IZOTOPTM. An analysis of the shortest time the existence of an object in the radiation room during a radiation process on the design of the gamma irradiator facility of the IzotopTM that will be constructed by PRFN-BATAN has been done. The analysis has been performed based on the exit/entry and movement patterns of objects in the irradiation room by selecting the flow motion of objects that can produce such a shortest time. The analysis aim is to determine such a shortest time from the two possible location designs for the exit/entrance in the irradiation room. The results of this analysis can be used for optimization in determining the design options offered, and in this paper the option is the position of the exit/entry of the object to be irradiated in the irradiation room. Keywords : object-movement-pattern, irradiation- time, irradiation-room-gate-location, gamma-irradiator.
PENDAHULUAN usat Rekayasa Fasilitas Nuklir – BATAN (PRFN-BATAN) berencana akan membangun sebuah fasilitas iradiator gamma untuk pengawetan bahan pangan. Desain fasilitas tersebut mengacu pada fasilitas iradiator IzotopTM dari Hongaria[1], dan PRFN-BATAN diberi kebebasan membangun desain tersebut menggunakan komponen lokal kecuali pada bagian instrumentasi dan keselamatan radiasinya. Obyek yang akan diiradiasi ditempatkan pada kerangka dua tingkat seperti ditunjukkan pada Gambar 1.a, dimana kerangka tidak terisi penuh oleh obyek untuk kejelasan bentuk kerangka. Dalam operasinya, kerangka terisi penuh obyek sehingga dorongan piston dari sistem pneumatik dalam satu segmen gerak akan menggerakan semua obyek dalam segmen tersebut. Sistem pneumatik berada di luar tembok ruang iradiasi, yaitu ruang e pada Gambar 1.c, sehingga perangkat pneumatik tersebut terhalang dari radiasi gamma langsung yang bisa memperpendek umur pakainya. Kondisi ini merupakan keunggulan, jika
P
dibandingkan dengan instalasi iradiator dengan sistem penggerak obyek gantung, karena perangkat gantung akan terkena langsung radiasi gamma[2, 3], sehingga memerlukan pola perawatan pencegahan yang intensip untuk memperpanjang umur pakai nya. Dosis serap radiasi suatu bahan di dalam ruang iradiasi ditentukan oleh laju dosis radiasi di ruang tersebut. Untuk sumber radiasi berbentuk titik, sebagai pendekatan, laju dosis di ruang tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan berikut[4]: Dose = Γ f
N
A
∑ r 2i
Rad/jam
(1)
i=1 i
dimana:
Γ :
faktor gamma yang besarnya 1.3 untuk sumber Co-60. f : faktor konversi dari paparan ke dosis (tergantung jenis obyek). Ai : aktifitas sumber pada lokasi i dalam Curie. ri : jarak titik sumber ke obyek dalam meter.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015
68
ISSN 0216 - 3128
Achmad Suntoro
Gambar 1. Desain dasar instalasi iradiator dari IzotopTM (Hongaria)[1].
Satu Rad adalah radiasi yang menyebabkan 1 gram obyek menyerap energy sebesar 100 erg. Pers. (1) adalah dosis radiasi yang diserap suatu obyek untuk setiap jam. Oleh karena itu dosis radiasi yang diterima oleh benda tergantung pada jarak benda ke sumber radioaktif, waktu berada didekat sumber radioaktif, dan nilai aktifitas sumber radioaktif tersebut (jarak, waktu, dan nilai aktifitas). Untuk mendapatkan dosis radiasi yang diinginkan pada suatu benda yang di radiasi, pengaturan tiga variabel tersebut dilakukan. Pada instalasi iradiator IzotopTM ini, jarak obyek yang akan diradiasi berubah-ubah relatip homogen untuk semua obyek yang bergerak dalam lintasan, dan nilai aktifitas sumber dibuat tetap untuk suatu operasi iradiasi, sehingga dosis radiasi yang diterima obyek yang diiradiasi praktis dapat dikendalikan melalui waktu keberadaan obyek di ruang iradiasi.
Selain hal itu, untuk distribusi paparan radiasi di ruang iradiasi dengan bentuk pada Gambar 1.c, secara teoritis paparan dosis yang dominan untuk proses iradiasi terletak di sekitar sumber radiasi[5]. Kondisi ini digunakan sebagai pendekatan dalam desain untuk menentukan dosis radiasi yang akan diserap suatu obyek dalam proses iradiasi yang berjalan. Untuk instalasi iradiator pengawet pangan, dosis serap radiasi yang diperlukan relatip rendah sehingga waktu iradiasi nya relatip singkat. Oleh karena itu, waktu tersingkat suatu obyek berada di ruang iradiasi menjadi batasan suatu instalasi iradiator yang perlu diketahui, karena menjadi batas minimum dosis serap obyek yang dapat diberikan oleh instalasi iradiator tersebut. Untuk obyek yang memerlukan dosis radiasi tinggi dapat dilakukan dengan memberi waktu tunda (delay) pada pola gerak obyek di ruang iradiasi tersebut.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015
Achmad Suntoro
ISSN 0216 - 3128
Dalam makalah ini, waktu tersingkat keberadaan sebuah obyek di ruang iradiasi akan dianalisis. Persamaan matematik penentu waktu tersebut akan digunakan sebagai optimasi dalam pemilihan opsi desain dari instalasi iradiator IzotopTM yang akan dibangun oleh PRFN-BATAN. Selain itu pola pengendalian gerak obyek di ruang iradiasi dapat dipilih sedemikian rupa untuk tujuan tertentu menggunakan referensi hasil analisis ini. Hasil analisis ini juga akan digunakan sebagai pembanding desain instalasi iradiator dari IzotopTM yang nanti akan diperoleh PRFN-BATAN untuk proses konstruksi.
69
hasil (output) prosesnya, dan sistem lingkar terbuka tidak menggunakan umpan balik tersebut. Stabilitas sebuah sistem lingkar tertutup akan lebih baik dari pada sistem lingkar terbuka terhadap gangguan operasional proses. Selain itu dengan menggunakan sistem lingkar tertutup, sistem keselamatan warning-system dan fail-safe-design dapat dijalankan bersinergi menggunakan variabel proses yang tersedia. Konsep keselamatan fail-safedesign adalah menghentikan proses yang sedang berjalan jika terjadi kegagalan, dan mengalihkan status proses pada kondisi status yang aman[7].
TATA KERJA TEORI Penjadwalan adalah hal yang utama dalam sebuah perencanaan proses. Variabel waktu dan urutan proses yang diperlukan pada sebuah proses harus dapat diprediksi nilainya. Sehingga kerja keseluruhan proses dapat diprediksi kapan akan berakhir dengan benar. Gantt chart adalah sebuah skematik yang biasa digunakan untuk penjadwalan sebuah kegiatan yang memiliki lebih dari satu proses dan urutan proses yang bisa berbeda-beda. Sebuah proses pada Gantt chart digambarkan menggunakan sebuah lingkaran yang dibagi dua oleh diameternya secara vertikal[6]. Belahan lingkaran kiri digunakan untuk label/nama proses, dan kanan untuk waktu yang diperlukan menjalankan proses tersebut. Penempatan lingkaran proses disesuaikan dengan urutannya dalam proses secara menyeluruh. Tanda panah merupakan penunjukkan sebuah proses untuk dimulai bekerja dan juga sebagai arah kemana sebuah proses harus berjalan selanjutnya. Secara grafis Gantt chart bisa juga digambarkan dalam bentuk diagram waktu yang biasa digunakan dalam proses desain teknik digital.
Obyek yang akan diiradiasi dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang disebut tote. Gerakan tote dari lokasi bongkar-muat hingga pintu masuk ruang iradiasi (lihat Gambar 1.c) menggunakan rantai penarik yang dihubungkan ke motor listrik. Di ruang iradiasi tote disusun dalam kerangka gerak dua tingkat mengitari sumber radiasi (lihat Gambar 1.a). Gerakan tote di ruang iradiasi dilakukan menggunakan sistem pneumatik dari balik dinding ruang iradiasi. Aliran gerak tote tersebut secara menyeluruh ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Aliran gerak tote.
Gambar 2. Sebuah proses dalam Gantt chart. Sebuah proses dapat merupakan bagian dari proses lain yang lebih besar. Proses itu sendiri merupakan sebuah sistem, dan sebuah sistem dapat berbentuk sistem lingkar tertutup (closed loop system) dan sistem lingkar terbuka (open loop system). Perbedaan utama kedua sistem tersebut adalah keberadaan umpan balik (feed back). Sistem lingkar tertutup menggunakan variabel umpan balik selain variabel masukan (input) dalam menentukan
Aliran gerak tote pada Gambar 3 dibagi menjadi 16 segmen gerak. Dua segmen gerak berada di luar ruang iradiasi, dan 14 segmen gerak berada di dalam ruang iradiasi. Sebuah tote boleh keluar dari ruang iradiasi jika telah menjalani secara lengkap 14 segmen gerak tersebut (mengelilingi sumber radiasi), dan sebuah tote diperbolehkan masuk ke ruang iradiasi jika telah ada tote yang keluar dari ruang iradiasi sehingga perlu penggantian. Setiap tote di ruang iradiasi akan bertindak sebagai alat transmisi gerakan di ruang iradiasi dalam segmen gerak. Gambar 4 memperlihatkan proses gerakan tote pada salah satu segmen gerak di ruang iradiasi. Tote1 bergerak karena didorong oleh piston sistem pneumatik dari balik dinding ruang iradiasi. Tote-1
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015
70
ISSN 0216 - 3128
tersebut menyebabkan tote di depannya bergerak semua sehingga tote-n sampai pada posisi-Y. Sesampainya tote-n di posisi-Y, umpan balik (feed back) akan dikirim kepada sistem pengendali untuk menggerakkan segmen gerak berikutnya. Dengan pola gerak per-segmen ini, sebuah tote dapat bergerak dari pintu masuk di ruang iradiasi mengikuti rute hingga sampai ke pintu tersebut lagi untuk menuju keluar ruang iradiasi.
Achmad Suntoro
dan level NOL pada B akan menghentikan gerakan piston masuk ke dalam. Untuk mengetahui posisi piston digunakan sinyal logik dari terminal C. Sinyal logik terminal C yang bernilai SATU akan menjadi NOL jika piston telah menyentuh posisi maksimum luar dan selanjutnya akan tetap NOL selama piston belum menyentuh posisi maksimum dalam. Sinyal logik terminal C yang bernilai NOL akan menjadi SATU jika piston telah menyentuh posisi maksimum dalam dan selanjutnya akan tetap SATU selama belum menyentuh posisi maksimum luar. Sinyal logik terminal C ini serupa dengan sebuah T-Flip-flop pada komponen digital dengan sinyal toggle nya adalah posisi maksimum luar dan maksimum dalam dari piston. Dalam operasi pengendalian sistem pneumatik tersebut, harus dibuatkan sistem proteksi agar tidak terjadi perintah yang kontradiktif, yaitu terminal A dan B mendapat logik SATU semuanya. Sistem programming PLC yang dipakai untuk pengendalian tersebut akan dapat mencegah kondisi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Segmen gerak tote di ruang iradiasi. Piston sistem pneumatik pada Gambar 4 dikendalikan melalui tiga terminal listrik (A, B, C) dengan pola biner. Terminal A & B berupa masukan (input) untuk maju atau mundur, dan terminal C berupa luaran (output) untuk menunjukkan status dari sistem pneumatik piston tersebut. Level SATU pada A akan menggerakkan piston keluar dari tempatnya (mendorong tote) dengan pola gaya dorong yang meningkat secara linier hingga gaya dorong masksimumnya. Kondisi gerakan piston ini harus diciptakan agar tidak terjadi hentakan (transient) gaya yang bisa merusak dinding tote. Ketika level NOL diberikan pada A, maka seketika itu juga gaya dorong piston hilang dan piston berhenti pada posisi terakhir tersebut. Level SATU pada B akan menggerakkan piston masuk ke dalam,
Dari desain instalasi iradiator izotopTM yang diberikan dalam workshop[1], penulis berpendapat ada dua kemungkinan lokasi pintu tote di ruang iradiasi. Pintu di sudut dan tidak di sudut kerangka gerak (lihat Gambar 5.a dan 5.b). Dua kemungkinan tersebut dianalisis keterkaitannya dengan waktu tersingkat keberadaan sebuah tote di ruang iradiasi. Analisis dilakukan menggunakan pola gerak tote yang dipilih dan merupakan kemungkinan gerakan tote pada iradiator IzotopTM tersebut. Di ruang iradiasi ada 14 segmen gerak menggunakan piston pneumatik (P1 s/d P14), dan 2 segmen gerak di luar ruang iradiasi menggunakan motor listrik (L1 dan L2). Sesungguhnya tidak ada informasi segmen gerak dan lokasi pintu tersebut pada desain iradiator IzotopTM yang dipublikasikan. Pola segmen gerak dalam makalah ini adalah kreasi desain penulis dengan melihat kemungkinan gerak keluar masuk nya tote di ruang iradiasi serta formasi kerangka tempat gerak tote pada Gambar 1. Gantt chart Gambar 5.c dan 5.d serta diagram waktu tiap segmen gerak Gambar 5.e dan 5.f dibuat sehingga proses gerakan tote secara menyeluruh dapat terlihat. Banyak kemungkinan pola gerak yang dapat dibuat, dan Gambar 5 adalah salah satu dari kemungkinan tersebut yang dipilih untuk mendapatkan waktu tersingkat yang diinginkan.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015
Achmad Suntoro
ISSN 0216 - 3128
a. Pintu masuk tote di sudut-kerangka (A).
71
b. Pintu masuk tote di sudut-kerangka (b).
c. Gantt Chart gerakan tote Gambar 5a.
d. Gantt Chart gerakan tote Gambar 5b.
e. Diagram waktu gerakan tote Gambar 5c.
f. Diagram waktu gerakan tote Gambar 5d.
Gambar 5. Konsep karakteristik gerakan tote pada instalasi iradiator IzotopTM (Hongaria). Jumlah tote di ruang iradiasi pada prinsipnya tergantung dari ukuran kerangka tempat gerak tote tersebut. Ketika beroperasi, kerangka tempat gerak tote tersebut harus terisi tote kecuali tempat-tempat tertentu seperti pada Gambar 5a dan 5b. Dengan pola
keterisian tote tersebut, beberapa tote dapat bergerak bersama secara tersegmentasi dengan memanfaatkan celah kekosongan tote tersebut secara sekuensial, dimana urutan segmen gerak sangat menentukan pada pola gerak secara menyeluruh.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015
72
ISSN 0216 - 3128
Ada 3 jenis segmen gerak pada Gambar 5, yaitu pertama segmen gerak tote masuk dan keluar ruang iradiasi dari jalur tunggu/simpangan tote. Gerakan ini memerlukan waktu pelaksanaan T0 karena kedua gerakan ini memilki panjang lintasan yang sama sehingga waktu pelaksanaan-nya juga sama. Kedua adalah segmen gerak tote mendatar di kerangka tempat gerak ruang iradiasi yang memerlukan waktu pelaksanaan Tx. Semua nilai pelaksanaan waktu gerak mendatar ini di tiap tote akan sama karena dimensi dari tote semuanya sama (balok dengan alas bujur-sangkar). Ketiga adalah segmen gerak tote vertikal di kerangka tempat gerak di ruang iradiasi dengan waktu pelaksanaan gerak Ty, yaitu gerakan perpindahan tote dari tingkat bawah ke atas dan sebaliknya di kerangka tempat gerak. Waktu pelaksanaan gerak juga dibuat sama karena memiliki panjang lintasan yang sama. Waktu pelaksanaan segmen gerak L1 dan L2 merupakan segmen terpanjang dari seluruh segmen gerak, sehingga dua segmen tersebut harus menjadi segmen penentu. Dari pola gerak di Gambar 5a dan 5b terlihat bahwa tidak mungkin kedua segmen L1 & L2 dikerjakan dalam waktu yang bersamaan untuk tujuan mempercepat waktu, karena memiliki lintasan gerak yang sama tetapi arah geraknya berbeda. Segmen P3 dan P6 adalah segmen gerak persiapan di ruang iradiasi agar tote dari dan ke L1 atau L2 dapat secara efektif bergantian dalam bekerja pada Gambar 5a. Jeda pergantian gerak pada segmen gerak L1 dan L2 harus dibuat secepat mungkin agar keberadaan tote di ruang iradiasi menjadi singkat, karena kedua segmen tersebut merupakan jalur masuk dan keluarnya tote di ruang iradiasi. Segmen gerak P6 pada Gambar 5b dapat dibuat tidak ikut dalam persiapan yang menentukan kecepatan jeda antara gerak L1 & L2 tersebut, yaitu dengan mengatur gerak pada L1 dan P6 serentak awal geraknya. Sehingga pola gerak pada Gambar 5b hanya P3 yang menentukan kecepatan jeda tersebut. Dari batasan tersebut, dapat dipilih rangkaian segmen gerak penentu waktu tersingkat sebuah tote berada di ruang iradiasi, yaitu segmen gerak tote keluar-masuk ruang iradiasi dari luar ruang iradiasi dan segmen gerak keluar-masuk ruang iradiasi dari dalam ruang iradiasi. Segmen gerak penentu tersebut adalah gerakan pada segmen L1, L2, P3, dan P6 untuk desain kerangka pada Gambar 5a serta gerakan pada segmen L1, L2, dan P3 untuk desain kerangka Gambar 5b. Aliran segmen gerak tersebut ditandai dengan garis tebal pada Gantt chart di Gambar 5a dan 5b. Gerakan penentu tersebut merupakan gerakan satu siklus dengan waktu pelaksanaan Ts, seperti ditunjukkan pada Gambar 5c untuk gerakan tote Gambar 5a dan Gambar 5d untuk gerakan tote Gambar 5b. Secara menyeluruh, waktu keberadaan sebuah tote di ruang iradiasi tergantung oleh waktu antrian
Achmad Suntoro
tote di ruang iradiasi, yaitu dari posisi saat memasuki ruang iradiasi hingga ke pintu untuk keluar ruang iradiasi pada pintu yang sama. Waktu antrian ditentukan oleh panjang antrian atau jumlah tote di ruang iradiasi. Waktu pergeseran sebuat tote dari posisi semula menuju posisi berikutnya dalam antrian di ruang iradiasi adalah waktu satu siklus. Sehingga dapat diturunkan persamaan matematik waktu tersingkat sebuah tote berada di ruang iradiasi adalah waktu siklus dikalikan dengan jumlah tote di ruang iradiasi, sebagai berikut: untuk Gambar 5.a.: (2) Ti a = (2T0 + T x + Ty ) n untuk Gambar 5.b.: Ti b = (2T0 + T x ) n
(3)
dimana: Tia : Waktu iradiasi tersingkat untuk Gambar 5.a. Tib : Waktu iradiasi tersingkat untuk Gambar 5.b. T0 : Waktu gerak tote masuk/keluar ruang iradiasi dari jalur tunggu/simpangan. Tx : Waktu gerak tote horizontal di ruang iradiasi. Ty : Waktu gerak tote vertikal di ruang iradiasi. n : Jumlah tote di ruang iradiasi dalam operasi. Dari Pers. (2) dan (3) dapat diketahui bahwa waktu iradiasi tercepat dari desain fasilitas iradiator gamma IzotopTM ditentukan juga oleh posisi pintu masuk/keluar tote di ruang iradiasi. Jika fasilitas iradiator akan digunakan untuk proses iradiasi yang memerlukan dosis radiasi besar, posisi pintu tersebut tidak terlalu menjadi pertimbangan. Bisa dikalahkan dengan pertimbangan secara ekonomi atau secara kemudahan konstruksi mekaniknya. Pemilihan opsi pintu dapat dilihat dari sudut pandang tersebut, tetapi jika fasilitas iradiator tersebut digunakan untuk obyek yang memerlukan dosis radiasi rendah maka opsi Gambar 5.b lebih baik untuk dipilih. Pada instalasi iradiator gamma IzotopTM dengan lokasi pintu di sudut kerangka tempat gerak, waktu keberadaan sebuah tote di ruang iradiasi ketika proses iradiasi berlangsung akan lebih lambat sebanyak waktu perpindahan tote secara vertikal dikalikan dengan jumlah tote yang digunakan dalam proses iradiasi. Sebagai contoh untuk jumlah tote dalam operasi iradiasi sebanyak 72 tote dan waktu gerak vertikal tote 10 detik, maka perbedaan waktu tersingkat untuk kedua posisi pintu tersebut adalah 12 menit. Awal gerak tiap segmen gerak selain segmen gerak penentu (garis tebal pada Gant chart) dapat dilakukan bebas di antara interval waktu satu siklus Ts. Artinya komposisi gerak selain segmen gerak penentu dapat ditentukan bebas dalam interval waktu satu siklus. Komposisi gerak tersebut didesain agar jumlah tote yang bergerak bersama-sama minimum
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015
Achmad Suntoro
ISSN 0216 - 3128
sehingga sistem pneumatik tidak terlalu besar dalam menyediakan tekanan udara atau dipilih untuk kemudahan dalam pengedalian gerak tote atau pilihan lainnya. Gantt chart dan diagram waktu pada Gambar 5 adalah contoh pilihan untuk mendapatkan waktu gerak segmen yang minimum. Dari panjang lintasan gerak pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa T0 > 4Tx dan Tx ≈ Ty, oleh karena itu pola gerak dengan 4 deretan segmen gerak di dalam ruang iradiasi tidak akan mengganggu siklus minimum yang dipilih. Namun demikian, terlihat sistem pneumatik harus bekerja dengan energi dorong total yang tidak merata selama dalam satu siklus tersebut karena distribusi gerakan tote dalam interval satu iklus tidak merata. Segmen gerak di luar segmen gerak penentu bersifat pilihan yang dapat dioptimasikan untuk keperluan tertentu.
KESIMPULAN Waktu tersingkat sebuah tote berada di ruang iradiasi ketika proses iradiasi berlangsung pada desain fasilitas iradiator gamma IzotopTM yang akan dibangun oleh PRFN-BATAN dapat diketahui. Persamaan matematik waktu tersingkat tersebut diturunkan dari pola gerak masuk/keluar tote di ruang iradiasi. Parameter operasi iradiator (waktu pergeseran tote di luar dan di dalam ruang iradiasi), dimensi fasilitas iradiator (jumlah tote yang harus disediakan di ruang iradiasi ketika proses iradiasi berlangsung), dan lokasi pintu masuk/keluar tote di ruang iradiasi menentukan waktu tersingkat tersebut. Hasil analisis ini dapat dipakai sebagai dasar pemilihan opsi desain jika waktu tersingkat di ruang iradiasi diperlukan. Selain itu dapat juga dipakai sebagai pembanding atau evaluasi dari desain yang ditawarkan oleh IzotopTM.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis sangat berterima kasih kepada saudara Demon Handoyo, Joko Triyanto, Dian Fitri Atmoko, dan Donny Nurmayadi dari group Instrumentasi dan Kendali Proyek Rancangan Iradiator Gamma-PRFN BATAN atas bantuan teknisnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Tamas P Dan Lazlo F., Servo Multi-purpose Totebox type Gamma Irradiation Facility, Workshop on The Design of Gamma Irradiation, Institute of Isotopes Co. Ltd., Tangerang, April 1-3., p. 8-21, 2014. 2. Suntoro A., Rancangan Pengendalian Gerak Carrier Pada Iradiator Gamma IR-200K, Jurnal Perangkat Nuklir, Vol. 7., No. 2. p.51-60, 2013.
73
3. Suntoro A., Penentuan Jarak Minimum antar Carrier yang Berurutan di Lintasan Gerak pada Iradiator Gamma IR-200K, Jurnal Perangkat Nuklir, Vol. 8, No1., p.11-20, 2014. 4. Dinallo, A M, et.al., Dosimetry in Radiography Vol.1, Proceedings of an International Symposium on Dosimetry in Radioterapy, IAEA., Vienna., 1998. 5. Pudjijanto MS., Analisis Laju Dosis Radiasi dan Desain Tebal Dinding/Atap Beton Instalasi Fasilitas Iradiator Gamma BATAN Dengan Sumber Cobalt-60 Beraktifitas Total 500 KCi, Laporan Teknis Block-Grant Diknas 2009., PRPN-BATAN. 2009. 6. Quin MJ., Parallel Computing., Second Edition., McGraw-Hill, Inc., Singapore, p. 145, 1994. 7. NASA., Safety Standard For Hydrogen and Hydrogen System, Office of Safety and Mission Assurance, Washington DC., 1997.
TANYA JAWAB Gede S.W. − Apa dasar desain sehingga perlu dibuat 2 level untuk desain fasilitas iradiasi terkait uniform dosis. Achmad Suntoro − Ini desain dari pihak IzotopeTM. Tapi dapat dipahami bahwa ukuran/dimensi sumber secara menyeluruh cukup besar, dimana tinggi sumber mendekati dua kali tinggi obyek yang akan diiradiasi. Oleh karena itu desain dua tingkat level dapat diterima untuk mengatasi dimensi sumber agar penggunaan radiasi menjadi efisien. Bambang Siswanto − Sumber irradiator/window iradiatornya pada posisi vertikal/horizontal. − Kalau benda yang diiradiasi tidak diputar bagaimana terhadap homogenitas iradiasinya. Achmad Suntoro − Bentuk sumber radiasi secara menyeluruh berbentuk papan yang disusun dari sumber batang (pensil). Obyek yang akan diiradiasi berada bergerak mengelilingi sumber tersebut, dengan gerakan koordinat X, Y, Z, tidak ada/tidak mungkin gerakan melingkar dari sumbu koordinat. − Meskipun tidak ada gerak putar, karena pola geraknya kotinyu, maka distribusi dosis radiasi yang diterima obyek selama di ruang iradiasi relative homogeny.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator ‐ BATAN Yogyakarta, 9 ‐ 10 Juni 2015