ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DI INDONESIA PADA SAAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL DAN SETELAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL (2008-2013)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh: DINI HALIMAH TUTSAADIYAH NIM. 1111015000048
JURUSAN PENDIDIKAN IPS FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK Dini Halimah Tutsa’adiyah (1111015000048). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global.Skripsi (2008-2013), Jakarta: Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Januari 2015. Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank syariah yang di ada di indoensia ketia krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Dalam penelitian ini metode penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan yaitu Metode CAMELS. Metode CAMELS yaitu menilai kesehatan bank dari faktor Permodalan (Capital), Aset (Asset), Manajemen (Managaent), Rentabilitas(Earning), Likuiditas (liquidity), dan risiko terhadap Pasar (Market to Risk). Dalam Penelitian ini faktor CAMELS yang digunakan hanya dilihat dari faktor Keuangan/financial nya saja. Sedangkan untuk faktor Manajemen dan market to risk tidak di gunakan karena kedua faktor tersebut termasuk dalam kualitatif yaitu penilaian uraian. Populasi penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesoa periode tahun 2008-2013. Penarikan sampel dengan purposive sapling yaitu 4 bank umum syariah yang masing-masing diteliti selama 6 tahun. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif. Dan sumber data yang digunakan yaitu data sekunder dari laporan keuangan publikasi bank umum syariah kepada Bank Indonesia yang sudah diaudit. Hasil penelitian yang di lakukan peneliti menunjukan bahwa tingkat kesehatan bank syariah aitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muammalat Indoneisa (BMI), Bank Mega Syariah (BMS) dan Bank Bukopin Syariah (BSM) menunjukan tidak ada perbedaan tingkat kesehatan bank-bank tersebut ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Hal ini dilihat dari hasil penilaian tingkat kesehatan yang di miliki asing-asing bank selama 6 tahun perhitungan menunjukan kondisi yang sehat dan sangat sehat disetiap tahunnya. Dan masingasing faktor penilaian berada pada peringkat 1 dan 3. Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Bank Syariah, Krisis Keuangan Global, Analisis CAMELS
i
ABSTRACT Dini Halimah Tutsa'adiyah ( 1111015000048 ) . Analysis of Islamic Banks in Indonesia when the Global Financial Crisis and After the Financial Crisis Global.Skripsi (2008-2013) , Jakarta: Department of the Faculty of Social Science Education and Teaching Tarbiah , Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta . January 2015 . This study aims to determine the level of health in existing Islamic banks in indonesia ketia global financial crisis and after the global financial crisis . In this study bank rating method used is the method CAMELS . CAMELS method of assessing the health of the banks of factors Capital ( Capital ) , assets ( Asset ) , Management ( Managaent ) , Profitability ( Earnings ) , liquidity (liquidity ) , and the risks to the Market ( Market to Risk ) . In this study CAMELS factor used only seen from a factor of Finance / Financial its course . As for the management and market factors to risk not in use because of two factors included in the description of qualitative assessment . The population of this study are listed Islamic Banks in Bank Indonesoa period 2008-2013 . Purposive sampling with sapling that is 4 Islamic banks were each studied for 6 years . This type of research used in this research is descriptive analysis . And sources of data used are secondary data from published financial statements of Islamic banks to Bank Indonesia, which has been audited . The results of the research will be undertaken researchers showed that the level of health of Islamic banks aitu Bank Syariah Mandiri ( BSM ) , Bank Muammalat Indoneisa ( BMI ) , Bank ( BMS ) and Bukopin Sharia ( BSM ) showed no difference in the level of health of these banks when the global financial crisis and after the global financial crisis . It is seen from the results of the rating of the foreign - owned foreign bank for 6 years Calculation shows a healthy condition and very healthy in every year . And each foreign - assessment factors are ranked 1 and 3 . Keywords : Islamic Bank Soundness , Global Financial Crisis , Analysis CAMELS
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulilah wa syukurilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dzat yang maha sempurna dan berilmu. Ungkapan sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasullah SAW insane paling mulia yang telah menghabiskan waktu untuk menuntun umat pengikutnya kearah kesempatan hidup. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya sehingga tampa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan baik. Karena itulah sepatutna di ucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama penulis tunjukan kepada yang terhormat : 1.
Dra. Nurlela Rifa’I, MA, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr.Iwan Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidkan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya atas watu yang diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebaikan dibalas dengan berlipat ganda.
4.
Annisa Windarti, M.Sc., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya atas watu yang diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebaikan dibalas dengan berlipat ganda.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Khususnya Jurusan Pendidikan IPS yang dengan ikhlas menyumbangkan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang diterima dapat enjadi bekal bagi penulis. iii
6.
Keluargaku tercinta, Ayahanda (Endang Sukmayadi) dan Ibunda (Entin Suntinah) ang senantiasa mengiringi langkahku dengan doa. Hanya Allah yang sanggup membalas semua pengorbanan kalian di surgeNya kelak.
7.
Kaka-kaka (Ira aditami dan Dina Halimah Tutsaadiyah, S.E) dan adik-adik ku ( Siti Humairah, Isti anggraini, dan Khairunisa) tersayang teriakasih atas dorongan baik materil, moril dan spiritual, serta doa dan kasih saying yang tiada tara, dengan segenap cinta dan buktiku kupersebahkan karya kecilku untuk kalian orang-orang tercinta.
8.
sahabat-sahabat terbaikku Intan N Aini, Kiki Ulfa Lesmana, Atin Kurniatin, yang senantiasa menemani penulis dala susah maupun senang. Sukses untuk kita semua. Amin.
9.
Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, yang menjadi tepat menaung dan tempat menempa ilmu bagi penulis selama menuntut ilmu di kampus tercinta, terimakasih telah atas motivasi dan do’anya.
10.
Tean-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPS 2010 dan 2011, khusunya teman-teman
terbaiku
Chentaury
Galih
Kismareti,
Lilian
Paramitha,
Nurfadilah, Prizca Nufauziah, Gina Rosdianti, Cindy Fatika sari dan Desdeomona. Terimakasih atas doa dan dukunganya dan menjadi teman terbaik. Sukses untuk kita semua. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal saleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Kritik dan saran serta ide senantiasa penulis terima dengan suka cita. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita seua. Amiin, Sekian dan terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................ i ABSTRACK ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii DAFTAR ISI .............................................................................................................v DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1 B. . Identifikasi Masalah .........................................................................5 C. . Pembatasan Masalah ........................................................................6 D. Rumusan Masalah ............................................................................6 E. Tujuan Masalah .................................................................................6 F. Manfaat Penelitian .............................................................................7
BAB II
KAJIAN TEORI A. Perbankan Syariah .............................................................................8 1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ...................................8 2. Produk Bank Syariah ....................................................................9 3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ................13 B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................................. 16 1. Tingkat Kesehatan Bank .............................................................16 C. Krisis Keuangan Global ..................................................................25 1. Pengertian Krisis ..........................................................................25
v
2. Penyebab Krisis Keuangan Global .............................................25 3. Dampak Krisis Keuangan Global ...............................................29 D. Penelitian Terdahulu ........................................................................30 E. Kerangka Berfikir ............................................................................33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian .............................................................................36 B. Populasi dan Sampel.........................................................................36 1. Populasi........................................................................................36 2. Sampel .........................................................................................38 C. Jenis Penelitian ................................................................................39 D. Operasional Variable ........................................................................40 E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................41 F. Teknik Analisa Data ........................................................................41
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Profil Perusahaan ..............................................................................47 1. Profil PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk ..................................48 2. Profil PT. Bank Syariah Mandiri Tbk .........................................52 3. Profil PT. Bank Mega Syariah Tbk .............................................55 4. Profil PT. Bank Syariah Bukopin Tbk .........................................57 B. Analisis Tingkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB .................60 1. Capital ........................................................................................61 2. Asset .............................................................................................66 3. Earning .......................................................................................68 4. Liquidity ......................................................................................74 C. Penetapan Peringkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB ..........76
vi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................80 B. Saran ................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................82 LAMPIRAN ............................................................................................................84
vii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bnak Konvensional ........................................ 16 Tabel 2.2 Penilian Tingkat Kesehatan Bank Syariah ......................................................... 24 Tabel 2.3 Rasio Tingkat Kesehatan Bank Syariah Rasio CAMELS ................................. 24 Tabel 2.4 Peringkat Faktor Keuangan Rasio CAMELS .................................................... 25 Tabel 2.5 Penilitian Relevan ............................................................................................... 30 Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Sariah Populasi Penelitian ................................................. 37 Tabel 3.2 Penetapan Sampel Penelitian ............................................................................. 39 Tabel 3.3 Penghitungan Kriteria Penlialian dari Masing-Masing Aspek .......................... 46 Tabel 4.1 Hasil Penentuan Sampel ..................................................................................... 48 Tabel 4.2 Daftar Sapel Bank Syariah ................................................................................. 48 Tabel 4.3 Profil Perusahaan PT. Bank Muaalat Inodonesia Tbk ........................................ 49 Tabel 4.4 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri Tbk .............................................. 53 Tabel 4.5 Profil Perusahaan PT. Bank Mega Syariah Tbk ................................................ 55 Tabel 4.6 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................ 58 Tabel 4.7 Rasio CAR (Capital Adequarcy Ratio) BSM, BMI, BMS, BSB tahun2008 2013 ................................................................................................................... 61
viii
Tabel 4.8 Rasio KAP (Kualitas Aktifa Produktif) BSM, BMI, BMS dan BSB Tahun 2008 – 2013 ........................................................................................................ 66 Tabel 4.9 Rasio NOM (Net Operating Margin) BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun 2008 – 2013 ........................................................................................................ 68 Tabel 4.10 Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB tahun 2008 – 2013 ....................................................................................................... 74 Tabel 4.11 Peringkat Kesehatan BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun 2008 – 2013 ............. 77
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 34 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Muaalat Indonesia Tbk .......................................... 51 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Tbk .............................................. 54 Gambar 4.3 Struktur Organisasi Bank Mega Syariah Tbk ................................................. 56 Gambar 4.4 Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................. 59
x
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah Mandiri, Tbk.
2.
Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Muammat Syariah, Tbk.
3.
Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Mega Syariah, Tbk.
4.
Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah Bukopin, Tbk.
5.
Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.
6.
Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas PT. Bank Muammalat Indonesia, Tbk.
7.
Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas PT. Bank Mega Syariah, Tbk.
8.
Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk.
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kesehatan atau kondisi bank dan lembega keungan non-bank adalah faktor peting yang sangat terkait baik bagi pemilik bank, pengelola, (manajemen) bank, pengguna atau masyarakat pengguna bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank, dan pihak lainnya yang terkait dengan bank yang bersangkutan. Fungsi dari penilaian tingkat kesehatan bank dapat di gunakan oleh pihak-pihak terkait untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Untuk menilai kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan setiap periode dan dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank yaitu dikenal dengan analisis CAMELS1 Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 adalah hasil penilaian kualitatif atau aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui penilian kuantitatif terhadap
faktor-faktor
permodalan,
kualitas
aset,
rentabilitas,
likuiditas,
sensisitibilitas terhadap risiko pasar, dan penilaian kualitatif terhadap faktor 1
Kasmir. Pemasaran Bank.(Kencana, Jakarta.2005) hal 49.
1
2
manajemen. Tingkat kesehatan bank syariah merupakan kepetingan semua pihak yang terkait, termasuk Bank Indoneisa. Bagi bank syariah hasil penilaian tingkat kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi manajemn dalam menentukan kebijakan pengelolaan bank kedepan. Tingkat kesehatan keuangan bank adalah hasil kualitatif atas berbagi aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor Capital, Asset Quality, Manajement, Earning, dan likuidity yang disingkat CAMEL2. Penilaian tingkat kesehatan bank dan penilaian manajemen risiko dibedakan namun terdapat perpotongan antara keduanya. dalam penilaian tingkatan kesehatan bank telah memasukan risiko yang melekat pada aktifitas bank (inherent risk) yang merupakan bagian dari proses penilaian manajemn risiko3. Pada umumya bank dikenal sebgai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Ada dua macam jenis bank sesuai dengan prinsipnya, ada bank syariah dan ada bank konvensional. Kedua jenis bank memiliki fungsi yang sama. Namun perbedaanya hanya pada prinsip pelaksanaannya. Subjek penelitian yang akan dilaksanakan hanya pada Bank syariah. Pada perkembangannya bank syariah bisa dikatakan sangat pesat. Apalagi di masa kini, masyarakat lebih memilih bank syariah sebagai tempat menghimpun dananya. Ada banyak alasan sesorang memilih bank syariah, bisa dalam segi agama, keuntungan dan kemanannya. Terlebih bank syariah di Indonesa dari tahun-ketahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kemudian bermunculan bank-bank umum berprinsip syariah. Berdasarkan data Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2008 di perkirakan cukup baik. Industri bank syariah diperkirakan masih akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi 2004, volum usaha perbankan
2
Surat Edaran, Kepada bank Umum yang melaksanakan kegiaan usaha berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, prihal system peningkatan tingkat kesehtan bank umum berdasarkan prinsip syariah No.9/24/DPbs , Jakarta : Bank Indonesia 3 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta : UIN Jakarta Press 2013. Hal.88
3
syariah telah mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhanya yang terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6%, volum perbankan syariah di tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 24 triliun rupiah dengan volum tersebut diperkirakan industri perbankan syariah akan mencapai pangsa sebesar 1,8% dari industri perbankan Nasional di bandingkan sebesar 1,1% pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan volum usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana pembukaan unit usaha syariah yang baru dengan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai jumlah sekitar 20 triliun dengan jumlah pembayaran sekitar 21 triiun rupiah di akhir tahun 20054. Kemudian diterangkan pula pada surat kabar sindo5. Di jelaskan bahwa “ nilai-nilai ini telah membawa keuangan syariah global berkembang pesat dengan nilai sebesar USD 1,6 triliun serta pemikiran pertumbuhan pertahun mencapai 20%, ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di sela-sela acara Gerakan Ekonomi Syariah (Gres) dilapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Hal ini terlihat ketika bank syariah dapat bertahan di krisis keuangan di tahun 1997 maupun krisi keuangan tahun2008. Fakta memperlihatkan disaat banyaknya bank konvensional yang koleps ketika menghadapi krisis bank syariah justru menuai profit besar. Krisis
moneter yang terjadi pada tahun 1998 menjadi titik ukur
keberhasilan bank syariah di Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada tahun itu menyebabkan keterpurukan bagi bank konvensional dan banyak diantaranya yang mengalami likuidasi karena kegagalan sistem. Tidak hanya itu di tengah-tengah krisis keuangan global tahun 2008, lembaga keuangan Islam kembali membuktikan daya tahan terhadap krisis. Lembaga keungan syariah stabil dalam perkembangan dan dapat memberikan manfaat, kenyamanan serta kemanan bagi para pemegam saham, surat berharga, peminjam dan deposen di bank syariah. Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan Bank Syariah, dimana mampu melalui krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan kinerja yang semakin meningkat, bank Syariah 4
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2004, (Jakarta, Bank Indonesia. 2004), h. 8. 5 http://www.koran-sindo.com/node/345365
4
seperti Bank Muamalat bahkan mampu membukukan keuntungan lebih dar 300 miliar rupiah6. Dalam subjek ini, tidak akan membahas mengenai perkembangan dari bank syariah itu sendiri. Tapi yang akan dibahas dalam penelitian kali ini yaitu tingkat kesehatan bank syariah ketika krisis Global berlangsung dan setelah krisis Global. Karena pada masa itu banyak lembaga keuangan seperti bank mengalami likuidasi dan diberhentikan operasinya yang diakibatkan oleh krisis keuangan global tersebut. Analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu analisis CAMELS. Analisis ini merupakan peraturan atau ketetapan yang ditetapkan oleh bank indonesia dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang sisitem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah, dijelaskan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah menggunakan lima kelompok faktor, yaitu Capital, Aktiva Produktif, Manajement, Earning, dan Likuidity. Pada analisis CAMELS tersebut terdapat peringkat
yang telah ditetapkan oleh bank Indonesia. Bank Indoensia sudah
menetapkan Peringkat atau prosentase kinerja keuangan yang memenuhi persyaratan bank untuk dinyatakan sehat, serta tidak membahanyakan/ merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis CAMELS, diklasifikasikan sebagai aspek penilaian yang merupakan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan berfungsi dalam melihat tingkat kesehatan kuangan bank. Semakin besar sekala operasi bank dan semakain tinggi jumlah modal dari bank tersebut diharapkan pada kinerja operasinya semakin baik. Keberhasilan suatu usaha bank syarah dapat dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat. Untuk mengetahui keberhasilan keuangan bank syariah perlu diadakannya tingkat kesehatan bank syariah secara menyeluruh. Apalagi penelitian ini meneliti kondisi tingkat kesehatan bank syariah kala itu. Yang ditinjau adakah penngkatan atau perbedaan dalam dua periode tersebut. Dari penelitian tingkat kesehatan bank 6
Tatis. Joesron, “perkembangan perbankan syariah dan prospeknya d Indonesia” jurnal bisnis dan manajemen vol 1, 2009, h. 1.
5
syariah ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global dapat dijadikan evaluasi hal-hal
yang perlu dilakukan kedepan dan ketika hal-hal
tersebut terulang kembali. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai tingkat kesehatan keuangan Bank Syariah di Inonesia ketika krisis keuangan Global dan setelah krisis keuangan global. Dengan menggunakan analisis CAMELS ( capital, asset, management, earning, liquidity dan sensitive risk) namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis CAMELS dari segi kuantitatif atau keuanganya saja yaitu capital, asset, earning dan likuiditasnya saja. Sedangkan dari sisi kualitatif yaitu manajen dan sensitivity risk tidak akan di gunakan. Karena dalam menggunaan manajemen dan sensitivity risk yaitu menggunakan angket dan wawancara kepada bank-bank terkait atau menggunakan data primer. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing bank dan dalam 6 tahun perhitungan yaitu setelah krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Penelitian ini hanya menganalisis pada dua periode saat krisis dan 4 periode setelah krisis keuangan global saja. Sedangkan untuk sebelum krisis keuangan global tidak diteliti. hal ini disebebkan oleh ketersediaan data penelitian dan sampel dari bank syariah di Indonesia, yang mana pada tahun itu belum banyak bank syariah yang beroperasi di Indonesia. Untuk itu penulis mengambil judul “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global (2008-2013)”. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya bank dilikuidasi ketika krisis keuangan global. 2. Ketidakpercayaan nasabah ketika krisis keuangan global terhadap rentabilitas bank. 3. Asset bank tidak Produktif ketika krisis keuangan global.
6
4. Banyaknya bank yang tidak sehat saat krisis keuangan global dari sisi Capital (permodalan), Asset (kualitas asset), Manajemen Earning (rentabilitas), Liquidity (Likuiditas) dan sensitivity to market risk (sensitivitas atas resiko pasar). C. Pembatasan Masalah Dalam penelitiannya, penulis membatasi masalahnya hanya pada peningkatan kesehatan bank Syarih pada saat krisis dan setelah krisis keuangan global. Metode yang akan digunakan dalam perhitungan tingkat kesehatan bank yaitu dengan menggunakan metode CAMELS pada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang kesehatan bank umum berprinsip syariah. Dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS, peneliti hanya akan meneliti dari sisi rasio keuangannya saja yaitu dari sisi
rasio keuangan bank yaitu Rasio Permodalan (capital), kualitas Aset (Asset
Quality, Rentabilitas (Earning) dan
likuiditas (Likuidity). Sedangkan dari sisi
Manajemen ( Management) dan sensitivity to Market Risk tidak diikut sertakan. Perhitungan tingkat kesehatan bank yang peneliti teliti hanya pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di BI, menerbitkan Annual Report dari tahun 20082013¸melaporkan Publikasi Laporan Keuangan Bank ke BI. Dan perhitungan yang dilakukan peneliti hanya selama 6 periode yaitu dari tahun 2008-2013. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana penilaian tingkat kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia ketika krisis keuangan global dan sesudah krisis keuangan global (2008-2013)? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peniliaian tingkat kesehatan keuangan Perbankan Syariah saat krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global tahun 2008-2013
7
F. Manfaat Penelitian Penulis berharap informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak, diantaranya adalah: 1. Manfaat Untuk Penulis Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas tentang tingkat kesehatan Bank Syariah di Indonesiadan ketahanan Bank Syariah ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. 2. Manfaat Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan intelektual akademis dan merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan teori-teori yang telah dipelajari oleh penulis. Serta sebagai khazanah ilmu pengetahuan mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah di Inonesia. 3. Manfaat Bagi Institusi Perbankan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada Bank Indonesia sebgai intstitusi tertinggi untuk mengatur, mengawasi, dan menilai tingkat kesehatan bank umum Syariah sesuai dengan peraturan Bank Inodonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang tingkat kesehatan Bank Umum Syariah. Peneliti juga berharap, penelitian yang sudah diteliti dapat bermanfaat untuk institusi perbankan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan banknya agar terus dapat bertahan ditengah krisis ekonomi. 4. Masyarakat dan Investor Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap, agar penelitian ini beramanfaat untuk masyarakat dan para investor yang akan mengalokasikan dananya ke bank. Supaya mengalokasikan danya ke bank yang mempunyai predikat baik yang sehat sehingga tidak akan kecewa dan merugi nantinya.
BAB II KAJIAN TEORI
A. PERBANKAN SYARIAH 1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Berkembangnya bank-bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an. Diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, jawa Barat. Hasil lokakarya itu dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Syahid Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas MUI, di bentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konstitusi dengan semua pihak terkait. Bank Muammalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja keras tim perbankan MUI tersebut. Pada awal pendirian bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan Nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya di katagorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang
8
9
diperbolehkan. Hal ini tercermin sangat jelas dari UU No 7 Tahun 1992, di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil di uraikan hanya sepintas lalu merupakan sisipan belaka. Perkembangan Indonesia pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut di atur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan perhatian dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Banyak bank konvensional yang membagi cabangnya menjadi bank syariah. Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM berasal dari Bank sulila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan dilingkup bank Mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank syariah secar penuh. Sebagai salah satu bank yang di miliki oleh Bank Mandiri yang memiliki asset ratusan teriliun dan Networking yang sangat luas, BSM memiliki beberapa keunggulan komperatif dibidang pendahulunya.
Satu
perkembangan lain perkembangan bank syariah di Indonesia secara reformasi adalah diperkenalkannya konversional menjadi bank syariah.1 2. Produk Perbankan Syariah2 Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat di bagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Produk Penyaluran Dana, Produk Penghimpunan Dana, Produk Jasa a. Penyaluran Dana Dalam penyaluran dana prinsip-prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditunjukan untuk 1
Muhamad syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan praktisi keuangan (Jakarta Bank of Indonesia and Tazkia Institute,1999 2 Adiwarman A.Karim, Bank Islam : Analisis Fikih dan Keuangan. Raja Graindo Persada, 2007 .hal 97
10
mendapakan jasa. Prinsip bagi hasil di gunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapakan barang dan jasa sekaligus. Pada katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang di jual. Produk yang termasuk kepada kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti Murabahah, saham, dan istisna seperti produk yang menggunakan produk sewa, yaitu ijarah dan IMBT. Sedangkan pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank di tentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai degan prinsip-prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan di tentukan oleh nisbah bagi hasil yang di sepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah Musyarakah dan Mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad pelngkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip di atas. Kita akan membahas masing-masing produk ini dengan lebih rinci pada uraian berikut. b. Prinsip-prinsip jual beli (Ba’i) Prinsip jual beli dilaksanakan dengan sambungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property) tingkat keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Dalam kajian ini akan di bahas mengenai produk-produk bank syariah namun hanya produk yang menyakut dengan kajian dalam proposal ini. c. Pembiayaan murabahah Murabahah (al-bai’ tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah yang di berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntunagnnya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok di tambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual di cantumkan dalam akad jual beli dan jika telah telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu di
11
lakukan dengan pembayaran cicilan ( bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan. d. Pembiayaan Mudharabah Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam bentuk perbakan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal ( shahib almaal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan satu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib almaal dalam manajemn produk. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau selain salah satu diantara itu. Dalam mudharabahah, modal hanya berasal dari satu pihak sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua belah pihak. Musyarakah dan mudharabah dalam literature fiqih berbetuk perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak untuk melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan merusak ajaran isalm. Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. b) Hasil
dari
pengelolaan
modal
pembiayaan
mudharabah
diperhitungkan dengan cara: 1. Perhitungan dari pendapatan proyek atau revenue sharing 2. Perhitungan dari keuntungan proyek atau profit sharing
dapat
12
c) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. d) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. Jika nasabah cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi e. Pembiayaan musyarakah Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (Trading Assets) , kewiraswastaan ( Entrepreneurship), kepandaian (Skill), kepemilikan (Property), peralatan (Equipment), atau Intangible Asset (seperti hak paten atau Good Will), kepercayaan/ reputasi (Credit Worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkup seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel. Ketentuan umum pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: 1. Semua modal disatukan untuk menjadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan tindakan seperti: a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
13
b) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya c) Memberi pinjaman kepada pihak lain d) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila: menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap hokum 2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. 3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad setelah proyek selesai. Nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. 3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional3
Dalam beberapa hal, bank konvensional dengan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang di gunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebgaianya. Akan tetapi tedapat perbedaan yang amat sangat mendasar diantara keduannya. Perbedaan itu menyangkut asspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. 1. Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti4. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku
3
Muhamad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : dari Teori Keperaktek,Gema Insani, 2001. Hal,29 Ibid, hal 29
4
14
transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut: a. Rukun a) Penjual. b) Pembeli. c) Barang. d) Harga. e) Akad/ijab-qabul. b. Syarat. Seperti syarat berikut : a)
Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
b)
Harga barang dan jasa harus jelas.
c)
Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.
d)
Barang yang di transaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi Short Sale dalam pasar modal.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan dan perselisiahan antara bank dan nasabahnya, kedua belah
pihak
tidak
menyelsesikannya
di
pengadilan
negeri,
tetapi
penyeselainnya sesuai dengan tata cara dan hukum materi syariah. Lambega yang mengatur hukum materi dan atau bersasarkan prinsip syariah di indonesia dikenal dengan nama badan Abritase Muamallah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. 3. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensioanl,misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yangamat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan
15
adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi oprasioanal bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas syariah biasanya diletakan pada posisi setigkat komisaris pada setiap bank. Hal ini menjamin efektivitas dan setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekumendasi dari Dewan Syariah Nasional. 4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Dalam bank Syariah, bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari syaringan syariah, karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang di haramkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa pokok, diantaranya sebagai berikut: a.
Apakah objek pembiayaan halal atau haram ?
b.
Apakah objek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?
c.
Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?
d.
Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?
e.
Apakah usaha tersebut berkaitan dengan industri senjata yang legal atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal?
f.
Apakah proyek dapat merugikan syiar islam, baik secara langsung maupun tidak langsung?
5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shidiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu, karyawan bank syariah harus skillfull dan profesional atau (fathonah) dan mampu melakukan tugas secara teamwork. Dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah
16
6. perbandingan antara Bank Syariah dan Konvensional. Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank Islam
Bank Konvensional
1. Melakukan investasi yang halal saja.
yang haram.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.
4. Hubungan
dengan bentuk
2. Memakai perangkat bunga. 3. Profit Orienid.
3. Profit dan falah orientid.
dalam
1. Investasi yang halal dan
4. Hubungan dengan nasabah
nasabah hubungan
kemitraan.
dalam
debitor-
terdapat
dewan
debitor. 5. Tidak
5. Penghimpunan dan penyaluran
bentuk
sejenis.
dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
B. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK 1. Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankkan secara
normal seperti
kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain, pemenuhan
peraturan perbankkan yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peratuan perbankkan yang berlaku5. Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai hasil
5
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso : 2006
17
penilaian kuntitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank tersebut6. Penilaian kesehatan bank, disamping untuk konvensional, juga dilakukan untuk bank syariah baik bank umum syariah atau bank perkreditan syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodelogi penelitian kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem
penilaian
tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah7. Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat di lihat dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Penilaian kesehatan bank tidak hanya untuk bank umum/konvensional saja tapi juga untuk menilai kesehatan bank berprinsip syariah juga. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali system penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip Syariah. Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah yang berlakuk mulai 24 Januari 2007. Dari hasil penjelasan Deputi Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dari jasa perbankan syariah ke depan kian beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga meningkat8. meningkatnya kesposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko bank syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukan risiko yang melekat pada aktivitas bank (interent risk), yang merupakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko. Bank umum syariah wajib melakukan
6
Ade Arthesa, Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Indeks, Jakarta:2004)
hal 132
7
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Rajawali Pers:Jakarta, 2011) hal 200
8
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan(edisi revisi). Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2012 hal, 256
18
penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, yang meliputi faktor-faktor berikut9 :
a. Capital (Permodalan) Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditentukan. Dalam pos modal (modal saham, surplus dan laba yang ditahan)10. salah satu alat ukur penilaian yang digunakan untuk mengukur seberapa baik kondisi modal yaitu menggunakan rasio permodalan. Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugiankerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunkan untuk mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilik kecukupan modal bank dalam nengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilain terhadap komponen-komponen sebagai berikut (pasal 4 no 1) 1. Kecukupan, proyeksi (trand ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko. 2. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untk mendukung pertumbuhan untuk usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham. Peringkat faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar ditetapkan dalam 5 (lima) peringkat (pasal 8 no3). Rasio utama pada permodalan adalah rasio kewajiban penyedian modal minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai rasio capital Adeuary ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum bank yang harus dimiliki oleh bank. 9
Dwi Nura’ini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. UIN Jakarta Perss, 2013.
Hal, 29 10
Munaware. Analisis Laporan Keuangan. (Liberty, Yogyakarta.1995)hal. 19
19
Rumus untuk menghitung CAR/KPMM adalah sebagai berikut: Mtier 1 + Mtier 2 + Mtier 3 – penyertaan CAR = Aktiva tertimbang Menurut risiko
M tier 1
: Modal inti
M tier 2
: Modal pelengkap
M tier 3
: Modal pelengkap tambahan
Penyertaan
: Penambahan dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan perinsip syariah yang berkibat bank memiliki atau tidak akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerang di bidang keuangan syariah
ATMR
: Aktiva tertimbang menurut risiko Ativa tertimbang menurut Risiko
(ATMR) adalah nilai total
masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang tidak berisiko diberi bobot 0% dan ktiva yang paling berisiko di beri bobot 100%. Dengan demikin AMRT menunjukan nili aktiva beresiko yang memerlukn antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.
b. Asset (Aset) Aset atau Aktiva merupakan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan baik itu yang berwujud maupun tidak berujud. Aktiva bukan hanya kekayaan
yang
dimiliki
perusahaan
saja,
tetapi
juga
termasuk
pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charge) atau biaya yang masih terus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva aktiva yang tidak berujud lainnya semisal Goodwill, hak
20
patent, hak penerbitkan dan sebagainya11. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatn pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produkti digunkn untuk menghasilkan laba secara maksimum. Penilaian terhadap faktor kualitas asset meliputi penilian terhdap komponen komponen sebagai berikut: 1. Kualitas aktiva
produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif
bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur nasabah inti. 2. Kecukupn kebijkn dan prosedur, sisitem kaji ulang (review) internal, system dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermaslah. Kualitas aktiva produktif (KAP) sebagai rasio dalam penilaian kualitas asset sangat berguna untuk mengetahui bagaimana pihak bank dapat mengelola aktiva yang dimiliki dengan sebaik-baiknya sehinga dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan semaksimal mungkin.
APYD (DPK,KL, D, M) KAP = Aktiva Produktif
APYD
: Aktiva Produktif yang dikaslifikasikn dalah aktiva produktif yang sudah maupun yang mengandung potensi
untuk
memberikan
penghasilan
atau
menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: a. 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurng
11
Ibid hal 14
21
lancer. c. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan. d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet. Aktiva Produktif
c.
: Penanaman bank dalam bentuk penempatan, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimakusdkan untuk memperoleh pendapatan bagi bank.
Earnings (Rentabilitas) Rasio Rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas bank dimksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian terhadap faktor rentabilitas menliputi penilaian terehadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Komponen dalam menghasilakn laba, kemampun laba mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingat efisiensi. 2. Diversifikasi
pendapatan
termasuk
kemampuan
bank
untuk
mendapatkan free based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta
penerapan
prinsip
akuntansi
dalam
pengakuan
terhadap
pendapatan dan biaya. Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasikan laba melalui perbandingan pendapatan oprasional dan beban oprasional dengan ratarata aktiva. Retrun On Asset (ROA) adalah rasio rentabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total (PO –DBH) – BO NOM = Rata-Rata Aktiva Produktif
22
Asset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilalukan oleh bank yang bersangkutan. Rumus menghitung NOM Dimana : PO
= Pendpatan oprasional adalah pendapatan oprasional setelah disitribusi dibagi dalam 12 (dua belas) bulan terakhir.
BDH
= Distribusi bagi hasil adalah hak pihak ketiga bagi hasil dana syirkah temporer
BO
= Biaya oprasional adalah beban oprasional termasuk kekurangan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan 12 (dua belas) bulan terakhir.
Penghitungan rata-rata aktiva produktif merupakan rata-rata aktiva produktif 12 (dua belas) dalam bulan terakhir. Rumus menghitung ROA sebagai berikut : Laba Sebelum Pajak ROA = Rata-rata Total Asset
d. Liquidity (Likuiditas) Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemapuan bank dalam memenuhi kebijakan-kebijakannya terutama kewajiban jangka pendeknya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tampa terjadi penangguhan. Penilaian kuantitatif sktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Besarnya aset berjangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, merupakan rasio utama.
23
2. Kemampuan Aset jangka pendek, kas dan Secondary Reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang. 3. Ketergantungan
kepada
dana
deposan
inti,
merupakan
rasio
penunjang. 4. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga, merupakan rasio penunjang. 5. Kemampuan dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi misstmach, merupakan rasio pengamatan (observed). 6. Ketergantungan pada antar bank, merupakan rasio pengamatan (observed). Short term mismatch (NOM) adalah rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Rumus menghitung NOM sebagai berikut:
Aktiva Jangka Pendek NOM = Kewajiban jangka pendek
Dimana : STM
: Short team Mismatch
Aktiva jangka pendek
: Aktiva likuid kurang dari 3 (tiga) bulan selain kas, SWBI dan surat berharga Syariah Negara (SBSN)
Kewajiban jangka pendek
:
Kewajiban likuid kurang dari 3 bulan.
Hasil analisis terhadap CAMEL, kemudian dituangkan dalam bentuk angka yang diberikan bobot sesuai ketentuan yang telah diteapkan. Bobot nilai ini diartikan sebagai kredit. Dari bobot nilai ini dapat
24
dipastikan kondisi suatu bank . batas minimal dan maksimal untuk menentukan predikat suatu bank dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah12 Nilai Kredit
Predikat
81 – 100
Sehat
66 - > 81
Cukup Sehat
51 - < 66
Kurang Sehat
0 - < 50
Tidak Sehat
Table 2.3 Rasio Tingkat Kesehatan Bank dengan Rasio CAMELS13 Kriteria
Capital
Asset
Peringkat ≥ 12% KAP > 0.99% 1 Peringkat 9% < - 12% 0,96%< - 0,99% 2 Peringkat 8% < - 9% 0.93%<- 0.96% 3 Peringkat 6 % < - 8% 0,90%< – 0,93% 4 Peringkat >6% KAP 0,90% 5 Sumber : kodifikasi peraturan BI
12 13
Earning
Liquidity
NOM < 3%
ST < 2< 5%
2% < – 3%
20% < - 25%
1.5% < - 2%
15% < - 20%
1% < - 1,5%
10% < - 15%
NOM 1%
STM 10%
Ibn hal 51 Bank Indonesia. Kodifikasi Penilaian Kesehatan bank (BI, Jakarta 2012) hal 200
25
Tabel Peringkat Faktor keuangan Rasio CAMELS14 Rasio
Peringkat Pembobotan
Capital
25%
Asset
45%
Rentabilitas
15%
Likuiditas
15%
Sumber : SK Gubernur
C. KRISIS KEUANGAN GLOBAL 1. Pengertian Krisis Sebelum membahas mengenai kriris keuangan global, terlebih dahulu akan di bahas mengenai pengertian dari krisis itu sendiri. Dalam buku Memahami Krisis yang di tulis oleh Tulus Tambunan di jelaskan bahwa Krisis adalah suatu situasi dimana ekonomi dari sebuah Negara mengalami penurunan secara mendadak yang disebabkan oleh suatu krisis keuangan. Sedangkan untuk krisis keuangan tersebut di jelakan bahwa keadaan dimana jumlah permintaan uang lebih besar dari jumlah penawaran uang15. Yang artinya kondisi bank-bank dan lembaga keuangan mengalami kehabisan likuiditas. Jenis dari krisis itu sendiri terdiri dari krisis produksi, krisis Perbankan, Krisis Nilai tukar, Krisis Perdagangan, dan krisis Modal. 2. Penyebab Krisis Global Krisis ekonomi global adalah krisis yang dipicu oleh masalah kredit perumahan murah yang dialami oleh Amerika tahun 2008/2009. Krisis ini dalam waktu singkat berubah menadi krisis keuangan besar di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2007. Melalui keterkaitan ekonomi global, krisis ekonomi ini langsung menjalar kesebagian besar dunia, terutama Negara-negara dengan kemampuan ekonomi yang sudah mju terutama Jepang, Uni Eropa (UE) yang secara ekonomi
14 15
Ibid hal 276 Tulus Tambuan, Memahami Krisis (LP3S Jakarta 2011) hal 9
26
dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS16. Krisis ekonomi ini mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait dengan industri dunia seperti sektorsektor keuangan dan perdagangan sehingga mengakibatkan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi global dan tingkat pendapatan rill perkapita di Dunia. Banyak bank dan perusahaan asuransi besar di sejumlah Negara, khusunya Negara-negara maju, mengalami kebangkrutan. Di Asia banyak negra-negara yang terkena dampak negatife dari krisis tersebut, termasuk Cina, India, dan Indonesia. Walaupun derajat dampaknya berbeda antar Negara, tergantung pada kondisi ekonomi di dalam Negeri dan tingkat integrasi dari Negara bersangkutan dengan ekonomi dunia (khusunya dalam perdagangan dan keuangan)17. Fakta yang muncul bahwa asal muasal krisis yang muncul sebenarnya sebuah kesengajaan (atau lebih tepatnya ketamkan) perusahan finansial dalam mengalokasikan
dananya
pada
kredit
perumahan
sub-prima
(subprime
18
morigage) . Dari relita ini sebenarnya muncul bagai mana kelemahan dari sistem kapitalis itu sendiri, yang semata-mata mendasarkan proyeksi bisnis
saja.
Dampaknya banyak perusahan-perusahan keuangan di Amerika di ambil alih oleh pemerintah. Dimulai dengan bangkrutnya bank rasksaksa Lehman Brothers dan perusahaan finansila besar Steams dan selanjutnya semua perusahan finansial, bank, dan Asuransi beras di Amerika. Untuk mengatasi krisis yang hebat itu dan menyelamatkan bank-bank raksaksa, pemerintah Amerika Serikat terpaksa melakukan bailout sebesar 700 miliar dolar sampai 1 triliun US dolar. Krisis ekonomi global 2008/2009 mempengaruhi banyak Negara melaui jalur-jalur transmisi, seperti ekspor, pengiriman uang dan termasuk penanaman modal asing (PMA). Namun inti dari dampak krisis global yang melanda Negaranegara yang terkena kirisis global ini lebih pada exspor. Harap diingat bahwa krisis kali ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Setidaknya, di dunia ini menghadapi tiga krisis jenis yakni kritis di 16
Tulus Tabunan, Memahai Krisis (LP3S jakarta, 2011) hal 106 Ibid hal 106 18 Edy suandi hamid. Akar ekonomi global dan dampaknya terhadap Indonesia. Jurnal ekonomi La_Riba Vol III, No 1, juli 2009. 17
27
sektor property yang pada umumnya melanda Negara-negara maju, dan krisis finansial serta krisis pasar akomoditas yang melanda seluruh Negara tampa ada satupun yang terlewati. Ini merupakan jenis krisis yang tidak pernah dialami umat manusia sebelumnya dan mungkin merupakan krisis yang paling besar. Lantas apa yang salah dari berbagai literature kita bisa mengidentifiksai empat penyebab krisis. Kelangkaan ekonomi secara popular menyebutnya sebagai four deadly sins atau empat dosa yang mematikan19. Pertama, kita lupa bahwa untuk menjaga kesinambungan dibutuhkan sebuah keteraturan yang sangat rapih. Contohnya sunatullah yang menjamin bintang dan planet
tidak saling
bertubrukan sampai akhir jaman nanti. Dalam pasar finansial global, bentuk keteraturan seperti itu hampir tidak ada. Modal sepenuhnya digerakan oleh motif mencari
untung
sebesar-besarnya
tanpa
sepenuhnya
mempertimbangkan
kesinambungan jangka panjang. Pasar financial global mungkin merupakan satu-satunya pasar yang tidak tersentuh oleh regulasi. Disetiap Negara memang ada regulator yang mengatur pasar dalam negeri. Tetapi dengan integrasi pasar yang semakin dalam, modal bebas bergerak selama 24 jam setiap hari dari pasar satunya kepasar yang lainnya. Libarisasi telah menyebabkan otoritas keuangan di masing-masing Negara telah kehilangan kemampuan dalam mengendalikan para investor besar terutama Hadge fund. Hasil akhirnya bisa ditebak, ketika krisis Subprime mortgage mulai merebak maka harga-harga asset yang berkaitan dengannya ikut jatuh karena portofolionya terkontaminasi. Dalam pasar yang sehat dan tertata baik, seharusnya jenis asset yang yang jejak disisihkan dari neraca dan tidak diperdagangkan.
Bukankan
kita dilarang untuk
mengurangi
timbangan,
mencampur yang haram dengan yang halal dan menjal barang yang berkualitas jelek dengan yang berkualitas baik. Kedua, dalam sistem keuangan modern telah dimungkinkan untuk menstransfer
resiko kepada pihak lain melalui sekuritisasi. Bank sebagai
originator pemeberi kredit perumahan bisa menjual kreditnya kepada pihak lain
19
Soegengsarjadi,imam sugema, Ekonomi konstitusi “haluan baru kegiatan ekonomi indonesia”.perpustakaan Indonesia:Jakarta 2009.
28
meleui pasar modal. Dengan cara ini, bank tidak lagi bertanggung jawab atas resiko gagal bayar yang terjadi di kemudian hari. Dengan kata lain bank tidak harus peduli dengan kemampubayaran para nasabahnya. Bank menjadi terdorong untuk menerbitkan kredit secara tidak hati-hati, karena resiko akan ditanggung oleh pihak lain. Itu lah yang di sebut dengan moral hazard dalam arti yang sebenarnya. Ini jelas menyalahi kaidah dasar transaksi yang adil. Ketiga, dan mungkin yang paling penting adalah kenyataan bahwa pemerintah presiden Bush mendefinisikan America dream sebagai sebuah mimpi yang materialistik. Mimpi Amerika didefinisikan sebgaai sebuah keluarga yang terdial dari sepasang suami istri dengan satu atau dua orang anak, serta memiliki rumah yang luas dan rumput yang hijau di depan halaman belakangnya plus satu atau dua buah mobil. Untuk mewujudkan mimipi ini dibuatlah berbagai kemudahan dalam kredit kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor. Bahkan ada skema khusus untuk kredit tampa down payment. Rumah tangga di dorong untuk
untuk berhutang kepada bank untuk
bertangung jawab kepada bank untuk mengejar mimpi besarhasil akhirnya adalah bahwa rata-rata hutang perumah tangga di Amerika mencapai 118 ribu dolar. Di lain pihak rata-rata tabungan perkeluarga hanya 380 dollar saja. Rakyat Amerika merupakan masyarakat yang gemar mengutang atau tersebut di biayai. Tentunya dengan cara gali lubang tutup lubang. Cara ini sangat di mungkinkan mengingat kepemilikan kartu kredit perkeluarga mencapai 12 buah. Menarik uang dari satu kartu kredit untuk membayar kewajiban kredit lainnya. Keempat, librarisasi keunagan yang ugal-ugalan dengan agenda untuk menyedot sumberdaya keuangan Negara berkembang ke Negara maju. Melalui liberalsasi pergerakan modal antar Negara di dorong untuk sangant volatile. Disamping itu hampir setiap Negara di dorong untuk mengadopsi rezim ini, nilai tukar sangat di tentukan oleh pergerakan modal. Untuk menghindari fluktuasi yang tajam dalam nilai tukar. Negara kecil dan Negara berkembang harus memupuk cadangan devisa. Pada umumnya cadangan devisa berbentuk mata uang asing dan surat berharag asing yang diterbitkan oleh Negara-negara maju. Jadi dengan memupuk cadangan devisa sebelumnya kita telah memberi pinjaman kepada Negara-negar
29
maju, khususnya Amerika. Dengan kata lain sumber daya keungan Negara berkembang tersedot oleh Negara maju untuk membiayai konsumsi mereka. Perlu diketahui bahwa total utang pemerintah Amerika saja mencapai US$ 12 triliun yang berarti bahwa Negara tersebut merupakan pengutang terbesar di dunia Dampak Krisis Global20
3.
Dampak dari krisis ini pada umunya adalah meningkatnya inflasi, turunnya nilai tukar, turunya pertumbuhan ekonomi, runtuhnya indeks bursa dan sejumlah bank/institusi keungan/koperasi mengalami kesulitan keungan atau bangkrut. Dampak lngsung dari krisis keuangan global ini bagi Indonesia adalah kerugian beberapa perusahan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi keuangan Amerika Serikat. Perusahan keungan ataupun non-bank yang mengalokasikan dana pada pada sumber dana alternatif, melalui pembelian saham obligasi pada instrumen keangan asing, seperti Citigroup, UBS, Merril Lynch, Morgan Stanley, Lehman Brothers, Fannie Mae, Freddie Mac, American International Group (AIG) dan lainnya. Sedangkan dampak tidak langsungnya dari krisis ini adalah turunnya likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga, turunnya harga komoditas, melemahnya nilai tukar rupiah, dan melemahmya pertumbuhan sumber daya. Demikian juga, menurunya tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar terhadap
berbagai institusi keuangan yang menyebabkan melemahnya pasar
modal. Krisi keuangan juga telah mengurangi pasokan likuidasi sektor keuangan karena bangkrutnya beberapa institui keuangan global khususnya bank-bank invesiasti yang berpengaruh pada aliran khas perusahaan di Indonesia. Keadaan ini akan menyebabkan naiknya tingkat suku bunga dan turunnya ppendanaan ke pasar modal dan perbankan global. Sesungguhnya turunya nilai tukar rupiah ini bisa meningkatkan nilai ekspor, namun krisi keunangan menyebabkan turunnya permintaan komodiats dari luar negri. Turunnya eksopr mengurangi pendapatan 20
Heri Sudarsono. Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan syariah di inonesia:perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah. La-riba-vol3-nol-2009-02
30
Negara sehingga jika tidak dibimbangi dengan turunya pengeluaran dollar melalui penurunan tingkat impor akan menyebabkan defisit perdagangan. Defisit perdagangan mempersulit modal masuk seiring dengan keringnya likuditas pasar keunagn global. Selain itu, kenaikan impor diasaat pasar ekspor stagnan akan menekan kenaikan cadangan devisa dan beberarti akan memunculkan ekspetasi gejolak depresi rupiah. Dampak krisis global Indonesia ditandai oleh dengan adanya penarikan dana dalam valas khusunhya dolar AS oleh lembaga-lembaga keuangan kreditor dan invesor di AS. Penarikan tersebut dilakukan dengan menjual sekuritas saham dan surat berharga hutang yang dibeli sebelumnya dalam rupiah kemudian dibelikan dolar, juga penarikan dana dilakukan dengan mencairkan dana yang telah ditempatkan pada bank-bank di Indonesia dan langsung dalam dolar. Krisi keuangan ini menyebabkan dana yang direpitalisasi berjumlah besar sehingga menimbulkan penjualan saham dan surat berharga utang akan turun sehingga indek harga saham turun tajam. Turunya kepercayaan terhadap pasar domestik menyebabkan permintaan terhadap dolar naik signifikan, yang berarti yang mengakibabtkan nilai dolar terhadap rupiah naik. Depresiasi rupiah tidak saja diesebabkan langsung oleh penarikan dana tersebut atas, tetapi juga berpotensi di perparah karena lebih besar dari tingkat depersiasi mata uang diluar dolar. D. Penilitian Terdahulu Tabel 2.4 Penelitian Relevan Nama/Tahu
Judul
n
Variab
Alat
le
Analisis
Hasil Penelitian
Heri
Kinerja
Data
Hasil penelitian menunjukan
Praktikto
Efisiensi Bank
Envelopm
perbankan syariah mengalami
Syariah
ent
perkembangan
Anelyisis
signifikan dari tahun ketahun.
dan suganto
Iis
Sebelum
dan
cukup
31
(2011)
Sesudah Krisis
Pada saat sebelum krisis global
Global
sebesar 25.56%. pada saat
Berdasarkan
sesudah
Data
pertumbuhan jumlah simpanan
Envelopment
ini
Anelyisis
loyalitas nasabah pada saat
krisis
43.40%.
menunjukan
bahwa
krisis global tetap baik dan cendrung meningkat. Zahra
Peran Perbakan
Variabe Rgresi
Dari Hasil Penelitian terlihat
(2008)
Syariah dalam
l
Berganda
bahwa bank Syariah memiliki
Memperkokoh
depend
dan
peranan yang lebih dari bank
Perekonomian
ent
Sektor Rill Di
Pereko
Indonesia.
nomian
sangat
Sektor
profesionalisme
Rill
menyentuh
Variabl
Rill
e
mensejahterakan masyarakat.
: Regresi Sederhana
In
konvensional.
Nilai-nilai
Syariahnya yang di emban juga memperhatikan serta
langsung dalam
sector rangka
depend ent : Peran Perban kan Syaria h Nur
Tingkat
Deskriptif
Hasil penelitian ini adalah
Shopiany/
Kesehatan
kuantitatif
CAE
bank
pada
tahun
2004
syariah
mengalai penurunan dan pada
Pada
tahun 2005-2008 kecukupan
periode 2004-
modal sangat baik. Asset bank
2008
syariah Mandiri mencerminkan
Mandiri
dengan
32
menggunkan
kesehatan bank syariah. Dari
etode CAMEL
hasil rentabilitas ROA yang
(studi
kasus
lebih besar dari nilai yang telah
pada
Bank
ditentukan,
dan
BOPO
Syariah
menggambarkan
kondisi
Mandiri Pusat)
kurang baik. Dari sisi likuiditas tanun 2004-2008 mengalami penurunan.
Yulistin/20
Analisis
Metode
Hasil penelitian ini adalah
12
Tingkat
Analisis
bahwa Bank Syariah Mandiri
Kesehatan
CAMEL
dan Bank Muamalat Indonesia
Bank
dengan
Sangat sehat, sedangkan Bank
dengan Metode
pendekata
Syariah Syariah Bukopin dan
CAEMEL
n
BRI syariah Kurang Sehat.
Syariah
kuantitatif. Inas Septa
Analisis
Analisis
Hasil penelitian ini adalah
Hidayati/20
tingkat
Deskriptif
kesehatan
13
Kesehatan
Mandiri
Bank Mandiri
2013
Syariah tahun
penilaian yaitu Capital, Asset,
2009-2012
Management,
Menggunkan
Liquidity
Metode
kondisi sehat.
Bank
Syariah
sejak tahun 2009dari
kelima
aspek
Earning berada
dan dalam
CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity ) Mahmudah
Penilaian
Analisis
Hasil penelitian ini adalah
/ 2013 UIN
tingkat
deskriptif
penilaian
tingkat
Jakarta
Kesehatan
kualitatif
bank
sariah
kesehatan dengan
33
Bank
Syariah
komperatif
menggunakan
(Studi
terhadap
CAMELS
Komperasi
laporan-
BMI, dan BRI syariah dalam
CAMELS dan
laporan
kondisi baik. Untuk perbedaan
RCEC
pada
keuangan
dari kedua etode ini yaitu pada
BSM,
BMI,
Bank.
etode
dan
BRI
syariah)
Metode
dan RGEC
CAMELS
BS,
karena
menggunakan analisis secara terpisah, tidak ada keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainya belum dapat menggambarkan keadaan suatu bank secara utuh. Sedangkan menggunakan Metode RGEC karena ada kaitan manajemen dengan faktor lain-lainya dan merupakan
hasil
penerapan
manajemen.
Metode
RGEC
lebih
dalam
menilai
kesehatan
bank
baik
tingkat
dibandingkan
dengan
menggunakan
Metode
CAMELS
E. KERANGKA BERFIKIR Penilaian tingklat Kesehatan Bank Umum Berprinsip Syariah diatur melalui peraturan bank Indonesia No . penilaian kesehatan keuangan Bank Umum Berprinsip Syariah juga menggunakan analisis CAMELS dan analisis yang digunakan ada 5 faktor yaitu Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Managemen (Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas), Sensitivity of risk ( sensitivitas terhadap risiko pasar)
34
Tingkat kesehatan menurut peraturan BI no 9/1/PBI/2007 merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor perodalan, Kualitas aset, Manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Dalam penelitian ini akan di hitung bagai mana tingkat kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode CAMELS. Naun dalam penelitian ini metode CAMELS yang akan di gunakan hanya dari sisi keuangan atau financial nya saja yaitu penilaian terhadap captal (perodalan), asset (aset), earning (rentabilitas), dan liquidity (likuiditas). Penelitian ini akan menggabarkan Kondisi bank syariah ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global. Apakah ada perbedaan tingkat kesehatan bank syariah ketika krisis keuangan global (2008-2009) dan setelah krisis keuangan global (2010-2013). Dan apakah ada pengaruh krisis keuangan global terhadap tingkat kesehatan bank syariah kalaa itu. Kerangka pemikiran penulis, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Tingkat Kesehatan Bank Syariah di Indonesia dengan menggunakan Analisis Camel - Capital - Asset Quality - Earning - Likuidity
Setelah Krisis Keuangan Global (2010-2013) Sebelum Krisis Keuangan Global (2008-2009)
Gambar 2.1 : Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah saat Krisis Keuangan Global dan setelah Krisis Keuangan Global (2008-2013).
35
Dalam urayan diatas dapat ditarik kerangka pemikiran bahwa adanya perbedaan tingkat kesehatan bank Syariah di Indonesia saat Krisis keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global (2008-2013).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tingkat eksplansi penelitian ini merupakan penelitian deskriprif. Penilaian deskriptif adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (Independent) dan mampu menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Berdasarkan datanya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, artinya penelitian ini menggunakan data berbentuk angka. Berdasarkan dimensi waktuna, penelitian ini merupakan penelitian yang time series dan ross sectional. Penelitian time series yaitu penelitian yang terdiri dari suatu objek tetapi meliputi beberapa periode waktu. Sedangkan penelitian corss sectional yaitu penelitian yang terdiri dari bebrapa objek data pada suatu waktu. Berdasarkan pengumpulan datanya, penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan tampa interaksi antara peneliti dan sumber data. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “population” yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran
penelitian.
Populasi
penelitian
merupakan
keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
36
37
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, dan sebagainya1. Sedangkan menurut sugiono2 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua Bank Umum Syariah yang tercatat di Bank Indonesia, baik dari BUSN Devisa, BUSN
non-Devisa maupun campuran. Yang mengumumkan laporan
keuangan di Bank Indonesia yang berjumlah 11 Bank Umum Syariah. Bank umum Syariah yang termasuk dalam populasi penelitian ini adalah: Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah Populasi Penelitian No
Nama Bank Umum Syariah
1
PT. Bank BNI Syariah
2
PT. Bank Mega Syatiah
3
PT. Bank Muamalat Syariah
4
PT. Bank Syariah Mandiri
5
PT. Bank BCA Syariah
6
PT. Bank BRI Syariah
7
PT. Bank Jabar Banten Syariah
8
PT. Bank Pain Syariah
9
PT. Bank Syariah Bukopin
10
PT. Bank Victoria Syariah
11
PT. Bank Maybank Syariah Indonesia Sumber : Bank Indonesia
1
Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, (jakarta: Bumi Aksara), h.
2
Sugiono,statistik untuk penelitian, (bandung : Alfabeta 2010) h. 115
56.
38
2. Sampel Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi3. Bila populasi besar, dan tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi, apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian yang dianggap dapat mewakili keadaan keseluruhan populasi. Dalam sebuah penelitian, peneliti harus tepat dalam menentukan sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa perusahaan dari sub Bank Umum Syariah. Dalam penarikan sampel yang digunakan peneliti dalah teknik Purposive Sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel dengan didasarkan kriteria-kriteria tertentu4. Purposive sampling merupakan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya5. Berikut kriteria sampel dalam penelitian ini: 1. Merupakan Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Baik dari BUSN Devisa, BUSN non-Devisa, dan campuran. 2. Melaporkan laporan keuangan Bank Indonesia dan web resmi bank terkait yang berupa Anual Reportdari tahun 2008 sampai dengan 2013.
33
Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, (jakarta: Bumi Aksara), h.26 4
ibd
5
Suharsi Arik. Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal.79.
39
Tabel 3.2 Penentuan Sampel Penelitian.
No
Nama Bank Umum Syariah
Kriteria Penelitian sempel 1
2
1
PT. Bank BNI Syariah
-
2
PT. Bank Mega Syatiah
3
PT. Bank Muamalat Syariah
4
PT. Bank Syariah Mandiri
5
PT. Bank BCA Syariah
-
6
PT. Bank BRI Syariah
7
-
8
PT. Bank Jabar Banten Syariah PT. Bank Pain Syariah
-
9
PT. Bank Syariah Bukopin
-
10
PT. Bank Victoria Syariah
-
11
PT. Bank Maybank Syariah Indonesia
-
Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh sampel sebanyak 1 Bank Umum Syariah dari 11 Bank Umum Syariah yang terdaftar di BEI. Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder yang dipebanroleh dari publikasi Laporan keuangan Perbangkan di Bang Indonesia . yaitu: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah (BMS), Bank Syariah Bukopin (BSB).
C. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Analisis Deskriptif Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian
40
ini adalah sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan dan anual Report yang terdaftar di Bank Indonesia Indonesia dan situs web Resmi Bank terkait. D. Operasional Variable Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanny6. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruksi atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan penelitianyang diteliti variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kesehatan Bank \ Kesehatan bank adalah Kesehatan keuangan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. 1. Capital Capital adalah dana yang disimpan dan diinvestasikan oleh pemilik badan usaha untuk pendirian badan saha yang bertujuan untukmembiayayi kegiatan saha suatu perusahaan disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. 2. Asset Asset adalah semua kekayaan/Aktiva baik dalam rupiah atau valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan bertujuan untuk memperoleh penghasilan yang sesuai dengan fungsinya, yaitu pemberian kredit,kepemilikan suratsurat berharga, dan penempatan dana kepada bank-bank lain baik dalam maupn luar negeri terkecuali penempatan dana dalam bentuk giro atau penyertaan. 3. Earning 6
ibd
41
Earning
merpakan kegiatan pemilihan kegiatan yang dilakkan oleh
manajer dalam menentukan kebijakan akntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. 4. Liqudity Liquidity merpakan kemampuan satu perusahan dalam memenhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya, dan pemenuhan kewajiban keuangan tepat pada waktnya. E. Teknik Pengumpulan Data Data yang akan digunakan adalah data yang bersifat data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan menunjukkan nilai terhadap besaran yang diwakilinya dengan sifat time series dan cross sectional Data time series adalah data yang menggambarkan dari waktu ke waktu, dari satu periode ke periode lainnya yang dapat dinyatakan dalam hari, minggu, bulan, hingga tahun. Dan dalam penelitian kali ini akan digunakan data time series yang menurut data tahunan. Sedangkan data cross sectional adalah data yang menggambarkan keadaan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan pada satu waktu tertentu yang dapat menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu tertentu pula. Adapun data yang dapat menunjang penelitian ini adalah yang berasal dar: a. Laporan keuangan yang berasal dari internet (on-line Library) b. Sumber lainnya yang dapat dijadikan bahan penelitian, seperti artikel, Koran, majalah, jurnal dan penelitian lainnya yang terdahulu.
F. Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Deskriptif. Dimana anlisis Deskriptif adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard
42
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan dan distribusi)7. Rumsan Rasio yang Digunakan untuk menilai tingkat masing-masing kesehatan keangan Bank Syariah di Indonesia saat krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global untk masing-masing faktor dan komponennya adalah sebagai berikut8 ; 1. Capital (Permodalan) Permodalan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurt Risiko (ATMR). a. Perhitungan ATMR ATMR = Aktiva Neraca x Bobot Risiko b. Pemenuhan Kewajiban penyediaan modal Minimm (KPMM) KPMM = 8% x ATMR c. Rasio Modal (CAR) CAR merupakan perbandingan antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurt risiko nATMR
Keterangan M tier 1
: Modal inti
M tier 2
: Modal pelengkap
M tier 3
: Modal pelengkap tambahan
Penyertaan
: Penambahan dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan perinsip syariah yang berkibat bank memiliki atau
7
Ibid hal 56
8
BI, Kodifikasi Peraturan Perbankan Bank Indonesia Kelebagaan Pnilaian tingkat kesehatan Bank (Bank Indonesia, Jakarta :2012) hal 163
43
tidk akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerang di bidang keuangan syariah
ATMR
: Aktiva tertimbang menurut risiko
d. Kriteria peringkat penilaian Peringkat 1 = KPMM ≥ 12% Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12% Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9% Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8% Peringkat 5 = KPMM ≤ 6% 2. Asset (Aset) Dalam menentukan nilai Asset
Rumus yang digunakan adalah
Kualitas Aktifa Produktif (KAP). Dalam penilian komponen dari kualitas aktiva produktif didasarkan pada 2 rasio yaitu : a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
K eAPYD
: Aktiva Produktif yang dikaslifikasikn dalah aktiva
t
produktif yang sudah maupun yang mengandung
e
potensi
r
menimbulkan keugian yang besarnya ditetapkan
a
sebagai berikut:
n
a. 25% dari aktiva produktif yang digolongkn dalam
g a n
untuk
memberikan
penghasilan
atau
perhatian khusus b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurng lancer. c. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan.
44
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet. ktiva Produktif
: Penanaman bank dalam bentuk penempatan, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimakusdkan untuk memperoleh pendapatan bagi bank.
b. kriteria Penilaian Peringkat Peringkat 1 = KAP > 0,99% Peringkat 2 = 0,96% < KAP ≤ 0.99% Peringkat 3 = 0.93% < KAP ≤ 0.96% Peringkat 4 = 0.90% < KAP ≤ 093% Peringkat 5 = KAP ≤ 0.90% Pemberian Nilai kredit adalah 3. Earning (Rentabilitas) Dalam melakukan penilaian terhadap komponen faktor rentabilitas penelti menggunakan 2 rasio, yaitu: a. Rasio NOM (
)
Keterangan
PO
= Pendapatan oprasional adalah pendapatan oprasional setelah disitribusi dibagi dalam 12 (dua belas) bulan terakhir.
BDH
= Distribusi bagi hasil adalah hak pihak ketiga bagi hasil dana syirkah temporer
BO
= Biaya oprasional adalah beban oprasional termasuk kekurangan PPAP yang wjib dibentuk sesui dengan ketentuan 12 (dua belas) bulan terakhir.
45
b. Kriteria Penilaian peringkat Peringkat 1 = NOM 3% Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3% Peringkat 3 = 1.5% < NOM ≤ 2% Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1.5% Peringkat 5 = NOM ≤ 1% 4. Liquidity (Likuiditas) a. Perhitungan STM .
Keterangan STM
: Short team Mismatch
Aktiva jangka pendek
: Aktiva likuid kurang dari 3 (tiga) bulan selain kas, SWBI dan surat berharga Syariah Negaa (SBSN)
Kewajiban
jangka :
pendek
Kewajiban likuid kurang dari 3 bulan.
b. Kriteria Penilaian Peringkat 1 = STM 25% Peringkat 2 = 20% < STM ≤ 25% Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20% Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15% Peringkat 5 = STM ≤ 10%
Setelah melakukan perhitungan dari komponen-komponen tersebut dan didapat nilai kredit masing-masing aspek langkah berikutnya, mengisi kolom-kolom pada tabel seperti dibawah ini untuk penghitungan total nilai
46
untuk pkriteria penilaian dan menentukan kriteria kondisi dari masing-masing bank. Tabel 3.3 Penghitungan Kriteria Penilaian dari Masing-masing Aspek Komponen
Capital Asset Earning Liquidity JUMLAH PREDIKAT
A Peringkat faktor
B Nilai peringkat faktor
C Bobot
25% 45% 15% 15%
Nilai Peringkat Setelah Bobot (B XC)
BAB IV PEMBAHASAN TINGKAT KESEHATAN BANK 1. PROFIL PERUSAHAAN Penelitian ini mengambil objek Lembaga Keuangan Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2008-2013. Setelah dilakukan penentuan sampel dalam purpusive sampling dengan berbagai kriteria seperti : merupakan Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia, berupa Bank Syariah dari BUSN Devisa, BUSN non-Devisa, dan campuran. Bank Syariah yang berturut-turut melaporkan laporan keungannya ke Bank Indonesia selama 6 tahun dari tahun 2008 – 2013, baik laporan triulan maupun smesterannya. Dan mempublikasikan laporan tahunannya (Annual Report). Berdasarkan kriteria yang ditentukan diperoleh sampel penelitan sebanyak 4 Bank Syariah, yaitu : PT. Bank Mandiri Syariah, PT. Bank Muamalat, PT. Bank Mega, PT, Bank Bukopin Syariah. Periode penelitian yaitu selama 6 tahun, dibagi menjadi 2 periode yaitu dua periode saat krisi keuangan global (2008-2009) dan empat periode setelah krisis keuangan global (2010-2013) dan menggunakan laporan keuangan triulan yang telah diaudit, jumlah sampel adalah 24, yang diperoleh dari 4 x 6 (perkalian antara jumlah bank Syariah yang dijadikan sampel dengan periode pengamatan). Hasil penelitian sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
47
48
Tabel 4.1 Hasil Penentuan Sampel Kriteria
Jumlah
Perusahaan sempel merupkan Bank Syariah yang terdaftar di 11 Bank Indonesia dari BUSN Devisa, BUSN non-Devisa, dan campuran. Dan melaporkan laporan keuangannya dalam bentuk mata uang rupiah Bank
Syariah
yang
berturut-turut
melaporkan
laporan 4
keuangannya selama 6 (enam) tahun dari tahun 2003-2012
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Daftar Sampel Bank syariah No
Kode Perusahaan
Emiten
1
BMI
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk
2
BSM
PT. Bank Syariah Mandiri Tbk
3
BMS
PT. Mega Syariah Tbk
4
BSB
PT. Bank Syariah Bukopin Tbk
a. Profil PT. Bank Muammalat Bank muammalat syariah adalah bank pertama di Indoneisa yang dirintis umat Islam Indonesia yaitu Mejelis Ulama Indonesia (MUI) serta tokoh Muslim di Nusantara yang tergabung dalam Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indoneisa (ICMI). Dan didukung oleh pemerintah dan pengusaha muslim. Dengan sumber permodalan lebih dari 800.000 lembaga serta masyarakat muslim. Bank Muamalat adalah
49
bank pertama murni syariah dalam sumber permodalan dan pengelolaanya. Misi pendiri bank Muammalat oleh MUI dan ICMI adalah untuk melaksanakan taqwa kepada Allah terhadap Al-Quran tentang larangan riba sehingga meujudkan layanan perbankan yang halal dan membangun perekonomian ummat melalui perbankan murni syariah dan mampu mengangkat harkat dan martabat masyarakat muslim diseluruh Indonesia. Produk dan layanan perbankan muamalat didasarkan pada prinsip dan kaidah syariah sesuai komitmen : “berasal sumber yang bersih, berbagi hasil yang Murni”1. Produk penghimpunan serta penanaman dana dilandaskan pada kaidah murni syariah dan pemberdayaan modal secara produktif. Dengan kordo pertama Murni Syariah, Bank Muammalat menjadi lembaga Islam yang bergerak dengan berkhidmat
melayani kebutuhan perbankan dan keuangan
Islami, bukan semata-mata bank yang hanya menjual produk perbankan syariah. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atu 1 November 1991. Bank Muamalat mulai beroprasi 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. dan mempunyai visi Menjadi bank syariah utama di Indonnesia, dominan pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasiona a. Profil Prusahaan Tabel 4.3 Profil Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Nama Alamat Telepon Facsimile Tangggal Berdiri
1
Annual Riport Bank Muamalat Syariah hal 2
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Gedung Arthaloka lantai 5 jln Sudirman kav 2 jakrta 10220 (62)(21) 2511411,2511470 (62)(21) 2511464,251143 01 November 1991 (24 Rabius Tsani 1412 H)
50
Tanggal beroprasi Kantor Layanan Jumlah jaringan ATM
01 mei 1992 (27 Syawwal 1412 H) 75 kantor, 29 KCP, 185 KK, 43 Outlet 172 ATM Muamalat, 32000 ATM bersama
b. Produk – Produk Jenis dan Produk bank Mumamalat Indonesia terdiri dari Giro, tabungan syariah, Deposito dan Pembiayaan. 1. Giro Giro Perorangan dan Giro Institut. 2. Tabungan Tabungan Muamalat, Taungan Muamalat dollar, Tabungan Haji Arafah , Tabungan Haji Arafah Plus, Tabungan Muamatal Umroh, Tabunganku , Tabungan iB Muamalat Wisata, Tabungan iB Muamalat Prima 3. Deposito Deposito Mudharabah, Deposito fulinves, KPR Muamalat iB, Auto Muamalat, Dana Talangan Porsi Haji 4. Pembiayaan Pembiayaan Muamalat Umroh, Pembiayaan anggota Koprasi, Pembiayaan LKM Syariah, Pembiayaan Hunian Syariah Bisnis, Remittance BMI – MayBank, Remittance BMI – BMMB, Remittance BMI – NCB, Tabungan Nusantara, Bank Garansi, Ekspor, Impor, Ekspor Impor Non LC Financing, SKBDN, Letter of Credit, Investment Service, Transver, SMS Banking, SalaMuamalat, Muamalat Mobile, Internet Banking, Cash Management System, PC Banking
51
c. Struktur organisasi Gambar 4.1 Struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia Tbk
Board of Commissioners
Sharia Supervisory
Risk Monitoring commitee Audit commitee
President Director
Compliance & Risk Management Director
Corporate Banking Director
Human Capital Division
Compliance Division
Internal Audit Division
Risk Managemen t division
Remedial Division
Corporate secretary Division
Treasury Division
Nomination & Remueration Commite
Corporate Legal Desk
Corporate Financing Division FI & Transactional Banking Division Corporate Banking Support Division
Retail Banking Director
SME & micro Financing division
Consumer Financing Division
Retail Funding Division
Sales MGMT & Support Division
E-Buisness Management Desk
Invormation Technology Division Antifraud Team
Financing Strategy division National Operation division
Network & General Service division
Finance & Operation Directo
IT Steering Committee
Financing Policy Committee
Alco
Risk Management Commitee Procurement & Service Commitee
Distribution
52
B. Bank Syariah Mandiri Sebagai tidak lanjut dari keputusan marger, bank Mandiri melakukan
konsolidasi
perbankan
Syariah.
serta
membentuk
Pembentukan
tim
tim ini
pengembangan
bertujuan
untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebgai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah
(dual
banking
system).
Tim
pengembangan
syariah
memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi
bank
syariah.
Oleh
karenanya,
tim
pengembangan perbankan syariah mempersiapkan system dan infrastrukturnya, serta kegiatan usaha BSB berubah dari baik Konvensional menjadi bank yang berorientasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandir sebagaiman tercantum dalam Akta Notaris: Sujipto, SH, No23 tanggal 8 September 1999. Perubahan
usaha
BSB
menjadi
bank
umum
syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEPBI/1999, selanjutnya, melalui surat keputusan Deputi Gubernur
Senior
Bank
Indonesia
No.1/1/KEP.DGS/1999,
BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri dan secara resmi mulai beroprasi sejak senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Mandiri Syariah hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu menampilkan idealism kegiatan oprasionalnya, harmoni antara idelisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersana membangun Indonesia menuju Indonesia yang baik. Visi yang
53
dimiliki BSM yaitu Menjadi Bank Syariah Terpercaya pilihan Mitra Usaha a. Profil Perusahaan Tabel 4.4 Profil Perusahaan PT. Bank Mandiri Syariah
Nama Alamat
PT. Bank Mandiri syariah Jl. Wisma Mandiri I, Jl. MH Thamrin No 5 jakarta 1034 (62-21) 2300 509, 3983 9000
Telepon (62-21) 3983 2989 Faksimile www.syariahmandiri.acid Situs web Tanggal berdiri
25 Oktober 1999
Tanggal Beroprasi
1 November 1999 2.500.000.000.000
Modal Dasar 1.158.243.565.000 Modal disetor 796 kantor yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia Kantor Layanan Jumlah jaringan ATM BSM
825 ATM syariah, ATM Mandiri 10,361, ATM Bersama 47,669 unit, ATM Prima 50,316 unit, EDC CA 196,870 unit, ATM BCA 10,596 dan Malasiya Elektonic Payment System (MEPS) 7,435 unit. 16.554 ( per Mei 2013)
Jumlah Kariawan Kepemilikan sagam
231.648.712 lembar saham PT Bank Mandiri Tbk, ! lembar saham PT Mandiri Sekuritas.
b. Jenis dan nama produk Produk pendanaan Tabungan BSM, BSM tabungan Mabrur, BSM tabungan Investa Cendekia, Tabungan Berencana BSM, Tabungan Simpatik BSM, Deposit BSM, Deposito BSM Valas, Giro BSM, Giro BSM valas, Tabungan Kurban BSM, Edukasi BSM. Produk Pembiayaan
54
Edukasi BSM, Mudharabah Muqayyadan On Balance Sheet (MMOB), dana Berputar, Pensiun, Griya BSM, Pembiayaan Koperasi Kariawan untuk para anggotana (PKPA), Pembiayaan talangan Haji. Produk jasa BSM Card, Santra bayar BSM, BSM SMS Banking. Produk Jasa Oprasional Kliring BSM, BSM RTGS, Transfer Dalam kota, transver Valas BSM. c. Struktur Organisasi Garmbar 4.2 Struktur Organisasi PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
RUPS Dewan Pengawas Syariah
Dewan Komisaris Komite Direktur utama
Audit
Dire
Direktorat pembiayaan komporasi & komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
Desk pembiayaan khusus & special
Divisi pembiayaan komersial&konsum er
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial Divisi pembiayaan komersial cabang
Divisi pengembanga n produk SDA pembiaya n
Direktorat Treasury & Jaringan
Divisi Dana, Treasury, perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi Divisi Peyelesaian Pembiayaan Divisi Pengembangan jaringan
cabang
Direktorat kepatuhan & manajemen risiko
Directorat oprasi & pendukung
Divisi Manajemen Risiko
korporasi &
Divisi Kepatuhan
Divisi sarana
Komite Pemantau risiko Divisi hub
Hukum
Divisi Pengawas interen
& logistik Divisi Perencanaan, Pengembangan & manajemen kinerja
Divisi Operasi & akuntansi
Divisi Sistem Divisi Sumber Daya Insani
SDA Sumber Daya insane
SDK Perbankan internasional SKD jarlangan SAD dana
Komite remunerei & nominasi
Desk Sisdur & Pengawasn
& teknologi
Komite Manajem Risiko Ketua : Direktur Utam Sekertaris : Ka Di Manajemen Risi
55
C. Profil PT. Bank Mega Syariah (BMS) Bank Mega Syariah berawal dari bank kovensional yaitu Bank Tugu. Bank umum yang didirikan pada 14 juli 1990, yang kemudian di akuisi CT Corpora. Yang dahulunya bernama Para Group melalui PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Konversi bank konvensional menjadi bank syariah memang berawal dari keinginan pemegang saham. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan bank tugu di konversi menjadi PT Bank Mega Syariah Indonesia (BMS) pada tanggal 27 Juli 2004. Pengoperasian tersebut tercatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi hamper tiga tahun kemudian 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan benttuk logo BSM ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega Tbk. tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Visi yang dimilki Bank Mega Syariah yaitu Tumbuh Sejahtera Bersama Bangsa. a. Profil Perusahaan Tabel 4.5 Profil Bank Mega Syariah
Nama Bank Alamat Telepon Fax Homepage Tanggal berdiri Mulai beroprasi
PT Bank Mega Syariah Menara Mega Syariah Jl.HR Rasuna Said kav.19A Jakarta 12940 021- 29852000 201-29852100 www.megasyariah.co.id 25 Agustus 2004 07 November 2007
56
b. Produk dan jasa Bank Mega Syariah Tabungan utama iB, tabungan Utama Pensiun iB, tabungan Mitra iB, Taungan Rencana iB, Tabungan plus iB, tabungan investasya ib, Tabungan haji i. c. Struktur organisasi Gambar 4.3 Struktur Organisasi Bank Mega Syariah
President Director
Business Director
Corporate strategic Plan
Risk.Compliance& hic Director
Opration, IT& collection director
Opration
Product Development
Human Capital management
Financial Management
Risk & complinace
Internal Audit & control
Legal & fund
Corporate Secretary
Internal Control
Treasury & Coroprate Reationship
General affairs Comercial Business
Retail & Funding Business Micro & small Business
Information Tecnology
Collection & Remedial
Financing Risk Acceptance Mangement
Regional Branch Manager Sub Branch Manager
57
D. Profil PT. Bank Syariah Bukopin (BBS) Bank bukopin syariah
dulu bernama PT. bank Persyarikatan
Indonesia (BPI), yang didirikan berdasarkan Akta No. 102 tertanggal 20 juli dengan nama PT. Bank djojo Wilami, SH, Notaris di Samarinda. Dalam Swansarindo Internasional yang dibuat dihadapan Dr. Wijmerupakan rusahan yang dahulunya diakuisisi oleh PT. Bank Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi sebuah bank syariah yng kini menjadi PT. Bank Syariah Bukopin. Keberadaan PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut perseroan) sebagai bank yang beroprasi dengan prinsip syariah bermula dari diakuisinya PT Bank Perserikatan Indonesia (sebuah bank umum konvensional) oleh PT bank Bukopin, Tbk, proses akuisi tersebut berlangung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008. PT bank Perserikatan Indonesia sebagai cikal bakal perseroan, sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional, didirikan berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 juli 1990, dihadapan Notaris Dr. Widjojo Wilami, S.H. di Samarinda, Kalimantan Timur. Selanjutnya pada tahun 2008, PT Bank Perserikatan Indonesia berubah nama menjadi PT Bank Syariah Bukopin. Perubahan nama tersebut sekaligus menjadi penanda perubahan kegiatan usaha bank, dari bank konvensional menjadi bank syariah. Secra legal dan formal, perubahan kegiatan usaha bank tersebut berdasarkan surat keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 oktober 2008. Secara efektif, perseroan baru menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip syariah pada 9 desember 2008 selanjutna kegiatan operasional perseroan secra resmi dibuka oleh M Jusuf Kala, wakil presiden Republik Indonesia Pada 11 Desember 2008. a. Profil Bank Syariah Bukopin
58
Tabel 4.6 Profil Perusahaan Bank Bukopin Syariah
Nama Bank Alamat Telepon Fax Homepage Email Tanggal berdiri Mulai beroprasi Modal dasar Modal disetor Ekuitas Kantor layanan Kantor layanan Syariah Jaringan ATm
Jumlah pegawai Produk dan jasa
.
PT Bank Syariah Bukopin Jalan Salemba Raya Nomor 55, Salemba Jakarta Pusat 10440 021-2300912 201-31480401 www.syariahbukopin.co.id
[email protected] 29 juli 1990 9 Desember 2008 Rp. 1.000.000.000.000 Rp. 450.370.000.000 Rp. 273.072.153.130 21 kantor layanan di seluruh Indonesia 53 kantor Layanan Syariah ATM Syariah Bukopin, ATM Bukopin, ATM Bersama, ATM Prima 539 orang Tabungan siaga iB, taungan iB, Rencana, tabungan iB siaga bisnis, tabungan iB haji, Giro iB, depositi iB, tabunganku iB
59
b. Struktur organisasi Gambar 4.4 Struktur Organisasi Bank Bukopin syariah RUPS DEWAN PENGAWAS SYARIAH
DEWAN KOMISARIAT KOMITE REMUNERASI\ & NOMINASI
DIREKTORAT UTAMA
KOMITE AUDIT
KOMITE PEMANTAU RISIKO
DIREKTORAT BISNIS
DIREKTORAT OPRASI &PELAYANAN
DIREKTORAT KEPATUHAN & MANAJEMEN RISIKO
DIVISI BISNIS AREA
DIVISI OPRASI & ANALISA KEUANGAN
DIVISI KEPATUHAN
DIVISI INSTITUSI/ KOMERSIAL
DIVISI PELAANAN
DIVISI MANAJEMEN RISIKO
DIVISI SUPERVSI
DIVISI SUPPORT PEMBIAYAAN
DIVISI RESTRUKTURIASI & PENYELESAIAN PEMBIAYAAN
BISNIS & FEE BASED
DIVISI PENGEMBANGAN PRODUK
BISNIS CABANG
DIVISI SUMBER DAYA INSANI
SATUAN KERJA AUDIT INTEREN
SEKERTARIS PERUSAHAAN
BAGIAN TREASURY DIVISI TEKNOLOGI INORMASI
60
2. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK Kesehatan bank adalah gambaran mengenai kondisi dan kinerja bank sebagai alat bagi otoritas pengawas keuangan dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain sebagai alat bagi pengawas keuangan, kesehatan bank juga penting bagi pihak-pihak terkait, seperti pengelola bank, pemilik, pemerintah, pemegang saham dan pengguna jasa perbankan. Siring dengan perkembangan jaman dan berkembangnya industri perbankan yang semakin kompleks dan beragam, sehingga penilaian kesehatan bank telah mengalami beberapa perubahan yang disempurnakan agar dapat menggambarkan kondisi bank saat ini dan yang akan datang. Analisis yang digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank yang penulis gunakan adalah metoode CAMELS. Namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis dari komponen keuangan atau financialnya saja, komponen-komponenya yaitu Capital, Asset, Earning dan liquidity. Sedangkan untuk komponen Management dan Market to Risk tidak digunakan, karena dua komponen tersebut menggunakan analisis kualitatif yaitu korsioner dan wawancara. Alasan lainya kenapa dua komponen ini tidak diikutsertakan dalam penilaian tingkat kesehatan bank syariah yaitu karena penelitian ini meneliti 6 tahun perhitungan dimulai dari tahun 2008 sampai 2013 sedangkan untuk manajemen dan market to risk harus diteliti setiap tahunya. Metode CAMELS Metode CAMELS adalah penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap 6 faktor pembentuk yaitu terdiri dari Capital (permodalan), Asset quality (kualitas aset), Manajement (manajement), Earning (rentabilitas), Liquidity (likuiditas), dan sensitivity to market risk (sensitifitas terhadap risiko pasar).
61
Dalam penelitian ini analisis yang akan digunakan untuk mengukur kesehatan bank yaitu dengan metode CAMEL, tapi penulis membatasi dari sisi finansialnya saja. Sehingga peneliti hanya meneliti dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Dalam penelitian ini akan melihat bagai mana kesehatan Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bank Syariah Bukopin dilihat dari 4 aspek dalam metode CAMELS dan dalam perhitungan 6 tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan 2013. Berikut ini adalah analisis kesehatan Bank Syariah di Indonesia ketika Krisis dan Sesudah Krisis keuangan global 1. Capital Rasio Permodalan diukur dengan mengunakan perbandingan antara jumlah modal terhadap aktiva tertimbang Menurut Risiko (ATMR)2. Sehingga CAR (capital Adequacy Ratio) bank-bank Syariah (Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah dan Bank Syariah Bukopin) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Rasio Car (Capital Adequacy Ratio) BSM, BMI, BMS, BSB tahun 2008 - 2013
No
NAMA RASIO CAR/KPMM BANK/ TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 BSM 12,72% 12,29% 10,96% 14,69% 13,87% 14,12% 2 BMI 10,83% 11,10% 13,26% 12,01% 11,57% 17,46% 2 BMS 13,47% 10,96% 12,35% 13,51% 12,35% 12,99% 4 BSB 37,19% 13,06% 11,51% 11,29% 12,78% 11,10% Sumber : perhitungan dari anuual report dan laporan keuangan publikasi BI
2
Bank Indonesia.Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Penilaian Tingkat Kesehatan Indonesia. (BI, Jakarta 2012) hal 163
62
Berdasarkan hasil perhitungan rasio permodalan Bank Syariah Mandiri selama 6 tahun berturut-turut adalah 12,72%, 12,29%, 10.96%, 12,29%, 13,87% dan 14,12%. Rasio yang dihasilkan berada pada interval 10% > CAR > 12% lebih besar dari CAR yang telah ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 8%, maka rasio permodalan BSM pada tahun 2008 sampai dengan 2013 dikatakan sangat sehat. Berdasarkan nilai Rasio CAR yang didapat BSM mendapat 2 katagori peringkat dari tahun 2008 sampai dengan 2013. Yaitu peringkat 1 ditahun 2008, 2009, 2011,2012 dan 2013. Sedangkan di peringkat 2 yaitu hanya pada tahun 2010. Walaupun setiap tahunya mengalami fluktuasi seperti pada tahun 2010 dan 2013. Keadaan CAR
di tahun 2008 – 2009 atau 2
periode saat krisis keuangan global dapat dikatakan masih memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh BI dan walapun terjadi penurunan ditahun 2009. Kestabilan nilai CAR di tahun 2008 dan 2009 dibantu karena adanya peraturan BI yang menaikkan BI rate hingga 205 basis poin ke level 16,75% sehingga mengakibatkan daya beli meningkat dan kepercayaan masyarakat terhadap pasar keuangan juga meningkat 3. Penurunan di tahun 2010 disebabkan oleh adanya ekspansi pembiayaan yang signifikan selama tahun 2010 dengan pertumbuhan mencapai 49,21 atau 7,91 triliun. Dan karena adanya pembayaran pembiayaan diterima sebesar Rp 150 miliar dan pembayaran subordinasi sebesar Rp.200 miliar. Sehingga terjadi penurunan CAR sebesar 1,09% di tahun 2012. dari penurunan yang terjadi di tahun 2010 dan 2012 Namun BSM mampu meningkatkan kecukupan permodalan bank, menunjukan kemampuan BSM dalam menyerap kerugian dan mengelola kecukupan modal dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan rasio permodalan Bank Muamalat Indonesia selama 6 tahun berturut-turut dimulai dari tahun 2008 sampai dengan 2013. Rasio CAR yang diperoleh adalah 10,83%, 11,10%, 3
Annual Riport BSM 2008 hal 39
63
13,26%, 12,01%, 11, 57% dan 17,46%. Rasio yang dihasilkan BMI pada 6 tahun berturut-tirut berada pada interval 10% < CAR< 15%. Dari rasio CAR yang didapat selama 6 tahun berjalan, didapatkan 2 katagori peringkat. Yaitu, peringkat 1 untuk tahun 2010, 2011dan 2013. Sedangkan untuk 2 yaitu didapat di 2008, 2009 dan 2012. Dilihat dari nilai rasio CAR yang didapat dari 6 tahun perhitungan, rasio CAR yang paling tinggi yang dimiliki oleh BMI yaitu pada tahun 2013. CAR BMI mengalami kenaikan yang sangat signifikan hingga 5,89% dibandingkan tahun lalu. Pemicu kenaikan nilai CAR yaitu dengan adanya penerbitan saham baru (rights issue) senilai Rp.1,35 triliun dengan menerbitkanya saham baru memberikan keleluasaan bagi ekspansi pembiayaan lebih lanjut. Sedangkan rasio terkecil yang didapat BMI terlihat pada tahun 2008. Kembali lagi penyebab dari penurunan yang terjadi di BMI pada tahun 2008 juga disebabkan oleh keadaan ekonomi Indonesia
pada
tahun 2008 yaitu adanya krisis keuangan global walau tidak terlalu terlihat dampaknya karena rasio yang di dapat tahun itu dapat menempati nilai CAR di peringkat 2. Sedangkan untuk penurunannya di tahun 2012 dipicu oleh adanya ekspansi Pembiayaan yang cukup agresif ditahun 2012. Kondisi rasio CAR selanjutnya yaitu Bank Mega Syariah. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, nilai rasio CAR BMS dalam 6 tahun berturut-turut yaitu 13,47%, 10,96%, 12,35%, 13,51%, 12,35% dan 12,99%. diliahat dari rasio yang didapat oleh BMS, rasio CAR berada pada interval 10 < KPMM <13%. Didapat peringkat di tahun 2008, 2010, 2011, 2012 dan 2013 sehingga dapat dikatakan sangat sehat. Sehingga didapat 2 katagori peringkat. Dari 6 tahun perhitungan hanya satu tahun yang mendapatkan peringkat 2 yaitu di tahun 2009. Sedangkan selebihnya ditahun 2008, 2010,2011,2012, dan 2013 mendapatkan peringkat 1. Sedangkan ditahun 2009 rasio yang didapat yaitu 10,96% sehingga rasio masuk pada peringkat 2 yaitu
64
cukup sehat. Nilai yang didapat pada tahun 2009 lebih kecil dibandingkan tahun-tahun yang lainnya yaitu disebabkan tidak adanya penambahan modal disetor ketika tahun 2009. Ditambah pula di tahun 2008 CAR sebesar 13,47 % dibantu dengan adanya peraturan BI yang menaikan nilai rate sebsar 250 basis poin yang disebabkan adanya inflasi di bulan desember 2008. Walaupun terjadi penurunan ditahun 2009 namun BMS mapu meningkatan kecukupan permodalan bank, dan menunjukan kemampuan BMS
dalam menyerap kerugian dan
mengelola kecukupan permodalan dengan baik. Berdasarkan hasil rasio CAR yang didapat oleh bank Bukopin dalam 6 tahun berturut-turut adalah 37,19%, 13,06%, 11,51%, 11,29%, 12,78%, da 11,10%. berdasarkan rasio yang dihasilkan oleh BSB rasio CAR berada pada interval 11% < KPM < 13%. Peringkat yang didapat oleh bank syariah bukopin pada faktor capital mendapatkan 2 katagori peringkat, peringkat 1 ditahun 2008, 2009 dan 2012. Sedangkan peringkat 2 di tahun 2010, 2011 dan 2013. Nilai rasio yang terkecil didapat oleh BSB yaitu pada tahun 2013 dan nilai tertinggi pada tahun 2008. Rasio yang tinggi yang didapat BSB pada tahun 2008 sebenarnya dipicu oleh baru beroperasinya BSB sebagai Bank Umum dengan Prinsip syariah. Yang pada awalnya BSB bernama bank Persyarikatan Indonesia dan masih menggunakan sisitem konvensional. Setelah mendapatkan persetujuan dari bank Indonesia sesuai surat Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 dan diresmikan oleh wakil presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Desember 2008. Sedangkan penurunan yang terjadi ditahun 2013
yaitu adanya pembenahan internal dan penguatan
infrastruktur yang dilakukan oleh perusahaan yang sedikitnya dapat meningkatkan perodalan. Kecendrungan yang terlihat dari nilai rasio CAR/KPMM dari ke empat bank dan enam tahun perhitungan. Adanya banyak penurunan
65
nilai CAR/KPMM di tahun 2012 yaitu periode di saat setelah krisis keuangan global. Terlihat ditahun tersebut 3 dari 4 bank mengalami penurunan yaitu BSM, BMI, dan BMS. Faktor penyebab dari penurunan ini lebih kepada alasan dari internal bank tersebut tidak ada yang dipengaruhi oleh keadaan perekonomian Indonesia. Sedangkan untuk BSB tidak mengalami penurunan nilai CAR/KPM ditahun 2012. Gambaran nilai CAR/KPPM dari 2 periode saat krisis keuangan global dan 4 periode setelah krisis keuangan global terlihat bahwa ketika krisis keuangan global di dua periode tersebut mengalai fluktuasi di dua periode tersebut. Fluktuasi yang terjadi di saat krisis keuangan global lebih disebebkan oleh keadaan perekonomian Indonesia yang waktu itu terkena dapak krisis keuangan global dan kemudian adanya bantuan dari pemerintah yaitu BI dengan menaikan BI rate sebesar basis poin 205% yang membantu perbankan dalam menangani kepercayaan nasabah. Selain dari keadaan perekonomian Indonesia nilai fluktuasi di tahun 2008 dan 2009 juga di pengaruhi oleh keadaan internal di asingasing bank. Namun secara keseluruhan keempat bank tersebut yaitu BSM, BMI, BMS dan BSB nilai CAR/KPPM yang didapat berada pada peringkat 1 yang artinya artinya tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan CAR/KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang dan peringkat 2 yang artinya tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang. Secara garis besar ini menunjukan nilai CAR/KPPM dari bank syariah sehat dan cukup sehat dalam hal permodalan pada saat krisis dan setelah krisis keuangan global. Bank syariah tersebut mampu menyerap kerugian dan mengelola kecukupan modal dengan baik.
66
2. Asset Penilaian terhadap kualitas asset berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal KAP (kualitas Aktiva Produktif) dan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif). Tabel 4.8 Rasio Aspek KAP (Kualitas Aktiva Produktif) BSM, BMI, BMS, dan BSB Tahun 2008-2013 No
NAMA RASIO KAP BANK/ TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 BSM 0,92% 0,95% 0,97% 0,98% 0,97% 0,96% 2 BMI 0,96% 0,96% 0,92% 0,97% 0,99% 0,98% 2 BMS 0,98% 0,96% 0,92% 0,97% 0,97% 0,96% 4 BSB 0,98% 0,97% 0,95% 0,97% 0,96% 0,95% Sumber : Perhitungan dari Annual Report dan Laporan keuangan Publikasi BI Berdasarkan perhitungan Rasio KAP yang dilakukan penulis, dengan membandingkan kualitas aktifa produktif yang dikualifikasikan dengan jumlah kualitas aktifa produktif dan dikalikan seratus persen. Nilai yang didapat dari perhitungan ini hasilnya hampir mendekati 1% dari masingmasing tahun. Rasio KAP yang didapat oleh Bank Mandiri Syariah selama 6 tahun perhitungan yaitu sebagai berikut, Ditahun 2008 BSM menghasilkan nilai rasio KAP sebesar 0,91, di tahun 2009 memperoleh senilai 0,96%, 2010 sebesar 0,97%, tahun 2011 nilai rasio KAP sebesar 0,98%, dan nilai Rasio KAP tahun 2012 dan 2013 masing-masing sebesar 0,97 dan 0,96%. Dilihat dari perolehan nilai rasio KAP pertahunnya mengalami peningkatan hanya di tahun 2013 yang menurun dengan nilai sebesar Basis Poin sebesar 0,1 dibandingkan tahun 2012. Penyebab dari penurunan ini disebabkan oleh banyaknya jumlah aset macet pada aktiva produktif yang diklasifikas pada tahun 2013. Sedangkan untuk peringkat dari masing-masing tahun untuk rasio KAP yang dimiliki BSM rata-rata memiliki peringkat 2 yang artinya rasio KAP pada BSM dikatagorikan sehat. Rasio KAP BSM selama 6 tahun
67
berturut-turut berada pada interval 0.91 < KAP < 0.98% sehingga masuk dalam 3 katagori. Yaitu ditahun 2008 peringkat 4, 2009 peringkat 3, dan 2010 sampai dengan 2013 peringkat ke 2. Selanjutnya Rasio KAP yang dimiliki oleh BMI dari 6 tahun perhitungan mengalami peningkatan. Di tahun 2008 rasio KAP yang dimiliki BMI sebesar 0,96%, ditahun 2009 0,96%, tahun 2010 sebesar 0,92%, tahun 2011 yaitu 0,97% tahun 2012 rasio KAP sebesar 0,99% dan di tahun 2013 0,98%. Dilihat dari perolehan nilai rasio KAP dari BMI selalu meningkat setiap tahunnya. Hanya di tahun 2008 saja yang mengalami penurunan sebesar basis poin 0,4 % dari tahun sebelumnya. Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada tahun 2012. Dari perhitungan rasio KAP yang dimiliki BMI berada pada interval 0.92%
0,99%. sehingga di dapat 3 peringkat KAP yang dimiliki BMS. Di tahun 2012 mendapatkan peringkat pertama. 2008,2009, 2011 dan 2013. Sedangkan 2010 mendapatakn peringkat ke empat. Rasio KAP terakhir yang diiliki oleh BSB dala 6 tahun terakhir. Tahu 2008 rasio KAP yang di peroleh BSB sebesar 0,98%. 2009 rasio KAP sebesar 0,97% . tahun 2010 rasio KAP sebesar 0,95% rasio KAP ditahun 2011 sebsar 0,97 tahun 2012 rasio KAP sebesar 0,96% dan tahun 2013 rasio KAP yang di
68
Peroleh BSB sebesar 0,95%. Rasio KAP yang dimiliki BSB berada pada interval 0.95%0,98%. Hal ini menendakan bahwa kondisi kesehatan KAP BSB selama 6 tahun berturut-turut mendapatkan katagori, yaitu pada tahun 2008, 2009, 2011 dan 2012 mendapatkan peringkat ke dua. Sedangkan 2010 dan 2013 mendapatkan peringkat ke tiga. Dari nilai Rasio KAP masing-masing Bank dalam dua periode ketika krisis keuangan global dan empat periode setelah krisis keuangan global, kecendrungan yang terlihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami sedikit peningkatan di masing-masing bank. Sedangkan pada tahun 2013 di keempat bank tersebut mengalami penurunan rasio KAP. Penurunan yang terjadi sebenarnya dikarenakan oleh perubahan jumlah PPAP serta PPAPWD pada tiap tahunnya yang dipengaruhi oleh perubahan jumlah cadangan yang harus disediakan seiring dengan pertumbuhan jumlah pembiayaan yang diberikan.
3. Rantabilitas (Earning) Rasio Rantabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemapuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas bank dimaksudkan untuk menilai keampuan bank dalam menghasilkan laba. Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan oprasional dan beban oprasional dengan rata-rata aktiva. Tabel 4.9 Rasio NOM (Net Operating Margin) BSM, BI, BMS dan BSB tahun 2008-2009 NAMA BANK/TAH UN BSM BMI
RASIO NOM 2008 20,48% 31,86%
2009 23,10% 6,17%
2010 22,06% 14,28%
2011 19,80% 17,76%
2012 25,84% 20,11%
2013 17,81% 15,83%
69
BMS BSB
10,14% -58,34%
25,52% 1,94%
24,47% 8,74%
17,26% 7,56%
39,26% 9,59%
26,04% 9.29%
Tabel 4.5 diatas adalah nilai rasio NOM yang didapat oleh BSM, BMI, BMS, dan BSB dalam kurun waktu enam tahun dalam dua periode. Berikut nilai NOM yang didapat oleh masing-masing bank. BSM ditahun 2008 memperoleh nilai NOM yang cukup tinggi yaitu sebesar 20,48%. Faktor pendorong dari kenaikan ini yaitu besarnya pendapatan oprasional yang didapat oleh BSM ketika tahun 2008 dibandingkan dengan tiga variabel lain pembentuk nilai NOM, seperti nilai bagi hasil, beban oprasional, dan aktiva rata-rata pertahunnya. Kemudian ditahun 2009 nilai NOM BSM mengalami kenaikan sebesar 2,62% dengan nilai NOM sebesar 23,10%. kenaikan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan operasional dan juga diikuti oleh kenaikan beban oprasional juga terdapat peningkatan pada rata-rata aktiva produktif yang semula di tahun 2008 sebesar 1.366.856 miliar menjadi 1.775.839 walaupun dalam tahun ini masih terjadi ekspansi ekonomi namun tidak mempengaruhi terhadap nilai NOM yang didapat oleh BSM pada tahun 2009. Tahun 2010 dan 2011 terjadi penurunan masing-masing sebesar 1,04% dan 2,98% dengan nilai NOM masing-masing sebesar 22,06 dan 19,80%. penurunan yang terjadi ditahun 2010 yaitu karena peningkatan pada beban operasional atau beban usaha karena BSM melakukan pembangunan infrastruktur bisnis yang signifikan ditahun 2010. Pada 2010 BSM membuka 144 outlet baru yang berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai. Dan selama 2010 terdapat penambahan pegawai sebanyak 3.358 orang. Sama hal nya dengan alasan penurunan nilai NOM ditahun 2010,
pemicu penurunan
ditahun 2011 juga karena kenaikan jumlah beban usaha atau beban operasional karena BSM meenambah infrastruktur bisnis yaitu dengan mebuka outlet sebanyak 162 dan penambahan pegawai sebanyak 2.222 orang termasuk outsorce. Untuk tahun 2012 BSM mengalami kenaikan nilai NOM sebesar 6,04% dengan nilai NOM sebesar 25,84% lebih besar dibandingkan
70
dua tahun terakhir. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan usaha dan laba usaha yang didapat oleh BSM peningkatan yang terjadi sebesar
46,20% dibandingkan tahun lalu dan beban usaha yang sedikit
menurun dibandingkan tahun sebelumnya walupun masih menambah infrastruktur bisnis sebanyak 92 outlet. Ditahun 2013 nilai NOM dari BSM kembali mengalami penurunan dengan nilai NOM sebesar 17,81%. penurunan ini dipicu oleh penurunan laba usaha dibening tahun sebelumnya sebesar 19,74% atau Rp 221 miliar. Ditambah pula dengan peningkatan beban usaha karena peningkatan infrastruktur. Walaupun setiap tahunya mengalami fluktuasi naun nilai NOM yang didapat oleh BSM mendapat peringkat 1 yang artinya SEHAT karena nilai NOM yang didapat melebihi 3% dari ketetapan BI. Dari nilai yang tertera di atas rasio NOM BSM berada pada interval 17 < NOM < 26%. Sehingga didapat kan peringkat 1 untuk masing-masing tahun selama 6 tahun berturut-turut. Selanjutnya kondisi NOM BMI dari tahun 2008-2009 menunjukan terjadi fluktuasi disetiap tahunya namun menempati peringkat 1 untuk tingkat kesehatan Bank syariah dilihat dari faktor NOM nya. Nilai yang di dapat di tahun 2008 cukup mmenggembirakan dan merupakan nilai tertinggi dari 6 tahun perhitungan yaitu sebesar 31,86%.nilai ini diperoleh karena adanya peningkatan laba usaha yang diperoleh dari kinerja bank yang seakin solid, antra lain melelui keberhasilan perluasan jaringan layanan ke seluruh provinsi di Indonesia berkat prestasi Shar-E, serta keberhasilan strategi pengembangan usaha WAR yang mulai diterapkan tahun 2007. Selain itu saldo piutang jual beli tercatat meningkat sebesar 18,35% dari Rp 4.220,18 miliar pada 2007 menjadi Rp. 4994,47 miliar ditahun 2008. Sedangkan saldo pembiayaan bagi hasil meningkat sebesar 19,81% dari Rp 41.190,57 miliar tahun 2007 menjadi Rp. 5.020,76 miliar pada tahun 2008. Ditahun 2009 terjadi penurunan nilai NOM sebesar 25,69% dengan nilai NOM sebesar 6,17%. penurunan ini sangat drastis hal ini disebebkan oleh terjadinya penurunan aktiva rata-rata yang didapat di tahun 2009 lebih kecil dibandingkan tahun 2008 serta terjadi
71
peningkatan beban oprasional yang disebebkan oleh pembukaan jaringan baru yang cukup luas serta perbaikan kondisi fisik (Phiysical condition) dari beberapa outlet yang ada sebagai bagian dari program peningkatan kualitas layanan. Tahun 2010, 2011 dan 2012 NOM mengalami peningkatan masingmasing sebesar sebesar 8,11%, 3,48% dan 2,35% dengan nilai NOM masingmasing sebesar 14,28%, 17,76% dan 20,11%. peningkatan ini dipengaruhi oleh perekonomian dunia yang mengalami perbaikan pada awal 2010 dan telah menimbulkan optimis. kian membaiknya kondisi peekonomian pasca krisis financial global tahun 2008. Serta peningkatan yang terjadi di tahun 2010 dipengaruhi oleh peningkatan laba operasional yaitu sebesar Rp 238,28 miliar atau naik 202,74% dibandingkan tahun 2009 yang hanya 78,71 miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada Portofolio pembiayaan yang berdampak terhadap kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2011 dan 2012 juga mengalami peningkatan laba operasional yang sangat signifikan masing-masing sebesar 60,07% dan 42,32% atau Rp 273,6 miliar dan Rp 132,43 miliar. Sedangkan ditahun 2013 NOM BMI mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelunya yaitu sebesar 15,83%. penurunan ini dipicu oleh kenaikan beban operasional ditahun 2013. Nilai rasio NOM BMI berada pada interval 6% < NOM < 35%.. dan nilai NOM yang didapat setiap tahunnya berada di peringkat 1 karena melampaui nilai yang sudah ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 3%. Nilai rasio berikutnya yaitu nilai rasio NOM Bank Mega Syariah. Dimulai dari tahun 2008 nilai NOM yang didapat oleh bank Mega Syariah yaitu sebesar 10,14% , tahun 2009 sebesar 25,52%, tahun 2010 sebesar 24,47%, tahun 2011 sebesar 17,26%, tahun 2011 sebesar 39,26% dan tahun 2013 sebesar 26,04%. dilihat dari perolehan nilai NOM BMS dari tahun 2008 sampai dengan 2013 nilai yang di dapat mengalami fluktuasi dimasing tahunnya. Apa bila kita bagi menjadi dua periode yaitu ketika krisis financial global dan setelah krisis financial global dapat di jabarkan bahwa keadaan
72
NOM di dua periode tersebut hamper mengalami perubahan yang sama. Sama-sama mendapatkan peringkat 1 atau SEHAT karena dapat melampaui ketetapan dari BI yaitu 3%. fluktuasi yang terjadi setiap tahunya disebabkan oleh naik turunya laba operasional dan naik turunya beban operasional yang disebebkan oleh ekspansi bisnis. Nilai NOM BMS berada di interval 10 < NOM > 39%. Dan semua tahun mendapatkan peringkat pertama dan itu artinya bank mega syariah untuk faktor Earning berada di kondisi sangat sehat setiap tahunnya. Ditahun 2008 rasio NOM yang didapat sebesar -58,34%. penyebab rendahnya nilai NOM di tahun 2008 disebebkan oleh baru beroperasinya BSB sebagai Bank berprinsip syariah yang asal mulanya dari bank kovensional. Kemudian di tahun 2009 ada sedikit peningkatan walaupun tidak memenuhi kriteria dari BI. Penyebab terjadinya rendahnya nilai NOM yang didapat BSB ditahun 2009 yaitu lebih kepada pemulihan perekonomian karena di tahun 2008 BSB baru beroperasi menjadi bank Syariah. Diliahat dari kinerjanya BSB ditahun 2009 benyak mengalami peningkatan dari segi laba bersih, aktiva dan lain sebagainya. Kemudian masa setelah krisis keuangan global BSB mengalami peningkatan disetiap tahunnya untuk rasio NOM ini. tahun 2010 NOM yang di dapat BSB bisa memnuhi ketentuan dari BI dengan perolehan NOM sebesar 8,74%. sedangkan di tahun 2011 NOM BSB turun 1,8% dibandingkan tahun 2010 nilai NOM sebesar 7,56%. Peneyebab dari penurunan ini yaitu Memburuknya bagi hasil investor dan laba bersih BSB yang disebebkan oleh besarnya pengeluaran bebean operasional yang dikeluarkan oleh BSB. Walaupun ditahun 2011 BSB mengalami penurunan namun di tahun 2012 dan 2013 BSB naik kembali untuk perolehan NOM nya yaitu masing-masing sebesar 9,59% dan 9,29%. peningkatan ini lebih kepada meningkatnya laba bersih dan bagi hasil investor yang meningkat ditahun 2012 dan tahun 2013. Walaupun demikian kondisi NOM di tahun 2010 sampai dengan 2013 dapat memenuhi ketetapan dari BI mengenai standar kesehatan Bank Syariah dari faktor Earning yaitu sebesar 3%. Dan BSB
73
ditahun 2010 sampai dengan 2013 dalam keadaan SEHAT dengan interval yang di dapat pada nilai -58 < NOM < 9%. Dari interval ini BSB mendapatkan 3 katagori peringkat. Yaitu ditahun 2008 peringkat 5 dan dari 2010 sampai dengan 2013 mendapatkan peringkat 1 . dan 2009 mendapatkan peringkat 3. Kecenderungan yang terlihat dari rasio NOM didapat bank syariah pada dua periode saat krisis keuangan global dan empat periode setelah krisis keuangan global melebihi nilai rasio NOM yang ditetapkan oleh BI. Keempat bank tersebut dapat memenuhi kebutuhan rasio NOM yang menunjukan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan. Nilai NOM dari keempat bank tersebut kecendrungannya dapat melampaui ketetapan BI mengenai ketentuan NOM yang harus lebih dari 3%. Hanya di bank Syariah Bukopin di tahun 2008 dan 2009 yaitu 2 periode krisis global yang tidak memenuhi ketetapan dari BI. Hal ini sebenarnya bukan disebabkan oleh keadaan perekonomian Indonesia saat itu, namun lebih kepada baru beroprasinya BSB di tahun 2008 dan 2009. Jadi BSB di dua periode tersebut belum bisa menghasilkan keuntungan yang besar. Tapi terlihat dari empat periode setelah krisis BSB mampu menunjukan perkembanganya dengan dapat melampaui ketetapan dari BI. Dari ketiga peringkat yang didapat ke empat bank tersebut mengandung arti setiap peringkatnya. Untuk peringkat satu pada rasio NOM yang dimiliki oleh BSM, BMI, BMS dan BSB (2011 dan 2012) menunjukan kondisi bank syariah dalam keadaan aman dan sehat; dan didokumentasikan dan diadiministrasi dengan sangat baik. Sedang peringkat 4 dan 5 yang didapat BSB masing-masing menunjukan bahwa bank terdapat tindakan korektif dan membahayakan kelangsungan bank. Sedangkan untuk peringkat lima menunjukan signifikan dan kelangsungan usaha bank sulit untuk dapat diselamatkan dan atau didokumentasikan dan administrasikan dengan baik.
74
4. Liquidity Rasio Likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kebijakan-kebijakan terutama kewajiban jangka pendeknya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memnuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas Bank Syariah yaitu dengan menggunakan Short Term Mismatch (STM). Dimana STM adalah rasio likuiditas untuk mengukur kemapuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya. Ketetapan BI mengenai kecukupan likuiditas dari rasio STM yaitu sebesar 25%. Tabel 4.10 Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB tahun 2008-2013 Nama Bank/ Tahun BSM BMI BMS BSB
Rasio STM 2008 145,25% 78,87% 125,49% 122,62%
2009 138,39% 69,11% 301,79% 71,35%
2010 155,92% 183% 48,38% 103,14%
2011 131,27% 190,69% 37,93% 388,47%
2012 118,73% 99,91% 89,47% 100,52%
2013 160,39% 119,15% 37,23% 76,08%
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan peneliti. Rasio STM yang di miliki BSM selama 6 tahun berturut-turut yaitu 145,25%,138,39%, 155,92%, 131,27%,118,73%, dan 160,39%. berdasarkan rasio yang didapat, rasio STM BSM berada pada interval 118% > STM < 160%. Sehingga peringkat yang didapat BSM pada faktor STM berada di peringkat 1 untuk 6 tahun perhitungan. Dilihat dari peringkat yang didapat BSM selama 6 tahun berturut-turut dapat disimpulkan bahwa BMS dapat memenuhi kewajiban kewajibanya terutama kewajiban jangka pendeknya. Nilai rasio STM yang di miliki BMI sama halnya dengan rasio STM yang dimiliki BSM. Semua peringkat disetiap tahunya mendapat peringkat 1.
75
Hal ini mencerminkan bahwa BMI dalam penuhan likuiditasnya dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek dan hutang-hutang kepada nasabah. Selama 6 tahun berturut-turut nilai likuiditas yang di dapat BMI sebesar, yaitu 78,87%, 69,11%, 183%, 190,69%, 99,91%, dan 119,15%. walaupun setiap tahun nya terjadi fluktuasi namun nilai STM yang didapat memenuhi ketetapan dari BI tentang batas Minimum STM bank Syariah sebesar 25%. Interval STM BMI berada pada 6911% > STM < 190,69%. STM terendah di dapat BMI terjadi pada tahun 2009. Hal ini di picu karena adanya pergantian Manajemen pada bulan juli. Selanjutnya nilai STM yang di dapat BMS selama 6 tahun berturutturut berada pada interval 21,31% < STM > 360%. Dari interval ini dapat di jabarkan bahwa BMS mendapatkan
katagori peringkat 1 untuk setiap
tahunya. Perolehan nilai yang di dapat selama 6 tahu berturut-turut yaitu 125,49%, 301,79%, 43,83%, 37,93%, 89,47% dan 37,23%. nilai terendah di dapat tahun 21,52%. dilihat nilai STM yang paling kecil yaitu nilai STM pada tahun 2010. Walau nilai STM pada tahun 2010 adalah nilai terkecil namun BMS masih mendapatkan peringkat 1 untuk Tingkat kesehatan dalam faktor likuiditas. Hal ini menggambarkan bahwa BMS mampu melakukan manajemen likuiditas lebih baik sehingga tidak terkena dampak dari risiko likuiditas. Faktor pendukung dari keberhasilan likuiditas yang di terima BMS yaitu posisi secondary reserve dalam bentuk SBIS dan surat berharga yang dapat dijaga pada tingkat aman dan ketentuan BI yang memperbolehkan dilakukannya repo terhadap SBSN yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/12/PBI/2014 tentang operasi Moneter Syariah. Berdasarkan nilai Likuiditas yang didapat Bank Syariah Bukopin selama 6 tahun berturut-turut adalah 122,62%, 71,35%, 103,14%, 388,47%, 100,52% dan 78,08%. dari perolehan nilai STM yang didapat Selma 6 tahun nilai STM BSB berada pada interval 71,35% > STM < 388,47%. sehingga peringkat yang didapat BSB dari 2008 sampai dengan 2013 mendapatkan peringkat 1 disetiap tahunya. Hal ini menandakan nilai rasio likuiditas BSB
76
dalam keadaan SEHAT. Dengan demikian BSB mampu mengelola likuiditas nya demi memenuhi kebutuhan dan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Juga menunjukan bahwa perusahan tersebut kuat dan memadai untuk mengembangkan bisnis serta perluasan jaringan demi mencapai pertumbuhan usaha sesuai dengan yang telah ditargetkan. Dengan demikian nilai STM yang didapat ke empat bank Syariah tersebut dapat memenuhi ketentuan limit internal GW rupiah di atas ambang batas ketetapan BI. Dan ke empat Bank tersebut mendapat predikat 1 untuk setiap tahun dalam 6 tahun perhitungan. Peringkat satu yang didapat masingmasing bank menunjukan bahwa BSM, BMI, BMS dan BSB memiliki kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat baik.
3. PENETAPAN PERINGKAT KESEHATAN BSM, BMI, BMS, DAN BSB Setelah melakukan penilaian terhadap faktor Permodalan, Aset, Rentabilitas dan likuiditas. Tahap selanjutnya untuk menetapkan peringkat kesehatan BSM, BMI, BMS, dan BSB dilakukan melalui penetapan peringkat keuangan, dengan melakukan penghitungan gabungan melalui pembobotan atas nilai peringkat faktor keuangan sebagai berikut4 : a. Permodalan, dengan bobot 25% (dua puluh lima per seratus) b. Kualitas Aset, dengan bobot 45% (empat puluh lima perseratus) c. Rentabilitas, dengan bobot 15% (lima belas per seratus) d. Likuiditas, dengan bobot 15% (limabelas per seratus) Berdasarkan hasil perhitungan metode CAMELS Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah selama Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global periode 2008-2013 adalah sebagai berikut :
4
Bank Indonesia. Kodifikasi Penilaian Kesehatan bank (BI, Jakarta 2012) hal 276
77
Tabel 4.11 Peringkat tingkat kesehatan bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin periode 20082013 dengan Metode CAMELS Nama bank PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. PT. Bank Mega Syariah, Tbk PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk
2008 2 Cukup Sehat 2 Cukup Sehat 1 Sehat 2 Cukup Sehat
Peringkat Komposit (predikat) 2009 2010 2011 2012 1 1 1 1
2013 1
Sehat 1
Sehat 1
Sehat 1
Sehat 1
Sehat 1
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
2 Cukup Sehat 2 Cukup Sehat
2 Cukup Sehat 2 Cukup Sehat
1
1
1
Sehat 1
Sehat 1
Sehat
Sehat
Sehat 2 Cukup Sehat
Dari hasil penilaian diatas Bank Mandiri Syariah selama 6 tahun mendapat 2 predikat. Predikat Cukup Sehat untuk tahun 2008 dan predikat sehat untuk tahun 2009 sapai dengan 2013.untuk tahun 2008 predikat 2 yang di terima BSM Artinya bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi krisis keuangan Global maupun Krisis Lainnya namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan kecil yang dapat di kelola dan diperbaiki oleh manajemen bank. Sedangkan untuk tahun 2009 – 2013 berada pada peringkat 1 yang artinya mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industry keuangan. Periode tahun 2011 -2013 adalah periode setelah krisis keuangan global. Dilihat dari sini bank dapat berkembang lebih pesat ketika krisis keuangan global berlangsung.
78
Untuk kondisi kesehatan bank Muamalat Indonesia atau BMI predikat 2 untuk tahun 2008, yaitu menandakan bahwa BMI ditahun 2008 dalam kondisi cukup sehat yang artinya bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi krisis keuangan Global maupun Krisis Lainnya namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan kecil yang dapat di kelola dan diperbaiki oleh manajemen bank. Kemudian di tahun 2009 – 2013 BMI
mendapatkan Peringkat 1 atau sehat. Hal ini
mencerminkan bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi perekonomian dan industri keuangan. Peringkat tingkat kesehatan bank yang diperoleh BMS atau Bank Mega Syariah selama 2 periode saat krisis keuangan global dan 4 periode setelah krisis keuangan global menunjukan adanya perkembangan. Walau di tahun 2009 BMS mendapatkan peringkat 2 menurun dari tahun 2008 yang mendapat peringkat 1. Setelahnya diempat periopde setelah krisis keuangan di tahun 2010 BMS masih mendapat peringkat 2 tapi di tiga periode tahun 2011, 2012 dan 2013 BMS mendapat peringkat 1. Jadi apabila dilihat secara kecendrungan BMS mengalami peningkatan diempat periode setelah krisis keuangan global. Sedangkan untuk BSB atau Bank Bukopin syariah secara keseluruhan didua periode saat krisis dan empat peroiode setelah krisis keuangan global lebih cendring pada predikat ke 2 atau cukup sehat. Namun ada peningkatan di dua periode setelah krisis keuangan global yaitu tahun 2011 dan 2012 BSB mendapatkan peringkat 1 yaitu cukup sehat. Walaupun kecendrungan kondisi kesehatan BSB di peringkat 2 selama 6 periode perhitungan. Namun BSB masih dalam keadaan cukup sehat yang artinya bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi krisis keuangan Global maupun Krisis Lainnya namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan kecil yang dapat dikelola dan diperbaiki oleh manajemen bank.
79
Analisis secara keseluruhan dari keempat bank syariah tersebut tentang tingkat kesehatan bank yang diperoleh keempat bank tersebut berkisar pada peringkat 1 dan 2. Yang artinya bank menunjukan kondisi yang baik di setiap tahunnya. Dengan demikian krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008-2009 tidak terlalu berdapak kepada kesehatan bank syariah di Indonesia. Sehingga nasabah dan calon investor dapat mempercayakan uangnya pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bank Syariah Bukopin.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV, penelitian kesehatan Bank Syariah di Indonesia analisis faktor Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah dan Bank Bukopin Syariah pada dua periode saat krisis Keuangan Global dan empat periode Setelah Krisis Keuangan Global tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, berikut hasil penilaian tingkat kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara saat dan setelah krisis keuangan Global. Keempat bank yang di teliti selama 6 tahun perhitungan berada pada peringkat 1 dan 2 yang artinya bank syariah dalam keadan sehat dan cukup sehat. Hal ini menggambarkan bahwa ke empat bank tersebut memiliki kondisi kesehatan bank yang baik. Berikut rincian peringkat kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB. a. Tingkat kesehatan pada Bank Syariah Mandiri, selama lima tahun berturutturut dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan liquiditas yaitu PK2, PK1, PK1, PK1, PK1, PK1 dan PK1 b. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia selama lima tahun berturutturut dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan liquiditas yaitu PK2, PK, PK1, PK1,PK, dan PK1.
80
81
c. Tingkat kesehatan Bank Mega Syariah selama lima tahun berturut-turut dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan liquiditas yaitu PK1, PK2,PK2, PK1,PK1, dan PK2. d. Tingkat kesehatan Bank Bukopin Syariah selama lima tahun berturut-turut dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan liquiditas yaitu PK2, PK2, PK2, PK1, PK1, dan PK2.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka para nasabah serta calon investor dapat mempercayakan uang mereka pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bukopin Syariah dengan rasa aman.
B. SARAN Setelah peneliti melakukan penelitian atas tingkat kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB, maka peneliti memberikan saran yang semoga bermanfaat. 1. Kepada setiap bank hendaknya memperhatikan kualitas aktiva produktif, baik aktiva bermasalah atau pun berkualitas rendah dengan cara memperbaiki
pengendalian
kualitas
aset
(aktiva
produktif).
Dan
mengembangkan pembiayaan secara ekstra hati-hati atas dasar kecukupan likuiditas. 2. Peneliti sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, masih banyak kekurangan dalam penulisan sekrispi ini, sehingga peneliti meberi saran kepada peneliti selanjutnya yang akan meneliti tingkat kesehatan bank Syariah lebih teliti dan lebih valid.
Daftar Pustaka Dwi Nur’aini Ihsan. 2003, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta : UIN Jakarta Press. Adiwarman A.Karim. 2007, Bank Islam : Analisis Fikih dan Keuangan. Raja Graindo Persada. Munaware. 1995, Analisis Laporan Keuangan., Yogyakarta : Liberty. Muhamad Syafi’I Antonio. 2001, Bank Syariah : dari Teori Keperaktek, Jakarta : Gema Insani. Kasmir. 2012, Dasar-dasar Perbankan(edisi revisi). Jakarta : Rajagrafindo Perkasa. Ade Arthesa. 2004, Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Jakarta : Indeks. Kasmir. 2011, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Rajawali Pers Bank Indonesia. 2012,
Kodifikasi Penilaian Kesehatan bank, Jakarta : Bank
Indonesia Soegengsarjadi,imam sugema, 2009,
Ekonomi konstitusi “haluan baru kegiatan
ekonomi indonesia”.Jakarta : Perpustakaan Indonesia Suharsi Arik. 2005, Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta. Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, jakarta: Bumi Aksara Sugiono. 2010, statistik untuk penelitian, bandung : Alfabeta Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.2004, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2004, (Jakarta, Bank Indonesia. Surat Edaran, Kepada bank Umum yang melaksanakan kegiaan usaha berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, prihal system peningkatan tingkat kesehtan bank umum berdasarkan prinsip syariah No.9/24/DPbs , Jakarta : Bank Indonesia hal 3 Peraturan Bank Indonesia no 9/1/PBI/2007 jakarta : Bank Indonesia
82
Tatis. Joesron, “perkembangan perbankan syariah dan prospeknya d Indonesia” jurnal bisnis dan manajemen vol 1 Muhamad syafii Antonio, 1991, Bank Syariah bagi Bankir dan praktisi keuangan (Jakarta Bank of Indonesia and Tazkia Institute Edy suandi hamid. Akar ekonomi global dan dampaknya terhadap Indonesia. Jurnal ekonomi La_Riba Vol III, No 1, juli 2009 Heri Sudarsono. Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan syariah di inonesia:perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah. La-riba-vol3nol-2009-02 Annual Riport BSM tahun 2008 s/d 2013 Annual Riport BMI tahun 2008 s/d 2013 Annual Riport BMS tahun 2008 s/d 2013 Annual Riport BSB tahun 2008 s/d 2013 Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank Syariah Mandiri Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank Muamalat Syariah Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank Mega Syariah Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank Syariah Bukopin.
83
BANK SYARIAH MANDIRI A. CAR 2008 A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tabahan Modal a. Agio saham b. Disagio (-/-) c. Modal sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun lalu setelah pajak f. Rugi tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah pajak h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran laporan keuangan j. Dana setoran modal k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio 3. Goodwil B. MODAL PELENGKAP (maks.100% dari odal inti) 1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap 2. Cadangan umum penyisishan penghapusan aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal inti) 3. Modal pinjaman 4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti) 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk di jual (45%)
1.097.945 558.244 539.701 206.993 234.500 98.208 335.324
C. MODAL PELENGKAP 1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar 2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk risisko penaluran dana 3. 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar 4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3) 5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
Total M₁ + M₂ + ₃ Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) NILAI CAR/KPMM
1.433.269 11.270.010 12.71%
135.324 200.000 -
-
2009 A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tabahan Modal a. Agio saham b. Disagio (-/-)
1.419.541 658.244 761.297 -
84
c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Modal sumbangan Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Rugi tahun lalu (-/-) Laba tahun berjalan setelah pajak Rugi tahun berjalan Selisih penjabaran laporan keuangan Dana setoran modal Penurunan nilai penyertaan pada portofolio 3. Goodwil B. MODAL PELENGKAP (maks.100% dari odal inti) 1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap 2. Cadangan umum penyisishan penghapusan aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal inti) 3. Modal pinjaman 4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti) 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk di jual (45%) C. MODAL PELENGKAP 1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar 2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk risisko penaluran dana 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar 4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3) 5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar Total M₁ + M₂ + ₃ Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) NILAI CAR/KPMM
206.993 408.832 145.472 356.659
A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tabahan Modal a. Agio saham b. Disagio (-/-) c. Modal sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun lalu setelah pajak f. Rugi tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah pajak h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran laporan keuangan j. Dana setoran modal k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio 3. Goodwil D. MODAL PELENGKAP (maks.100% dari odal inti) 6. Selisih penilaian kembali aktifa tetap 7. Cadangan umum penyisishan penghapusan
1.727.188 658.244 1.068.944 206.993 652.691 -
-
156.659 200.000 1.776.200 14.331.168 12.39%
2010
85
451.689 251.689
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal inti) 8. Modal pinjaman 9. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti) 10. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk di jual (45%)
200.000 -
E. MODAL PELENGKAP 6. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar 7. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk risisko penaluran dana 8. 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar 9. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3) 10. Jumlah odal pelengkap tabahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
Total M₁ + M₂ + ₃ Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) NILAI CAR/KPMM
2.178.877 20.495.916 10.63%
A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tabahan Modal a. Agio saham b. Disagio (-/-) c. Modal sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun lalu setelah pajak f. Rugi tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah pajak h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran laporan keuangan Dana setoran modal j. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio 3. Goodwil B. MODAL PELENGKAP (maks.100% dari odal inti) 1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap 2. Cadangan umum penyisishan penghapusan aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal inti) 3. Modal pinjaman 4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti) 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk di jual (45%)
2.701.419 1.158244 1.543.176 206.993 1.060.647 275.515 -
-
2011
C. MODAL PELENGKAP 1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar 2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk risisko penaluran dana 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
86
1.019.255 -
319.235 700.000
\-
4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3) 5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
Total M₁ + M₂ + ₃ Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) NILAI CAR/KPMM
3.720.674 15.314.942 14.69%
A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tabahan Modal a. Agio saham b. Disagio (-/-) c. Modal sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun lalu setelah pajak f. Rugi tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah pajak h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran laporan keuangan j. Dana setoran modal k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio 3. Goodwil B. MODAL PELENGKAP (maks.100% dari odal inti) 1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap 2. Cadangan umum penyisishan penghapusan aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal inti) 3. Modal pinjaman 4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti) 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk di jual (45%) C. MODAL PELENGKAP 1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar 2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk risisko penaluran dana 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar 4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3) 5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar Total M₁ + M₂ + ₃ Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) NILAI CAR/KPMM
3.655.579 1.458.244 2.197.335 231.649 1.562.841 402.845 911.731
A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tabahan Modal a. Agio saham b. Disagio (-/-)
4.391.216 1.489.022 2.902.194 -
2012
-
411731 500.000 4.567.310 32.916.532 13.87%
2013
87
c. Modal sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun lalu setelah pajak f. Rugi tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah pajak h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran laporan keuangan j. Dana setoran modal k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio 3. Goodwil F. MODAL PELENGKAP (maks.100% dari odal inti) 11. Selisih penilaian kembali aktifa tetap 12. Cadangan umum penyisishan penghapusan aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal inti) 13. Modal pinjaman 14. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti) 15. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk di jual (45%)
291.649 1.284.925 325.620 953.685
G. MODAL PELENGKAP 11. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar 12. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk risisko penaluran dana 13. 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar 14. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3) 15. Jumlah odal pelengkap tabahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
Total M₁ + M₂ + ₃ Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) NILAI CAR/KPMM
5.344.901 37.904.941 14.10%
NO Urutan 1 2 3 5
Tahun 2008 12,71%
2009 CAR 12.39% Growth 4,73% ATMR 14276446 11270010 Peringkat
B. AKTIVA PRODUKTIF 1. kualitas aktifa produktif tahun 2008 JUMLAH KAP : 16.402.271 Aktiva Produktif yang di kualifikasikan Kriteria Lancar (0% X 15.191.224)
2010 10,96% (3,8%) 20485916
-
453.685 500.000 -
-
2011 14,69% (3,73%) 25314942
2012 13,87% 0,82% 32916532
2013 14,12% (0,25%) 37841216
Tahun 2008 0 88
DPK (25% X 459.253) Kurang Lancar (50% X 126.423) Diragukan (75% X 88.159) Macet (100%X 539.212) Jumlah
114813,25 63211,5 661129,25 539212 1378366
2. Aktiva Produktif tahun 2009 JUMLAH KAP : 21.310.071 Aktiva Produktif yang di kualifikasikan Kriteria Lancar (0% x Rp.19.451.981) DPK (25% x Rp. 1.044.013) Kurang Lancar (50% x Rp. 290.903) Diragukan (75% x Rp. 11.167) Macet (100% x Rp 531.007) Jumlah
Tahun 2008 0 261003,25 145451,5 8375,25 531007 945837
3. Aktiva Produktif 2010 JUMLAH KAP : Rp. 30.743.722 Aktiva Produktif yang di kualifikasikan Kriteria Lancar (0% x Rp. 28.961.532) DPK (25% x Rp. 892.475) Kurang Lancar (50% x Rp. 386.272) Diragukan (75% x Rp. 149.066) Macet (100% x Rp.372.427) Jumlah
Tahun 2010 0 223118,75 193163 111799,5 372427 677362,5
89
4. Aktiva Produktif Tahun 2011 JUMLAH KAP : Rp. 44.947.008 Aktiva Produktif yang di kualifikasikan Kriteria Lancar (0% x Rp. 42.698.132) DPK (25% x Rp. 1225.733) Kurang Lancar (50% x Rp. 420.174) Diragukan (75% x Rp. 92.949) Macet (100% x Rp. 510.020) Jumlah
Tahun 2011 0 306433,25 120087 69711,75 510020 699818,8
5. Aktiva Produktif tahun 2012 JUMLAH KAP : Rp. 50.640.092 Aktiva Produktif yang di kualifikasikan Kriteria Lancar (0% x Rp. 47..601.717) DPK (25% x Rp. 1.641.731) Kurang Lancar (50% x Rp. 485.268) Diragukan (75% x Rp, 188.683) Macet (100% x Rp. 722.692) Jumlah
Tahun 2012 0 410432,75 242634 141512,5 722692 1517271
6. Kualitas Aktiva Produktif 2013 58.946.625 JUMLAH KAP ; Rp. 58.946.652 Aktiva Produktif yang di kualifikasikan Kriteria Lancar (0% x Rp. 54.563.418) DPK (25% x Rp. 2.074.116) Kurang Lancar (50% x Rp 621. 429) Diragukan (75% x Rp. 305.485) Macet (100% x Rp. 1.382.204) Jumlah
Tahun 2013 0 518529 31071,5 229113,75 1282204 2440561
90
C. EARNING 2008
2009
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah NOM 2108026 793049 20,48% 1035037 1366611
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah 2490814 927054 1153376 21310071
NOM
2010 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah NOM 3446382 1188913 22.06% 1692371 2561977
2011 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah NOM 5056218 1808702 19..80% 2505671 3745591
2012 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah NOM 6055278 1967852 25.84% 2997018 4220008
2013 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah 6776206 2128642 3772661 4912221
23.10%
NOM 17.81%
D. LIQUIDITY KETERANGAN GIRO WADIAH PENEMPATAN PADA BANK LAIN JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA KEWAJIBAN PADA BANK LAIN SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2008 815006 193146 1008152 215622 278429 200000
2011 2048515 229980 2278495 621068 369239 745338 750000 694051 898294 1092016 1735645 145.25618 138.39022 155.924822 131.2765571
91
2009 959887 283264 1243151 336751 316543 245000
2010 1401140 301584 1702724 450916 441100 200000
2012 2013 2242456 3238728 221720 226696 2464176 3465424 718813 718813 256471 341795 500000 500000 600000 600000 2075284 2160608 118.73922 160.39115
BANK MUAMALAT INDONESIA A. CAR 1. PERHITUNGAN PERMODALAN 2008 A. MODAL INTI Modal Disetor Cadangan tambahan Modal Agio Saham Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Laba Tahun berjalan setelah pajak Jumlah modal inti B. MODAL PELENGKAP Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif Pnjaman subordinasi Jumlah Modal Pelengkap Total modal inti dan modal pelengkap Penyertaan (-/-) TOTAL Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
492790792 132498258 126444653 7325004 102270204 861238951 103092515 312436175 415528690 127767641 (41559263) 1235208378 11402270390
ANALISIS DATA
2. PERHITUNGAN MODAL TAHUN 2009 C. MODAL INTI Modal Disetor Cadangan tambahan Modal Agio Saham Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Laba Tahun berjalan setelah pajak Jumlah modal inti
492790792 132498258 240410642 7235044 25096156 898038892 92
D. MODAL PELENGKAP Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif Pnjaman subordinasi Jumlah Modal Pelengkap Total Modal initi dan Modal tambahan Pernyatan (-/-) TOTAL MODAL Aset Tertimbang menurut Risiko (ATMR)
107710360 312775600 420485960 1318518852 (45365989) 1273150863 11467222068
Analisi data
3. Perhitungan Permodalan 2010 E. MODAL INTI Modal Disetor Cadangan tambahan Modal Agio Saham Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Laba Tahun berjalan setelah pajak Jumlah modal inti F. MODAL PELENGKAP Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif Pnjaman subordinasi Keuntungan belum direalisasikan dari perubahan nilai efek tersedia Jumlah Modal Pelengkap Jumlah modal inti danModal Pelengkap Penyertaan (-/-) Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut risiko (ATMR) Analisis CAR
93
782667194 513731161 348512902 27445302 85469969 1654613519 150474698 313115022 9074337 472664055 2127277574 (46707875) 2080569699 20109146671
4. Perhitungaan Modal tahun 2011 G. MODAL INTI Modal Disetor Cadangan tambahan Modal Agio Saham Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Laba Tahun berjalan setelah pajak Jumlah modal inti H. MODAL PELENGKAP Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif Pnjaman subordinasi Keuntungan belum diralisasikan dari perubahan nilai efek tersedia untuk dijual Jumlah Modal Pelengkap Jumlah Modal inti dan Modal Pelengkap Penyertaan (-/-) Total Moal Aktiva Tertimbang Menurut risiko (ATMR)
821843362 513737161 348512902 48504507 138810801 1869402733 218399500 313454497 61187365 593041312 2415629113 2415629113 20109146671
Analisis CAR
5. Perhitungan Modal Tahun 2012 I. MODAL INTI Modal Disetor Cadangan tambahan Modal Agio Saham Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Laba Tahun berjalan setelah pajak
812843363 513731161 622134505 109345167 172104778 94
Jumlah modal inti J. MODAL PELENGKAP Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif Pnjaman subordinasi Inventaris tersedia dijual Jumlah Modal Pelengkap Total modal inti dan modal Pelengkap Penyertaan (-/-) Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut risiko
2239158974 327535010 1114000000 1520814 1443055824 3662214798 (46928176) 3635286622 31422597851
ANalisis CAR
K. MODAL INTI Modal Disetor Cadangan tambahan Modal Agio Saham Cadangan umum dan tujuan Laba tahun lalu setelah pajak Laba Tahun berjalan setelah pajak Jumlah modal inti L. MODAL PELENGKAP Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif Pnjaman subordinasi Eksposur sekuritas Jumlah Modal Pelengkap Total modal inti dan modal pelengkap Penyertaan (-/-) TOTAL Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
1.103.435 2.937.742 -
441.525 1.500.000 (39.459)
5.943.244 33.864.606
Car
17.27%
No Urutan
Tahun 2008
2009
2010 95
2011
2012
2013
1 2
CAR 10,83% 11,10% Growth 0,27%
13,26% 2,16%
12,01% (1,25%)
B. AKTIVA PRODUKTIF 1. Aktiva Produktif Tahun 2008 JUMLAH KAP : Rp. 11.642.598 Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun 2008 Lancar (0% x Rp.10.813.266) 0 DPK (25% x Rp. 366.777) 91694,25 Kurang Lancar (50% x Rp. 290.172) 145086 DIragukan (75% x Rp. 28.871) 21653,25 Macet (100% x Rp. 143.512) 143512 Jumlah 401945,5
2. AKtiva Produktif tahun 2009 JUMLAH KAP : Rp. 15.083.200 Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp.13.644.353) 0 DPK (25% x Rp.893.061) 223265,25 Kurang Lancar (50% x Rp. 41.816) 20908 DIragukan (75% x Rp. 401.865) 301298,75 Macet (100% x Rp.102.105) 102105 Jumlah 647677
3. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2010 JUMLAH KAP : Rp. 19.881.169 Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun 2010 Lancar (0% x Rp. 18.417.671) 0 DPK (25% x Rp. 773.971) 967463,75 96
11,57% (0,44%)
Kurang Lancar (50% x Rp. 330. 874) DIragukan (75% x Rp. 42.616) Macet (100% x Rp. 316.073) Jumlah
165437 31962 316073 1480935,75
4. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2011 JUMLAH KAP : Rp 31.095.375 Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp.29.178.204) 0 DPK (25% x Rp.1.352.512) 338128 Kurang Lancar (50% x Rp. 326.210) 163110 DIragukan (75% x Rp. 34.210) 25657,5 Macet (100% x Rp.204.228) 204228 Jumlah 731123,5
5. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2012 JUMLAH KAP : Rp 43.006.061 Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp.29.107.637) 0 DPK (25% x Rp.1.265.285) 316321,5 Kurang Lancar (50% x Rp. 76.815) 38407,5 DIragukan (75% x Rp. 45.787) 34340,25 Macet (100% x Rp.570.537) 570537 Jumlah 959606,25
6. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2013 JUMLAH KAP : Rp. 53.713.374 Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan 97
Kriteria Lancar (0% x Rp.51.525.017) DPK (25% x Rp.1613.539) Kurang Lancar (50% x Rp.73.360) DIragukan (75% x Rp. 56.457) Macet (100% x Rp.445.001) Jumlah
Tahun 0 403384,75 36680 42342,75 445001 927408,5
C. NOM / EARNING 2008 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
2009 jumlah 1468034 515423 643513 970217
NOM
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
31.86%
2010 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
NOM
jumlah 2674527 1080051 1134174 2591281
NOM
6.17%
2011 jumlah 1885707 764601 884489 1656764
NOM
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
14.28%
2012 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah 1746522 822350 846607 1256933
17.76%
2013 jumlah 3382835 1278218 1400369 3500505
NOM
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
20.11%
98
jumlah 4794213 2184274 1901262 4476114
NOM 15.83%
D. LIQUIDITY KETERANGAN SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI PENEMPATAN PADA BANK LAIN JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA KEWAJIBAN PADA BANK LAIN SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2008 2009 789383 656433 221158 432450 1010541 1088883 141987 143810 726599 1048761 312436 312776 100244 70197 1281266 1575544 78.870508 69.111558
99
2010 2011 1071774 1344424 223523 378158 1295297 1722582 155270 98407 159344 119973 363114 358792 30079 326146 707807 903318 183.00144 190.6949712
2012 2013 1647148 2049470 677358 2200508 2324506 4249978 116987 130715 183942 129962 1114000 1800000 911531 1506000 2326460 3566677 99.91601 119.15792
BANK MEGA SYARIAH A. CAR 1. Perhitungan Permodalan tahun 2008 A. Modal Inti Modal Disetor Saldo Laba rugi tahun sebelumnya Laba rugi tahun berjalan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap Modal pelengkap (maksimum 150% dari modal inti) cadangan penyisishan kerugian aktiva produktif (maskimum 1,25% dari ATMR) Jumlah Modal Pelengkap Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
150059655 92062616 7742255 249862526
23571500 23571500 273433526 2029524249
Analisis CAR
2. Perhitungan Permodalan tahun 2009 A. Modal Inti Modal Disetor Saldo Laba rugi tahun sebelumnya Laba rugi tahun berjalan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap Modal pelengkap (maksimum 150% dari modal inti) cadangan penyisishan kerugian aktiva produktif (maskimum 1,25% dari ATMR) Jumlah Modal Pelengkap Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Analisis CAR
100
150059655 108280605 29621957 288062217
29976759 29976759 318038976 2901522837
3. Perhitungan Permodalan tahun 2010 A. Modal Inti Modal Disetor Saldo Laba rugi tahun sebelumnya Laba rugi tahun berjalan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap Modal pelengkap (maksimum 150% dari modal inti) cadangan penyisishan kerugian aktiva produktif (maskimum 1,25% dari ATMR) Jumlah Modal Pelengkap Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Anaisis CAR
4. Perhitungan Permodalan tahun 2011 A. Modal Inti Modal Disetor Saldo Laba rugi tahun sebelumnya Laba rugi tahun berjalan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap Modal pelengkap (maksimum 150% dari modal inti) cadangan penyisishan kerugian aktiva produktif (maskimum 1,25% dari ATMR) Jumlah Modal Pelengkap Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) 101
31884500 56645 30510646 349431391
29019813 29019813 37845103 2879916727
318864500 61007936 26218591 406160527
35408492 35408492 441469019 3670436609
Analisis CAR
5. Perhitungan Modal Tahun 2012 A. Modal Inti Modal Disetor Saldo Laba rugi tahun sebelumnya Laba rugi tahun berjalan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap Modal pelengkap (maksimum 150% dari modal inti) cadangan penyisishan kerugian aktiva produktif (maskimum 1,25% dari ATMR) Jumlah Modal Pelengkap Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
316864000 111460980 91508387 521833367
57048218 57048128 578881585 4285661562
Analisis CAR
6. Perhitungan CAR tahun 2013 A. Modal Inti Modal Disetor Saldo Laba rugi tahun sebelumnya Laba rugi tahun berjalan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap Modal pelengkap (maksimum 150% dari modal inti) cadangan penyisishan kerugian aktiva produktif (maskimum 1,25% dari ATMR) Jumlah Modal Pelengkap Total Modal 102
620314000 (10727113) 74769976 684356863
62612027 62612027 746968890
Aktiva Tertimbang (ATMR)
Menurut
Risiko 5749199601
Analisis CAR
NILAI CAR BANK MEGA SYARIAH TAHUN 2008-2013 N O 1 2
Urutan CAR Growth
Tahun 2008 13,47%
2009 10,96% (2,51%)
2010 13,14% 2,18%
2011 12,03% (1,11%)
C. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF 1. Kualitas Aktiva Produktif tahun 2008 JUMLAH KAP : Rp.2.790.323 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp. 2.685.253) 0 DPK (25% x Rp. 73.742) 18435,5 Kurang Lancar (50% x Rp.13.949) 6974,5 Diragukan (75% x Rp. 13.475) 10106,5 Macet (100%x Rp. 3.904) 3904 Jumlah 39420,25
2. Kualitas Aktiva Produktif tahu 2009 JUMLAH KAP : Rp. 3.920.322 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp. 3.379.502) 0 DPK (25% x Rp. 114.325) 28581,25 Kurang Lancar (50% x Rp.23.303) 116515 Diragukan (75% x Rp. 17.334) 13000,5 Macet (100%x Rp. 25.858) 25858 Jumlah 160954,75 103
2012 13,51% 1,48%
2013 12,99% (0,52%)
3. Kualitas Aktiva Produktif tahu 2010 JUMLAH KAP : Rp. 4.187.256 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp. 3.841.020) 0 DPK (25% x Rp. 235.332) 58833 Kurang Lancar (50% x Rp. 52.890) 26445 Diragukan (75% x Rp. 30.375) 22781,25 Macet (100%x Rp. 27.637) 27639 Jumlah 135698,25
4. Kualitas Aktiva Produktif tahun 2011 JUMLAH KAP : Rp. 5.134.358 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp. 4.721.431) 0 DPK (25% x Rp. 288.754) 72188,5 Kurang Lancar (50% x Rp. 74.154) 37078,5 Diragukan (75% x Rp. 36.772) 27579 Macet (100%x Rp. 13.244) 13244 Jumlah 150090
5. Kualitas Aktiva Produktif 2012 JUMLAH KAP : Rp. 7.547.221 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp. 6.905.629) 0 DPK (25% x Rp. 470.351) 117587,75 Kurang Lancar (50% x Rp.92.920) 46460 Diragukan (75% x Rp. 59.045) 44283,75 Macet (100%x Rp. 19246) 19246 Jumlah 227577,5
104
6. Kualitas Aktiva Produktif tahun 2013 JUMLAH KAP : Rp. 8.362.630 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria Tahun Lancar (0% x Rp. 7.419.126) 0 DPK (25% x Rp. 724.140) 181035 Kurang Lancar (50% x Rp. 89.863) 44931,5 Diragukan (75% x Rp. 89.365) 66948,75 Macet (100%x Rp. 40.236) 40236 Jumlah 334151,25
D. EARNING 2008 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif 2010 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif 2012 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
2008 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional
jumlah NOM 367313 116738 10.14% 226994 232527
rata-rata aktiva produktif 2011 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional
jumlah NOM 971497 24.47% 185710 700376 348938
rata-rata aktiva produktif 2013 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional
jumlah NOM 1302340 187536 39.26% 867870 628935
rata-rata aktiva produktif
E. LIQUIDITY
105
jumlah NOM 764195 215858 2552% 464943 326693
jumlah NOM 982607 17.26% 159476 749285 427863
jumlah NOM 1673842 332824 26.04% 1159567 696886
KETERANGAN SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI PENEMPATAN PADA BANK LAIN JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA KEWAJIBAN PADA BANK LAIN SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2008 132273 13325 145598 6034 19982 90000
2009 213933 18069 232002 19180 3694 54000
2010 195313 301584 496897 870581 6441 150000
2011 243437 17784 261221 583472 5114 100000
116016 76874 1027022 688586 125.49821 301.79515 48.3823131 37.93585696
106
2012 331437 44319 582088 347197 18332 285000
2013 385383 46609 516141 916721 5511 464000
650529 1386232 89.479178 37.233378
PERHITUNGAN TINNGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH BUKOPIN A. CAPITAL (CAR) 1. CAR Tahun 2008 A. Modal Inti Modal disetor
350370
Cadangan umum dan khusus
1213
Laba rugi tahun sebelumnya
(244978)
Laba rugi tahun berjalan
(7715)
Jumlah modal inti
98890
B. Modal Pelengkap Penyisishan atas kemungkinan kerugian pada aktiva produktif
3439
Hutang subordinasi Jumlah Modal Pelengkap
3439
Total Modal
102329
ATMR
275151
Analisis CAR
2. CAR tahun 2009 C. Modal Inti Modal disetor
350370
Cadangan umum dan khusus
1213
Laba rugi tahun sebelumnya
(248835)
Laba rugi tahun berjalan
416
Jumlah modal inti
103164
D. Modal Pelengkap 107
Penyisishan atas kemungkinan kerugian pada aktiva produktif
14791
Hutang subordinasi
50000
Jumlah Modal Pelengkap
64791
Total Modal
167955
ATMR
1285887
ANalisis CAR
3. CAR tahun 2010 E. Modal Inti Modal disetor
350370
Cadangan umum dan khusus
1213
Laba rugi tahun sebelumnya
(243319)
Laba rugi tahun berjalan
10234
Jumlah modal inti
118498
F. Modal Pelengkap Penyisishan atas kemungkinan kerugian pada aktiva produktif
16913
Hutang subordinasi
50000
Jumlah Modal Pelengkap
66913
Total Modal
185411
ATMR
1611473
Analisis CAR
108
4. CAR tahun 2011 G. Modal Inti Modal disetor
450370
Cadangan umum dan khusus
1213
Laba rugi tahun sebelumnya
(232157)
Laba rugi tahun berjalan
12209
Jumlah modal inti
231635
H. Modal Pelengkap Penyisishan atas kemungkinan kerugian pada aktiva produktif
20224
Hutang subordinasi
50000
Jumlah Modal Pelengkap
70224
Total Modal
301859
ATMR
1973954
Analisis CAR
5. CAR tahun 2012 I. Modal Inti Modal disetor
450370
Cadangan umum dan khusus
1213
Laba rugi tahun sebelumnya
(219482)
Laba rugi tahun berjalan
17298
Jumlah modal inti
249399
J. Modal Pelengkap Penyisishan atas kemungkinan kerugian pada aktiva produktif
31800
Hutang subordinasi
50000 109
Jumlah Modal Pelengkap
81800
Total Modal
331199
ATMR
2591579
Analisis CAR
6. CAR tahu 2013 K. Modal Inti Modal disetor
450370
Cadangan umum dan khusus
1213
Laba rugi tahun sebelumnya
(201820)
Laba rugi tahun berjalan
19548
Jumlah modal inti
269311
L. Modal Pelengkap Penyisishan atas kemungkinan kerugian pada aktiva produktif
39608
Hutang subordinasi
50000
Jumlah Modal Pelengkap
89608
Total Modal
358919
ATMR
3232827
Analisis CAR
110
NILAI CAR BSB TAHUN 2008 S/D 2013 No Urutan
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
2013
37,19%
13,06%
11,51%
11,29%
12,78%
11,10%
(24,13%)
(1,55%)
(0,22%)
1,49%
1,68%
1611473
1973954
2591579
3232817
1
CAR
2
Growth
3
ATMR
275151
1285887
4
KPMM
22012,08
102870,96 128917,84 157916,32 207326,32 258626,16
5
Kriteria
B. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF 1. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2008 JUMLAH KAP: Rp. 520.560 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria
Tahun
Lancar (0% x Rp. 501.896)
0
DPK (25% x Rp. 14.918)
3729,5
Kurang Lancar (50% x Rp. 1.009)
504,5
Diragukan (75% x Rp. 985)
738,75
Macet (100%x Rp. 1.752)
1752
Jumlah
6724,75
2. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2009 JUMLAH KAP : Rp. 1.778.198 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria
Tahun
Lancar (0% x Rp. 1.704.257)
0 111
DPK (25% x Rp. 14.918)
8090,75
Kurang Lancar (50% x Rp.1.009)
4334,5
Diragukan (75% x Rp. 985)
7788,75
Macet (100%x Rp. 1.752)
22,524
Jumlah
42738
3. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2010 JUMLAH KAP : Rp. 1.971.707 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria
Tahun
Lancar (0% x Rp. 1.734.883)
0
DPK (25% x Rp. 175.531)
43882,75
Kurang Lancar (50% x Rp. 8.935)
4467,5
Diragukan (75% x Rp. 13.820)
10365
Macet (100%x Rp. 38.538
38538
Jumlah
97253,25
4. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2011 JUMLAH KAP : Rp. 2.385.492 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria
Tahun
Lancar (0% x Rp. 2.138.108)
0
DPK (25% x Rp. 214.119)
34527 112
Kurang Lancar (50% x Rp. 9.361)
4680,5
Diragukan (75% x Rp. 7.898)
5923,5
Macet (100%x Rp. 16.006)
16006
Jumlah
61137
5. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2012 JUMLAH KAP : Rp. 3.271.480 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria
Tahun
Lancar (0% x Rp. 2.951.721)
0
DPK (25% x Rp. 196.886)
49221,5
Kurang Lancar (50% x Rp. 91.238)
45619
Diragukan (75% x Rp. 7.687)
5765,25
Macet (100%x Rp. 23.948)
23.948
Jumlah
124553,75
6. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2013 JUMLAH KAP: Rp.3.955.011 Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan Kriteria
Tahun
Lancar (0% x Rp. 3.599.315)
0
DPK (25% x Rp. 213.029)
53257,25
Kurang Lancar (50% x Rp. 10.657)
53288,5 113
Diragukan (75% x Rp. 4.489)
3366,75
Macet (100%x Rp. 127.521)
127521
Jumlah
189473,5
C. EARNING 2008 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
2009 jumlah NOM 28512 31038 22781 -58.34%
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
43380
2010 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
NOM 1.94%
148183
2011 jumlah 223156 122255 86528
NOM
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
8.74%
164309
2012 keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
jumlah 131451 66731 61834
Jumlah 245306 137513 92700
NOM 7.59%
198791
2013 jumlah 311220 165274 119785
NOM
keterangan Pendapatan Oprasional Distribusi bagi hasil beban oprasional rata-rata aktiva produktif
9.59%
272623
114
jumlah 401503 220413 150468 329584
NOM 9.29%
D. LIQUIDITY KETERANGAN SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI PENEMPATAN PADA BANK LAIN JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA KEWAJIBAN PADA BANK LAIN SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2008 2009 11838 74098 309175 276134 309175 350232 24251 19767 178100 421273
2010 73819 277335 351154 17796 272878
2011 114168 257757 371925 10478 35482
2012 139827 274266 414093 19094 343048
2013 162989 371451 534440 112793 539839
49780 49780 49780 49780 49780 49780 252131 490820 340454 95740 411922 702412 122.62475 71.356505 103.142862 388.4739921 100.52704 76.086399
115